Anda di halaman 1dari 13

“MENGUNGKAP ASA DAERAH,

MENGGUGAH KEARIFAN DAN KEBERPIHAKAN PUSAT”

Bersempena Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 90 Tahu


Pekanbaru – 27 Oktober 2018
MAJELIS BINCANG RIAU
“Dari Melayu Untuk Indonesia”
Bersempena Hari Sumpah Pemuda ke 90 Tahun 2018

“MENGUNGKAP ASA DAERAH, MENGGUGAH


KEARIFAN DAN KEBERPIHAKAN PUSAT”
 Provinsi Riau selama ini dikenal dan diperkenalkan sebagai daerah yang kaya,
memiliki SDA yang Potensial, posisi Geografis yang Strategis, memberikan
kontribusi yang cukup besar untuk perekonomian nasional (35% Migas nasional
dipasok dari Riau), memiliki wilayah hutan produksi (HTI) dan perkebunan sawit
terluas di Indonesia.

 Pepatah Melayu “Membangkit Batang Terendam”, seperti “Melawan Lupa”


sebagaimana satu acara di TV Nasional. Pada 28 Oktober 1928, Riau telah
berkontribusi melalui Bahasa Melayu sebagai Bahasa Persatuan dan Bahasa
Nasional Indonesia. Oktober 1945, 2 bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan,
Kasim, yang terkenal dengan nama Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul
Jalil Syaifuddin Baalawiy, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sultan Syarif
Kasim II, pada bulan Oktober 1945 menyatakan bahwa Kesultanan Siak Sri
Inderapura bergabung dengan Indonesia. Beliau menyatakan bergabung,
meskipun sebenarnya parlemen Siak (Siak Raad) belum mengeluarkan putusan
karena sidang mengalami kebuntuan (deadlock), karena sebagian anggota Siak
Raad ingin Siak menjadi negara sendiri dan yang sebagian lain ingin bergabung
dengan Indonesia. Sebelumnya, Dorojdatun yang lebih dikenal dengan nama Sri
Sultan Hamengkubuwono IX, mengeluarkan Maklumat bagi rakyat Yogyakarta
untuk bergabung dengan Indonesia. Setelah Siak, Lelaki Melayu Pontianak, yang
di Belanda dipanggil dengan nama Max Hamid ini, adalah Sultan Hamid al-Gadrie
II, Raja Pontianak. Hamid Algadrie, bukan hanya seorang sultan, tapi sekaligus
pimpinan dari sejumlah negara yang ingin berdiri sendiri, yang tergabung dalam
Bijeenkomst Federale voor Overleg (BFO) atau Majelis Negara-Negara Federal.
 Ketiganya datang kepada Indonesia dengan hati yang jantan, dengan buah
tangan yang penuh. Sultan Hamengkubuwono memberikan kekuasaan, harta,
dan merendahkan kesombongan ke-raja-annya demi ke-Indonesia-an. Sultan
Syarif Kasim II, bergabung dengan Indonesia sembari menyerahkan tahta, 10
buah provinsi yang kaya dan eksotik, 2 daerah jajahan, sejumlah berlian, dan
uang tunai sebesar 13 Juta Gulden. Sultan Hamid Algadrie pula, demi
Indonesia, melepaskan tahta dan memberikan wilayah yang kaya kepada
Indonesia.
 Ketiganya bergabung dengan hati yang jantan. Tapi kita kecewa, sejarah,
kekuasaan dan politik di Indonesia, khususnya pusat kekuasaan di Jakarta,
memperlakukan ketiganya dengan “keadilan” yang tak sama, berbeda seperti
bumi dengan langit. Pada tahun 1950, Jakarta dan Sukarno memberikan
status keistimewaan kepada tanah Yogyakarta dengan mengizinkan
eksistensi kesultanan dan menetapkan Sultan sebagai pemimpin politik di
Yogya, tapi pada saat yang sama Jakarta hanya menjadikan Sultan Syarif
Kasim II sebagai rakyat biasa dan menghina Riau dengan menjadikannya
hanya sebagai salah satu dari tiga keresidenan dalam provinsi Sumatera
Bagian Tengah. Nasib Sultan Hamid Algadrie II tak jauh berbeda. Pada masa
Indonesia menganut sistim Federal (Negara RIS) yang ikut ia arsiteki, Hamid
Algadrie II hanya kebagian kursi menteri tanpa portofolio (tanpa kekuasaan)
di bawah kabinet Hatta.
 Tak hanya nasionalisme Sultan Siak yang diberikan. Berdasarkan catatan
yang pernah dimuat oleh sebuah media massa, bahwa sepanjang Indonesia
Merdeka, setidaknya Riau telah menyumbangkan 20 milyar barrel minyak
bumi. Jika kita kalikan 1 (satu) barrel dengan angka murah meriah saja
katakanlah $30 maka Riau sudah menyumbang $600.000.000.000 dan jika
dirupiahkan, maka jumlahnya hampir Rp. 6.000.000.000.000.000 (enam ribu
trilyun rupiah). Itu baru minyak, belum lagi dari hutan, hasil laut, timah,
bauksit, dan lain sebagainya.
 Nah, dengan fakta-fakta kesejarahan dan kekinian itu, ketidakinginan
Indonesia meletakkan Riau secara agung dalam sejarah ke-Indonesia-an
adalah pembangkangan dan penistaan terhadap sejarah. Bahkan Riau, pun
baru dipandang sebagai sebuah provinsi, setelah reformasi
1998. Sebelumnya, Riau jangankan memperoleh ke-Istimewa-an, untuk
menjadi kepala rumah tangga (gubernur) di rumahnya sendiri, tidak
diperbolehkan. Berdasarkan catatan, sebelum reformasi, hanya ada seorang
putra Riau yang dapat menjadi gubernur, dan itu pun karena ia seorang tokoh
militer. Demikian baru tercatat 2 orang putra Riau yang diberikan kepercayaan
menduduki kursi Menteri pada Kabinet Pemerintahan.
 Fakta Riau saat ini, tingkat kemiskinan di Riau tinggi yakni sebesar 8,6 persen
di Riau (540.000 jiwa), masing-masing 11 persen di pedesaan dan 7 persen di
perkotaan. Kualitas pendidikan masih perlu perhatian yakni baru 3,44 persen
berpendidikan tinggi , 24,35 persen SLTA, 28,45 persen SLTP dan 43,76
persen SD ke bawah. Terdapat kesenjangan pendapatan masyarakat yang
sangat mencolok, yakni 40 persen berpenghasilan rendah menikmati
pendapatan daerah sebesar 20,23 persen, dan 40 persen berpenghasilan
sedang, menikmati 41,77 persen, serta 20 persen berpenghasilan tinggi
menikmati 38,10 persen. Kekurangan infrastruktur dasar dan utama yaitu:
jalan 39 persen, jembatan 27 persen, pelabuhan 42 persen, terminal 47
persen, air minum 32 persen, telekom 38 persen, dan listrik 58 persen. Angka
pengangguran yang tinggi, serta kerusakan lingkungan dan pencemaran yang
semakin meluas.
 Kondisi ini semakin diperparah seolah “tidak adanya keberpihakan” pusat
kepada Riau, antara lain ditandai dengan kecilnya anggaran pembangunan
yang dialokasikan dan mengucur ke Riau. Terakhir tersendatnya bahkan
adanya pemotongan DBH Migas yang seharusnya telah menjadi hak Riau.
 Riau, dengan segala kontribusinya itu, agaknya patut dan pantas untuk
diapresiasi. Kepatutan Indonesia memberikan keistimewaan kepada Riau
bisa saja dalam bentuk yang berbeda. Jika Indonesia bisa memberikan
keistimewaan kepada Aceh dan Papua, karena mereka “berani melawan”,
tentu negara dapat pula memberikan hal yang sama kepada Riau karena
“berani menunjukkan kebaikan hati”. Yang “berani melawan” pantas
mendapat perhatian, dan “yang baik hati” pantas pula diberikan penghargaan.
Jika tidak, maka Indonesia akan mewariskan sebuah tradisi dan pelajaran
yang buruk, bahwa hanya dengan “berani melawan” perhatian baru
didapatkan. Ketidak-arifan dan ketidakadilan bersikap ini akan menjadi
sumber kecemburuan dan keretakan negeri zaman berzaman.
 Riau, telah menyematkan mimpi dengan Visi 2020 sebagai Pusat
Perekonomian dan Kebudayaan Melayu di rantau Asia, namun sekali lagi
hampir tidak ada perhatian dan dukungan Pemerintah Pusat kepada Riau
agar cita-cita tersebut dapat di-ujud-kan.
 Pergantian kepemimpinan nasional, sejak Orde Baru menggantikasn Orde
Lama dan 4 periode Suksesi kepemimpinan di Era Reformasi, ternyata tak
membawa perubahan yang signifikan untuk Riau yang maju dan sejahtera.
 Proses demokrasi tahun 2019, merupakan momentum strategis yang
sepatutnya dioptimalkan oleh Rakyat Riau untuk memastikan adanya
komitmen yang jelas dan tegas bagi perbaikan kehidupan masyarakat Riau
maupun keberlanjutan pembangunan daerah Riau.
 Beranjak dari pemikiran tersebut dan mengambil spirit Hari Sumpah Pemuda
ke 90 tahun, saatnya Riau bangkit, menyatukan langkah dan tindakan untuk
Maju dan Sejahtera.
 Menjadikan momentum peringatan 90 tahun Hari
Sumpah Pemuda untuk memperkuat jalinan persatuan
dan kesatuan masyarakat Riau.
 Menemukenali potensi dan permasalahan daerah Riau.
 Menghimpun aspirasi masyarakat Riau bagi percepatan
pembangunan dan perujudan kesejahteraan.
 Menyusun rumusan solusi konkrit pembangunan
Provinsi Riau saat ini dan masa hadapan.
 Merumuskan tuntutan Rakyat Riau untuk
diperjuangkan pada pemerintah pusat (Presiden
Terpilih hasil Pemilu 2019).
SEMINAR DAN DISKUSI PANEL
PEMBUKAAN :
1. Do’a
2. Tari Persembahan
3. Sekapur Sirih Ketua Panitia
4. Sambutan & Membuka Acara (Plt Gubernur Riau)

SESI I : PEMBICARA UTAMA (Ir. Arcandra Tahar, M.Sc, Ph.D)


Topik : Gagasan dan Strategi Optimalisasi Potensi Ekonomi Riau

SESI II : DISKUSI PANEL


1. Drs. H. Syamsuar, M.Si (Gubri Terpilih Periode 2019 - 2024)
2. Ketua DPRD Provinsi Riau
3. Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Riau (Ir.H. Nasrun Effendi, MT)
4. Ketua Umum MKA LAM Provinsi Riau (Datuk Seri Al Azhar)
5. Ketua Umum Perkumpulan Persebatian Pemuka Masyarakat Riau
6. Rektor Universitas Riau
7. Koordinator Komunitas Riau 2020
8. PARA Syndicate
Moderator : DR. drh. Chaidir, MM
SESI III : Penyerahan Rumusan dan Pernyataan Komitmen
Penutup
KEGIATAN DISELENGGARAKAN OLEH:
 Persebatian Pemuka Masyarakat Riau;
 PARA Syndicates;
 IKA Universitas Riau;
 Komunitas Riau 2020.
 Kompas Gramedia Group (Media Partner)
PERKIRAAN PESERTA 200 – 300 ORANG, TERDIRI DARI :
 Bupati/Walikota se Provinsi Riau,
 Anggota DPR-RI / DPD-RI Dapil Riau,
 Pimpinan DPRD Provinsi Riau dan Kab/Kota se- Riau,
 Pimpinan Perguruan Tinggi se-Provinsi Riau,
 Organisasi Keagamaan,
 Perusahaan / BUMN / BUMD / Organisasi Dunia Usaha,
 Organisasi Masyarakat Lintas Etnis di Provinsi Riau,
 Organisasi Kepemudaan/Kemahasiswaan,
 Partai Politik,
 Unsur Masyarakat lainnya.
STRUKTUR DAN KOMPOSISI PANITIA PENYELENGGARA
PANITIA PENYELENGGARA :
KETUA : MUHAMMAD HERWAN
ANGGOTA : IR. H. NASRUN EFFENDI, MT
ANGGOTA : H. AHMAD HIJAZI, SE, M.Si
ANGGOTA : H. ASWANDI, SE
ANGGOTA : HOTMAN MANURUNG
ANGGOTA : JUPRIZAL, S.Th.I, M.H
ANGGOTA : ARI NURCAHYO (PARA SYNDICATE)

PANITIA PENGARAH:
KETUA : DR. drh. H. CHAIDIR, MM
WAKIL KETUA : DR. EKA ARMAS PAILIS
SEKRETARIS : AGUNG NUGROHO, S.IP
ANGGOTA : MUHAMMAD SAHAL, S.Si., M.Si
DR. M. RAWA EL AMADI
IR. FENDRI JASWIR.
SUBADHIL ANWAR, SE.
H. ZAHIRMAN ZABIR, SH., MH.
H. AKHYARUDDIN.
AL HAJ ARIS ABEBA
PANITIA PELAKSANA:
KETUA : H. WAHYUDIANTO
WAKIL KETUA : NOFRI ANDRI YULAN, S.Pi
SEKRETARIS : ZULFA HENDRI
BENDAHARA : M. ARIF FAHRURRAZI, S.Pi

BIDANG KESEKRETARIATAN
Koordinator Bidang : M. ARIF FAHRURRAZI, S.Pi
Anggota 1 : INDRA LESMANA, S.TP
Anggota 2 : EKO FEBI SETIAWAN
Anggota 3 : RINALDI PARE-PARE
Anggota 4 : M. ZULFA
STRUKTUR DAN KOMPOSISI PANITIA PENYELENGGARA
BIDANG ACARA
Koordinator Bidang : ALFA FRISA SEPTANIA
Anggota 1 : DWI AGUS PUTRA, SH
Anggota 2 : TIA RAHMA PUTRI
Anggota 3 : MUATIN
Anggota 4 : ULFAN MUHAMMAD
Anggota 5 : RETNO SAIDINA
BIDANG LOGISTIK DAN PERLENGKAPAN
Koordinator Bidang :RAJIS
Anggota 1 : ARMANSYAH, SE
Anggota 2 : M. ADLAN
Anggota 3 : NANDA NUR RIDZKI
BIDANG TRANSPORTASI DAN AKOMODASI
Koordinator Bidang : HENDRO MULYONO
Anggota 1 : EVA MAULIDYA
Anggota 2 : VIA LESTARI
Anggota 3 : KHAIRUNNISA ZUHRIANDINI
BIDANG PUBLIKASI DAN DOKUMENTASI
Koordinator Bidang : YOPI PRANOTO, S.Sos
Anggota 1 : EKO RAHARJO, S.TP
Anggota 2 : PARAS UTAMI. H
Anggota 3 : HAMDI HILLMAN
Anggota 4 : ARIFUL F. ALGONI
Anggota 5 : RAHMI PRAYUDA
BIDANG KEAMANAN
Koordinator Bidang : BAYU KUMBARA, S.Pi
Anggota 1 : ADE SURYA DWI PUTRA
Anggota 2 : ABD. HAFIZD
Anggota 3 : RASID AHMAD
KONFIRMASI KEHADIRAN MELALUI

Anda mungkin juga menyukai