Anda di halaman 1dari 15

BANDAR BANDAR YANG TERDAPAT

DI RIAU

Kelompok 3 :
 Novi kristiani Gea
 Hanifah giwani putri
 Fariz Mirza Aulia Okta
 M.fitrah muzakky
 Kenny
Kelas : 9.4 / IX.4
Mapel : BUDAYA MELAYU RIAU
BANDAR LAMA DI KAB. PELALAWAN
( PANGKALAN KERINCI )

Pangkalan Kerinci adalah ibu kota Kabupaten Pelalawan yang sekaligus


menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari Kabupaten Pelalawan.
Pangkalan Kerinci juga merupakan sebuah wilayah kecamatan di Kabupaten
Pelalawan, provinsi Riau, Indonesia. Kecamatan ini memiliki potensi
pengembangan karena terletak di Jalan Raya Lintas Sumatra. Dalam sejarah
nama Kecamatan ini ada kaitan pada pendatang dari Kerinci Provinsi Jambi.

Penduduk di kecamatan ini memiliki beragam suku, agama, dan bahasa.


Mayoritas Penduduk di kecamatan ini adalah Muslim. Kawasan perkantoran
baru di Pangkalan Kerinci ini telah dikembangkan dan dibangun di kawasan
Bukit Seminai yang terletak di arah timur dari kota lama Pangkalan Kerinci
tersebut.

Pada tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan Pangkalan Kerinci sebanyak


94.585 jiwa, dengan kepadatan 382 jiwa/km².[2] Penduduk di kecamatan ini
memiliki beragam latar belakang suku dan agama. Berdasarkan data
Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, persentasi penduduk menurut agama
yang dianut di kecamatan Pangkalan Kerinci adalah pemeluk agama Islam
sebanyak 75,48%,

kemudian Kristen 23,98%, dengan rincian Protestan 21,55% dan Katolik 2,43%.
Sebagian kecil lagi beragama Buddha yakni 0,50%, Hindu 0,02%, Konghucu
dan kepercayaan 0,02%. Sementara untuk rumah ibadah, terdapat 44 masjid, 32
musholah, dan 8 gereja Protestan dan Katolik.

Di sebelah barat dari kota lama Pangkalan Kerinci terdapat kawasan


perumahan dan industri PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) milik salah
satu pengusaha besar indonesia yang sekarang bermukim di singapura yang
merupakan salah satu industri penghasil bubur kertas dan produk kertas terbesar
di dunia yang bahan bakunya diantaranya dipasok dari Hutan Tanaman Industri
(HTI) dengan jenis kayu Akasia.

Kabupaten Pelalawan dengan luas 13.067,29 km², dibelah oleh aliran Sungai
Kampar, serta pada kawasan ini menjadi pertemuan dari Sungai Kampar Kanan
dan Sungai Kampar Kiri. Kabupaten Pelalawan memilik beberapa pulau yang
relatif besar yaitu: Pulau Mendol, Pulau Serapung dan Pulau Muda serta pulau-
pulau yang tergolong kecil seperti: Pulau Tugau, Pulau Labuh, Pulau Baru
Pulau Ketam, dan Pulau Untut.[1]

Struktur wilayah merupakan daratan rendah dan bukit-bukit, dataran rendah


membentang ke arah timur dengan luas wilayah mencapai 93 % dari total
keseluruhan. Secara fisik sebagian wilayah ini merupakan daerah konservasi
dengan karakteristik tanah pada bagian tertentu bersifat asam dan merupakan
tanah organik, air tanahnya payau, kelembaban dan temperatur udara agak
tinggi.

Kabupaten Pelalawan merupakan pemekaran Kabupaten Kampar, yang


dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 53 Tahun 1999. Pada awalnya
terdiri atas 4 wilayah kecamatan, yakni: Langgam, Pangkalan Kuras, Bunut, dan
Kuala Kampar. Kemudian setelah terbit Surat Dirjen PUOD
No.138/1775/PUOD tanggal 21 Juni 1999 tentang pembentukan 9 (sembilan)
Kecamatan Pembantu di Provinsi Riau, maka Kabupaten Pelalawan dimekarkan
menjadi 9 (sembilan) kecamatan, yang terdiri atas 4 kecamatan induk dan 5
kecamatan pembantu, tetapi berdasarkan SK Gubernur Provinsi Riau No.
136/TP/1443, Kabupaten Pelalawan dimekarkan kembali menjadi 10 (sepuluh)
kecamatan. Namun, setelah terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan
Nomor 06 Tahun 2005, maka Kabupaten Pelalawan terdiri atas 12 kecamatan.

