Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Riau merupakan salah satu provinsi terbesar di pulau Sumatera dengan beragam kultur
budaya khas melayu yang sangat kuat. Di provinsi ini, kekuatan sejarah dan akulturasi
budaya menjadi ciri khas pembeda dengan provinsi lain. Berlokasi di tengah pulau Sumatera,
Provinsi Riau kini menjadi salah satu kawasan paling strategis dengan percepatan
pembangunan yang sangat baik.

Pembentukan Provinsi Riau dikuatkan dengan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun


1957. Kemudian diundangkan dalam Undang-undang Nomor 61 tahun 1958. Sama halnya
dengan provinsi pautan yang hadir di Indonesia, sebagai berdirinya Provinsi Riau memakan
saat dan perjuangan yang cukup panjang, yaitu hampir 6 tahun (17 November 1952 s/d 5
Maret 1958).

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Tokoh Pejuang Pembentukan Provinsi Riau?
2. Bagaimana Sejarah Provinsi Riau?
3. Sebutkan Asas Jati Diri Melayu?
4. Bagaimana dengan pakaian adat Riau?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tokoh Pejuang Pembentukan Provinsi Riau

Provinsi Riau terbentuk pada 9 Agustus 1957 berdasarkan Undang-undang Darurat


Nomor 19 Tahun 1957, yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Riau terpisah dari
Provinsi Sumatera Tengah. Ibukota Provinsi Riau pertama di Tanjungpinang.

Penetapan Riau sebagai provinsi merupakan buah dari perjuangan, ikhtiar dan keringat
para perjuangan dan tokoh-tokoh pendiri yang tak kenal lelah dan pamrih. Mereka telah
berkorban demi wujudnya Provinsi Riau tercinta, dimana sebagian besar telahberpulang ke
rahmatullah dan hanya sebagian kecil saja yang masih ada dan berumur panjang.

Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada para tokoh pendiri dan pejuang
pendiri Provinsi Riau, sesuai Surat Keputusan Gubernur Riau Nomor 551/VIII/2018 tanggal
6 Agustus 2018. Nama-nama pejuang daerah tersebut telah ditetapkan sebagai Pahlawan
Daerah Riau oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) dan Dewan Gelar
Daerah (DGD) untuk diberikan penghargaan oleh Pemerintah Provinsi Riau bertepatan
dengan hari jadi Provinsi Riau yang ke-61 tanggal 9 Agustus 2018 lalu.

Penghargaan itu akan diterima para pejuang yang masih hidup dan oleh para ahli
warisnya bagi pejuang yang sudah meninggal dunia. Pemberian penghargaan dilakukan
dalam rapat paripurna DPRD Provinsi Riau yang dihadiri “Tentunya nama-nama tokoh
pejuang yang terdapat dalam buku ini tidak asing lagi bagi masyarakat daerah asal mereka
khususnya dan masyarakat Riau pada umumnya,”kata Ketua DPRD Provinsi Riau, Septina
Primawati.

Adapun 12 calon tokoh pejuang Riau tersebut adalah:

1. HM. Hamid Yahya (Pekanbaru)

2. T. Syarifah Fadlun Tengku Maharatu (Siak)

3. Tengku Ghazali (Kampar)

4. Tengku Ilyas (Rokan Hulu)

5. Datuk Zainal Abidin (Rokan Hilir)

6. Tengku Muhammad (Indragiri Hulu)


7. Letkol A. Muis (Kuantan Singngi)

8. H. Bakar Oemar (Kepulauan Meranti)

9. Tengku Masdulhak (Dumai)

10. Drs. H. Baharuddin Yusuf (Indragiri Hilir)

11. Kol Pol (P) Zalik Aris (Bengkalis)

12. Tengku Nazir Alwy (Pelalawan)

B. Mengenal Provinsi Riau dan Sejarahnya

Sejarah Provinsi Riau


Awalnya, Riau merupakan kawasan yang berada di Provinsi Sumatera Tengah
bersama Sumatera Barat dan Jambi. Sayangnya, pemekaran kawasan tersebut tidak
berdampak signifikan bagi pembangunan Riau di berbagai sektor. Hingga akhirnya
masyarakat Riau berinisiatif mendirikan provinsi baru, dan melepaskan diri dari provinsi
Sumatera Barat dan Jambi.

Gerakan tersebut dimulai dengan Kongres Pemuda Riau (KPR) I pada tanggal 17
Oktober 1954 di Kota Pekanbaru. Kongres pertama tersebut menjadi momen awal
terbentuknya Badan Kongres Pemuda Riau (BKPR) pada tanggal 27 Desember 1954.
Selanjutnya, perwakilan BKPR berinisiatif menemui Menteri Dalam Negeri untuk
mewujudkan otonomi daerah sebagai provinsi mandiri. Langkah besar ini pun sangat
didukung oleh segenap masyarakat Riau.

Pada tanggal 25 Februari 1955, sidang pleno Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Sementara (DPRDS) Bengkalis merumuskan bahan-bahan konferensi Desentralisasi
/DPRDS/ DPDS se-Indonesia yang diadakan di Bandung tanggal 10 hingga 14 Maret 1955.
Keputusan konferensi tersebut menyatakan bahwa Riau sah menjadi provinsi mandiri
terhitung sejak 7 Agustus 1957.

Perkembangan Provinsi Riau selanjutnya diputuskan pada Kongres Rakyat Riau (KRR)
yang diadakan pada tanggal 31 Januari hingga 2 Februari 1956. KKR menjadi wadah bagi
Provinsi Riau untuk menyatakan :

 Keinginan agar Kabupaten Kampar, Bengkalis, Indragiri, dan Kepulauan Riau


dijadikan daerah otonomi tingkat satu.
 Niat supaya Bangsa Indonesia bersedia tinggal dan mencari nafkah di Riau tanpa
memandang perbedaan suku.
 Implementasi berbagai usaha untuk mewujudkan tujuan Provinsi Riau.
 Tuntutan agar pembentukan Provinsi Riau disamakan dengan pembentukan berbagai
provinsi di Aceh, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi.

Asal Mula Nama Riau


Ada tiga versi cerita yang dipercaya sebagai asal mula nama Riau. Menurut penuturan
sastrawan Hasan Junus, versi pertama berasal dari toponomi Riau yang memiliki banyak
sungai. Orang-orang Portugis pun sering menyebutnya dengan kata rio yang berarti sungai.
Versi kedua adalah sebutan “riahi“ dari tokoh Sinbad Al-Bahar untuk suatu tempat di Pulau
Bintan.
Sementara itu, versi ketiga menyatakan bahwa Riau berasal dari kata “rioh atau riuh“
yang artinya hiruk pikuk atau ramai orang bekerja. Konon kabarnya, pengucapan kata Riau
berasal dari masyarakat setempat. Hal tersebut bermula dari pendirian negeri baru di Sungai
Carang sebagai pusat kerajaan. Hulu sungai tersebut kemudian diberi nama Ulu Riau.

Jumlah Kota dan Kabupaten di Riau


Hingga saat ini Riau memiliki 12 kota dan kabupaten, yaitu:

 Kota Pekanbaru (ibu kota provinsi)


 Kabupaten Kampar
 Kabupaten Rokan Hulu
 Kabupaten Rokan Hilir
 Kabupaten Pelalawan
 Kabupaten Siak
 Kota Dumai
 Kabupaten Bengkalis
 Kabupaten Kuantan Singingi
 Kabupaten Indragiri Hulu
 Kabupaten Indragiri Hilir
 Kabupaten Kepulauan Meranti

Mengenal Ragam Kebudayaan Riau


Budaya Riau terbilang unik karena sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu. Pada tahun
2018, ada 14 budaya asal Riau yang dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda
(WBTB) Indonesia. Keempat belas budaya Riau tersebut yaitu:

 Silek (silat) Tigo bulan (Rokan Hulu)


 Ratik Bosa atau Ratik Togak (Rokan Hulu)
 Lukah Gilo Riau (Rokan Hulu)
 Ghatib beghanyut (Siak)
 Syair Siak Sri Indrapura (Siak)
 Tari Gendong (Siak, Meranti, Bengkalis)
 Kayat Kuansing atau Kayat Rantau Kuantan (Kuantan Singingi)
 Nandung Indragiri Hulu (Indragiri Hulu)
 Silat Pangean (Kuantan Singingi)
 Belian (Pelalawan)
 Basiacuong (Kampar)
 Pantun Atui (Kampar)
 Badondong (Kampar)
 Kotik Adat Kampar (Kampar)

Sejarah Kota Pekanbaru sebagai Ibu Kota Riau


Awalnya, Kota Pekanbaru merupakan daerah yang dikenal dengan sebutan
“Senapelan“. Seiring dengan berjalannya waktu, kota ini terus bertumbuh dan berkembang
menjadi Dusun Payung Sekaki di sekitar muara Sungai Siak. Berdasarkan catatan yang dibuat
Imam Suhil Siak, Senapelan yang kemudian populer dengan sebutan Pekanbaru resmi
didirikan tanggal 23 Juni 1784 oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah di
bawah pemerintahan Sultan Yahya dari Kerajaan Siak Sri Indra Pura. Hingga saat ini, tanggal
tersebut masih diperingati sebagai hari jadi Kota Pekanbaru.

Pada tahun 1958, pemerintah pusat menetapkan Kota Pekanbaru sebagai ibu kota
Provinsi Riau secara permanen. Sebelum tahun 1960, luas Pekanbaru hanya seukuran 16
kilometer persegi. Namun, ukuran tersebut terus berkembang hingga pada tahun 1965
mencapai 446,5 kilometer persegi.

Mengintip Perkembangan Kota Pekanbaru


Kota Pekanbaru saat ini berkembang pesat sebagai salah satu kota besar di tanah air.
Selain menjadi pusat pemerintahan Provinsi Riau, Pekanbaru juga memiliki berbagai objek
wisata dengan daya tarik istimewa. Ada beberapa objek wisata yang wajib untuk dikunjungi
saat berada di Pekanbaru berikut ini :

 Kawah Biru

Destinasi wisata yang terletak di Desa Tanah Merah ini berasal dari lubang bekas galian yang
terisi air hujan. Air pada lubang yang menyerupai danau ini berwarna biru sehingga tampak
indah. Tak mengherankan bila banyak wisatawan mengunjungi Kawah Biru untuk berburu
foto-foto instagramable atau sekadar menikmati keindahan alamnya.

 Masjid Agung An-Nur

Mengunjungi Pekanbaru tentu kurang lengkap kalau tidak singgah ke Masjid Agung An-Nur.
Masjid besar kebanggaan masyarakat Riau ini tampak unik karena arsitekturnya merupakan
hasil akulturasi budaya Melayu, Turki, India, dan Arab. Keunikan tersebut membuat Masjid
Agung An-Nur dijuluki sebagai Taj Mahal-nya Indonesia. Selain menjadi objek wisata religi,
banyak pula orang yang mengunjungi masjid ini untuk berfoto memandangi keindahan
arsitekturnya.

 Perpustakaan Soeman H.S.


Anda yang suka membaca buku tak boleh melewatkan kesempatan untuk berkunjung ke
Perpustakaan Soeman H.S. Perpustakaan besar ini memiliki koleksi buku yang sangat
lengkap dan berbagai fasilitas pendukung lainnya. Anda bisa mengelilingi perpustakaan ini
untuk menemukan buku favorit sekaligus menggunakan fasilitas pendukungnya yang
canggih.

 Riau Fantasi

Jika Anda berlibur ke Riau sambil mengajak keluarga, Riau Fantasi adalah destinasi wisata
yang tepat. Taman bermain seluas 6,5 hektar ini memiliki banyak wahana permainan
menarik. Kalau sedang tak ingin bermain air, ada pula wahana kering yang tak kalah
menyenangkan. Nikmati kebersamaan keluarga sambil bermain di Riau Fantasi.

C. Asas Jati diri melayu

Sudah diketahui bersama bahwa Melayu merupakan suatu suku bangsa dengan aturan
yang kental akan nuansa Islam. Seperti yang kerap diungkapkan “adat bersendikan syarak,
syarak bersendikan kitabullah” yang bermakna adat mengatur tingkah laku dan setiap
perbuatan bangsa Melayu agar tidak menyimpang dari syari’at Islam. Hukum dan norma
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Melayu Riau itu kemudian membentuk suatu
karakteristik dan jatidiri yang khas dalam pribadi orang Melayu.
Adapun beberapa asas jatidiri Melayu Riau seperti yang dirangkum oleh Binsar dan
Mashuri (2017) adalah sebagai berikut :

1.      Bercakap bersetinah, berunding bersetabik


Asas ini mengajarkan orang Melayu untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kesantunan,
kesopanan, ketertiban serta budi pekerti mulia, memelihara lidah, menjaga tingkah laku,
menjauhkan sifat kasar langgar, memantangkan mencaci orang, besar kepala, angkuh, dan
sifat buruk lainnya dalam pergaulan.
Hal ini dapat dilihat dari sebuah ungkapan :
“Apa tanda orang beradat,
elok perangai sempurna sifat.
Apa tanda orang terpandang,
bercakap tidak menista orang.
Apa tanda orang bermaruah,
kalau bicara tidak menyalah.
Apa tanda orang berakal,
dalam berbual tidak membual”
2.      Lapang dada terbuka tangan
Asas ini menunjukkan sifat pemaaf dan pemurah. Orang Melayu diinginkan menjadi pribadi
yang baik hati dan tidak mendendam. Segala permasalahan mesti diselesaikan dengan cara
yang baik dan tidak merugikan sesiapa, sehingga dapat saling menerima permintaan maaf dan
tetap menjaga silaturahmi antarsesama. Asas ini juga dapat melahirkan pribadi yang ringan
tangan, bersegera meringankan beban orang lain serta menjaga segala aib dan kerahasiaan
mereka.
Sebuah ungkapan menyebutkan :
“Sifat lapang terbuka tangan
hatinya bersih berpalut iman
kesalahan orang ia lupakan
kesusahan orang ia rasakan
dendam kesumat ia jauhkan
sifat orang berdada lapang
tahu merasa bijak menenggang
tahu menjaga aib malu orang
tahu menghapus muka berarang
sifat orang terbuka tangan
cepat kaki ringan tangan
tahu menolong orang berbeban
bijak membantu dalam kesempitan”
3.      Tahu menyemak, pandai menyimpai
Asas ini mengandung nilai yang penuh kearifan, bijaksana, tanggap, dan cekatan dalam
menilai dan memutuskan sesuatu sehingga orang Melayu haruslah mampu menyimak
perkembangan masyarakat dan perubahan zaman serta dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan dalam kehidupan. Bersungguh dalam menuntut ilmu, bersegera melakukan
perbaikan serta pandai menimbang baik dan buruk akan segala sesuatu merupakan bagian
dari jatidiri pribadi Melayu.
Dalam sebuah ungkapan diterangkan :
“Arif menyemak kicau murai,
arif menapis angin lalu,
arif mendengar desau daun,
arif menilik bintang di langit,
arif menangkap kerlingan orang,
bijak menepis mata pedang,
bijak membuka simpul mati,
pandai mengurung dengan lidah,
pandai mengundang dengan cakap,
pandai mengungkung dengan syarak,
pandai menyimpai dengan adat,
pandai mengikat dengan lembaga,
cepat akal laju pikiran,
cepat angan laju buatan,
tajam mata jauh pandangan,
nyaring telinga luas pendengaran.”
4.      Menang dalam kalah
Asas ini mengandung nilai piawai dalam bersiasat, mahir dalam menyusun strategi, sabar dan
teliti dalam mencari peluang, unggul dalam berunding, berhemat cermat dalam mengambil
keputusan, serta berlapang dada dan sabar lagi mengalah dalam batas-batas tertentu untuk
mencapai kejayaan.
Dalam sebuah ungkapan lain disebutkan :
“yang menang dalam kalah,
yang lapang dalam sempit,
yang kaya dalam susah,
lapang dada luas hati,
lapangnya tidak berhempang,
luasnya tidak berbatas,
dalamnya tidak terukur,
kayaknya tidak tersukat,
beratnya tidak tertimbang,
cerdik menjadi penyambung lidah,
berani menjadi pelapis dada,
kuatnya menjadi tiang sendi,
kerasnya tidak tertakik,
lembutnya tidak tersudu,
lemahnya tidak tercapak,
kendurnya berdenting-denting,
tegangnya berjela-jela”.
5.      Tahu hidup meninggalkan, tahu mati mewariskan
Asas ini merupakan nilai yang menyadarkan orang untuk berkarya, berbuat kebajikan,
berbudi dan jasa selama hidupnya, mewariskan nilai luhur agama dan budaya, nama baik
serta keteladanan hidup. Orang Melayu mestilah sadar betul hakikat kehidupan dunia yang
sementara menjadi bekalan bagi kehidupan selanjutnya di akhirat. Kesadaran ini kemudian
melahirkan pribadi yang senantiasa mengajak kepada kebaikan, meneladani perilaku yang
terpuji serta menghasilkan karya yang berfaedah dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Pengamalan asas ini dapat dilihat dari ungkapan berikut ini :

“Yang disebut hidup meninggalkan,


meninggalkan syarak tempat berpijak,
meninggalkan adat tempat menepat,
meninggalkan lembaga tempat berjaga,
meninggalkan budi yang terpuji,
meninggalkan contoh yang senonoh,
meninggalkan teladan yang sepadan,
meninggalkan nama yang mulia,
meninggalkan petuah yang berfaedah,
meninggalkan kaji yang berisi,
meninggalkan pusaka yang berharga,
meninggalkan anak yang dipinak,
meninggalkan harta yang berguna,
meninggalkan dunia dengan bekalnya”.
Itulah beberapa asas jatidiri Melayu Riau yang jika dihayati dan diamalkan dengan
penuh kesungguhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tentu akan
dapat mewujudkan kesejahteraan serta keharmonisan dalam keragaman suku bangsa di
Indonesia. Identitas sebagai orang Melayu bukanlah sekedar bentuk klasifikasi dari berbagai
suku yang terdapat di Nusantara, tapi juga menjadi penanda suatu pribadi dengan jatidiri
berdasar asas kemelayuan itu sendiri. Jika terdapat orang Melayu yang memiliki pribadi
bertolak belakang dari karakter tersebut diatas, sudah tentu ia kurang mengenal akan jatidiri
Melayu itu sendiri.
Semangat mewariskan peradaban ! Tak kan Melayu Hilang di Bumi.

D. Pakaian Adat Riau

Pakaian adat Riau – Pakaian adat memang selalu memiliki makna dan juga filosofi yang
harus diketahui oleh setiap bangsa Indonesia. Pakaian tradisional Melayu Riau sendiri terdiri
dari berbagai jenis. Jenis pakaian ini tergantung pada situasi dan kondisi pemakainya dan
kegiatan yang harus dilakukan, misalnya untuk acara resmi atau untuk dikenakan dalam
kegiatan sehari-hari. Berikut adalah ulasan lengkap mengenai sejarah atau asal usul pakaian
tradisional Riau.

Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera.
Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur pulau Sumatera, yang berada di sepanjang
pantai Selat Malaka. Luas provinsi Riau sekitar 94,561 km². Riau sendiri berbatasan dengan
Kepulauan Riau dan Selat Malaka di utara.

Baju Adat Riau:

Sejarah Pakaian Adat Riau


Pakaian adalah simbol budaya yang menandai perkembangan, akulturasi, dan kekhasan
budaya. Pakaian juga bisa menjadi penanda mengenai identitas suatu masyarakat dalam
sebuah daerah, termasuk pakaian tradisional Riau. Nama pakaian adat kepulauan Riau
sendiri adalah kebaya labuh dan teluk belanga.

Masyarakat Melayu Riau masih memegang pengaruh pribumi yang dirasakan dalam sikap
dan perilaku mayoritas masyarakat, terutama di pedesaan / pedalaman. Kebiasaan Melayu
Riau sendiri adalah begitu memegang adat melayu dan norma Islam.

Perpaduan Islam dan Melayu inilah yang kemudian membentuk budaya baru, salah satunya
tercermin dalam pakaian masyarakat Riau yang dikenakan. Selain itu, pakaian dan perhiasan
tidak hanya untuk memenuhi persyaratan atau untuk mempercantik penampilan tetapi juga
mengandung semangat tertentu. Semangat inilah yang melingkupi nilai syukur dan kejujuran
hidup masyarakat Riau dan menjadi filosofi pakaian melayu Riau.

Pakaian Tradisional Riau

Teluk Belanga adalah kostum tradisional Riau, seorang pria mengenakan kurung kurawal
yang ketat, dilengkapi dengan kopiah. Di bawahnya laki-laki memakai celana panjang
dengan baju warna yang sama. Di pinggangnya, laki-laki memakai kain yang terbuat dari
tenun dan motif-motif khas budaya Melayu.

Sementara untuk wanita mengenakan baju kurung jangkar dan belitan kain songket atau kain
pilihan. Di bagian kepala wanita ditutupi dengan kerudung yang kemudian dibelitkan ke
leher. Dengan demikian, rambut wanita tidak muncul dan bagian dada wanita benar-benar
tertutup.

Pakaian Adat Melayu Kepulauan Riau


Pakaian adat Riau sendiri terdiri dari pakaian resmi, sehari-hari dan pakaian pernikahan.
Pakaian harian dikenakan setiap hari, baik oleh anak-anak, orang dewasa, dan orang tua.
Pakaian sehari-hari dikenakan untuk kegiatan sehari-hari, misalnya ketika bekerja di ladang,
bermain, ke laut, di rumah, serta kegiatan lainnya. Jenis pakaian untuk wanita,
dikelompokkan menjadi pakaian wanita dan pakaian anak-anak wanita dewasa.

Sedangkan pakaian resmi atau pakaian tradisional dikenakan pada acara-acara tertentu yang
berkaitan dengan acara resmi atau acara adat. Baju adat Riau modern terdiri dari Baju Kurung
Cekak Musang dan kebaya laboh. Untuk baju Kurung Cekak Musang digunakan oleh laki-
laki dewasa. Baju ini dilengkapi dengan sarung perekat dan kopiah di atas kepala.

Sementara untuk wanita, baju adat yang digunakan adalah kebaya laboh atau baju kurung
tulang belut. Baju adat untuk wanita Riau ini dikombinasikan dengan kain sarung motif batik
dan juga penutup kepala dari selendang. Selendang dalam bahasa Riau sendiri disebut dengan
tudung lingkup.

Tudung lingkup juga salah satu baju adat Riau sehari-hari. Mengapa demikian? Karena
banyak masyarakat Riau khususnya yang wanita melakukan kegiatan di ladang atau sawah
menggunakan tudung lingkup atau tengkuluk.

Baju Adat Riau Anak Anak

Sementara baju adat Riau anak untuk sehari-hari yang digunakan oleh anak anak adalah baju
monyet. Sementara jika anak tersebut usianya telah beranjak besar, maka baju adatnya adalah
baju Teluk Belanga yang dikombinasikan dengan sarung atau celana setengah dan kopiah.

Untuk anak perempuan sama halnya laki-laki yakni masih menggunakan baju monyet. Jika
sang anak usianya telah beranjak dewasa, maka ia bisa mengenakan baju kurung yang bisa
dikombinasikan dengan kain motif bunga.

Nama Pakaian Adat Riau :


Dalam kegiatan adat, terdapat beberapa nama pakaian adat Riau yang perlu Anda ketahui,
berikut ini nama namanya.
 Baju Kurung
 Kebaya Labuh
 Pakaian Teluk Belanga
 Baju Cekak Musang
 Busana Pengantin Wanita dan Pria
 Tenun Songket Riau

Keunikan & Filosofi Warna Pakaian Adat Riau

Warna, bentuk, dan model pakaian ditentukan berdasarkan filosofi Melayu Riau yang
mengandung nilai-nilai tertentu. Warna yang sangat dominan di komunitas Melayu Riau
adalah kuning keemasan, hijau lumut dan merah darah. Warna-warna di atas telah diwariskan
secara turun temurun sejak nenek moyang orang Melayu di Tanah Kuning Sassy hidup.

Ketiga warna tersebut selalu terlihat di jilbab rumbai Riau dalam acara pernikahan adat atau
kebesaran budaya Melayu. Berikut adalah filosofi warna dalam pakaian adat Riau :

1. Hijau lumut.
Warna Hijau lumut melambangkan kesuburan dan kesetiaan, taat dan patuh, melawan
ajaran agama. Warna baju hijau lumut sering digunakan oleh klan bangsawan,
Tengku, dan Wan.
2. Kuning keemasan
Warna Kuning keemasan melambangkan kebesaran, otoritas dan kemegahan. Warna
kuning keemasan pada masa Kerajaan Siak, Riau Lingga, Indragiri dan Pelalawan
merupakan warna larangan yang tidak boleh digunakan sembarangan sehingga warna
kuning emas begitu tabu bagi rakyat biasa jika memakainya. Orang-orang yang
berhak memakai pakaian dengan warna kuning keemasan adalah Sultan atau Raja dari
tanah kerajaan-kerajaan Melayu. Sementara selir kerajaan atau istri Sultan bisa
mengenakan warna kuning keemasan hanya pada upacara Kerajaan.
3. Warna merah darah.
Untuk warna merah darah melambangkan kepahlawanan dan keberanian, taat dan
setia kepada Raja dan rakyat. Warna merah mempunyai arti bagi masyarakat Riau
sebagai kecemerlangan.
4. Warna hitam.
Hitam melambangkan kesetiaan, ketabahan dan bertanggung jawab dan jujur. Gaun
hitam sering dikenakan oleh orang-orang hebat di Kerajaan dalam acara kebesaran
atau seremonial Kerajaan.

Nilai-nilai dalam Pakaian Adat Riau


Inilah Nilai estetika sebenarnya yang terkandung dalam setiap baju adat tradisional Melayu
Riau adalah sebagai berikut:
1. Sebuah nilai tradisi.
Pakaian yang dikenakan dalam upacara tradisional telah menjadi tradisi selama
bertahun-tahun. Tradisi ini telah menjadi ciri khas dari keunikan dan komunitas yang
ada dalam masyarakat. Dari pakaian yang dipakai, maka dapat dipelajari tentang
tradisi masyarakat yang bersangkutan.
2. Pelestarian Nilai Budaya.
Pakaian adalah salah satu produk budaya modern yang semakin hari semakin banyak
modelnya. Busana adat yang saat ini banyak digunakan masyarakat Melayu Riau
adalah warisan budaya yang harus dilestarikan. Melestarikan pakaian tradisional sama
halnya dengan melestarikan kekayaan budaya Melayu.
3. Nilai Sosial.
Pakaian menjadi simbol penanda status seseorang. Selain itu, melalui nilai-nilai yang
dikandungnya, baju adat Riau juga berarti sebagai media untuk menyatukan
masyarakat. Nilai-nilai sosial yang muncul dalam pakaian tradisional menyematkan
makna tertentu yang dinilai dan ditafsirkan oleh orang-orang.

BAB III

PENUTP

A. Kesimpulan
 Penetapan Riau sebagai provinsi merupakan buah dari perjuangan, ikhtiar dan
keringat para perjuangan dan tokoh-tokoh pendiri yang tak kenal lelah dan pamrih.
Mereka telah berkorban demi wujudnya Provinsi Riau tercinta, dimana sebagian besar
telahberpulang ke rahmatullah dan hanya sebagian kecil saja yang masih ada dan
berumur panjang.
 Awalnya, Riau merupakan kawasan yang berada di Provinsi Sumatera Tengah
bersama Sumatera Barat dan Jambi. Sayangnya, pemekaran kawasan tersebut tidak
berdampak signifikan bagi pembangunan Riau di berbagai sektor. Hingga akhirnya
masyarakat Riau berinisiatif mendirikan provinsi baru, dan melepaskan diri dari
provinsi Sumatera Barat dan Jambi.
 Asas jatidiri Melayu Riau yang jika dihayati dan diamalkan dengan penuh
kesungguhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tentu akan
dapat mewujudkan kesejahteraan serta keharmonisan dalam keragaman suku bangsa
di Indonesia. Identitas sebagai orang Melayu bukanlah sekedar bentuk klasifikasi dari
berbagai suku yang terdapat di Nusantara, tapi juga menjadi penanda suatu pribadi
dengan jatidiri berdasar asas kemelayuan itu sendiri. Jika terdapat orang Melayu yang
memiliki pribadi bertolak belakang dari karakter tersebut diatas, sudah tentu ia kurang
mengenal akan jatidiri Melayu itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/12-pejuang-pembentukan-provinsi-riau-dapat-
penghargaan/

http://listianiwirdha.blogspot.com/2019/12/asas-asas-jatidiri-melayu-riau.html

https://perpustakaan.id/pakaian-adat/riau/
TUGAS BUDAYA MELAYU RIAU

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
ALI HIDAYAH TULLOH
KELAS: XII TKR

SMK NEGERI 1 RENGAT BARAT


TP. 2021/2022

TUGAS BUDAYA MELAYU RIAU

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
DIO SUBROTO
KELAS: XII TKR
SMK NEGERI 1 RENGAT BARAT
TP. 2021/2022

TUGAS BUDAYA MELAYU RIAU

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
RIDHO APRILIANTO
KELAS: XII TKR

SMK NEGERI 1 RENGAT BARAT


TP. 2021/2022
TUGAS BUDAYA MELAYU RIAU

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
RIDHO REFRIZAL
KELAS: XII TKR

SMK NEGERI 1 RENGAT BARAT


TP. 2021/2022

TUGAS BUDAYA MELAYU RIAU


DI
S
U
S
U
N
OLEH:
MEX JORDI
KELAS: XII TKR

SMK NEGERI 1 RENGAT BARAT


TP. 2021/2022

TUGAS BUDAYA MELAYU RIAU


DI
S
U
S
U
N
OLEH:
ANDRE SUWARDI
KELAS: XII TKR

SMK NEGERI 1 RENGAT BARAT


TP. 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai