Di Terbitkan Oleh :
Pengurus Karang Taruna Kota Tasikmalaya
Masa Bhakti Tahun 2019 - 2024
Tim Penyusun :
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya buku ini dapat kami susun sebagai pedoman bagi aktifis karang taruna.
Harapan kami, buku pedoman ini bisa menjadi pijakan bagi semua aktifis karang
taruna dan pengurus sebagai referensi dalam menjalankan organisasi serta semoga
buku ini dapat menjadi pijakan bagi pemangku kebijakan dalam pemberdayaan dan
pengembangan karang taruna. Terakhir, kami ucapkan kepada semua pihak yang
telah bekontribusi dalam pembuatan buku ini, terutama kepada Pemerintah kota
Tasikmalaya wa bil khusus Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya atas bimbingan
serta arahannya, semoga buku ini bisa bermanfaat bagi semua. Aditya Karya
Mahatva Yodha
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
• Pengantar
• Daftar Isi
Karang Taruna
• Penutup
ii
INDONESIA RAYA
Cipt: W.R. Supratman
Reff:
iii
DASA SAKTI KARANG TARUNA
(HASIL RAKERNAS KT 2012 DI BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU)
iv
Sambutan Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya
v
Sambutan Ketua Karang Taruna Kota Tasikmalaya
Kehadiran Permensos No.25 Tahun 2019 memiliki makna yang sangat besar,
bukan hanya sebagai panduan tetapi harus menjadi dasar sekaligus memberi arah
penting dalam agenda dan program unggulan pemberdayaan masyarakat.
Selain amanat Rapat Kerja Pengurus Karang Taruna Kota Tasikmalaya pada
tahun 2020, Penyusunan Buku Pedoman Kerja Karang Taruna ini adalah salah satu
cara membangun dan mengembangkan Karang Taruna di Kota Tasikmalaya agar
setiap kader Karang Taruna memiliki pengetahuan dan landasan dalam
menjalankan roda organisasinya. Diharapkan dengan disusunnya buku ini bukan
hanya sekedar bahan bacaan, tetapi juga menjadi pedoman dalam memberdayakan
dan mengembangkan Karang Taruna di Kota Tasikmalaya lebih baik lagi, sehingga
Karang Taruna dapat lebih berkontribusi dalam pembangunan di Kota Tasikmalaya.
vi
vii
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
1
6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1517);
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Karang Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh
masyarakat sebagai wadah generasi muda untuk
mengembangkan diri, tumbuh, dan berkembang atas dasar
kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk
generasi muda, yang berorientasi pada tercapainya
kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
2. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia di bawah Kecamatan.
4. Kecamatan adalah kecamatan atau distrik yang selanjutnya
disebut kecamatan adalah wilayah dari daerah
kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat.
5. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.
2
6. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang
terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial,
jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan
sosial.
7. Pemberdayaan Karang Taruna adalah suatu proses
pengembangan kemampuan, kesempatan, dan pemberian
kewenangan kepada Karang Taruna untuk meningkatkan
potensi, pencegahan dan penanganan permasalahan sosial,
pengembangan nilai-nilai kepeloporan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya
sosial, dan teknologi.
8. Pembinaan Karang Taruna adalah suatu usaha, tindakan,
dan kegiatan yang dilakukan terhadap Karang Taruna secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.
Pasal 2
Karang Taruna dalam menjalankan tugasnya memiliki prinsip:
a. berjiwa sosial;
b. kemandirian;
c. kebersamaan;
d. partisipasi;
e. lokal dan otonom; dan
f. nonpartisan.
Pasal 3
Karang taruna dalam menjalankan tugasnya berlandaskan pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945.
Pasal 4
Karang Taruna bertujuan untuk:
a. mewujudkan kesadaran tanggung jawab sosial setiap
generasi muda dalam mengantisipasi, mencegah, dan
menangkal berbagai permasalahan sosial khususnya
dikalangan generasi muda;
b. mengembangkan kemampuan generasi muda dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui rehabilitasi
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial;
3
c. membangun karakter generasi muda yang berpengetahuan,
berkepribadian, terampil, cerdas, inovatif, dan berkarya;
d. mengembangkan potensi dan kemampuan generasi muda;
e. mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan sosial
generasi muda menuju kemandirian dalam upaya
meningkatkan Kesejahteraan Sosial;
f. memotivasi generasi muda agar menjadi perekat persatuan
dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara; dan
g. menjalin sinergi dan kerja sama kemitraan antara generasi
muda dengan berbagai pihak dalam mewujudkan
peningkatan kesejahteraan sosial.
BAB II
STATUS, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 5
(1) Karang Taruna merupakan organisasi yang dibentuk oleh
masyarakat sebagai potensi dan sumber kesejahteraan
sosial.
(2) Karang Taruna berkedudukan di Desa atau Kelurahan di
dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 6
(1) Karang Taruna memiliki tugas:
a. mengembangkan potensi generasi muda dan
masyarakat; dan
b. berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan
permasalahan sosial melalui rehabilitasi sosial, jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial
serta program prioritas nasional.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Karang Taruna bekerja sama dengan Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, Kecamatan, Desa atau Kelurahan, potensi
sumber kesejahteraan sosial, badan usaha, atau
masyarakat.
Pasal 7
Karang Taruna memiliki fungsi:
a. administrasi dan manajerial;
b. fasilitasi;
c. mediasi;
4
d. komunikasi, informasi, dan edukasi;
e. pemanfaatan dan pengembangan teknologi;
f. advokasi sosial;
g. motivasi;
h. pendampingan; dan
i. pelopor.
Pasal 8
Administrasi dan manajerial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 huruf a merupakan penyelenggaraan keorganisasian dan
administrasi Kesejahteraan Sosial Karang Taruna.
Pasal 9
Fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b
merupakan upaya mengembangkan organisasi, meningkatkan
kapasitas generasi muda, pemberian kemudahan, dan
pendampingan untuk generasi muda dan masyarakat.
Pasal 10
Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c
merupakan upaya menengahi penyelesaian permasalahan sosial
yang ada di masyarakat.
Pasal 11
Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf d merupakan upaya melakukan komunikasi
dan memberikan informasi untuk sosialisasi kebijakan, program,
dan kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah, Karang Taruna,
badan usaha, dan/atau mitra kerja.
Pasal 12
Pemanfaatan dan pengembangan teknologi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf e merupakan upaya
mengoptimalkan penyelenggaraan organisasi dan program kerja
melalui metode dan teknologi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan teknologi.
Pasal 13
(1) Advokasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
f merupakan upaya untuk melindungi dan membela generasi
muda dan masyarakat yang dilanggar haknya.
5
(2) Advokasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk penyadaran hak dan kewajiban,
pembelaan, dan pemenuhan hak.
Pasal 14
Motivasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf g
merupakan upaya memberikan semangat dan memacu
pencapaian prestasi generasi muda.
Pasal 15
Pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf h
merupakan upaya untuk menjalin relasi sosial dengan kelompok
yang diberdayakan menggunakan berbagai sumber dan potensi
guna meningkatkan Kesejahteraan Sosial.
Pasal 16
Pelopor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf i
merupakan upaya merintis dan menggerakkan inovasi dan
kreativitas dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dan
pengembangan generasi muda.
Pasal 17
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, pengurus Karang
Taruna membentuk unit teknis sesuai dengan kebutuhan
pengembangan organisasi dan program kerja.
(2) Unit teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk
unit di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, seni
dan budaya, serta hukum.
(3) Pembentukan unit teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus melalui mekanisme pengambilan keputusan di
Karang Taruna.
BAB III
KEANGGOTAAN DAN KEPENGURUSAN
Pasal 18
(1) Keanggotaan Karang Taruna menganut sistem stelsel pasif
yaitu setiap generasi muda yang berusia 13 (tiga belas)
sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun otomatis
menjadi anggota Karang Taruna.
6
(2) Keanggotaan Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berasal dari generasi muda di tingkat desa atau
kelurahan.
(3) Ketentuan mengenai keanggotaan Karang Taruna
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Karang
Taruna.
Pasal 19
(1) Untuk pelaksanaan tugas dan fungsi serta pemberdayaan
Karang Taruna dibentuk kepengurusan tingkat:
a. Desa atau Kelurahan;
b. kecamatan;
c. kabupaten/kota;
d. provinsi; dan
e. tingkat nasional.
(2) Hubungan tata kerja internal Karang Taruna antara
pengurus tingkat Desa atau Kelurahan, Kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, dan nasional bersifat koordinatif,
konsultatif, konsolidatif, komunikatif, dan kolaboratif.
Pasal 20
(1) Pengurus Karang Taruna dipilih secara musyawarah dan
mufakat dalam forum pengambilan keputusan masing-
masing tingkatan dan harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. warga negara Indonesia;
b. berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun;
c. berdomisili di wilayahnya masing-masing;
d. aktif dalam kegiatan Karang Taruna; dan
e. memiliki kemauan dan kemampuan berorganisasi serta
aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat.
(2) Kepengurusan Karang Taruna Desa atau Kelurahan dipilih,
ditetapkan, dan disahkan dalam musyawarah warga Karang
Taruna di Desa atau Kelurahan dan dikukuhkan oleh Kepala
Desa atau Lurah setempat.