BANDAR LAMA DI KAB. ROKAN HILIR


( BAGANSIAPIAPI )
Rokan Hilir adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Riau,
Indonesia. Ibu kotanya adalah Bagansiapiapi, kota bersejarah, dan pernah
dikenal sebagai penghasil ikan terbesar di Indonesia. Kabupaten ini sebelumnya
termasuk ke dalam Kabupaten Bengkalis. Pusat pemerintahan kabupaten berada
di tengah-tengah kota Bagansiapiapi, tepatnya di Jalan Merdeka No 58.
Kabupaten ini mempunyai luas sebesar 8.881,59 km² dan penduduk sejumlah
637.161 jiwa (2021). Penduduk aslinya adalah suku Melayu Rokan Hilir. Rokan
Hilir terbagi dalam 18 kecamatan, 25 kelurahan, dan 173 desa.

Rokan Hilir dibentuk dari tiga kenegerian, yaitu negeri Kubu, Bangko dan
Tanah Putih. Negeri-negeri tersebut dipimpin oleh seorang Kepala Negeri yang
bertanggung jawab kepada Sultan Siak.Distrik pertama didirikan Hindia
Belanda di Tanah Putih pada saat menduduki daerah ini pada tahun 1890.
Setelah Bagansiapiapi yang dibuka oleh pemukim-pemukim Tionghoa
berkembang pesat, Belanda memindahkan pemerintahan kontrolir-nya ke kota
ini pada tahun 1901. Bagansiapiapi semakin berkembang setelah Belanda
membangun pelabuhan modern dan terlengkap untuk mengimbangi pelabuhan
lainnya di Selat Malaka hingga Perang Dunia I usai. Setelah kemerdekaan
Indonesia, Rokan Hilir digabungkan ke dalam Kabupaten Bengkalis, Provinsi
Riau.

Bekas wilayah Kewedanaan Bagansiapiapi yang terdiri dari Kecamatan Tanah


Putih, Kubu, dan Bangko serta Kecamatan Rimba Melintang dan Bagan
Sinembah kemudian pada tanggal 4 Oktober 1999 ditetapkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia sebagai kabupaten baru di Provinsi Riau yang diberi nama
Kabupaten Rokan Hilir sesuai dengan Undang-Undang Nomor 53 tahun 1999
dengan ibu kota Ujung Tanjung dan ibu kota sementara di Bagansiapiapi.
Bagansiapiapi, dengan infrastruktur kota yang jauh lebih baik, pada tanggal
24 Juni 2008 resmi ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Rokan Hilir yang sah
setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui 12 Rancangan Undang-
Undang (RUU) Pembentukan Kabupaten/Kota dan RUU atas perubahan ketiga
atas UU Nomor 53 Tahun 1999 disahkan sebagai Undang-Undang dalam Rapat
Paripurna.

Kabupaten Rokan Hilir terletak di bagian paling utara dari Provinsi Riau yang
juga merupakan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera. Kabupaten Rokan Hilir
memiliki luas wilayah 8.881,59 Km2 atau 888.159 Hektar, terbagi atas 14
kecamatan. Wilayah Kabupaten Rokan Hilir terletak pada koordinat 1°14'
sampai 2°45' Lintang Utara dan 100°17' hingga 101°21' Bujur Timur.

Wilayah daratan Kabupaten Rokan Hilir sebagian dasar merupakan dataran


rendah dengan ketinggian 0 s/d 100 meter di atas permukaan laut. Pada daerah
pesisir pantai memiliki ketinggian antara 0 s/d 6 meter dpl dan dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Untuk daerah sepanjang aliran sungai, pada umumnya
memiliki ketinggian antara 0 s/d 30 meter dpl. Daerah aliran sungai Rokan
mulai dari muara hingga sekitar ibukota Kecamatan Rimba Melintang
merupakan daerah pasang surut air laut. Kemiringan lahan Kabupaten Rokan
Hilir berkisar antara 0 s/d 15%. Daerah dengan kemiringan lereng 0 s/d 3%
meliputi luasan sekitar 600.625 Ha atau 80% dari keseluruhan luas daratan.
Pada bagian selatan hingga ke barat daya atau dari Kecamatan Tanah Putih
hingga ke bagian selatan dari Kecamatan Bagan Sinembah, memiliki bentuk
wilayah yang bervariasi antara datar s/d agak berombak hingga bergelombang
dengan kemiringan 0 s/d 5% sampai 8–15%, dengan kemiringan ketinggian
antara 5 s/d 100 meter dpl.

