Anda di halaman 1dari 100

PERATURAN MENTERI SOSIAL RI

NOMOR 25 TAHUN 2019


TENTANG KARANG TARUNA

DAN PEDOMAN KERJA KARANG TARUNA


DI PROVINSI JAWA BARAT

Diterbitkan oleh:
Pengurus Karang Taruna Provinsi Jawa Barat
Tahun 2019

TIM PENYUSUN BUKU:

Penanggungjawab: Ketua Pengurus Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


1. Muhammad Satria, S.Sos., M.Si (Ketua)
2. Salman Nurdin, S.Pd.I (Sekretaris)
3. Rahmat Durahmat, SH (Anggota)
4. Dr. Itto Turyandi, MAP (Anggota)
5. Yosef Agung Komara, S.Sos.I (Anggota)

Editor: 1. M. Satria
2. Salman .N
3. Reza. Vp

Penerbit: KTJabarpress.
PENGANTAR

Memahami Karang Taruna yang sudah hampir 60 tahun usianya dianggap penting
apabila dilihat dari perspektif regulasinya yang telah berulang kali lahir. Perbaikan regulasi yang
terus menerus bukan hanya wujud dari upaya melakukan penyesuaian terhadap kondisi kekinian
tetapi juga sangat penting guna membangun orientasi masa depan organisasi tersebut,
masihkah Karang Taruna memiliki relevansi dalam pergerakan dan pencapaian visi dan
tujuannya?

Setelah 4 kali memiliki keputusan (2) dan peraturan (2) Menteri Sosial RI, kali ini telah
terbit Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 25 Tahun 2019 tentang Karang Taruna. Sejarah baru
mencatat bahwa peraturan ini tidak mengatur tentang hukum dasar Karang Taruna secara utuh,
karena substansinya lebih berkenaan pada soal tata hubungan antara Karang Taruna dengan
pemerintah dan para pemangku kepentingannya. Hal tersebut membuktikan bahwa Karang
Taruna adalah lembaga independen yang memiliki hak mengatur rumah tangganya sendiri
secara konstitusi dengan arah dan esensi pergerakan yang tetap pada bidang kesejahteraan
sosial. Karang Taruna setelah puluhan tahun dianggap telah mampu membangun kemandirian
kelembagaan yang harus dijadikan pijakan penting dalam menyelenggarakan kesejahteraan
sosial bagi dirinya dan masyarakatnya.

Karena itu, seiring dengan telah lahirnya Permensos Nomor 25 tahun 2019, maka kami
menganggap penting untuk segera melakukan sosialisasi guna secepat mungkin memberikan
pemahaman dan kesamaan persepsi menuju kesamaan gerak dan langkah yang dibutuhkan
dalam mengakselerasi pembangunan kesejahteraan sosial di Jawa Barat yang dilakukan oleh
Karang Taruna. Karena itu buku iniditerbitkan untuk memberikan kemudahan bagi para pejuang
sosial yang tergabung di Karang Taruna, menjadikannya pedoman bagi kerja-kerja
sosialnya.Untuk memberikan gambaran utuh dan kemudahan berikutnya, buku ini juga kami
lengkapi dengan Pedoman Kerja Karang Taruna yang ditujukan bagi Karang Taruna di
desa/kelurahan di Provinsi Jawa Barat, serta selayang pandang (Pengurus) Karang Taruna
Provinsi Jawa Barat, baik kelembagaan maupun program-program kerjanya.

Rasa syukur yang berlimpah kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa tentu tak henti-
hentinya kami panjatkan.Karena kami sangat yakin jika bukan karena berkat rahmatNYA,
penyusunan buku ini tidak akan berhasil. Harapan kami, tentu buku ini harus mendapat tempat
penting bagi para aktivis dan pengurus Karang Taruna agar benar-benar dapat menjadi pijakan,
pedoman dan referensi yang bermanfaat. Kiranya, buku ini dapat dibaca serta dijadikan referensi
terutama oleh para aktifis/pengurus Karang Taruna di desa/kelurahan, Pembina, mitra kerja, dan
para pemangku kepentingannya, dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan Karang
Taruna menjadi semakin baik lagi. Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini, terutama kepada Bapak Gubernur
Jawa Barat. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan bimbingan, hidayah dan
keridhaan kepada setiap niat baik dan langkah kita, amin! Terimalah salam kami: ADHITYA KARYA
MAHATVA YODHA!

Bandung, Desember 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Ÿ Pengantar
Ÿ Daftar Isi
Ÿ Teks Lagu Indonesia Raya
Ÿ Naskah Dasa Sakti Karang Taruna
Ÿ Sambutan Ketua Pengurus Karang Taruna Provinsi Jawa
Barat
Ÿ Sambutan Ketua Majelis Pertimbangan Karang Taruna
Provinsi Jawa Barat
Ÿ Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 25 Tahun 2019 tentang
Karang Taruna
Ÿ Lampiran Permensos RI Nomor 25 Tahun 2019
Ÿ Pedoman Kerja Karang Taruna
Ÿ Lampiran Pedoman Kerja Karang Taruna
Ÿ Selayang Pandang Karang Taruna Provinsi Jawa Barat
Ÿ Program-Program Kerja Karang Taruna Provinsi Jawa Barat
(the profile)
Ÿ Penutup

ii
INDONESIA RAYA
Cipt: W.R. Supratman

Indonesia Tanah Airku


Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku
Indonesia Kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru, Indonesia Bersatu…

Hiduplah tanahku hiduplah negeriku


Bangsaku rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Reff:

Indonesia Raya Merdeka – merdeka


Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia Raya Merdeka – merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia Raya Merdeka – merdeka


Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia Raya Merdeka – merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

iii
DASA SAKTI KARANG TARUNA
(HASIL RAKERNAS KT 2012 DI BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU)

1. KARANG TARUNA BERWATAK SOSIAL.

2. KARANG TARUNA BERKEDUDUKAN DI DESA/KELURAHAN ATAU


KOMUNITAS ADAT SEDERAJAT.

3. KARANG TARUNA BERSIFAT LOKAL YANG DILANDASI OLEH NILAI-NILAI


KEARIFAN BUDAYA SETEMPAT.

4. KARANG TARUNA BERBENTUK OTONOM YAKNI MENYELENGGARAKAN


KEGIATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL SENDIRI UNTUK MASYARAKATNYA.

5. KARANG TARUNA BERSIFAT NON-PARTISAN YAKNI INDEPENDEN


DALAM PENDIRIAN POLITIKNYA.

6. SUMBERDAYA MANUSIA KARANG TARUNA ADALAH PEJUANG YANG


DENGAN PENGETAHUAN DAN KEPRIBADIANNYA SELALU BERKARYA
NYATA.

7. TUGAS POKOK KARANG TARUNA ADALAH MENCEGAH PERMASALAHAN


SOSIAL DAN MENGEMBANGKAN POTENSI SOSIAL-EKONOMI
MASYARAKATNYA.

8. KARANG TARUNA MEMILIKI KEANGGOTAAN TERBESAR DAN TERBUKA


BAGI SELURUH WARGA MASYARAKAT TANPA MEMANDANG JENIS
KELAMIN, STATUS SOSIAL EKONOMI, AGAMA, SUKU DAN PENDIRIAN
POLITIK.

9. P E M B E R D AYA A N D A N P E N G E M B A N G A N K A R A N G TA R U N A
DISELENGGARAKAN OLEH JEJARING KEPENGURUSAN YANG BERSIFAT
HORISONTAL.

10. KARANG TARUNA ADALAH KOMPONEN UTAMA BANGSA DALAM


PENGEMBANGAN KEMITRAAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN
SOSIAL DAN SEBAGAI PEREKAT PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA.

iv
Sambutan
Ketua Pengurus Karang Taruna Provinsi Jawa Barat

Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Salam Kesetiakawanan Sosial!

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat merupakan bagian dari


entitas generasi muda yang terus berkembang dalam gerakan masif
untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat khususnya kaum muda
di berbagai bidang yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
sosial. Ekonomi dan kualitas SDM menjadi isu pokok dalam
menguatkan kapasitas penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang
dikelola oleh Karang Taruna, khususnya di Jawa Barat. Karena itu dibutuhkan regulasi yang
bukan hanya memberi dasar dan ruang besar bagi pergerakannya terapi juga mendukung
penuh peran generasi muda dalam pembangunan yang integratif dan melibatkan anak
muda.

Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 25 Tahun 2019 tentang Karang Taruna adalah
regulasi baru yang dikeluarkan Kementerian Sosial RI. Permensos ini lebih memberikan
ruang gerak bagi Karang Taruna dalam penyesuaian terhadap kerangka pikir, kreativitas
dan inovasi yang dibutuhkan generasi muda dalam era milenial saat ini. Fungsi pemerintah
sebagai ayah bagi Karang Taruna lebih diletakkan dalam kapasitas untuk memfasilitasi,
mengarahkan, menjadi pendamping dan melatih anak muda terutama menyangkut
pentingnya pembentukan karakter anak muda yang hebat dantangguh serta selalu berpikir
dan berorientasi positif setidaknya bagi dirinya sendiri.

Bagi kami di Jawa Barat, kehadiran Permensos 25 Tahun 2019 harus bermakna besar
bukan hanya semata sebagai panduan tetapi harus menjadi dasar sekaligus memberi arah
penting dalam agenda dan program unggulan pemberdayaan masyarakat berbasis
keluarga. Meski basis Karang Taruna adalah komunitas anak muda, tetapi
kamimenganggap bahwa sumber permasalahan sosial kerap muncul dari keluarga yang
fungsinya di era milenial ini telah banyak berubah, diantaranya pengasuhan dan agenda
keayahan yang hampir hilang. Asumsinya adalah jika permasalahan di keluarga bisa
tertangani, maka penyelesaian masalah sosial anak muda juga merupakan keniscayaan.

Untuk itu kami cetak dan perbanyak buku Permensos ini yang dilengkapi oleh
Pedoman Kerja Karang Taruna serta selayang pandang kelembagaan dan program kerja
Karang Taruna Provinsi Jawa Barat, diharapkan mampu memberikan warna berbeda dalam
pemberdayaan dan pengembangan Karang Taruna di Provinsi Jawa Barat yang lebih
progresif, bersinergi dan lebih profesional khususnya diinternal Karang Taruna. Pun dalam
kerangka mendukung dan menyesuaikan dengan visi dan misi Pemerintah Provinsi Jawa
Barat yang Juara Lahir Batin. Salam Adhitya Karya Mahatva Yodha!

Bandung, Desember 2019

Drs. H. R. Subchan Daragana

v
Sambutan
Ketua Majelis Pertimbangan Karang Taruna Provinsi Jawa Barat

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!


Salam Kesetiakawanan Sosial!

Membangun dan mengembangkan Karang Taruna menjadi


keniscayaan dan keseharian yang berurat dan berakar di Jawa Barat.
Maka menjadikan Jawa Barat sebagai barometer pengembangan
Karang Taruna di tanah air, menjadi pencapaian yang kondusif. Selain
kualitas SDM, kapasitas dan kualitas Karang Taruna berprestasi atau teladannya juga selalu
muncul terdepan di setiap tahunnya.

Kondisi tersebut ditopang oleh regulasi yang sesungguhnya telah mumpuni bagi
Karang Taruna, baik ditingkat nasional maupun provinsi. Terlebih saat ini telah terbit
Permensos Nomor 25 Tahun 2019 tentang Karang Taruna. Tentu pemberdayaan,
pengembangan, dan keberadaan Karang Taruna di Jawa Barat diyakini akan menjadi lebih
baik lagi. Karena dalam pandangan saya, Permensos 25/2019 merupakan regulasi yang
lebih progresif, akomodatif dan memberi ruang seluas-luasnya bagi Karang Taruna untuk
menata dimensi kelembagaan serta berkreasi dalam program diberbagai bidang yang
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat.

Guna melecut, memotivasi dan meningkatkan capaian dan kinerja Karang Taruna di
Jawa Barat untuk menjadi mitra utama pemerintah, maka penerbitan Buku Permensos ini
menjadi sangat penting. Apalagi buku ini juga memuat Pedoman Kerja yang dibutuhkan
oleh pengurus ditingkat desa/kelurahan serta selayang pandang kelembagaan dan
program kerja Karang Taruna Jawa Barat.Karena itu saya sangat menyambut baik, terbitnya
buku ini, dimanaPengurus Karang Taruna Jawa Barat menjadi yang pertama di Indonesia
dalam menerbitkan secara resmi guna merespon untuk disosialisasikan kepada para
pemangku kepentingan.

Sebagaimana harapan tim penyusun dan Ketua Pengurus Karang Taruna Provinsi
Jawa Barat, maka saya selaku Ketua MPKT Provinsi Jawa Barat juga tentunya memiliki
harapan yang sama, agar kiranya buku ini bukan sekedar bahan bacaan tetapi juga menjadi
pedoman dalam memberdayakan dan mengembangkan Karang Taruna di Jawa Barat
lebih baik lagi, sehingga Karang Taruna dapat lebih berkontribusi dalam pembangunan di
Jawa Barat. Saya ucapkan selamat disertai terima kasih atas terbitnya buku ini. Semoga buku
ini dapat menjadi “pengawal” yang berharga atas tetap tegaknya marwah dan gerakan
Karang Taruna sebagai organisasi yang bergerak dibidang kesejahteraan sosial yang paling
dibutuhkan oleh masyarakat kita. Terimalah salam: Adhit ya Kar ya Mahat va
Yodha!Wassalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, Desember 2019

Ir. Budhy Setiawan, M.Si

vi
PERATURAN MENTERI SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
KARANG TARUNA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG
KARANG TARUNA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Sosial Nomor 77/HUK/2010


tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dan Peraturan
Menteri Sosial Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan
Karang Taruna sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi saat ini, sehingga perlu diganti;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial
tentang Karang Taruna;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan


Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5235);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 86);

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 01


4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang Organisasi
Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 239);
5. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 203);
6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Menteri Sosial Nomor 22 Tahun 2018 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1517);

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG KARANG TARUNA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Karang Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai
wadah generasi muda untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan
berkembang atas dasar kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan
untuk generasi muda, yang berorientasi pada tercapainya kesejahteraan sosial
bagi masyarakat.
2. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

02 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


3. Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia di bawah Kecamatan.
4. Kecamatan adalah kecamatan atau distrik yang selanjutnya
disebut kecamatan adalah wilayah dari daerah
kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat.
5. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.
6. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang
terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
7. Pemberdayaan Karang Taruna adalah suatu proses
pengembangan kemampuan, kesempatan, dan pemberian
kewenangan kepada Karang Taruna untuk meningkatkan
potensi, pencegahan dan penanganan permasalahan sosial,
pengembangan nilai-nilai kepeloporan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya
sosial, dan teknologi.
8. Pembinaan Karang Taruna adalah suatu usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan terhadap Karang Taruna secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.

Pasal 2
Karang Taruna dalam menjalankan tugasnya memiliki prinsip:
a. berjiwa sosial;
b. kemandirian;
c. kebersamaan;
d. partisipasi;
e. lokal dan otonom; dan
f. nonpartisan.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 03


Pasal 3
Karang Taruna dalam menjalankan tugasnya berlandaskan pada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.

Pasal 4
Karang Taruna bertujuan untuk:
a. mewujudkan kesadaran tanggung jawab sosial setiap
generasi muda dalam mengantisipasi, mencegah, dan
m e n a n g k a l b e r b a g a i p e r m a s a l a h a n s o s i a l k h u s u s ny a
dikalangan generasi muda;
b. m e n g e m b a n g k a n ke m a m p u a n g e n e r a s i m u d a d a l a m
penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui rehabilitasi
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial;
c. membangun karakter generasi muda yang
b e r p e n g e t a h u a n , b e r ke p r i b a d i a n , t e r a m p i l , c e r d a s ,
inovatif, dan berkarya;
d. mengembangkan potensi dan kemampuan generasi muda;
e. mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan sosial
generasi muda menuju kemandirian dalam upaya
meningkatkan Kesejahteraan Sosial;
f. memotivasi generasi muda agar menjadi perekat persatuan
dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; dan
g. menjalin sinergi dan kerja sama kemitraan antara generasi
muda dengan berbagai pihak dalam mewujudkan
peningkatan kesejahteraan sosial.

04 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


BAB II
STATUS, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 5
(1) Karang Taruna merupakan organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai
potensi dan sumber kesejahteraan sosial.
(2) Karang Taruna berkedudukan di Desa atau Kelurahan di dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 6
(1) Karang Taruna memiliki tugas:
a. mengembangkan potensi generasi muda dan masyarakat; dan
b. b e r p e r a n a k t i f d a l a m p e n c e g a h a n d a n p e n a n g g u l a n g a n
permasalahan sosial melalui rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial serta program prioritas
nasional.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Karang
Taruna bekerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota, Kecamatan, Desa atau Kelurahan, potensi
sumber kesejahteraan sosial, badan usaha, atau masyarakat.

Pasal 7
Karang Taruna memiliki fungsi:
a. administrasi dan manajerial;
b. fasilitasi;
c. mediasi;
d. komunikasi, informasi, dan edukasi;
e. pemanfaatan dan pengembangan teknologi;
f. advokasi sosial;
g. motivasi;
h. pendampingan; dan
I. pelopor.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 05


Pasal 8
Administrasi dan manajerial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a merupakan
penyelenggaraan keorganisasian dan administrasi Kesejahteraan Sosial Karang Taruna.

Pasal 9
Fasilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b merupakan upaya
mengembangkan organisasi, meningkatkan kapasitas generasi muda, pemberian
kemudahan, dan pendampingan untuk generasi muda dan masyarakat.

Pasal 10
Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c merupakan upaya menengahi
penyelesaian permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Pasal 11
Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d
merupakan upaya melakukan komunikasi dan memberikan informasi untuk sosialisasi
kebijakan, program, dan kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah, Karang Taruna, badan
usaha, dan/atau mitra kerja.

Pasal 12
Pemanfaatan dan pengembangan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf e
merupakan upaya mengoptimalkan penyelenggaraan organisasi dan program kerja
melalui metode dan teknologi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan
teknologi.

Pasal 13
(1) Advokasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf f merupakan
upaya untuk melindungi dan membela generasi muda dan masyarakat yang
dilanggar haknya.
(2) Advokasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
penyadaran hak dan kewajiban, pembelaan, dan pemenuhan hak.

Pasal 14
Motivasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf g merupakan upaya memberikan
semangat dan memacu pencapaian prestasi generasi muda.

Pasal 15
Pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf h merupakan upaya untuk
menjalin relasi sosial dengan kelompok yang diberdayakan menggunakan berbagai
sumber dan potensi guna meningkatkan Kesejahteraan Sosial.

06 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


Pasal 16
Pelopor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf i merupakan upaya merintis dan
menggerakkan inovasi dan kreativitas dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dan
pengembangan generasi muda.

Pasal 17
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 dan Pasal 7, pengurus Karang Taruna membentuk unit teknis sesuai dengan
kebutuhan pengembangan organisasi dan program kerja.
(2) Unit teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk unit di bidang
sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, seni dan budaya, serta hukum.
(3) Pembentukan unit teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melalui
mekanisme pengambilan keputusan di Karang Taruna.

BAB III
KEANGGOTAAN DAN KEPENGURUSAN

Pasal 18
(1) Keanggotaan Karang Taruna menganut sistem stelsel pasif yaitu setiap
generasi muda yang berusia 13 (tiga belas) sampai dengan 45 (empat puluh
lima) tahun otomatis menjadi anggota Karang Taruna.
(2) Keanggotaan Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari
generasi muda di tingkat desa atau kelurahan.
(3) Ketentuan mengenai keanggotaan Karang Taruna sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
Karang Taruna.

Pasal 19
(1) Untuk pelaksanaan tugas dan fungsi serta pemberdayaan Karang Taruna
dibentuk kepengurusan tingkat:
a. Desa atau Kelurahan;
b. kecamatan;
c. kabupaten/kota;
d. provinsi; dan
e. tingkat nasional.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 07


(2) Hubungan tata kerja internal Karang Taruna antara pengurus tingkat Desa atau
Kelurahan, Kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional bersifat
koordinatif, konsultatif, konsolidatif, komunikatif, dan kolaboratif.

Pasal 20
(1) Pengurus Karang Taruna dipilih secara musyawarah dan mufakat dalam forum
pengambilan keputusan masing-masing tingkatan dan harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. warga negara Indonesia;
b. berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun;
c. berdomisili di wilayahnya masing-masing;
d. aktif dalam kegiatan Karang Taruna; dan
e. memiliki kemauan dan kemampuan berorganisasi serta aktif dalam
kegiatan pengabdian masyarakat.
(2) Kepengurusan Karang Taruna Desa atau Kelurahan dipilih, ditetapkan, dan
disahkan dalam musyawarah warga Karang Taruna di Desa atau Kelurahan
dan dikukuhkan oleh Kepala Desa atau Lurah setempat.
(3) Kepengurusan Karang Taruna Desa atau Kelurahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan untuk masa bakti selama 5 (lima) tahun.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Pengurus Karang Taruna Desa atau
Kelurahan dapat membentuk unit kerja karang taruna di tingkat dusun, rukun
warga, dan rukun tetangga sebagai pelaksana kegiatan Karang Taruna.
(5) Kepengurusan Karang Taruna di tingkat Kecamatan sampai dengan nasional
dipilih dan ditetapkan dalam temu karya Karang Taruna dan dikukuhkan oleh
camat, bupati/wali kota, gubernur, atau Menteri Sosial sesuai dengan
kewenangannya.
(6) Kepengurusan Karang Taruna di tingkat Kecamatan sampai dengan tingkat
nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan untuk masa bakti
selama 5 (lima) tahun.

Pasal 21
Ketentuan mengenai keorganisasian dan kepengurusan serta pengesahan dan pelantikan
kepengurusan Karang Taruna, diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga Karang Taruna

08 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


BAB IV
MAJELIS PERTIMBANGAN KARANG TARUNA

Pasal 22
(1) Majelis pertimbangan Karang Taruna merupakan wadah nonstruktural yang
berwenang memberi saran dan pertimbangan kepada pengurus Karang
Taruna serta memberi akses/kemudahan demi kemajuan Karang Taruna.
(2) Majelis Pertimbangan Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari unsur:
a. mantan pengurus;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh adat;
e. pemerintah;
f. pemerintah daerah; dan/atau
g. pelaku usaha.
(3) Majelis Pertimbangan Karang Taruna memiliki kepengurusan paling sedikit:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.
(4) Ketentuan mengenai mekanisme pembentukan dan tata kerja majelis
pertimbangan Karang Taruna diatur dalam anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga.

BAB V
PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA

Pasal 23
1) Pemberdayaan Karang Taruna dilakukan sesuai klasifikasi Karang Taruna.
(2) Klasifikasi Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. percontohan;
b. maju;
c. berkembang; dan
d. tumbuh.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 09


(3) Klasifikasi Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
melalui penilaian terhadap aspek:
a. organisasi dan kepengurusan;
b. sumber daya manusia;
c. sarana dan prasarana;
d. administrasi;
e. kemitraan; dan
f. program kegiatan.

Pasal 24
(1) Penetapkan klasifikasi Karang Taruna dilakukan oleh Dinas Sosial daerah
kabupaten/kota berdasarkan instrument penetapan klasifikasi Karang Taruna.
(2) Penetapan klasifikasi Karang Taruna melibatkan unsur pengurus Karang Taruna
kecamatan, kabupaten/kota, dan/atau provinsi.
(3) Dinas sosial daerah provinsi melakukan pemantauan terhadap penetapan
klasifikasi Karang Taruna.
(4) Hasil penetapan klasifikasi Karang Taruna dilakukan secara periodik.

Pasal 25
(1) Pemberdayaan Karang Taruna dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah;
b. pemerintah daerah; dan
c. pengurus Karang Taruna.
(2) Dalam melaksanakan pemberdayaan karang taruna sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat melibatkan:
a. badan usaha;
b. potensi sumber Kesejahteraan Sosial;
c. lembaga pendidikan; dan/atau
d. masyarakat

Pasal 26
Pelaksanaan Pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) dilakukan
dalam bentuk peningkatan:
a. manajemen organisasi;
b. kapasitas sumber daya manusia;
c. kapasitas sumber daya ekonomi;
d. sarana dan prasarana; dan
e. jejaring kerja.

10 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


Pasal 27
Peningkatan manajemen organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a
dilakukan melalui bimbingan, pelatihan, penetapan klasifikasi, dan penyediaan
kelengkapan organisasi.

Pasal 28
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf
b dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan keterampilan, bimbingan, serta studi
banding.

Pasal 29
Peningkatan kapasitas sumber daya ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf
c dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan keterampilan, bimbingan, studi
banding, serta pendampingan usaha.

Pasal 30
Peningkatan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d dapat
dilakukan melalui penyediaan, penambahan dan pengembangan, serta sarana dan
prasarana.

Pasal 31
Peningkatan jejaring kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf e dapat dilakukan
melalui konsultasi, koordinasi, kolaborasi, dan kemitraan.

Pasal 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberdayaan Karang Taruna akan diatur dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial

BAB VI
IDENTITAS KARANG TARUNA

Pasal 33
Karang Taruna memiliki identitas terdiri atas:
a. lambang;
b. seragam;
c. bendera;
d. mars; dan
e. plang.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 11


Pasal 34
(1) Lambang Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a
merupakan simbol yang digunakan oleh karang taruna sebagai identitas
organisasi Karang Taruna.
(2) Seragam Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b
meliputi:
a. pakaian dinas upacara;
b. pakaian dinas harian;dan
c. pakaian dinas lapangan.
(3) Bendera Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c terdiri
atas bendera dan panji.
(4) Mars sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf d merupakan lagu yang
diciptakan sebagai penyemangat dan korsa Karang Taruna.
(5) Plang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf e merupakan penanda
keberadaan organisasi Karang Taruna.

Pasal 35
Identitas Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB VII
PEMBINAAN

Pasal 36
Pembina Karang Taruna meliputi:
a. pembina utama;
b. pembina umum;
c. pembina fungsional; dan
d. pembina teknis.

Pasal 37
Pembina utama Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a yaitu
Presiden Republik Indonesia.

12 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


(1) Pembina umum Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b
meliputi:
a. tingkat nasional yaitu Menteri Dalam Negeri;
b. tingkat provinsi yaitu gubernur;
c. tingkat daerah kabupaten/kota yaitu bupati/wali kota;
d. tingkat Kecamatan yaitu camat; dan
e. tingkat Desa atau kelurahan yaitu kepala Desa atau lurah.
(2) Pembina umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pembinaan
sebagai berikut:
a. Menteri Dalam Negeri, melakukan pembinaan umum secara nasional
serta mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan umum Karang Taruna
kepada gubernur;
b. gubernur, melakukan pembinaan umum provinsi dan mengoordinasikan
pelaksanaan pembinaan umum kepada bupati/wali kota;
c. bupati/wali kota, melakukan pembinaan umum kabupaten/kota dan
mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan umum kepada camat;
d. camat, melakukan pembinaan umum Kecamatan dan mengoordinasikan
pelaksanaan pembinaan umum kepada kepala Desa atau lurah; dan
e. kepala Desa atau lurah, melakukan pembinaan umum Desa atau Kelurahan
dan memfasilitasi kegiatan Karang Taruna di Desa atau Kelurahan.

Pasal 39
(1) Pembina fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf c:
a. tingkat nasional yaitu Menteri Sosial;
b. tingkat provinsi yaitu kepala dinas sosial daerah provinsi;
c. tingkat kabupaten/kota yaitu kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota;
dan
d. tingkat Kecamatan yaitu kepala seksi sosial pada kantor Kecamatan.
(2) Pembina fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan
pembinaan sebagai berikut:
a. Menteri Sosial, melakukan pembinaan fungsional secara nasional serta
mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan fungsional Karang Taruna
kepada kepala dinas sosial daerah provinsi;
b. kepala dinas sosial daerah provinsi, melakukan pembinaan fungsional di
provinsi dan mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan fungsional kepada
kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota;
c. kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota, melakukan pembinaan
fungsional ditingkat daerah kabupaten/kota dan mengoordinasikan
pelaksanaan pembinaan fungsional kepada kepala seksi sosial
Kecamatan;dan
d. kepala seksi sosial Kecamatan, melakukan pembinaan fungsional ditingkat
Kecamatan dan mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan fungsional
kepada kepala Desa atau lurah

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 13


Pasal 40
(1) Pembina Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf d meliputi:
a. tingkat nasional yaitu Menteri Sosial dan/atau kepala lembaga terkait.
b. tingkat provinsi yaitu kepala dinas sosial daerah provinsi dan/atau instansi
terkait; dan
c. tingkat kabupaten/kota yaitu kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota
dan/atau instansi terkait.
(2) Pembina Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pembinaan
sebagai berikut:
a. Menteri Sosial dan/atau kepala lembaga terkait melakukan pembinaan
teknis secara nasional serta mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan
teknis Karang Taruna kepada kepala dinas/instansi terkait daerah provinsi;
b. kepala dinas sosial daerah provinsi dan/atau instansi terkait melakukan
pembinaan teknis di tingkat provinsi dan mengoordinasikan pelaksanaan
pembinaan teknis kepada kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota
dan/atau instansi terkait di daerah kabupaten/kota;
c. kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota dan/atau instansi terkait,
melakukan pembinaan teknis di kabupaten/kota dan mengoordinasikan
pelaksanaan pembinaan teknis kepada kepala seksi terkait di Kecamatan.

BAB VIII
TANGGUNG JAWAB

Bagian Kesatu
Pemerintah

Pasal 41
Menteri Sosial memiliki tanggung jawab:
a. menetapkan pedoman umum Karang Taruna;
b. menetapkan standar dan indikator secara nasional;
c. melakukan program percontohan;
d. memberikan stimulasi, fasilitasi, dan pengembangan;
e. mengukuhkan kepengurusan karang taruna tingkat nasional;
f. memberikan penghargaan;
g. melakukan sosialisasi;
h. melakukan pemantauan dan evaluasi;
I. melaksanakan koordinasi dan jejaring kerja;
j. pembinaan dan pengawasan karang taruna; dan
k. mengalokasikan anggaran.

14 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


Bagian Kedua
Provinsi

Pasal 42
Gubernur memiliki tanggung jawab:
a. melaksanakan pedoman umum Karang Taruna;
b. melaksanakan standar dan indikator secara nasional;
c. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
d. memberikan stimulasi, fasilitasi;
e. mengukuhkan kepengurusan Karang Taruna tingkat provinsi;
f. melakukan pemberdayaan Karang Taruna;
g. memberikan penghargaan;
h. melakukan sosialisasi;
I. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan;
j. melaksanakan koordinasi dan jejaring kerja;
k. pembinaan dan pengawasan Karang Taruna;
l. mengalokasikan anggaran;
m. mengoordinasikan pengelolaan data Karang Taruna tingkat provinsi; dan
n. merekomendasikan penetapan lokasi pemberdayaan Karang Taruna tingkat
provinsi kepada Menteri Sosial.

Bagian Ketiga
Kabupaten/Kota

Pasal 43
Bupati/wali kota memiliki tanggung jawab:
a. melaksanakan pedoman umum Karang Taruna;
b. melaksanakan standar dan indikator secara nasional;
c. menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;
d. memberikan stimulasi, fasilitasi, dan pengembangan;
e. mengukuhkan kepengurusan Karang Taruna tingkat kabupaten/kota;
f. melakukan pemberdayaan Karang Taruna;
g. memberikan penghargaan;
h. melakukan sosialisasi;
I. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan;
j. melaksanakan koordinasi dan jejaring kerja;
k. pembinaan dan pengawasan Karang Taruna;
l. mengalokasikan anggaran;
m. melakukan pendataan Karang Taruna tingkat kabupaten/kota;
n. melaksanakan persiapan pemberdayaan Karang Taruna yang terdiri dari sosialisasi
program pemberdayaan Karang Taruna untuk tingkat kabupaten/kota, persiapan
sosial,
proses penyadaran, dan perencanaan partisipatif dalam rangka pemberdayaan
Karang Taruna;

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 15


o. merekomendasikan penetapan lokasi pemberdayaan Karang Taruna kepada
gubernur; dan p. menetapkan tim penilai klasifikasi Karang Taruna.

BAB IX
PENDANAAN

Pasal 44
Sumber pendanaan Karang Taruna berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan
c. sumber pendanaan yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Sosial Nomor 77/HUK/2010
tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dan Peraturan Menteri Sosial Nomor 23 Tahun 2013
tentang Pemberdayaan Karang Taruna (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 94), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 46
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

16 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Desember 2019

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

JULIARI P BATUBARA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Desember 2019

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 1654

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 17


LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2019
TENTANG KARANG TARUNA

IDENTITAS KARANG TARUNA

I. LAMBANG KARANG TARUNA


A. Bentuk dan Unsur
1. Bentuk

2. Unsur
Lambang Karang Taruna mengandung atau terdiri dari unsur-unsur:
a. sekuntum bunga teratai yang mulai mekar;
b. empat helai daun bunga;
c. dua helai pita terpampang di bagian atas dan bawah;
d. sebuah lingkaran yang melingkari sekuntum bunga teratai dan dua
pita;
e. bunga teratai yang mekar berdaun lima helai sebagai latar belakang;
dan
f. unsur warna.

B. Filosofi dan Makna


1. Filosofi
a. sekuntum bunga teratai yang mulai mekar melambangkan atau
memaknai unsur generasi muda (remaja) yang dijiwai semangat
kemasyarakatan (Kesejahteraan Sosial). bunga teratai yang mulai
mekar terdiri dari 7 (tujuh) kuntum bunga yang melambangkan
atau memaknai tujuh unsur kepribadian yang harus dimiliki warga
Karang Taruna, yakni:

18 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


1) taat : takwa kepada tuhan yang mahaesa;
2) tanggap : penuh perhatian dan peka terhadap masalah;
3) tanggon : kuat daya tahan fisik dan mental;
4) tandas : tegas, pasti, tidak ragu, dan teguh pendirian;
5) tangkas : sigap, gesit, cepat bergerak, dan dinamis;
6) terampil : mampu berkreasi, berdayaguna dan berkarya;
7) tulus : Sederhana, ikhlas, rela memberi, dan jujur;

b. 4 (empat) helai daun bunga di bagian bawah bunga teratai yang


mulai mekar melambangkan atau memaknai keempat fungsi Karang
Taruna, yakni:
1) memupuk kreativitas generasi muda untuk belajar bertanggung
jawab;
2) membina kegiatan-kegiatan sosial, rekreatif, edukatif, ekonomi-
produktif dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat pencegahan
dan pengembangan potensi generasi muda;
3) mengembangkan dan mewujudkan harapan serta cita-cita
generasi muda (khususnya anak dan remaja) Indonesia melalui
peningkatan kapasitas dan bimbingan interaksi baik yang
diselenggarakan secara individu maupun berkelompok; dan
4) menanamkan pengertian, kesadaran, serta memasyarakatkan dan
engimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
khususnya dikalangan generasi muda.
c. 2 (dua) helai pita yang terpampang di bagian atas dan bawah
1) pita di bagian atas terdapat tulisan Motto Karang Taruna yakni
“ADHITYA KARYA MAHATVA YODHA” yang memiliki makna masing-
masing:
a) adhitya berarti cerdas dan penuh pengetahuan;
b) karya berarti pekerjaan, ketrampilan atau karya;
c) mahatva berarti terhormat, berbudi luhur dan berkepribadian; dan
d) yodha berarti pejuang atau patriot.
Jadi, secara keseluruhan Adhitya Karya Mahatva Yodha berarti
pejuang yang berkepribadian, berpengetahuan, serta terampil dan
selalu berkarya.

2) pita di bagian bawah bertuliskan “KARANG TARUNA” yang memiliki makna


masing-masing:
a) k a r a n g b e r a r t i p e k a r a n g a n , h a l a m a n , a t a u t e m p a t ; d a n
b) Taruna berarti remaja atau generasi muda. jadi, secara harfiah karang
taruna berarti tempat atau wadah pengembangan remaja/generasi
muda.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 19


Dalam makna lain sebagai perlambang karang diartikan juga sebagai Batu
Karang di lautan yang tegar sekalipun kerap kali dihantam ombak,
sedangkan taruna diartikan juga sebagai anak muda atau generasi muda.
Sehingga Karang Taruna dalam makna lain juga dilambangkan sebagai
generasi muda yang kuat, kokoh, kukuh dan tegar dalam pendirian,
keluhuran budi pekerti, kepribadian dan karakternya sebagai a n a k m u d a
bangsa Indonesia meski dihantam oleh berbagai persoalan, tantangan,
hambatan, ancaman, dan gangguan.
d. sebuah Lingkaran yang melambangkan atau dimaknai sebagai lambang
ketahanan nasional yang berfungsi sebagai tameng/perisai;
e. bunga Teratai mekar yang berdaun 5 (lima) helai yang berada diluar
lingkaran, melambangkan atau memaknai lingkaran kehidupan masyarakat
yang adil dan sejahtera berdasarkan Pancasila;
f. unsur warna yang terdapat pada lambang dimaknai sebagai berikut:
1) putih : kesucian, tidak bercela, dan tidak bernoda;
2) merah : keberanian, sabar, tenang, dapat mengendalikan diri, dan
tekad pantang mundur; dan
3) kuning : keagungan dan keluhuran budi pekerti.

2. Pengertian
Secara keseluruhan lambang Karang Taruna berarti tekad insan
remaja/generasi muda Indonesia (warga Karang Taruna) untuk
mengembangkan dirinya menjadi patriot/pejuang yang berkepribadian,
berpengetahuan/cerdas, serta terampil dan selalu berkarya nyata agar
mampu ikut secara aktif dalam pembangunan untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

C. Ukuran dan Penggunaan


Lambang Karang Taruna memiliki berbagai bentuk ukuran yang disesuaikan
dengan penggunaan dan tata letaknya sebagai berikut:
1. ukuran dengan diameter 7cm (tujuh sentimeter) digunakan sebagai
atribut/badge pada seragam karang taruna baik seragam resmi maupun
seragam harian, yang diletakkan pada lengan bagian atas sebelah kiri.
ukuran dengan diameter 7cm (tujuh sentimeter) juga dapat digunakan
sebagai atribut/badge pada kaus seragam karang taruna untuk kegiatan-
kegiatan tertentu baik sebagai identitas panitia maupun peserta dengan
peletakkan lambang pada bagian dada sebelah kiri kaus;

20 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


2. ukuran dengan diameter 5cm (lima sentimeter) digunakan sebagai
atribut/badge pada topi Karang Taruna yang merupakan kelengkapan
seragam Karang Taruna, yang diletakkan pada bagian tengah depan topi;
3. ukuran dengan diameter paling besar 7cm (tujuh sentimeter) dapat
digunakan sebagai logo/lambang pada map, cover proposal, cover
buku, cover program, dan sejenisnya, yang dapat diletakkan pada bagian
tengah cover atau bagian lain sesuai kepantasan disain;
4. ukuran dengan diameter 2cm (dua sentimeter) sampai dengan 4cm
(empat sentimeter) dapat digunakan sebagai atribut/logo pada lencana
atau pin untuk kegiatan-kegiatan Karang Taruna diberbagai tingkatan,
yang tata letaknya pada lencana/pin di tengah atau agak disebelah atas,
sedangkan peletakan lencana/pin pada dada sebelah kiri dari
baju/seragam. Ukuran dengan diameter 2cm (dua sentimeter) sampai
dengan 4cm (empat sentimeter) juga dapat digunakan sebagai
logo/lambar organisasi pada ikat pinggang baik untuk seragam maupun
untuk sehari-hari, yang diletakkan di tengah dari kepala ikat pinggang;
5. ukuran dengan diameter 2cm (dua sentimeter) sampai dengan 2,5cm
(dua koma lima sentimeter) digunakan sebagai logo/lambang organisasi
pada kop surat, amplop, piagam dan sertifikat kegiatan organisasi, yang
tata letaknya pada bagian kiri (untuk kop dan amplop) dan pada bagian
tengah atau bagian lain sesuai kepantasan untuk sertifikat dan piagam;
6. ukuran dengan diameter 1,5cm (satu koma lima sentimeter) digunakan
sebagai logo/lambang organisasi pada stempel/cap besar pengurus
Karang Taruna untuk kepentingan surat-menyurat, perjanjian, dan
sejenisnya di semua tingkatan yang diletakkan di bagian tengah
stempel/cap bundar yang berdiameter 3cm (tiga sentimeter). Ukuran
dengan diameter 1,5cm (satu koma lima) juga dapat digunakan sebagai
logo/lambang organisasi pada stempel/cap kepanitiaan yang dibentuk
oleh Karang Taruna, yang diletakkan dibagian tengah untuk bentuk
stempel bundar yang berdiameter 3cm (tiga sentimeter) atau di bagian
kiri untuk bentuk stempel empat persegi panjang yang berukuran standar
paling besar 2cm (dua sentimeter) x 5cm (lima sentimeter);
7. ukuran dengan diameter 1cm (satu sentimeter) digunakan sebagai
logo/lambang organisasi pada stempel/cap kecil pengurus Karang
Taruna untuk kepentingan administrasi pada kartu anggota, kartu iuran,
dan sejenisnya di semua tingkatan yang diletakkan pada bagian tengah
stempel/cap bundar yang berdiameter 2cm (dua sentimeter);
8. ukuran dengan diameter 50cm (lima puluh sentimeter) sampai dengan 1m
(satu meter) digunakan sebagai logo/lambang organisasi pada spanduk
untuk kegiatan-kegiatan Karang Taruna yang tata letaknya pada sisi

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 21


sebelah kiri spanduk serta pada backdrop untuk kegiatankegiatan Karang
Taruna yang tata letaknya pada bagian tengah atau pada sisi sebelah kiri atau
pada bagian lain sesuai kepantasan disain;
9. ukuran dengan diameter paling sedikit 15cm (lima belas sentimeter)
sampai dengan 50cm (lima puluh sentimeter) dapat digunakan
sebagai logo/lambang organisasi pada umbul-umbul, standing banner,
x-banner, atau produk advertising lainnya untuk kegiatan-kegiatan Karang
Taruna yang tata letaknya disesuaikan dengan kepantasan disain dan etika
keorganisasian;
10. ukuran dengan diameter paling besar 2m (dua meter) juga dapat
digunakan sebagai logo/lambang organisasi pada billboard dan produk
advertising lainnya untuk kegiatan-kegiatan dan pencitraan Karang Taruna
yang tata letaknya disesuaikan dengan kepantasan desain;
11. ukuran lambang Karang Taruna yang menyesuaikan adalah pada panji
dan bendera yang menyesuaikan dengan ukuran panji dan bendera
tersebut, yakni sebesar 2/3 (dua pertiga) dari ukuran panji dan bendera
tersebut yang peletakkannya persis di tengah-tengah panji dan bendera
Karang Taruna;
12. ukuran lambang Karang Taruna dapat menyesuaikan lebih lanjut pada
berbagai media dengan tata letak yang menyesuaikan dengan
kepantasan dan etika;
13. lambang Karang Taruna dapat menjadi ikon dan/atau branding bagi
Karang Taruna desa atau kelurahan atau nama lain tertentu dengan
modifikasi, baik tambahan disain maupun ukuran tanpa mengubah
keutuhan lambang Karang Taruna; dan
14. unsur warna dalam lambang Karang Taruna dapat dihilangkan dalam arti
dibuat dalam satu warna untuk kepentingan di media-media tertentu
yakni: lencana, piagam penghargaan, sertifikat, cendera mata, plakat dan
seragam tambahan.

22 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


II. Seragam
A. Pakaian Dinas Upacara
1. Gambar

2. Pengertian
Seragam resmi Karang Taruna atau disebut juga pakaian dinas upacara
adalah seragam yang dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan seremonial baik
dalam bentuk upacara kenegaraan, peringatan hari besar nasional, dan
pertemuan atau forum-forum resmi organisasi yakni temu karya, rapat kerja
dan forum-forum ilmiah.
3. Bentuk
Seragam resmi Karang Taruna terdiri dari:
a. kemeja lengan panjang berwarna putih;
b. tambahan kelengkapan dasi dengan warna menyesuaikan;
c. jas Karang Taruna dengan warna dasar biru dongker (biru gelap), yang
bertuliskan nama KARANG TARUNA dengan huruf kapital pada dada
sebelah kiri, nama pemakai pada dada sebelah kanan, dan mengenakan
lambang Karang Taruna pada sisi bahu sebelah kiri, serta lambang
wilayah (kecuali Pengurus Nasional Karang Taruna) dan nama tingkatan
kepengurusan Karang Taruna pada sisi bahu sebelah kanan;
d. tulisan nama Karang Taruna, nama pemakai, dan nama tingkatan
kepengurusan berwarna kuning emas;
e. celana panjang warna biru dongker (biru gelap) untuk laki-laki atau
perempuan, atau rok panjang warna biru dongker untuk perempuan;
f. sepatu hitam (pantofel); dan
g. tambahan kelengkapan kaus kaki dengan warna dan motif yang
menyesuaikan.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 23


B. Pakaian Dinas Harian
Pakaian Dinas Harian I
1. Gambar
Logo
Karang
Logo Taruna Logo
Daerah Daerah

Tulisan
Karang Taruna

2. Seragam
Pakaian Dinas Harian II

Logo Tulisan
Karang Karang
Taruna
Taruna

24 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


3. Pengertian
Seragam Harian Karang Taruna atau disebut juga pakaian dinas harian
adalah seragam yang dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
bersifat harian/lapangan/operasional terutama dalam pelaksanaan
program-program kegiatan di masyarakat.
4. Spesifikasi
Seragam Harian Karang Taruna terdiri dari:
a. pakaian dinas harian 1, berbentuk: kemeja lengan pendek dengan
warna dasar dominan biru benhur (biru langit), bertuliskan nama
KARANG TARUNA dengan huruf kapital ber warna kuning pada .
dada sebelah kiri, nama pemakai berwarna kuning pada dada
sebelah kanan, mengenakan lambang Karang Taruna pada sisi
bahu sebelah kiri, ser ta lambang wilayah (kecuali Pengurus
Nasional Karang Taruna) dan nama tingkatan kepengurusan
Karang Taruna berwarna kuning pada sisi bahu sebelah kanan;
b. pakaian dinas harian 2, berbentuk: kemeja lengan pendek dengan
warna dasar putih, mengenakan lambang Karang Taruna dengan
tulisan nama KARANG TARUNA dengan huruf kapital di bawahnya
berwarna hitam pada dada sebelah kiri, nama pemakai berwarna
hitam pada dada sebelah kanan, serta lambang wilayah (kecuali
PNKT) dan nama tingkatan kepengurusan Karang Taruna
berwarna hitam pada sisi bahu sebelah kanan;
c. kemeja pakaian dinas harian 1 maupun pakaian dinas harian 2
dapat ivariasikan dengan tambahan warna dan corak/model lain
sesuai kepantasan dan ciri khas wilayah masing-masing;
d. celana panjang bahan/jeans warna bebas dan menyesuaikan,
serta rapih (tidak kusam dan robek);
e. sepatu model dan warna bebas yang layak pakai;
f. tambahan kelengkapan kaus kaki dengan warna dan corak yang
menyesuaikan;g. topi Karang Taruna berwarna biru benhur (biru
l a n g i t ) d e n g a n l a m b a n g K a r a n g Ta r u n a d i d e p a n ny a , n a m a
Karang Taruna di samping kiri dan pemakai di samping kanan.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 25


C. Pakaian Dinas Lapangan
1. Gambar
Nama Yang Bordir
Bersangkutan Karang Taruna

Logo
Karang Taruna
Nama
Daerah

Logo
Daerah

Lengan dapat
dilipat

Catatan : Kemeja warna hitam

2. Pengertian
Seragam satuan bakti adalah seragam yang diperuntukkan bagi satuan bakti
Karang Taruna yang dibentuk sebagai unit teknis Karang Taruna di bidang
tertentu.
3. Spesifikasi
Seragam Satuan Bakti Karang Taruna terdiri dari:
a. kemeja lengan panjang dengan warna dasar hitam, bertuliskan nama
KARANG TARUNA dengan huruf kapital pada dada sebelah kiri, nama
pemakai pada dada sebelah kanan, mengenakan lambang Karang
Taruna, serta lambang wilayah dan nama tingkatan Karang Taruna pada
sisi bahu sebelah kanan;
b. tulisan Karang Taruna, nama pemakai, dan nama tingkatan wilayah
berwarna kuning emas;
c. kemeja berbahan navy (kaku dan keras);
d. celana panjang bahan kaku dan keras seperti kemeja dengan warna
yang sama dengan warna kemeja;
e. sepatu model laras dan berwarna hitam;
f. tambahan kelengkapan kaus kaki dengan warna hitam atau biru
tua/gelap;
4. topi Karang Taruna berwarna hitam dengan lambang Karang Taruna di
depannya, nama Karang Taruna berwarna kuning emas di samping kiri dan
nama pemakai berwarna kuning emas di samping kanan.

26 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


a. Bentuk

Logo
Karang
Nama Yang
Taruna
Bersangkutan

NAMA PEMAKAI

Nama
Karang Taruna
NAMA KT

III. Bendera dan Panji


A. Bendera
1. Bendera Resmi
a. Bentuk

b. Pengertian
Bendera Resmi adalah bendera yang menjadi simbol dan perlambang
utama organisasi Karang Taruna sebagai identitas tunggal dalam
membangun kesejajaran dengan kelembagaan lainnya.
c. Bentuk dan ukuran
Bentuk dan ukuran bendera resmi Karang Taruna diatur sebagai berikut:

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 27


1) berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 180cm (seratus
delapan sentimeter) dan ukuran lebar 120cm (seratus duapuluh
sentimeter);
2) terbuat dari bahan terbaik yang agak tebal (2 lapis);
3) di tengah-tengah bendera resmi terdapat lambang Karang Taruna di
kedua sisinya dengan ukuran garis tengah 60cm (enam puluh
sentimeter);
4) di bawah lambang terdapat tulisan “KARANG TARUNA” dengan huruf
kapital di kedua sisinya dengan warna tulisan kuning emas dan ukuran
tinggi tulisan 10cm (sepuluh sentimeter);
5) warna dasar adalah biru benhur (biru langit) dengan pinggiran berwarna
kuning emas yang melingkari warna dasar;
6) pada sisi bendera terdapat rumbai warna biru tua, kecuali sisi yang
melekat pada tiang;
7) bendera resmi diikatkan pada tiang dengan 3 (tiga) buah tali pengikat,
tinggi tiang 3m (tiga meter), berbentuk bulat, dan bergaris tengah 4cm
(empat sentimeter); dan
8) pada puncak tiang bendera diberi kepala tiang (mustika) berbentuk
bunga teratai yang mulai mekar dengan tinggi 20cm (dua puluh
sentimeter), bergaris tengah 10cm (sepuluh sentimeter), dan terbuat dari
logam.

B. Panji
1. Bentuk

28 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


2. Pengertian
Panji adalah simbol pataka dan kekramatan organisasi Karang Taruna yang
menjadi perlambang utama sebagai bagian dari bangsa dan negara.
3. Bentuk dan ukuran
B e n t u k d a n u k u r a n p a n j i K a r a n g Ta r u n a d i a t u r s e b a g a i b e r i k u t :
a. warna dasar kuning;
b. panjang 180cm (seratus delapan puluh sentimeter) dan lebar 120cm
(seratus dua puluh sentimeter);
c. t e r b u a t b a h a n t e r b a i k ( b e l u d r u ) d a n a g a k t e b a l ( 2 l a p i s ) ;
d. di tengah-tengahnya terdapat lambang Karang Taruna pada kedua sisinya
yang bergaris tengah 60cm (enam puluh sentimeter);
e. di bawah lambang terdapat tulisan “KARANG TARUNA” dengan huruf
kapital pada kedua sisinya dengan warna tulisan hitam dan ukuran tinggi
tulisan 10cm (sepuluh sentimeter);
f. di ketiga sisinya (yang tidak melekat pada tiang) diberi rumbai warna
kuning emas dengan panjang 6cm (enam sentimeter);
g. panji diikatkan pada tiang dengan tiga buah tali pengikat, tinggi tiang 3m
(tiga sentimeter), berbentuk bulat, dan bergaris tengah 4cm (empat
sentimeter);
h. pada puncak tiang panji diberi kepala tiang (mustika) berbentuk bunga
Teratai yang mulai mekar dengan tinggi 20cm (dua puluh sentimeter),
bergaris tengah 10cm (sepuluh sentimeter), dan terbuat dari logam;
i. pada panji Karang Taruna tidak boleh diberi tulisan nama wilayah, hanya
boleh ada tulisan Karang Taruna dengan huruf kapital di bawah logo
Karang Taruna.

IV. Mars
A. Pengertian
Mars adalah lagu penyemangat bagi warga/anggota organisasi yang
disesuaikan dengan visi dan tujuan organisasi tersebut, untuk lebih giat bekerja
dan berkarya nyata

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 29


B. Bentuk Mars
Bentuk syair dan lirik Mars Karang Taruna adalah sebagai berikut:

Bcs : do Lagu dan Syair Ciptaan


2/4 : Mars GUNADI SAIR

| 5 . 6 5 .4 | 3 .3 5 .5| 1 .1 2 | 3 . |
Ka-mi Pe-mu-da Pe-mu-di In-do-ne-sia
| 2 .3 2 .1 | 7 . 1 7 .6| 5 . 6 5 .4 | 3 0 |
Yang tergabung satu dalam Karang Taruna
| 5 .6 5 .4 | 3 .3 5 .5| 1 .1 2 3 | |
Kami Pe-ne-rus ci-ta ci-ta Bang-sa
| 2 .3 2 .1 | 7 . 1 7 .6|5 .5 6 .7| 1 |
De-mi ke-ja-ya-an Re-pu-blik In-do-ne-sia
| 6 .6 6 .7 | 1 .1 7 .6| 5 | 1 |
Karang Taruna milik ki-ta se – mua

Reff :

| 4 .4 2 .3 | 4 6 | 1. 1 7 .6 | |
Mengemban a-ma - nat Bangsa tercinta
| 6 .6 6 .7 | 1 .1 7 .6| 5 1 3.3 0.3 |
Menuju ci-ta ci-ta Pan -ca - si la
│4 .4 4 .3 | 2 .2 1 .7| 1 . 1 0|
Negara- adil mak-mur sento - sa

| 6 .6 6 .7 | 1 .1 7 .6| 5 | 1 |
Smoga Tuhan selalu bersama Ki - ta
| 4 .4 2 .3 | 4 6 | 1 . 1 7 .6 | |
Dalam menunai -kan tugas mu - li - a
| 6 .6 6 .7 | 1 .1 7 .6| 5 1 3.3 0.3 |
Bersatu pa-du -lah kita se mu a
|4 .4 4 .3 | 2 .2 1 .7| 1 . 1 0|
Di bawah Panji Karang Taru - na

Bersatu................ Berpadu........... Bersama


K a r a n g T a r u n a

C. Tujuan
1.membangkitkan semangat juang warga Karang Taruna dalam mengemban
tugas di bidang pembangunan kesejahteraan sosial;
2. memupuk dan mengembangkan rasa Kesetiakawanan Sosial antar sesama
warga Karang Taruna; dan
3. membangkitkan semangat cinta tanah air dan tekad untuk berjuang dan
mengabdi demi kepentingan masyarakat dan bangsa

30 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


V. Moto
A. Moto Karang Taruna
1. Pengertian
Moto Karang Taruna adalah semboyan atau salam yang menunjukkan jati
dirinya, sebagaiman tertuang dalam lambang Karang Taruna.
2. Bentuk
Moto/salam Karang Taruna berbentuk atau berbunyi adhitya karya
mahatva yodha.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

JULIARI P BATUBARA

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 31


PEDOMAN KERJA
KARANG TARUNA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Dasar Pemikiran
Pembangunan Kesejahteraan Sosial pada hakekatnya bertujuan meningkatkan taraf
kesejahteraan sosial, baik perorangan dan keluarga maupun kelompok dan
masyarakat, guna meningkatkan harkat, martabat dan kualitas hidup manusia
Indonesia. Pembangunan Kesejahteraan Sosial juga ditujukan agar masyarakat
mampu memecahkan permasalahan sosial yang timbul serta dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dengan mengedepankan inisiatif, partisipasi dan kreativitas
melalui pemanfaatan potensi sumberdaya secara optimal terutama yang ada di
lokalnya masing-masing.

Penguatan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial melalui strategi pemberdayaan


diarahkan untuk mendukung upaya pemecahan permasalahan sosial terutama yang
ada di masyarakat desa/kelurahan, diantaranya dengan memberdayakan dan
menguatkan Karang Taruna sebagai salah satu pilar dan ujung tombak penting dalam
pembangunan kesejahteraan sosial masyarakatnya. Sebagai lembaga
kesejahteraansosial, Karang Taruna adalah wadah penghimpun generasi muda yang
lahir dari oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda, karenanya Karang
Taruna telah tumbuh dan berkembang atas kesadaran generasi muda yang
berkehendak kuat meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakatnya. Karena itu
dalam penyelenggaraan organisasi dan program kerja Karang Taruna harus dibangun,
dikembangkan dan dimantapkan secara konsisten dan berkelanjutan kemampuan
Karang Taruna, agar betul-betul berperan dan mampu memberi manfaat bagi
masyarakatnya dan tentu bagi Karang Taruna itu sendiri yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari masyarakatnya.

Dengan kedudukannya yang strategis ditingkat desa/kelurahan atau komunitas adat


sederajat, Karang Taruna menjadi pilihan dan alternatif lembaga kesejahteraan sosial
yang tepat untuk diberdayakan. Apalagi terdapat fakta bahwa masih banyak Karang
Taruna desa/kelurahan di tanah air saat ini yang masih berstatus Tumbuh dan
Berkembang. Status yang dalam strata klasifikasi Karang Taruna berada paling rendah,
dalam arti tentu dari segi keberdayaan dan kemampuan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dan generasi mudanya bahkan meningkatkan taraf
kesejahteraan sosial masyarakatnya, masih minim dan sederhana. Salah satu
penyebab dari masih lemahnya kemampuan dan kapasitas Karang Taruna dalam
penyelenggaraan organisasi dan program-program kerjanya adalah karena
kekurangpahaman terhadap Karang Taruna (filosofi, sejarah, jati diri), tata kelola dan
keorganisasian Karang Taruna serta penyelenggaraan program kerjanya. Disamping
tentu juga akibat dari lemahnya akses akan informasi terhadap regulasi dan kebijakan.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 32


Mencermati kondisi diatas, maka sangat penting untuk dilakukan pemberdayaan Karang
Taruna melalui penerbitan Buku Panduan Kerja Karang Taruna. Buku Panduan Kerja ini
diharapkan betul-betul dapat menjadi pedoman kerja yang secara teknis mampu menjadi
informasi dan petunjuk bagaimana menyelenggarakan organisasi Karang Taruna sesuai
standar secara umum agar lebih tertib, serta bagaimana melaksanakan program-program
kerja Karang Taruna sesuai wataknya sebagai organisasi/lembaga kesejahteraan sosial di
akar rumput. Sehingga, jika kondisi tersebut dapat tercapai, maka diharapkan kehadiran
Karang Taruna ditengah-tengah masyarakat akan mampu membantu memecahkan
permasalahan sosial yang ada dan mendukung pencapaian meningkatnya taraf
kesejahteraan sosial masyarakatnya secara lebih baik dan terukur.

2. Maksud, Tujuan dan Manfaat


Maksud
1. Menyediakan panduan yang dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan
dan pengelolaan Karang Taruna di desa/kelurahan;
2. Memberikan arah bagi pengurus Karang Taruna baik dalam penyelenggaraan
keorganisasian, program kerja maupun aspek pendukungnya.
Tujuan
1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan penyelenggara (pengurus)
Karang Taruna agar mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam
peningkatan kesejahteraan sosial masyarakatnya;
2. Meningkatkan klasifikasi Karang Taruna Tumbuh menjadi Karang Taruna
Berkembang, Karang Taruna Berkembang menjadi Karang Taruna Maju dan
Karang Taruna Maju menjadi Karang Taruna Percontohan;
3. Membangun kesamaan persepsi, kesatuan langkah dan keterpaduan
pemberdayaan Karang Tarunasecara sinergis dan kemitraan;
4. Membangun dan meningkatkan sistem dan mekanisme kerja Karang Taruna
yang lebih tertib dan berkualitas;
5. Mengembangkan kegiatan-kegiatan Karang Taruna yang lebih terpadu,
aplikatif dan terintegrasi.
Manfaat
1. Meningkatnya klasifikasi Karang Taruna;
2. Meningkatnya pemahaman pengurus Karang Taruna (desa/kelurahan) dalam
praktek penyelenggaraan Karang Taruna baik secara kelembagaan
(organisasi) maupun program kerjanya yang lebih tertib;
3. Terwujudnya penguatan kapasitas sumber daya manusia Karang Taruna yang
memiliki kompetensi dalam praktek penyelenggaraan organisasi dan program
kerja Karang Taruna;
4. Terwujudnya keberdayaan Karang Taruna sehingga mampu menjadi mitra
kerja Pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan sosial;
5. Terwujudnya Integrasi Pemberdayaan Masyarakat dalam kerjasama antara
Karang Taruna dengan PSKS lainnya;

33 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


3. Sasaran
Pedoman ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh:
1. Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan;
2. Pengurus Karang Taruna Kecamatan hingga Provinsi sebagai penyelenggara
jejaring kerja;
3. PSKS lainnya sebagai mitra utama yang ingin memahami mekanisme kerja Karang
Taruna;
4. Pemangku kepentingan lain yang berkepentingan dalam penguatan organisasi
dan program kerja Karang Taruna;

4. Dasar Hukum
a. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran
Negara RI tahun 2009 Nomor 12. Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4967).
b. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011tentang Penanganan Fakir Miskin
(Lembaran Negara RI Tahun 2011 Nomor 83. Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5235).
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495)
d. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 23 Tahun 2014tentangPemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 68. Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5294)
g. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012tentang
Pedoman Pendataan Dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial Dan Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 567).
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa.
I. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 25 Tahun 2019tentang Karang Taruna.

5. Pengertian
a. Karang Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai
wadah generasi muda untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan
berkembang atas dasar kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan
untuk generasi muda, yang berorientasi pada tercapainya kesejahteraan sosial
bagi masyarakat.
b. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prakarsa

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 34


masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kecamatan.
d. Kecamatan adalah kecamatan atau distrik yang selanjutnya disebut kecamatan
adalah wilayah dari daerah kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat.
e. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
f. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan
berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga
negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,
dan perlindungan sosial.
g. Pemberdayaan Karang Taruna adalah suatu proses pengembangan
kemampuan, kesempatan, dan pemberian kewenangan kepada Karang Taruna
untuk meningkatkan potensi, pencegahan dan penanganan permasalahan
sosial, pengembangan nilai-nilai kepeloporan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia, sumber daya alam, sumber daya sosial, dan teknologi.
h. Pembinaan Karang Taruna adalah suatu usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilakukan terhadap Karang Taruna secara berdaya guna dan berhasil guna
untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

35 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


BAB II
SEJARAH KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN KARANG TARUNA

A. Sejarah Kelahiran
Karang Taruna pertama berdiri pada Tanggal 26 September 1960 di kawasan
Kampung Melayu Besar, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Kampung Melayu,
Jakarta Timur (sekarang masuk wilayah Kampung Melayu Besar, RW 01, Kelurahan
Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan).

Karang Taruna merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat kota yang makin
kompleks, dimana pada saat itu mulai muncul permasalahan sosial di kalangan
generasi muda, seperti pemanfaatan waktu luang setelah sekolah yang menjurus
padahal negatif, anak putus sekolah, serta akibat pergaulan bebas yang berkibat buruk
bagi perkembangan generasi muda. Karang Taruna terbentuk dari kesadaran bahwa
masalah generasi muda akan menjadi hal penting untuk ditangani karena apabila
diabaikan akan berakibat buruk dikemudian hari. Sebuah gerakan masyarakat madani
(civil society)yang muncul dari, untuk dan oleh masyarakat terutama bagi generasi
muda.

Jawaban Pekerjaan Sosial Jakarta melalui Kepala Seksi Perlindungan AnakBagian


Kesejahteraan Anak (Tati Marjono) bekerjasama dengan Yayasan Perawatan Anak
Yatim ( YPAY ) dan Lembaga Sosial Kampung (LSK) yang pada akhirnya menyepakati
secara bersama untuk membentuk sebuah organisasi sosial remaja pemuda yang
diberinama Karang Taruna melalui Experimental Project Karang Taruna, yakni suatu
kegiatan eksperimental dalam rangka usaha perlindungan anak.

Karang diartikan sebagai tempat berseminya tanaman untuk dapat tumbuh dengan
subur, sedangkan Taruna adalah manusia pada usia remaja. Sehingga dapat diartikan
Karang Taruna adalah suatu wadah bagi kalangan remaja untuk tumbuh dan
berkembang secara sehat menjadi generasi muda bermafaat dalam kehidupan
masyarakat.

Jika dilihat sejarahnya maka ada delapan aspek yang mendasari kelahiran Karang
Taruna yaitu:
Pertama, dalam sebuah negara,permasalahan anak harus mendapat tempat yang
utama dalam proses pembangunan nasional, tanpa membedakan keadaan dan
golongan dari mana anak-anak tersebut berasal (berdimensi konstitusional).
Kedua, Anak harus mendapatkan ruang dan kesempatan yang selayaknya untuk
mengembangkan pribadinya secara sehat (aspek moralitas).
Ketiga, Anak-anak memerlukan dukungan bagi perkembangan pribadi yang sehat
oleh karena itu setiap anak memerlukan rasa aman, baik secara fisik maupun

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 36


emosional serta lingkungan hidup yang sepenuhnya memahami kebutuhan-
kebutuhan anak(aspek psikologis).
Keempat, Persoalan-persoalan yang bersinggungan dengan proses urbanisasi dan
modernisasi itu juga dirasakan akibat buruknya oleh anak-anak(aspek demografis
dalam pembangunan).
Kelima, Banyak keluarga yang tidak memiliki ruang yang cukup untuk
mengembangkan karakter dirinya sebagai manusia yang bermartabat(aspek
kemanusiaan).
Keenam, Banyak anak yang tak berkesempatan mengenyam pendidikan akibat
terbatasnya jumlah sekolah maupun karena alasan ekonomi (aspek pendidikan).
Ketujuh, Kebutuhan anak untuk berkelompok merupakan mekanisme perlindungan
diri dari ancaman dan bahaya, apabila tidak diarahkan, kelompok yang akan
membawa kearah yang buruk (aspek sosial).
Kedelapan, Banyak orang tua karena berbagai alasan melakukan pengabaikan
terhadap anaknnya, akibatnya anak bisa melakukan perbuatan negatif (aspek pola
pengasuhan).
Bertitik tolak dari delapan dimensi tersebut maka Karang Taruna mengembangkan
agenda dan strategi untuk:
1. Melakukan upaya-upaya preventif, seperti pendidikan sosial, mental dan fisik
kepada anak-anak, terutama anak-anak yatim, anak-anak miskin dan anak-anak
jalanan.
2. Melakukan berbagai aktivitas di kalangan anak-anak yang mengedepankan
unsur-unsur rekreasi, pengisian waktu luang dalam pendidikan nonformal
melalui taman bacaan, Kerajinan, Kesenian dan olahraga.

Demikianlah seputar kelahiran Karang Taruna beserta latar belakang pemikiran dan
persoalan yang menyertainya. Fakta di seputar kelahiran itulah yang kelak di kemudian
hari ikut mewarnai corak dan perkembangan Karang Taruna sebagai organisasi sosial
di Indonesia.

B Perkembangan Karang Taruna


Setelah kelahirannya di tahun 1960, Karang Taruna mendapat pengakuan sebagai salah
satu organisasi generasi muda. Karang Taruna juga ikut terpengaruh oleh dinamika
perjalanan bangsa.
Karang Taruna lahir pada saat dinamika bangsa berlangsung, melalui Dekrit Presiden 5
Juli 1959, Indonesia yang semula liberal berubah ke arah otoriter di bawah kendali
sistem Demokrasi Terpimpin. Karang Taruna mulai perannya untuk mengembangkan
partisipasi kemasyarakatan hingga ke masa Orde Baru (1965-1998). Di masa orde
reformasi Karang Tarunaterus menjadi organisasi yang menjaga netralitasnya.
Perkembangan Karang Taruna dapat dibagi dalam pembagian waktu sebagai berikut:

37 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


1. Fase Pencanangan (Tahun 1960), diawali dengan adanya kepedulian seorang
Gazali Sekretaris Yayasan Perawatan Anak Yatim (YPAY) terhadap kebiasaan anak
dan remaja setempat yang mengisi waktu luangnya digunakan untuk hal-hal
yang tidak bermanfaat yang cenderung negatif, seperti berkeliaran, bermain
kartu, disamping banyak anak yatim dan anak yang tidak sekolah. Sehingga
muncul gagasan untuk mengorganisir sebuah kegiatan penanggulangannya
dengan melembagakan program tersebut. Gagasan tersebut lalu di respon oleh
Ibu Tati Marjono dari Jawatan Pekerjaan Sosial melakukan pendekatan
kesejahteraan sosial.
2. Fase Penumbuhan (1960-1970). Karang Taruna mulai tumbuh di kelurahan-
kelurahan lain di wilayah DKI Jakarta dan mengambil peran dalam penanganan
permasalahan sosial anak dan remaja sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Sehingga pada tahun 1969 saat dimulainya Pelita I terbentuk 12 Karang
Taruna dan terus berkembang hingga awal tahun 1970.
3. Fase Pengembangan (1970-1980). Di masa orde baru Karang Taruna terus
meningkat. di wilayah DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Ali Sadikin pada tahun
kedua Pelita I jumlah Karang Taruna telah mencapai sebanyak 274, termasuk
Karang Taruna Unit RW yang mulai ditumbuhkan. Sejak dikeluarkan Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta untuk membubarkan Geng-Geng di Jakarta dan
mengfungsikan Karang Taruna sebagai wadah pembinaan dan pengembangan
generasi muda, pertumbuhan Karang Taruna dapat berkembang dengan pesat.
Di DKI Jakarta Tahun 1974 sudah terdapat sebesar 620 lembaga dan tahun 1979
sebesar 3.359.
4. Fase Penguatan (1980-1990). Ditandai dengan adanya beberapa kegiatan Karang
Taruna berskala Nasional, seperti Musyawarah Kerja Nasional Karang Taruna
Tahun 1980 di Malang Jawa Timur yang menghasilkan antara lain Pemilihan
Karang Taruna Teladan Tingkat Nasional dan mengusulkan Karang Taruna
dimasukan kedalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) serta
Musyawarah Kerja Nasional Karang Taruna Tahun 1981 di Garut Jawa Barat yang
hasilnya adalah dibentuknya Forum Komunikasi Karang Taruna Tingkat
Kecamatan. Pada fase ini dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor :
13/HUK/KEP/1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Karang Taruna, Surat
Keputusan Menteri Sosial RI nomor 11/HUK/KEP/1988 tentang Pedoman Dasar
Karang Taruna serta dimasukannya Karang Taruna kedalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) berdasarkan Ketetapan MPR Nomor II Tahun 1983, Tahun
1988 dan 1993. Di Tahun 1984,jumlah Karang Taruna secara nasional sebanyak
12.600 Karang Taruna. Tahun 1985 ditetapkan oleh Menteri Sosial RI sebagai Tahun
Penumbuhan Karang Taruna, Tahun 1987 sebagai Tahun Kualitas Karang Taruna,
dan Keikutsertaan Karang Taruna dalam Program Nakasone menyongsong
abad 21 ke Jepang.
5. Fase Pemantapan (1990-2000), kegiatan dilakukan untuk lebih memantapkan
peran dan fungsi Karang Taruna sebagai wadah pembinaan dan
pengembangan generasi muda.Kegiatan-kegiatan lainnya pada saat itu adalah :
Bimbingan Manajemen Organisasi, Usaha Kesejahteraan Sosial dan
Kewirausahaan Karang Taruna, Pendidikan Pelatihan Usaha Ekonomi Produktif di
Peternakan Triple'S Tapos Bogor, Pelatihan Pertanian dan Peternakan Terpadu di

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 38


Cinagara Bogor, Praktek Belajar Kerja di Pusdiklat Lima Belas Farm Singaparna
Tasikmalaya, Bimbingan Kewirausahaan Karang Taruna di Daerah,
Pengembangan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara di Pusat Pendidikan Zeni
Angkatan Darat Bogor dan Pusat Pendidikan Bimbingan Masyarakat POLRI, Studi
Karya Bhakti, Pekan Bhakti dan Porseni Karang Taruna, Sasana Krida Karang Taruna,
Bulan Bhakti Karang Taruna,dan Magang ke Jepang
6. Fase Tantangan (2000 - sekarang), Tahun 2000 Departemen Sosial RI dibubarkan
dan dirubah menjadi Badan Kesejahteraan Sosial Nasional. Akibatnya banyak
Karang Taruna yang membubarkan diri karena merasa tidak ada pembinanya,
misalnya di Provinsi Riau. Dalam Temu Karya Nasional Karang Taruna di Medan
bulan Oktober 2001 menghasilkan putusan untuk merubah nama Karang Taruna
menjadi Karang Taruna Indonesia. Ada 2 pedoman Karang Taruna, yaitu
Pedoman Dasar Karang Taruna berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Nomor
11/HUK/1988 dan Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna
Indonesia yang dikeluarkan Pengurus Nasional Karang Taruna Indonesia.
Dualisme aturanini merugikan bagi Karang Taruna sendiri. Temu Karya Nasional
Karang Taruna dan terbit Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 83 Tahun 2005
tentang Pedoman D asar Karang Taruna. Program andalan ditingkat Nasional
adalah Kantin Kejujuran, atas kerja sama antara Pengurus Nasional Karang Taruna
dengan Kejaksaan Agung RI, yang dilekatkan program kegiatannya di sekolah.
Disamping kegiatan yang lain adalah Expo Karang Taruna yaitu Pameran
peragaan hasil kegiatan usaha ekonomis produktif Karang Taruna tingkat
Nasional di Kelapa Gading Jakarta, Jambore Karang Taruna tingkat Nasional di
Cibubur dan Kuningan, program lanjutan Pelatihan Pertanian dan Peternakan
Terpadu di Cinagara Bogor dan Pengembangan Wawasan Kebangsaan dan Bela
Negara di Pusat Pendidikan Zeni Angkatan Darat Bogor. Di Tahun 2010 terbit
Peraturan Menteri Sosial RI nomor 77 Tahun 2010 tentang Pedoman Dasar
KarangTaruna.
Ada proses yang perlu diketahui oleh siapa pun yang berkecimpung dalam Karang
Taruna, bahwa Karang Taruna dari masa ke masa tidak pernah berubah haluan, Karang
Taruna itu lahir dan dibentuk oleh masyarakat, lembaga ini lahir karena kebutuhan
masyarakat.Inilah prinsip yang harus dipegang teguh danKarang Taruna dibentuk
semata-mata karena memang dibutuhkan oleh masyarakat, terkait dengan
penanggulangan masalah sosial, khususnya generasi muda.

Karang Taruna memiliki jati diri sebagai berikut: Pertama, Karang Taruna merupakan
organisasi sosial, sehingga kegiatannya bergerak dibidang usaha-usaha
kesejahteraan sosial dan tugas pokoknya menanggulangi masalah sosial khususnya
masalah sosial generasi muda. Kedua, Karang Taruna merupakan wadah pembinaan
dan pengembangan generasi muda, baik generasi muda yang bermasalah maupun
yang tidak bermasalah. Ketiga, Karang Taruna merupakan organisasi otonom dan
lokal diwilayah

desa/kelurahan/komunitas adat sederajat yang bersifat horizontal dan tidak vertikal,


namun untuk memenuhi tugas pokok dan fungsinya diperlukan adanya mekanisme
kerjasama, komunikasi, informasi, koordinasi dan kolaborasi antarpengurus disetiap

39 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


tingkatan, mulai tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi maupun nasional.
Keempat, Karang Taruna adalah organisasi non-partisan, yang tidak membedakan
pendirian politik, suku, bangsa, ras, agama/kepercayaan. Kelima, Sistem keanggotaan
Karang Taruna adalah stelsel pasif, yakni seluruh generasi muda yang berumur 13
tahun sampai dengan 45 tahun adalah anggota Karang Taruna. Hal ini menunjukan
kejelasan sasaran obyek yang dijadikan pembinaan dan pengembangan generasi
muda.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 40


BAB III
PENYELENGGARAAN ORGANISASI KARANG TARUNA

A. Klasifikasi Karang Taruna


Klasifikasi Karang Taruna adalah pengelompokan/kategorisasi Karang Taruna atas
dasar tingkat kemampuannya dalam melaksanakan atau menyelenggarakan tugas
pokok dan fungsinya di lingkungan masing-masing.
Klasifikasi Karang Taruna meliputi:
1. Karang Taruna Tumbuh adalah Karang Taruna yang secara formal telah tumbuh
dan telah ada susunan kepengurusannya, namun kegiatannya masih sangat
sederhana, bersifat rekreatif, dan belum terprogram secara terarah;
2. Karang Taruna Berkembang yaitu Karang Taruna yang secara organisatoris
maupun administratif sudah teratur, dan terpola dengan mekanisme/tata kerja
yang teratur dan sistematis;
3. Karang Taruna Maju adalah Karang Taruna yang secara organisatoris, administratif,
kepengurusan dan programnya telah berjalan dengan baik, teratur,
berkesinambungan, dan mempunyai prospek program yang jelas; dan
4. Karang Taruna Percontohan adalah Karang Taruna yang secara organisatoris,
administratif, kepengurusan dan programnya telah berjalan dengan baik, teratur,
berkesinambungan, dan mempunyai prospek program yang jelas, serta telah
mengembangkan program-program yang menciptakan generasi muda
dilingkungannya untuk mampu berpartisipasi mengembangkan program
pembangunan nasional khususnya dibidang kesejahteraan sosial, yang
diperlukan oleh lingkungannya.

Sedangkan secara rinci kriteria yang digunakan untuk menetapkan klasifikasi


Karang Taruna adalah:

41 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 42
B. Rapat-rapat dan Forum Pengambilan Keputusan dalam Karang Taruna
Rapat-rapat dan Forum Pengambilan Keputusan dalam Karang Taruna terdiri dari:
1. Musyawarah Warga Karang Taruna (MWKT), adalah forum pengambilan
keputusan tertinggi organisasi Karang Taruna ditingkat desa/kelurahan, dengan
ketentuan:
a. Peserta, terdiri dari:
1) Peserta Penuh yakni: Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan, Pengurus
. KT Kecamatan, Pengurus Karang Taruna Unit RW/RK (apabila telah
dibentuk), pengurus organisasi/kelembagaan generasi muda ditingkat
desa/kelurahan dan para tokoh/eksponen generasi muda, dengan
masing-masing orang memiliki Hak Suara dan Hak Bicara;
2) Peserta Peninjau yakni:MPKT, Pembina Fungsional dan Pembina Teknis
ditingkat desa/kelurahan, yang hanya memiliki Hak Bicara;
b. Wewenang MWKT adalah:
1) Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Karang Taruna
Desa/Kelurahan;
2) Menetapkan Kerangka Pokok Program Karang Taruna tingkat
desa/kelurahan masa bakti berikutnya;
3) Menetapkan Struktur dan Uraian Tugas Pengurus Karang Taruna
Desa/Kelurahan;
4) Memilih Ketua, Pengurus, dan Majelis Pertimbangan Karang Taruna
Desa/Kelurahan masa bakti berikutnya;
c. Pelaksanaan MWKT:
1) MWKT berlangsung atas panggilan/undangan Pengurus Karang Taruna
Desa/Kelurahan yang bersangkutan;
2) Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan yang bersangkutan membuka
persidangan MWKT dan menjadi Pimpinan Sidang Sementara guna
membahas Agenda Acara, Tata Tertib, dan Pemilihan Pimpinan Sidang
Pleno (PSP) MWKT dan menyerahkan palu persidangan kepada PSP
MWKT,dengan syarat jumlah Peserta Penuh sudah hadir sekurang-
kurangnya setengah ditambah satu dari yang diundang;
3) PSP berjumlah 3 (tiga) orang yang berasal dari unsur Pengurus Karang
Taruna Desa/Kelurahan1 (satu) orang serta unsur dari Peserta Penuh 2
(dua) orang;
4) PSP berwenang menutup seluruh persidangan dan bertanggung jawab
merumuskan hasil-hasil MWKT lalu menyerahkan kepada Pengurus
Karang Taruna Desa/Kelurahan terpilih;
d. Pemilihan Langsung.
Bagi desa/kelurahan yang telah siap baik kelembagaan, pembiayaan,
infrastruktur maupun kesadaran masyarakatnya, pemilihan Ketua Karang
Taruna dapat dilakukan secara langsung, dengan ketentuan:

43 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


1) Diikuti oleh seluruh Warga Karang Taruna yang terdaftar;
2) Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan yang bersangkutan membentuk
Panitia Pemilihan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya
masa jabatan Pengurus, dengan tugas:
a) Melakukan pendataan dan penetapan Calon Pemilih;
b) Menyelenggarakan Pendaftaran Calon Ketua Karang Taruna;
c) Menyelenggarakan Agenda Kampanye berupa: Rapat Umum, Debat
Kandidat, dan Publikasi Media Luar Ruang;
d) Menyelenggarakan Pemungutan Suara dengan menyediakan Tempat
Pemungutan Suara minimal di satu lokasi;
e) Menyelenggarakan Penghitungan Suara, Pengumuman Hasil hingga
Pelantikan/Pengukuhan Ketua Terpilih;
3) Ketua Terpilih kemudian bertindak selaku formatur tunggal guna
menyusun kepengurusan dan MPKT untuk masa bakti 3 (tiga) tahun
kedepan;

2. Rapat Kerja, adalah forum pengambilan keputusan tinggi organisasi yang


dilaksanakan guna menjabarkan hasil-hasil MWKT, dengan ketentuan:
a. Peserta, terdiri dari:
1) Peserta Penuh yakni: Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan,
Pengurus Karang Taruna unit RW/RK dan Subunit RT (apabila ada) dan
kepala desa/lurah;
2) Peserta Peninjau yakni: MPKT yang bersangkutan, Pengurus Karang
Taruna satu tingkat diatasnya dan Para Pembina Teknis
didesa/kelurahan;
3) Undangan yang ditentukan oleh Pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan.
b. Hak Peserta:
1) Hak Suara hanya diberikan kepada Peserta Penuh dengan format Satu
orang Satu Suara atau One Man One Vote.
2) Hak Bicara diberikan kepada Peserta Penuh dan Peserta Peninjau.
c. Wewenang Rapat Kerja:
1) Menetapkan peraturan organisasi sesuai tingkatannya atau prosedur
administratif yang dibutuhkan;
2) Mengevaluasi program kerja dan menetapkan program kerja jangka
pendek, menengah, dan panjang selanjutnya;
3) Menetapkan Pokok-pokok Pikiran sebagai Rekomendasi Rapat Kerja
dan Rekomendasi Raker lainnya baik yang bersifat internal maupun
eksternal.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 44


d. Pelaksanaan Rapat Kerja:
1) Raker berlangsung atas panggilan Pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan;
2) Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan membuka Raker dengan
syarat jumlah Peserta Penuh sekurang-kurangnya setengah ditambah
satu dari jumlah seluruh Peserta Penuh yang diundang harus sudah
` hadir;
3) Peserta Penuh yang hadir adalah pengurus yang kepengurusannya
masih sah, dan harus membawa mandat dari organisasinya;
4) Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan memimpin seluruh agenda
persidangan Rakersebagai Pimpinan Sidang Pleno (PSP) Raker;
5) PSP berjumlah sekurang-kurangnya tiga (3) orang yakni seorang ketua
merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota, dan
seorang anggota;
6) PSP berwewenang untuk menutup seluruh persidangan dan
bertanggung jawab untuk merumuskan hasil-hasil Raker lalu diserahkan
kepada Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan;

3. Rapat Pengurus Pleno (RPP)


a. Berlangsung atas panggilan Ketua dan Sekretaris;
b. Dihadiri oleh seluruh Pengurus Pleno Karang Taruna;
c. Dipimpin oleh Ketua dan para Wakil Ketua (sesuai bidangnya atau secara
bergantian);
d. Sekurang-kurangnya dilaksanakan 2 (dus) bulan sekali, atau sesuai
kebutuhan;
e. Tugas:
1) Membahas dan merumuskan program kerja pengurus sebagai
penjabaran dari Keputusan MWKT dan Raker;
2) Membahas Strategi dan Kebijakan Program Kerja dan Keuangan
Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan;
3) Membahas dan merumuskan mekanisme kerja pengurus yang
bersangkutan;
4) Mengevaluasi dinamika organisasi dan batas-batas tugas, tanggung
jawab, dan wewenang pengurus yang bersangkutan;
5) Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

4. Rapat Pengurus Harian (RPH)


a. Berlangsung atas panggilan Ketua dan Sekretaris;
b. Dihadiri hanya oleh Pengurus Harian Karang Taruna.
c. Dipimpin oleh Ketua dan para Wakil Ketua (sesuai bidangnya atau secara

45 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


bergantian);
d. Sekurang-kurangnya dilaksanakan sekali sebulan atau sesuai kebutuhan;
e. Tugas:
1) Membahas dan merumuskan hal-hal yang lebih teknis (perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi) menyangkut program kerja pengurus
sebagai penjabaran dari Keputusan MWKT;
2) Membahas kebijakan internal menyangkut pelaksanaan program kerja
dan strategi penggalangan dan pengelolaan keuangan Pengurus yang
bersangkutan;
3) Mengambil sikap terhadap permasalahan yang membutuhkan
keputusan secara cepat dan mendesak tetapi tetap dipertanggung
jawabkan dalam RPP berikutnya;
4) Mengevaluasi pendelegasian wewenang Pengurus Harian yang
bersangkutan;
5) Membahas dan merumuskan hal-hal lain yang dianggap perlu.

C. Organisasi Kepengurusan
1. Kepengurusan Karang Taruna dibentuk dalam forum pengambilan
keputusan tertinggi Karang Taruna yakni Musyawarah Warga Karang
Taruna melalui mekanisme formatur.
2. Kepengurusan Karang Taruna Desa/Kelurahan yang telah dibentuk dan
disusun kemudian dikukuhkan melalui Surat Keputusan Kepala Desa/Kelurahan
dengan masa bakti 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya SK
Kepengurusan.
3. Setiap Karang Taruna desa/kelurahan dapat menyusun struktur organisasi
kepengurusannya dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. sesuai dengan kebutuhan desa/kelurahan masing-masing;
b. berdasarkan permasalahan sosial yang ada diwilayah masing-masing;
dan
c. berdasarkan visi dan misi yang disepakati bersama.
4. Karena itu setiap Karang Taruna desa/kelurahan memiliki organisasi
kepengurusan dengan struktur sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ketua;
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris;
d. Wakil Sekretaris,
e. Bendahara;
f. Ketua Bidang/seksi, yang jumlahnya sesuai kebutuhan;
5. Jumlah pengurus sekurang-kurangnya adalah 25 orang, dengan komposisi
kepengurusan perempuan sekurang-kurangnya 20%.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 46


D. Majelis Pertimbangan Karang Taruna
1. Majelis Pertimbangan Karang Taruna selanjutnya disingkat MPKT adalah wadah
penghimpun mantan pengurus Karang Taruna dan tokoh masyarakat lain yang
berjasa dan bermanfaat bagi kemajuan Karang Taruna;
2. MPKT tidak memiliki hubungan struktural pengurus Karang Taruna dan bersifat
tidak operasional, karena MPKT merupakan lembaga yang memiliki tugas pokok
untuk memberikan nasehat dan pertimbangan kepada pengurus Karang Taruna.
Untuk menjabarkan tugas pokoknya MPKT mempunyai fungsi sebagai:
a. Penampung aspirasi para mantan pengurus/aktivis Karang Taruna yang
sudah tidak memiliki hak untuk menjadi pengurus karena persyaratan usia
dan karena ketidakbersediaannya menjadi pengurus;
b. Menjadi lembaga konsultasi bagi Karang Taruna dalam menyelenggarakan
aktivitas organisasinya terutama melalui mekanisme Rapat Konsultasi;
c. Pengarah bagi Karang Taruna terutama menyangkut aspek nilai-nilai dan
substansial dari Karang Taruna;
d. Pemberi pertimbangan-pertimbangan strategis bagi Karang Taruna dalam
setiap kebijakan dan pengambilan keputusan yang bersifat strategis;
e. Pemberi dukungan akses (kemudahan) bagi Karang Taruna dalam
mengembangkan aktivitas program dan tatanan kelembagaannya;
f. Pemberi dukungan material dan moril bagi Karang Taruna di wilayahnya;
g. Penyedia akomodasi kepakaran dan kompetensi seseorang agar dapat
dikembangkan dan disumbangkan bagi kemajuan Karang Taruna.

3. Pembentukan MPKT dan kepengurusannya dilakukan dan disahkan dalam


Musyawarah Warga Karang Taruna melalui mekanisme formatur dengan masa
bakti yang sama dengan masa bakti kepengurusan Karang Taruna yang
bersangkutan.
4. MPKT dipimpin oleh seorang Ketua merangkap anggota, beberapa orang Wakil
Ketua (sesuai kebutuhan) merangkap anggota, seorang Sekretaris dan beberapa
orang Wakil Sekretaris (sesuai kebutuhan) merangkap anggota, dan para
anggota yang jumlahnya ditentukan sesuai dengan jumlah mantan
pengurus/aktivis Karang Taruna di wilayahnya masing-masing ditambah
b e b e r a p a t o ko h y a n g d i a n g g a p l a y a k , a p a b i l a m e m u n g k i n k a n .

47 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


E. Unit Teknis/Unit Kerja
1. Unit Teknis (UT) adalah lembaga pendukung organisasi kepengurusan
Karang Taruna yang memiliki tugas untuk melaksanakan fungsi-fungsi
strategis Karang Taruna.
2. Unit Kerja (UK) adalah lembaga pendukung organisasi kepengurusan
Karang Taruna yang memiliki tugas untuk memperluas daya jangkau
pelayanan dan program Karang Taruna hingga mencapai sasaran yang
diharapkan, terutama pembentukan Unit Kepengurusan Karang Taruna
ditingkat RW dan Sub Unit Kepengurusan Karang Taruna ditingkat RT oleh
Pengurus Karang Taruna Desa/Kelurahan yang bersangkutan;
3. Rencana/usulan Pembentukan UT/UK disampaikan oleh seksi yang terkait
dengan jenis UT/UK yang akan dibentuk;
4. Rencana/usulan tersebut kemudian dibahas dan diputuskan dalam RPP
dengan pertimbangan kebutuhan, signifikansi, kinerja/daya hasil dan nilai
strategis UT/UK yang dimaksud;
5. Setelah rencana dan usulan tersebut disetujui oleh RPP, maka Pengurus
Karang Taruna yang bersangkutan memberikan tugas kepada ketua seksi
yang bersangkutan dalam koordinasi dengan salah satu wakil ketua untuk
mempersiapkan segi-segi administratif, organisasi, maupun teknis yang
terkait dengan Pembentukan lembaga dimaksud;
6. Ketua atau anggota seksi yang bersangkutan secara otomatis langsung
bertindak selaku koordinator/pimpinan dari UT tersebut (kecuali untuk unit
keorganisasian tingkat RW dan RT didalam kepengurusan Karang Taruna
Desa/Kelurahan), dengan keanggotaan kepengurusan/tim ditentukan
sebagai berikut:
a. Berasal dari luar kepengurusan sesuai dengan kapasitasnya;
b. Untuk kebutuhan akan keahlian tertentu harus berasal dari kalangan
profesional di bidangnya;
c. Untuk posisi tertentu dengan pertimbangan teknis administratif dapat
berasal dari kalangan pengurus Karang Taruna yang bersangkutan dengan
status ex officio;
d. Jangka waktu Pembentukan UT disesuaikan dengan masa bakti pengurus
Karang Taruna yang bersangkutan, untuk kemudian keberadaannya dapat
ditinjau kembali pada masa bakti pengurus berikutnya, kecuali untuk UT
tertentu dimana pergantian kepengurusan justru akan menghambat
kinerjanya yang bersifat permanen;
e. UT/UK yang telah disetujui pembentukannya kemudian disahkan
melalui Surat Keputusan Pengurus Karang Taruna setelah terlebih dahulu
hal-hal yang terkait dengan kelengkapan administratif, kepengurusan
dan kelengkapan teknisnya sudah dipenuhi, kecuali untuk Unit

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 48


Keorganisasian tingkat RW dan RT dalam kepengurusan Karang Taruna
Desa/Kelurahan yang waktu pembentukannya sama dengan
kepengurusan Karang Taruna Desa/kelurahan dapat bersama-sama
disahkan dalam SK Kepala Desa/Lurah;
f. Untuk selanjutnya secara terinci, organisasi Karang Taruna yang
bersangkutan dapat membuat Petunjuk Pelaksanaan tentang
Mekanisme Pembentukan UT/UK.

7. Setiap UT/UK menyampaikan laporan pertanggungjawaban dan dapat


dibekukan/ dibubarkan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. UT/UK Karang Taruna berada langsung di bawah koordinasi seksi
yang terkait dengannya dan bertanggung jawab langsung kepada
Ketua Pengurus Karang Taruna melalui wakil ketua yang
membawahinya;
b. Dalam masa berjalan, laporan (pertanggungjawaban) UT/UK harus
diberikan secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali kepada
pengurus Karang Taruna;
c. P e n g u r u s K a r a n g Ta r u n a y a n g b e r s a n g k u t a n b e r w e n a n g
membekukan dan membubarkan UT/UK yang dianggap:
1) Kinerja dan arah kegiatannya sudah tidak sesuai lagi bahkan
menyimpang dari tujuan pembentukannya;
2) Keberadaannya tidak mampu lagi mendukung pelaksanaan
fungsi-fungsi organisasi Karang Taruna sesuai dengan amanat
pembentukannya;
3) Keberadaannya sudah tidak lagi dibutuhkan oleh organisasi
Karang Taruna yang membentuknya;
4) Pembekuan dan pembubaran UT/UK dilaksanakan dengan
pencabutan terhadap SK pembentukannya oleh pengurus
Karang Taruna yang bersangkutan.

F. Kepengurusan Kecamatan Sampai Provinsi


1. Untuk membangun mekanisme koordinatif dan konsultatif bagi
kepentingan operasional dan pengembangan Karang Taruna ditingkat
desa/kelurahan, maka dibentuklah pengurus Karang Taruna mulai tingkat
kecamatan hingga tingkat provinsil fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Memelihara dan mengembangkan filosofi, dasar-dasar dan nilai-nilai
organisasi;
b. Menyelenggarakan aktivitas komunikasi dan pemberian informasi;
c. Memberdayakan, mengembangkan, dan memperkuat sistem jaringan
kerjasama (networking) antarKarang Taruna serta dengan pihak lain

49 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


d. Menyelenggarakan mekanisme pengambilan keputusan organisasi
dan penyusunan regulasi;
e. Menjalankan fungsi pendampingan kelembagaan dan program kerja;
f. Menyelenggarakan advokasi;
g. Menyelenggarakan agenda-agenda konsolidasi dan sosialisasi
kelembagaan dan program kerja;
h. Menjaga soliditas dan konsistensi organisasi;
i. Menjaga nama baik organisasi dan mengembangkan agenda-agenda
pencitraan organisasi.
2. Sesuai dengan tingkatannya kepengurusan kecamatan dan provinsi adalah:
a. Pengurus Karang Taruna Kecamatan adalah pelaksana organisasi
Karang Taruna dalam lingkup wilayah kecamatan, yang dibentuk dan
disahkan melalui Temu Karya Karang Taruna Kecamatan serta
dikukuhkan oleh Camat.
b. Pengurus Karang Taruna Kabupaten/Kota adalah pelaksana jejaring
kerja kepengurusan Karang Taruna dalam lingkup wilayah
kabupaten/kota, yang dibentuk melalui Temu karya Karang Taruna
Kabupaten/Kota serta dikukuhkan oleh Bupati/Walikota.
c. Pengurus Karang Taruna Provinsi adalah pelaksana organisasi
kepengurusan Karang Taruna dalam lingkup wilayah provinsi, yang
dibentuk dan disahkan melalui Temu Karya Karang Taruna Provinsi dan
dikukuhkan oleh Gubernur.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 50


G. Sinergi dan Kemitraan
1. Dalam mengemban misi dan mencapai tujuannya, Karang Taruna
disarankan untuk melakukan sinergi dan kemitraan dengan berbagai pihak
khususnya pemangku kepentingan pembangunan kesejahteraan sosial di
desa/kelurahan.
2. Sinergi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di wilayahnya
(desa/kelurahan) dapat dilakukan dengan sesama Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS), yakni:
a. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), dalam hal menangani PMKS yang ada
dalam komunitasnya, seperti Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE),
Wanita Tuna Susila (WTS), Anak Jalanan dan Anak Terlantar.
b. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan ( TKSK), dalam hal
mengumpulkan dan mengolah data baik PSKS maupun PMKS untuk
kepentingan perencanaan dan implementasi program kesejahteraan
sosial yang tepat sasaran serta pengembangan jaringan kerja dan
informasi.
c. Taruna Siaga Bencana (TAGANA), dalam hal pengumpulan data
potensi dan korban bencana, evakuasi korban bencana serta distribusi
bantuan bencana kepada korban serta persiapan daerah rawan
bencana.
d. Organisasi Sosial (Orsos)/LKS (lembaga kesejahteraan sosial), dalam
hal pendataan dan bagi pemberian bantuan dan pelayanan sosial
PMKS.
e. Sinergi dan kemitraan juga dilakukan dalam lembaga pusat
kesejahteraan sosial (Puskesos)
3. Sinergi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan pemberdayaan
masyarakat di wilayahnya dapat dilakukan dengan sesama Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat, yakni:
a. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dalam hal dukungan
terhadap program-program pokok PKK serta penyediaan kader-kader
muda untuk kegiatan PKK.
b. LMK/BPD/BKM/LPM dan sejenisnya, dalam hal kerjasama program-
program pemberdayaan masyarakat baik di bidang kesehatan,
pembangunan fisik, sosial maupun ekonomi secara terpadu, terarah dan
berkesinambungan di mulai dari proses perencanaan bersama
(musrenbang).
c. RT/RW, dalam hal kerjasama pembangunan di lokal RT/RW yang
sudah pasti melibatkan partisipasi generasi muda, termasuk kesiapan
Karang Taruna dalam penyediaan kepemimpinan masyarakat
kedepan.

51 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


4. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan
pemberdayaan masyarakat di wilayahnya dapat diselenggarakan dengan
instansi pemerintah, yakni:
a. Instansi Sosial/Kesejahteraan Sosial di semua tingkatan dalam hal
pemberian dukungan dan menjadi pelaku dalam kegiatan-kegiatan
pelayanan kesejahteraan sosial di desa/kelurahan.
b. Instansi Kesehatan, dalam hal pemberian dukungan, sosialisasi dan
penyediaan SDM Karang Taruna dalam kegiatan-kegiatan kesehatan
masyarakat.
c. Instansi Pendidikan, dalam hal pemberian dukungan, sosialisasi dan
penyediaan SDM Karang Taruna dalam mensukseskan program
pendidikan bagi masyarakat terutama disektor informal.
d. Instansi UMKM dan Koperasi, dalam hal peningkatan partisipasi dan
penyediaan SDM Karang Taruna dalam program kewirausahaan dan
ko p e r a s i y a n g d i a r a h k a n u n t u k m e n i n g k a t k a n d a y a b e l i
masyarakat desa/kelurahan, penyerapan tenaga kerja dan
produktivitas daerah.
e. Instansi Pertanian/Perikanan/Kelautan/Perkebunan dan sejenisnya,
dalam hal peningkatan partisipasi dan penyediaan SDM Karang Taruna
serta inisiatif dalam berwirausaha dibidang tersebut yang mendukung
peningkatan perekonomian lokal dan keberdayaan masyarakat.
f. Instansi lain sesuai kebutuhan dan permasalahan di desa/kelurahan
masing-masing.
5. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di
wilayahnya dapat diselenggarakan dengan organisasi kemasyarakatan
fungsional, yakni:
a. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) dalam hal pemberdayaan
kader dan pemberdayaan sumberdaya kepemudaan pada umumnya.
c. Pramuka, dalam hal gerakan kepanduan yang terintegrasi dengan
pemberdayaan sumberdaya kepemudaan serta kegiatan-kegiatan
sosial yang dikembangkan Pramuka.
d. Palang Merah Indonesia (PMI), dalam hal kegiatan-kegiatan
kemanusiaan dan penanggulangan bencana.
6. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di
wilayahnya dapat diselenggarakan dengan dunia badan yakni sebagai
sumber potensial bagi dukungan pembiayaan dan bantuan bagi
program-program pelayanan sosial, ekonomi, lingkungan hidup,
kepariwisataan dan program lain yang sesuai dengan implementasi CSR
dunia usaha.
7. Sinergi dan kemitraan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 52


pemberdayaan masyarakat dapat diselenggarakan dengan lembaga
pendidikan utamanya perguruan tinggi terutama dalam hal penggunaan dan
pengembangan teknologi tepat guna, pengembangan keahlian dalam
bidang sosial-ekonomi, dan konsultasi keahlian.

53 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


BAB IV
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KARANG TARUNA

1. Sistem Manajemen Kesekretariatan


a. Kesekretariatan Karang Taruna meliputi kegiatan-kegiatan:
1) Ketatausahaan, segala sesuatu yang menyangkut penyelenggaraan
administrasi sekretariat, meliputi kegiatan :
a) Pembuatan dan pembukuan surat keluar
b) Penerimaan dan pembukuan surat masuk
c) Penyelenggaraan kearsipan dan dokumentasi
2) Korespondensi, segala sesuatu menyangkut penyelenggaraan komunikasi
tertulis yang dilakukan organisasi dengan pihak luar, meliputi :
a) Pengiriman surat dengan bukti ekspedisi tercatat
b) Penandatanganan/otorisasi dan pengesahan surat oleh pejabat
organisasi
c) Prosesi tanggapan surat yang diterima
3) Penataan sekretariat meliputi kegiatan :
a) Pendataan/inventarisasi barang-barang kantor
b) Pemasangan plang nama, sesuai standar terlampir
c) Penyediaan dan pengelolaan buku-buku administrasi yang meliputi
(Buku Surat Masuk, Buku Surat Keluar, Buku Ekspedisi Surat, Buku Tamu,
Buku Absensi Rapat, Buku Notulen Rapat, Buku Inventaris Karang
Taruna, Buku Kegiatan, Buku Keuangan, Buku Data Warga Karang
Taruna, Buku Data Pengurus Karang Taruna, Buku dokumentasi
kegiatan).
d) Pemeliharaan dan perawatan sekretariat (kebersihan, kerapihan dan
pemanfaatan alat-alat kerja dan fasilitasnya)
e) Pemasangan gambar Presiden RI, Wakil Presiden RI, Menteri Sosial RI,
Bendera Merah Putih, Bendera Karang Taruna, Panji Karang Taruna dan
gambar/atribut lain sesuai kebutuhan dan kepatutan.
4) Sekretariat Karang Taruna
Adalah bagian penting yang mendukung kelancaran pekerjaan
ketatausahaan/administrasi organisasi Karang Taruna yang meliputi segala
tugas koordinasi dalam penyampaian kebijaksanaan organisasi, dengan
fungsi-fungsi :
a) Menjadi tempat penyelenggaraan administrasi organisasi.
b) Koordinasi dalam penyampaian kebijakan organisasi yang akan
diteruskan kesemua pengurus dan anggota sesuai dengan keinginan
organisasi.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 54


c) Membantu kelancaran organisasi secara keseluruhan.
d) Sebagai saluran informasi.
e) Pendistribusian surat organisasi keseluruh jajaran dan pihak lain yang
terkait dengan maksud surat dan program.
b. Standarisasi Kesekretariatan Karang Taruna
1) Karang Taruna memiliki kelengkapan administrasi meliputi :
a) Kop Surat, sesuai standar terlampir.
b) Stempel Organisasi, sesuai standar terlampir.
c) Amplop Surat dan Map, sesuai standar terlampir.
d) Kelengkapan administrasi lainnya (diatur masing-masing pengurus
Karang Taruna)
2) Kelengkapan administrasi (manajemen kesekretariatan) juga dapat dibuat
untuk kepanitiaan dan/unit teknis tertentu.
3) Kelengkapan pembukuan yang terdiri dari Buku Surat Masuk, Buku Surat
Keluar, Buku Tamu, Buku Notulen Rapat, Buku Invetarisasi Barang, Buku
keuangan, buku dokumentasi, buku daftar hadir, biodata pengurus,
biodata keanggotaan (Warga Karang Taruna)
4) Ada gambar Presiden RI, Wakil Presiden RI, dan Menteri Sosial RI.
5) Ada Bendera Merah Putih, Panji Karang Taruna, Bendera Karang Taruna
dan gambar/atribut lain sesuai kebutuhan dan kepatutan.
6) Lemari berkas/arsip.
7) Komputer.
8) Meja dan Kursi
c. Surat menyurat
Standar surat menyurat Karang Taruna, sebagai berikut :
1) Penomoran surat, yang diatur sebagai berikut :
a) Untuk lingkup internal urutannya: periode kepengurusan, nomor
surat/jenis surat/kode wilayah/KT/I/bulan/tahun
b) Untuk lingkup eksternal urutannya: periode kepengurusan, nomor
surat/jenis surat/kode wilayah/KT/E/bulan/tahun
c) Penomoran surat menganut prinsip deret hitung berdasarkan jenis
suratnya dan berlaku untuk jangka waktu 1 (satu ) tahun
2) Pembuatan Surat, harus memuat prinsip-prinsip berikut :
a) Menentukan tujuan dan maksud penulisan surat
b) Menempatkan gagasan-gagasan yang menjadi isi surat dengan
urutan-urutan yang baik
c) Menggunakan tata bahasa yang baik
d) Singkat dan jelas tanpa mengurangi kepatutan
3) Jenis-jenis surat
a) Surat Biasa (B), kelompok jenis surat yang berisi pemberitahuan,

55 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


permintaan/permohonan, undangan acara/kegiatan dan pengantar.
b) Surat Keputusan (K), kelompok jenis surat yang berisi kebijaksanaan
pokok, sifatnya umum berlaku dan harus ditaati oleh/bagi
seluruh/sebagian anggota/pengurus Karang Taruna.
c) Surat Tugas/Mandat/Perintah (T), kelompok jenis surat yang berisi
penugasan, perintah, dan mandat dari pengurus yang mempunyai
kewenangan untuk dan atas nama organisasi.
d) Surat Rekomendasi (R), kelompok jenis surat yang bersifat khusus
karena berisi pemberian rekomendasi, pernyataan, dukungan dan
usulan untuk kepentingan pengembangan kader/aktivis dan
organisasi dalam berbagai sektor.
4) Surat Keluar
Surat keluar terdiri dari 2 (dua) macam :
a) I n t e r n a l O r g a n i s a s i , a d a l a h s u r a t y a n g d i t u j u k a n ke p a d a
pengurus/anggota Karang Taruna, ditandatangani oleh ketua dan
sekretaris atau pengurus sesuai bidangnya yang diberi kewenangan
untuk itu.
b) Eksternal Organisasi, adalah surat untuk pihak luar organisasi
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.
c) Apabila salah satu diantara Ketua dan Sekretaris berhalangan
menandatangani surat keluar organisasi, maka dapat salah satunya
digantikan oleh unsur Wakil Ketua dan /atau unsur Wakil Sekretaris
d) Penandatanganan dan stempel organisasi dalam surat keluar harus asli
dan tidak boleh menggunakan photo copy terutama surat keluar
eksternal organisasi.
5) Surat Masuk
a) Surat Masuk adalah semua surat atau berita yang diterima dari pihak
lain maupun internal organisasi Karang Taruna.
b) Penerimaan surat masuk dipusatkan pengurusannya di sekretariat
organisasi Karang Taruna.
c) Semua surat atau berita yang masuk harus dicatat sesuai dengan
sifatnya ke dalam buku Agenda Surat Masuk.
d) Lembaran disposisi dipergunakan oleh Ketua atau Sekretaris kepada
pengurus yang diberi kewenangan untuk mengambil tindakan
terhadap keterangan dan untuk penyelesain suatu masalah sesuai
dengan isi surat masuk tersebut.

2. Sistem Manajemen Laporan


a. Jenis-Jenis Laporan
1) Laporan Berkala/rutin, meliputi:

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 56


a)Laporan Tahunan, adalah laporan yang dibuat 1 (satu) tahun
sekali oleh pengurus yang berisi pelaksanaan kebijakan dan
p r o g r a m ke r j a s e l a m a s e t a h u n , y a n g m e n j a d i d o k u m e n
organisasi dan bahan bagi penyusunan program berikutnya.
b) Laporan Tiga Bulanan, adalah laporan yang dibuat 3 (tiga)
bulan sekali oleh pengurus yang berisi pelaksanaan kebijakan
d a n p r o g r a m ke r j a s e l a m a 3 ( t i g a ) b u l a n , y n g m e n j a d i
dokumen organisasi dan bahan penyusunan laporan tahunan.
c) Laporan bulanan, adalah laporan yang dibuat 1 (satu) bulan
sekali oleh pengurus yang berisi pelaksanaan kegiatan dan
bahan bagi penyusunan laporan triwulan.
2) Laporan Khusus, meliputi
a) Laporan Kepanitiaan, adalah laporan panitia sebuah kegiatan yang
dibentuk oleh pengurus yang bersangkutan yang menjadi bahan bagi
penyusunan laporan berkala dan laporan pertanggungjawaban (LPJ)
pengurus.
b) Laporan Unit Teknis, adalah laporan Unit Teknis yang dibentuk oleh
pengurus yang bersangkutan dan disampaikan secara berkala, yang
menjadi bahan bagi penyusunan laporan berkala dan LPJ pengurus.
c) Laporan penugasan, adalah laporan yang dibuat oleh seseorang atau
sebuah tim yang diberi tugas/mandat/perintah melaksanakan sesuatu
atas nama organisasi untuk menjadi bahan masukan dan dokumen
bagi organisasi.
d) Laporan Insidentil, adalah laporan yang dibuat ketika Karang Taruna
memperoleh dana stimulant atau dana hibah dari Instansi pemerintah
maupun non pemerintah
b. Sistematika Penyusunan Laporan
Secara umum penyusunan laporan harus memuat sekurang-kurangnya
sistematika dibawah ini, yakni :
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Dasar
c. Maksud dan Tujuan
2. Rencana Kerja
a. Program/kegiatan
b. Personalia
c. Data penerima program
d. Keuangan
3. Realisasi Rencana Kerja
a. Program/Kegiatan

57 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


b. Personalia
c. Keuangan
d. Dokumentasi
4. Hambatan dan Upaya
a. Hambatan-Hambatan
b. Upaya-Upaya mengatasi Hambatan
c. Lain-Lain
5. Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran dan rekomendasi
6. Lampiran-lampiran

3. Sistem Manajemen Keuangan


a. Perencanaan Keuangan Organisasi Karang Taruna
1) Penggalian sumber keuangan Karang Taruna diselenggarakan dalam
perencanaan bersama dengan pemegang otoritas keuangan organisasi
yakni Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2) Perencanaan keuangan didasarkan pada jumlah keseluruhan kebutuhan
yang ditetapkan bersama dalam rangka menjalankan roda organisasi dan
program-program kerjanya.
3) Perencanaan keuangan organisasi diselenggarakan berdasarkan prinsip
berimbang antara kekuatan yang dimiliki dan potensi sumber daya
keuangan yang mungkin dapat diserap, dengan jumlah kebutuhan
keuangan yang disusun.
4) Perkiraan pemasukan keuangan organisasi harus disusun sesuai dengan
perkiraan anggaran organisasi untuk 1 tahun kegiatan dan satu periode
kepengurusan Karang Taruna yang bersangkutan.
b. Kebijakan Penggalian Sumber Keuangan Organisasi
Kebijakan penggalian sumber keuangan organisasi, meliputi:
1) Kebijakan internal berupa:
a) Penarikan iuran anggota /Pengurus
b) Pengupayaan donasi dari kalangan internal
c) Penetapan jasa Organisasi untuk setiap keuntungan usaha yang
diperoleh dari Unit Teknis bidang usaha (UEP) Karang Taruna
2) Kebijakan Eksternal Berupa:
a) Penetapan program kerja penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan
lainnya yang mendapat alokasi pembiayaan dari pos anggaran
instansi terkait.
b) Penetapan program-program unggulan yang dapat dikerjasamakan
dengan pihak lain secara proporsional dan profesional dengan cara

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 58


donasi maupun sponsorship.
c) Penetapan proyek-proyek unggulan ekonomi yang dapat
dikerjasamakan dengan pihak-pihak tertentu dalam suatu ikatan
kerjasama usaha yang saling menguntungkan.
3) Kebijakan Khusus berupa:
a) Pengumpulan Dana Sosial (filantropi) oleh Karang Taruna baik yang
bersumber dari internal maupun dari eksternal.
b) Penyertaan modal kerja bagi usaha-usaha strategis terutama yang
dikelola oleh Warga Karang Taruna dengan skema kerjasama yang
menguntungkan,
c. Iuran Karang Taruna
Adalah berupa tanggungjawab sosial setiap Anggota Aktif/Pengurus Karang
Taruna untuk memberikan dukungan pembiayaan organisasi dengan sukarela
dan berkomitmen secara rutin (bulanan/tahunan) dengan besar
yang sama untuk setiap orangnya dengan ketentuan:
1) Iuran Anggota aktif/Pengurus merupakan kontribusi tetap bagi organisasi
karang Taruna yang dan dikelola oleh Wakil Bendahara Pengurus karang
Taruna masing-masing.
2) Besarnya iuran anggota/pengurus ditetapkan oleh masing-masing Karang
Taruna sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
3) Setiap penerimaan iuran dilakukan dengan Kartu Iuran yang disiapkan
Pengurus Karang Taruna yang bersangkutan dengan format kartu terlampir,
dengan pengelolaan sebagai berikut:
a) Pembayaran dilakukan dengan bukti paraf pada kartu.
b) Bendahara pengelola iuran membubuhkan parafnya.
c) Pembayaran dilakukan sesuai frekuensi yang disepakati.
4) Penerimaan organisasi dari iuran diperuntukkan bagi pembelanjaan biaya
rutin organisasi yang meliputi biaya sekretariat, hubungan masyarakat,
komunikasi dan transportasi.
d. Penerimaan Bukan Iuran
1) Sumbangan sukarela
2) Jasa organisasi yang berasal dari keuntungan yang diperoleh dari Unit
Teknis bidang Usaha (UEP) Karang Taruna
3) Jasa Organisasi yang berasal dari keuntungan bagi hasil atas dasar
kesepakatan kerjasama dalam pengelolaan/pengerjaan proyek/program
tertentu dengan pihak lain.
4) Jasa organisasi yang berasal dari keuntungan atas dasar kerjasama
sponsorship kegiatan/program tertentu.

59 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


e. Pengelolaan Keuangan Karang Taruna
Pengelolaan keuangan Karang Taruna berarti setiap penyelenggaraan
kegiatan administrasi keuangan yang timbul akibat adanya transaksi
penerimaan/pendapatan keuangan dan pembelanjaannya agar dapat
menjadi bahan pemeriksaan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Prinsip-prinsipnya:
1) Diselenggarakan oleh bendahara organisasi.
2) Diselenggarakan dalam sebuah pembukuan yang sederhana dan
standar yang terdiri :
a) Buku Jurnal, memuat pencatatan harian tentang penerimaan
dan pengeluaran
b) Neraca, memuat kondisi keuangan berimbang setiap bulannya antara
penerimaan dan pengeluaran
c) Buku Kas, memuat pencatatan tentang kondisi kas organisasi
3) Setiap penerimaan dan pengeluaran Keuangan organisasi harus
dibuktikan dalam bentuk kuitansi yang diketahui oleh pembuat
transaksi dan bendaharawan organisasi dalam bentuk pembubuhan paraf
dan stempel organisasi.
4) Setiap transaksi harus dibukukan dalam buku jurnal oleh bendaharawan
organisasi sesuai dengan tanggal dan tempat transaksi
5) Bendaharawan organisasi dapat memenuhi permintaan pengeluaran
keuangan organisasi untuk keperluan rutin maupun pelaksanaan program
kerja, setelah mendapat persetujuan dari ketua sebagai otoritas keuangan
organisasi.
6) Setiap permintaan pengeluaran keuangan organisasi Karang Taruna harus
disertai persyaratan sebagai berikut :
a) Proposal kegiatan yang bersangkutan
b) Uraian prakiraan anggaran yang dibutuhkan
c) Mengisi formulir permintaan pengeluaran.
f. Laporan Keuangan Organisasi
1) Laporan Keuangan organisasi adalah setiap langkah pertanggungjawaban
administratif terhadap penggunaan keuangan organisasi dan informasi
terhadap keadaan keuangan organisasi.
2) Laporan keuangan organisasi berdasarkan ketentuan dalam Persyaratan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), terdiri dari :
a) Neraca, menggambarkan posisi keuangan yang berupa aktiva
dan kewajiban keuangan organisasi pada setiap bulannya.
b) Laporan Arus Kas, Menggambarkan kemampuan organisasi dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan organisasi dalam
memanfaatkan dana tersebut, yang diklasifikasikan sebagai aktivitas

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 60


donasi dan pendanaan.
3) Laporan Penggunaan keuangan organisasi harus berisikan uraian
penggunaan, tanggal transaksi dan bukti kuitansi
4) Laporan terhadap pengelolaan keuangan organisasi harus
disampaikan oleh bendahara yang ditunjuk dihadapan forum
rapat Pengurus Pleno
5) Laporan Keuangan yang disajikan harus memenuhi persyaratan
umum dan kualitatif, yakni:
a) Dapat dipahami.
b) Periode laporannya jelas.
c) Dapat dibandingkan.
d) Penyajiannya konsisten.
e) Keandalannya dapat diuji.
f) Relevan.
g) Saling hapus.
h) Tepat Waktu.
g. Data dan Informasi
Penataan data pemerlu pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS/PMKS) dan
Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Guna mendapatkan data tersebut,
Karang taruna perlu melakukan pendataan dan pemutakhiran data secara
berkala misalnya setiap tahun, setiap dua tahun dan seterusnya sesuai
kebutuhan. Langkahlangkah melakukan pendataan:
a) Penyiapan bahan dan materi survey
b) Survey dan observasi PPKS dan PSKS
c) Pencatatan data PPKS dan PSKS
d) Inventarisasi data PPKS dan PSKS
e) Identifikasi data PPKS dan PSKS
f) Pemasangan data PPKS di sekretariat Karang Taruna.

PPKS terdiri dari:


1. Anak balita telantar
2. Anak terlantar
3. Anak yang berhadapan dengan hukum
4. Anak jalanan
5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK)
6. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah
7. Anak yang memerlukan perlindungan khusus
8. Lanjut usia telanta
9. Penyandang disabilitas
10. Tuna Susila

61 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


11. Gelandangan
12. Pengemis
13. Pemulung
14. Kelompok Minoritas seperti gay, waria, dan lesbian
15. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP)
16. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
17. Korban Penyalahgunaan NAPZA
18. Korban trafficking (perdagangan orang)
19. Korban tindak kekerasan
20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS)
21. Korban bencana alam
22. Korban bencana sosial
23. Perempuan rawan sosial ekonomi
24. Fakir Miskin
25. Keluarga bermasalah sosial psikologis
26. Komunitas Adat Terpencil

PSKS terdiri dari:


1. Pekerja Sosial Profesional
2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
3. Taruna Siaga Bencana (Tagana)
4. Lembaga Kesejahteraan Sosial
5. KARANG TARUNA
6. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (Lk3)
7. Keluarga pioner (keluarga yang mampu mengatasi masalahnya dengan
cara-cara efektif dan bisa dijadikan panutan bagi keluarga lainnya)
8. Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat (WKSBM)
9. Wa n i t a P e m i m p i n K e s e j a h t e r a a n S o s i a l ( w a n i t a y a n g m a m p u
menggerakkan dan memotivasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial di
lingkungannya).
10. Penyuluh Sosial
11. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK)
12. Badan usaha

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 62


BAB V
PROGRAM KERJA KARANG TARUNA

A. Jenis Program
1. Rekreasi, Olahraga dan Kesenian (ROK)
a. Tujuan : 1) Mencegah remaja/generasi muda dari permasalahan
sosial.
2) Tersalurkannya minat dan bakat remaja dalam kegiatan .
ROK
3) Menjaring bibit untuk peningkatan prestasi.
4) Meningkatnya kebersamaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Sasaran : 1) Seluruh warga masyarakat.
2) Warga Karang Taruna berusia 13 – 45 tahun.
3) Pengurus Karang Taruna.
c. Keluaran : 1) Terlaksananya kegiatan rekreasi, olahraga dan kesenian
bagi generasi muda baik insidentil, rutin dan melembaga.
2) Terlibatnya warga Karang Taruna dalam kegiatan ROK.
d. Manfaat : 1) Berkurangnya permasalahan sosial generasi muda.
2) Meningkatnya kreativitas remaja di desa/kelurahan.

63 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


2. Pelayanan Sosial
a. Tujuan : 1) Tersedianya kegiatan pelayanan bagi PPKS yang ada.
2) Adanya dukungan pemenuhan kebutuhan dasar oleh
Karang Taruna.
3) Meningkatnya taraf kesejahteraan sosial masyarakat
b. Sasaran : 1) Warga Karang Taruna yang menjadi PPKS.
2) PPKS pada umum yang ada di desa/kelurahan.
3) Masyarakat desa/kelurahan
4) Seluruh warga masyarakat.
5) Warga Karang Taruna berusia 13 – 45 tahun.
6) Pengurus Karang Taruna.
c. Keluaran : 1) Terlaksananya kegiatan pelayanan sosial oleh Karang
Taruna.
2) Tersedianya sistem rujukan bagi PPKS ke instansi terkait.
3) Terlayaninya PPKS dalam pemenuhan kebutuhan
sosialnya.
d. Manfaat : 1) Dirasakannya keberadaan Karang Taruna dalam
pengentasan PPKS.
2) Adanya program pelayanan sosial oleh Karang Taruna
yang melembaga.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 64


3. Usaha Ekonomi Produktif
a. Tujuan : 1) Meningkatnya kesempatan berusaha bagi masyarakat
2) Terserapnya tenaga kerja di kalangan generasi muda.
3)Meningkatnya perekonomian masyarakat
desa/kelurahan.
4) Meningkatnya jiwa dan semangat kewirausahaan
pemuda
b. Sasaran : 1) Warga Karang Taruna sebagai pelaku usaha.
2) Pengurus Karang Taruna sebagai pelaku usaha.
3) Pengelola UEP Karang Taruna.
c. Keluaran : 1) Bertambahnya lapangan usaha baru yang produktif.
2) Bertambahnya UEP Karang Taruna.
3) Bertambahnya tenaga kerja baru.
4) Bertambahnya wirausahawan dari Karang Taruna.
d. Manfaat : 1) Meningkatnya kreativitas dan jiwa kewirausahaan
generasi muda.
2) Meningkatnya ekonomi kreatif oleh generasi muda.
3) Meningkatnya daya beli dan geliat ekonomi
masyarakat.

4. Pendidikan dan Pelatihan


a. Tujuan : 1) Meningkatnya kapasitas individu pengurus/aktivis
Karang Taruna.

65 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


2) Meningkatnya penyelenggaraan pendidikan oleh
Karang Taruna.
3) Meningkatnya kapasitas kelembagaan Karang Taruna
desa/kelurahan.
4) Meningkatnya kapasitas Warga Karang Taruna.
b. Sasaran : 1) Pengurus dan aktivis Karang Taruna desa/kelurahan.
2) Warga Karang Taruna terutama usia 13 – 20 tahun.
3) Masyarakat desa/kelurahan Warga Karang Taruna
sebagai pelaku usaha.
c. Keluaran : 1) Tersedianya sarana pendidikan informal dan nonformal.
2) Terlatihnya masyarakat sebagai kader/calon aktivis
Karang Taruna.
3) Terberdayanya aktivis Karang Taruna menjadi pengurus
yang baik.
d. Manfaat : 1) Meningkatnya kualitas SDM generasi muda umumnya.
2) Terselenggaranya organisasi Karang Taruna secara lebih
tertib.
3) Meningkatnya kebutuhan pendidikan masyarakat.

5. Program Lainnya (pengembangan)


a. Tujuan : 1) Meningkatnya kreativitas Karang Taruna.
2) Meluasnya wawasan pengurus/aktivis Karang Taruna.
3) Menguatnya peran-peran Karang Taruna.
4) Terciptanya variasi dan inovasi kegiatan.
b. Sasaran : 1) Pengurus dan aktivis Karang Taruna.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 66


2) Warga Karang Taruna.
3) Masyarakat desa/kelurahan.
c. Keluaran : 1) Terlaksananya program-program pendukung yang
erorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial
masyarakat.
2) Terlaksananya program-program pengembangan
Karang Taruna.
3) Terlibatnya secara aktif Warga Karang Taruna dan
masyarakat pada umumnya dalam pengembangan
program

67 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


B. Tahapan Program
1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan organisasi Karang Taruna
dan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Tahapan melakukan
rencana:
a) Menetapkan tujuan atau beberapa tujuan. Apa kebutuhan atau
keinginan dari Karang Taruna yang ingin diwujudkan dalam waktu
tertentu: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang.
b) Merumuskan keadaan saat ini. Menghimpun dan mengolah data
tentang kondisi sumber daya seperti SDM, keuangan, sarana
prasarana dan seterusnya.
c) M e n g i d e n t i f i k a s i f a k t o r p e n d u k u n g d a n p e n g h a m b a t
memperhitungkan faktor-faktor di lingkungan internal dan eksternal
yang mempengaruhi pencapaian tujuan. Lingkungan internal yang
berpengaruh langsung dalam organisasi meliputi anggota Karang
Taruna, Ketua dan pengurus didalamnya. Lingkungan eksternal dibagi
dua yaitu yang berpengaruh langsung dan tidak langsung.
Lingkungan eksternal yang berpengaruh langsung seperti Kantor
Desa/Kelurahan, Organisasi Kepemudaan lain sebagai pesaing,
donatur dan lainnya; Lingkungan eksternal yang tidak berpengaruh
langsung seperti Posyandu, PKK, Perusahaan, dan seterusnya
d) Menyusun dan memilih berbagai alternatif program/kegiatan untuk
mencapai tujuan atau beberapa tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
memilih alternatif program/kegiatan bisa dengan cara
membandingkan atau mengukur masing-masing alternatif dari hal-hal
sebagai berikut:
1) K e k u a t a n ( s t r e n g t h e n e s s ) , m e r u p a k a n k e u n g g u l a n
program/kegiatan dilihat dari: dampaknya terhadap kehidupan
anggota dan masyarakat, dukungan masyarakat, beban
keuangan/anggaran.
2) K e l e m a h a n ( w e a k n e s s e s s ) m e r u p a k a n k e k u r a n g a n
program/kegiatan dilihat dari alternatif yang ditawarkan seperti
beban anggaran yang besar, kurang menarik minat masyarakat
atau donatur, kelembagaan yang kurang pas.
3) Peluang (opportunities), melihat kesempatan/ peluang eksternal
apa yang akan mendukung diterimanya program/kegiatan ini
seper ti: sejalan dengan kebijakan program pemerintah
desa/kelurahan, menjadi perhatian masyarakat, mendukung
investasi, dst.
4) Masalah (problem), masalah-masalah apa yang mungkin

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 68


menghambat diterimanya program/kegiatan oleh masyarakat
dilihat dari alternatif yang ada. Setiap program/kegiatan mungkin
mengandung konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi orang
lain seperti program wilayah dari bebas rokok
5) Tindakan (action), tindakan atau langkah apa yang dapat atau
perlu dilakukan untuk mengatasi kelemahan dan masalah dari
masing-masing alternatif kebijakan. Penilaian kelayakan mencakup
apakah program/kegiatan ini realistis atau tidak, sulit untuk
diimplementasikan. Pertanyaannya apakah tindakan yang
dilakukan akan mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai,
sesuai atau tidak solusi dengan target masalah yang akan
dipecahkan, dan seterusnya.

Cara mudah untuk menyusun rencana program dan kegiatan adalah


dengan mengajukan pertanyaan:
✓ Apa yang ingin dicapai?
✓ Siapa yang melaksanakan?
✓ Bagaimana cara melaksanakannya?
✓ Kapan hal itu dilaksanakan?
✓ Di mana tempatnya?
✓ Berapa biaya atau sumber-sumber daya apa yang dibutuhkan?

2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses yang menyangkut bagaimana
kegiatan yang telah dirumuskan dalam perencanaan dirancang dalam
sebuah struk tur organisasi yang tepat dan dapat memastikan
bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan
efisien guna pencapaian tujuan yang telah ditetapakan pada tahap
perencanaan. Kegiatan yang dilakukan dalam melakukan
pengorganisasian:
a. Mengalokasikan sumber daya.
b. merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur atau
langkah-langkah yang diperlukan.
c. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan tanggungjawab.
d. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan
sumber daya manusia/tenaga kerja.
e. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling
tepat.

69 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


3. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota Karang Taruna dan pihak lain yang dilibatkan berusaha untuk
mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan. Menggerakkan
orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran
untuk mencapai tujuan secara efektif menjadi hal penting dalam
organisasi. Agar dapat menggerakan orang-orang secara sukarela
dibutuhkan adalah kepemimpinan. Seorang pemimpin harus dapat
mengambil tindakan-tindakan untuk membuat orang yang dipimpinnya
mau bergerak melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
Tindakan-tindakan pemimpin dapat merupa memberi perintah, arahan,
nasehat, dorongan dan motivasi kerja, serta pemecahan masalah dengan
cara mengkomunikasikannya dengan jelas dan tegas. Agar setiap orang mau
melaksanakan tugasnya dengan baik, maka pemimpin harus dapat
meyakinkan bahwa orang yang dipimpinnya:
1. Merasa mampu mengerjakan.
2. Memiliki keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat
bagi dirinya (dan juga orang lain/bernilai).
3. Tidak sedang dalam masalah atau sedang melakanakan tugas lain
yang lebih penting atau mendesak.
4. Meyakinkan bahwa tugas tersebut merupakan kepercayaan, dan
5. hubungan antarteman dalam organisasi tersebut dalam kondisi
harmonis.
4. Evaluasi dan Pelaporan
a. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang
sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, diantaranya
dengan cara membandingkan antara apa yang telah dicapai
dengan apa yang seharusnya tercapai, kemudian melakukan
penilaian tentang manfaatnya dibandingkan dengan harapan-
harapan yang ingin diperoleh.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam evaluasi adalah:
1) Menentukan apa yang akan dievaluasi, program atau kegiatan-
kegiatan apa yang akan dievaluasi
2) Merancang kegiatan evaluasi. Menentukan data apa saja yang
dibutuhkan/ingin diketahui, tahapan-tahapan apa saja akan yang
dilakukan, instrumen evaluasi apa yang akan digunakan, siapa saja
yang akan melakukan, dan apa saja yang akan dihasilkan.
3) Pengumpulan data. Berdasarkan rancangan kegiatan evaluasi yang
telah disiapkan, maka kemudian dilaksanakan pengumpulan data

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 70


dengan menggunakan instrumen wawancara, survey, observasi, dan
seterusnya.
4) Pengolahan dan analisis data. Setelah data terkumpul, maka dapat
diolah dan dianalisis, sehingga dapat menghasilkan fakta yang
dapat dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara fakta dengan
rencana untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan serta
faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.
5) Pelaporan hasil evaluasi. Hasil evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk laporan hasil evaluasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan hasil evaluasi berbentuk
narasi/uraian yang dapat dilengkapi dengan tabel, grafik, foto-foto
dan data lainnya yang relevan.
C. Pelaporan
Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh bawahan atau tim
kerja/panitia yang diberi tugas pekerjaan untuk menyampaikan hal-hal yang
berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode
tertentu sebagai bentuk komunikasi dan pertanggungjawaban. Unsur yang
harus dimuat dalam laporan:
1) Nama kegiatan
2) Jenis-Jenis Kegiatan
3) Waktu
4) Tempat
5) Peserta dan
6) Proses pelaksanaan
7) Hasil yang dicapai
8) Faktor pendukung dan penghambat
9) Lampiran-lampiran seperti surat keputusan, foto-foto, dst.

71 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


Lampiran-lampiran
Buku Pedoman Kerja Karang Taruna

Contoh Kop Surat


a. Tingkat Desa

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 72


b. Tingkat Kelurahan

Keterangan :
1. Logo Karang Taruna dan Logo kabupaten/kota berwarna sesuai dengan aslinya;
2. Warna dasar kertas putih dengan warna tulisan hitam;
3. Warna dasar kertas dapat dimodifikasi dengan ketentuan warna terang;
4. Modifikasi alamat sekretariat bisa dilakukan, misalnya dengan menempatkan di bawah
kop surat;
5. Bahan kertas minimal HVS ukuran 70 gram;
6. Ukuran kertas : folio (21,5 x 33 Cm)
7. Format untuk Amplop dapat mengikuti format kop surat dengan ukuran kertas yang
berbeda;

73 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


c. Contoh Stempel

Contoh Papan Nama Sekretariat:


a. tingkat Desa

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 74


a. Tingkat Kelurahan

75 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


Contoh Kartu Iuran:
Tampak depan

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 76


77 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat
Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 78
Buku Notulen Rapat:

Jenis Rapat : ……………………………………


Hari, tanggal : …………, ……………………….
Waktu : pukul ………..s/d……………..
Tempat : ……………………………………
Pimpinan Rapat : ……………………………………
Peserta Rapat : ……. orang (absensi terlampir)
Agenda : 1. …………………………………
2. …………………………………

Hasil dan Kesimpulan :

1 .
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………….

2 .
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………..

3 .
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………

4 .
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………., ………………………..

Pimpinan Rapat, Notulis,

79 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


SELAYANG PANDANG
KARANG TARUNA
PROVINSI JAWA BARAT
Selayang Pandang Karang Taruna Provinsi Jawa Barat

Karang Taruna Adalah


Karang Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai wadah
generasi muda untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan berkembang atas dasar
kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk generasi muda, yang
berorientasi pada tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

Visi
Menjadikan Pemuda Sa Jabar Ekosistem Penguatan Ekonomi, dan Karater Yang Juara Lahir
Batin Dengan Kolaborasi Dan Inovansi

Misi
• Mencetak Generasi Unggul
• Pendampingan Pemuda
• Penguatan Ekonomi Pemuda

Strenght Opportunities

O
(kekuatan) (Peluang)

S
- Jumlah Warga Karang Taruna - Ekosistem ekonomi
- Berbasis Pemuda - Melimpahnya SDM (Demogra)
- Legalitas Kuat - Melimpahnya SDA (Desa / Kelurahan)
- Non Partisan - Akses Informasi
- Berbasis Desa, Kecamatan,
Kelurahan dan RT/RW
- Organisasi Yang Wajib
di Level Wilayah
- Cangkupan Kegiatan Luas
- Segmentasi Meningkat

Weaknesses Threats

T
(Kelemahan) (Tantangan)

W
- Lemahnya Image - Bisa dibubarkan karena
- Financial Lemah peran tidak terlalu positif
- Rekrutmen Pengurus - menjadi alat politis
- Unsustanable Program
- Data Base Anggota
- Pemahaman Karang Taruna
Terhadap Pembina
- Fokus Pemerintah Di Program
Rehabilitasi Sosial (hulu)

STRATEGIC PLANNING

Ÿ Penguatan Organisasi
Ÿ Program Berkelanjutan, Inovatif dan Adaptif
Ÿ Financial Resources (Penggalian sumber -sumber keuangan)
Ÿ Branding dan Informasi
Ÿ Database dan Digitalisasi

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 80


Program-Program Kerja
Karang Taruna Provinsi Jawa Barat (the profile)

Sekolah Orangtua KT
Adalah sebuah lembaga yang memberikan akses pengetahuan informasi perkembangan terkini
kepada orang tua, calon orangtua dan masyarakat sekitar tentang pentingnya pengasuhan serta
penumbuh-kembangan karakter anak.
Rumah Belajar Anak Bintang (RaJAB)
Merupakan program pendampingan belajar untuk anak-anak khususnya dengan
latar belakang keluarga pra-sejahtera, anak yatim dan anak jalanan.

Peduli Keluarga Sejahtera (Perkasa)


Upaya penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan keluarga dan pembentukan komunitas Wirausaha
berbasis Pengasuhan, yang berlandaskan pada: Pendidikan Keluarga, Pendidikan kewirausahaan dan
Pendidikan Lingkungan.
Junior Counselor
Program yang mengajak pemuda-pemudi dan masyarakat untuk berkontribusi dibidang
pendidikan yang diiringi pengetahuan dan pemahaman tentang tumbuh kembang anak disetiap
tahapan usia sebuah program yang juga memotivasi peran generasi muda/remaja sebagai
pejuanganak, sehingga dapat berkontribusi secara utuh serta dapat memberi inspirasi kepada
anak-anak agar termotivasi meraih impiannya dan berguna dimasyarakat kelak.

Gerakan Wirausaha Muda (Garuda)


Adalah program ekonomi Karang Taruna Jawa Barat yang digerakkan untuk kesejahteraan sosial.
Selain berkarakter dasar social entepreneurship, Garuda juga memiliki karakter kuat menjawab
permasalahan sebenarnya karena ia digerakkan langsung ditingkat akar rumput, desa/kelurahan
KT Institut
adalah sebuah Sekolah Kelembagaan dan Pengkaderan yang menyelenggarakan program2
pendidikan, pelatihan dan pengembangan serta akreditasi dan sertifikasi bagi
kelembagaan Karang Taruna dan bagi aktivis/pejuang sosial yang bergiat di Karang
Taruna, utamanya dalam pengembangan dan penguatan Kepemimpinan dan Manajemen
Organisasi.
KT Touristpreneurship
Adalah program terintegrasi Karang Taruna Provinsi Jawa Barat dalam menggali dan
mengembangkan potensi kewirausahaan di bidang kepariwisataan yang potensinya begitu besar di
Provinsi Jawa Barat dengan menggandeng pihak ketiga yang potensial sebagai mitra kerja

Koperasi Karang Taruna Sa-Jabar disiapkan sebagai payung yang akan mengintegrasikan semua
unit usaha karang taruna se Jawa Barat yang akan menghubungkan seluruh potensi usaha pemuda
di desa dan kelurahan Sa-Jabar dari sisi hasil produksi, pengemasan, distribusi dan pemasaran
dalam betuk jaringan ritail Karang Taruna.
Media Center
Adalah lembaga pusat pengolahan data dan informasi yang terkait dengan Karang Taruna Provinsi
Jawa Barat dan core bussines dari Pengurus Karang Taruna Provinsi Jawa Barat baik dibidang
kesejahteraan sosial maupun bidang-bidang lain yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
sosial, dimana produk konkritnya berwujud pada aplikasi web maupun media sosial dan digital.
Ktapps
Adalah aplikasi dalam bentuk media digital yang dikembangkan oleh Karang Taruna Jawa Barat
guna membangun jaringan komunikasi dengan seluruh civitas Karang Taruna diberbagai tingkatan
untuk ekspose potensi masing-masing, membangun ketersediaan data Karang Taruna (SDM dan
produk) serta menyediakan daftar kebutuhan bagi pengembangan jejaring dan ekonomi.
Karang Taruna Berbagi
Adalah unit teknis Karang Taruna Provinsi Jawa Barat yang dimaksudkan untuk memperkuat fungsi
dan peran Karang Taruna sebagai lembaga sosial berwatak filantropis, dimana pelayanan sosial yang
disediakan berupa bantuan (aid) tidak hanya diselenggarakan dalam bentuk charity tetapi juga
dengan melakukan pemberdayaan (empowerment).

81 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat


Football academy KTFA
Merupakan kawah Diklat dan latihan yang menyelenggarakan pembinaan olah-raga sepakbola
dari anak usia dini, mulai dari 6-17 tahun.Pembinaan di KTFA, tidak hanya penguatan keterampilan
dari segi taktik, teknik pengolahan bola, keterampilan individu, kerjasama tim, sampai pada teknik
pernapasan, dan kecepatan dalam dribbling. Juga di kembangkan pada soal penguatan karakter
individu anak dan tim. Dengan output dari KTFA yang selain melahirkan bakat sepakbola untuk
bisa menjadi pemain profesional di usia 18 juga mempunyai karakter diri yg unggul dan prestatif
KT Pitstop
adalah Kemitraan swasta "PT. Mozaik Multi Madani (M3) dengan Karang Taruna Jabar yang
bertujuan memberdayakan UEP Karang Taruna sajabar dalam rangka penguatan ekonomi Pemuda
dimana para pemuda dapat melatih kolaborasi, teamwork, kerja teknis, management, wirausaha.
Secara grand design KT Pitstop akan di tempatkan salah satu unit RW pilihan di bawah
rekomendasi KT kecamatan dan KT kelurahan dimana KT Kecamatan dan kelurahan akan di merge
dan di posisikan sebagai agen supply ke unit2 RW.
ActionPreneur Academy
Merupakan program lanjutan dari GARUDA (Gerakan Wirausaha Muda) yang lebih focus pada
mewujudkan wirausaha baru, Pendampingan dan pembentukan komunitas pengusaha muda.
Bertujuan untuk menggerakan potensi ekonomi mandiri bagi seluruh Pemuda Sa-Jabar, program
ini menghadirkan fasilitaor berpengalaman dari kalangan praktisi dan professional sehingga akan
lebih membumi.
Kopi juara
adalah program salah satu implementasi dari GARUDA (gerakan wirausaha muda) yang bertujuan
untuk pengembangan ekonomi pemuda Sa-Jabar baik dari potensi produksi kopi Jawa Barat
sampai ke jaringan retail kedai kopi yang akan di sebar di spot-spot strategis di masing2 kota
kabupaten di Jawabarat.

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 82


83 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat
Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 84
85 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat
Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 86
87 Karang Taruna Provinsi Jawa Barat
BAB VI
PENUTUP

Demikian buku Panduan Kerja Karang Taruna ini disusun, sebagai wujud dari
kesungguhan dalam memberdayakan masyarakat dan Karang Taruna itu sendiri, khususnya
di Provinsi Jawa Barat, dengan memberikan informasi dan panduan tentang bagaimana
menyelenggarakan dan mengoperasionalkan Karang Taruna di desa/kelurahan agar lebih
efektif dan efisien. Karang Taruna mempunyai nilai strategis sebagai bagian yang sangat
potensial dalam penyelenggaraan Pembangunan Kesejahteraan Sosial, karena itu
menyelenggarakan dan mengoperasionalkannya secara benar dan sesuai dengan
panduan, diharapkan mampu memberdayakan dan mengembangkan Karang Taruna di
desa/kelurahan menjadi lembaga kemasyarakatan dibidang kesejahteraan sosial yang
produktif dan memiliki banyak manfaat terutama bagi peningkatan taraf kesejahteraan
sosial masyarakatnya. Dengan panduan kerja ini diharapkan Karang Taruna di Jawa Barat
mampu diposisikan secara tepat sebagai modal dasar pembangunan kesejahteraan sosial
yang lebih merata dan menjangkau seluruh Jawa Barat.

Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan baik sebagai filosofi


p e n y e l e n g g a r a a n K a r a n g Ta r u n a m a u p u n d a l a m h a l t e k n i s b a g a i m a n a
mengoperasionalkan kelembagaannya dan mengefektifkan program-program kerja
Karang Taruna yang relevan dan mampu menjawab kebutuhan dan permasalahan didalam
masyarakatnya. Hal tersebut juga dimaksudkan agar Karang Taruna yang sudah hampir 60
tahun berkiprah dapat lebih mengimplementasikan peran-perannya secara professional
dan proporsional dengan tradisi pelayanan kesejahteraan sosial yang lebih modern dan
menyesuaikan dengan kebutuhan kekinian masyarakatnya. Semoga setiap niat baik dan
langkah kita senantiasa berada dalam bimbingan, rahmat, hidayah, perlindungan dan
keridhaanNYA, amin. Semoga Karang Taruna semakin jaya dengan peran-peran
strategisnya. Salam ADHITYA KARYA MAHATVA YODHA!

Karang Taruna Provinsi Jawa Barat 88


Sekretariat
Karang Taruna Provinsi Jawa Barat
jl. Ciateul Tengah No 8 - Bandung
Telp/Fax : 022 - 5207171 | Email : karangtarunajabar0@gmail.com

karangtarunajawabarat

Anda mungkin juga menyukai