(3) Kepengurusan Karang Taruna Desa atau Kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan untuk
masa bakti selama 5 (lima) tahun.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Pengurus Karang
Taruna Desa atau Kelurahan dapat membentuk unit kerja
karang taruna di tingkat dusun, rukun warga, dan rukun
tetangga sebagai pelaksana kegiatan Karang Taruna.
7
(5) Kepengurusan Karang Taruna di tingkat Kecamatan sampai
dengan nasional dipilih dan ditetapkan dalam temu karya
Karang Taruna dan dikukuhkan oleh camat, bupati/wali
kota, gubernur, atau Menteri Sosial sesuai dengan
kewenangannya.
(6) Kepengurusan Karang Taruna di tingkat Kecamatan sampai
dengan tingkat nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) dilaksanakan untuk masa bakti selama 5 (lima) tahun.
Pasal 21
Ketentuan mengenai keorganisasian dan kepengurusan serta
pengesahan dan pelantikan kepengurusan Karang Taruna,
diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga Karang Taruna.
BAB IV
MAJELIS PERTIMBANGAN KARANG TARUNA
Pasal 22
(1) Majelis pertimbangan Karang Taruna merupakan wadah
nonstruktural yang berwenang memberi saran dan
pertimbangan kepada pengurus Karang Taruna serta
memberi akses/kemudahan demi kemajuan Karang Taruna.
(2) Majelis Pertimbangan Karang Taruna sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari unsur:
a. mantan pengurus;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh adat;
e. pemerintah;
f. pemerintah daerah; dan/atau
g. pelaku usaha.
(3) Majelis Pertimbangan Karang Taruna memiliki
kepengurusan paling sedikit:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.
(4) Ketentuan mengenai mekanisme pembentukan dan tata
kerja majelis pertimbangan Karang Taruna diatur dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
8
BAB V
PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA
Pasal 23
(1) Pemberdayaan Karang Taruna dilakukan sesuai klasifikasi
Karang Taruna.
(2) Klasifikasi Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. percontohan;
b. maju;
c. berkembang; dan
d. tumbuh.
(3) Klasifikasi Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan melalui penilaian terhadap aspek:
a. organisasi dan kepengurusan;
b. sumber daya manusia;
c. sarana dan prasarana;
d. administrasi;
e. kemitraan; dan
f. program kegiatan.
Pasal 24
(1) Penetapkan klasifikasi Karang Taruna dilakukan oleh Dinas
Sosial daerah kabupaten/kota berdasarkan instrument
penetapan klasifikasi Karang Taruna.
(2) Penetapan klasifikasi Karang Taruna melibatkan unsur
pengurus Karang Taruna kecamatan, kabupaten/kota,
dan/atau provinsi.
(3) Dinas sosial daerah provinsi melakukan pemantauan
terhadap penetapan klasifikasi Karang Taruna.
(4) Hasil penetapan klasifikasi Karang Taruna dilakukan secara
periodik.
Pasal 25
(1) Pemberdayaan Karang Taruna dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah;
b. pemerintah daerah; dan
c. pengurus Karang Taruna.
(2) Dalam melaksanakan pemberdayaan karang taruna
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan:
a. badan usaha;
b. potensi sumber Kesejahteraan Sosial;
c. lembaga pendidikan; dan/atau
9
d. masyarakat.
Pasal 26
Pelaksanaan Pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (2) dilakukan dalam bentuk peningkatan:
a. manajemen organisasi;
b. kapasitas sumber daya manusia;
c. kapasitas sumber daya ekonomi;
d. sarana dan prasarana; dan
e. jejaring kerja.
Pasal 27
Peningkatan manajemen organisasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf a dilakukan melalui bimbingan, pelatihan,
penetapan klasifikasi, dan penyediaan kelengkapan organisasi.
Pasal 28
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf b dapat dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan dan keterampilan, bimbingan, serta studi
banding.
Pasal 29
Peningkatan kapasitas sumber daya ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf c dapat dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan dan keterampilan, bimbingan, studi
banding, serta pendampingan usaha.
Pasal 30
Peningkatan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf d dapat dilakukan melalui penyediaan,
penambahan dan pengembangan, serta sarana dan prasarana.
Pasal 31
Peningkatan jejaring kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 huruf e dapat dilakukan melalui konsultasi, koordinasi,
kolaborasi, dan kemitraan.
Pasal 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberdayaan Karang Taruna
akan diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pemberdayaan
Sosial.
10
BAB VI
IDENTITAS KARANG TARUNA
Pasal 33
Karang Taruna memiliki identitas terdiri atas:
a. lambang;
b. seragam;
c. bendera;
d. mars; dan
e. plang.
Pasal 34
(1) Lambang Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 huruf a merupakan simbol yang digunakan oleh
karang taruna sebagai identitas organisasi Karang Taruna.
(2) Seragam Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 huruf b meliputi:
a. pakaian dinas upacara;
b. pakaian dinas harian;dan
c. pakaian dinas lapangan.
(3) Bendera Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 huruf c terdiri atas bendera dan panji.
(4) Mars sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf d
merupakan lagu yang diciptakan sebagai penyemangat dan
korsa Karang Taruna.
(5) Plang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf e
merupakan penanda keberadaan organisasi Karang Taruna.
Pasal 35
Identitas Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB VII
PEMBINAAN
Pasal 36
Pembina Karang Taruna meliputi:
a. pembina utama;
b. pembina umum;
c. pembina fungsional; dan
d. pembina teknis.
11
Pasal 37
Pembina utama Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 huruf a yaitu Presiden Republik Indonesia.
Pasal 38
(1) Pembina umum Karang Taruna sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 huruf b meliputi:
a. tingkat nasional yaitu Menteri Dalam Negeri;
b. tingkat provinsi yaitu gubernur;
c. tingkat daerah kabupaten/kota yaitu bupati/wali kota;
d. tingkat Kecamatan yaitu camat; dan
e. tingkat Desa atau kelurahan yaitu kepala Desa atau
lurah.
(2) Pembina umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan pembinaan sebagai berikut:
a. Menteri Dalam Negeri, melakukan pembinaan umum
secara nasional serta mengoordinasikan pelaksanaan
pembinaan umum Karang Taruna kepada gubernur;
b. gubernur, melakukan pembinaan umum provinsi dan
mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan umum
kepada bupati/wali kota;
c. bupati/wali kota, melakukan pembinaan umum
kabupaten/kota dan mengoordinasikan pelaksanaan
pembinaan umum kepada camat;
d. camat, melakukan pembinaan umum Kecamatan dan
mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan umum
kepada kepala Desa atau lurah; dan
e. kepala Desa atau lurah, melakukan pembinaan umum
Desa atau Kelurahan dan memfasilitasi kegiatan Karang
Taruna di Desa atau Kelurahan.
Pasal 39
(1) Pembina fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
huruf c:
a. tingkat nasional yaitu Menteri Sosial;
b. tingkat provinsi yaitu kepala dinas sosial daerah provinsi;
c. tingkat kabupaten/kota yaitu kepala dinas sosial daerah
kabupaten/kota; dan
d. tingkat Kecamatan yaitu kepala seksi sosial pada kantor
Kecamatan.
(2) Pembina fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan pembinaan sebagai berikut:
12
a. Menteri Sosial, melakukan pembinaan fungsional secara
nasional serta mengoordinasikan pelaksanaan
pembinaan fungsional Karang Taruna kepada kepala
dinas sosial daerah provinsi;
b. kepala dinas sosial daerah provinsi, melakukan
pembinaan fungsional di provinsi dan mengoordinasikan
pelaksanaan pembinaan fungsional kepada kepala dinas
sosial daerah kabupaten/kota;
c. kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota, melakukan
pembinaan fungsional ditingkat daerah kabupaten/kota
dan mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan
fungsional kepada kepala seksi sosial Kecamatan;dan
d. kepala seksi sosial Kecamatan, melakukan pembinaan
fungsional ditingkat Kecamatan dan mengoordinasikan
pelaksanaan pembinaan fungsional kepada kepala Desa
atau lurah.
Pasal 40
(1) Pembina Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
huruf d meliputi:
a. tingkat nasional yaitu Menteri Sosial dan/atau kepala
lembaga terkait.
b. tingkat provinsi yaitu kepala dinas sosial daerah provinsi
dan/atau instansi terkait; dan
c. tingkat kabupaten/kota yaitu kepala dinas sosial daerah
kabupaten/kota dan/atau instansi terkait.
(2) Pembina Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan pembinaan sebagai berikut:
a. Menteri Sosial dan/atau kepala lembaga terkait
melakukan pembinaan teknis secara nasional serta
mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan teknis Karang
Taruna kepada kepala dinas/instansi terkait daerah
provinsi;
b. kepala dinas sosial daerah provinsi dan/atau instansi
terkait melakukan pembinaan teknis di tingkat provinsi
dan mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan teknis
kepada kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota
dan/atau instansi terkait di daerah kabupaten/kota;
c. kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota dan/atau
instansi terkait, melakukan pembinaan teknis di
kabupaten/kota dan mengoordinasikan pelaksanaan
pembinaan teknis kepada kepala seksi terkait di
Kecamatan.