BANDAR LAMA DI KAB.SIAK


( SIAK )
Siak (bahasa Melayu: Jawi ‫ )سياك‬adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi
Riau, Indonesia. Ibu kotanya adalah Siak Sri Inderapura. Luas wilayah
kabupaten Siak ini mencapai 8.556,09 km² dengan jumlah penduduk per tahun
2020 sebanyak 457.940 jiwa.

Sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kesultanan Siak Sri


Inderapura. Di awal kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II, merupakan
Sultan Siak terakhir menyatakan kerajaannya bergabung dengan negara
Republik Indonesia. Kemudian wilayah ini menjadi wilayah Kewedanan Siak di
bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan
Siak. Pada tahun 1999 berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999, meningkat
statusnya menjadi Kabupaten Siak dengan ibu kotanya Siak Sri Indrapura.

Secara geografis Kabupaten Siak terletak pada koordinat 10 16’ 30” — 00 20’
49” Lintang Utara dan 100 54’ 21” 102° 10’ 59” Bujur Timur. Secara fisik
geografls memiliki kawasan pesisir pantai yang berhampiran dengan sejumlah
negara tetangga dan masuk kedalam daerah segitiga pertumbuhan (growth
triangle) Indonesia–Malaysia–Singapura.

Bentang alam Kabupaten Siak sebagian besar terdiri dari dataran rendah di
bagian Timur dan sebagian dataran tinggi di sebelah barat. Pada umumnya
struktur tanah terdiri dan tanah podsolik merah kuning dan batuan dan alluvial
serta tanah organosol dan gley humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah
basah. Lahan semacam ini subur untuk pengembangan pertanian, perkebunan
dan perikanan. Daerah mi beriklim tropis dengan suhu udara antara 25° -- 32°
Celsius, dengan kelembaban dan curah hujan cukup tinggi.

Selain dikenal dengan Sungai Siak yang membelah wilayah Kabupaten Siak,
daerah ini juga terdapat banyak tasik atau danau yang tersebar di beberapa
wilayah kecamatan. Sungai Siak sendiri terkenal sebagai sungai terdalam di
tanah air, sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi, terutama sebagai
sarana transportasi dan perhubungan. Namun potensi banjir diperkirakan juga
terdapat pada daerah sepanjang Sungai Siak, karena morfologinya relatif datar.

Selain Sungai Siak, daerah ini juga dialiri sungai-sungai lain, yaitu: Sungai
Mandau, Sungai Gasib, Sungai Apit, Sungai Tengah, Sungai Rawa, Sungai
Buantan, Sungai Limau, dan Sungai Bayam. Sedangkan danau-danau yang
tersebar di daerah ini adalah: Danau Ketialau, Danau Air Hitam, Danau Besi,
Danau Tembatu Sonsang, Danau Pulau Besar, Danau Zamrud, Danau Pulau
Bawah, Danau Pulau Atas dan Tasik Rawa.

Berdasarkan perhitungan sikius hidrologi, 15% surplus air dan curah hujan
rata-rata bulanan menjadi aliran permukaan, maka memungkinkan terjadinya
banjir musiman pada bulan-bulan basah. Dan analisis data curah hujan diketahui
bahwa bulan basah berlangsung pada bulan Oktober hingga Desember,
sedangkan bulan kering pada bulan Juni hingga Agustus. Distribusi curah hujan
semakin meninggi ke arah Pegunungan Bukit Barisan di bagian barat wilayah
Provinsi Riau.

