Anda di halaman 1dari 96

PERATURAN MENTERI SOSIAL RI

NOMOR 25 TAHUN 2019


TENTANG KARANG TARUNA

PEDOMAN KARANG TARUNA


KOTA TASIKMALAYA

Di Terbitkan Oleh :
Pengurus Karang Taruna Kota Tasikmalaya
Masa Bhakti Tahun 2019 - 2024

Tim Penyusun :

Pembina : Kepala Dinas Kota Tasikmalaya


Penanggung Jawab : Ketua Karang Taruna Kota Tasikmalaya
Ketua : Arief Abdul Rohman, S.IP.
Sekretaris : Angga Juniar Eko Putra, S.T.
Anggota : Amal Aulia Safarulloh, S.Kom.
Abdul Wahab Nursamsi, S.Pd.I.
Nandang Adi Prastowo
PENGANTAR

Sejarah panjang karang taruna hingga kini berusia 60 tahun sangatlah


penting jika kita lihat dari persepsi regulasi yang telah beberapa kali mengalami
perubahan. Evaluasi terhadap regulasi tersebut bisa kita fahami sebagai wujud
untuk perbaikan organisasi dan menyesuaikan pada perkembangan zamanya,
dimana penyesuaian regulasi dimaksudkan untuk menyelaraskan kondisi dalam
membangun orientasi agar organisasi karang taruna masih tetap relevan pada visi
dan tujuannya.

Sejak berdirinya karang taruna sudah mengalami 4 kali perubahan


keputusan dan peraturan Menteri Sosial RI, sekarang keluar Peraturan Menteri
Sosial RI nomor 25 Tahun 2019 tentang karang taruna. Peraturan ini tidak hanya
mengatur tentang tata kelola organisasi tetapi juga mengatur tentang hubungan
karang taruna dengan pemerintah. Hal tersebut dapat kita maknai bahwa secara
konstitusi karang taruna memiliki independensi dalam mengatur rumah tangganya
sendiri, yang pijakannya tetap berorientasi pada bidang kesejahteraan sosial.

Oleh karena itu, seiring dengan terbitnya Permensos Nomor 25 Tahun


2019 maka sangat penting bagi kami untuk dapat disosialisasikan guna
memberikan pemahaman yang utuh agar terciptanya proporsionalitas dan
profesionalitas organisasi karang taruna serta mendorong percepatan
pembangunan kesejahteraan sosial di Kota Tasikmalaya melalui program di Karang
Taruna. Terbitnya buku pedoman ini diharapkan dapat memberikan gambaran
terhadap pengurus Karang Taruna disemua tingkatan sebagai referensi dalam tata
kelola organisasi dan pedoman untuk program kerja karang taruna.

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya buku ini dapat kami susun sebagai pedoman bagi aktifis karang taruna.
Harapan kami, buku pedoman ini bisa menjadi pijakan bagi semua aktifis karang
taruna dan pengurus sebagai referensi dalam menjalankan organisasi serta semoga
buku ini dapat menjadi pijakan bagi pemangku kebijakan dalam pemberdayaan dan
pengembangan karang taruna. Terakhir, kami ucapkan kepada semua pihak yang
telah bekontribusi dalam pembuatan buku ini, terutama kepada Pemerintah kota
Tasikmalaya wa bil khusus Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya atas bimbingan
serta arahannya, semoga buku ini bisa bermanfaat bagi semua. Aditya Karya
Mahatva Yodha

Tasikmalaya, Juli 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

• Pengantar

• Daftar Isi

• Teks Lagu Indonesia Raya

• Naskah Dasa Sakti Karang Taruna

• Sambutan Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya

• Sambutan Ketua Karang Taruna Kota Tasikmalaya

• Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 25 Tahun 2019 tentang

Karang Taruna

• Lampiran Permensos RI Nomor 25 Tahun 2019

• Pedoman Kerja Karang Taruna

• Lampiran Pedoman Kerja Karang Taruna

• Penutup

ii
INDONESIA RAYA
Cipt: W.R. Supratman

Indonesia Tanah Airku


Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku
Indonesia Kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru, Indonesia Bersatu…

Hiduplah tanahku hiduplah negeriku


Bangsaku rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Reff:

Indonesia Raya Merdeka – merdeka


Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia Raya Merdeka – merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia Raya Merdeka – merdeka


Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia Raya Merdeka – merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

iii
DASA SAKTI KARANG TARUNA
(HASIL RAKERNAS KT 2012 DI BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU)

1. KARANG TARUNA BERWATAK SOSIAL.


2. KARANG TARUNA BERKEDUDUKAN DI KELURAHAN ATAU KOMUNITAS
ADAT SEDERAJAT.
3. KARANG TARUNA BERSIFAT LOKAL YANG DILANDASI OLEH NILAI-
NILAI KEARIFAN BUDAYA SETEMPAT.
4. KARANG TARUNA BERBENTUK OTONOM YAKNI MENYELENGGARAKAN
KEGIATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL SENDIRI UNTUK MASYARAKATNYA.
5. KARANG TARUNA BERSIFAT NON-PARTISAN YAKNI INDEPENDEN
DALAM PENDIRIAN POLITIKNYA.
6. SUMBERDAYA MANUSIA KARANG TARUNA ADALAH PEJUANG YANG
DENGAN PENGETAHUAN DAN KEPRIBADIANNYA SELALU BERKARYA
NYATA.
7. TUGAS POKOK KARANG TARUNA ADALAH MENCEGAH PERMASALAHAN
SOSIAL DAN MENGEMBANGKAN POTENSI SOSIAL-E KONOMI
MASYARAKATNYA.
8. KARANG TARUNA MEMILIKI KEANGGOTAAN TERBESAR DAN TERBUKA
BAGI SELURUH WARGA MASYARAKAT TANPA MEMANDANG JENIS
KELAMIN, STATUS SOSIAL EKONOMI, AGAMA, SUKU DAN PENDIRIAN
POLITIK.
9. PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KARANG TARUNA
DISELENGGARAKAN OLEH JEJARING KEPENGURUSAN YANG BERSIFAT
HORISONTAL.
10. KARANG TARUNA ADALAH KOMPONEN UTAMA BANGSA DALAM
PENGEMBANGAN KEMITRAAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
DAN SEBAGAI PEREKAT PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA.

iv
Sambutan Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!


Salam Kesetiakawanan Sosial!

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah


SWT atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya.
Sholawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada
junjunan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya serta pengikut-pengikutnya yang setia sampai
akhir zaman dan mudah-mudahan kita semua termasuk di
dalamnya. Aamiin.
Saya menyambut baik dan memberikan apresiasi
kepada pengurus Karang Taruna Kota Tasikmalaya atas
diterbitkannya Buku Pedoman Organisasi Karang Taruna yang telah mengakomodir
Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 25 Tahun 2019 tentang Karang Taruna. Penerbitan
buku ini menjadi sangat penting, apalagi buku ini juga memuat pedoman kerja yang
dibutuhkan oleh pengurus karang taruna di setiap tingkatan serta selayang pandang
kelembagaan Karang Taruna Kota Tasikmalaya.
Buku ini merupakan upaya memberikan kesamaan pemahaman dan gerak
langkah dalam rangka mengoptimalkan peran dan fungsi karang taruna sekaligus
merupakan informasi dan acuan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dapat
dikembangkan oleh karang taruna.
Karang Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai
wadah generasi muda untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan berkembang atas dasar
kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk generasi muda, yang
berorientasi pada tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Jenjang organisasi
karang taruna yang sampai kelurahan bahkan unit di ke-RW-an maka dapat diketahui
bahwa potensi jaringan organisasi karang taruna sangat besar. Untuk Kota Tasikmalaya,
terdapat pengurus karang taruna tingkat kota, 10 pengurus karang taruna kecamatan
dan 69 pengurus karang taruna kelurahan belum termasuk kepengurusan unit-unit
karang taruna di tingkat RW. Jaringan organisasi yang mengakar ini tentunya menjadi
potensi yang sangat luar biasa dan strategis untuk penyelenggaran kesejahteraan sosial,
karena karang taruna merupakan salah satu dari Potensi dan Sumber Kesejahteraan
Sosial.
Melihat potensi yang begitu besar maka untuk itu dapat dikembangkan
peranan dan fungsinya secara optimal diperlukan beberapa langkah diantaranya (1)
Penataan dan penguatan kelembagaan, (2) Menumbuhkan dan mengembangkan kader-
kader professional, dan (3) Peningkatan, pengembangan program kegiatan.
Saya berharap agar Karang Taruna tetap menjadi wadah yang bermanfaat bagi
masyarakat, terutama dalam pembinaan generasi muda bangsa, dalam aspek sosial
maupun dalam bidang pengembangan perekonomian masyarakat.
Salam Adhitya Karya Mahatva Yodha!
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Tasikmalaya, Juli 2020

Drs. H. NANA ROSADI, Apt., M.Si

v
Sambutan Ketua Karang Taruna Kota Tasikmalaya

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Salam Kesetiakawanan Sosial

Kedudukan generasi muda menjadi sangat strategis


sebagai modal sosial dalam mewujudkan keserasian,
keharmonisan, dan keselarasan dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat tanpa
membedakan suku, agama, keturunan, golongan,
kedudukan sosial ekonomi serta pendirian politik.

Karang Taruna merupakan organisasi sosial generasi


muda yang dalam sejarahnya mampu menampilkan karakternya sebagai wadah
seluruh generasi muda sebagai pejuang berkepribadian, berpengetahuan, dan
terampil untuk memperkuat aktualisasi diri sebagai landasan pengabdian dalam
mewujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui cipta,
karsa, dan karya di bidang kesejahteraan sosial.

Kehadiran Permensos No.25 Tahun 2019 memiliki makna yang sangat besar,
bukan hanya sebagai panduan tetapi harus menjadi dasar sekaligus memberi arah
penting dalam agenda dan program unggulan pemberdayaan masyarakat.

Selain amanat Rapat Kerja Pengurus Karang Taruna Kota Tasikmalaya pada
tahun 2020, Penyusunan Buku Pedoman Kerja Karang Taruna ini adalah salah satu
cara membangun dan mengembangkan Karang Taruna di Kota Tasikmalaya agar
setiap kader Karang Taruna memiliki pengetahuan dan landasan dalam
menjalankan roda organisasinya. Diharapkan dengan disusunnya buku ini bukan
hanya sekedar bahan bacaan, tetapi juga menjadi pedoman dalam memberdayakan
dan mengembangkan Karang Taruna di Kota Tasikmalaya lebih baik lagi, sehingga
Karang Taruna dapat lebih berkontribusi dalam pembangunan di Kota Tasikmalaya.

Saya ucapkan terima kasih serta apresiasi setinggi-tingginya kepada tim


penyusun khususnya yang telah menyelesaikan penyusunan Buku Pedoman Kerja
Karang Taruna Kota Tasikmalaya. Serta ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada Walikota dan Wakil Walikota Tasikmalaya sebagai pembina Utama, Dinas
Sosial Kota Tasikmalaya sebagai Pembina Teknis, kepada seluruh Majelis
Pertimbangan Karang Taruna (MPKT). Semoga bermanfaat..

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Salam Aditya Karya Mahatva Yodha

Tasikmalaya, Juli 2020

Hery Sulihudin, S.Pd.I

vi
vii
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
KARANG TARUNA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Sosial Nomor 77/HUK/2010


tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dan Peraturan
Menteri Sosial Nomor 23 Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Karang Taruna sudah tidak sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi saat ini, sehingga perlu diganti;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial
tentang Karang Taruna;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang


Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5235);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 86);
4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang
Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 239);
5. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);

1
6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1517);

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG KARANG TARUNA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Karang Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh
masyarakat sebagai wadah generasi muda untuk
mengembangkan diri, tumbuh, dan berkembang atas dasar
kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk
generasi muda, yang berorientasi pada tercapainya
kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
2. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia di bawah Kecamatan.
4. Kecamatan adalah kecamatan atau distrik yang selanjutnya
disebut kecamatan adalah wilayah dari daerah
kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat.
5. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.

2
6. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang
terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial,
jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan
sosial.
7. Pemberdayaan Karang Taruna adalah suatu proses
pengembangan kemampuan, kesempatan, dan pemberian
kewenangan kepada Karang Taruna untuk meningkatkan
potensi, pencegahan dan penanganan permasalahan sosial,
pengembangan nilai-nilai kepeloporan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya
sosial, dan teknologi.
8. Pembinaan Karang Taruna adalah suatu usaha, tindakan,
dan kegiatan yang dilakukan terhadap Karang Taruna secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.

Pasal 2
Karang Taruna dalam menjalankan tugasnya memiliki prinsip:
a. berjiwa sosial;
b. kemandirian;
c. kebersamaan;
d. partisipasi;
e. lokal dan otonom; dan
f. nonpartisan.

Pasal 3
Karang taruna dalam menjalankan tugasnya berlandaskan pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945.

Pasal 4
Karang Taruna bertujuan untuk:
a. mewujudkan kesadaran tanggung jawab sosial setiap
generasi muda dalam mengantisipasi, mencegah, dan
menangkal berbagai permasalahan sosial khususnya
dikalangan generasi muda;
b. mengembangkan kemampuan generasi muda dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui rehabilitasi
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial;

3
c. membangun karakter generasi muda yang berpengetahuan,
berkepribadian, terampil, cerdas, inovatif, dan berkarya;
d. mengembangkan potensi dan kemampuan generasi muda;
e. mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan sosial
generasi muda menuju kemandirian dalam upaya
meningkatkan Kesejahteraan Sosial;
f. memotivasi generasi muda agar menjadi perekat persatuan
dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara; dan
g. menjalin sinergi dan kerja sama kemitraan antara generasi
muda dengan berbagai pihak dalam mewujudkan
peningkatan kesejahteraan sosial.

BAB II
STATUS, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 5
(1) Karang Taruna merupakan organisasi yang dibentuk oleh
masyarakat sebagai potensi dan sumber kesejahteraan
sosial.
(2) Karang Taruna berkedudukan di Desa atau Kelurahan di
dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 6
(1) Karang Taruna memiliki tugas:
a. mengembangkan potensi generasi muda dan
masyarakat; dan
b. berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan
permasalahan sosial melalui rehabilitasi sosial, jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial
serta program prioritas nasional.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Karang Taruna bekerja sama dengan Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, Kecamatan, Desa atau Kelurahan, potensi
sumber kesejahteraan sosial, badan usaha, atau
masyarakat.

Pasal 7
Karang Taruna memiliki fungsi:
a. administrasi dan manajerial;
b. fasilitasi;
c. mediasi;

4
d. komunikasi, informasi, dan edukasi;
e. pemanfaatan dan pengembangan teknologi;
f. advokasi sosial;
g. motivasi;
h. pendampingan; dan
i. pelopor.

Pasal 8
Administrasi dan manajerial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 huruf a merupakan penyelenggaraan keorganisasian dan
administrasi Kesejahteraan Sosial Karang Taruna.

Pasal 9
Fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b
merupakan upaya mengembangkan organisasi, meningkatkan
kapasitas generasi muda, pemberian kemudahan, dan
pendampingan untuk generasi muda dan masyarakat.

Pasal 10
Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c
merupakan upaya menengahi penyelesaian permasalahan sosial
yang ada di masyarakat.

Pasal 11
Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf d merupakan upaya melakukan komunikasi
dan memberikan informasi untuk sosialisasi kebijakan, program,
dan kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah, Karang Taruna,
badan usaha, dan/atau mitra kerja.

Pasal 12
Pemanfaatan dan pengembangan teknologi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf e merupakan upaya
mengoptimalkan penyelenggaraan organisasi dan program kerja
melalui metode dan teknologi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan teknologi.

Pasal 13
(1) Advokasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
f merupakan upaya untuk melindungi dan membela generasi
muda dan masyarakat yang dilanggar haknya.

5
(2) Advokasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk penyadaran hak dan kewajiban,
pembelaan, dan pemenuhan hak.

Pasal 14
Motivasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf g
merupakan upaya memberikan semangat dan memacu
pencapaian prestasi generasi muda.

Pasal 15
Pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf h
merupakan upaya untuk menjalin relasi sosial dengan kelompok
yang diberdayakan menggunakan berbagai sumber dan potensi
guna meningkatkan Kesejahteraan Sosial.

Pasal 16
Pelopor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf i
merupakan upaya merintis dan menggerakkan inovasi dan
kreativitas dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dan
pengembangan generasi muda.

Pasal 17
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, pengurus Karang
Taruna membentuk unit teknis sesuai dengan kebutuhan
pengembangan organisasi dan program kerja.
(2) Unit teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk
unit di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, seni
dan budaya, serta hukum.
(3) Pembentukan unit teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus melalui mekanisme pengambilan keputusan di
Karang Taruna.

BAB III
KEANGGOTAAN DAN KEPENGURUSAN

Pasal 18
(1) Keanggotaan Karang Taruna menganut sistem stelsel pasif
yaitu setiap generasi muda yang berusia 13 (tiga belas)
sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun otomatis
menjadi anggota Karang Taruna.

6
(2) Keanggotaan Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berasal dari generasi muda di tingkat desa atau
kelurahan.
(3) Ketentuan mengenai keanggotaan Karang Taruna
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Karang
Taruna.
Pasal 19
(1) Untuk pelaksanaan tugas dan fungsi serta pemberdayaan
Karang Taruna dibentuk kepengurusan tingkat:
a. Desa atau Kelurahan;
b. kecamatan;
c. kabupaten/kota;
d. provinsi; dan
e. tingkat nasional.
(2) Hubungan tata kerja internal Karang Taruna antara
pengurus tingkat Desa atau Kelurahan, Kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, dan nasional bersifat koordinatif,
konsultatif, konsolidatif, komunikatif, dan kolaboratif.

Pasal 20
(1) Pengurus Karang Taruna dipilih secara musyawarah dan
mufakat dalam forum pengambilan keputusan masing-
masing tingkatan dan harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. warga negara Indonesia;
b. berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun;
c. berdomisili di wilayahnya masing-masing;
d. aktif dalam kegiatan Karang Taruna; dan
e. memiliki kemauan dan kemampuan berorganisasi serta
aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat.
(2) Kepengurusan Karang Taruna Desa atau Kelurahan dipilih,
ditetapkan, dan disahkan dalam musyawarah warga Karang
Taruna di Desa atau Kelurahan dan dikukuhkan oleh Kepala
Desa atau Lurah setempat.
(3) Kepengurusan Karang Taruna Desa atau Kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan untuk
masa bakti selama 5 (lima) tahun.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Pengurus Karang
Taruna Desa atau Kelurahan dapat membentuk unit kerja
karang taruna di tingkat dusun, rukun warga, dan rukun
tetangga sebagai pelaksana kegiatan Karang Taruna.

7
(5) Kepengurusan Karang Taruna di tingkat Kecamatan sampai
dengan nasional dipilih dan ditetapkan dalam temu karya
Karang Taruna dan dikukuhkan oleh camat, bupati/wali
kota, gubernur, atau Menteri Sosial sesuai dengan
kewenangannya.
(6) Kepengurusan Karang Taruna di tingkat Kecamatan sampai
dengan tingkat nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) dilaksanakan untuk masa bakti selama 5 (lima) tahun.

Pasal 21
Ketentuan mengenai keorganisasian dan kepengurusan serta
pengesahan dan pelantikan kepengurusan Karang Taruna,
diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga Karang Taruna.

BAB IV
MAJELIS PERTIMBANGAN KARANG TARUNA

Pasal 22
(1) Majelis pertimbangan Karang Taruna merupakan wadah
nonstruktural yang berwenang memberi saran dan
pertimbangan kepada pengurus Karang Taruna serta
memberi akses/kemudahan demi kemajuan Karang Taruna.
(2) Majelis Pertimbangan Karang Taruna sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari unsur:
a. mantan pengurus;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh adat;
e. pemerintah;
f. pemerintah daerah; dan/atau
g. pelaku usaha.
(3) Majelis Pertimbangan Karang Taruna memiliki
kepengurusan paling sedikit:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.
(4) Ketentuan mengenai mekanisme pembentukan dan tata
kerja majelis pertimbangan Karang Taruna diatur dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

8
BAB V
PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA

Pasal 23
(1) Pemberdayaan Karang Taruna dilakukan sesuai klasifikasi
Karang Taruna.
(2) Klasifikasi Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. percontohan;
b. maju;
c. berkembang; dan
d. tumbuh.
(3) Klasifikasi Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan melalui penilaian terhadap aspek:
a. organisasi dan kepengurusan;
b. sumber daya manusia;
c. sarana dan prasarana;
d. administrasi;
e. kemitraan; dan
f. program kegiatan.

Pasal 24
(1) Penetapkan klasifikasi Karang Taruna dilakukan oleh Dinas
Sosial daerah kabupaten/kota berdasarkan instrument
penetapan klasifikasi Karang Taruna.
(2) Penetapan klasifikasi Karang Taruna melibatkan unsur
pengurus Karang Taruna kecamatan, kabupaten/kota,
dan/atau provinsi.
(3) Dinas sosial daerah provinsi melakukan pemantauan
terhadap penetapan klasifikasi Karang Taruna.
(4) Hasil penetapan klasifikasi Karang Taruna dilakukan secara
periodik.

Pasal 25
(1) Pemberdayaan Karang Taruna dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah;
b. pemerintah daerah; dan
c. pengurus Karang Taruna.
(2) Dalam melaksanakan pemberdayaan karang taruna
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan:
a. badan usaha;
b. potensi sumber Kesejahteraan Sosial;
c. lembaga pendidikan; dan/atau

9
d. masyarakat.

Pasal 26
Pelaksanaan Pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2) dilakukan dalam bentuk peningkatan:
a. manajemen organisasi;
b. kapasitas sumber daya manusia;
c. kapasitas sumber daya ekonomi;
d. sarana dan prasarana; dan
e. jejaring kerja.

Pasal 27
Peningkatan manajemen organisasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf a dilakukan melalui bimbingan, pelatihan,
penetapan klasifikasi, dan penyediaan kelengkapan organisasi.

Pasal 28
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf b dapat dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan dan keterampilan, bimbingan, serta studi
banding.

Pasal 29
Peningkatan kapasitas sumber daya ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf c dapat dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan dan keterampilan, bimbingan, studi
banding, serta pendampingan usaha.

Pasal 30
Peningkatan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf d dapat dilakukan melalui penyediaan,
penambahan dan pengembangan, serta sarana dan prasarana.

Pasal 31
Peningkatan jejaring kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 huruf e dapat dilakukan melalui konsultasi, koordinasi,
kolaborasi, dan kemitraan.

Pasal 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberdayaan Karang Taruna
akan diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pemberdayaan
Sosial.

10
BAB VI
IDENTITAS KARANG TARUNA

Pasal 33
Karang Taruna memiliki identitas terdiri atas:
a. lambang;
b. seragam;
c. bendera;
d. mars; dan
e. plang.

Pasal 34
(1) Lambang Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 huruf a merupakan simbol yang digunakan oleh
karang taruna sebagai identitas organisasi Karang Taruna.
(2) Seragam Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 huruf b meliputi:
a. pakaian dinas upacara;
b. pakaian dinas harian;dan
c. pakaian dinas lapangan.
(3) Bendera Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 huruf c terdiri atas bendera dan panji.
(4) Mars sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf d
merupakan lagu yang diciptakan sebagai penyemangat dan
korsa Karang Taruna.
(5) Plang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf e
merupakan penanda keberadaan organisasi Karang Taruna.

Pasal 35
Identitas Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB VII
PEMBINAAN

Pasal 36
Pembina Karang Taruna meliputi:
a. pembina utama;
b. pembina umum;
c. pembina fungsional; dan
d. pembina teknis.

11
Pasal 37
Pembina utama Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 huruf a yaitu Presiden Republik Indonesia.

Pasal 38
(1) Pembina umum Karang Taruna sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 huruf b meliputi:
a. tingkat nasional yaitu Menteri Dalam Negeri;
b. tingkat provinsi yaitu gubernur;
c. tingkat daerah kabupaten/kota yaitu bupati/wali kota;
d. tingkat Kecamatan yaitu camat; dan
e. tingkat Desa atau kelurahan yaitu kepala Desa atau
lurah.
(2) Pembina umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan pembinaan sebagai berikut:
a. Menteri Dalam Negeri, melakukan pembinaan umum
secara nasional serta mengoordinasikan pelaksanaan
pembinaan umum Karang Taruna kepada gubernur;
b. gubernur, melakukan pembinaan umum provinsi dan
mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan umum
kepada bupati/wali kota;
c. bupati/wali kota, melakukan pembinaan umum
kabupaten/kota dan mengoordinasikan pelaksanaan
pembinaan umum kepada camat;
d. camat, melakukan pembinaan umum Kecamatan dan
mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan umum
kepada kepala Desa atau lurah; dan
e. kepala Desa atau lurah, melakukan pembinaan umum
Desa atau Kelurahan dan memfasilitasi kegiatan Karang
Taruna di Desa atau Kelurahan.

Pasal 39
(1) Pembina fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
huruf c:
a. tingkat nasional yaitu Menteri Sosial;
b. tingkat provinsi yaitu kepala dinas sosial daerah provinsi;
c. tingkat kabupaten/kota yaitu kepala dinas sosial daerah
kabupaten/kota; dan
d. tingkat Kecamatan yaitu kepala seksi sosial pada kantor
Kecamatan.
(2) Pembina fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan pembinaan sebagai berikut:

12
a. Menteri Sosial, melakukan pembinaan fungsional secara
nasional serta mengoordinasikan pelaksanaan
pembinaan fungsional Karang Taruna kepada kepala
dinas sosial daerah provinsi;
b. kepala dinas sosial daerah provinsi, melakukan
pembinaan fungsional di provinsi dan mengoordinasikan
pelaksanaan pembinaan fungsional kepada kepala dinas
sosial daerah kabupaten/kota;
c. kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota, melakukan
pembinaan fungsional ditingkat daerah kabupaten/kota
dan mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan
fungsional kepada kepala seksi sosial Kecamatan;dan
d. kepala seksi sosial Kecamatan, melakukan pembinaan
fungsional ditingkat Kecamatan dan mengoordinasikan
pelaksanaan pembinaan fungsional kepada kepala Desa
atau lurah.

Pasal 40
(1) Pembina Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
huruf d meliputi:
a. tingkat nasional yaitu Menteri Sosial dan/atau kepala
lembaga terkait.
b. tingkat provinsi yaitu kepala dinas sosial daerah provinsi
dan/atau instansi terkait; dan
c. tingkat kabupaten/kota yaitu kepala dinas sosial daerah
kabupaten/kota dan/atau instansi terkait.
(2) Pembina Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan pembinaan sebagai berikut:
a. Menteri Sosial dan/atau kepala lembaga terkait
melakukan pembinaan teknis secara nasional serta
mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan teknis Karang
Taruna kepada kepala dinas/instansi terkait daerah
provinsi;
b. kepala dinas sosial daerah provinsi dan/atau instansi
terkait melakukan pembinaan teknis di tingkat provinsi
dan mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan teknis
kepada kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota
dan/atau instansi terkait di daerah kabupaten/kota;
c. kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota dan/atau
instansi terkait, melakukan pembinaan teknis di
kabupaten/kota dan mengoordinasikan pelaksanaan
pembinaan teknis kepada kepala seksi terkait di
Kecamatan.

13
BAB VIII
TANGGUNG JAWAB

Bagian Kesatu
Pemerintah

Pasal 41
Menteri Sosial memiliki tanggung jawab:
a. menetapkan pedoman umum Karang Taruna;
b. menetapkan standar dan indikator secara nasional;
c. melakukan program percontohan;
d. memberikan stimulasi, fasilitasi, dan pengembangan;
e. mengukuhkan kepengurusan karang taruna
tingkat nasional;
f. memberikan penghargaan;
g. melakukan sosialisasi;
h. melakukan pemantauan dan evaluasi;
i. melaksanakan koordinasi dan jejaring kerja;
j. pembinaan dan pengawasan karang taruna; dan
k. mengalokasikan anggaran.

Bagian Kedua
Provinsi

Pasal 42
Gubernur memiliki tanggung jawab:
a. melaksanakan pedoman umum Karang Taruna;
b. melaksanakan standar dan indikator secara nasional;
c. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
d. memberikan stimulasi, fasilitasi;
e. mengukuhkan kepengurusan Karang Taruna
tingkat provinsi;
f. melakukan pemberdayaan Karang Taruna;
g. memberikan penghargaan;
h. melakukan sosialisasi;
i. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan;
j. melaksanakan koordinasi dan jejaring kerja;
k. pembinaan dan pengawasan Karang Taruna;
l. mengalokasikan anggaran;
m. mengoordinasikan pengelolaan data Karang Taruna tingkat
provinsi; dan
n. merekomendasikan penetapan lokasi pemberdayaan Karang
Taruna tingkat provinsi kepada Menteri Sosial.

14
Bagian Ketiga
Kabupaten/Kota

Pasal 43
Bupati/wali kota memiliki tanggung jawab:
a. melaksanakan pedoman umum Karang Taruna;
b. melaksanakan standar dan indikator secara nasional;
c. menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;
d. memberikan stimulasi, fasilitasi, dan pengembangan;
e. mengukuhkan kepengurusan Karang Taruna tingkat
kabupaten/kota;
f. melakukan pemberdayaan Karang Taruna;
g. memberikan penghargaan;
h. melakukan sosialisasi;
i. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan;
j. melaksanakan koordinasi dan jejaring kerja;
k. pembinaan dan pengawasan Karang Taruna;
l. mengalokasikan anggaran;
m. melakukan pendataan Karang Taruna tingkat
kabupaten/kota;
n. melaksanakan persiapan pemberdayaan Karang Taruna
yang terdiri dari sosialisasi program pemberdayaan Karang
Taruna untuk tingkat kabupaten/kota, persiapan sosial,
proses penyadaran, dan perencanaan partisipatif dalam
rangka pemberdayaan Karang Taruna;
o. merekomendasikan penetapan lokasi pemberdayaan Karang
Taruna kepada gubernur; dan
p. menetapkan tim penilai klasifikasi Karang Taruna.

BAB IX
PENDANAAN

Pasal 44
a. Sumber pendanaan Karang Taruna berasal dari:
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan
d. sumber pendanaan yang sah dan tidak mengikat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

15
BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Sosial Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar
Karang Taruna dan Peraturan Menteri Sosial Nomor 23 Tahun
2013 tentang Pemberdayaan Karang Taruna (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 94), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 46
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Desember 2019

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

JULIARI P BATUBARA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Desember 2019

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 1654

16
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG KARANG TARUNA

IDENTITAS KARANG TARUNA

I. LAMBANG KARANG TARUNA


A. Bentuk dan Unsur
1. Bentuk

2. Unsur
Lambang Karang Taruna mengandung atau terdiri dari unsur-unsur:
a. sekuntum bunga teratai yang mulai mekar;
b. empat helai daun bunga;
c. dua helai pita terpampang di bagian atas dan bawah;
d. sebuah lingkaran yang melingkari sekuntum bunga teratai dan dua
pita;
e. bunga teratai yang mekar berdaun lima helai sebagai latar belakang;
dan
f. unsur warna.

B. Filosofi dan Makna


1. Filosofi
a. sekuntum bunga teratai yang mulai mekar melambangkan atau
memaknai unsur generasi muda (remaja) yang dijiwai semangat
kemasyarakatan (Kesejahteraan Sosial). bunga teratai yang mulai
mekar terdiri dari 7 (tujuh) kuntum bunga yang melambangkan atau
memaknai tujuh unsur kepribadian yang harus dimiliki warga Karang
Taruna, yakni:

17
1) taat : takwa kepada tuhan yang mahaesa;
2) tanggap : penuh perhatian dan peka terhadap masalah;
3) tanggon : kuat daya tahan fisik dan mental;
4) tandas : tegas, pasti, tidak ragu, dan teguh pendirian;
5) tangkas : sigap, gesit, cepat bergerak, dan dinamis;
6) terampil : mampu berkreasi, berdayaguna dan berkarya;
7) tulus : Sederhana, ikhlas, rela memberi, dan jujur;

b. 4 (empat) helai daun bunga di bagian bawah bunga teratai yang


mulai mekar melambangkan atau memaknai keempat fungsi Karang
Taruna, yakni:
1) memupuk kreativitas generasi muda untuk belajar bertanggungj
awab;
2) membina kegiatan-kegiatan sosial, rekreatif, edukatif, ekonomi-
produktif dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat pencegahan
dan pengembangan potensi generasi muda;
3) mengembangkan dan mewujudkan harapan serta cita-cita
generasi muda (khususnya anak dan remaja) Indonesia melalui
peningkatan kapasitas dan bimbingan interaksi baik yang
diselenggarakan secara individu maupun berkelompok; dan
4) menanamkan pengertian, kesadaran, serta memasyarakatkan dan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
khususnya di kalangan generasi muda.

c. 2 (dua) helai pita yang terpampang di bagian atas dan bawah


1) pita di bagian atas terdapat tulisan Motto Karang Taruna yakni
“ADHITYA KARYA MAHATVA YODHA” yang memiliki makna
masing-masing:
a) adhitya berarti cerdas dan penuh pengetahuan;
b) karya berarti pekerjaan, ketrampilan atau karya;
c) mahatva berarti terhormat, berbudi luhur dan berkepribadian;
dan
d) yodha berarti pejuang atau patriot.
Jadi, secara keseluruhan Adhitya Karya Mahatva Yodha berarti
pejuang yang berkepribadian, berpengetahuan, serta terampil
dan selalu berkarya.
2) pita di bagian bawah bertuliskan “KARANG TARUNA” yang
memiliki makna masing-masing:
a) karang berarti pekarangan, halaman, atau tempat; dan
b) taruna berarti remaja atau generasi muda.
Jadi, secara harfiah karang taruna berarti tempat atau wadah
pengembangan remaja/generasi muda.

18
Dalam makna lain sebagai perlambang karang diartikan juga sebagai
Batu Karang di lautan yang tegar sekalipun kerap kali dihantam
ombak, sedangkan taruna diartikan juga sebagai anak muda atau
generasi muda. Sehingga Karang Taruna dalam makna lain juga
dilambangkan sebagai generasi muda yang kuat, kokoh, kukuh dan
tegar dalam pendirian, keluhuran budi pekerti, kepribadian dan
karakternya sebagai anak muda bangsa Indonesia meski dihantam
oleh berbagai persoalan, tantangan, hambatan, ancaman, dan
gangguan.

d. sebuah Lingkaran yang melambangkan atau dimaknai sebagai


lambang ketahanan nasional yang berfungsi sebagai tameng/perisai;
e. bunga Teratai mekar yang berdaun 5 (lima) helai yang berada diluar
lingkaran, melambangkan atau memaknai lingkaran kehidupan
masyarakat yang adil dan sejahtera berdasarkan Pancasila;
f. unsur warna yang terdapat pada lambang dimaknai sebagai berikut:
1) putih : kesucian, tidak bercela, dan tidak bernoda;
2) merah : keberanian, sabar, tenang, dapat mengendalikan diri,
dan tekad pantang mundur; dan
3) kuning : keagungan dan keluhuran budi pekerti.

2. Pengertian
Secara keseluruhan lambang Karang Taruna berarti tekad insan
remaja/generasi muda Indonesia (warga Karang Taruna) untuk
mengembangkan dirinya menjadi patriot/pejuang yang berkepribadian,
berpengetahuan/cerdas, serta terampil dan selalu berkarya nyata agar
mampu ikut secara aktif dalam pembangunan untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

C. Ukuran dan Penggunaan


Lambang Karang Taruna memiliki berbagai bentuk ukuran yang disesuaikan
dengan penggunaan dan tata letaknya sebagai berikut:
1. ukuran dengan diameter 7cm (tujuh sentimeter) digunakan sebagai
atribut/badge pada seragam karang taruna baik seragam resmi maupun
seragam harian, yang diletakkan pada lengan bagian atas sebelah kiri.
ukuran dengan diameter 7cm (tujuh sentimeter) juga dapat digunakan
sebagai atribut/badge pada kaus seragam karang taruna untuk kegiatan-
kegiatan tertentu baik sebagai identitas panitia maupun peserta dengan
peletakkan lambang pada bagian dada sebelah kiri kaus;
2. ukuran dengan diameter 5cm (lima sentimeter) digunakan sebagai
atribut/badge pada topi Karang Taruna yang merupakan kelengkapan
seragam Karang Taruna, yang diletakkan pada bagian tengah depan
topi;

19
3. ukuran dengan diameter paling besar 7cm (tujuh sentimeter) dapat
digunakan sebagai logo/lambang pada map, cover proposal, cover buku,
cover program, dan sejenisnya, yang dapat diletakkan pada bagian
tengah cover atau bagian lain sesuai kepantasan disain;
4. ukuran dengan diameter 2cm (dua sentimeter) sampai dengan 4cm
(empat sentimeter) dapat digunakan sebagai atribut/logo pada lencana
atau pin untuk kegiatan-kegiatan Karang Taruna diberbagai tingkatan,
yang tata letaknya pada lencana/pin di tengah atau agak disebelah atas,
sedangkan peletakan lencana/pin pada dada sebelah kiri dari
baju/seragam. Ukuran dengan diameter 2cm (dua sentimeter) sampai
dengan 4cm (empat sentimeter) juga dapat digunakan sebagai
logo/lambar organisasi pada ikat pinggang baik untuk seragam maupun
untuk sehari-hari, yang diletakkan di tengah dari kepala ikat pinggang;
5. ukuran dengan diameter 2cm (dua sentimeter) sampai dengan 2,5cm
(dua koma lima sentimeter) digunakan sebagai logo/lambang organisasi
pada kop surat, amplop, piagam dan sertifikat kegiatan organisasi, yang
tata letaknya pada bagian kiri (untuk kop dan amplop) dan pada bagian
tengah atau bagian lain sesuai kepantasan untuk sertifikat dan piagam;
6. ukuran dengan diameter 1,5cm (satu koma lima sentimeter) digunakan
sebagai logo/lambang organisasi pada stempel/cap besar pengurus
Karang Taruna untuk kepentingan surat-menyurat, perjanjian, dan
sejenisnya di semua tingkatan yang diletakkan di bagian tengah
stempel/cap bundar yang berdiameter 3cm (tiga sentimeter). Ukuran
dengan diameter 1,5cm (satu koma lima) juga dapat digunakan sebagai
logo/lambang organisasi pada stempel/cap kepanitiaan yang dibentuk
oleh Karang Taruna, yang diletakkan dibagian tengah untuk bentuk
stempel bundar yang berdiameter 3cm (tiga sentimeter) atau di bagian
kiri untuk bentuk stempel empat persegi panjang yang berukuran
standar paling besar 2cm (dua sentimeter) x 5cm (lima sentimeter);
7. ukuran dengan diameter 1cm (satu sentimeter) digunakan sebagai
logo/lambang organisasi pada stempel/cap kecil pengurus Karang Taruna
untuk kepentingan administrasi pada kartu anggota, kartu iuran, dan
sejenisnya di semua tingkatan yang diletakkan pada bagian tengah
stempel/cap bundar yang berdiameter 2cm (dua sentimeter);
8. ukuran dengan diameter 50cm (lima puluh sentimeter) sampai dengan
1m (satu meter) digunakan sebagai logo/lambang organisasi pada
spanduk untuk kegiatan-kegiatan Karang Taruna yang tata letaknya
pada sisi sebelah kiri spanduk serta pada backdrop untuk kegiatan-
kegiatan Karang Taruna yang tata letaknya pada bagian tengah atau
pada sisi sebelah kiri atau pada bagian lain sesuai kepantasan disain;
9. ukuran dengan diameter paling sedikit 15cm (lima belas sentimeter)
sampai dengan 50cm (lima puluh sentimeter) dapat digunakan sebagai

20
logo/lambang organisasi pada umbul-umbul, standing banner, x-banner,
atau produk advertising lainnya untuk kegiatan-kegiatan Karang Taruna
yang tata letaknya disesuaikan dengan kepantasan disain dan etika
keorganisasian;
10. ukuran dengan diameter paling besar 2m (dua meter) juga dapat
digunakan sebagai logo/lambang organisasi pada billboard dan produk
advertising lainnya untuk kegiatan-kegiatan dan pencitraan Karang
Taruna yang tata letaknya disesuaikan dengan kepantasan disain;
11. ukuran lambang Karang Taruna yang menyesuaikan adalah pada panji
dan bendera yang menyesuaikan dengan ukuran panji dan bendera
tersebut, yakni sebesar 2/3 (dua pertiga) dari ukuran panji dan bendera
tersebut yang peletakkannya persis di tengah-tengah panji dan bendera
Karang Taruna;
12. ukuran lambang Karang Taruna dapat menyesuaikan lebih lanjut pada
berbagai media dengan tata letak yang menyesuaikan dengan
kepantasan dan etika;
13. lambang Karang Taruna dapat menjadi ikon dan/atau branding bagi
Karang Taruna desa atau kelurahan atau nama lain tertentu dengan
modifikasi, baik tambahan disain maupun ukuran tanpa mengubah
keutuhan lambang Karang Taruna; dan
14. unsur warna dalam lambang Karang Taruna dapat dihilangkan dalam arti
dibuat dalam satu warna untuk kepentingan di media-media tertentu
yakni: lencana, piagam penghargaan, sertifikat, cendera mata, plakat
dan seragam tambahan.

21
II. SERAGAM
A. Pakaian Dinas Upacara
1. Gambar

2. Pengertian
Seragam resmi Karang Taruna atau disebut juga pakaian dinas upacara
adalah seragam yang dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan seremonial
baik dalam bentuk upacara kenegaraan, peringatan hari besar nasional,
dan pertemuan atau forum-forum resmi organisasi yakni temu karya,
rapat kerja dan forum-forum ilmiah.

3. Bentuk
Seragam resmi Karang Taruna terdiri dari:
a. kemeja lengan panjang berwarna putih;
b. tambahan kelengkapan dasi dengan warna menyesuaikan;

22
c. jas Karang Taruna dengan warna dasar biru dongker (biru gelap),
yang bertuliskan nama KARANG TARUNA dengan huruf kapital pada
dada sebelah kiri, nama pemakai pada dada sebelah kanan, dan
mengenakan lambang Karang Taruna pada sisi bahu sebelah kiri,
serta lambang wilayah (kecuali Pengurus Nasional Karang Taruna)
dan nama tingkatan kepengurusan Karang Taruna pada sisi bahu
sebelah kanan;
d. tulisan nama Karang Taruna, nama pemakai, dan nama tingkatan
kepengurusan berwarna kuning emas;
e. celana panjang warna biru dongker (biru gelap) untuk laki-laki atau
perempuan, atau rok panjang warna biru dongker untuk perempuan;
f. sepatu hitam (pantofel); dan
g. tambahan kelengkapan kaus kaki dengan warna dan motif yang
menyesuaikan.

B. Pakaian Dinas Harian


Pakaian Dinas Harian I
1. Gambar

23
2. Seragam
Pakaian Dinas Harian II

Logo Karang Tulisan Karang


Taruna Taruna

3. Pengertian
Seragam Harian Karang Taruna atau disebut juga pakaian dinas harian
adalah seragam yang dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
bersifat harian/lapangan/operasional terutama dalam pelaksanaan
program-program kegiatan di masyarakat.
4. Spesifikasi
Seragam Harian Karang Taruna terdiri dari:
a. pakaian dinas harian 1, berbentuk: kemeja lengan pendek dengan
warna dasar dominan biru benhur (biru langit), bertuliskan nama
KARANG TARUNA dengan huruf kapital berwarna kuning pada dada
sebelah kiri, nama pemakai berwarna kuning pada dada sebelah
kanan, mengenakan lambang Karang Taruna pada sisi bahu sebelah
kiri, serta lambang wilayah (kecuali Pengurus Nasional Karang
Taruna) dan nama tingkatan kepengurusan Karang Taruna berwarna
kuning pada sisi bahu sebelah kanan;
b. pakaian dinas harian 2, berbentuk: kemeja lengan pendek dengan
warna dasar putih, mengenakan lambang Karang Taruna dengan
tulisan nama KARANG TARUNA dengan huruf kapital di bawahnya
berwarna hitam pada dada sebelah kiri, nama pemakai berwarna
hitam pada dada sebelah kanan, serta lambang wilayah (kecuali
PNKT) dan nama tingkatan kepengurusan Karang Taruna berwarna
hitam pada sisi bahu sebelah kanan;
c. kemeja pakaian dinas harian 1 maupun pakaian dinas harian 2 dapat
divariasikan dengan tambahan warna dan corak/model lain sesuai
kepantasan dan ciri khas wilayah masing-masing;

24
d. celana panjang bahan/jeans warna bebas dan menyesuaikan, serta
rapih (tidak kusam dan robek);
e. sepatu model dan warna bebas yang layak pakai;
f. tambahan kelengkapan kaus kaki dengan warna dan corak yang
menyesuaikan;
g. topi Karang Taruna berwarna biru benhur (biru langit) dengan
lambang Karang Taruna di depannya, nama Karang Taruna di
samping kiri dan pemakai di samping kanan.

C. Pakaian Dinas Lapangan


1. Gambar

Nama Yang Bordir Karang


Bersangkutan Taruna
Logo Karang
Taruna
Nama
Daerah

Logo Daerah

Lengan dapat
dilipat

Catatan : Kemeja warna hitam

2. Pengertian
Seragam satuan bakti adalah seragam yang diperuntukkan bagi satuan
bakti Karang Taruna yang dibentuk sebagai unit teknis Karang Taruna di
bidang tertentu.
3. Spesifikasi
Seragam Satuan Bakti Karang Taruna terdiri dari:
a. kemeja lengan panjang dengan warna dasar hitam, bertuliskan nama
KARANG TARUNA dengan huruf kapital pada dada sebelah kiri, nama
pemakai pada dada sebelah kanan, mengenakan lambang Karang
Taruna, serta lambang wilayah dan nama tingkatan Karang Taruna
pada sisi bahu sebelah kanan;
b. tulisan Karang Taruna, nama pemakai, dan nama tingkatan wilayah
berwarna kuning emas;
c. kemeja berbahan navy (kaku dan keras);

25
d. celana panjang bahan kaku dan keras seperti kemeja dengan warna
yang sama dengan warna kemeja;
e. sepatu model laras dan berwarna hitam;
f. tambahan kelengkapan kaus kaki dengan warna hitam atau biru
tua/gelap;
4. topi Karang Taruna berwarna hitam dengan lambang Karang Taruna di
depannya, nama Karang Taruna berwarna kuning emas di samping kiri
dan nama pemakai berwarna kuning emas di samping kanan.
a. Bentuk

Logo Karang
Nama Yang Taruna
Bersangkutan

NAMA
PEMAKAI

Nama Karang
Taruna
NAMA
KT

III. BENDERA DAN PANJI


A. Bendera
1. Bendera Resmi
a. Bentuk

26
b. Pengertian
Bendera Resmi adalah bendera yang menjadi simbol dan perlambang
utama organisasi Karang Taruna sebagai identitas tunggal dalam
membangun kesejajaran dengan kelembagaan lainnya.
c. Bentuk dan ukuran
Bentuk dan ukuran bendera resmi Karang Taruna diatur sebagai
berikut:
1) berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 180cm
(seratus delapan sentimeter) dan ukuran lebar 120cm (seratus
duapuluh sentimeter);
2) terbuat dari bahan terbaik yang agak tebal (2 lapis);
3) di tengah-tengah bendera resmi terdapat lambang Karang Taruna
di kedua sisinya dengan ukuran garis tengah 60cm (enam puluh
sentimeter);
4) di bawah lambang terdapat tulisan “KARANG TARUNA” dengan
huruf kapital di kedua sisinya dengan warna tulisan kuning emas
dan ukuran tinggi tulisan 10cm (sepuluh sentimeter);
5) warna dasar adalah biru benhur (biru langit) dengan pinggiran
berwarna kuning emas yang melingkari warna dasar;
6) pada sisi bendera terdapat rumbai warna biru tua, kecuali sisi
yang melekat pada tiang;
7) bendera resmi diikatkan pada tiang dengan 3 (tiga) buah tali
pengikat, tinggi tiang 3m (tiga meter), berbentuk bulat, dan
bergaris tengah 4cm (empat sentimeter); dan
8) pada puncak tiang bendera diberi kepala tiang (mustika)
berbentuk bunga teratai yang mulai mekar dengan tinggi 20cm
(dua puluh sentimeter), bergaris tengah 10cm (sepuluh
sentimeter), dan terbuat dari logam.

B. Panji
1. Bentuk

27
2. Pengertian
Panji adalah simbol pataka dan kekramatan organisasi Karang Taruna
yang menjadi perlambang utama sebagai bagian dari bangsa dan
negara.
3. Bentuk dan ukuran
Bentuk dan ukuran panji Karang Taruna diatur sebagai berikut:
a. warna dasar kuning;
b. panjang 180cm (seratus delapan puluh sentimeter) dan lebar 120cm
(seratus dua puluh sentimeter);
c. terbuat bahan terbaik (beludru) dan agak tebal (2 lapis);
d. di tengah-tengahnya terdapat lambang Karang Taruna pada kedua
sisinya yang bergaris tengah 60cm (enam puluh senti meter);
e. di bawah lambang terdapat tulisan “KARANG TARUNA” dengan huruf
kapital pada kedua sisinya dengan warna tulisan hitam dan ukuran
tinggi tulisan 10cm (sepuluh sentimeter);
f. di ketiga sisinya (yang tidak melekat pada tiang) diberi rumbai warna
kuning emas dengan panjang 6cm (enam sentimeter);
g. Panji diikatkan pada tiang dengan tiga buah tali pengikat, tinggi tiang
3m (tiga sentimeter), berbentuk bulat, dan bergaris tengah 4cm
(empat sentimeter);
h. pada puncak tiang panji diberi kepala tiang (mustika) berbentuk
bunga Teratai yang mulai mekar dengan tinggi 20cm (dua puluh
sentimeter), bergaris tengah 10cm (sepuluh sentimeter), dan terbuat
dari logam;
i. pada panji Karang Taruna tidak boleh diberi tulisan nama wilayah,
hanya boleh ada tulisan Karang Taruna dengan huruf kapital di
bawah logo Karang Taruna.

IV. MARS
A. Pengertian
Mars adalah lagu penyemangat bagi warga/anggota organisasi yang
disesuaikan dengan visi dan tujuan organisasi tersebut, untuk lebih giat
bekerja dan berkarya nyata.

B. Bentuk Mars
Bentuk syair dan lirik Mars Karang Taruna adalah sebagai berikut:

28
C. Tujuan
1. membangkitkan semangat juang warga Karang Taruna dalam
mengemban tugas di bidang pembangunan kesejahteraan sosial;
2. memupuk dan mengembangkan rasa Kesetiakawanan Sosial antar
sesama warga Karang Taruna; dan
3. membangkitkan semangat cinta tanah air dan tekad untuk berjuang dan
mengabdi demi kepentingan masyarakat dan bangsa.

29
V. MOTO
A. Moto Karang Taruna
1. Pengertian
Moto Karang Taruna adalah semboyan atau salam yang menunjukkan
jati dirinya, sebagaiman tertuang dalam lambang Karang Taruna.
2. Bentuk
Moto/salam Karang Taruna berbentuk atau berbunyi adhitya karya
mahatva yodha.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

JULIARI P BATUBARA

30
31
BAB I
PENDAHULUAN

1. Dasar Pemikiran
Pembangunan Kesejahteraan Sosial pada hakekatnya bertujuan meningkatkan
taraf kesejahteraan sosial, baik perorangan dan keluarga maupun kelompok dan
masyarakat, guna meningkatkan harkat, martabat dan kualitas hidup manusia
Indonesia. Pembangunan Kesejahteraan Sosial juga ditujukan agar masyarakat
mampu memecahkan permasalahan sosial yang timbul serta dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dengan mengedepankan inisiatif, partisipasi dan kreativitas
melalui pemanfaatan potensi sumberdaya secara optimal terutama yang ada di
lokalnya masing-masing.

Penguatan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial melalui strategi


pemberdayaan diarahkan untuk mendukung upaya pemecahan permasalahan sosial
terutama yang ada di masyarakat desa/kelurahan, diantaranya dengan
memberdayakan dan menguatkan Karang Taruna sebagai salah satu pilar dan
ujung tombak penting dalam pembangunan kesejahteraan sosial masyarakatnya.
Sebagai lembaga kesejahteraansosial, Karang Taruna adalah wadah penghimpun
generasi muda yang lahir dari oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi
muda, karenanya Karang Taruna telah tumbuh dan berkembang atas kesadaran
generasi muda yang berkehendak kuat meningkatkan taraf kesejahteraan sosial
masyarakatnya. Karena itu dalam penyelenggaraan organisasi dan program kerja
Karang Taruna harus dibangun, dikembangkan dan dimantapkan secara konsisten
dan berkelanjutan kemampuan Karang Taruna, agar betul-betul berperan dan
mampu memberi manfaat bagi masyarakatnya dan tentu bagi Karang Taruna itu
sendiri yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari masyarakatnya.

Dengan kedudukannya yang strategis ditingkat kelurahanatau komunitas adat


sederajat, Karang Taruna menjadi pilihan dan alternatif lembaga kesejahteraan
sosial yang tepat untuk diberdayakan. Apalagi terdapat fakta bahwa masih banyak
Karang Taruna kelurahandi tanah air saat ini yang masih berstatus Tumbuh dan
Berkembang. Status yang dalam strata klasifikasi Karang Taruna berada paling
rendah, dalam arti tentu dari segi keberdayaan dan kemampuan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dan generasi mudanya bahkan meningkatkan
taraf kesejahteraan sosial masyarakatnya, masih minim dan sederhana. Salah satu
penyebab dari masih lemahnya kemampuan dan kapasitas Karang Taruna dalam
penyelenggaraan organisasi dan program-program kerjanya adalah karena
kekurangpahaman terhadap Karang Taruna (filosofi, sejarah, jati diri), tata kelola
dan keorganisasian Karang Taruna serta penyelenggaraan program kerjanya.
Disamping tentu juga akibat dari lemahnya akses akan informasi terhadap regulasi
dan kebijakan

32
Mencermati kondisi diatas, maka sangat penting untuk dilakukan
pemberdayaan Karang Taruna melalui penerbitan Buku Panduan Kerja Karang
Taruna. Buku Panduan Kerja ini diharapkan betul-betul dapat menjadi pedoman
kerja yang secara teknis mampu menjadi informasi dan petunjuk bagaimana
menyelenggarakan organisasi Karang Taruna sesuai standar secara umum agar
lebih tertib, serta bagaimana melaksanakan program-program kerja Karang Taruna
sesuai wataknya sebagai organisasi/lembaga kesejahteraan sosial di akar rumput.
Sehingga, jika kondisi tersebut dapat tercapai, maka diharapkan kehadiran Karang
Taruna ditengah-tengah masyarakat akan mampu membantu memecahkan
permasalahan sosial yang ada dan mendukung pencapaian meningkatnya taraf
kesejahteraan sosial masyarakatnya secara lebih baik dan terukur.

2. Maksud, Tujuan dan Manfaat


Maksud
1. Menyediakan panduan yang dapat dijadikan acuan dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan Karang Taruna di desa/kelurahan;
2. Memberikan arah bagi pengurus Karang Taruna baik dalam
penyelenggaraan keorganisasian, program kerja maupun aspek
pendukungnya.

Tujuan
1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan penyelenggara
(pengurus) Karang Taruna agar mampu memberikan kontribusi yang
bermanfaat dalam peningkatan kesejahteraan sosial masyarakatnya;
2. Meningkatkan klasifikasi Karang Taruna Tumbuh menjadi Karang
Taruna Berkembang, Karang Taruna Berkembang menjadi Karang
Taruna Maju dan Karang Taruna Maju menjadi Karang Taruna
Percontohan;
3. Membangun kesamaan persepsi, kesatuan langkah dan keterpaduan
pemberdayaan Karang Tarunasecara sinergis dan kemitraan;
4. Membangun dan meningkatkan sistem dan mekanisme kerja Karang
Taruna yang lebih tertib dan berkualitas;
5. 5. Mengembangkan kegiatan-kegiatan Karang Taruna yang lebih
terpadu, aplikatif dan terintegrasi.

Manfaat
1. Meningkatnya klasifikasi Karang Taruna;
2. Meningkatnya pemahaman pengurus Karang Taruna (desa/kelurahan)
dalam praktek penyelenggaraan Karang Taruna baik secara
kelembagaan (organisasi) maupun program kerjanya yang lebih
tertib;

33
3. Terwujudnya penguatan kapasitas sumber daya manusia Karang
Taruna yang memiliki kompetensi dalam praktek penyelenggaraan
organisasi dan program kerja Karang Taruna;
4. Terwujudnya keberdayaan Karang Taruna sehingga mampu menjadi
mitra kerja Pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan sosial;
5. Terwujudnya Integrasi Pemberdayaan Masyarakat dalam kerjasama
antara Karang Taruna dengan PSKS lainnya;

3. Sasaran
Pedoman ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh:
1. Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan;
2. Pengurus Karang Taruna Kecamatan hingga Provinsi sebagai
penyelenggara jejaring kerja;
3. PSKS lainnya sebagai mitra utama yang ingin memahami mekanisme
kerja Karang Taruna;
4. Pemangku kepentingan lain yang berkepentingan dalam penguatan
organisasi dan program kerja Karang Taruna;

4. Dasar Hukum
a. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
(Lembaran Negara RI tahun 2009 Nomor 12. Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4967).
b. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011tentang Penanganan Fakir
Miskin (Lembaran Negara RI Tahun 2011 Nomor 83. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5235).
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)
d. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 23 Tahun
2014tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 68.
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5294)
f. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun
2012tentang Pedoman Pendataan Dan Pengelolaan Data Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial Dan Potensi Dan Sumber Kesejahteraan
Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 567).
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa.
h. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 25 Tahun 2019 tentang Karang Taruna.

34
5. Pengertian

a. Karang Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai


wadah generasi muda untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan
berkembang atas dasar kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh,
dan untuk generasi muda, yang berorientasi pada tercapainya
kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
b. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

c. Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah


kecamatan.

d. Kecamatan adalah kecamatan atau distrik yang selanjutnya disebut


kecamatan adalah wilayah dari daerah kabupaten/kota yang dipimpin oleh
camat.

e. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,


spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

f. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah,


terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi
kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial,
jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

g. Pemberdayaan Karang Taruna adalah suatu proses pengembangan


kemampuan, kesempatan, dan pemberian kewenangan kepada Karang
Taruna untuk meningkatkan potensi, pencegahan dan penanganan
permasalahan sosial, pengembangan nilai-nilai kepeloporan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya
sosial, dan teknologi. h. Pembinaan Karang Taruna adalah suatu usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan terhadap Karang Taruna secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

35
BAB II
SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN KARANG TARUNA

A. Sejarah Kelahiran
Karang Taruna pertama berdiri pada Tanggal 26 September 1960 di kawasan
Kampung Melayu Besar, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Kampung Melayu,
Jakarta Timur (sekarang masuk wilayah Kampung Melayu Besar, RW 01, Kelurahan
Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan).

Karang Taruna merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat kota yang


makin kompleks, dimana pada saat itu mulai muncul permasalahan sosial di
kalangan generasi muda, seperti pemanfaatan waktu luang setelah sekolah yang
menjurus padahal negatif, anak putus sekolah, serta akibat pergaulan bebas yang
berkibat buruk bagi perkembangan generasi muda. Karang Taruna terbentuk dari
kesadaran bahwa masalah generasi muda akan menjadi hal penting untuk
ditangani karena apabila diabaikan akan berakibat buruk dikemudian hari. Sebuah
gerakan masyarakat madani (civil society)yang muncul dari, untuk dan oleh
masyarakat terutama bagi generasi muda.

Jawaban Pekerjaan Sosial Jakarta melalui Kepala Seksi Perlindungan


AnakBagian Kesejahteraan Anak (Tati Marjono) bekerjasama dengan Yayasan
Perawatan Anak Yatim ( YPAY ) dan Lembaga Sosial Kampung (LSK) yang pada
akhirnya menyepakati secara bersama untuk membentuk sebuah organisasi sosial
remaja pemuda yang diberinama Karang Taruna melalui Experimental Project
Karang Taruna, yakni suatu kegiatan eksperimental dalam rangka usaha
perlindungan anak.

Karang diartikan sebagai tempat berseminya tanaman untuk dapat tumbuh


dengan subur, sedangkan Taruna adalah manusia pada usia remaja. Sehingga
dapat diartikan Karang Taruna adalah suatu wadah bagi kalangan remaja untuk
tumbuh dan berkembang secara sehat menjadi generasi muda bermafaat dalam
kehidupan masyarakat.

Jika dilihat sejarahnya maka ada delapan aspek yang mendasari kelahiran Karang
Taruna yaitu:

Pertama, dalam sebuah negara,permasalahan anak harus mendapat tempat


yang utama dalam proses pembangunan nasional, tanpa membedakan keadaan
dan golongan dari mana anak-anak tersebut berasal (berdimensi konstitusional).
Kedua, Anak harus mendapatkan ruang dan kesempatan yang selayaknya
untuk mengembangkan pribadinya secara sehat (aspek moralitas).
Ketiga, Anak-anak memerlukan dukungan bagi perkembangan pribadi yang
sehat oleh karena itu setiap anak memerlukan rasa aman, baik secara fisik maupun
emosional serta lingkungan hidup yang sepenuhnya memahami kebutuhan
kebutuhan anak (aspek psikologis).

36
Keempat, Persoalan-persoalan yang bersinggungan dengan proses urbanisasi
dan modernisasi itu juga dirasakan akibat buruknya oleh anak-anak(aspek
demografis dalam pembangunan).

Kelima, Banyak keluarga yang tidak memiliki ruang yang cukup untuk
mengembangkan karakter dirinya sebagai manusia yang bermartabat(aspek
kemanusiaan).

Keenam, Banyak anak yang tak berkesempatan mengenyam pendidikan akibat


terbatasnya jumlah sekolah maupun karena alasan ekonomi (aspek pendidikan).

Ketujuh, Kebutuhan anak untuk berkelompok merupakan mekanisme


perlindungan diri dari ancaman dan bahaya, apabila tidak diarahkan, kelompok
yang akan membawa kearah yang buruk (aspek sosial).

Kedelapan, Banyak orang tua karena berbagai alasan melakukan pengabaikan


terhadap anaknnya, akibatnya anak bisa melakukan perbuatan negatif (aspek pola
pengasuhan).

Bertitik tolak dari delapan dimensi tersebut maka Karang Taruna mengembangkan
agenda dan strategi untuk:

1. Melakukan upaya-upaya preventif, seperti pendidikan sosial, mental dan


fisik kepada anak-anak, terutama anak-anak yatim, anak-anak miskin dan
anak-anak jalanan.

2. Melakukan berbagai aktivitas di kalangan anak-anak yang mengedepankan


unsur-unsur rekreasi, pengisian waktu luang dalam pendidikan nonformal
melalui taman bacaan, Kerajinan, Kesenian dan olahraga.

Demikianlah seputar kelahiran Karang Taruna beserta latar belakang pemikiran dan
persoalan yang menyertainya. Fakta di seputar kelahiran itulah yang kelak di
kemudian hari ikut mewarnai corak dan perkembangan Karang Taruna sebagai
organisasi sosial di Indonesia.

B. Perkembangan Karang Taruna

Setelah kelahirannya di tahun 1960, Karang Taruna mendapat pengakuan


sebagai salah satu organisasi generasi muda. Karang Taruna juga ikut terpengaruh
oleh dinamika perjalanan bangsa.

Karang Taruna lahir pada saat dinamika bangsa berlangsung, melalui Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, Indonesia yang semula liberal berubah ke arah otoriter di
bawah kendali sistem Demokrasi Terpimpin. Karang Taruna mulai perannya untuk
mengembangkan partisipasi kemasyarakatan hingga ke masa Orde Baru (1965-
1998). Di masa orde reformasi Karang Tarunaterus menjadi organisasi yang
menjaga netralitasnya.

37
Perkembangan Karang Taruna dapat dibagi dalam pembagian waktu sebagai
berikut:

1. Fase Pencanangan (Tahun 1960), diawali dengan adanya kepedulian


seorang Gazali Sekretaris Yayasan Perawatan Anak Yatim (YPAY) terhadap
kebiasaan anak dan remaja setempat yang mengisi waktu luangnya
digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat yang cenderung negatif,
seperti berkeliaran, bermain kartu, disamping banyak anak yatim dan anak
yang tidak sekolah. Sehingga muncul gagasan untuk mengorganisir
sebuah kegiatan penanggulangannya dengan melembagakan program
tersebut. Gagasan tersebut lalu di respon oleh Ibu Tati Marjono dari
Jawatan Pekerjaan Sosial melakukan pendekatan kesejahteraan sosial.

2. Fase Penumbuhan (1960-1970). Karang Taruna mulai tumbuh di


kelurahankelurahan lain di wilayah DKI Jakarta dan mengambil peran
dalam penanganan permasalahan sosial anak dan remaja sesuai dengan
kemampuan masingmasing. Sehingga pada tahun 1969 saat dimulainya
Pelita I terbentuk 12 Karang Taruna dan terus berkembang hingga awal
tahun 1970.

3. Fase Pengembangan (1970-1980). Di masa orde baru Karang Taruna terus


meningkat. di wilayah DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Ali Sadikin pada
tahun kedua Pelita I jumlah Karang Taruna telah mencapai sebanyak 274,
termasuk Karang Taruna Unit RW yang mulai ditumbuhkan. Sejak
dikeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta untuk membubarkan
Geng-Geng di Jakarta dan mengfungsikan Karang Taruna sebagai wadah
pembinaan dan pengembangan generasi muda, pertumbuhan Karang
Taruna dapat berkembang dengan pesat. Di DKI Jakarta Tahun 1974
sudah terdapat sebesar 620 lembaga dan tahun 1979 sebesar 3.359.

4. Fase Penguatan (1980-1990). Ditandai dengan adanya beberapa kegiatan


Karang Taruna berskala Nasional, seperti Musyawarah Kerja Nasional
Karang Taruna Tahun 1980 di Malang Jawa Timur yang menghasilkan
antara lain Pemilihan Karang Taruna Teladan Tingkat Nasional dan
mengusulkan Karang Taruna dimasukan kedalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) serta Musyawarah Kerja Nasional Karang Taruna Tahun
1981 di Garut Jawa Barat yang hasilnya adalah dibentuknya Forum
Komunikasi Karang Taruna Tingkat Kecamatan.
Pada fase ini dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor :
13/HUK/KEP/1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Karang
Taruna, Surat Keputusan Menteri Sosial RI nomor 11/HUK/KEP/1988
tentang Pedoman Dasar Karang Taruna serta dimasukannya Karang
Taruna kedalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) berdasarkan
Ketetapan MPR Nomor II Tahun 1983, Tahun 1988 dan 1993. Di Tahun
1984,jumlah Karang Taruna secara nasional sebanyak 12.600 Karang

38
Taruna. Tahun 1985 ditetapkan oleh Menteri Sosial RI sebagai Tahun
Penumbuhan Karang Taruna, Tahun 1987 sebagai Tahun Kualitas Karang
Taruna, dan Keikutsertaan Karang Taruna dalam Program Nakasone
menyongsong abad 21 ke Jepang.

5. Fase Pemantapan (1990-2000), kegiatan dilakukan untuk lebih


memantapkan peran dan fungsi Karang Taruna sebagai wadah pembinaan
dan pengembangan generasi muda.Kegiatan-kegiatan lainnya pada saat
itu adalah : Bimbingan Manajemen Organisasi, Usaha Kesejahteraan Sosial
dan Kewirausahaan Karang Taruna, Pendidikan Pelatihan Usaha Ekonomi
Produktif di Peternakan Triple'S Tapos Bogor, Pelatihan Pertanian dan
Peternakan Terpadu di Cinagara Bogor, Praktek Belajar Kerja di Pusdiklat
Lima Belas Farm Singaparna Tasikmalaya, Bimbingan Kewirausahaan
Karang Taruna di Daerah, Pengembangan Wawasan Kebangsaan dan Bela
Negara di Pusat Pendidikan Zeni Angkatan Darat Bogor dan Pusat
Pendidikan Bimbingan Masyarakat POLRI, Studi Karya Bhakti, Pekan Bhakti
dan Porseni Karang Taruna, Sasana Krida Karang Taruna, Bulan Bhakti
Karang Taruna,dan Magang ke Jepang

6. Fase Tantangan (2000 - sekarang), Tahun 2000 Departemen Sosial RI


dibubarkan dan dirubah menjadi Badan Kesejahteraan Sosial Nasional.
Akibatnya banyak Karang Taruna yang membubarkan diri karena merasa
tidak ada pembinanya, misalnya di Provinsi Riau. Dalam Temu Karya
Nasional Karang Taruna di Medan bulan Oktober 2001 menghasilkan
putusan untuk merubah nama Karang Taruna menjadi Karang Taruna
Indonesia. Ada 2 pedoman Karang Taruna, yaitu Pedoman Dasar Karang
Taruna berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Nomor 11/HUK/1988 dan
Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna Indonesia
yang dikeluarkan Pengurus Nasional Karang Taruna Indonesia. Dualisme
aturanini merugikan bagi Karang Taruna sendiri. Temu Karya Nasional
Karang Taruna dan terbit Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 83 Tahun
2005 tentang Pedoman D asar Karang Taruna. Program andalan ditingkat
Nasional adalah Kantin Kejujuran, atas kerja sama antara Pengurus
Nasional Karang Taruna dengan Kejaksaan Agung RI, yang dilekatkan
program kegiatannya di sekolah. Disamping kegiatan yang lain adalah
Expo Karang Taruna yaitu Pameran peragaan hasil kegiatan usaha
ekonomis produktif Karang Taruna tingkat Nasional di Kelapa Gading
Jakarta, Jambore Karang Taruna tingkat Nasional di Cibubur dan
Kuningan, program lanjutan Pelatihan Pertanian dan Peternakan Terpadu
di Cinagara Bogor dan Pengembangan Wawasan Kebangsaan dan Bela
Negara di Pusat Pendidikan Zeni Angkatan Darat Bogor. Di Tahun 2010
terbit Peraturan Menteri Sosial RI nomor 77 Tahun 2010 tentang Pedoman
Dasar KarangTaruna.

39
Ada proses yang perlu diketahui oleh siapa pun yang berkecimpung dalam
Karang Taruna, bahwa Karang Taruna dari masa ke masa tidak pernah berubah
haluan, Karang Taruna itu lahir dan dibentuk oleh masyarakat, lembaga ini lahir
karena kebutuhan masyarakat. Inilah prinsip yang harus dipegang teguh dan
Karang Taruna dibentuk semata-mata karena memang dibutuhkan oleh
masyarakat, terkait dengan penanggulangan masalah sosial, khususnya generasi
muda. Karang Taruna memiliki jati diri sebagai berikut:

1. Karang Taruna merupakan organisasi sosial, sehingga kegiatannya


bergerak dibidang usaha-usaha kesejahteraan sosial dan tugas pokoknya
menanggulangi masalah sosial khususnya masalah sosial generasi muda.

2. Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan


generasi muda, baik generasi muda yang bermasalah maupun yang tidak
bermasalah.

3. Karang Taruna merupakan organisasi otonom dan lokal diwilayah


desa/kelurahan/komunitas adat sederajat yang bersifat horizontal dan
tidak vertikal, namun untuk memenuhi tugas pokok dan fungsinya
diperlukan adanya mekanisme kerjasama, komunikasi, informasi,
koordinasi dan kolaborasi antarpengurus disetiap tingkatan, mulai tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi maupun nasional.

4. Karang Taruna adalah organisasi non-partisan, yang tidak membedakan


pendirian politik, suku, bangsa, ras, agama/kepercayaan.

5. Sistem keanggotaan Karang Taruna adalah stelsel pasif, yakni seluruh


generasi muda yang berumur 13 tahun sampai dengan 45 tahun adalah
anggota Karang Taruna. Hal ini menunjukan kejelasan sasaran obyek yang
dijadikan pembinaan dan pengembangan generasi muda.

40
BAB III
PENYELENGGARAAN ORGANISASI KARANG TARUNA
A. Klasifikasi Karang Taruna
Klasifikasi Karang Taruna adalah pengelompokan/kategorisasi Karang
Taruna atas dasar tingkat kemampuannya dalam melaksanakan atau
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsinya di lingkungan masing-
masing. Klasifikasi Karang Taruna meliputi:

1. Karang Taruna Tumbuh adalah Karang Taruna yang secara formal


telah tumbuh dan telah ada susunan kepengurusannya, namun
kegiatannya masih sangat sederhana, bersifat rekreatif, dan belum
terprogram secara terarah;

2. Karang Taruna Berkembang yaitu Karang Taruna yang secara


organisatoris maupun administratif sudah teratur, dan terpola dengan
mekanisme/tata kerja yang teratur dan sistematis;

3. Karang Taruna Maju adalah Karang Taruna yang secara organisatoris,


administratif, kepengurusan dan programnya telah berjalan dengan
baik, teratur, berkesinambungan, dan mempunyai prospek program
yang jelas;

4. Karang Taruna Percontohan adalah Karang Taruna yang secara


organisatoris, administratif, kepengurusan dan programnya telah
berjalan dengan baik, teratur, berkesinambungan, dan mempunyai
prospek program yang jelas, serta telah mengembangkan program-
program yang menciptakan generasi muda dilingkungannya untuk
mampu berpartisipasi mengembangkan program pembangunan
nasional khususnya dibidang kesejahteraan sosial, yang diperlukan
oleh lingkungannya.

Sedangkan secara rinci kriteria yang digunakan untuk menetapkan


klasifikasi Karang Taruna adalah:

41
42
B. Rapat-rapat dan Forum Pengambilan Keputusan dalam Karang
Taruna Rapat-rapat dan Forum Pengambilan Keputusan dalam
Karang Taruna terdiri dari:

1. Musyawarah Warga Karang Taruna (MWKT), adalah forum


pengambilan keputusan tertinggi organisasi Karang Taruna ditingkat
desa/kelurahan, dengan ketentuan:
a. Peserta, terdiri dari:
1) Peserta Penuh yakni: Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan,
Pengurus . KT Kecamatan, Pengurus Karang Taruna Unit RW/RK
(apabila telah dibentuk), pengurus organisasi/kelembagaan
generasi muda ditingkat kelurahandan para tokoh/eksponen
generasi muda, dengan masing-masing orang memiliki Hak Suara
dan Hak Bicara;
2) Peserta Peninjau yakni:MPKT, Pembina Fungsional dan Pembina
Teknis ditingkat desa/kelurahan, yang hanya memiliki Hak Bicara;

b. Wewenang MWKT adalah:


1) Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Karang Taruna
Desa/Kelurahan;
2) Menetapkan Kerangka Pokok Program Karang Taruna tingkat
kelurahanmasa bakti berikutnya;
3) Menetapkan Struktur dan Uraian Tugas Pengurus Karang Taruna
Desa/Kelurahan;
4) Memilih Ketua, Pengurus, dan Majelis Pertimbangan Karang Taruna
Kelurahanmasa bakti berikutnya;

c. Pelaksanaan MWKT:
1) MWKT berlangsung atas panggilan/undangan Pengurus Karang
Taruna Kelurahanyang bersangkutan;
2) Pengurus Karang Taruna Kelurahanyang bersangkutan membuka
persidangan MWKT dan menjadi Pimpinan Sidang Sementara guna
membahas Agenda Acara, Tata Tertib, dan Pemilihan Pimpinan
Sidang Pleno (PSP) MWKT dan menyerahkan palu persidangan
kepada PSP MWKT,dengan syarat jumlah Peserta Penuh sudah
hadir sekurangkurangnya setengah ditambah satu dari yang
diundang;
3) PSP berjumlah 3 (tiga) orang yang berasal dari unsur Pengurus
Karang Taruna Desa/Kelurahan1 (satu) orang serta unsur dari
Peserta Penuh 2 (dua) orang;
4) PSP berwenang menutup seluruh persidangan dan bertanggung
jawab merumuskan hasil-hasil MWKT lalu menyerahkan kepada
Pengurus Karang Taruna Kelurahan terpilih;

43
d. Pemilihan Langsung.
Bagi kelurahanyang telah siap baik kelembagaan, pembiayaan,
infrastruktur maupun kesadaran masyarakatnya, pemilihan Ketua
Karang Taruna dapat dilakukan secara langsung, dengan ketentuan:
1) Diikuti oleh seluruh Warga Karang Taruna yang terdaftar;

2) Pengurus Karang Taruna Kelurahanyang bersangkutan


membentuk Panitia Pemilihan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya masa jabatan Pengurus, dengan tugas:
a) Melakukan pendataan dan penetapan Calon Pemilih;

b) Menyelenggarakan Pendaftaran Calon Ketua Karang


Taruna;

c) Menyelenggarakan Agenda Kampanye berupa: Rapat


Umum, Debat Kandidat, dan Publikasi Media Luar Ruang;

d) Menyelenggarakan Pemungutan Suara dengan


menyediakan Tempat Pemungutan Suara minimal di satu
lokasi;

e) Menyelenggarakan Penghitungan Suara, Pengumuman


Hasil hingga Pelantikan/Pengukuhan Ketua Terpilih;

3) Ketua Terpilih kemudian bertindak selaku formatur tunggal guna


menyusun kepengurusan dan MPKT untuk masa bakti 3 (tiga)
tahun kedepan;

2. Rapat Kerja, adalah forum pengambilan keputusan tinggi organisasi yang


dilaksanakan guna menjabarkan hasil-hasil MWKT, dengan ketentuan:
a. Peserta, terdiri dari:
1) Peserta Penuh yakni: Pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan, Pengurus Karang Taruna unit RW/RK dan Subunit
RT (apabila ada) dan lurah;
2) Peserta Peninjau yakni: MPKT yang bersangkutan, Pengurus
Karang Taruna satu tingkat diatasnya dan Para Pembina Teknis
didesa/kelurahan;
3) Undangan yang ditentukan oleh Pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan.

b. Hak Peserta:
1) Hak Suara hanya diberikan kepada Peserta Penuh dengan format
Satu orang Satu Suara atau One Man One Vote.

2) Hak Bicara diberikan kepada Peserta Penuh dan Peserta Peninjau.

44
c. Wewenang Rapat Kerja:
1) Menetapkan peraturan organisasi sesuai tingkatannya atau
prosedur administratif yang dibutuhkan;
2) Mengevaluasi program kerja dan menetapkan program kerja
jangka pendek, menengah, dan panjang selanjutnya;
3) Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai Rekomendasi Rapat
Kerja dan Rekomendasi Raker lainnya baik yang bersifat internal
maupun eksternal.

d. Pelaksanaan Rapat Kerja:


1) Raker berlangsung atas panggilan Pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan;
2) Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan membuka Raker
dengan syarat jumlah Peserta Penuh sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu dari jumlah seluruh Peserta Penuh yang
diundang harus sudah ` hadir;
3) Peserta Penuh yang hadir adalah pengurus yang
kepengurusannya masih sah, dan harus membawa mandat dari
organisasinya;
4) Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan memimpin seluruh
agenda persidangan Rakersebagai Pimpinan Sidang Pleno (PSP)
Raker;
5) PSP berjumlah sekurang-kurangnya tiga (3) orang yakni seorang
ketua merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap
anggota, dan seorang anggota;
6) PSP berwewenang untuk menutup seluruh persidangan dan
bertanggung jawab untuk merumuskan hasil-hasil Raker lalu
diserahkan kepada Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan;

3. Rapat Pengurus Pleno (RPP)


a. Berlangsung atas panggilan Ketua dan Sekretaris;
b. Dihadiri oleh seluruh Pengurus Pleno Karang Taruna;
c. Dipimpin oleh Ketua dan para Wakil Ketua (sesuai bidangnya atau
secara bergantian);
d. Sekurang-kurangnya dilaksanakan 2 (dus) bulan sekali, atau sesuai
kebutuhan;
e. Tugas:
1) Membahas dan merumuskan program kerja pengurus sebagai
penjabaran dari Keputusan MWKT dan Raker;
2) Membahas Strategi dan Kebijakan Program Kerja dan Keuangan
Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan;
3) Membahas dan merumuskan mekanisme kerja pengurus yang
bersangkutan;

45
4) Mengevaluasi dinamika organisasi dan batas-batas tugas,
tanggung jawab, dan wewenang pengurus yang bersangkutan;
5) Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

4. Rapat Pengurus Harian (RPH)


a. Berlangsung atas panggilan Ketua dan Sekretaris;
b. Dihadiri hanya oleh Pengurus Harian Karang Taruna.
c. Dipimpin oleh Ketua dan para Wakil Ketua (sesuai bidangnya atau
secara bergantian);
d. Sekurang-kurangnya dilaksanakan sekali sebulan atau sesuai
kebutuhan;
e. Tugas:
1) Membahas dan merumuskan hal-hal yang lebih teknis
(perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) menyangkut
program kerja pengurus sebagai penjabaran dari Keputusan
MWKT;
2) Membahas kebijakan internal menyangkut pelaksanaan
program kerja dan strategi penggalangan dan pengelolaan
keuangan Pengurus yang bersangkutan;
3) Mengambil sikap terhadap permasalahan yang
membutuhkan keputusan secara cepat dan mendesak tetapi
tetap dipertanggung jawabkan dalam RPP berikutnya;
4) Mengevaluasi pendelegasian wewenang Pengurus Harian
yang bersangkutan;
5) Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap
perlu.

C. Organisasi Kepengurusan
1. Kepengurusan Karang Taruna dibentuk dalam forum pengambilan
keputusan tertinggi Karang Taruna yakni Musyawarah Warga Karang
Taruna melalui mekanisme formatur.

2. Kepengurusan Karang Taruna Desa/Kelurahan yang telah dibentuk dan


disusun kemudian dikukuhkan melalui Surat Keputusan Kepala
Desa/Kelurahan dengan masa bakti 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya
SK Kepengurusan.

3. Setiap Karang Taruna desa/kelurahan dapat menyusun struktur organisasi


kepengurusannya dengan memperhatikan hal-hal berikut: a. sesuai
dengan kebutuhan desa/kelurahan masing-masing; b. berdasarkan
permasalahan sosial yang ada diwilayah masing-masing; dan c.
berdasarkan visi dan misi yang disepakati bersama.

46
4. Karena itu setiap Karang Taruna desa/kelurahan memiliki organisasi
kepengurusan dengan struktur sekurang-kurangnya terdiri dari: a. Ketua;
b. Wakil Ketua c. Sekretaris; d. Wakil Sekretaris, e. Bendahara; f. Ketua
Bidang/seksi, yang jumlahnya sesuai kebutuhan;

5. Jumlah pengurus sekurang-kurangnya adalah 25 orang, dengan komposisi


kepengurusan perempuan sekurang-kurangnya 20%.

D. Majelis Pertimbangan Karang Taruna

1. Majelis Pertimbangan Karang Taruna selanjutnya disingkat MPKT adalah


wadah penghimpun mantan pengurus Karang Taruna dan tokoh
masyarakat lain yang berjasa dan bermanfaat bagi kemajuan Karang
Taruna;

2. MPKT tidak memiliki hubungan struktural pengurus Karang Taruna dan


bersifat tidak operasional, karena MPKT merupakan lembaga yang
memiliki tugas pokok untuk memberikan nasehat dan pertimbangan
kepada pengurus Karang Taruna. Untuk menjabarkan tugas pokoknya
MPKT mempunyai fungsi sebagai:

a. Penampung aspirasi para mantan pengurus/aktivis Karang Taruna


yang sudah tidak memiliki hak untuk menjadi pengurus karena
persyaratan usia dan karena ketidakbersediaannya menjadi
pengurus;

b. Menjadi lembaga konsultasi bagi Karang Taruna dalam


menyelenggarakan aktivitas organisasinya terutama melalui
mekanisme Rapat Konsultasi;

c. Pengarah bagi Karang Taruna terutama menyangkut aspek nilai-nilai


dan substansial dari Karang Taruna;

d. Pemberi pertimbangan-pertimbangan strategis bagi Karang Taruna


dalam setiap kebijakan dan pengambilan keputusan yang bersifat
strategis;

e. Pemberi dukungan akses (kemudahan) bagi Karang Taruna dalam


mengembangkan aktivitas program dan tatanan kelembagaannya;

f. Pemberi dukungan material dan moril bagi Karang Taruna di


wilayahnya;

g. Penyedia akomodasi kepakaran dan kompetensi seseorang agar


dapat dikembangkan dan disumbangkan bagi kemajuan Karang
Taruna.

47
3. Pembentukan MPKT dan kepengurusannya dilakukan dan disahkan dalam
Musyawarah Warga Karang Taruna melalui mekanisme formatur dengan
masa bakti yang sama dengan masa bakti kepengurusan Karang Taruna
yang bersangkutan.

4. MPKT dipimpin oleh seorang Ketua merangkap anggota, beberapa orang


Wakil Ketua (sesuai kebutuhan) merangkap anggota, seorang Sekretaris
dan beberapa orang Wakil Sekretaris (sesuai kebutuhan) merangkap
anggota, dan para anggota yang jumlahnya ditentukan sesuai dengan
jumlah mantan pengurus/aktivis Karang Taruna di wilayahnya masing-
masing ditambah beberapa tokoh yang dianggap layak ,apabila
memungkinkan.

E. Unit Teknis/Unit Kerja


1. Unit Teknis (UT) adalah lembaga pendukung organisasi kepengurusan
Karang Taruna yang memiliki tugas untuk melaksanakan fungsi-fungsi
strategis Karang Taruna.
2. Unit Kerja (UK) adalah lembaga pendukung organisasi kepengurusan
Karang Taruna yang memiliki tugas untuk memperluas daya jangkau
pelayanan dan program Karang Taruna hingga mencapai sasaran yang
diharapkan, terutama pembentukan Unit Kepengurusan Karang Taruna
ditingkat RW dan Sub Unit Kepengurusan Karang Taruna ditingkat RT oleh
Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan yang bersangkutan;
3. Rencana/usulan Pembentukan UT/UK disampaikan oleh seksi yang terkait
dengan jenis UT/UK yang akan dibentuk;
4. Rencana/usulan tersebut kemudian dibahas dan diputuskan dalam RPP
dengan pertimbangan kebutuhan, signifikansi, kinerja/daya hasil dan nilai
strategis UT/UK yang dimaksud;

5. Setelah rencana dan usulan tersebut disetujui oleh RPP, maka Pengurus
Karang Taruna yang bersangkutan memberikan tugas kepada ketua seksi
yang bersangkutan dalam koordinasi dengan salah satu wakil ketua untuk
mempersiapkan segi-segi administratif, organisasi, maupun teknis yang
terkait dengan Pembentukan lembaga dimaksud;

6. Ketua atau anggota seksi yang bersangkutan secara otomatis langsung


bertindak selaku koordinator/pimpinan dari UT tersebut (kecuali untuk unit
keorganisasian tingkat RW dan RT didalam kepengurusan Karang Taruna
Desa/Kelurahan), dengan keanggotaan kepengurusan/tim ditentukan
sebagai berikut:

a. Berasal dari luar kepengurusan sesuai dengan kapasitasnya;

48
b. Untuk kebutuhan akan keahlian tertentu harus berasal dari
kalangan profesional di bidangnya;
c. Untuk posisi tertentu dengan pertimbangan teknis administratif
dapat berasal dari kalangan pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan dengan status ex officio;

d. Jangka waktu Pembentukan UT disesuaikan dengan masa bakti


pengurus Karang Taruna yang bersangkutan, untuk kemudian
keberadaannya dapat ditinjau kembali pada masa bakti pengurus
berikutnya, kecuali untuk UT tertentu dimana pergantian
kepengurusan justru akan menghambat kinerjanya yang bersifat
permanen;

e. UT/UK yang telah disetujui pembentukannya kemudian disahkan


melalui Surat Keputusan Pengurus Karang Taruna setelah terlebih
dahulu hal-hal yang terkait dengan kelengkapan administratif,
kepengurusan dan kelengkapan teknisnya sudah dipenuhi, kecuali
untuk Unit Keorganisasian tingkat RW dan RT dalam kepengurusan
Karang Taruna Kelurahan yang waktu pembentukannya sama
dengan kepengurusan Karang Taruna kelurahan dapat bersama-
sama disahkan dalam SK Lurah;

f. Untuk selanjutnya secara terinci, organisasi Karang Taruna yang


bersangkutan dapat membuat Petunjuk Pelaksanaan tentang
Mekanisme Pembentukan UT/UK.
7. Setiap UT/UK menyampaikan laporan pertanggungjawaban dan dapat
dibekukan/ dibubarkan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. UT/UK Karang Taruna berada langsung di bawah koordinasi seksi
yang terkait dengannya dan bertanggung jawab langsung kepada
Ketua Pengurus Karang Taruna melalui wakil ketua yang
membawahinya;
b. Dalam masa berjalan, laporan (pertanggungjawaban) UT/UK harus
diberikan secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali kepada
pengurus Karang Taruna;
c. Pengurus Karang Taruna yang ber sangkutan ber wenang
membekukan dan membubarkan UT/UK yang dianggap:
1. Kinerja dan arah kegiatannya sudah tidak sesuai lagi bahkan
menyimpang dari tujuan pembentukannya;
2. Keberadaannya tidak mampu lagi mendukung pelaksanaan
fungsi-fungsi organisasi Karang Taruna sesuai dengan amanat
pembentukannya;
3. Keberadaannya sudah tidak lagi dibutuhkan oleh organisasi
Karang Taruna yang membentuknya;

49
4. Pembekuan dan pembubaran UT/UK dilaksanakan dengan
pencabutan terhadap SK pembentukannya oleh pengurus
Karang Taruna yang bersangkutan.

F. Kepengurusan Kecamatan Sampai Provinsi


1. Untuk membangun mekanisme koordinatif dan konsultatif bagi
kepentingan operasional dan pengembangan Karang Taruna ditingkat
desa/kelurahan, maka dibentuklah pengurus Karang Taruna mulai tingkat
kecamatan hingga tingkat provinsil fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Memelihara dan mengembangkan filosofi, dasar-dasar dan nilai-
nilai organisasi;
b. Menyelenggarakan aktivitas komunikasi dan pemberian informasi;
c. Memberdayakan, mengembangkan, dan memperkuat sistem
jaringan kerjasama (networking) antarKarang Taruna serta
dengan pihak lain
d. Menyelenggarakan mekanisme pengambilan keputusan organisasi
dan penyusunan regulasi;
e. Menjalankan fungsi pendampingan kelembagaan dan program
kerja;
f. Menyelenggarakan advokasi;
g. Menyelenggarakan agenda-agenda konsolidasi dan sosialisasi
kelembagaan dan program kerja;
h. Menjaga soliditas dan konsistensi organisasi;
i. Menjaga nama baik organisasi dan mengembangkan agenda-
agenda pencitraan organisasi
2. Sesuai dengan tingkatannya kepengurusan kecamatan dan provinsi
adalah:
a. Pengurus Karang Taruna Kecamatan adalah pelaksana organisasi
Karang Taruna dalam lingkup wilayah kecamatan, yang dibentuk
dan disahkan melalui Temu Karya Karang Taruna Kecamatan
serta dikukuhkan oleh Camat.

b. Pengurus Karang Taruna Kabupaten/Kota adalah pelaksana


jejaring kerja kepengurusan Karang Taruna dalam lingkup
wilayah kabupaten/kota, yang dibentuk melalui Temu karya
Karang Taruna Kabupaten/Kota serta dikukuhkan oleh
Bupati/Walikota.

c. Pengurus Karang Taruna Provinsi adalah pelaksana organisasi


kepengurusan Karang Taruna dalam lingkup wilayah provinsi,
yang dibentuk dan disahkan melalui Temu Karya Karang Taruna
Provinsi dan dikukuhkan oleh Gubernur

50
G. Sinergi dan Kemitraan
1. Dalam mengemban misi dan mencapai tujuannya, Karang Taruna
disarankan untuk melakukan sinergi dan kemitraan dengan berbagai pihak
khususnya pemangku kepentingan pembangunan kesejahteraan sosial di
desa/kelurahan.

2. Sinergi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di wilayahnya


(desa/kelurahan) dapat dilakukan dengan sesama Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS), yakni:
a. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), dalam hal menangani PMKS
yang ada dalam komunitasnya, seperti Wanita Rawan Sosial
Ekonomi (WRSE), Wanita Tuna Susila (WTS), Anak Jalanan dan
Anak Terlantar.

b. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), dalam hal


mengumpulkan dan mengolah data baik PSKS maupun PMKS
untuk kepentingan perencanaan dan implementasi program
kesejahteraan sosial yang tepat sasaran serta pengembangan
jaringan kerja dan informasi.

c. Taruna Siaga Bencana (TAGANA), dalam hal pengumpulan data


potensi dan korban bencana, evakuasi korban bencana serta
distribusi bantuan bencana kepada korban serta persiapan daerah
rawan bencana.

d. Organisasi Sosial (Orsos)/LKS (lembaga kesejahteraan sosial),


dalam hal pendataan dan bagi pemberian bantuan dan pelayanan
sosial PMKS.

e. Sinergi dan kemitraan juga dilakukan dalam lembaga pusat


kesejahteraan sosial (Puskesos)

3. Sinergi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan pemberdayaan


masyarakat di wilayahnya dapat dilakukan dengan sesama Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat, yakni:
a. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dalam hal
dukungan terhadap program-program pokok PKK serta
penyediaan kader-kader muda untuk kegiatan PKK..

b. LMK/BPD/BKM/LPM dan sejenisnya, dalam hal kerjasama


programprogram pemberdayaan masyarakat baik di bidang
kesehatan, pembangunan fisik, sosial maupun ekonomi secara

51
terpadu, terarah dan berkesinambungan di mulai dari proses
perencanaan bersama (musrenbang).
c. RT/RW, dalam hal kerjasama pembangunan di lokal RT/RW yang
sudah pasti melibatkan partisipasi generasi muda, termasuk
kesiapan Karang Taruna dalam penyediaan kepemimpinan
masyarakat kedepan.

4. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan


pemberdayaan masyarakat di wilayahnya dapat diselenggarakan dengan
instansi pemerintah, yakni:

a. Instansi Sosial/Kesejahteraan Sosial di semua tingkatan dalam hal


pemberian dukungan dan menjadi pelaku dalam kegiatan-
kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial di desa/kelurahan.

b. Instansi Kesehatan, dalam hal pemberian dukungan, sosialisasi


dan penyediaan SDM Karang Taruna dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan masyarakat.

c. Instansi Pendidikan, dalam hal pemberian dukungan, sosialisasi


dan penyediaan SDM Karang Taruna dalam mensukseskan
program pendidikan bagi masyarakat terutama disektor informal.

d. Instansi UMKM dan Koperasi, dalam hal peningkatan partisipasi


dan penyediaan SDM Karang Taruna dalam program
kewirausahaan dan koperasi yang diarahkan untuk meningkatkan
daya beli masyarakat desa/kelurahan, penyerapan tenaga kerja
dan produktivitas daerah.

e. Instansi Pertanian/Perikanan/Kelautan/Perkebunan dan


sejenisnya, dalam hal peningkatan partisipasi dan penyediaan
SDM Karang Taruna serta inisiatif dalam berwirausaha dibidang
tersebut yang mendukung peningkatan perekonomian lokal dan
keberdayaan masyarakat.

f. Instansi lain sesuai kebutuhan dan permasalahan di


desa/kelurahan masing-masing.

5. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di


wilayahnya dapat diselenggarakan dengan organisasi kemasyarakatan
fungsional, yakni:
a. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) dalam hal pemberdayaan
kader dan pemberdayaan sumberdaya kepemudaan pada umumnya.

b. Pramuka, dalam hal gerakan kepanduan yang terintegrasi dengan


pemberdayaan sumberdaya kepemudaan serta kegiatan-kegiatan
sosial yang dikembangkan Pramuka.

52
c. Palang Merah Indonesia (PMI), dalam hal kegiatan-kegiatan
kemanusiaan dan penanggulangan bencana.

6. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di


wilayahnya dapat diselenggarakan dengan dunia badan yakni sebagai
sumber potensial bagi dukungan pembiayaan dan bantuan bagi program-
program pelayanan sosial, ekonomi, lingkungan hidup, kepariwisataan dan
program lain yang sesuai dengan implementasi CSR dunia usaha.

7. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan


pemberdayaan masyarakat dapat diselenggarakan dengan lembaga
pendidikan utamanya perguruan tinggi terutama dalam hal penggunaan
dan pengembangan teknologi tepat guna, pengembangan keahlian dalam
bidang sosial-ekonomi, dan konsultasi keahlian.

53
BAB IV
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KARANG TARUNA

1. Sistem Manajemen Kesekretariatan


a. Kesekretariatan Karang Taruna meliputi kegiatan-kegiatan:
1) Ketatausahaan, segala sesuatu yang menyangkut
penyelenggaraan administrasi sekretariat, meliputi kegiatan :
a) Pembuatan dan pembukuan surat keluar
b) Penerimaan dan pembukuan surat masuk
c) Penyelenggaraan kearsipan dan dokumentasi
2) Korespondensi, segala sesuatu menyangkut penyelenggaraan
komunikasi tertulis yang dilakukan organisasi dengan pihak luar,
meliputi :
a) Pengiriman surat dengan bukti ekspedisi tercatat
b) Penandatanganan/otorisasi dan pengesahan surat oleh
pejabat organisasi
c) rosesi tanggapan surat yang diterima
3) Penataan sekretariat meliputi kegiatan :
a) Pendataan/inventarisasi barang-barang kantor
b) Pemasangan plang nama, sesuai standar terlampir
c) Penyediaan dan pengelolaan buku-buku administrasi
yang meliputi (Buku Surat Masuk, Buku Surat Keluar,
Buku Ekspedisi Surat, Buku Tamu, Buku Absensi Rapat,
Buku Notulen Rapat, Buku Inventaris Karang Taruna,
Buku Kegiatan, Buku Keuangan, Buku Data Warga
Karang Taruna, Buku Data Pengurus Karang Taruna,
Buku dokumentasi kegiatan).
d) Pemeliharaan dan perawatan sekretariat (kebersihan,
kerapihan dan pemanfaatan alat-alat kerja dan
fasilitasnya)
e) Pemasangan gambar Presiden RI, Wakil Presiden RI,
Menteri Sosial RI, Bendera Merah Putih, Bendera
Karang Taruna, Panji Karang Taruna dan
gambar/atribut lain sesuai kebutuhan dan kepatutan.
4) Sekretariat Karang Taruna Adalah bagian penting yang
mendukung kelancaran pekerjaan ketatausahaan/administrasi
organisasi Karang Taruna yang meliputi segala tugas koordinasi
dalam penyampaian kebijaksanaan organisasi, dengan fungsi-
fungsi :
a) Menjadi tempat penyelenggaraan administrasi
organisasi.

54
b) Koordinasi dalam penyampaian kebijakan organisasi
yang akan diteruskan kesemua pengurus dan anggota
sesuai dengan keinginan organisasi.
c) Membantu kelancaran organisasi secara keseluruhan.
d) Sebagai saluran informasi.
e) Pendistribusian surat organisasi keseluruh jajaran dan
pihak lain yang terkait dengan maksud surat dan
program.

b. Standarisasi Kesekretariatan Karang Taruna


1) Karang Taruna memiliki kelengkapan administrasi meliputi :
a) Kop Surat, sesuai standar terlampir.
b) Stempel Organisasi, sesuai standar terlampir.
c) Amplop Surat dan Map, sesuai standar terlampir. d)
Kelengkapan administrasi lainnya (diatur masing-
masing pengurus Karang Taruna

2) Kelengkapan administrasi (manajemen kesekretariatan) juga


dapat dibuat untuk kepanitiaan dan/unit teknis tertentu.
3) Kelengkapan pembukuan yang terdiri dari Buku Surat Masuk,
Buku Surat Keluar, Buku Tamu, Buku Notulen Rapat, Buku
Invetarisasi Barang, Buku keuangan, buku dokumentasi, buku
daftar hadir, biodata pengurus, biodata keanggotaan (Warga
Karang Taruna)
4) Ada gambar Presiden RI, Wakil Presiden RI, dan Menteri Sosial
RI.
5) Ada Bendera Merah Putih, Panji Karang Taruna, Bendera Karang
Taruna dan gambar/atribut lain sesuai kebutuhan dan
kepatutan.
6) Lemari berkas/arsip.
7) Komputer.
8) Meja dan Kursi
c. Surat menyurat Standar surat menyurat Karang Taruna, sebagai
berikut :
1) Penomoran surat, yang diatur sebagai berikut :
a) Untuk lingkup internal urutannya: periode
kepengurusan, nomor surat/jenis surat/kode
wilayah/KT/I/bulan/tahun
b) Untuk lingkup eksternal urutannya: periode
kepengurusan, nomor surat/jenis surat/kode
wilayah/KT/E/bulan/tahun

55
c) Penomoran surat menganut prinsip deret hitung
berdasarkan jenis suratnya dan berlaku untuk jangka
waktu 1 (satu ) tahun
2) Pembuatan Surat, harus memuat prinsip-prinsip berikut :
a) Menentukan tujuan dan maksud penulisan surat
b) Menempatkan gagasan-gagasan yang menjadi isi surat
dengan urutan-urutan yang baik
c) Menggunakan tata bahasa yang baik
d) Singkat dan jelas tanpa mengurangi kepatutan
3) Jenis-jenis surat
a) Surat Biasa (B), kelompok jenis surat yang berisi
pemberitahuan, permintaan/permohonan, undangan
acara/kegiatan dan pengantar.
b) Surat Keputusan (K), kelompok jenis surat yang berisi
kebijaksanaan pokok, sifatnya umum berlaku dan
harus ditaati oleh/bagi seluruh/sebagian
anggota/pengurus Karang Taruna.
c) Surat Tugas/Mandat/Perintah (T), kelompok jenis surat
yang berisi penugasan, perintah, dan mandat dari
pengurus yang mempunyai kewenangan untuk dan
atas nama organisasi.
d) Surat Rekomendasi (R), kelompok jenis surat yang
bersifat khusus karena berisi pemberian rekomendasi,
pernyataan, dukungan dan usulan untuk kepentingan
pengembangan kader/aktivis dan organisasi dalam
berbagai sektor.
4) Surat Keluar
Surat keluar terdiri dari 2 (dua) macam :
a) Internal Organisasi , adalah surat yang ditujukan
kepada pengurus/anggota Karang Taruna,
ditandatangani oleh ketua dan sekretaris atau
pengurus sesuai bidangnya yang diberi kewenangan
untuk itu.
b) Eksternal Organisasi, adalah surat untuk pihak luar
organisasi ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.
c) Apabila salah satu diantara Ketua dan Sekretaris
berhalangan menandatangani surat keluar organisasi,
maka dapat salah satunya digantikan oleh unsur Wakil
Ketua dan /atau unsur Wakil Sekretaris
d) Penandatanganan dan stempel organisasi dalam surat
keluar harus asli dan tidak boleh menggunakan photo
copy terutama surat keluar eksternal organisasi.

56
5) Surat Masuk
a) Surat Masuk adalah semua surat atau berita yang
diterima dari pihak lain maupun internal organisasi
Karang Taruna.
b) Penerimaan surat masuk dipusatkan pengurusannya di
sekretariat organisasi Karang Taruna.
c) Semua surat atau berita yang masuk harus dicatat
sesuai dengan sifatnya ke dalam buku Agenda Surat
Masuk.
d) Lembaran disposisi dipergunakan oleh Ketua atau
Sekretaris kepada pengurus yang diberi kewenangan
untuk mengambil tindakan terhadap keterangan dan
untuk penyelesain suatu masalah sesuai dengan isi
surat masuk tersebut.

2. Sistem Manajemen Laporan


a. Jenis-Jenis Laporan
1) Laporan Berkala/rutin, meliputi:
a) Laporan Tahunan, adalah laporan yang dibuat 1 (satu)
tahun sekali oleh pengurus yang berisi pelaksanaan
kebijakan dan program kerja selama setahun, yang
menjadi dokumen organisasi dan bahan bagi
penyusunan program berikutnya.
b) Laporan Tiga Bulanan, adalah laporan yang dibuat 3
(tiga) bulan sekali oleh pengurus yang berisi
pelaksanaan kebijakan dan program kerja selama 3
(tiga) bulan, yng menjadi dokumen organisasi dan
bahan penyusunan laporan tahunan.
c) Laporan bulanan, adalah laporan yang dibuat 1 (satu)
bulan sekali oleh pengurus yang berisi pelaksanaan
kegiatan dan bahan bagi penyusunan laporan triwulan.
2) Laporan Khusus, meliputi
a) Laporan Kepanitiaan, adalah laporan panitia sebuah
kegiatan yang dibentuk oleh pengurus yang
bersangkutan yang menjadi bahan bagi penyusunan
laporan berkala dan laporan pertanggungjawaban (LPJ)
pengurus.
b) Laporan Unit Teknis, adalah laporan Unit Teknis yang
dibentuk oleh pengurus yang bersangkutan dan
disampaikan secara berkala, yang menjadi bahan bagi
penyusunan laporan berkala dan LPJ pengurus.
c) Laporan penugasan, adalah laporan yang dibuat oleh
seseorang atau sebuah tim yang diberi

57
tugas/mandat/perintah melaksanakan sesuatu atas
nama organisasi untuk menjadi bahan masukan dan
dokumen bagi organisasi.
d) Laporan Insidentil, adalah laporan yang dibuat ketika
Karang Taruna memperoleh dana stimulant atau dana
hibah dari Instansi pemerintah maupun non
pemerintah

b. Sistematika Penyusunan
Laporan Secara umum penyusunan laporan harus memuat
sekurang-kurangnya sistematika dibawah ini, yakni :
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Dasar c.
c. Maksud dan Tujuan

2. Rencana Kerja
a. Program/kegiatan
b. Personalia
c. Data penerima program
d. Keuangan

3. Realisasi Rencana Kerja


a. Program/Kegiatan
b. Personalia
c. Keuangan
d. Dokumentasi

4. Hambatan dan Upaya


a. Hambatan-Hambatan b.
b. Upaya-Upaya mengatasi Hambatan c.
c. Lain-Lain

5. Penutup
a. Kesimpulan b.
b. Saran dan rekomendasi

6. Lampiran-lampiran

3. Sistem Manajemen Keuangan


a. Perencanaan Keuangan Organisasi Karang Taruna
1) Penggalian sumber keuangan Karang Taruna
diselenggarakan dalam perencanaan bersama dengan
pemegang otoritas keuangan organisasi yakni Ketua,
Sekretaris dan Bendahara.

58
2) Perencanaan keuangan didasarkan pada jumlah
keseluruhan kebutuhan yang ditetapkan bersama
dalam rangka menjalankan roda organisasi dan
program-program kerjanya.
3) Perencanaan keuangan organisasi diselenggarakan
berdasarkan prinsip berimbang antara kekuatan yang
dimiliki dan potensi sumber daya keuangan yang
mungkin dapat diserap, dengan jumlah kebutuhan
keuangan yang disusun.
4) Perkiraan pemasukan keuangan organisasi harus
disusun sesuai dengan perkiraan anggaran organisasi
untuk 1 tahun kegiatan dan satu periode kepengurusan
Karang Taruna yang bersangkutan.

b. Kebijakan penggalian sumber keuangan organisasi,


meliputi :
1) Kebijakan internal berupa:
a) Penarikan iuran anggota /Pengurus

b) Pengupayaan donasi dari kalangan internal

c) Penetapan jasa Organisasi untuk setiap


keuntungan usaha yang diperoleh dari Unit Teknis
bidang usaha (UEP) Karang Taruna

2) Kebijakan Eksternal Berupa:


a) Penetapan program kerja penyelenggaraan
kesejahteraan sosial dan lainnya yang mendapat
alokasi pembiayaan dari pos anggaran instansi
terkait.

b) Penetapan program-program unggulan yang


dapat dikerjasamakan dengan pihak lain secara
proporsional dan profesional dengan cara donasi
maupun sponsorship.
c) Penetapan proyek-proyek unggulan ekonomi yang
dapat dikerjasamakan dengan pihak-pihak
tertentu dalam suatu ikatan kerjasama usaha
yang saling menguntungkan.

3) Kebijakan Khusus berupa:


a) Pengumpulan Dana Sosial (filantropi) oleh Karang
Taruna baik yang bersumber dari internal maupun
dari eksternal.

59
b) Penyertaan modal kerja bagi usaha-usaha
strategis terutama yang dikelola oleh Warga
Karang Taruna dengan skema kerjasama yang
menguntungkan.

c. Iuran Karang Taruna


Adalah berupa tanggungjawab sosial setiap Anggota
Aktif/Pengurus Karang Taruna untuk memberikan dukungan
pembiayaan organisasi dengan sukarela dan berkomitmen secara
rutin (bulanan/tahunan) dengan besar yang sama untuk setiap
orangnya dengan ketentuan:
1) Iuran Anggota aktif/Pengurus merupakan kontribusi
tetap bagi organisasi karang Taruna yang dan dikelola
oleh Wakil Bendahara Pengurus karang Taruna
masing-masing.
2) Besarnya iuran anggota/pengurus ditetapkan oleh
masing-masing Karang Taruna sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
3) Setiap penerimaan iuran dilakukan dengan Kartu Iuran
yang disiapkan Pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan dengan format kartu terlampir, dengan
pengelolaan sebagai berikut:
a) Pembayaran dilakukan dengan bukti paraf pada
kartu.
b) Bendahara pengelola iuran membubuhkan
parafnya.
c) Pembayaran dilakukan sesuai frekuensi yang
disepakati.
4) Penerimaan organisasi dari iuran diperuntukkan bagi
pembelanjaan biaya rutin organisasi yang meliputi
biaya sekretariat, hubungan masyarakat, komunikasi
dan transportasi.

d. Penerimaan Bukan Iuran


1) Sumbangan sukarela
2) Jasa organisasi yang berasal dari keuntungan yang
diperoleh dari Unit Teknis bidang Usaha (UEP) Karang
Taruna
3) Jasa Organisasi yang berasal dari keuntungan bagi
hasil atas dasar kesepakatan kerjasama dalam
pengelolaan/pengerjaan proyek/program tertentu
dengan pihak lain.

60
4) Jasa organisasi yang berasal dari keuntungan atas
dasar kerjasama sponsorship kegiatan/program
tertentu.

e. Pengelolaan Keuangan Karang Taruna


Pengelolaan keuangan Karang Taruna berarti setiap
penyelenggaraan kegiatan administrasi keuangan yang timbul
akibat adanya transaksi penerimaan/pendapatan keuangan dan
pembelanjaannya agar dapat menjadi bahan pemeriksaan yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip-prinsipnya:
1) Diselenggarakan oleh bendahara organisasi.
2) Diselenggarakan dalam sebuah pembukuan yang
sederhana dan standar yang terdiri :
a) Buku Jurnal, memuat pencatatan harian tentang
penerimaan dan pengeluaran
b) Neraca, memuat kondisi keuangan berimbang
setiap bulannya antara penerimaan dan
pengeluaran
c) Buku Kas, memuat pencatatan tentang kondisi
kas organisasi
3) Setiap penerimaan dan pengeluaran Keuangan
organisasi harus dibuktikan dalam bentuk kuitansi yang
diketahui oleh pembuat transaksi dan bendaharawan
organisasi dalam bentuk pembubuhan paraf dan
stempel organisasi.
4) Setiap transaksi harus dibukukan dalam buku jurnal
oleh bendaharawan organisasi sesuai dengan tanggal
dan tempat transaksi
5) Bendaharawan organisasi dapat memenuhi permintaan
pengeluaran keuangan organisasi untuk keperluan
rutin maupun pelaksanaan program kerja, setelah
mendapat persetujuan dari ketua sebagai otoritas
keuangan organisasi.
6) Setiap permintaan pengeluaran keuangan organisasi
Karang Taruna harus disertai persyaratan sebagai
berikut :
a) Proposal kegiatan yang bersangkutan
b) Uraian prakiraan anggaran yang dibutuhkan
c) Mengisi formulir permintaan pengeluaran.

61
f. Laporan Keuangan Organisasi
1) Laporan Keuangan organisasi adalah setiap langkah
pertanggungjawaban administratif terhadap
penggunaan keuangan organisasi dan informasi
terhadap keadaan keuangan organisasi.
2) Laporan keuangan organisasi berdasarkan ketentuan
dalam Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK), terdiri dari :
a) Neraca, menggambarkan posisi keuangan yang
berupa aktiva dan kewajiban keuangan organisasi
pada setiap bulannya.
b) Laporan Arus Kas, Menggambarkan kemampuan
organisasi dalam menghasilkan kas dan setara
kas dan kebutuhan organisasi dalam
memanfaatkan dana tersebut, yang
diklasifikasikan sebagai aktivitas donasi dan
pendanaan.
3) Laporan Penggunaan keuangan organisasi harus
berisikan uraian penggunaan, tanggal transaksi dan
bukti kuitansi
4) Laporan terhadap pengelolaan keuangan organisasi
harus disampaikan oleh bendahara yang ditunjuk
dihadapan forum rapat Pengurus Pleno
5) Laporan Keuangan yang disajikan harus memenuhi
persyaratan umum dan kualitatif, yakni:
a) Dapat dipahami.
b) Periode laporannya jelas.
c) Dapat dibandingkan.
d) Penyajiannya konsisten.
e) Keandalannya dapat diuji.
f) Relevan.
g) Saling hapus.
h) Tepat Waktu.
g. Data dan Informasi
Penataan data pemerlu pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS/PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
Guna mendapatkan data tersebut, Karang taruna perlu
melakukan pendataan dan pemutakhiran data secara berkala
misalnya setiap tahun, setiap dua tahun dan seterusnya sesuai
kebutuhan. Langkahlangkah melakukan pendataan:
a) Penyiapan bahan dan materi survey
b) Survey dan observasi PPKS dan PSKS
c) Pencatatan data PPKS dan PSKS

62
d) Inventarisasi data PPKS dan PSKS
e) Identifikasi data PPKS dan PSKS
f) Pemasangan data PPKS di sekretariat Karang Taruna.

PPKS terdiri dari:


1. Anak balita telantar
2. Anak terlantar
3. Anak yang berhadapan dengan hukum
4. Anak jalanan
5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK)
6. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau
diperlakukan salah
7. Anak yang memerlukan perlindungan khusus
8. Lanjut usia telanta
9. Penyandang disabilitas
10. Tuna Susila
11. Gelandangan
12. Pengemis
13. Pemulung
14. Kelompok Minoritas seperti gay, waria, dan lesbian
15. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP)
16. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
17. Korban Penyalahgunaan NAPZA
18. Korban trafficking (perdagangan orang)
19. Korban tindak kekerasan
20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS)
21. Korban bencana alam
22. Korban bencana sosial
23. Perempuan rawan sosial ekonomi
24. Fakir Miskin
25. Keluarga bermasalah sosial psikologis
26. Komunitas Adat Terpencil

PSKS terdiri dari:


1. Pekerja Sosial Profesional
2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
3. Taruna Siaga Bencana (Tagana)
4. Lembaga Kesejahteraan Sosial
5. KARANG TARUNA
6. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (Lk3)

63
7. Keluarga pioner (keluarga yang mampu mengatasi
masalahnya dengan cara-cara efektif dan bisa dijadikan
panutan bagi keluarga lainnya)
8. Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat
(WKSBM)
9. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial (wanita yang mampu
menggerakkan dan memotivasi penyelenggaraan
kesejahteraan sosial di lingkungannya).
10. Penyuluh Sosial
11. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK)
12. Badan usaha

64
BAB V
PROGRAM KERJA KARANG TARUNA
A. Jenis Program
1. Rekreasi, Olahraga dan Kesenian (ROK)
a. Tujuan :
1) Mencegah remaja/generasi muda dari permasalahan sosial.
2) Tersalurkannya minat dan bakat remaja dalam kegiatan .
ROK
3) Menjaring bibit untuk peningkatan prestasi.
4) Meningkatnya kebersamaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Sasaran :
1) Seluruh warga masyarakat.
2) Warga Karang Taruna berusia 13 – 45 tahun.
3) Pengurus Karang Taruna.
c. Keluaran :
1) Terlaksananya kegiatan rekreasi, olahraga dan kesenian bagi
generasi muda baik insidentil, rutin dan melembaga.
2) Terlibatnya warga Karang Taruna dalam kegiatan ROK.
d. Manfaat :
1) Berkurangnya permasalahan sosial generasi muda.
2) Meningkatnya kreativitas remaja di desa/kelurahan

65
2. Pelayanan Sosial
a. Tujuan :
1) Tersedianya kegiatan pelayanan bagi PPKS yang ada.
2) Adanya dukungan pemenuhan kebutuhan dasar oleh Karang
Taruna.
3) Meningkatnya taraf kesejahteraan sosial masyarakat
b. Sasaran :
1) Warga Karang Tarunayangmen jadi PPKS .
2) PPKS pada umum yang ada di desa/kelurahan.
3) Masyarakat desa/kelurahan
4) Seluruh warga masyarakat.
5) Warga Karang Taruna berusia 13 – 45 tahun.
6) Pengurus Karang Taruna.
c. Keluaran :
1) Terlaksananya kegiatan pelayanan sosial oleh Karang
Taruna.
2) Tersedianya sistem rujukan bagi PPKS ke instansi terkait.
3) Terlayaninya PPKS dalam pemenuhan kebutuhan sosialnya.
d. Manfaat :
1) Dirasakannya keberadaan Karang Taruna dalam
pengentasan PPKS.
2) Adanya program pelayanan sosial oleh Karang Taruna yang
melembaga.

66
3. Usaha Ekonomi Produktif
a. Tujuan :
1) Meningkatnya kesempatan berusaha bagi masyarakat
2) Terserapnya tenaga kerja di kalangan generasi muda.
3) Meningkatnya perekonomian masyarakat desa/kelurahan
4) Meningkatnya jiwa dan semangat kewirausahaan pemuda
b. Sasaran :
1) Warga Karang Taruna sebagai pelaku usaha.
2) Pengurus Karang Taruna sebagai pelaku usaha.
3) Pengelola UEP Karang Taruna.
c. Keluaran :
1) Bertambahnya lapangan usaha baru yang produktif.
2) Bertambahnya UEP Karang Taruna.
3) Bertambahnya tenaga kerja baru.
4) Bertambahnya wirausahawan dari Karang Taruna.
d. Manfaat :
1) Meningkatnya kreativitas dan jiwa kewirausahaan generasi
muda.
2) Meningkatnya ekonomi kreatif oleh generasi muda.
3) Meningkatnya daya beli dan geliat ekonomi masyarakat.

67
4. Pendidikan dan Pelatihan
a. Tujuan :
1) Meningkatnya kapasitas individu pengurus/aktivis Karang
Taruna.
2) Meningkatnya penyelenggaraan pendidikan oleh Karang
Taruna.
3) Meningkatnya kapasitas kelembagaan Karang Taruna
desa/kelurahan.
4) Meningkatnya kapasitas Warga Karang Taruna.
b. Sasaran :
1) Pengurus dan aktivis Karang Taruna desa/kelurahan.
2) Warga Karang Taruna terutama usia 13 – 20 tahun.
3) Masyarakat desa/kelurahan Warga Karang Taruna sebagai
pelaku usaha.
c. Keluaran :
1) Tersedianya sarana pendidikan informal dan nonformal.
2) Terlatihnya masyarakat sebagai kader/calon aktivis Karang
Taruna.
3) Terberdayanya aktivis Karang Taruna menjadi pengurus
yang baik.
d. Manfaat :
1) Meningkatnya kualitas SDM generasi muda umumnya.
2) Terselenggaranya organisasi Karang Taruna secara lebih
tertib.
3) Meningkatnya kebutuhan pendidikan masyarakat

68
5. Program Lainnya (pengembangan)
a. Tujuan :
1) Meningkatnya kreativitas Karang Taruna.
2) Meluasnya wawasan pengurus/aktivis Karang Taruna.
3) Menguatnya peran-peran Karang Taruna.
4) Terciptanya variasi dan inovasi kegiatan.
b. Sasaran :
1) Pengurus dan aktivis Karang Taruna.
2) Warga Karang Taruna.
3) Masyarakat desa/kelurahan.
c. Keluaran
1) Terlaksananya program-program pendukung yang
erorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial
masyarakat.
2) Terlaksananya program-program pengembangan Karang
Taruna.
3) Terlibatnya secara aktif Warga Karang Taruna dan
masyarakat pada umumnya dalam pengembangan
Pilihan Bentuk Kegiatan:
Jenis
Bentuk Kegiatan Sifat Frekuensi Keterangan
Kegiatan
Sesuai Bisa disatukan dalam
1. Penghijauan dilahan kritis Massal
Kebutuhan event
Kampanye Gerakan Kebersihan Rutin
2. Kepeloporan Jangka Pendek
kelurahan tahunan
Lingkungan
Pembuatan dan Pengembangan
Hidup 3. Kelembagaan tentatif Sesuai Kebutuhan
taman Karang Taruna
Pembuatan dan
4. Pengembangan Taman Kepeloporan Rutin Jangka Menengah
Obat Keluarga
Pengembangan Kegiatan
Penyaluran
1. Keterampilan tata boga, tata Rutin Jangka Menengah
Minat & Bakat
Busana dan Lainnya
Penyediaan Aktivis perempuan Sesuai
2. KT Sebagai kader pos yandu, Pengkaderan kondisi dan Jangka Panjang
pengajar PAUD, dll kebutuhan
Pemberdaya Terutama dalam
an Pelibatan Aktivis perempuan KT Sesuai kegiatan
Perempuan 3. dalam Berbagai kegiatan Karang Partisipasi kondisi dan pemberdayaan
Taruna kebutuhan masyarakat &
pelayanan sosial
Pemberian kesempatan kader Sesuai
perempuan Karang Taruna Kondisi
4. Emansipasi Jangka Menengah
dalam kepemimpinan organisasi
& Kegiatan
Penyelenggaraan Majalah Fasilitas Dan Rutin Tempat Di kantor
1.
Dinding Karang Taruna Informasi Bulanan Desa/Kelurahan
Penerbitan Buletin atau Majalah
2. Informasi Rutin Jangka Pendek
Kehumasan Karang Taruna
Teknologi Website, Email, FB,
Pengembangan Sistem Informasi
3. informasi dan Rutin IG, Twitter &
Karang Taruna
Medsos Sejenisnya

69
Bisa juga dengan
Buka Bersama Pengurus Karang Setiap
1. Kebersamaan anak yatim & Dhuafa
Taruna Tahun

Sesuai
2. Penyelenggaran Tabligh Akbar Ibadah Masal Iniatif atau bermitra
Momentum
Masal dan Sesuai Islam/Krinten/Katolik/
Keagamaan 3. Penyelenggaraan Hari Besar
inisiatif Momentum Budha/Hindu, dll
Dalam Kerjasama
Ikut Serta dalam Perayaan Hari Sesuai
4. Dukungan dengan masyarakat
Besar Keagamaan Momentum
desa/kelurahan
Sesuai Misalnya dalam
5. Lomba-lomba Keagamaan Kompetisi
Event rangka maulid, dll

B. Tahapan Program
1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan organisasi Karang
Taruna dan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Tahapan
melakukan rencana:
a. Menetapkan tujuan atau beberapa tujuan. Apa kebutuhan atau
keinginan dari Karang Taruna yang ingin diwujudkan dalam waktu
tertentu: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang.
b. Merumuskan keadaan saat ini. Menghimpun dan mengolah data
tentang kondisi sumber daya seperti SDM, keuangan, sarana
prasarana dan seterusnya.
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat
memperhitungkan faktor-faktor di lingkungan internal dan eksternal
yang mempengaruhi pencapaian tujuan. Lingkungan internal yang
berpengaruh langsung dalam organisasi meliputi anggota Karang
Taruna, Ketua dan pengurus didalamnya. Lingkungan eksternal
dibagi dua yaitu yang berpengaruh langsung dan tidak langsung.
Lingkungan eksternal yang berpengaruh langsung seperti Kantor
Desa/Kelurahan, Organisasi Kepemudaan lain sebagai pesaing,
donatur dan lainnya; Lingkungan eksternal yang tidak berpengaruh
langsung seperti Posyandu, PKK, Perusahaan, dan seterusnya
d. Menyusun dan memilih berbagai alternatif program/kegiatan untuk
mencapai tujuan atau beberapa tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
memilih alternatif program/kegiatan bisa dengan cara
membandingkan atau mengukur masing-masing alternatif dari hal-hal
sebagai berikut:
1) Kekuatan (strengtheness), merupakan keunggulan
program/kegiatan dilihat dari: dampaknya terhadap
kehidupan anggota dan masyarakat, dukungan masyarakat,
beban keuangan/anggaran.
2) Kelemahan (weaknessess), merupakan kekurangan
program/kegiatan dilihat dari alternatif yang ditawarkan
seperti beban anggaran yang besar, kurang menarik minat
masyarakat atau donatur, kelembagaan yang kurang pas.

70
3) Peluang (opportunities), melihat kesempatan/ peluang
eksternal apa yang akan mendukung diterimanya
program/kegiatan ini seperti: sejalan dengan kebijakan
program pemerintah desa/kelurahan, menjadi perhatian
masyarakat, mendukung investasi, dst.
4) Masalah (problem), masalah-masalah apa yang mungkin
menghambat diterimanya program/kegiatan oleh
masyarakat dilihat dari alternatif yang ada. Setiap
program/kegiatan mungkin mengandung konsekuensi yang
tidak menyenangkan bagi orang lain seperti program
wilayah dari bebas rokok
5) Tindakan (action), tindakan atau langkah apa yang dapat
atau perlu dilakukan untuk mengatasi kelemahan dan
masalah dari masing-masing alternatif kebijakan. Penilaian
kelayakan mencakup apakah program/kegiatan ini realistis
atau tidak, sulit untuk diimplementasikan. Pertanyaannya
apakah tindakan yang dilakukan akan mencapai tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai, sesuai atau tidak solusi dengan
target masalah yang akan dipecahkan, dan seterusnya.

Cara mudah untuk menyusun rencana program dan kegiatan


adalah dengan mengajukan pertanyaan:
• Apa yang ingin dicapai?
• Siapa yang melaksanakan?
• Bagaimana cara melaksanakannya?
• Kapan hal itu dilaksanakan?
• Di mana tempatnya?
• Berapa biaya atau sumber-sumber daya apa yang
dibutuhkan?
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses yang menyangkut bagaimana
kegiatan yang telah dirumuskan dalam perencanaan dirancang dalam
sebuah struktur organisasi yang tepat dan dapat memastikan bahwa
semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien
guna pencapaian tujuan yang telah ditetapakan pada tahap
perencanaan. Kegiatan yang dilakukan dalam melakukan
pengorganisasian:
a. Mengalokasikan sumber daya.
b. Merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur
atau langkah-langkah yang diperlukan.
c. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan tanggungjawab.

71
d. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia/tenaga kerja.
e. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang
paling tepat.

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota Karang Taruna dan pihak lain yang dilibatkan berusaha untuk
mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan. Menggerakkan
orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran
untuk mencapai tujuan secara efektif menjadi hal penting dalam
organisasi. Agar dapat menggerakan orang-orang secara sukarela
dibutuhkan adalah kepemimpinan. Seorang pemimpin harus dapat
mengambil tindakan-tindakan untuk membuat orang yang dipimpinnya
mau bergerak melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
Tindakan-tindakan pemimpin dapat merupa memberi perintah, arahan,
nasehat, dorongan dan motivasi kerja, serta pemecahan masalah dengan
cara mengkomunikasikannya dengan jelas dan tegas. Agar setiap orang
mau melaksanakan tugasnya dengan baik, maka pemimpin harus dapat
meyakinkan bahwa orang yang dipimpinnya:
1) Merasa mampu mengerjakan.
2) Memiliki keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat
bagi dirinya (dan juga orang lain/bernilai).
3) Tidak sedang dalam masalah atau sedang melakanakan tugas lain
yang lebih penting atau mendesak.
4) Meyakinkan bahwa tugas tersebut merupakan kepercayaan, dan
hubungan antarteman dalam organisasi tersebut dalam kondisi
harmonis.

4. Evaluasi dan Pelaporan


a. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang
sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, diantaranya
dengan cara membandingkan antara apa yang telah dicapai dengan
apa yang seharusnya tercapai, kemudian melakukan penilaian
tentang manfaatnya dibandingkan dengan harapanharapan yang
ingin diperoleh.
Langkah-langkah yang di lakukan dalam evaluasi adalah:
1) Menentukan apa yang akan dievaluasi, program atau
kegiatankegiatan apa yang akan dievaluasi.
2) Merancang kegiatan evaluasi. Menentukan data apa saja yang
dibutuhkan/ingin diketahui, tahapan-tahapan apa saja akan

72
yang dilakukan, instrumen evaluasi apa yang akan digunakan,
siapa saja yang akan melakukan, dan apa saja yang akan
dihasilkan.
3) Pengumpulan data. Berdasarkan rancangan kegiatan evaluasi
yang telah disiapkan, maka kemudian dilaksanakan
pengumpulan data dengan menggunakan instrumen
wawancara, survey, observasi, dan seterusnya.
4) Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, maka
dapat diolah dan dianalisis, sehingga dapat menghasilkan fakta
yang dapat dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara fakta
dengan rencana untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kegagalan serta faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.
5) Pelaporan hasil evaluasi. Hasil evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk laporan hasil evaluasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan hasil evaluasi
berbentuk narasi/uraian yang dapat dilengkapi dengan tabel,
grafik, foto-foto dan data lainnya yang relevan.
C. Pelaporan
Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh bawahan atau
tim kerja/panitia yang diberi tugas pekerjaan untuk menyampaikan hal-
hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan
selama satu periode tertentu sebagai bentuk komunikasi dan
pertanggungjawaban. Unsur yang harus dimuat dalam laporan:
1) Nama kegiatan
2) Jenis-Jenis Kegiatan
3) Waktu
4) Tempat
5) Peserta dan
6) Proses pelaksanaan
7) Hasil yang dicapai
8) Faktor pendukung dan penghambat
9) Lampiran-lampiran seperti surat keputusan, foto-foto, dst.

73
Lampiran-lampiran
Buku Pedoman Karang Taruna

a. Contoh Kop Surat

Keterangan :
1. Logo Karang Taruna dan Logo kabupaten/kota berwarna sesuai dengan
aslinya;
2. Warna dasar kertas putih dengan warna tulisan hitam;
3. Warna dasar kertas dapat dimodifikasi dengan ketentuan warna terang
4. Modifikasi alamat sekretariat bisa dilakukan, misalnya dengan
menempatkan di bawah kop surat;
5. Bahan kertas minimal HVS ukuran 70 gram;
6. Ukuran kertas : folio (21,5 x 33 Cm)
7. Format untuk Amplop dapat mengikuti format kop surat dengan ukuran
kertas yang berbeda;

74
b. Contoh Stempel

Keterangan :
1. Stempel sah harus memuat:
a) Tingkat kepengurusan (Pengurus Kelurahan, Pengurus Kecamatan
atau Pengurus Kota)
b) Nama satuan Kepengurusan (Nama Kelurahan,Nama Kecamatan atau
Nama Kota)
c) Kode Matrik Satuan Kepengurusan yang di dapat dari Pengurus
Karang Taruna Kecamatan atau Pengurus Karang Taruna Kota.

2. Stempel Berbentuk Bulat dengan diameter 4cm


3. Warna Stempel Standar

75
c. Papan Nama Sekretariat

d. Kartu Iuran
Tampak Depan

76
Tampak Tengah

Tampak Belakang

e. Buku Administrasi

77
78
Buku Notulen Rapat:
Jenis Rapat : ……………………………………
Hari, tanggal : …………, ……………………….
Waktu : pukul :………..s/d……………..
Tempat : ……………………………………
Pimpinan Rapat : ……………………………………
Peserta Rapat : ……. orang (absensi terlampir)
Agenda : 1. …………………………………
2…………………………………
Hasil dan Kesimpulan :
1……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
2……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
3……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
4……………………………………………………………………………
……………………………………………………........................

Pimpinan Rapat, Notulis,

_________________ ___________________

79
80
81
82
83
84
85
BAB V
PENUTUP

Demikian buku Panduan Kerja Karang Taruna ini disusun, sebagai wujud
dari kesungguhan dalam memberdayakan masyarakat dan Karang Taruna itu
sendiri, khususnya di Kota Tasikmalaya, dengan memberikan informasi dan
panduan tentang bagaimana menyelenggarakan dan mengoperasionalkan Karang
Taruna di kelurahan agar lebih efektif dan efisien. Karang Taruna mempunyai nilai
strategis sebagai bagian yang sangat potensial dalam penyelenggaraan
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, karena itu menyelenggarakan dan
mengoperasionalkannya secara benar dan sesuai dengan panduan, diharapkan
mampu memberdayakan dan mengembangkan Karang Taruna di kelurahan
menjadi lembaga kemasyarakatan dibidang kesejahteraan sosial yang produktif
dan memiliki banyak manfaat terutama bagi peningkatan taraf kesejahteraan sosial
masyarakatnya. Dengan panduan kerja ini diharapkan Karang Taruna di Kota
Tasikmalaya mampu diposisikan secara tepat sebagai modal dasar pembangunan
kesejahteraan sosial yang lebih merata dan menjangkau seluruh Kota Tasikmalaya.

Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan baik sebagai filosofi


penyelenggaraan Karang Taruna maupun dalam hal teknis bagaimana
mengoperasionalkan kelembagaannya dan mengefektifkan program-program
kerja Karang Taruna yang relevan dan mampu menjawab kebutuhan dan
permasalahan di dalam masyarakatnya. Hal tersebut juga dimaksudkan agar
Karang Taruna yang sudah hampir 60 tahun berkiprah dapat lebih
mengimplementasikan peran-perannya secara professional dan proporsional
dengan tradisi pelayanan kesejahteraan sosial yang lebih modern dan
menyesuaikan dengan kebutuhan kekinian masyarakatnya. Semoga setiap niat baik
dan langkah kita senantiasa berada dalam bimbingan, rahmat, hidayah,
perlindungan dan keridhaanNYA, amin. Semoga Karang Taruna semakin jaya
dengan peran-peran strategisnya.

Salam ADHITYA KARYA MAHATVA YODHA!

86
87

Anda mungkin juga menyukai