Anda di halaman 1dari 6

BUDAYA DAN IKLIM ORGANISASI

1. Budaya Organisasi
Menurut Robbins dalam Sutrisno (2010:24) Budaya organisasi merupakan suatu
sistem nilai makna bersama dalam suatu organisasi yang menentukan tingkatan bagaimana
karyawan melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut
Marwan dkk (2020) Budaya organisasi adalah sebagai pengetahuan sosial bersama dalam
suatu organisasi mengenai aturan, norma, dan nilai-nilai yang membentuk sikap dan perilaku
karyawan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dapat dikatakan sebagai nilai-nilai
yang terkandung di dalam suatu organisasi yang berkembang dari waktu ke waktu yang
kemudian menjadi panduan anggotanya dalam menyelesaikan masalah, beradaptasi terhadap
lingkungan dan mengelola suatu hubungan. Budaya organisasi merupakan jiwa dari suatu
organisasi karena budaya organisasi cerminan nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap anggota
yang berkembang secara perlahan dari waktu ke waktu. Sebagai contoh budaya organisasi
meliputi pernyataan misi, aturan, prosedur, posisi organisasi, bagaimana cara berpakaian dan
bahasa yang digunakan.

Fungsi Budaya Organisasi :


Budaya memiliki sejumlah fungsi dalam organisasi, Antara lain :

1) Batas.
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan
atau yang membuat unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi
lainnya.

2) Identitas.
Budaya memuat rasa identitas suatu organisasi.

3) Komitmen.
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada
kepentingan individu.

4) Stabilitas.
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang
membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa
yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
5) Pembentuk Sikap dan perilaku.
Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.

2. Tipe Budaya Organisasi


a) Budaya Birokratik
Suatu organisasi dengan karyawan yang mempunyai formalisasi nilai
peraturan standar prosedur operasi dan koordinasi hierarkis. Perhatian jangka
panjang dalam birokrasi, efisiensi, dan stabilitas dapat diperkirakan. Karyawannya
mempunyai standar nilai yang tinggi terhadap pelayanan pelanggan. Manajer
memandang peran mereka sebagai koordinator yang baik, organisator dan
memperkuat standard dan aturan tertulis.
b) Budaya Clan
Mempunyai atribusi tradisi, kesetiaan, komitmen pribadi, sosialisasi ekstensif,
tim kerja, manajemen diri dan pengaruh social. Komitmen individual jangka
panjang pada organisasi diganjar dengan komitmen jangka panjang organisasi
terhadap karyawan.
c) Budaya entrepreneurial
Menunjukkan tingkat pengambilan resiko yang tinggi, dinamis dan kreatifitas.
Ada komitmen terhadap eksperimentasi, inovasi. Budaya ini tidak hanya cepat
bereaksi terhadap perubahan lingkungan, tetapi menciptakan perubahan.
d) Budaya Pasar
Nilai yang akan dicapai terukur, dan karyawan dituntut untuk mencapai
sasaran, terutama yang berbasis financial dan pasar.

3. Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja

a) Budaya organisasi dapat memiliki dampak yang signifikan pada kinerja ekonomi jangka
panjang pada sebuah perusahaan
b) Budaya organisasi mungkin akan menjadi faktor terpenting bahkan lebih penting dalam
menentukan sukses atau gagalnya sebuah perusahaan selama dekade mendatang
c) Budaya organisasi jarang menghambat kinerja jangka panjang yang kuat, mereka
berkembang dengan mudah bahkan di perusahaan yang dipenuhi orang-orang yang cerdas
dan layak
d) Meskipun sulit untuk mengubah, budaya organisasi dapat dibuat menjadi kinerja yang
lebih membangun jika manajer-manajer mengerti apa yang mempertahankan sebuah
budaya(Slocum and Hellriegel, 2009)

4. Iklim Organisasi
Iklim organisasi adalah orang-orang yang berada di dalam organisasi
menggambarkan tentang lingkungan internal organisasi tersebut yang mempengaruhi sikap
dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi.

5. Klasifikasi Iklim Organisasi


Klasifikasi iklim organisasi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Halpin (1971) yang menggunakan Organizational Climate Description Quesionare
(OCDC), terdapat enam klasifikasi iklim organiasi yaitu:
1. Open Climate yang menggambarkan tentang situasi dimana anggota organisasi
merasa senang untuk bekerja, saling kerjasama serta adanya keterbukaan.
2. Outonomous Climate yaitu situasi dimana adanya kebebasan, adanya peluang
kreatif, sehingga para anggota memiliki peluang untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan mereka.
3. The Controlled Climate yang ditandai adanya penekanan atas prestasi dalam
mewujudkan kepuasan kebutuhan social, setiap orang bekerja keras serta
kurangnya hubungan antar sesama anggota.
4. The Familiar Climate yaitu adanya rasa kesejawatan tinggi antara pimpinan dan
anggota.
5. The Paternal Climate yang bercirikan adanya pengontrolan pimpinan terhadap
anggota.
6. The Closed Climate yang ditandai suatu situasi rendahnya kepuasan dan prestasi
tugas serta kebutuhan social para anggota, pimpinan sangat tertutup terhadap para
anggotanya.
Halpin sebagaimana dikutip Soetopo (2010) membagi komponen iklim organisasi
berdasarkan karakteristik kelompok sebagai berikut :
a. Disengagement atau ketidakikutsertaan, yaitu suatu kadar dimana staf atau
bawahan cenderung tidak terlibat dan tidak commite terhadap pencapaian tujuan
organisasi.
b. Hindrance atau halangan, yaitu mengacu pada perasaan para staf bahwa pimpinan
membebani mereka dengan tugas yang memberatkan pekerjaan mereka.
c. Esprit atau semangat, yaitu mengacu pada semangat kerja karena terpenuhinya
kebutuhan social dan rasa punya prestasi dalam pekerjaan.
d. Intimacy  atau keintiman, yaitu kadar kekohesifan antar staf dalam organisasi.

Sedangkan berdasarkan kategori prilaku pemimpin sebagai berikut :


1) Aloofness atau keberjarakan, yaitu menggambarkan kadar prilaku pemimpin yang
formal dan impersonal yang menunjukkan jarak social dengan staf.
2) Production Emphasis atau penekanan pada hasil yaitu mengacu pada prilaku
pemimpin agar staf bekerja keras, misalnya dengan pengawasan ketat, direktifdan
menuntut hasil maskimal.
3) Thrust atau rasa yakin, yaitu mengacu pada kadar prilaku pemimpin yang ditandai
kerja kerasnya agar dicontoh oleh staf.
4) Consideration atau perhatian, yaitu mengacu pada kadar prilaku pemimpin dengan
memperlakukan staf secara manusiawi sesuai dengan martabatnya (Owens, 1991;
Halpin, 1971)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Marwan dkk.2020.Manajemen Kinerja dan Budaya Organisasi:Yayasan kia menulis

Siti saodah susanti dkk.2020.Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan. Yayasan


kita menulis

Anda mungkin juga menyukai