Anda di halaman 1dari 34

PROXEMICS

Dalam Budaya Sunda Jawa &


Lampung

DISUSUN OLEH :

Cynthia Monika

Fina Fitria

Nur Amin Jefry

Septiani Mentari

PROGRAM STUDI INDONESIAN LANGUAGE


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
PRESIDENT UNIVERSITY
Jl. Ki Hajar Dewantara, Kota Jababeka, Cikarang Baru, Bekasi 17550
DAFTAR ISI
Halaman

Daftar Isi i

Abstrak ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1


1.2 Identifikasi Masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 3
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Budaya 4
2.1.1 Definisi Budaya 4
2.1.2 Pengertian Budaya Menurut Para Ahli 4
2.1.3 Unsur-Unsur Budaya 5
2.1.4 Wujud dan Komponen Budaya 6
2.1.5 Perbedaan Budaya 8
2.1.6 Contoh Perbedaan Budaya 9

2.2 Adat Istiadat 10


2.2.1 Definisi Adat Istiadat 10
2.2.2 Pengertian Adat Istiadat Menurut Para Ahli 10
2.2.3 Pengantar Ilmu Antropologi Adat Istiadat 11
2.2.4 Bentuk Adat Istiadat 14

2.3 Manusia dan Kebudayaan 14


2.3.1 Definisi Manusia 14
2.3.2 Wujud Kebudayaan Dengan Manusia 15
2.3.3 Fungsi Budaya Bagi Manusia 15
2.3.4 Hubungan Manusia dan Kebudayaan 16

2.4 Ruang Kehidupan Manusia 17


2.4.1 Personal Space 17

BAB III ISI PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang Budaya Kelompok 22


3.1.1 Budaya Sunda 22
3.1.2 Budaya Jawa 22
3.1.3 Budaya Lampung 23
3.2 Anjuran dan Larangan Dalam Budaya 23
3.2.1 Budaya Sunda 23
3.2.2 Budaya Jawa 24
3.2.3 Budaya Lampung 24

3.3 Perbedaan Budaya Dalam Mengisi Ruang Kehidupan 24


3.4 Cara Mengisi Ruang Kehidupan dan Menimbulkan Sesuatu 26
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan 28
4.2 Saran 28
ABSTRAK

Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Manusia dan kebudayaan adalah satu hal
yang tidak bisa dipisahkan karena di mana manusia itu hidup dan menetap pasti manusia akan
hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya. Manusia merupakan
makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang
terus mereka kembangankan dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan.
Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu disebabkan mereka memiliki
pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun memiliki kebudayaan yang
berbeda masing-masing. Perbedaan kebudayaan disebabkan karna perbedaan yang dimiliki
seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang
menimbulkan keberagaman budaya tersebut seiring dengan berkembangnya teknlogi informasi
dan komunikasi yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap kebudayaan masing – masing daerah, karena kebudayaan merupakan jembatan yang
menghubungkan dengan manusia yang lain. Seperti teori yang telah dikemukakan oleh seorang
antropolog Edward T. Hall mengungkapkan bahwa dalam dalam interaksi sosial terdapat empat
zona spasial yang disebut dengan zona Interaksi Sosial yang meliputi; intimate space, personal
space, social space, dan public space. Perbedaan manusia yang dimiliki oleh setiap manusia
tersebut menghasilkan suatu komunikasi antar satu manusia dengan manusia yang lain
mengakibatkan bagaimana cara manusia dengan latar belakang budaya berbeda dapat mengisi
ruang kehidupan. Dengan terjalinnya suatu komunikasi verbal dan non verbal antar satu
manusia dengan yang lainnya sehingga manusia dapat mengisi ruang kehidupan tersebut ;
proxemics.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Indonesia
memiliki keragaman budaya atau “cultural diversity”. Keragaman budaya di Indonesia adalah
sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat
majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai
kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk lebih
dari 250 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau-pulau di Indonesia. Mereka juga
mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi mulai dari pegunungan,
tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan
tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda-
beda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi
kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di
Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut
mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama
tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman
budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban,
tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki beragam suku bangsa yang tersebar dari
sabang sampai merauke. Beragamnya suku bangsa tersebut yang menimbulkan beragamnya
kebudayaan di Indonesia. Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Apa yang diajarkan kepada kita selama ini tentang
kebudayaan telah membentuk suatu keyakinan bahwa kebudayaan itu merupakan blue-print
yang telah menjadi kompas dalam perjalanan hidup manusia, ia menjadi pedoman dalam
tingkah laku. Pandangan semacam ini pun telah menyebabkan peneliti menurut keberlanjutan
kebudayaan itu pada ekspresi simbolik individu dan kelompok, terutama untuk melihat
bagaimana proses pewarisan nilai itu terjadi seperti yang dibayangkan Clifford Geertz bahwa
kebudayaan itu, “merupakan pola dari pengertian-pengertian atau makna-makna yang terjalin
secara menyeluruh dalam simbol-simbol dan ditransmisikan secara historis” (Geertz, 1973:89).
Pada bagian selanjutnya Clifford Geertz juga mengatakan bahwa kebudayaan itu “merupakan
system mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara
ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan
sikapnya terhadap kehidupan”.

Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Manusia dan kebudayaan adalah


satu hal yang tidak bisa dipisahkan karena di mana manusia itu hidup dan menetap pasti
manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya. Manusia
merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu kebiasaan-
kebiasaan yang terus mereka kembangankan dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi
kebudayaan. Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu disebabkan
mereka memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun memiliki
kebudayaan yang berbeda masing-masing. Perbedaan kebudayaan disebabkan karna perbedaan
yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor
lainnya yang menimbulkan keberagaman budaya tersebut seiring dengan berkembangnya
teknlogi informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap kebudayaan masing – masing daerah, karena kebudayaan
merupakan jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain.

1.2 Identifikasi Masalah

Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia, menjadikan Indonesia sangat


kaya akan budaya. Bahkan setiap daerah memiliki budayanya tersendiri. Karena banyaknya
budaya yang dimiliki oleh Indonesia tersebut, kelompok kami akan membuat sebuah penelitian
makalah budaya yang melatarbelakangi kelompok budaya kami masing-masing yaitu budaya dari
suku Sunda, budaya dari suku Jawa, dan budaya dari suku Lampung. Berdasarkan pemaparan
latar belakang masalah diatas, maka perumusan permasalahan yang terdapat pada makalah ini
adalah :
a. Bagaimana orang dalam budaya yang berbeda dapat mengisi intimate space, ruang
pribadi,ruang bersama dan ruang umum yang merupakan suatu ruang dalam kehidupan
b. Apa saja yang dilarang dan apa saja yang diperbolehkan dari ketiga budaya yang akan
dibahas mengisi ruang kehidupan tersebut
c. Bagaimana cara mengisi ruang kehidupan itu dan menghasilkan apa yang dikenal sebagai
adat-istiadat, kebiasaan dan budaya

1.3 Tujuan

Makalah tentang perbedaan keragaman budaya ini dimaksudkan selain untuk


mendapatkan gambaran yang mendalam berkenaan dengan pola hubungan sosial manusia yang
berbeda budaya di suatu tempat, juga berusaha untuk menemukan berbagai faktor yang
memungkinkan bisa dijadikan rujukan dalam rangka membangun hubungan harmonis antar
budaya. Dengan kata lain, makalah ini mengkaji adaptasi masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan latar belakang budaya yang berbeda. Salah satunya adalah kearifan tradisional/lokal
dan nilai budaya yang bisa menyatukan seluruh warga.
Di samping tujuan di atas, melalui penelitian ini akan diusahakan untuk menemukan
berbagai faktor yang menjadi kendala dalam upaya menciptakan persatuan bangsa dan
bagaimana cara orang yang berbeda budaya dapat mengisi ruang kehidupan untuk selanjutnya
dicarikan cara pemecahannya. Keseluruhan data yang diperoleh melalui penelitian ini
diharapkan bisa menjadi bahan informasi untuk menyusun kebijakan pembangunan
kebudayaan.