BANDAR LAMA DI KOTA DUMAI


Dumai adalah sebuah kota di provinsi Riau, Indonesia, sekitar 201 km dari
Kota Pekanbaru.Kota Dumai adalah kota dengan wilayah administrasi terluas
kedua di Indonesia berdasarkan statusnya sebagai kotamadya, setelah Kota
Palangka Raya. Kota ini berawal dari sebuah dusun kecil di pesisir timur
Provinsi Riau.

Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis.


Diresmikan sebagai kota pada 20 April 1999, dengan UU No. 16 tahun 1999
tanggal 20 April 1999 setelah sebelumnya sempat menjadi kota administratif
(kotif) di dalam
Kabupaten
Utara Pulau Rupat, Bengkalis
Bengkalis. Pada
awal
Timur Bandar Laksamana pembentukannya,
Kota Dumai
Selatan Bathin Solapan dan Bandar Laksamana, Bengkalis hanya terdiri atas
3 kecamatan, 13
Barat Bangko dan Tanah Putih, Rokan Hilir
kelurahan dan 9
desa dengan
jumlah penduduk hanya 15.699 jiwa dengan tingkat kepadatan 83,85
jiwa/km2.Rata-rata ketinggian adalah 3 meter di atas muka laut. Wilayah Kota
Dumai beriklim tropis dengan curah hujan antara 100–300 cm dan suhu udara
24-30 °C dengan kondisi tanah rawa bergambut.

Dumai sebagian terdiri dari dataran rendah di bagian utara dan di sebelah
selatan sebagian adalah dataran tinggi. Kondisi tanahnya mayoritas berupa
tanah rawa yang bergambut dengan kedalaman antara 0-0,5 m. Struktur tanah
umumnya terdiri dari tanah podsolik merah kuning dan tanah organosol dan
gley humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah.Tanahnya terbentuk
melalui endapanaluvium, lumpur, pasir halus, pasir, maupun kerikil dengan sifat
yang mudah mengendap karena aliran air.[6] Terdapat 15 sungai di wilayah
Dumai. Sungai-sungai tersebut dapat dilayari kapal pompong, sampan dan
perahu sampai jauh ke hulu sungai.

Batas Wilayah :
BANDAR LAMA DI KAB.KAMPAR
( BANGKINANG )
Kampar adalah sebuah wilayah kabupaten yang berada di provinsi Riau,
Indonesia. Di samping julukan sebagai Bumi Sarimadu, Kampar juga dikenal
dengan julukan Serambi Mekkah di provinsi Riau. Kabupaten ini memiliki luas
11.289,28 km² atau 12,26% dari luas provinsi Riau dan jumlah penduduk
berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2022 berjumlah 847.236
jiwa. Ibu kota Kampar berada di Bangkinang.

Pada awalnya Kampar termasuk sebuah kawasan yang luas, merupakan


sebuah kawasan yang dilalui oleh sebuah sungai besar, yang disebut dengan
Sungai Kampar. Berkaitan dengan Prasasti Kedukan Bukit, beberapa
sejarahwan menafsirkan Minanga Tanvar dapat bermaksud dengan pertemuan
dua sungai yang diasumsikan pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Sungai
Kampar Kiri. Penafsiran ini didukung dengan penemuan Candi Muara Takus di
tepian Sungai Kampar Kanan, yang diperkirakan telah ada pada masa Sriwijaya.

Berdasarkan Sulalatus Salatin, disebutkan adanya keterkaitan Kesultanan


Melayu Melaka dengan Kampar. Kemudian juga disebutkan Sultan Melaka
terakhir, Sultan Mahmud Shah setelah jatuhnya Bintan tahun 1526 ke tangan
Portugis, melarikan diri ke Kampar, dua tahun berikutnya mangkat dan
dimakamkan di Kampar.[6] Dalam catatan Portugal, disebutkan bahwa di
Kampar waktu itu telah dipimpim oleh seorang raja, yang juga memiliki
hubungan dengan penguasa Minangkabau.[7] Tomas Dias dalam ekspedisinya
ke pedalaman Minangkabau tahun 1684, menyebutkan bahwa ia menelusuri
Sungai Siak kemudian sampai pada suatu kawasan, pindah dan melanjutkan
perjalanan darat menuju Sungai Kampar. Dalam perjalanan tersebut ia berjumpa
dengan penguasa setempat dan meminta izin menuju Pagaruyung.

Pada tanggal 9 Oktober 2015 Presiden Joko Widodo mengunjungi lokasi


kebakaran hutan dan lahan, di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang,
Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Kabupaten Kampar dengan luas lebih kurang 211.289,28 km² merupakan


daerah yang terletak antara 1°00’40” Lintang Utara sampai 0°27’00” Lintang
Selatan dan 100°28’30” – 101°14’30” Bujur Timur.

Kabupaten Kampar dilalui oleh dua buah sungai besar dan beberapa sungai
kecil, di antaranya Sungai Kampar yang panjangnya ± 413,5 km dengan
kedalaman rata-rata 7,7 m dan lebar rata-rata 143 meter. Seluruh bagian sungai
ini termasuk dalam Kabupaten Kampar yang meliputi Kecamatan XIII Koto
Kampar, Bangkinang, Kuok, Kampar, Siak Hulu, dan Kampar Kiri. Kemudian
Sungai Siak bagian hulu yakni panjangnya ± 90 km dengan kedalaman rata-rata
8 – 12 m yang melintasi kecamatan Tapung. Sungai-sungai besar yang terdapat
di Kabupaten Kampar ini sebagian masih berfungsi baik sebagai sarana
perhubungan, sumber air bersih, budi daya ikan, maupun sebagai sumber energi
listrik (PLTA Koto Panjang).

BANDAR LAMA DI KAB.KEPULAUN MERANTI


( SELAT PANJANG )
Kepulauan Meranti adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia.
Ibukotanya adalah Selatpanjang. Jumlah penduduk kabupaten ini berjumlah
206.116 jiwa (2020), dengan luas wilayah 3.707,84 km².Kabupaten Kepulauan
Meranti terdiri dari Pulau Tebing Tinggi, Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau
Ransang, Pulau Topang, Pulau Manggung, Pulau Panjang, Pulau Jadi, Pulau
Setahun, Pulau Tiga, Pulau Baru, Pulau Paning, Pulau Dedap, Pulau
Berembang, Pulau Burung.[10] Adapun nama Meranti diambil dari nama
gabungan "Pulau Merbau, Pulau Ransang, dan Pulau Tebing Tinggi.

Secara geografis kabupaten Kepulauan Meranti berada pada koordinat


antara sekitar 0° 42' 30" - 1° 28' 0" LU, dan 102° 12' 0" - 103° 10' 0" BT, dan
terletak pada bagian pesisir timur pulau Sumatra, dengan pesisir pantai yang
berbatasan dengan sejumlah negara tetangga dan masuk dalam daerah Segitiga
Pertumbuhan Ekonomi (Growth Triagle) Indonesia–Malaysia–Singapore (IMS-
GT ) dan secara tidak langsung sudah menjadi daerah Hinterland Kawasan Free
Trade Zone (FTZ) Batam - Tanjung Balai Karimun.

Dalam rangka memanfaatkan peluang dan keuntungan posisi geografis dan


mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah perbatasan dengan negara tetangga
Malaysia dan Singapura, maka wilayah kabupaten Kepulauan Meranti sangat
potensial berfungsi sebagai Gerbang Lintas Batas Negara/Pintu Gerbang
Internasional yang menghubungan dengan Riau daratan dengan negara tetangga
melalui jalur laut, hal ini untuk melengkapi kota Dumai yang terlebih dahulu
ditetapkan dan berfungsi sebagai kota Pusat Kegiatan Strategis Negara yaitu
yang berfungsi sebagai beranda depan negara, pintu gerbang internasional,
niaga dan industri. Luas kabupaten Kepulauan Meranti adalah 3.707,84 km²,
sedangkan luas kota Selatpanjang adalah 45,44 km².

Bentang alam kabupaten Kepulauan Meranti sebagian besar terdiri dari


daratan rendah. Pada umumnya struktur tanah terdiri tanah alluvial dan grey
humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah dan berhutan bakau
(mangrove). Lahan semacam ini subur untuk mengembangkan
pertanian,perkebunan dan perikanan.[butuh rujukan]

Karakteristik dari jenis tanah ini adalah tergolong tanah dengan kedalaman
solum cukup dalam dan bergambut (> 100 cm), tekstur lapisan bawah halus
(liat) sedangkan lapisan atas merupakan Kemik (tingkat pelapukan sampai
tingkat menengah), konsistensi tanah lekat, porositas tanah sedang, reaksi tanah
tergolong sangat masam dengan pH berkisar antara 3,1–4,0 dan kepekaan
terhadap erosi termasuk rendah.Formasi geologinya terbentuk dari jenis batuan
endapan aluvium muda berumur holosen dengan litologi lempung, lanau, kerikil
kecil dan sisa tumbuhan di rawa gambut, tidak ditemukan daerah rawan longsor
karena arealnya datar, yaitu rawa gambut.Berdasarkan hasil penafsiran peta
topografi dengan skala 1:250.000 diperoleh gambaran secara umum bahwa
kawasan Kabupaten Kepulauan Meranti sebagian besar bertopografi datar
dengan kelerengan 0–8 %, dengan ketinggian rata-rata sekitar 1-6,4 m di atas
permukaan laut.Daerah ini beriklim tropis dengan suhu udara antara 25°–32°
Celcius.

BANDAR LAMA DI KAB.KUANTAN SINGINGI


( KOTA TALUK )
Kuantan Singingi (disingkat Kuansing) adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Riau, Indonesia. Ibu kotanya adalah Teluk Kuantan yang merupakan
tempat perantauan orang-orang Minangkabau (Rantau Nan Kurang Oso Duo
Puluah) dan menjadi wilayah pengaruh Minangkabau (rumpun Minang).
Kabupaten ini berada di bagian barat daya Provinsi Riau dan merupakan
pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu. Jumlah penduduk Kuantan Singigi
tahun 2022 sebanyak 347.949 jiwa.

Kabupaten Kuantan Singingi beriklim tropis. Musim hujan berlangsung dari


bulan September sampai bulan Februari dan curah hujan tertinggi pada bulan
Desember. Musim kemarau pada bulan Maret sampai bulan Agustus.Kabupaten
Kuantan Singingi terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi kira kira 400 m
di atas permukaan laut. Dataran tinggi di daerah ini cenderung berangin dan
berbukit dengan kecenderungan 5–300. Dataran tinggi berbukit mencapai
ketinggian 400–800 m di atas permukaan laut dan merupakan bagian dari
jajaran Bukit Barisan.

Terdapat dua sungai besar yang melintasi wilayah Kabupaten Kuantan


Singingi yaitu Sungai Kuantan dan Sungai Singingi. Peranan sungai tersebut
sangat penting terutama sebagai sarana transportasi, sumber air bersih, budi
daya perikanan dan dapat dijadikan sumberdaya buatan untuk mengahasilkan
suplai listrik tenaga air. Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Kuantan mengaliri
9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan Hulu Kuantan, Kecamatan Kuantan
Mudik, Kecamatan Gunung Toar, Kecamatan Kuantan Tengah, Kecamatan
Benai, Kecamatan Pangean, Kecamatan Kuantan Hilir, Kecamatan Inuman dan
Kecamatan Cerenti.

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan pemekaran dari Kabupaten Indragiri


Hulu, setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 53 tahun 1999,
Kabupaten Indragiri Hulu dimekarkan menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten
Indragiri Hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi dengan ibu kotanya
berkedudukan di Teluk Kuantan. Pada tanggal 8 Oktober 1999 ditunjuk Drs. H.
Rusdji S. Abrus sebagai pejabat Bupati Kabupaten Kuantan Singingi. Kemudian
berdasarkan pemilihan Bupati Kuantan Singingi yang dipilih oleh DPRD
Kabupaten Kuantan Singingi, terpilih Drs. H. Rusdji S Abrus sebagai bupati
definitif periode 2001- 2006.Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 131.24.133 Tahun 2001 dan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 132.24-134, diangkat dan ditetapkan sebagai Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Kuantan Singingi.

Namun selang waktu 2 bulan Bupati Kuantan Singingi terpilih meninggal


dunia, jabatan Bupati digantikan langsung oleh Wakil Bupati, Drs. H. Asrul
Ja’afar yang kemudian ditetapkan menjadi Bupati Kuantan Singingi
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.24-316,
tanggal 20 Agustus 2001. Kabupaten Kuantan Singingi pada awalnya
membawahi 6 kecamatan kemudian dimekarkan menjadi 12 kecamatan.

Anda mungkin juga menyukai