Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL RISET PENELITIAN

OLEH

TIARA KIRANA PRAMESWARI

SALSABILA SHAFA

ROSDIANA MURTI

PRODI AKUNTANSI

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA
Kampus UI Depok Gedung A, Jl. Akses Vokasi UI, Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok,
Jawa Barat 16424
No. Telp : (021) 29027481, Email: vokasi@ui.ac.id

Depok, 2 November 2019

No. : 012/Vokasiui/Akun/2019
Lampiran : 1 berkas
Perihal : Perizinan atas riset

Kepada: Yth. Bapak Gatot Subroto


Kepala Desa Sumber Kidul
kecamatan Babakan, Cirebon
Jawa Barat 45191

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan adanya krisis ekonomi yang ada di Indonesia, mahasiswa kami ingin melakukan
penelitian terhadap dampak krisis ekonomi tersebut dengan mengkaitkannya pada sosial budaya yang ada
didalam Desa Sumber Kidul. Hal ini juga berkaitan dengan pembelajaran secara langsung bagi mahasiswa
kami.

Maka melalui surat ini kami mengharapkan adanya perizinan dan dukungan untuk jalannya penelitian dari
mahasiswa kami. Berikut kami lampirkan data mahasiswa yang akan melakukan penelitian:

1. Tiara Kirana (1706010722), Akuntansi


2. Salsabila Shafa (1706076164), Akuntansi
3. Rosdiana Murti (1706017962), Akuntansi

Demikian surat permohonan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan dukungan bapak, kami ucapkan terima
kasih.

Wakil Direktur Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan,

Padang Wicaksono, S.E., Ph.D.


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun proposal ini tepat pada waktunya.
Proposal penelitian ini membahas hubungan antara krisis ekonomi dengan sosial budaya yang ada
di Desa Sumber Kidul, Cirebon .

Dalam penyusunan proposal ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini. Semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
proposal selanjutnya.

Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Depok, 3 November 2019,

Penulis
ABSTRAK
KETERKAITAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SUMBER KIDUL, CIREBON
TERHADAP SOSIAL BUDAYA
Oleh :
Tiara Kirana (1706010722), Salsabila Shafa (1706076164), dan Rosdiana Murti (1706017962)
Prodi Akuntansi, Program Pendidikan Vokasi
Universitas Indonesia
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memaparkan hubungan perekonomian
masyarakat Desa Sumber Kidul yang berada di Kota Cirebon terhadap sosial budaya Indonesia.
Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Cirebon memiliki
potensi yang baik untuk dikembangkan dan menjadi sumber pendapatan bagi Indonesia. Menurut
Wikipedia, Perekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak geografis yang strategis dan
karakteristik sumber daya alam sehingga struktur perekonomiannya didominasi oleh
sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa. Tomé Pires dalam Suma
Orientalnya sekitar tahun 1513 menyebutkan Cirebon merupakan salah satu sentra perdagangan
di Pulau Jawa.
Cirebon memiliki banyak budaya yang menjadi penarik bagi para wisatawan. Salah satunya
adalah Batik Cirebon. Motif Batik Cirebon sangat unik dan menjadi simbol bagi masyarakat
disana. Salah satu motif yang terkenal adalah Batik Mega Mendung. Motif ini menggambarkan
bentuk sekumpulan awan di langit. Konon menurut sejarah Cirebon, motif ini terbentuk ketika
seseorang melihat bentuk awan pada genangan air setelah hujan dan cuaca saat itu sedang
mendung. Sehingga seseorang itu menuangkan idenya untuk menggambar awan yang telah di
lihat melalui genangan air tersebut dengan bentuk awan yang bergelombang. Oleh sebab itu,
terbentuklah motif Mega Mendung (Mega= Awan, Mendung=cuaca yang sejuk/adem) dengan
warna dasar merah dan awan yang berwarna biru dengan tujuh gradasi warna sebagai warna
orisinilnya yang terkenal dari Cirebon.

Selain batik, masih banyak lagi kebudayaan yang menjadi penunjang perekonomian bagi
masyarakat sekitar.