1.4 Manfaat
Kebudayaan dalam kehidupan manusia memegang peranan penting dengan
kebudayaan manusia merasakan adanya ketenangan batin yang tak bisa di dapatkan dari
manapun. Dengan mempelajari hubungan manusia dan kebudayaan dapat di ketahui bahwa
manusia membutuhkan kebudayaan untuk bersosialisasi dengan mahluk yang lain. Bersosialisasi
dan adaptasi sangatlah penting bagi manusia. Kebudayaan dapat juga menjadi media penting
dalam kehidupan manusia seperti pendidikan, alat pemersatu, identitas, hiburan dan masih
banyak lagi peranan penting yang dimiliki kebudayaan. Dengan membahas materi tentang
berbedanya budaya antar manusia di harapkan dapat nenambah wawasan pengetahuan dan
kepedulian terhadap kebudayaan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Budaya
2.1.1 Definisi Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture
yang berasal dari kata Latin Colere yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang,
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan


orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: “Budaya adalah suatu perangkat
rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri”. "Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu
dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Tiongkok. Citra budaya yang bersifat
memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku
yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-
anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian
dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain.

2.1.2 Pengertian Budaya Menurut Para Ahli

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits


dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual,
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan


adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-
benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.1.3 Unsur-Unsur Budaya

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau


unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
● Alat-alat teknologi
● Sistem ekonomi
● Keluarga
● Kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:


● Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
● Organisasi ekonomi
● Alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
● Organisasi kekuatan (politik)
3. C. Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal yaitu :
● Bahasa
● Sistem pengetahuan
● Sistem tekhnologi dan peralatan
● Sistem kesenian
● Sistem mata pencarian hidup
● Sistem religi
● Sistem kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan

2.1.4 Wujud dan Komponen Budaya


A. Wujud

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu:


• Gagasan
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam pemikiran
warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam
bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

• Aktivitas
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
dan dapat diamati, dan didokumentasikan.

• Artefak
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga
wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Sedangkan menurut Koentjaraningrat wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya,


sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
• Nilai-nilai Budaya
Istilah ini merujuk kepada penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan
pusat dari semua unsur yang lain. Nilai-nilai kebudayaan yaitu gagasan-gagasan yang
telah dipelajari oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan inilah
yang kemudian menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia
berdasarkan nilai-nilai, pikiran, dan tingkahlakunya.

• Sistem Budaya
Dalam wujud ini, kebudayaan bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan
dipahami. kebudayaan dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem
tertentu.

• Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan
wujud tingkah laku manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam
wujud ini bersifat konkret sehingga dapat diabadikan.

• Kebudayaan Fisik
Kebudayaan fisik ini merupakan wujud terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya
bangunan megah seperti candi Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki,
komputer, piring, gelas, kancing baju, dan lain-lain

B. Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau
komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :

● Kebudayaan Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan,
senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang,
seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar
langit, dan mesin cuci.
● Kebudayaan Nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau
tarian tradisional.

● Lembaga Sosial
Lembaga sosial, dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek
berhubungan, dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem sosial yang
terbentuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar, dan konsep yang berlaku
pada tatanan sosial masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota, dan desa
dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja
pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut
terbalik, wajar seorang wanita memilik karier.

● Sistem Kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan, dan membangun system
kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi
system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan
mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup, dan
kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana
berkomunikasi.

● Estetika
Berhubungan dengan seni, dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat,
drama, dan tari –tarian, yang berlaku, dan berkembang dalam masyarakat.
Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai
estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita
sampaikan dapat mencapai tujuan, dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah,
dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus
meletakan janur kuning, dan buah-buahan sebagai simbol yang arti disetiap
derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak
terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
● Bahasa
Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap
wilayah, bagian, dan negara memiliki perbedaan yang sangat kompleks.
Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit
dipahami. Bahasa memiliki sifat unik, dan kompleks yang hanya dapat
dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi keunikan, dan kekompleksan
bahasa ini harus dipelajari, dan dipahami agar komunikasi lebih baik, dan
efektif dengan memperoleh nilai empati, dan simpati dari orang lain.

2.1.5 Perbedaan Budaya

Ada beberapa faktor penyebab perbedaan budaya adalah sebagai berikut :


a. Faktor adat istiadat
Faktor adat istiadat adalah nilai tidak bersifat universal artinya tidak untuk setiap
masyarakat atau kelompok yang menerima nilai tersebut sehingga nilai antara
suatu daerah dengan daerah lainya berbeda-beda.
Contoh : Adat istiadat masyarakat sunda dengan masyarakat jawa timur berbeda.

b. Faktor agama
Faktor agama adalah faktor yg paling mempengaruhi norma dan nilai karena di
setiap agama berbeda pantangan dan ibadah nya.
Contoh : Di agama islam alkohol dan daging babi itu haram tetapi di agama lain
tidak di haram kan.

c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan pun berperan dalam pembedaan nilai dan norma setiap daerah
atau tempat tinggal masing-masing daerah.
Contoh : Lingkungan di pasar sangat berbeda dengan lingkungan di perumahan,
jika di pasar ada preman yg galak tetapi di daerah komplek tidak ada preman.

d. Faktor kebiasaan
Faktor kebiasaan adalah faktor yang di pengaruhi oleh sering tidak nya orang itu
melaksanakan suatu pekerjaan.
Contoh : Orang yang berada di pesantren sudah terbiasa membaca Al- Quran dan
salat, tetapi orang yg berada di luar belum tentu terbiasa salat dan membaca AL-
Quran.

e. Faktor tradisi atau budaya


Faktor budaya adalah budaya di dalam suatu masyarakat atau kelompok yang
berbeda-beda, begitu pun juga norma dan nilai di dalam suatu masyarakat
berbeda-beda.
Jadi hubungan antara budaya dan nilai yaitu suatu norna di dalam suatu
masyarakat memiliki perbedaan masing-masing.

f. Faktor Suku
Suku-suku di Indonesia bermacam-macam ada suku sunda, jawa , minang dan
lain-lain. Setiap suku memiliki suatu nilai dan norma yang berbeda-beda.
Contoh : Jika di Jawa Barat di dalam suatu pernikahaan yang melamar laki-laki,
tetapi di sumatra barat yang melamar adalah perempuan.
2.1.6 Contoh Perbedaan Budaya

Salah satu contoh budaya yang berbeda adalah suku sunda dengan suku
lampung maupun dengan suku Jawa. Ulun lampung merupakan suku yang menempati
seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan. Suku Sunda
adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa Indonesia, yang
mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta dan sekitarnya.
Sedangkan Suku Jawa merupakan salah satu suku mayoritas yang ada di Indonesia.
Kebanyakan dari suku ini berdomisili di berbagai belahan di pulau Jawa. Mereka
menghuni khusunya di Provinsi Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Namun, suku ini juga
banyak ditemukan di Provinsi Jawa Barat, Banten dan tentunya di Ibukota Jakarta.

1. Rumah Adat
Rumah adat lampung yang sering disebut Lamban, Lambahana atau Nuwou.
Lamban biasanya terbuat dari kayu yang berbentuk rumah paggung. Sedangkan
rumah adat sunda disebut dengan imah. Imah terbuat dari kayu dan berdinding
bambu. Seperti halnya lamban, imah juga beratap ijuk. Imah juga berbentuk
rumah panggung dengan tinggi kolong 0,5-1 meter, sedangkan tinggi kolong pada
rumah adat lampung lebih tinggi. Sedangkan rumah adat jawa disebut dengan
Rumah Joglo. Ciri khas rumah joglo secara umum yaitu memiliki pekarangan
yang luas dan lapang tanpa dibatasi oleh sekat, bangunannya berbentuk persegi
panjang, memiliki tiga pintu depan dan terdapat tiang yang disebut Soko Guru
atau Saka Guru. Denah utama rumah Joglo terdiri dari tiga bagian utama yaitu,
Pendhapa atau Pendopo, Pringgitan dan Omah Dalem atau Omah Njero dan
bagian tambahan lainnya.

2. Komunikasi
Di dalam komunikasi sehari-hari orang suku lampung menggunakan bahasa
lampung, sedangkan suku sunda menggunakan bahasa sunda. Begitupun dengan
suku jawa mereka pastinya menggunakan bahasa jawa. Pada komunikasi tertulis,
orang lampung menggunakan aksara kaganga, sedangkan suku sunda
menggunakan aksara ngalagena dan suku jawa menggunakan aksara hanacaraka.