13
BAB VIII
TANGGUNG JAWAB
Bagian Kesatu
Pemerintah
Pasal 41
Menteri Sosial memiliki tanggung jawab:
a. menetapkan pedoman umum Karang Taruna;
b. menetapkan standar dan indikator secara nasional;
c. melakukan program percontohan;
d. memberikan stimulasi, fasilitasi, dan pengembangan;
e. mengukuhkan kepengurusan karang taruna
tingkat nasional;
f. memberikan penghargaan;
g. melakukan sosialisasi;
h. melakukan pemantauan dan evaluasi;
i. melaksanakan koordinasi dan jejaring kerja;
j. pembinaan dan pengawasan karang taruna; dan
k. mengalokasikan anggaran.
Bagian Kedua
Provinsi
Pasal 42
Gubernur memiliki tanggung jawab:
a. melaksanakan pedoman umum Karang Taruna;
b. melaksanakan standar dan indikator secara nasional;
c. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
d. memberikan stimulasi, fasilitasi;
e. mengukuhkan kepengurusan Karang Taruna
tingkat provinsi;
f. melakukan pemberdayaan Karang Taruna;
g. memberikan penghargaan;
h. melakukan sosialisasi;
i. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan;
j. melaksanakan koordinasi dan jejaring kerja;
k. pembinaan dan pengawasan Karang Taruna;
l. mengalokasikan anggaran;
m. mengoordinasikan pengelolaan data Karang Taruna tingkat
provinsi; dan
n. merekomendasikan penetapan lokasi pemberdayaan Karang
Taruna tingkat provinsi kepada Menteri Sosial.
14
Bagian Ketiga
Kabupaten/Kota
Pasal 43
Bupati/wali kota memiliki tanggung jawab:
a. melaksanakan pedoman umum Karang Taruna;
b. melaksanakan standar dan indikator secara nasional;
c. menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;
d. memberikan stimulasi, fasilitasi, dan pengembangan;
e. mengukuhkan kepengurusan Karang Taruna tingkat
kabupaten/kota;
f. melakukan pemberdayaan Karang Taruna;
g. memberikan penghargaan;
h. melakukan sosialisasi;
i. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan;
j. melaksanakan koordinasi dan jejaring kerja;
k. pembinaan dan pengawasan Karang Taruna;
l. mengalokasikan anggaran;
m. melakukan pendataan Karang Taruna tingkat
kabupaten/kota;
n. melaksanakan persiapan pemberdayaan Karang Taruna
yang terdiri dari sosialisasi program pemberdayaan Karang
Taruna untuk tingkat kabupaten/kota, persiapan sosial,
proses penyadaran, dan perencanaan partisipatif dalam
rangka pemberdayaan Karang Taruna;
o. merekomendasikan penetapan lokasi pemberdayaan Karang
Taruna kepada gubernur; dan
p. menetapkan tim penilai klasifikasi Karang Taruna.
BAB IX
PENDANAAN
Pasal 44
a. Sumber pendanaan Karang Taruna berasal dari:
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan
d. sumber pendanaan yang sah dan tidak mengikat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
15
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Sosial Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar
Karang Taruna dan Peraturan Menteri Sosial Nomor 23 Tahun
2013 tentang Pemberdayaan Karang Taruna (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 94), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 46
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Desember 2019
JULIARI P BATUBARA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Desember 2019
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
16
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG KARANG TARUNA
2. Unsur
Lambang Karang Taruna mengandung atau terdiri dari unsur-unsur:
a. sekuntum bunga teratai yang mulai mekar;
b. empat helai daun bunga;
c. dua helai pita terpampang di bagian atas dan bawah;
d. sebuah lingkaran yang melingkari sekuntum bunga teratai dan dua
pita;
e. bunga teratai yang mekar berdaun lima helai sebagai latar belakang;
dan
f. unsur warna.
17
1) taat : takwa kepada tuhan yang mahaesa;
2) tanggap : penuh perhatian dan peka terhadap masalah;
3) tanggon : kuat daya tahan fisik dan mental;
4) tandas : tegas, pasti, tidak ragu, dan teguh pendirian;
5) tangkas : sigap, gesit, cepat bergerak, dan dinamis;
6) terampil : mampu berkreasi, berdayaguna dan berkarya;
7) tulus : Sederhana, ikhlas, rela memberi, dan jujur;
18
Dalam makna lain sebagai perlambang karang diartikan juga sebagai
Batu Karang di lautan yang tegar sekalipun kerap kali dihantam
ombak, sedangkan taruna diartikan juga sebagai anak muda atau
generasi muda. Sehingga Karang Taruna dalam makna lain juga
dilambangkan sebagai generasi muda yang kuat, kokoh, kukuh dan
tegar dalam pendirian, keluhuran budi pekerti, kepribadian dan
karakternya sebagai anak muda bangsa Indonesia meski dihantam
oleh berbagai persoalan, tantangan, hambatan, ancaman, dan
gangguan.
2. Pengertian
Secara keseluruhan lambang Karang Taruna berarti tekad insan
remaja/generasi muda Indonesia (warga Karang Taruna) untuk
mengembangkan dirinya menjadi patriot/pejuang yang berkepribadian,
berpengetahuan/cerdas, serta terampil dan selalu berkarya nyata agar
mampu ikut secara aktif dalam pembangunan untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
19
3. ukuran dengan diameter paling besar 7cm (tujuh sentimeter) dapat
digunakan sebagai logo/lambang pada map, cover proposal, cover buku,
cover program, dan sejenisnya, yang dapat diletakkan pada bagian
tengah cover atau bagian lain sesuai kepantasan disain;
4. ukuran dengan diameter 2cm (dua sentimeter) sampai dengan 4cm
(empat sentimeter) dapat digunakan sebagai atribut/logo pada lencana
atau pin untuk kegiatan-kegiatan Karang Taruna diberbagai tingkatan,
yang tata letaknya pada lencana/pin di tengah atau agak disebelah atas,
sedangkan peletakan lencana/pin pada dada sebelah kiri dari
baju/seragam. Ukuran dengan diameter 2cm (dua sentimeter) sampai
dengan 4cm (empat sentimeter) juga dapat digunakan sebagai
logo/lambar organisasi pada ikat pinggang baik untuk seragam maupun
untuk sehari-hari, yang diletakkan di tengah dari kepala ikat pinggang;
5. ukuran dengan diameter 2cm (dua sentimeter) sampai dengan 2,5cm
(dua koma lima sentimeter) digunakan sebagai logo/lambang organisasi
pada kop surat, amplop, piagam dan sertifikat kegiatan organisasi, yang
tata letaknya pada bagian kiri (untuk kop dan amplop) dan pada bagian
tengah atau bagian lain sesuai kepantasan untuk sertifikat dan piagam;
6. ukuran dengan diameter 1,5cm (satu koma lima sentimeter) digunakan
sebagai logo/lambang organisasi pada stempel/cap besar pengurus
Karang Taruna untuk kepentingan surat-menyurat, perjanjian, dan
sejenisnya di semua tingkatan yang diletakkan di bagian tengah
stempel/cap bundar yang berdiameter 3cm (tiga sentimeter). Ukuran
dengan diameter 1,5cm (satu koma lima) juga dapat digunakan sebagai
logo/lambang organisasi pada stempel/cap kepanitiaan yang dibentuk
oleh Karang Taruna, yang diletakkan dibagian tengah untuk bentuk
stempel bundar yang berdiameter 3cm (tiga sentimeter) atau di bagian
kiri untuk bentuk stempel empat persegi panjang yang berukuran
standar paling besar 2cm (dua sentimeter) x 5cm (lima sentimeter);
7. ukuran dengan diameter 1cm (satu sentimeter) digunakan sebagai
logo/lambang organisasi pada stempel/cap kecil pengurus Karang Taruna
untuk kepentingan administrasi pada kartu anggota, kartu iuran, dan
sejenisnya di semua tingkatan yang diletakkan pada bagian tengah
stempel/cap bundar yang berdiameter 2cm (dua sentimeter);
8. ukuran dengan diameter 50cm (lima puluh sentimeter) sampai dengan
1m (satu meter) digunakan sebagai logo/lambang organisasi pada
spanduk untuk kegiatan-kegiatan Karang Taruna yang tata letaknya
pada sisi sebelah kiri spanduk serta pada backdrop untuk kegiatan-
kegiatan Karang Taruna yang tata letaknya pada bagian tengah atau
pada sisi sebelah kiri atau pada bagian lain sesuai kepantasan disain;
9. ukuran dengan diameter paling sedikit 15cm (lima belas sentimeter)
sampai dengan 50cm (lima puluh sentimeter) dapat digunakan sebagai
20
logo/lambang organisasi pada umbul-umbul, standing banner, x-banner,
atau produk advertising lainnya untuk kegiatan-kegiatan Karang Taruna
yang tata letaknya disesuaikan dengan kepantasan disain dan etika
keorganisasian;
10. ukuran dengan diameter paling besar 2m (dua meter) juga dapat
digunakan sebagai logo/lambang organisasi pada billboard dan produk
advertising lainnya untuk kegiatan-kegiatan dan pencitraan Karang
Taruna yang tata letaknya disesuaikan dengan kepantasan disain;
11. ukuran lambang Karang Taruna yang menyesuaikan adalah pada panji
dan bendera yang menyesuaikan dengan ukuran panji dan bendera
tersebut, yakni sebesar 2/3 (dua pertiga) dari ukuran panji dan bendera
tersebut yang peletakkannya persis di tengah-tengah panji dan bendera
Karang Taruna;
12. ukuran lambang Karang Taruna dapat menyesuaikan lebih lanjut pada
berbagai media dengan tata letak yang menyesuaikan dengan
kepantasan dan etika;
13. lambang Karang Taruna dapat menjadi ikon dan/atau branding bagi
Karang Taruna desa atau kelurahan atau nama lain tertentu dengan
modifikasi, baik tambahan disain maupun ukuran tanpa mengubah
keutuhan lambang Karang Taruna; dan
14. unsur warna dalam lambang Karang Taruna dapat dihilangkan dalam arti
dibuat dalam satu warna untuk kepentingan di media-media tertentu
yakni: lencana, piagam penghargaan, sertifikat, cendera mata, plakat
dan seragam tambahan.
21
II. SERAGAM
A. Pakaian Dinas Upacara
1. Gambar
2. Pengertian
Seragam resmi Karang Taruna atau disebut juga pakaian dinas upacara
adalah seragam yang dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan seremonial
baik dalam bentuk upacara kenegaraan, peringatan hari besar nasional,
dan pertemuan atau forum-forum resmi organisasi yakni temu karya,
rapat kerja dan forum-forum ilmiah.
3. Bentuk
Seragam resmi Karang Taruna terdiri dari:
a. kemeja lengan panjang berwarna putih;
b. tambahan kelengkapan dasi dengan warna menyesuaikan;
22
c. jas Karang Taruna dengan warna dasar biru dongker (biru gelap),
yang bertuliskan nama KARANG TARUNA dengan huruf kapital pada
dada sebelah kiri, nama pemakai pada dada sebelah kanan, dan
mengenakan lambang Karang Taruna pada sisi bahu sebelah kiri,
serta lambang wilayah (kecuali Pengurus Nasional Karang Taruna)
dan nama tingkatan kepengurusan Karang Taruna pada sisi bahu
sebelah kanan;
d. tulisan nama Karang Taruna, nama pemakai, dan nama tingkatan
kepengurusan berwarna kuning emas;
e. celana panjang warna biru dongker (biru gelap) untuk laki-laki atau
perempuan, atau rok panjang warna biru dongker untuk perempuan;
f. sepatu hitam (pantofel); dan
g. tambahan kelengkapan kaus kaki dengan warna dan motif yang
menyesuaikan.
23
2. Seragam
Pakaian Dinas Harian II
3. Pengertian
Seragam Harian Karang Taruna atau disebut juga pakaian dinas harian
adalah seragam yang dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
bersifat harian/lapangan/operasional terutama dalam pelaksanaan
program-program kegiatan di masyarakat.
4. Spesifikasi
Seragam Harian Karang Taruna terdiri dari:
a. pakaian dinas harian 1, berbentuk: kemeja lengan pendek dengan
warna dasar dominan biru benhur (biru langit), bertuliskan nama
KARANG TARUNA dengan huruf kapital berwarna kuning pada dada
sebelah kiri, nama pemakai berwarna kuning pada dada sebelah
kanan, mengenakan lambang Karang Taruna pada sisi bahu sebelah
kiri, serta lambang wilayah (kecuali Pengurus Nasional Karang
Taruna) dan nama tingkatan kepengurusan Karang Taruna berwarna
kuning pada sisi bahu sebelah kanan;
b. pakaian dinas harian 2, berbentuk: kemeja lengan pendek dengan
warna dasar putih, mengenakan lambang Karang Taruna dengan
tulisan nama KARANG TARUNA dengan huruf kapital di bawahnya
berwarna hitam pada dada sebelah kiri, nama pemakai berwarna
hitam pada dada sebelah kanan, serta lambang wilayah (kecuali
PNKT) dan nama tingkatan kepengurusan Karang Taruna berwarna
hitam pada sisi bahu sebelah kanan;
c. kemeja pakaian dinas harian 1 maupun pakaian dinas harian 2 dapat
divariasikan dengan tambahan warna dan corak/model lain sesuai
kepantasan dan ciri khas wilayah masing-masing;
24
d. celana panjang bahan/jeans warna bebas dan menyesuaikan, serta
rapih (tidak kusam dan robek);
e. sepatu model dan warna bebas yang layak pakai;
f. tambahan kelengkapan kaus kaki dengan warna dan corak yang
menyesuaikan;
g. topi Karang Taruna berwarna biru benhur (biru langit) dengan
lambang Karang Taruna di depannya, nama Karang Taruna di
samping kiri dan pemakai di samping kanan.
Logo Daerah
Lengan dapat
dilipat
2. Pengertian
Seragam satuan bakti adalah seragam yang diperuntukkan bagi satuan
bakti Karang Taruna yang dibentuk sebagai unit teknis Karang Taruna di
bidang tertentu.
3. Spesifikasi
Seragam Satuan Bakti Karang Taruna terdiri dari:
a. kemeja lengan panjang dengan warna dasar hitam, bertuliskan nama
KARANG TARUNA dengan huruf kapital pada dada sebelah kiri, nama
pemakai pada dada sebelah kanan, mengenakan lambang Karang
Taruna, serta lambang wilayah dan nama tingkatan Karang Taruna
pada sisi bahu sebelah kanan;
b. tulisan Karang Taruna, nama pemakai, dan nama tingkatan wilayah
berwarna kuning emas;
c. kemeja berbahan navy (kaku dan keras);
25
d. celana panjang bahan kaku dan keras seperti kemeja dengan warna
yang sama dengan warna kemeja;
e. sepatu model laras dan berwarna hitam;
f. tambahan kelengkapan kaus kaki dengan warna hitam atau biru
tua/gelap;
4. topi Karang Taruna berwarna hitam dengan lambang Karang Taruna di
depannya, nama Karang Taruna berwarna kuning emas di samping kiri
dan nama pemakai berwarna kuning emas di samping kanan.
a. Bentuk
Logo Karang
Nama Yang Taruna
Bersangkutan
NAMA
PEMAKAI
Nama Karang
Taruna
NAMA
KT
26
b. Pengertian
Bendera Resmi adalah bendera yang menjadi simbol dan perlambang
utama organisasi Karang Taruna sebagai identitas tunggal dalam
membangun kesejajaran dengan kelembagaan lainnya.
c. Bentuk dan ukuran
Bentuk dan ukuran bendera resmi Karang Taruna diatur sebagai
berikut:
1) berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 180cm
(seratus delapan sentimeter) dan ukuran lebar 120cm (seratus
duapuluh sentimeter);
2) terbuat dari bahan terbaik yang agak tebal (2 lapis);
3) di tengah-tengah bendera resmi terdapat lambang Karang Taruna
di kedua sisinya dengan ukuran garis tengah 60cm (enam puluh
sentimeter);
4) di bawah lambang terdapat tulisan “KARANG TARUNA” dengan
huruf kapital di kedua sisinya dengan warna tulisan kuning emas
dan ukuran tinggi tulisan 10cm (sepuluh sentimeter);
5) warna dasar adalah biru benhur (biru langit) dengan pinggiran
berwarna kuning emas yang melingkari warna dasar;
6) pada sisi bendera terdapat rumbai warna biru tua, kecuali sisi
yang melekat pada tiang;
7) bendera resmi diikatkan pada tiang dengan 3 (tiga) buah tali
pengikat, tinggi tiang 3m (tiga meter), berbentuk bulat, dan
bergaris tengah 4cm (empat sentimeter); dan
8) pada puncak tiang bendera diberi kepala tiang (mustika)
berbentuk bunga teratai yang mulai mekar dengan tinggi 20cm
(dua puluh sentimeter), bergaris tengah 10cm (sepuluh
sentimeter), dan terbuat dari logam.
B. Panji
1. Bentuk
27
2. Pengertian
Panji adalah simbol pataka dan kekramatan organisasi Karang Taruna
yang menjadi perlambang utama sebagai bagian dari bangsa dan
negara.
3. Bentuk dan ukuran
Bentuk dan ukuran panji Karang Taruna diatur sebagai berikut:
a. warna dasar kuning;
b. panjang 180cm (seratus delapan puluh sentimeter) dan lebar 120cm
(seratus dua puluh sentimeter);
c. terbuat bahan terbaik (beludru) dan agak tebal (2 lapis);
d. di tengah-tengahnya terdapat lambang Karang Taruna pada kedua
sisinya yang bergaris tengah 60cm (enam puluh senti meter);
e. di bawah lambang terdapat tulisan “KARANG TARUNA” dengan huruf
kapital pada kedua sisinya dengan warna tulisan hitam dan ukuran
tinggi tulisan 10cm (sepuluh sentimeter);
f. di ketiga sisinya (yang tidak melekat pada tiang) diberi rumbai warna
kuning emas dengan panjang 6cm (enam sentimeter);
g. Panji diikatkan pada tiang dengan tiga buah tali pengikat, tinggi tiang
3m (tiga sentimeter), berbentuk bulat, dan bergaris tengah 4cm
(empat sentimeter);
h. pada puncak tiang panji diberi kepala tiang (mustika) berbentuk
bunga Teratai yang mulai mekar dengan tinggi 20cm (dua puluh
sentimeter), bergaris tengah 10cm (sepuluh sentimeter), dan terbuat
dari logam;
i. pada panji Karang Taruna tidak boleh diberi tulisan nama wilayah,
hanya boleh ada tulisan Karang Taruna dengan huruf kapital di
bawah logo Karang Taruna.
IV. MARS
A. Pengertian
Mars adalah lagu penyemangat bagi warga/anggota organisasi yang
disesuaikan dengan visi dan tujuan organisasi tersebut, untuk lebih giat
bekerja dan berkarya nyata.
B. Bentuk Mars
Bentuk syair dan lirik Mars Karang Taruna adalah sebagai berikut:
28
C. Tujuan
1. membangkitkan semangat juang warga Karang Taruna dalam
mengemban tugas di bidang pembangunan kesejahteraan sosial;
2. memupuk dan mengembangkan rasa Kesetiakawanan Sosial antar
sesama warga Karang Taruna; dan
3. membangkitkan semangat cinta tanah air dan tekad untuk berjuang dan
mengabdi demi kepentingan masyarakat dan bangsa.
29
V. MOTO
A. Moto Karang Taruna
1. Pengertian
Moto Karang Taruna adalah semboyan atau salam yang menunjukkan
jati dirinya, sebagaiman tertuang dalam lambang Karang Taruna.
2. Bentuk
Moto/salam Karang Taruna berbentuk atau berbunyi adhitya karya
mahatva yodha.
JULIARI P BATUBARA
30
31
BAB I
PENDAHULUAN
1. Dasar Pemikiran
Pembangunan Kesejahteraan Sosial pada hakekatnya bertujuan meningkatkan
taraf kesejahteraan sosial, baik perorangan dan keluarga maupun kelompok dan
masyarakat, guna meningkatkan harkat, martabat dan kualitas hidup manusia
Indonesia. Pembangunan Kesejahteraan Sosial juga ditujukan agar masyarakat
mampu memecahkan permasalahan sosial yang timbul serta dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dengan mengedepankan inisiatif, partisipasi dan kreativitas
melalui pemanfaatan potensi sumberdaya secara optimal terutama yang ada di
lokalnya masing-masing.
32
Mencermati kondisi diatas, maka sangat penting untuk dilakukan
pemberdayaan Karang Taruna melalui penerbitan Buku Panduan Kerja Karang
Taruna. Buku Panduan Kerja ini diharapkan betul-betul dapat menjadi pedoman
kerja yang secara teknis mampu menjadi informasi dan petunjuk bagaimana
menyelenggarakan organisasi Karang Taruna sesuai standar secara umum agar
lebih tertib, serta bagaimana melaksanakan program-program kerja Karang Taruna
sesuai wataknya sebagai organisasi/lembaga kesejahteraan sosial di akar rumput.
Sehingga, jika kondisi tersebut dapat tercapai, maka diharapkan kehadiran Karang
Taruna ditengah-tengah masyarakat akan mampu membantu memecahkan
permasalahan sosial yang ada dan mendukung pencapaian meningkatnya taraf
kesejahteraan sosial masyarakatnya secara lebih baik dan terukur.
Tujuan
1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan penyelenggara
(pengurus) Karang Taruna agar mampu memberikan kontribusi yang
bermanfaat dalam peningkatan kesejahteraan sosial masyarakatnya;
2. Meningkatkan klasifikasi Karang Taruna Tumbuh menjadi Karang
Taruna Berkembang, Karang Taruna Berkembang menjadi Karang
Taruna Maju dan Karang Taruna Maju menjadi Karang Taruna
Percontohan;
3. Membangun kesamaan persepsi, kesatuan langkah dan keterpaduan
pemberdayaan Karang Tarunasecara sinergis dan kemitraan;
4. Membangun dan meningkatkan sistem dan mekanisme kerja Karang
Taruna yang lebih tertib dan berkualitas;
5. 5. Mengembangkan kegiatan-kegiatan Karang Taruna yang lebih
terpadu, aplikatif dan terintegrasi.
Manfaat
1. Meningkatnya klasifikasi Karang Taruna;
2. Meningkatnya pemahaman pengurus Karang Taruna (desa/kelurahan)
dalam praktek penyelenggaraan Karang Taruna baik secara
kelembagaan (organisasi) maupun program kerjanya yang lebih
tertib;
33
3. Terwujudnya penguatan kapasitas sumber daya manusia Karang
Taruna yang memiliki kompetensi dalam praktek penyelenggaraan
organisasi dan program kerja Karang Taruna;
4. Terwujudnya keberdayaan Karang Taruna sehingga mampu menjadi
mitra kerja Pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan sosial;
5. Terwujudnya Integrasi Pemberdayaan Masyarakat dalam kerjasama
antara Karang Taruna dengan PSKS lainnya;
3. Sasaran
Pedoman ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh:
1. Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan;
2. Pengurus Karang Taruna Kecamatan hingga Provinsi sebagai
penyelenggara jejaring kerja;
3. PSKS lainnya sebagai mitra utama yang ingin memahami mekanisme
kerja Karang Taruna;
4. Pemangku kepentingan lain yang berkepentingan dalam penguatan
organisasi dan program kerja Karang Taruna;
4. Dasar Hukum
a. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
(Lembaran Negara RI tahun 2009 Nomor 12. Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4967).
b. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011tentang Penanganan Fakir
Miskin (Lembaran Negara RI Tahun 2011 Nomor 83. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5235).
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)
d. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 23 Tahun
2014tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 68.
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5294)
f. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun
2012tentang Pedoman Pendataan Dan Pengelolaan Data Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial Dan Potensi Dan Sumber Kesejahteraan
Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 567).
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa.
h. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 25 Tahun 2019 tentang Karang Taruna.
34
5. Pengertian
35
BAB II
SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN KARANG TARUNA
A. Sejarah Kelahiran
Karang Taruna pertama berdiri pada Tanggal 26 September 1960 di kawasan
Kampung Melayu Besar, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Kampung Melayu,
Jakarta Timur (sekarang masuk wilayah Kampung Melayu Besar, RW 01, Kelurahan
Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan).
Jika dilihat sejarahnya maka ada delapan aspek yang mendasari kelahiran Karang
Taruna yaitu:
36
Keempat, Persoalan-persoalan yang bersinggungan dengan proses urbanisasi
dan modernisasi itu juga dirasakan akibat buruknya oleh anak-anak(aspek
demografis dalam pembangunan).
Kelima, Banyak keluarga yang tidak memiliki ruang yang cukup untuk
mengembangkan karakter dirinya sebagai manusia yang bermartabat(aspek
kemanusiaan).
Bertitik tolak dari delapan dimensi tersebut maka Karang Taruna mengembangkan
agenda dan strategi untuk:
Demikianlah seputar kelahiran Karang Taruna beserta latar belakang pemikiran dan
persoalan yang menyertainya. Fakta di seputar kelahiran itulah yang kelak di
kemudian hari ikut mewarnai corak dan perkembangan Karang Taruna sebagai
organisasi sosial di Indonesia.
Karang Taruna lahir pada saat dinamika bangsa berlangsung, melalui Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, Indonesia yang semula liberal berubah ke arah otoriter di
bawah kendali sistem Demokrasi Terpimpin. Karang Taruna mulai perannya untuk
mengembangkan partisipasi kemasyarakatan hingga ke masa Orde Baru (1965-
1998). Di masa orde reformasi Karang Tarunaterus menjadi organisasi yang
menjaga netralitasnya.
37
Perkembangan Karang Taruna dapat dibagi dalam pembagian waktu sebagai
berikut:
38
Taruna. Tahun 1985 ditetapkan oleh Menteri Sosial RI sebagai Tahun
Penumbuhan Karang Taruna, Tahun 1987 sebagai Tahun Kualitas Karang
Taruna, dan Keikutsertaan Karang Taruna dalam Program Nakasone
menyongsong abad 21 ke Jepang.
39
Ada proses yang perlu diketahui oleh siapa pun yang berkecimpung dalam
Karang Taruna, bahwa Karang Taruna dari masa ke masa tidak pernah berubah
haluan, Karang Taruna itu lahir dan dibentuk oleh masyarakat, lembaga ini lahir
karena kebutuhan masyarakat. Inilah prinsip yang harus dipegang teguh dan
Karang Taruna dibentuk semata-mata karena memang dibutuhkan oleh
masyarakat, terkait dengan penanggulangan masalah sosial, khususnya generasi
muda. Karang Taruna memiliki jati diri sebagai berikut:
40
BAB III
PENYELENGGARAAN ORGANISASI KARANG TARUNA
A. Klasifikasi Karang Taruna
Klasifikasi Karang Taruna adalah pengelompokan/kategorisasi Karang
Taruna atas dasar tingkat kemampuannya dalam melaksanakan atau
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsinya di lingkungan masing-
masing. Klasifikasi Karang Taruna meliputi:
41
42
B. Rapat-rapat dan Forum Pengambilan Keputusan dalam Karang
Taruna Rapat-rapat dan Forum Pengambilan Keputusan dalam
Karang Taruna terdiri dari:
c. Pelaksanaan MWKT:
1) MWKT berlangsung atas panggilan/undangan Pengurus Karang
Taruna Kelurahanyang bersangkutan;
2) Pengurus Karang Taruna Kelurahanyang bersangkutan membuka
persidangan MWKT dan menjadi Pimpinan Sidang Sementara guna
membahas Agenda Acara, Tata Tertib, dan Pemilihan Pimpinan
Sidang Pleno (PSP) MWKT dan menyerahkan palu persidangan
kepada PSP MWKT,dengan syarat jumlah Peserta Penuh sudah
hadir sekurangkurangnya setengah ditambah satu dari yang
diundang;
3) PSP berjumlah 3 (tiga) orang yang berasal dari unsur Pengurus
Karang Taruna Desa/Kelurahan1 (satu) orang serta unsur dari
Peserta Penuh 2 (dua) orang;
4) PSP berwenang menutup seluruh persidangan dan bertanggung
jawab merumuskan hasil-hasil MWKT lalu menyerahkan kepada
Pengurus Karang Taruna Kelurahan terpilih;
43
d. Pemilihan Langsung.
Bagi kelurahanyang telah siap baik kelembagaan, pembiayaan,
infrastruktur maupun kesadaran masyarakatnya, pemilihan Ketua
Karang Taruna dapat dilakukan secara langsung, dengan ketentuan:
1) Diikuti oleh seluruh Warga Karang Taruna yang terdaftar;
b. Hak Peserta:
1) Hak Suara hanya diberikan kepada Peserta Penuh dengan format
Satu orang Satu Suara atau One Man One Vote.
44
c. Wewenang Rapat Kerja:
1) Menetapkan peraturan organisasi sesuai tingkatannya atau
prosedur administratif yang dibutuhkan;
2) Mengevaluasi program kerja dan menetapkan program kerja
jangka pendek, menengah, dan panjang selanjutnya;
3) Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai Rekomendasi Rapat
Kerja dan Rekomendasi Raker lainnya baik yang bersifat internal
maupun eksternal.
45
4) Mengevaluasi dinamika organisasi dan batas-batas tugas,
tanggung jawab, dan wewenang pengurus yang bersangkutan;
5) Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.
C. Organisasi Kepengurusan
1. Kepengurusan Karang Taruna dibentuk dalam forum pengambilan
keputusan tertinggi Karang Taruna yakni Musyawarah Warga Karang
Taruna melalui mekanisme formatur.
46
4. Karena itu setiap Karang Taruna desa/kelurahan memiliki organisasi
kepengurusan dengan struktur sekurang-kurangnya terdiri dari: a. Ketua;
b. Wakil Ketua c. Sekretaris; d. Wakil Sekretaris, e. Bendahara; f. Ketua
Bidang/seksi, yang jumlahnya sesuai kebutuhan;
47
3. Pembentukan MPKT dan kepengurusannya dilakukan dan disahkan dalam
Musyawarah Warga Karang Taruna melalui mekanisme formatur dengan
masa bakti yang sama dengan masa bakti kepengurusan Karang Taruna
yang bersangkutan.
5. Setelah rencana dan usulan tersebut disetujui oleh RPP, maka Pengurus
Karang Taruna yang bersangkutan memberikan tugas kepada ketua seksi
yang bersangkutan dalam koordinasi dengan salah satu wakil ketua untuk
mempersiapkan segi-segi administratif, organisasi, maupun teknis yang
terkait dengan Pembentukan lembaga dimaksud;
48
b. Untuk kebutuhan akan keahlian tertentu harus berasal dari
kalangan profesional di bidangnya;
c. Untuk posisi tertentu dengan pertimbangan teknis administratif
dapat berasal dari kalangan pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan dengan status ex officio;
49
4. Pembekuan dan pembubaran UT/UK dilaksanakan dengan
pencabutan terhadap SK pembentukannya oleh pengurus
Karang Taruna yang bersangkutan.
50
G. Sinergi dan Kemitraan
1. Dalam mengemban misi dan mencapai tujuannya, Karang Taruna
disarankan untuk melakukan sinergi dan kemitraan dengan berbagai pihak
khususnya pemangku kepentingan pembangunan kesejahteraan sosial di
desa/kelurahan.
51
terpadu, terarah dan berkesinambungan di mulai dari proses
perencanaan bersama (musrenbang).
c. RT/RW, dalam hal kerjasama pembangunan di lokal RT/RW yang
sudah pasti melibatkan partisipasi generasi muda, termasuk
kesiapan Karang Taruna dalam penyediaan kepemimpinan
masyarakat kedepan.
52
c. Palang Merah Indonesia (PMI), dalam hal kegiatan-kegiatan
kemanusiaan dan penanggulangan bencana.
53
BAB IV
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KARANG TARUNA
54
b) Koordinasi dalam penyampaian kebijakan organisasi
yang akan diteruskan kesemua pengurus dan anggota
sesuai dengan keinginan organisasi.
c) Membantu kelancaran organisasi secara keseluruhan.
d) Sebagai saluran informasi.
e) Pendistribusian surat organisasi keseluruh jajaran dan
pihak lain yang terkait dengan maksud surat dan
program.
55
c) Penomoran surat menganut prinsip deret hitung
berdasarkan jenis suratnya dan berlaku untuk jangka
waktu 1 (satu ) tahun
2) Pembuatan Surat, harus memuat prinsip-prinsip berikut :
a) Menentukan tujuan dan maksud penulisan surat
b) Menempatkan gagasan-gagasan yang menjadi isi surat
dengan urutan-urutan yang baik
c) Menggunakan tata bahasa yang baik
d) Singkat dan jelas tanpa mengurangi kepatutan
3) Jenis-jenis surat
a) Surat Biasa (B), kelompok jenis surat yang berisi
pemberitahuan, permintaan/permohonan, undangan
acara/kegiatan dan pengantar.
b) Surat Keputusan (K), kelompok jenis surat yang berisi
kebijaksanaan pokok, sifatnya umum berlaku dan
harus ditaati oleh/bagi seluruh/sebagian
anggota/pengurus Karang Taruna.
c) Surat Tugas/Mandat/Perintah (T), kelompok jenis surat
yang berisi penugasan, perintah, dan mandat dari
pengurus yang mempunyai kewenangan untuk dan
atas nama organisasi.
d) Surat Rekomendasi (R), kelompok jenis surat yang
bersifat khusus karena berisi pemberian rekomendasi,
pernyataan, dukungan dan usulan untuk kepentingan
pengembangan kader/aktivis dan organisasi dalam
berbagai sektor.
4) Surat Keluar
Surat keluar terdiri dari 2 (dua) macam :
a) Internal Organisasi , adalah surat yang ditujukan
kepada pengurus/anggota Karang Taruna,
ditandatangani oleh ketua dan sekretaris atau
pengurus sesuai bidangnya yang diberi kewenangan
untuk itu.
b) Eksternal Organisasi, adalah surat untuk pihak luar
organisasi ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.
c) Apabila salah satu diantara Ketua dan Sekretaris
berhalangan menandatangani surat keluar organisasi,
maka dapat salah satunya digantikan oleh unsur Wakil
Ketua dan /atau unsur Wakil Sekretaris
d) Penandatanganan dan stempel organisasi dalam surat
keluar harus asli dan tidak boleh menggunakan photo
copy terutama surat keluar eksternal organisasi.
56
5) Surat Masuk
a) Surat Masuk adalah semua surat atau berita yang
diterima dari pihak lain maupun internal organisasi
Karang Taruna.
b) Penerimaan surat masuk dipusatkan pengurusannya di
sekretariat organisasi Karang Taruna.
c) Semua surat atau berita yang masuk harus dicatat
sesuai dengan sifatnya ke dalam buku Agenda Surat
Masuk.
d) Lembaran disposisi dipergunakan oleh Ketua atau
Sekretaris kepada pengurus yang diberi kewenangan
untuk mengambil tindakan terhadap keterangan dan
untuk penyelesain suatu masalah sesuai dengan isi
surat masuk tersebut.
57
tugas/mandat/perintah melaksanakan sesuatu atas
nama organisasi untuk menjadi bahan masukan dan
dokumen bagi organisasi.
d) Laporan Insidentil, adalah laporan yang dibuat ketika
Karang Taruna memperoleh dana stimulant atau dana
hibah dari Instansi pemerintah maupun non
pemerintah
b. Sistematika Penyusunan
Laporan Secara umum penyusunan laporan harus memuat
sekurang-kurangnya sistematika dibawah ini, yakni :
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Dasar c.
c. Maksud dan Tujuan
2. Rencana Kerja
a. Program/kegiatan
b. Personalia
c. Data penerima program
d. Keuangan
5. Penutup
a. Kesimpulan b.
b. Saran dan rekomendasi
6. Lampiran-lampiran
58
2) Perencanaan keuangan didasarkan pada jumlah
keseluruhan kebutuhan yang ditetapkan bersama
dalam rangka menjalankan roda organisasi dan
program-program kerjanya.
3) Perencanaan keuangan organisasi diselenggarakan
berdasarkan prinsip berimbang antara kekuatan yang
dimiliki dan potensi sumber daya keuangan yang
mungkin dapat diserap, dengan jumlah kebutuhan
keuangan yang disusun.
4) Perkiraan pemasukan keuangan organisasi harus
disusun sesuai dengan perkiraan anggaran organisasi
untuk 1 tahun kegiatan dan satu periode kepengurusan
Karang Taruna yang bersangkutan.
59
b) Penyertaan modal kerja bagi usaha-usaha
strategis terutama yang dikelola oleh Warga
Karang Taruna dengan skema kerjasama yang
menguntungkan.
60
4) Jasa organisasi yang berasal dari keuntungan atas
dasar kerjasama sponsorship kegiatan/program
tertentu.
61
f. Laporan Keuangan Organisasi
1) Laporan Keuangan organisasi adalah setiap langkah
pertanggungjawaban administratif terhadap
penggunaan keuangan organisasi dan informasi
terhadap keadaan keuangan organisasi.
2) Laporan keuangan organisasi berdasarkan ketentuan
dalam Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK), terdiri dari :
a) Neraca, menggambarkan posisi keuangan yang
berupa aktiva dan kewajiban keuangan organisasi
pada setiap bulannya.
b) Laporan Arus Kas, Menggambarkan kemampuan
organisasi dalam menghasilkan kas dan setara
kas dan kebutuhan organisasi dalam
memanfaatkan dana tersebut, yang
diklasifikasikan sebagai aktivitas donasi dan
pendanaan.
3) Laporan Penggunaan keuangan organisasi harus
berisikan uraian penggunaan, tanggal transaksi dan
bukti kuitansi
4) Laporan terhadap pengelolaan keuangan organisasi
harus disampaikan oleh bendahara yang ditunjuk
dihadapan forum rapat Pengurus Pleno
5) Laporan Keuangan yang disajikan harus memenuhi
persyaratan umum dan kualitatif, yakni:
a) Dapat dipahami.
b) Periode laporannya jelas.
c) Dapat dibandingkan.
d) Penyajiannya konsisten.
e) Keandalannya dapat diuji.
f) Relevan.
g) Saling hapus.
h) Tepat Waktu.
g. Data dan Informasi
Penataan data pemerlu pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS/PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
Guna mendapatkan data tersebut, Karang taruna perlu
melakukan pendataan dan pemutakhiran data secara berkala
misalnya setiap tahun, setiap dua tahun dan seterusnya sesuai
kebutuhan. Langkahlangkah melakukan pendataan:
a) Penyiapan bahan dan materi survey
b) Survey dan observasi PPKS dan PSKS
c) Pencatatan data PPKS dan PSKS
62
d) Inventarisasi data PPKS dan PSKS
e) Identifikasi data PPKS dan PSKS
f) Pemasangan data PPKS di sekretariat Karang Taruna.
63
7. Keluarga pioner (keluarga yang mampu mengatasi
masalahnya dengan cara-cara efektif dan bisa dijadikan
panutan bagi keluarga lainnya)
8. Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat
(WKSBM)
9. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial (wanita yang mampu
menggerakkan dan memotivasi penyelenggaraan
kesejahteraan sosial di lingkungannya).
10. Penyuluh Sosial
11. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK)
12. Badan usaha
64
BAB V
PROGRAM KERJA KARANG TARUNA
A. Jenis Program
1. Rekreasi, Olahraga dan Kesenian (ROK)
a. Tujuan :
1) Mencegah remaja/generasi muda dari permasalahan sosial.
2) Tersalurkannya minat dan bakat remaja dalam kegiatan .
ROK
3) Menjaring bibit untuk peningkatan prestasi.
4) Meningkatnya kebersamaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Sasaran :
1) Seluruh warga masyarakat.
2) Warga Karang Taruna berusia 13 – 45 tahun.
3) Pengurus Karang Taruna.
c. Keluaran :
1) Terlaksananya kegiatan rekreasi, olahraga dan kesenian bagi
generasi muda baik insidentil, rutin dan melembaga.
2) Terlibatnya warga Karang Taruna dalam kegiatan ROK.
d. Manfaat :
1) Berkurangnya permasalahan sosial generasi muda.
2) Meningkatnya kreativitas remaja di desa/kelurahan
65
2. Pelayanan Sosial
a. Tujuan :
1) Tersedianya kegiatan pelayanan bagi PPKS yang ada.
2) Adanya dukungan pemenuhan kebutuhan dasar oleh Karang
Taruna.
3) Meningkatnya taraf kesejahteraan sosial masyarakat
b. Sasaran :
1) Warga Karang Tarunayangmen jadi PPKS .
2) PPKS pada umum yang ada di desa/kelurahan.
3) Masyarakat desa/kelurahan
4) Seluruh warga masyarakat.
5) Warga Karang Taruna berusia 13 – 45 tahun.
6) Pengurus Karang Taruna.
c. Keluaran :
1) Terlaksananya kegiatan pelayanan sosial oleh Karang
Taruna.
2) Tersedianya sistem rujukan bagi PPKS ke instansi terkait.
3) Terlayaninya PPKS dalam pemenuhan kebutuhan sosialnya.
d. Manfaat :
1) Dirasakannya keberadaan Karang Taruna dalam
pengentasan PPKS.
2) Adanya program pelayanan sosial oleh Karang Taruna yang
melembaga.
66
3. Usaha Ekonomi Produktif
a. Tujuan :
1) Meningkatnya kesempatan berusaha bagi masyarakat
2) Terserapnya tenaga kerja di kalangan generasi muda.
3) Meningkatnya perekonomian masyarakat desa/kelurahan
4) Meningkatnya jiwa dan semangat kewirausahaan pemuda
b. Sasaran :
1) Warga Karang Taruna sebagai pelaku usaha.
2) Pengurus Karang Taruna sebagai pelaku usaha.
3) Pengelola UEP Karang Taruna.
c. Keluaran :
1) Bertambahnya lapangan usaha baru yang produktif.
2) Bertambahnya UEP Karang Taruna.
3) Bertambahnya tenaga kerja baru.
4) Bertambahnya wirausahawan dari Karang Taruna.
d. Manfaat :
1) Meningkatnya kreativitas dan jiwa kewirausahaan generasi
muda.
2) Meningkatnya ekonomi kreatif oleh generasi muda.
3) Meningkatnya daya beli dan geliat ekonomi masyarakat.
67
4. Pendidikan dan Pelatihan
a. Tujuan :
1) Meningkatnya kapasitas individu pengurus/aktivis Karang
Taruna.
2) Meningkatnya penyelenggaraan pendidikan oleh Karang
Taruna.
3) Meningkatnya kapasitas kelembagaan Karang Taruna
desa/kelurahan.
4) Meningkatnya kapasitas Warga Karang Taruna.
b. Sasaran :
1) Pengurus dan aktivis Karang Taruna desa/kelurahan.
2) Warga Karang Taruna terutama usia 13 – 20 tahun.
3) Masyarakat desa/kelurahan Warga Karang Taruna sebagai
pelaku usaha.
c. Keluaran :
1) Tersedianya sarana pendidikan informal dan nonformal.
2) Terlatihnya masyarakat sebagai kader/calon aktivis Karang
Taruna.
3) Terberdayanya aktivis Karang Taruna menjadi pengurus
yang baik.
d. Manfaat :
1) Meningkatnya kualitas SDM generasi muda umumnya.
2) Terselenggaranya organisasi Karang Taruna secara lebih
tertib.
3) Meningkatnya kebutuhan pendidikan masyarakat
68
5. Program Lainnya (pengembangan)
a. Tujuan :
1) Meningkatnya kreativitas Karang Taruna.
2) Meluasnya wawasan pengurus/aktivis Karang Taruna.
3) Menguatnya peran-peran Karang Taruna.
4) Terciptanya variasi dan inovasi kegiatan.
b. Sasaran :
1) Pengurus dan aktivis Karang Taruna.
2) Warga Karang Taruna.
3) Masyarakat desa/kelurahan.
c. Keluaran
1) Terlaksananya program-program pendukung yang
erorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial
masyarakat.
2) Terlaksananya program-program pengembangan Karang
Taruna.
3) Terlibatnya secara aktif Warga Karang Taruna dan
masyarakat pada umumnya dalam pengembangan
Pilihan Bentuk Kegiatan:
Jenis
Bentuk Kegiatan Sifat Frekuensi Keterangan
Kegiatan
Sesuai Bisa disatukan dalam
1. Penghijauan dilahan kritis Massal
Kebutuhan event
Kampanye Gerakan Kebersihan Rutin
2. Kepeloporan Jangka Pendek
kelurahan tahunan
Lingkungan
Pembuatan dan Pengembangan
Hidup 3. Kelembagaan tentatif Sesuai Kebutuhan
taman Karang Taruna
Pembuatan dan
4. Pengembangan Taman Kepeloporan Rutin Jangka Menengah
Obat Keluarga
Pengembangan Kegiatan
Penyaluran
1. Keterampilan tata boga, tata Rutin Jangka Menengah
Minat & Bakat
Busana dan Lainnya
Penyediaan Aktivis perempuan Sesuai
2. KT Sebagai kader pos yandu, Pengkaderan kondisi dan Jangka Panjang
pengajar PAUD, dll kebutuhan
Pemberdaya Terutama dalam
an Pelibatan Aktivis perempuan KT Sesuai kegiatan
Perempuan 3. dalam Berbagai kegiatan Karang Partisipasi kondisi dan pemberdayaan
Taruna kebutuhan masyarakat &
pelayanan sosial
Pemberian kesempatan kader Sesuai
perempuan Karang Taruna Kondisi
4. Emansipasi Jangka Menengah
dalam kepemimpinan organisasi
& Kegiatan
Penyelenggaraan Majalah Fasilitas Dan Rutin Tempat Di kantor
1.
Dinding Karang Taruna Informasi Bulanan Desa/Kelurahan
Penerbitan Buletin atau Majalah
2. Informasi Rutin Jangka Pendek
Kehumasan Karang Taruna
Teknologi Website, Email, FB,
Pengembangan Sistem Informasi
3. informasi dan Rutin IG, Twitter &
Karang Taruna
Medsos Sejenisnya
69
Bisa juga dengan
Buka Bersama Pengurus Karang Setiap
1. Kebersamaan anak yatim & Dhuafa
Taruna Tahun
Sesuai
2. Penyelenggaran Tabligh Akbar Ibadah Masal Iniatif atau bermitra
Momentum
Masal dan Sesuai Islam/Krinten/Katolik/
Keagamaan 3. Penyelenggaraan Hari Besar
inisiatif Momentum Budha/Hindu, dll
Dalam Kerjasama
Ikut Serta dalam Perayaan Hari Sesuai
4. Dukungan dengan masyarakat
Besar Keagamaan Momentum
desa/kelurahan
Sesuai Misalnya dalam
5. Lomba-lomba Keagamaan Kompetisi
Event rangka maulid, dll
B. Tahapan Program
1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan organisasi Karang
Taruna dan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Tahapan
melakukan rencana:
a. Menetapkan tujuan atau beberapa tujuan. Apa kebutuhan atau
keinginan dari Karang Taruna yang ingin diwujudkan dalam waktu
tertentu: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang.
b. Merumuskan keadaan saat ini. Menghimpun dan mengolah data
tentang kondisi sumber daya seperti SDM, keuangan, sarana
prasarana dan seterusnya.
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat
memperhitungkan faktor-faktor di lingkungan internal dan eksternal
yang mempengaruhi pencapaian tujuan. Lingkungan internal yang
berpengaruh langsung dalam organisasi meliputi anggota Karang
Taruna, Ketua dan pengurus didalamnya. Lingkungan eksternal
dibagi dua yaitu yang berpengaruh langsung dan tidak langsung.
Lingkungan eksternal yang berpengaruh langsung seperti Kantor
Desa/Kelurahan, Organisasi Kepemudaan lain sebagai pesaing,
donatur dan lainnya; Lingkungan eksternal yang tidak berpengaruh
langsung seperti Posyandu, PKK, Perusahaan, dan seterusnya
d. Menyusun dan memilih berbagai alternatif program/kegiatan untuk
mencapai tujuan atau beberapa tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
memilih alternatif program/kegiatan bisa dengan cara
membandingkan atau mengukur masing-masing alternatif dari hal-hal
sebagai berikut:
1) Kekuatan (strengtheness), merupakan keunggulan
program/kegiatan dilihat dari: dampaknya terhadap
kehidupan anggota dan masyarakat, dukungan masyarakat,
beban keuangan/anggaran.
2) Kelemahan (weaknessess), merupakan kekurangan
program/kegiatan dilihat dari alternatif yang ditawarkan
seperti beban anggaran yang besar, kurang menarik minat
masyarakat atau donatur, kelembagaan yang kurang pas.
70
3) Peluang (opportunities), melihat kesempatan/ peluang
eksternal apa yang akan mendukung diterimanya
program/kegiatan ini seperti: sejalan dengan kebijakan
program pemerintah desa/kelurahan, menjadi perhatian
masyarakat, mendukung investasi, dst.
4) Masalah (problem), masalah-masalah apa yang mungkin
menghambat diterimanya program/kegiatan oleh
masyarakat dilihat dari alternatif yang ada. Setiap
program/kegiatan mungkin mengandung konsekuensi yang
tidak menyenangkan bagi orang lain seperti program
wilayah dari bebas rokok
5) Tindakan (action), tindakan atau langkah apa yang dapat
atau perlu dilakukan untuk mengatasi kelemahan dan
masalah dari masing-masing alternatif kebijakan. Penilaian
kelayakan mencakup apakah program/kegiatan ini realistis
atau tidak, sulit untuk diimplementasikan. Pertanyaannya
apakah tindakan yang dilakukan akan mencapai tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai, sesuai atau tidak solusi dengan
target masalah yang akan dipecahkan, dan seterusnya.
71
d. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia/tenaga kerja.
e. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang
paling tepat.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota Karang Taruna dan pihak lain yang dilibatkan berusaha untuk
mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan. Menggerakkan
orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran
untuk mencapai tujuan secara efektif menjadi hal penting dalam
organisasi. Agar dapat menggerakan orang-orang secara sukarela
dibutuhkan adalah kepemimpinan. Seorang pemimpin harus dapat
mengambil tindakan-tindakan untuk membuat orang yang dipimpinnya
mau bergerak melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
Tindakan-tindakan pemimpin dapat merupa memberi perintah, arahan,
nasehat, dorongan dan motivasi kerja, serta pemecahan masalah dengan
cara mengkomunikasikannya dengan jelas dan tegas. Agar setiap orang
mau melaksanakan tugasnya dengan baik, maka pemimpin harus dapat
meyakinkan bahwa orang yang dipimpinnya:
1) Merasa mampu mengerjakan.
2) Memiliki keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat
bagi dirinya (dan juga orang lain/bernilai).
3) Tidak sedang dalam masalah atau sedang melakanakan tugas lain
yang lebih penting atau mendesak.
4) Meyakinkan bahwa tugas tersebut merupakan kepercayaan, dan
hubungan antarteman dalam organisasi tersebut dalam kondisi
harmonis.
72
yang dilakukan, instrumen evaluasi apa yang akan digunakan,
siapa saja yang akan melakukan, dan apa saja yang akan
dihasilkan.
3) Pengumpulan data. Berdasarkan rancangan kegiatan evaluasi
yang telah disiapkan, maka kemudian dilaksanakan
pengumpulan data dengan menggunakan instrumen
wawancara, survey, observasi, dan seterusnya.
4) Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, maka
dapat diolah dan dianalisis, sehingga dapat menghasilkan fakta
yang dapat dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara fakta
dengan rencana untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kegagalan serta faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.
5) Pelaporan hasil evaluasi. Hasil evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk laporan hasil evaluasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan hasil evaluasi
berbentuk narasi/uraian yang dapat dilengkapi dengan tabel,
grafik, foto-foto dan data lainnya yang relevan.
C. Pelaporan
Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh bawahan atau
tim kerja/panitia yang diberi tugas pekerjaan untuk menyampaikan hal-
hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan
selama satu periode tertentu sebagai bentuk komunikasi dan
pertanggungjawaban. Unsur yang harus dimuat dalam laporan:
1) Nama kegiatan
2) Jenis-Jenis Kegiatan
3) Waktu
4) Tempat
5) Peserta dan
6) Proses pelaksanaan
7) Hasil yang dicapai
8) Faktor pendukung dan penghambat
9) Lampiran-lampiran seperti surat keputusan, foto-foto, dst.
73
Lampiran-lampiran
Buku Pedoman Karang Taruna
Keterangan :
1. Logo Karang Taruna dan Logo kabupaten/kota berwarna sesuai dengan
aslinya;
2. Warna dasar kertas putih dengan warna tulisan hitam;
3. Warna dasar kertas dapat dimodifikasi dengan ketentuan warna terang
4. Modifikasi alamat sekretariat bisa dilakukan, misalnya dengan
menempatkan di bawah kop surat;
5. Bahan kertas minimal HVS ukuran 70 gram;
6. Ukuran kertas : folio (21,5 x 33 Cm)
7. Format untuk Amplop dapat mengikuti format kop surat dengan ukuran
kertas yang berbeda;
74
b. Contoh Stempel
Keterangan :
1. Stempel sah harus memuat:
a) Tingkat kepengurusan (Pengurus Kelurahan, Pengurus Kecamatan
atau Pengurus Kota)
b) Nama satuan Kepengurusan (Nama Kelurahan,Nama Kecamatan atau
Nama Kota)
c) Kode Matrik Satuan Kepengurusan yang di dapat dari Pengurus
Karang Taruna Kecamatan atau Pengurus Karang Taruna Kota.
75
c. Papan Nama Sekretariat
d. Kartu Iuran
Tampak Depan
76
Tampak Tengah
Tampak Belakang
e. Buku Administrasi
77
78
Buku Notulen Rapat:
Jenis Rapat : ……………………………………
Hari, tanggal : …………, ……………………….
Waktu : pukul :………..s/d……………..
Tempat : ……………………………………
Pimpinan Rapat : ……………………………………
Peserta Rapat : ……. orang (absensi terlampir)
Agenda : 1. …………………………………
2…………………………………
Hasil dan Kesimpulan :
1……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
2……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
3……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
4……………………………………………………………………………
……………………………………………………........................
_________________ ___________________
79
80
81
82
83
84
85
BAB V
PENUTUP
Demikian buku Panduan Kerja Karang Taruna ini disusun, sebagai wujud
dari kesungguhan dalam memberdayakan masyarakat dan Karang Taruna itu
sendiri, khususnya di Kota Tasikmalaya, dengan memberikan informasi dan
panduan tentang bagaimana menyelenggarakan dan mengoperasionalkan Karang
Taruna di kelurahan agar lebih efektif dan efisien. Karang Taruna mempunyai nilai
strategis sebagai bagian yang sangat potensial dalam penyelenggaraan
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, karena itu menyelenggarakan dan
mengoperasionalkannya secara benar dan sesuai dengan panduan, diharapkan
mampu memberdayakan dan mengembangkan Karang Taruna di kelurahan
menjadi lembaga kemasyarakatan dibidang kesejahteraan sosial yang produktif
dan memiliki banyak manfaat terutama bagi peningkatan taraf kesejahteraan sosial
masyarakatnya. Dengan panduan kerja ini diharapkan Karang Taruna di Kota
Tasikmalaya mampu diposisikan secara tepat sebagai modal dasar pembangunan
kesejahteraan sosial yang lebih merata dan menjangkau seluruh Kota Tasikmalaya.
86
87