Kata-kata kunci : Cirebon, Desa Sumber Kidul, Kebudayaan, Perekonomian

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon#Perekonomian
https://sanggarbatikkatura.com/makna-di-balik-mega-mendung
DAFTAR ISI

Surat Pengantar
Kata Pengantar
Abstrak
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Metodologi
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III HASIL PENELITIAN
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Cirebon memiliki
potensi yang baik untuk dikembangkan dan menjadi sumber pendapatan bagi Indonesia. Menurut
Wikipedia, Perekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak geografis yang strategis dan
karakteristik sumber daya alam sehingga struktur perekonomiannya didominasi oleh
sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa. Tomé Pires dalam Suma
Orientalnya sekitar tahun 1513 menyebutkan Cirebon merupakan salah satu sentra perdagangan
di Pulau Jawa.
Tercatat dalam Wikipedia, Pada triwulan I 2010, Kota Cirebon mengalami laju inflasi tertinggi
dibandingkan dengan kota lainnya di Jawa Barat. Faktor pendorong kenaikan laju inflasi
terutama berasal dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa, keuangan serta pendidikan,
Pariwisata, dan olahraga.
Cirebon memiliki banyak kebudayaan yang menjadi penunjang perekonomian bagi masyarakat
sekitar. Salah satunya adalah batik. Batik yang terkenal disana adalah Batik Mega Mendung.
Motif ini menggambarkan bentuk sekumpulan awan di langit. Konon menurut sejarah Cirebon,
motif ini terbentuk ketika seseorang melihat bentuk awan pada genangan air setelah hujan dan
cuaca saat itu sedang mendung. Sehingga seseorang itu menuangkan idenya untuk menggambar
awan yang telah di lihat melalui genangan air tersebut dengan bentuk awan yang bergelombang.
Oleh sebab itu, terbentuklah motif Mega Mendung (Mega= Awan, Mendung=cuaca yang
sejuk/adem) dengan warna dasar merah dan awan yang berwarna biru dengan tujuh gradasi
warna sebagai warna orisinilnya yang terkenal dari Cirebon. Selain itu terdapat makanan khas
yang menjadi daya tarik kota tersebut.

Kami memutuskan untuk melakukan penelitian di Desa Sumber Kidul tepatnya di daerah
Babakan, Cirebon. Masyarakat disana pada umumnya adalah pedagang dan petani sebagai
sumber mata pencaharian mereka.
1.2 Tujuan

1. Mengetahui bagaimana kondisi perekonomian masyarakat Cirebon

2. Mengetahui mengenai sosial dan budaya Cirebon

3. Menghubungkan kondisi perekonomian Cirebon terhadap sosial dan budaya sekitar

4. Mengetahui pendapatan Kota Cirebon

1.3 Ruang Lingkup

Kami memfokuskan pada perekonomian dan sosial budaya yang ada di Kota Cirebon
maupun di Desa Sumber Kidul, Babakan, Cirebon

1.4 Metodologi

Dalam penulisan proposal ini, kami menggunakan dua pendekatan penelitian yaitu
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif
menggunakan desain riset yang juga kuantitatif. Pendekatan ini menitikberatkan pada aspek
numerik sebagai datanya, baik dalam proses pengumpulan maupun hasil analisisnya.
Sedangkan, Pendekatan kualitatif menekankan pada aspek kualitas. Artinya, mengelaborasi
makna sosial dan kultural yang tidak mudah diukur dengan angka untuk menjelaskan
fenomena yang ditelitinya. Data penelitian kualitatif biasanya bersifat deskriptif atau naratif.

Pada proposal ini, kami menggunakan jenis penelitian studi kasus. Jenis metodologi
penelitian studi kasus dilakukan untuk penelitian yang berupaya mengembangkan
pemahaman dengan cara mendeskripsikan secara mendalam sebuah kasus yang menjadi
fokus penelitian. Penelitian studi kasus melibatkan pemahaman mendalam peneliti terhadap
suatu kasus yang diteliti.

http://sosiologis.com/metodologi-penelitian
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Letak Geografis

Kota Wali, demikianlah julukan untuk Kota Cirebon. Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara
Propinsi Jawa Barat bagian timur. Dengan Letak geografis yang strategis, yang merupakan
jalur utama transportasi dari Jakarta menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, yang melalui daerah utara
atau pantai utara (pantura). Letak tersebut menjadikan suatu keuntungan bagi Kota Cirebon,
terutama dari segi perhubungan dan komunikasi.

Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33o dan 6.41o Lintang Selatan pada pantai Utara
Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer, Utara
Selatan 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5 meter dengan demikian Kota
Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah administrasi 37,35
km2 atau 3.735,8 hektar yang mempunyai batas-batas :

– Sebelah Utara : Sungai Kedung Pane

– Sebelah Barat : Sungai Banjir Kanal / Kabupaten Cirebon

– Sebelah Selatan : Sungai Kalijaga

– Sebelah Timur : Laut Jawa

Iklim, Air Tanah dan Sungai

Keadaan angin terdapat tiga macam angin :

Angin Musim Barat : Desember – Maret

Angin Pancaroba : April – Nopember

Angin Musim Timur : Mei – Oktober


Kota Cirebon termasuk daerah iklim tropis, dengan suhu udara minimum rata-rata 22,3 oC dan
maksimun rata-rata 33,0 OC dan banyaknya curah hujan 1.351 mm per tahun dengan hari hujan 86
hari. Keadaan air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh intrusi air laut, sehingga kebutuhan air
bersih masyarakat untuk keperluan minum sebagian besar bersumber dari pasokan Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon yang sumber mata airnya berasal dari Kabupaten
Kuningan.

Sedangkan untuk keperluan lainnya sebagian besar diperoleh dari sumur dengan kedalaman antara
dua meter sampai dengan enam meter, di samping itu ada beberapa daerah/wilayah kondisi air
tanah relatif sangat rendah dan rasanya asin karena intrusi air laut dan tidak dapat digunakan untuk
keperluan air minum.

Tanah sebagian subur dan sebagian kurang produktif disebabkan tanah pantai yang semakin luas
akibat endapan sungai-sungai. Pada umumnya tanah di Kota Cirebon adalah tanah jenis regosal
yang berasal dari endapan lava dan piroklasik ( pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur dan
kerikil). Secara umum jenis tanah yang tersebar di Kota Cirebon ini relatif mudah untuk
pengembangan berbagai macam jenis vegetasi.

Di Kota Cirebon terdapat empat sungai yang tersebar merata di seluruh wilayah yaitu Sungai
Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean(Kriyan) dan Sungai Kalijaga. Sungai berfungsi
sebagai batas wilayah antara Kabupaten Cirebon dan sebagai saluran pembuangan air.

http://www.cirebonkota.go.id/profil/cirebon-dalam-angka/1-letak-geografis/
2. Kebudayaan Cirebon

Budaya Cirebon adalah sebuah entitas yang khas dan unik, tidak bisa diabaikan begitu saja
dalam kajian kebudayaan etnis di Indonesia. Kondisi geografisnya sangat memungkinkan
terjadinya persilangan budaya, terutama budaya Sunda, Jawa, Cina, Arab, India, dan terakhir
budaya Barat yang diterima dengan penuh bangga oleh kaum muda.

Masa-masa kolonial dan pemaksaan sikap feodalistik telah menimbulkan suatu sikap Resistence
of Colonised perlawanan si terjajah terhadap coloniser (penjajah). Posisi Geopolitik Cirebon
memaksakan keharusan kepemimpinan yang kuat, ”lemah berarti bencana”. Di tengah dua
kekuatan politik dan militer (Mataram dan Belanda) dan dua kekuatan kultural (Sunda dan Jawa)
yang sebagai the other. Sikap egaliternya merasa diinjak-injak, tak mampu melakukan
perlawanan fisik karena kehilangan daya organisasinya. Wong Cherbon melakukan pemerdekaan
kultural.

Dengan mencomot bagian-bagian budaya para penghimpitnya, lahirlah suatu kultur yang diakui
sebagai jati diri wong Cherbon, tanpa membuat para penghimpitnya tersinggung, karena sikap
konfrontasinya dihilangkan dan karakteristik koeksistensi dan kooperasinya dikedepankan.
Cirebon pun menjadi khas pada bahasanya, keseniannya, tradisinya dan ide-ide yang
diyakinkannya.

Lahirlah tarling untuk menyatakan dirinya sejajar dalam koeksistensinya dengan Barat
dicontohnya gitar, ditaklukannya dia lalu dimasukannya kedalam sistem nilai timur ( gamelan ),
untuk kemudian betul-betul menjadi Cirebon. Lahir pula seni Burok dengan ditingkahi musik
dog-dog, ia adalah Cirebon yang lahir dari Trans Kultural dengan angka persilangan budaya
didalamnya, Burok walaupun dalam perwujudannya lahir dari sinkretisme Agama kultur
Hamiyah-Samiyah (AD, AL Marzdedek, Parasit Akidah), ia dianggap mewakili Islam. Macan
mewakili kultur keberanian dan kegagahan Siliwangi dan Cirebon, gajah akulturasi dari Hindu,
kadang-kadang dalam seni Burok ini ditampilkan barongan (dari barongsai) tapi dengan pemain
tunggal, bolehlah ia dianggap mewakili budaya Cina.

Pada tahap perkembangan tahun 1970-an seni burok diiringi musik tambahan gitar dengan
iringan pujian Shalawat dan lantunan syair-syair Berjanzi lalu seiring perkembangan zaman seni
ini termarjinalkan karena serbuan industri hiburan moderen. Nasibnya sama dengan tarling.
Kedua kesenian ini kemudian bermetamorfose. Burok memadukan dog-dognya dengan dangdut,
bahkan nuansa dangdutnya lebih dominan. Tarlingpun menjadi tarling dangdut lalu berkembang
menjadi dangdut Cirebonan.

Namun perkembangan seni yang semula penuh makna simbolis filosofi religi, kini hanya
mengedepankan nilai hiburannya saja, terdegredasi, mubadzir dan nilai rendah jauh dari agama
dan kesantunan budaya asli Cirebon. Keduanya masih tetap Cirebon, tapi Cirebon yang sudah
tercabut dari akarnya, semula dibangun sebagai bentuk pembebasan diri atau pemerdekaan,
sekarang kembali jatuh menjadi kultur Subaltern (bawahan /jajahan) budaya lain.

Kota Cirebon memiliki berbagai seni dan budaya tradisional khas yang bernuansa Islam serta
bercirikan tentang kehidupan dan perjuangan. Kota Cirebon juga memiliki event-event
tradisional yang hingga saat ini masih dilaksanakan, seperti sedekah bumi/Mapag sri, Nadran
(sepanjang wilayah pantai utara) dan muludan (setiap bulan maulid di kalender Islam).

Kebudayaan yang ada di Kota Cirebon sebenarnya memiliki potensi yang sangat potensial untuk
dikembangkan sehingga dapat diberdayakan menjadi nilai tinggi yang dapat dilestarikan dan
dapat disajikan nilai komoditas pariwisata sebagai daya tarik tersendiri di Kota Cirebon.
Kesenian, tradisi dan unsur-unsur nilai budaya yang amat luhur sebagai faktor penunjang dalam
menyokong pembangunan di wilayah Kota Cirebon. Budaya yang cenderung religius berbaur
dengan budaya Keraton yang bernuansa kerajaan sangat khas dan amat menonjol sebagai ciri
khas yang amat kental di Kota Cirebon.

https://cirebonculture.wordpress.com/kebudayaancirebon/

3. Makanan Khas Cirebon


Cirebon terkenal dengan makanan khasnya yang enak dan murah. Menurut warga Desa Sumber
Kidul, ada beberapa makanan khas yang menjadi andalan para turis. Berikut adalah beberapa
daftar makanan khas Cirebon yang menjadi penunjang perekonomian masyarakat Cirebon:

A. Nasi Jamblang

Tak lengkap rasanya jika wisata ke Cirebon tanpa mencicipi kuliner khas Cirebon yang satu ini.
Nasi Jamblang punya ciri khas dengan bungkus daun jati. Berbeda dengan nasi liwet asal Sunda
yang dibungkus dengan daun pisang. Nasi Jamblang awalnya dikenal dari Desa Jampang,
Kabupaten Cirebon. Karena unik dan juga murah, nasi jamblang akhinya mulau populer
dijajakan di wilayah lain di Cirebon. Penikmat kuliner bisannya disodorkan dengan beberapa
pilihan lauk seperti ikan asin, sate kentang, perkedel, tahu sayur, tempe, aneka pepes, ayam
goreng dan lauk yang paling khas seperti tumis cumi hitam dan paru goreng yang renyah dan
gurih. Rasanya sudah pasti bakal bikin ketagihan dan bikin nambah. Makanan khas Cirebon ini
dijajakan dengan harga lauk yang sangat terjangkau mulai dari Rp 2.000 sampai dengan Rp
20.000.

B. Empal Gentong

Tak berbeda jauh dengan nasi jamblang, kuliner khas Cirebon yang satu ini memang sudah
menjadi ikon makanan enak dari Cirebon. Empal gentong dijajakan dengan menggunakan kuali
dari tanah liat. Aromanya sangat berbeda karena dipanaskan dengan menggunakan kayu bakar.
Kuah kuning empal gentong sangat nikmat jika disantap dalam keadaan panas. Rasanya gurih
dan menyegarkan di mulut. Kuahnya saja sudah enak, apalagi jika ditambah dengan isian yang
istimewa seperti daging sapi pilihan dan beberapa aneka jeroan. Beberapa jeroan yang bisa
dipilih sebagai sajian istimewa empal gentong seperti babat, usus, limpa, paru dan tentu saja
daging sapi yang lembut. Harga empal gentong pun sangat bersahabat mulai dari Rp 17.000
hingga Rp 22.000 tergantung tempatnya.
C. Docang

Docang merupakan makanan khas Cirebon yang juga cukup populer di Bogor, Jawa Barat.
Docang hampir mirip-mirip dengan kupat tahu Singaparna, Garut. Isian docang biasanya berupa
lontong, tauge, parutan kelapa ditambah dengan daun singkong dan taburan kerupuk. Salah satu
ciri khas docang adalah siraman kuah panas, sambal docang dan tempe bungkil atau oncomnya.
Makanan khas Cirebon yang satu ini memang jadi makanan favorit saat akhir pekan. Harganya
sektiar Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per porsinya.

https://blog.reservasi.com/makanan-khas-cirebon-yang-enak-dan-murah/

4. Perekonomian Masyarakat Cirebon

Anda mungkin juga menyukai