3. Sistem kekeluargaan
Suku lampung menganut sistem patrilineal, yaitu suatu masyarakat hukum dimana
para anggotanya menarik garis keturunan ke atas melalui garis bapak, bapak dari
bapak, terus ke atas, sehingga akhirnya dijumpai seorang laki-laki sebagai
moyangnya. Sedangkan suku sunda menggunakan Sistem Parental atau Bilateral,
yaitu masyarakat hukum dimana para anggotanya menarik garis keturunan ke atas
melalui garis Bapak dan Ibu terus ke atas, sehingga dijumpai seorang laki-laki dan
seorang perempuan sebagai moyangnya. Sistem kekerabatan Jawa merupakan
sistem kekerabatan yang berkembang di antara masyarakat Jawa. Istilah kerabat
merujuk pada pertalian kekeluargaan yang ada dalam sebuah masyarakat. Sistem
kekerabatan orang Jawa lebih didasarkan pada sisi fungsi dalam pergaulan,
pengenalan dan daya ingat seseorang. Sistem kekerabatan Jawa tidak tergantung
pada suatu sistem normatif atau sebuah konsep tertentu. Pada umumnya orang
Jawa hanya berhubungan dengan keluarga intinya, yaitu orang tua saudara
kandung, saudara kandung orangtua. Kekerabatan orang Jawa juga akan meluas
ketika terjadi perkawinan antara dua orang yang melangsungkan perkawinan sah
menurut agama dan adat. Sistem kekerabatan ini erat kaitannya dengan pembagian
warisan. Sistem kekerabatan orang Jawa lebih bersifat Patrilinial.
4. Pernikahan
Secara umum, alur pernikahan antara suku lampung, suku sunda dan suku jawa
hampir sama. Di dalam adat lampung upacara yang dilakukan sebelum pernikahan
antara lain nindai atau nyubuk, nunang (ngelamar), yirok (ngikat), berunding
(menjeu), sesimburan (dimandikan), betanges (mandi uap) dan berparas
(mencukur). Selain itu, di tempat keluarga gadis dilaksanakan 3 acara pokok
dalam 2 malam, yaitu Maro Nanggep, Cangget pilangan dan Temu di pecah aji.
Sedangkan di Sunda upacara yang dilakukan adalah neundeun omong (berjanji),
ngalamar / nyeureuhan / nanyaan (meminang), papacangan (tunangan), seserahan
(menyerahkan), helaran (iring-iringan), ngeuyeuk seureuh (menyiapkan sirih
pinang) dan siraman (memandikan calon pengantin). Perbedaannya terletak pada
saat memandikan calon pengantin, pada adat lampung calon pengantin wanita
mandi bersama dengan wanita-wanita lain, sedangkan pada adat sunda wanita
dimandikan oleh ibu, nenek dan sesepuh wanita lainnnya. Pada hari pernikahan,
ijab kabul pada prosesi pernikahan adat lampung dilakukan di tempat pengantin
pria, sedangkan pada pernikahan sunda dilaksanakan di tempat mempelai wanita.
Setelah pernikahan di dalam adat Sunda ada upacara nebus atau numbas yaitu
selamatan, sedangkan di dalam adat lampung tidak ada.

2.2 Adat Istiadat


2.2.1 Definisi Adat Istiadat

Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya
karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.
Adat Istiadat disebut aneka kelaziman dalam suatu negeri yang mengikuti pasang naik dan
pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya menyangkut pengejawatahan
unjuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak negeri, seperti
pertunjukan tari-tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan
perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung.
Adat istiadat semacam ini sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat. Bila
sedang panen baik biasanya megah meriah, begitu pula bila keadaan sebaliknya. Adat adalah
gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Adat istiadat adalah
segala dalil dan ajaran mengenai bagaimana orang bertingkahlaku dalam masyarakat.
Rumusannya sangat abstrak, karena itu memerlukan usaha untuk memahami dan
merincinya lebih lanjut. Adat dalam pengertian ini berfungsi sebagai dasar pembanguan
hukum adat positif yang lain. Adat istiadat yang lebih nyata yang menjadi kebutuhan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.2 Pengertian Adat Istiadat Menurut Para Ahli

Menurut JC. Mokoginta adat istiadat adalah bagian dari tradisi yang sudah
mencakup dalam pengertian kebudayaan. Karena itu, adat atau tradisi ini dapat dipahami
sebagai pewarisan atau penerimaan norma-norma adat istiadat. Secara Umum adat istiadat
adalah sebuah aturan yang ada dalam suatu masyarakat yang di dalamnya terdapat aturan-
aturan kehidupan manusia serta tingkah laku manusia didalam masyarakat tersebut, tetapi
bukan merupakan aturan hukum. Adat istiadat dalam ilmu hukum ada perbedaan antara
adat istiadat dan hukum adat. adat istiadat yang hidup atau menjadi tradisi dalam
masyarakat dapat berubah dan diakui sebagai peraturan hukum adat. Pandangan bahwa
agama memberi pengaruh dalam proses terwujudnya hukum adat, pada dasarnya
bertentangan dengan konsepsi yang diberikan oleh Van den Berg yang dengan teori
reception in complex menurut pandangan adat istiadat suatu tradisi dan kebiasaan nenek
moyang kita yang sampai sekarang masih dipertahankan untuk mengenang nenek moyang
kita juga sebagai keanekaragaman budaya. Istilah adat istiadat seringkali diganti dengan adat
kebiasaan, namun pada dasarnya artinya tetap sama. Jika mendengar kata adat istiadat
biasanya aktivitas individu dalam suatu masyarakat dan aktivitas ini selalu berulang kembali
dalam jangka waktu tertentu (bisa harian, mingguan, bulanan, tahunan dan seterusnya),
sehingga membentuk suatu pola tertentu Adat istiadat berbeda satu tempat dengan tempat
yang lain, demikian pula adat di suatu tempat. Adat istiadat yang mempunyai akibat hukum
dinamakan hukum adat.

Menurut Jalaludin Tunsam yang dalam tulisannya pada tahun 1660 menyatakan
bahwa “adat” berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari “adah” yang
memiliki arti cara atau kebiasaan. Seperti yang telah dijelaskan bahwa adat merupakan
suatu gagasan kebudayaan yang mengandung nilai kebudayaan, norma, kebiasaan serta
hukum yang sudah lazim dilakukan oleh suatu daerah. Nah, biasanya apabila adat ini tidak
dipatuhi maka akan ada sangsi baik yang tertulis maupun langsung yang diberikan kepada
perilaku yang melanggarnya. Sedangkan Menurut M. Nasroen “Soerjono Soekanto,
1981:70” menjelaskan adat istiadat merupakan suatu sistem pandangan hidup yang kekal,
segar serta aktual oleh karena didasarkan pada:
● Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam yang nyata dan juga pada nilai
positif, teladan baik serta keadaan yang berkembang.
● Kebersamaan dalam arti, seseorang untuk kepentingan bersama dan kepentingan
bersama untuk seseorang.
● Kemakmuran yang merata.
● Pertimbangan pertentangan yakni pertentangan dihadapi secara nyata dengan
mufakat berdasarkan alur dan kepatutan.
● Meletakan sesuatu pada tempatnya dan menempuh jalan tengah.
● Menyesuaikan diri dengan kenyataan.
● Segala sesuatunya berguna menurut tempat, waktu dan keadaan.

2.2.3 Pengantar Ilmu Antropologi Adat Istiadat

Sistem nilai budaya, pandangan hidup dan Ideologi. System nilai budaya merupakan
tingkatan yang paling tinggi dan abstrak. Itu disebabkan oleh nilai – nilai budaya yang
merupakan konsep mengenai apa yang hidup di alam pikiran sebagian besar masyarakat
yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting bagi hidup mereka. Sehingga berfungsi
untuk pedoman yang memberikan arah dan orientasi pada kehidupan masyarakat tersebut.
Meskipun begitu, konsep dari suatu nilai budaya adalah bersifat umum, mempunyai
jangkauan ruang lingkup yang sangat luas dan terkadang sulit dijelaskan secara rasional
ataupun nyata. Justru karena sifatnya umum, luas dan tidak konkret nilai – nilai budaya
tersebut berada dalam emosional dari jiwa para individunya. Itu sebabnya nilai – nilai
budaya suatu kebudayaan tak dapat diganti dengan nilai – nilai budaya yang lain. Dalam
masyarakat baik yang kompleks maupun sederhana ada sejumlah nilai – nilai budaya yang
saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang merupakan alat pedoman dari konsep –
konsep ideal kebudayaan itu. Menurut ahli antropologi terkenal C. Kluckhohn, sistem nilai
budaya terdapat 5 masalah dasar dalam kehidupan manusia, yaitu :

1. Mengenai hakekat hidup manusia


Terdapat kebudayaan yang memandang hidup manusia adalah suatu hal yang buruk dan
menyedihkan, oleh karena itu harus dihindari. Namun ada juga kebudayaan lain yang
memandang hidup manusia adalah suatu hal buruk, tetapi manusia dapat
mengusahakan untuk menjadikannya hal yang baik dan menyenangkan.

2. Mengenai hakekat karya manusia


Kebudayaan yang memandang bahwa karya manusia adalah bertujuan untuk
memungkinkan hidup dan memberikan suatu kedudukan dan kehormatan. Namun ada
juga kebudayaan lain yang menganggap sebagai gerak hidup yang harus mengahsilkan
karya lebih banyak lagi.

3. Mengenai hakekat kedudukan manusia di ruang waktu


Kebudayaan yang memandang penting kehidupan manusia di masa lampau dan
mengambil pedoman sebagai tindakannya. Sebaliknya banyak juga kebudayaan dimana
orang mempunyai satu pandangan waktu yang sempit. Ada juga kebudayaan lain yang
berorientasi sejauh mungkin pada masa yang akan datang yang dianggap penting.

4. Mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam


Kebudayaan yang memandang alam sebagai suatu yang dashyat dan manusia hanya
menyerah saja tanpa beruasaha banyak. Selain itu, ada kebudayaan yang memandang
bahwa alam itu dapat dilawan oleh manusia untuk berusaha menaklukkan alam.

5. Mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesama


Kebudayaan yang sangat mementingkan hubungan vertikal antara manusia dengan
sesamanya. Sedangkan ada kebudayaan lain yang mementingkan hubungan horizontal
manusia dengan sesamanya. Serta ada juga yang beranggapan bahwa hidup manusia
tidak bergantung pada orang lain di hidupnya. Individualisme beranggapan tinggi jika
manusia harus berdiri sendiri dalam hidupnya. Berambisi mendapat tujuannya dengan
seminimal mungkin bantuan dari orang lain.

Adat istiadat, Norma dan Hukum merupakan nilai – nilai budaya sebagai pedoman
yang mengarahkan dan berorientasi pada hidup yang sifatnya umum. Demikian sebaliknya,
norma berupa aturan – aturan untuk bertindak yang mempunyai sifat khusus dan
perumusannya sifatnya amat terperinci, jelas, tegas, dan tak meragukan. Sebab jika
terlampau umum dan luas, maka norma tersebut tak dapat mengatur tindakan individu dan
dapat membingungkan individu tersebut. Norma tersebut digolongkan dalam pranata
ilmiah, pranata estetik, pranata keagamaan dsb. Ada juga norma pendidikan, norma politik,
norma peradilan, norma ekonomi dsb. Dalam tiap pranata ada macam – macam kedudukan
di tiap individu yang bertindak dlam peranan interaksi sosialnya. Suatu pranata dan sub –
sub pranatanya sangat erat berkaitan merupakan sistem yang terintegrasi pula. System –
system yang jangkauan lebih luas dapat disebut unsure kebudayaan universal.

Individu yang ahli mengetahui seluk beluk norma – norma didalam suatu pranata
kebudayaan disebut ahli adat. Dalam masyarakat yang sederhana jumlah pranata di
kehidupan masyarakat masih sedikit dan jumlah norma di pranata juga sedikit. Sebaliknya
masyarakat yang kompleks jumlah pranatanya sangat banyak dan jumlah norma pranatanya
juga besar. Para ahli ilmu social juga telah mengobservasi bahwa para masyarakat
menganggap norma – norma yang mengatur dan menata tindakan itu tidak sama beratnya.
Oleh seorang ahli sosiologi W. G. Summer, golongan pertama disebut mores adalah adat –
istiadat dalam arti khusus. Sedangkan folkways adalah tata cara. Norma tersebut dapat
berakibat panjang berupa hukum. Dengan demikian kita perlu mengetahui secara lebih
tajam beda antar norma – norma yang kita sebut hukum atau hukum adat. Perbedaan
antara adat dan hukum adat dibagi dua golongan :

1. Golongan pertama ini beranggapan bahwa tidak ada aktivitas hukum di masyarakat
yang tak bernegara. Anggapan itu disebabkan karena para ahli menyempitkan definisi
mereka tentang hukum itu yang ada di masyarakat bernegara. Radcliffe brown percaya
akan adanya hal kompleks norma umum yaitu adat yang sifatnya kontinyu dan mantap
serta memiliki sifat memaksa. Beliau berpendirian bahwa tata tertib masyarakat tanpa
system hukum tetap terjaga akibat warganya mempunyai suatu ketaatan yang otomatis
terhadap adat. Apabila terjadi pelanggaran maka timbul reaksi masyarakat untuk
menghukum.

2. Golongan kedua tidak mengkhususkan definisi tentang hukum. B. Malinowski


berpendapat ada suatu dasar universal yang sama antara hukum dalam masyarakat
Negara dan masyarakat terbelakang. Berdasarkan atas pengetahuan komparatifnya
beraneka warna masyarakat dan kebudayaan di bumi ini tersebar. Semua aktivitas
kebudayaan fungsinya untuk memenuhi hasrat naluri manusia secara timbal balik
member kepada dan menerima dari sesama. Itulah yang disebut the principle of
reciprocity.

Ahli hukum B. Ter Haar memikirkan soal batas antara adat dan hukum adat ialah
pedoman untuk mengetahui kapan di dalam masyarakat memiliki adat dan system hukum
tak terkodifikasi. Penadapat beliau memiliki dasar kebenaran namun kurang lengkap untuk
dapat membatasi ruang lingkup dari konsep hukum adat secara jelas. Itu disebabkan karena
konsepsi tersebut hanya memberikan satu ciri yaitu otoritas kepada hukum adat dan itu tak
cukup. Hasil analisa komparatif yang begitu luas tadi adalah suatu teori tentang batas antara
adat dan hukum adat :

1. Hukum ialah suatu aktivitas suatu kebudayaan yang mempunyai fungsi pengawasan
social atau disebut attributes of law.

2. Attribute of authority menentukan bahwa aktivitas kebudayaan yang disebut hukum


adalah keputusan – keputusan melalui suatu mekanisme yang diberi wewenang dan
kekuasaan.

3. Attribute of intention of universal application Menentukan bahwa keputusan –


keputusan dari pihak yang berkuasa harus dimaksudkan sebagai keputusan – keputusan
yang memiliki jangka waktu panjang dan harus berlaku.

4. Attribute of obligation Menentukan bahwa keputusan dari pemegang kuasa harus


mengandung perumusan dari kewajiban pihak satu terhadap pihak dua. Tetapi juga hak
dari pihak kedua harus dipenuhi oleh pihak satu.

5. Attribute of sanction Menentukan bahwa keputusan dari pihak berkuasa itu harus
dikuatkan dengan sanksi dalam arti seluas – luasnya.

2.2.4 Bentuk Adat Istiadat

Adat istiadat memuat beberapa unsur seperti norma, sistem hukum, kebudayaan, dan
aturan khusus yang harus dilakukan sebagai masyarakat suatu daerah. Adat istiadat bisa
berbentuk tertulis dan tidak tertulis.

1. Adat Istiadat yang tertulis antara lain adalah:


● Piagam-piagam raja (surat pengesahan raja, kepala adat)
● Peraturan persekutuan hukum adat yang tertulis seperti penataran desa, agama
desa, awig-awig (peraturan subak di Pulau Bali).

2. Adat Istiadat yang tidak tertulis, antara lain adalah:


● Upacara ngaben dalam kebudayaan Bali
● Acara sesajen dalam masyarakat Jawa
● Upacara selamatan yang menandai tahapan hidup seseorang dalam masyarakat
Sunda.

2.3 Manusia dan Kebudayaan


2.3.1 Definisi Manusia

Manusia Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir berakal budi atau makhluk yang berakal budi. Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau
seorang individu. Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga
sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap
manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna
memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal
terpenting yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah bahwa manusia
dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas
hidupnya. Dan juga manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara
ciptaan-ciptaan yang lain.
Manusia adalah salah satu makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan dan termasuk
ciptaan yang sempurna karena manusia memiliki akal pikiran, napsu, dll. Manusia
merupakan makhluk sosial. Karena ia tidak bisa menjalani seluruh kehidupannya seorang
diri. Ia membutuhkan orang lain untuk membantu proses kehidupannya dan juga untuk
mempertahankan keturunannya. Karena memiliki napsu, manusia cenderung tidak pernah
puas atas segala sesuatu yang sudah dimilikinya. Itu yang membuat pikiran manusia semakin
maju. Karena ia akan selalu berusaha untuk memenuhi keinginannya. Secara biologis,
manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Karena
manusia itu bermacam-macam, mereka digolongkan dalam beberapa hal. Seperti jenis
kelamin (Laki-laki atau Perempuan), Usia, Kepercayaan / agama, sampai ciri-ciri fisiknya
seperti bentuk wajah, rambut, warna kulit, dll.

2.3.2 Wujud Kebudayaan Dengan Manusia

1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud


pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing
anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup.
2. Wujud sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem
sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta
bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu
berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret.
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya
manusia dalam masyarakat.

2.3.3 Fungsi Budaya Bagi Manusia

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.
Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani
kehidupannya. Kebutuhan- kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Karena kemampuan manusia
terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas
di dalam memenuhi segala kebutuhan. Karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai- nilai
sosial yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan.
Karsa merupakan daya upaya manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-kekuatan
lain yang ada di dalam masyarakat. Untuk menghadapi kekuatan- kekuatan yang buruk,
manusia terpaksa melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada
hakikatnya merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan
berlaku di dalam pergaulan hidup.

Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan
dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya. Kebudayaan berfungsi sebagai :
● Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
● Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
● Pembimbing kehidupan manusia
● Pembeda antar manusia dan binatang

Kebudayaan mengatur supaya manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya


bertindak, berbuat menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.
Setiap orang bagaimanapun hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya
sendiri. Kebiasaan (habit) merupakan suatu perilaku pribadi yang berarti kebiasaan orang
seorang itu berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah.
Kebiasaan menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya
selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.

2.3.4 Hubungan Manusia & Kebudayaan

Akal budi merupakan kelebihan yang dimiliki oleh manusia. Akal juga adalah
kemampuan dari manusia untuk berfikir sebagai kodrat. Budi artinya akal juga atau suatu
bagian dari kata hati manusia yang berupa panduan akal serta perasaan yang mampu
membedakan baik dan buruk. Dengan akal dan budi inilah manusia mampu menciptakan
bebagai hal antara lain :
● Menciptakan
● Kreasi
● Memperlakukan
● Memperbaruhi
● Memperbaiki
● Mengembangkan dan
● Meningkatkan sesuatu

Sedangkan ditinjau dari sudut antropologi, manusia dapat di klarifikasi dari dua jenis:
● Manusia sebagai mahluk biologi
● Manusia sebagai mahluk Sosio-Budaya
Manusia sebagai makhluk biologi , bahwa manusia dapat dipelajari dari sisi ilmu
biologi dan anatomi. Sedangkan manusia sebagai makhluk sosio-budaya yaitu manusia
dipelajari dalam sudut pandang antropologi budaya. Antropologi budaya sendiri menyelidiki
mengenai seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia menggunakan akal budi dan
struktur fisiknya untuk mengubah lingkungannya berdasarkan pengalaman. Juga memahami
serta menuliskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat manusia.

Pada akhirnya terdapat suatu konsepsi tentang kebudayaan manusia yang


menganalisis masalah-masalah hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut
ternyata memberikan gambaran bahwa hanya manusialah yang mampu berkebudayaan.
Sedangkan pada hewan tidak memiliki kemampuan tersebut. Mengapa hanya manusia yang
memiliki kebudayaan? Kenapa hanya manusia yang berkebudayaan sedangkan hewan tidak
berkebudayaan? Padahal dilihat dari segi jasmaniah tidak ada perbedaan yang prinsipal
antara hewan dan manusia. Apabila diteliti dengan sunggug-sungguh perbedaan akan
tampak pada hakikat manusia, yaitu sesuatu yang tidak dimiki oleh hewan manapun tetapi
hanya ada pada manusia. Sesuatu yang membedakan secara mutlak atara keduanya. Ialah
jiwa, manusia mempunya jiwa sedangnkan hewan tidak memilikinya.

Manusia yang mempunyai jiwa, mempunyai pula kebudayaan. Hewan yang tidak
mempunyai jiwa tidak pula akan mempunyai kebudayaan. Kesimpulannya: jiwa yang
sesungguhnya menyebabkan adanya kebudayaan. Yang membedakan manusia dan hewan
secara abstrak adalah jiwa yang merupakan sumber dan ciptaan kebudayaan. Manusia
sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Begitupun sebaliknya. Manusia yang membuat
kebudayaan. Dan hampir setiap tingkah laku manusia itu adalah kebudayaan. Dalam
sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal. Maksudnya adalah walaupun
keduanya berbeda, tetapi keduanya merupakan suatu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup
manusia agar sesuai dengannya. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan
masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai
pedoman dalam bertingkah laku. Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini
dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan
sebagai dialegtis, maksudnya adalah saling terkait satu dengan yang lainnya. Proses dialegtis
ini tercipta melalui tiga tahap, yaitu:

1. Eksternalisasi yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan


membangun dunianya.
2. Obyektivasi yaitu proses dimana manusia menjadi realitas obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
3. Internalisasi yaitu proses dimana manusia sergap kembali oleh manusia. Maksudnya
bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup
dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan
dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan
kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta
dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha
Kuasa. Definisi Kebudayaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan
juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah
satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan. Manusia dan kebudayaan pada
hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang
manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan
terhadap kebudayaan yaitu sebagai:

1. Penganut kebudayaan
2. Pembawa kebudayaan
3. Manipulator kebudayaan
4. Pencipta kebudayaan

2.4 Ruang Kehidupan Manusia


2.4.1 Personal Space
1. Definisi Personal Space

Istilah personal space pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973 dan
bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah psikologi, karena istilah ini juga
dipakai dalam bidang biologi, antropologi, dan arsitektur (Yusuf, 1991). Selanjutnya
dikatakan bahwa studi personal space merupakan tinjauan terhadap perilaku hewan
dengan cara mengamati perilaku mereka berkelahi, terbang, dan jarak social antara yang
satu dengan yang lain. Kajian ini kemudian ditransformasikan dengan cara membentuk
pembatas serta dapat pula diumpamakan semacam gelembung yang mengelilingi
individu dengan individu yang lain.

2. Pengertian Personal Space Menurut Para Ahli

● Menurut Sommer, Ruang personal adalah daerah disekeliling seseorang dengan


batas – batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya.
● Goffman, menggambarkan ruang personal sebagai jarak/daerah di sekitar individu
dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia akan merasa batasnya dilanggar,
merasa tidak senang, dan kadang – kadang menarik diri.
Beberapa definisi ruang personal secara implicit berdasrkan hasil – hasil penelitian,
antara lain :

a. Ruang personal adalah batas – batas yang tidak jelas antara seseorang dengan
orang lain.
b. Ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri.
c. Pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita
keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
d. Ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat
kecemasan, stress, dan bahkan perkelahian.
e. Ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak – jarak antar manusia,
walaupun ada tiga orientasi dari orang lain ; berhadapan, saling membelakangi dan
searah.
● Menurut Edward T. Hall seorang antropolog, menjelaskan bahwa dalam interaksi
social terdapat empat zona spasial yang disebut Zona Interaksi Sosial meliputi : jarak
intim, jarak personal, jarak social, dan jarak public.
1. Jarak Intim
▪ Jarak yang dekat/akrab atau keakraban dengan jarak 0 – 18 inci.
▪ Pada jarak 0 – 6 inci, kontak fisik merupakan hal yang penting.
▪ Jarak yang diperuntukkan pada “intimate lovers”
▪ Menyenangkan ketika berinteraksi dengan orang lain yang
dicintai, tidcak menyenangkan dalam situasi yang lain.

2. Jarak Pribadi
▪ Jarak antara 1,5 – 4 kaki
▪ Fase dekat yaitu masih memungkinkan pertukaran sentuhan, bau,
pandangan, dan isyarat – isyarat lainnya. Fase dekat memiliki jarak
yaitu sekitar (1,5 – 2,5 kaki)
▪ Fase jauh yaitu jarak dimana masing – masing orang dapat saling
menyentuh dengan mengulurkan tangan. Komunikasi halus (fine
grain communication) masih dapat diamati. Fase jauh memiliki
(2,5 – 4 kaki)
▪ Transisi antara kontak intim dengan tingkah laku umum yang agak
formal.

3. Jarak Sosial
▪ Jarak 4 – 12 kaki
▪ Jarak yang memungkinkan terjadinya kontak social yang umum,
seperti hubungan bisnis.
▪ Fase dekat (4 – 7 kaki)
▪ Fase jauh (7 – 12 kaki)

4. Jarak Publik
▪ Jarak 12 – 25 kaki
▪ Isyarat – isyarat komunikasi sedikit
▪ Situasi formal atau pembicaraan umum / orang – orang yang
berstatus lebih tinggi.

3. Personal Space dan Perbedaan Budaya

Menurut Hall norma dan adat istiadat dari kelompok budaya dan etnik yang
berbeda akan tercermin dari penggunaan ruangnya, seperti susunan perabot,
konfigurasi tempat tinggal dan orientasi yang dijaga oleh individu yang satu dengan
individu yang lainnya. Hall menggambarkan bagaimana anggota dari bermacam-macam
kelompok budaya tersebut memiliki kebiasaan spasial yang berbeda. Orang Jerman lebih
sensitif terhadap gangguan , memilik gelembung ruang personal lebih besar , dan lebih
khawatir akan pemisahan fisik ketimbang orang Amerika. Sementara itu orang Inggris
merupakan orang-orang pribadi. Akan tetapi mereka mengatur jarak psikologis dengan
orang lain dengan menggunakan sarana-sarana verbal dan non-verbal dibandingkan
sarana fisik atau lingkungan.

Dalam eksperimen Waston & Graves (dalam Gifford, 1987),yang mengadakan


studi perbedaan budaya secara terinci, mereka menggunakan sampel kelompok siswa
yang terdiri dari empat orang yang diminta datang ke laboratorium. Siswa-siswa ini
diberitahu bahwa mereka & diamati, tetapi tanpa diberi petunjuk atau perintah.
Kelompok pertarna terdiri dari orang-orang Arab dan kelompok lainnya terdiri dari orang
Amerika. Rerata jarak interpersonal yang dipakai orang Arab kira-kira sepanjang dari
perpanjangan tangannya. Sedangkan jarak interpersonal orang Amerika terlihat lebih
jauh. Orang-orang Arab menyentuh satu sama lain lebih sering dan orientasinya lebih
langsung. Umumnya orang Arab lebih dekat daripada orang Amerika.
Hall (dalam Altman, 1976) menggambarkan bahwa kebudayaan Arab memiliki
pengindraan yang tinggi, di mana orang-orang berinteraksi dengan sangat dekat: hidung
ke hidung, menghembuskan napas di muka orang lain, bersentuhan dan sebagainya.
Kebudayaan Arab (juga Mediterania dan Latin) cenderung berorientasi kepada “kontak”
dibandingkan dengan Eropa Utara dan Kebudayaan Barat. Jarak yang dekat dan isyarat-
isyarat sentuhan, penciuman, dan panas tubuh tampaknya merupakan ha1 yang lazim
dalam “budaya kontak”.

Hall (dalam Altman, 1976) juga mengamati bahwa orang-orang Jepang


menggunakan ruang secara teliti. Hal diduga merupakan respon terhadat populasi yang
padat. Keluarga-keluarga Jepang memiliki banyak kontak interpersonal yang dekat;
seringkali tidur bersamasarna dalam suatu ruangan dengan susunan yang tidak
beraturan atau melakukan berbagai aktivitas dalarn mang yang sama. Pengaturan
taman, pemandangan dam, dan bengkel kerja merupakan bentuk dari kreativitas dengan
tingkat perkembangan yang tinggi yang saling pengaruh-mempengaruhi di
antarasemuarasa yang ada, rnenunjukkan pentingnya hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Warga India cenderung memiliki ruang pribadi lebih kecil daripada di
Mongolia padang rumput, baik dalam hal rumah dan individu. Untuk contoh yang lebih
rinci, lihat kontak Tubuh dan ruang pribadi di Amerika Serikat.

4. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Jarak Ruang Personal Seseorang

1. Jenis Kelamin
Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun demikian faktor jenis
kelamin bukanlah faktor yang berdiri sendiri.

2. Umur
Makin bertambah usia seseorang, makin besar ruang personalnya, ini ada kaitannya
dengan kemandirian. Pada saat bayi, hampir tidak ada kemampuan untuk
menetapkan jarak karena tingkat ketergantungan yang makin tinggi. Pada usia 18
bulan, bayi sudah mulai bisa memutuskan ruang personalnya tergantung pada orang
dan situasi. Ketika berumur 12 tahun, seorang anak sudah menerapkan RP seperti
yang dilakukan orang dewasa.

3. Kepribadian
Orang-orang yang berkepribadian terbuka, ramah atau cepat akrab biasanya
memiliki RP yang lebih kecil. Demikian halnya dengan orang-orang yang lebih
mandiri lebih memilih ruang personal yang lebih kecil. Sebaliknya si pencemas akan
lebih mengambil jarak dengan orang lain, demikian halnya dengan orang yang
bersifat kompetitif dan terburu-buru.

4. Gangguan Psikologi atau Kekerasan


Orang yang mempunyai masalah kejiwaan punya aturan sendiri tentang RP ini.
Sebuah penelitian pada pengidap skizoprenia memperlihatkan bahwa kadang-
kadang mereka membuat jarak yang besar dengan orang lain, tetapi di saat lain
justru menjadi sangat dekat

5. Kondisi Kecacatan
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara kondisi kecatatan
dengan RP yang diterapkan. Beberapa anak autis memilih jarak lebih dekat ke orang
tuanya, sedangkan anak-anak dengan tipe autis tidak aktif, anak hiperaktif dan
terbelakang mental memilih untuk menjaga jarak dengan orang dewasa.

6. Ketertarikan
Ketertarikan, keakraban dan persahabatan membawa pada kondisi perasaan positif
dan negatif antara satu orang dengan orang lain. Namun yang paling umum adalah
kita biasanya akan mendekati sesuatu jika tertarik. Dua sahabat akan berdiri pada
jarak yang berdekatan dibanding dua orang yang saling asing. Sepasang suami istri
akan duduk saling berdekatan dibanding sepasang laki-laki dan perempuan yang
kebetulan menduduki bangku yang sama di sebuah taman.

7. Rasa Aman/Ketakutan
Kita tidak keberatan berdekatan dengan seseorang jika merasa aman dan
sebaliknya. Kadang ketakutan tersebut berasal dari stigma yang salah pada pihak-
pihak tertentu,misalnya kita sering kali menjauh ketika berpapasan dengan orang
cacat, atau orang yang terbelakang mental atau bahkan orang gemuk. Mungkin rasa
tidak nyaman tersebut muncul karena faktor ketidakbiasaan dan adanya sesuatu
yang berbeda.

8. Persaingan/Kerjasama
Pada situasi berkompetisi, orang cenderung mengambil posisi saling berhadapan,
sedangkan pada kondisi bekerjasama kita cenderung mengambil posisi saling
bersisian. Tapi bisa juga sebaliknya, sepasang kekasih akan duduk berhadapan di
ketika makan di restoran yang romantis,sedangkan dua orang pria yang duduk
berdampingan di meja bar justru dalam kondisi saling bersaing mendapatkan
perhatian seorang wanita yang baru masuk.

9. Kekuasaan dan Status


Makin besar perbedaan status makin besar pula jarak antar personalnya.

10. Pengaruh Lingkungan Fisik


Ruang personal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik. Di ruang dengan
cahaya redup orang akan nyaman jika posisinya lebih berdekatan, demikian halnya
bila ruangannya sempit atau kecil. Orang juga cenderung memilih duduk di bagian
sudut daripada di tengah ruangan.
11. Dan beberapa variasi lain seperti budaya, religi dan suku/etnis
BAB III

ISI PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang Budaya Kelompok


3.1.1 Budaya Sunda

Budaya sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat sunda.
Budaya sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada
umumnya karakter masyarakat sunda adalah periang, ramah-tamah, murah senyum, lemah-
lembut dan sangat menghormati orang tua. Itulah cerminan dari budaya masyarakat sunda.
Kebudayaan sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di nusantara. Kebudayaan sunda
yang ideal kemudian sering kali dikaitkan sebagai kebudayaan masa kerajaan sunda. Ada
beberapa ajaran dalam budaya sunda tentang jalan menuju keutamaan hidup. Etos dan
watak sunda itu adalah cageur,bageur,singer, dan pinter yang dapat diartikan sehat, baik,
mawas dan cerdas. Kebudayaan sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi
sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan.
Sistem kepercayaan spiritual tradisional Sunda Wiwitan yang mengajarkan keselarasan hidup
dengan alam. Kini, hampir sebagian masyarakat sunda beragama Islam, namun ada
beberapa yang tidak beraga Islam, walaupun berbeda namun pada dasarnya seluruh
kehidupan ditujukan untuk kebaikan di alam semesta.

Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari


kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda,
dikenal sebagai masyarakat yang lembut, religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini
tampak sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; saling mengasihi
(mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan atau memperbaiki diri (melalui
pendidikan dan berbagi ilmu), dan saling melindungi (saling menjaga keselamatan). Selain itu
Sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati terhadap
sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada
kebudayaan Sunda keseimbangan magis dipertahankan dengan cara melakukan upacara-
upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan gotong-royong
untuk mempertahankannya.

3.1.2 Budaya Jawa

Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat
Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat
dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa
Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam
kehidupan sehari hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan.
Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah
perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya Jawa
termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri.
Beberapa budaya Jawa yang diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik, Kebaya
dan Gamelan. Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi
beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama. Ada yang berpendapat budaya Jawa identik
feodal dan sinkretik. Pendapat itu kurang tepat karena budaya feodal ada di semua negara
termasuk Eropa. Budaya Jawa menghargai semua agama dan pluralitas sehingga dinilai
sinkretik oleh budaya tertentu yang hanya mengakui satu agama tertentu dan sektarian.

3.1.3 Budaya Lampung

Kata Lampung berasal dari kata “anjak lambung” yang berarti berasal dari
ketinggian dan seperti diketahui bahwa kaki gunung Pesagi dan dataran tinggi Sekala
brak, Lampung Barat yang menjadi tempat asal mula suku Lampung atau Ulun
Lampung adalah puncak tertinggi di tanah Lampung. Karena kebutuhan untuk
memenuhi hidup yang sudah tidak terpenuhi lagi di dataran tinggi Sekala Brak, maka
kelompok demi kelompok meninggalkan Sakala Berak menurun ke lembah dengan
mengikuti aliran sungai. Kelompok atau kaum tersebut kemudian membentuk buwai.

Rumah adat daerah Lampung dinamakan Rumah Nuwo Sesat. Rumah sesat
tersebut digunakan untuk musyawarah tertinggi antara marga-marga. Jambat Agung
atau Lorong Agung adalah nama tangga menuju Rumah Nuwo Sesat sebagai
perlambang marga Lampung. Di atas Lorong Agung terdapat 3 macam payung
berwarna : putih, kuning, dan merah. Putih untuk tingkat marga, kuning untuk tingkat
kampong, dan merah untuk tingkat suku.

3.2 Anjuran dan Larangan dalam Budaya


3.2.1 Budaya Sunda
1. Hal yang Dilarang
● Ulah tatalu ti peuting (Jangan memukul dimalam hari)
● Ulah neukteukan kuku ti peuting (Jangan memotong kuku dimalam hari)
● Ulah kaluar imah sareupna (Jangan keluar rumah menjelang malam)
● Ulah cicing di lawang panto (Jangan berdiam di depan pintu)
● Ulah dahar bari di tanggeuy (Jangan menaruh piring ditangan saat makan)

2. Hal yang Diperbolehkan


● Siloka (Berbahasa Santun)
● Tarapti (Tertib)
● Handap Asor (Sikap merendah; tidak sombong)
● Ramah tamah someah hade kasemah (Menjunjung sopan santun)
● Teu adigung adiguna luhur kuta gede dunya (Tidak angkuh)

3.2.2 Budaya Jawa


1. Hal yang Dilarang
● Ora ilok mangan karo ngomong
● Ora ilok mangan karo mlakuo
● Ora ilok ngidoni sumur
● Ora ilok mbuwang uwuh neng longan
● Ora ilok nyapu bengi-bengi

2. Hal yang Diperbolehkan


● Urip iku urup
● Memayu hayuning bawania, ambrasta dur hangkara
● Sura dira jaya jayaningrat, lebur dening pangastuti
● Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha
● Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan

3.2.3 Budaya Lampung


1. Hal yang Dilarang
● Dilarang melihat istri dan anak gadis orang lain dengan pandangan yang
mencurigakan
● Dilarang duduk lebih tinggi tempatnya daripada orang yang lebih tua
● Dilarang tidur tengkurap di gardu kampung pada siang hari, sedangkan para
ibu dan gadis lewat disitu
● Dilarang memukul perut sendiri di dekat wanita hamil
● Dilarang memasuki rumah orang lain melalui pintu belakang

2. Hal yang Diperbolehkan


• Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina)
• Juluk-Adok (punya kepribdian sesuai gelar adat)
• Nemui-Nyimah ( saling mengunjungi rumah untuk bersilaturahmi)
• Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat/tidak individualistis)
• Sakai-Sambaian ( Gotong royong dan saling membantu)
3.3 Perbedaan Budaya Mengisi Ruang Kehidupan
Manusia dan kebudayaan adalah satu hal yang tidak bisa dipisahkan karena di mana
manusia itu hidup dan menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada
di daerah yang di tinggalinya. Manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama
lain dan melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangankan dan
kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan.

Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu disebabkan mereka
memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun memiliki kebudayaan
yang berbeda masing-masing. Perbedaan kebudayaan disebabkan karna perbedaan yang
dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya
yang menimbulkan keberagaman budaya tersebut seiring dengan berkembangnya teknlogi
informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat memberikan pengaruh
yang positif terhadap kebudayaan masing – masing daerah, karena kebudayaan merupakan
jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain.

Teori yang dikemukakan oleh Edward T. Hall yang merupakan seorang antropolog
mengungkapkan bahwa dalam interaksi sosial terdapat empat zona spasial yang disebut dengan
zona Interaksi Sosial yang meliputi; intimate space, personal space, social space, dan public
space. Didalam Intimate Space, tentunya ruang itu hanya diperuntukkan bagi orang yang paling
dipercaya dan dicintai di kalangan sosial kita seperti pasangan dan saudara kandung. Ketika
seseorang mendekat, tubuh dan pikiran kita secara otomatis bereaksi jika seseorang bisa
diterima dilingkaran paling dalam didiri kita, maka kita pastinya akan bersantai atau tenang-
tenang saja tidak ada rasa khawatir dan menikmati keintiman tersebut tapi jika kehadirannya
tidak kita inginkan, maka kita akan menutup diri dan mencoba mempertahankan zona
kenyamanan kita.

Personal Space adalah wilayah yang mengelilingi seseorang yang mereka anggap secara
psikologis adalah milik mereka. Kebanyakan orang menghargai ruang pribadi mereka dan
merasa tidak nyaman, marah, atau cemas saat mereka merasa ruang pribadi dirambah.
Mengijinkan seseorang memasuki ruang pribadi dan masuk ruang pribadi orang lain adalah
indikator persepsi hubungan orang tersebut. Sebuah Zona intim disediakan untuk teman dekat,
kekasih, anak-anak dan anggota keluarga dekat. Lain zona digunakan untuk percakapan dengan
teman, mengobrol dengan rekan kerja, dan dalam diskusi kelompok. Sebuah zona selanjutnya
diperuntukkan bagi orang asing, kelompok yang baru terbentuk, dan kenalan baru. Yang
keempat zona digunakan untuk pidato, ceramah, dan teater; Pada dasarnya, jarak publik adalah
jarak itu diperuntukkan bagi khalayak yang lebih besar. Memasuki ruang pribadi seseorang
biasanya merupakan indikasi keakraban dan terkadang keintiman. Namun, di masyarakat
modern, terutama masyarakat kota yang padat, bisa jadi sulit untuk menjaga ruang pribadi,
misalnya saat di kereta yang ramai, lift atau jalan. Banyak orang menemukan kedekatan fisik
semacam itu secara psikologis mengganggu dan merasa tidak nyaman, meskipun diterima
sebagai fakta kehidupan modern.

Sekali lagi, Indonesia memiliki begitu banyak budaya. Setiap daerah memiliki budayanya
tersendiri. Begitupun dengan kelompok kami yang latar belakang budayanya berbeda.
Perbedaan budaya tersebut disebabkan karena perbedaan yang dimiliki, seperti faktor
Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan
keberagaman budaya. Perbedaan budaya yang melatar belakangi seseorang, menjadikan
seseorang tersebut mempunyai ciri khas tersendiri. Mulai dari bahasa yang digunakan,
keinginan untuk berpenampilan, cara berpikir pandang, dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal adanya istilah lingkaran teman atau orang
terdekat. Lingkaran ini menunjukan kedekatan kita pada orang lain. Istilah Lingkaran Utama
atau Lingkaran Dalam atau Lingkaran Pertama diisi oleh orang-orang terdekat kita, seperti
keluarga, sahabat, suami/istri atau kekasih. Lingkaran ini berevolusi seiring waktu sesuai dengan
perkembangan kita. Lingkaran ini bisa mengecil karena makin sedikit orang terdekat kita atau
malah lebih besar karena lebih banyak orang di lingkaran tersebut. Evolusi ini pada dasarnya
sangat tergantung dari pola kedekatan kita dengan orang lain.

Lingkaran ini menunjukan tingkat intimasi kita pada orang lain yang bisa dilihat dari
personal space diantara kita dan orang lain. Personal space ini bisa dilihat dari kondisi/posisi
kita ketika di area umum atau publik. Personal space ini berbentuk oval seperti telur dimana
jarak yang bisa toleransi untuk seseorang dari depan yang berbicara dengan kita lebih kecil
daripada dari belakang. Rata-rata jaraknya antara 60-150cm. Ada pula istilah intimate space
yang bervariasi dengan jarak dari 0-60cm (sepanjang jarak yang bisa dijangkau oleh tangan).

3.4 Cara Mengisi Ruang Kehidupan dan Menimbulkan Sesuatu


Dalam studi lintas budaya yang berkaitan dengan ruang personal, Hall (dalam Altman,
1976) mengamati bahwa norma dan adat istiadat dari kelompok budaya dan etnik yang
berbeda akan tercemin dari penggunaan ruang space nya seperti susuanan perabot, konfigurasi
tempat tinggal dan orientasi yang dijaga oleh individu satu dengan individu lainnya. Hall
menggambarkan secara kualitatif bagaimana anggota dari bermacam macam kelompok budaya
tersebut memiliki gelembung ruang personal yang lebih besar dan lebih khawatir akan
pemisahan fisik ketimbang orang Amerika. Sementara itu, orang Inggris merupakan orang orang
pribadi (private people). Akan tetapi mereka mengatur jarak psikologis dengan orang lain
dengan menggunakan sarana-sarana verbal dan nonverbal (seperti karakter suara dan kontak
mata) dibandingkan dengan sarana fisik atau lingkungan. Orang orang perancis berinteraksi
dengan keterlibatan yang lebih dalam. Kebiasaan mereka berupa rasa estetika terhadap fashion
merupakan bagian dari fungsi gaya hidup dan pengalaman.

Intimate space merupakan ruang yang diperuntukan untuk orang-orang yang paling
dekat seperti teman dekat, kekasih, anak-anak dan anggota keluarga dekat. Budaya mencakup
elemen abstrak dan materiil, elemen abstrak mencakup nilai, Konsumen mendapatkan nilai-
nilai budaya karena budaya merupakan sesuatu yang bisa dipelajari, saat manusia lahir ia
belajar tentang norma yang berada dilingkungannya, yang dilakukan dengan cara peniruan
(imitation) atau dengan mengamati proses yang terjadi didalam masyarakat. Pada saat akan
membuat perencanaan iklan perlu diketahui pula nilai-nilai budaya yang dianut oleh konsumen,
misalnya tentang cara berpakaian, selera makanan, cara mereka menghabiskan waktu luang,
dan lain sebagainya. Itu berarti budaya selalu ditanamkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, terutama dilakukan melalui lembaga seperti keluarga, pendidikan, agama, dan
sekolah. Sehingga, nilai-nilai budaya yang ditanamkan sejak kecil melalui keluarga, akan
tertanam dalam Individu sejak kecil hingga dewasa, meskipun nilai-nilai budaya juga bisa
ditanamkan melalui pendidikan, dimana pendidikan sebagai proses belajar dan transfer ilmu
juga dipakai untuk mengenalkan budaya kepada individu. Individu mengenal budaya dari sejak
sekolah dasar, dan diajarkan untuk mencintai budaya yang ada, sehingga peran budaya ini akan
terbawa dalam sikap dan perilaku seseorang.

Sebagai contoh adalah, zona spasial intimate space diperuntukan hanya untuk keluarga
terdekat, teman dekat, maupun pasangan kekasih. Intimate space mempunyai jarak >50cm.
Penjelasan dari contoh tersebut yaitu ketika disebuah keluarga tertentu, orang tua mengajarkan
kepada anaknya untuk makan menggunakan tangan kanan, ketika memasuki rumah harus
melepas sepatu atau sandal, sehabis makan harus mencuci piring, dalam keluarga tersebut Ibu
selalu masak menu pedas dan lain sebagainya. Pemaparan contoh tersebut merupakan suatu
nilai budaya yang tertanam didalam individu sejak kecil yang akan dibawa hingga dewasa dan
menghasilkan suatu kebiasaan yang tertanam di dalam Individu tersebut.

Zona spasial personal space mempunyai jarak 50-120cm. Personal space ini
diperuntukan bagi orang-orang yang saling mengenal satu sama lain dalam konteks yang positif.
Biasanya diwakili oleh orang yang saling berteman.

Zona spasial social space mempunyai jarak 120-360cm. Social space ini Ini adalah zona
yang paling netral dan nyaman untuk memulai percakapan antara orang-orang yang tidak
mengenal satu sama lain dengan baik. Social space Ini adalah jarak yang mungkin kita ingat dari
orang asing bahwa kita memungkin memiliki beberapa interaksi dengan mereka seperti: pemilik
toko, pegawai di bank atau layanan lainnya. Kita sebagai individu pasti diajarkan atau
ditanamkan dari keluarga harus ramah terhadap orang lain dan murah senyum, dengan
bertemunya dengan orang asing seperti pegawai atau penjaga toko sudah menjadi kebiasaan
bahwa kita harus bersikap baik, mempunyai bahasa yang baik, dan senyum kepada orang lain.

Zona spasial public space mempunyai jarak >360cm. Public space ini diperuntukan
untuk ruang publik. Sebagai contohnya adalah, Nganteuran (Menghantarkan). Dalam
Nganteuran ini dilakukan 3-5 hari sebelum hari lebaran tiba. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
rasa syukur kepada yang maha tinggi dan untuk berbagi ke sesama. Kegiatan Nganteuran ini
menjadikan adat istiadat disatu daerah tersebut. Karena adat istiadat merupakan kumpulan
tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat
kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Kegiatan Nganteuran tersebut merupakan tata
kelakuan yang dikenal dan turun menurun dari generasi ke generasi lain sebagai warisan
sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat.
BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Manusia dan kebudayaan adalah
satu hal yang tidak bisa dipisahkan karena di mana manusia itu hidup dan menetap pasti
manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya. Manusia
merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu kebiasaan-
kebiasaan yang terus mereka kembangankan dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi
kebudayaan. Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu disebabkan
mereka memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun memiliki
kebudayaan yang berbeda masing-masing.

Perbedaan kebudayaan disebabkan karna perbedaan yang dimiliki seperti faktor


Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan
keberagaman budaya tersebut seiring dengan berkembangnya teknlogi informasi dan
komunikasi yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap kebudayaan masing – masing daerah, karena kebudayaan merupakan jembatan yang
menghubungkan dengan manusia yang lain. Seperti teori yang telah dikemukakan oleh seorang
antropolog Edward T. Hall mengungkapkan bahwa dalam dalam interaksi sosial terdapat empat
zona spasial yang disebut dengan zona Interaksi Sosial yang meliputi; intimate space, personal
space, social space, dan public space. Perbedaan manusia yang dimiliki oleh setiap manusia
tersebut menghasilkan suatu komunikasi antar satu manusia dengan manusia yang lain
mengakibatkan bagaimana cara manusia dengan latar belakang budaya berbeda dapat mengisi
ruang kehidupan. Dengan terjalinnya suatu komunikasi verbal dan non verbal antar satu
manusia dengan yang lainnya sehingga manusia dapat mengisi ruang kehidupan tersebut ;
proxemics.

4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah yang berjudul Proxemics Dalam Budaya Sunda, Jawa
dan Lampung diharapkan bermanfaat bagi para pembaca. Agar terciptanya keselarasan
dalam bersosial dalam mengisi ruang kehidupan dengan latar belakang budaya yang
berbeda, maka diharapkan setiap individu memiliki sikap toleransi yang tinggi agar dapat
menjaga hubungan yang baik antar sesama. Setiap latar belakang budaya yang dimiliki
oleh setiap individu, pastinya mempunyai adat istiadat, kebudayaan dan kebiasaan yang
tidak dapat mungkin dipisahkan dari setiap daerah yang sudah dihuninya. Untuk itu,
setiap individu diharapkan dapat menjaga keselarasan antar kebudayaan yang dia miliki
dengan kebudayaan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai