PENDAHULUAN
Riau merupakan salah satu provinsi terbesar di pulau Sumatera dengan beragam kultur
budaya khas melayu yang sangat kuat. Di provinsi ini, kekuatan sejarah dan akulturasi
budaya menjadi ciri khas pembeda dengan provinsi lain. Berlokasi di tengah pulau Sumatera,
Provinsi Riau kini menjadi salah satu kawasan paling strategis dengan percepatan
pembangunan yang sangat baik.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Tokoh Pejuang Pembentukan Provinsi Riau?
2. Bagaimana Sejarah Provinsi Riau?
3. Sebutkan Asas Jati Diri Melayu?
4. Bagaimana dengan pakaian adat Riau?
BAB II
PEMBAHASAN
Penetapan Riau sebagai provinsi merupakan buah dari perjuangan, ikhtiar dan keringat
para perjuangan dan tokoh-tokoh pendiri yang tak kenal lelah dan pamrih. Mereka telah
berkorban demi wujudnya Provinsi Riau tercinta, dimana sebagian besar telahberpulang ke
rahmatullah dan hanya sebagian kecil saja yang masih ada dan berumur panjang.
Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada para tokoh pendiri dan pejuang
pendiri Provinsi Riau, sesuai Surat Keputusan Gubernur Riau Nomor 551/VIII/2018 tanggal
6 Agustus 2018. Nama-nama pejuang daerah tersebut telah ditetapkan sebagai Pahlawan
Daerah Riau oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) dan Dewan Gelar
Daerah (DGD) untuk diberikan penghargaan oleh Pemerintah Provinsi Riau bertepatan
dengan hari jadi Provinsi Riau yang ke-61 tanggal 9 Agustus 2018 lalu.
Penghargaan itu akan diterima para pejuang yang masih hidup dan oleh para ahli
warisnya bagi pejuang yang sudah meninggal dunia. Pemberian penghargaan dilakukan
dalam rapat paripurna DPRD Provinsi Riau yang dihadiri “Tentunya nama-nama tokoh
pejuang yang terdapat dalam buku ini tidak asing lagi bagi masyarakat daerah asal mereka
khususnya dan masyarakat Riau pada umumnya,”kata Ketua DPRD Provinsi Riau, Septina
Primawati.
Gerakan tersebut dimulai dengan Kongres Pemuda Riau (KPR) I pada tanggal 17
Oktober 1954 di Kota Pekanbaru. Kongres pertama tersebut menjadi momen awal
terbentuknya Badan Kongres Pemuda Riau (BKPR) pada tanggal 27 Desember 1954.
Selanjutnya, perwakilan BKPR berinisiatif menemui Menteri Dalam Negeri untuk
mewujudkan otonomi daerah sebagai provinsi mandiri. Langkah besar ini pun sangat
didukung oleh segenap masyarakat Riau.
Pada tanggal 25 Februari 1955, sidang pleno Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Sementara (DPRDS) Bengkalis merumuskan bahan-bahan konferensi Desentralisasi
/DPRDS/ DPDS se-Indonesia yang diadakan di Bandung tanggal 10 hingga 14 Maret 1955.
Keputusan konferensi tersebut menyatakan bahwa Riau sah menjadi provinsi mandiri
terhitung sejak 7 Agustus 1957.
Perkembangan Provinsi Riau selanjutnya diputuskan pada Kongres Rakyat Riau (KRR)
yang diadakan pada tanggal 31 Januari hingga 2 Februari 1956. KKR menjadi wadah bagi
Provinsi Riau untuk menyatakan :
Pada tahun 1958, pemerintah pusat menetapkan Kota Pekanbaru sebagai ibu kota
Provinsi Riau secara permanen. Sebelum tahun 1960, luas Pekanbaru hanya seukuran 16
kilometer persegi. Namun, ukuran tersebut terus berkembang hingga pada tahun 1965
mencapai 446,5 kilometer persegi.
Kawah Biru
Destinasi wisata yang terletak di Desa Tanah Merah ini berasal dari lubang bekas galian yang
terisi air hujan. Air pada lubang yang menyerupai danau ini berwarna biru sehingga tampak
indah. Tak mengherankan bila banyak wisatawan mengunjungi Kawah Biru untuk berburu
foto-foto instagramable atau sekadar menikmati keindahan alamnya.
Mengunjungi Pekanbaru tentu kurang lengkap kalau tidak singgah ke Masjid Agung An-Nur.
Masjid besar kebanggaan masyarakat Riau ini tampak unik karena arsitekturnya merupakan
hasil akulturasi budaya Melayu, Turki, India, dan Arab. Keunikan tersebut membuat Masjid
Agung An-Nur dijuluki sebagai Taj Mahal-nya Indonesia. Selain menjadi objek wisata religi,
banyak pula orang yang mengunjungi masjid ini untuk berfoto memandangi keindahan
arsitekturnya.
Riau Fantasi
Jika Anda berlibur ke Riau sambil mengajak keluarga, Riau Fantasi adalah destinasi wisata
yang tepat. Taman bermain seluas 6,5 hektar ini memiliki banyak wahana permainan
menarik. Kalau sedang tak ingin bermain air, ada pula wahana kering yang tak kalah
menyenangkan. Nikmati kebersamaan keluarga sambil bermain di Riau Fantasi.
Sudah diketahui bersama bahwa Melayu merupakan suatu suku bangsa dengan aturan
yang kental akan nuansa Islam. Seperti yang kerap diungkapkan “adat bersendikan syarak,
syarak bersendikan kitabullah” yang bermakna adat mengatur tingkah laku dan setiap
perbuatan bangsa Melayu agar tidak menyimpang dari syari’at Islam. Hukum dan norma
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Melayu Riau itu kemudian membentuk suatu
karakteristik dan jatidiri yang khas dalam pribadi orang Melayu.
Adapun beberapa asas jatidiri Melayu Riau seperti yang dirangkum oleh Binsar dan
Mashuri (2017) adalah sebagai berikut :
Pakaian adat Riau – Pakaian adat memang selalu memiliki makna dan juga filosofi yang
harus diketahui oleh setiap bangsa Indonesia. Pakaian tradisional Melayu Riau sendiri terdiri
dari berbagai jenis. Jenis pakaian ini tergantung pada situasi dan kondisi pemakainya dan
kegiatan yang harus dilakukan, misalnya untuk acara resmi atau untuk dikenakan dalam
kegiatan sehari-hari. Berikut adalah ulasan lengkap mengenai sejarah atau asal usul pakaian
tradisional Riau.
Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera.
Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur pulau Sumatera, yang berada di sepanjang
pantai Selat Malaka. Luas provinsi Riau sekitar 94,561 km². Riau sendiri berbatasan dengan
Kepulauan Riau dan Selat Malaka di utara.
Masyarakat Melayu Riau masih memegang pengaruh pribumi yang dirasakan dalam sikap
dan perilaku mayoritas masyarakat, terutama di pedesaan / pedalaman. Kebiasaan Melayu
Riau sendiri adalah begitu memegang adat melayu dan norma Islam.
Perpaduan Islam dan Melayu inilah yang kemudian membentuk budaya baru, salah satunya
tercermin dalam pakaian masyarakat Riau yang dikenakan. Selain itu, pakaian dan perhiasan
tidak hanya untuk memenuhi persyaratan atau untuk mempercantik penampilan tetapi juga
mengandung semangat tertentu. Semangat inilah yang melingkupi nilai syukur dan kejujuran
hidup masyarakat Riau dan menjadi filosofi pakaian melayu Riau.
Teluk Belanga adalah kostum tradisional Riau, seorang pria mengenakan kurung kurawal
yang ketat, dilengkapi dengan kopiah. Di bawahnya laki-laki memakai celana panjang
dengan baju warna yang sama. Di pinggangnya, laki-laki memakai kain yang terbuat dari
tenun dan motif-motif khas budaya Melayu.
Sementara untuk wanita mengenakan baju kurung jangkar dan belitan kain songket atau kain
pilihan. Di bagian kepala wanita ditutupi dengan kerudung yang kemudian dibelitkan ke
leher. Dengan demikian, rambut wanita tidak muncul dan bagian dada wanita benar-benar
tertutup.
Sedangkan pakaian resmi atau pakaian tradisional dikenakan pada acara-acara tertentu yang
berkaitan dengan acara resmi atau acara adat. Baju adat Riau modern terdiri dari Baju Kurung
Cekak Musang dan kebaya laboh. Untuk baju Kurung Cekak Musang digunakan oleh laki-
laki dewasa. Baju ini dilengkapi dengan sarung perekat dan kopiah di atas kepala.
Sementara untuk wanita, baju adat yang digunakan adalah kebaya laboh atau baju kurung
tulang belut. Baju adat untuk wanita Riau ini dikombinasikan dengan kain sarung motif batik
dan juga penutup kepala dari selendang. Selendang dalam bahasa Riau sendiri disebut dengan
tudung lingkup.
Tudung lingkup juga salah satu baju adat Riau sehari-hari. Mengapa demikian? Karena
banyak masyarakat Riau khususnya yang wanita melakukan kegiatan di ladang atau sawah
menggunakan tudung lingkup atau tengkuluk.
Sementara baju adat Riau anak untuk sehari-hari yang digunakan oleh anak anak adalah baju
monyet. Sementara jika anak tersebut usianya telah beranjak besar, maka baju adatnya adalah
baju Teluk Belanga yang dikombinasikan dengan sarung atau celana setengah dan kopiah.
Untuk anak perempuan sama halnya laki-laki yakni masih menggunakan baju monyet. Jika
sang anak usianya telah beranjak dewasa, maka ia bisa mengenakan baju kurung yang bisa
dikombinasikan dengan kain motif bunga.
Warna, bentuk, dan model pakaian ditentukan berdasarkan filosofi Melayu Riau yang
mengandung nilai-nilai tertentu. Warna yang sangat dominan di komunitas Melayu Riau
adalah kuning keemasan, hijau lumut dan merah darah. Warna-warna di atas telah diwariskan
secara turun temurun sejak nenek moyang orang Melayu di Tanah Kuning Sassy hidup.
Ketiga warna tersebut selalu terlihat di jilbab rumbai Riau dalam acara pernikahan adat atau
kebesaran budaya Melayu. Berikut adalah filosofi warna dalam pakaian adat Riau :
1. Hijau lumut.
Warna Hijau lumut melambangkan kesuburan dan kesetiaan, taat dan patuh, melawan
ajaran agama. Warna baju hijau lumut sering digunakan oleh klan bangsawan,
Tengku, dan Wan.
2. Kuning keemasan
Warna Kuning keemasan melambangkan kebesaran, otoritas dan kemegahan. Warna
kuning keemasan pada masa Kerajaan Siak, Riau Lingga, Indragiri dan Pelalawan
merupakan warna larangan yang tidak boleh digunakan sembarangan sehingga warna
kuning emas begitu tabu bagi rakyat biasa jika memakainya. Orang-orang yang
berhak memakai pakaian dengan warna kuning keemasan adalah Sultan atau Raja dari
tanah kerajaan-kerajaan Melayu. Sementara selir kerajaan atau istri Sultan bisa
mengenakan warna kuning keemasan hanya pada upacara Kerajaan.
3. Warna merah darah.
Untuk warna merah darah melambangkan kepahlawanan dan keberanian, taat dan
setia kepada Raja dan rakyat. Warna merah mempunyai arti bagi masyarakat Riau
sebagai kecemerlangan.
4. Warna hitam.
Hitam melambangkan kesetiaan, ketabahan dan bertanggung jawab dan jujur. Gaun
hitam sering dikenakan oleh orang-orang hebat di Kerajaan dalam acara kebesaran
atau seremonial Kerajaan.
BAB III
PENUTP
A. Kesimpulan
Penetapan Riau sebagai provinsi merupakan buah dari perjuangan, ikhtiar dan
keringat para perjuangan dan tokoh-tokoh pendiri yang tak kenal lelah dan pamrih.
Mereka telah berkorban demi wujudnya Provinsi Riau tercinta, dimana sebagian besar
telahberpulang ke rahmatullah dan hanya sebagian kecil saja yang masih ada dan
berumur panjang.
Awalnya, Riau merupakan kawasan yang berada di Provinsi Sumatera Tengah
bersama Sumatera Barat dan Jambi. Sayangnya, pemekaran kawasan tersebut tidak
berdampak signifikan bagi pembangunan Riau di berbagai sektor. Hingga akhirnya
masyarakat Riau berinisiatif mendirikan provinsi baru, dan melepaskan diri dari
provinsi Sumatera Barat dan Jambi.
Asas jatidiri Melayu Riau yang jika dihayati dan diamalkan dengan penuh
kesungguhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tentu akan
dapat mewujudkan kesejahteraan serta keharmonisan dalam keragaman suku bangsa
di Indonesia. Identitas sebagai orang Melayu bukanlah sekedar bentuk klasifikasi dari
berbagai suku yang terdapat di Nusantara, tapi juga menjadi penanda suatu pribadi
dengan jatidiri berdasar asas kemelayuan itu sendiri. Jika terdapat orang Melayu yang
memiliki pribadi bertolak belakang dari karakter tersebut diatas, sudah tentu ia kurang
mengenal akan jatidiri Melayu itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/12-pejuang-pembentukan-provinsi-riau-dapat-
penghargaan/
http://listianiwirdha.blogspot.com/2019/12/asas-asas-jatidiri-melayu-riau.html
https://perpustakaan.id/pakaian-adat/riau/
TUGAS BUDAYA MELAYU RIAU
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
ALI HIDAYAH TULLOH
KELAS: XII TKR
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
DIO SUBROTO
KELAS: XII TKR
SMK NEGERI 1 RENGAT BARAT
TP. 2021/2022
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
RIDHO APRILIANTO
KELAS: XII TKR
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
RIDHO REFRIZAL
KELAS: XII TKR