Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONFLIK NATUNA SEBAGAI ANCAMAN KEDAULATAN INDONESIA

Dosen Pembimbing:
Fines Fatimah, S.H., M.H.

Disusun oleh:
1. Setia Khoirunnisa’ (185150600111023)
2. M. Ro’if (185150601111017)
3. Olivia Dyah F. (185150601111015)
4. M. Aji Satria (185150600111025)
5. Dimas Reza Wijayanto (185150600111019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tak lupa kami
ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan lancar.

Kami semua dari tim penyusun berharap agar makalah ini mampu
menambah pengalaman serta ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk
kedepannya makalah ini bisa digunakan sebagai referensi apabila akan dibuat
penelitian yang berkaitan.

Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman kami, kami menyadari masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat terbuka
terhadap saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Malang, Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
Sejarah..................................................................................................................4
Potensi Pulau Natuna............................................................................................4
Konflik Natuna.....................................................................................................6
Upaya Pemerintah................................................................................................7
Hubungan Indonesia-China Saat Konflik.............................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
Kesimpulan...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Hal ini


dibuktikan dengan banyaknya gugusan pulau yang tercatat pada Departemen
Dalam Negeri sebanyak 17.504. Fakta tersebut diakui oleh dunia internasional
melalui konvensi hukum laut PBB ketiga, United Nation Convention of Law of
the Sea (UNCLOS 1982) sebagai negara kepulauan dengan total luas wilayah laut
mencapai 5,9 juta km persegi. Data tersebut telah membuat Indonesia menjadi
sorotan dunia dengan dua sebutan sekaligus yaitu “The Biggest Archipelago in
The World dan negara maritim. Anugerah tersebut secara tidak langsung
memberikan tanggung jawab lebih kepada pemerintah Indonesia untuk senantiasa
menjaga dan memastikan semua kekayaan alam serta kedaulatan negara menjadi
prioritas penting yang mendapat perhatian khusus. Banyaknya kekayaan alam
yang kurang mendapatkan pengawasan terkadang menjadikan masalah baru bagi
suatu negara. Saat ini, Indonesia sedang menghadapi masalah integritas perairan
dimana salah satu perbatasan terluar Indonesia yaitu kepulauan Natuna sedang
menjadi incaran negara Tiongkok. Natuna merupakan salah satu pulau terluar
Indonesia yang berhubungan langsung dengan wilayah Laut Cina Selatan.
Masalah geografis tersebut dijadikan Cina untuk menjadi alasan dari pembuatan
“Nine Dashed Line” yang dikenal dengan 9 garis putus-putus milik pemerintah
Cina.

“Nine Dashed Line” sendiri merupakan pemisah imajiner yang digunakan


Cina untuk menjustifikasi 90 persen wilayah laut Cina Selatan. Sedangkan Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia merupakan data yang sudah baku yaitu 200 mil dari
garis pangkal pada surut rendah daerah pesisir. Sehingga dapat jelas dikatakan
bahwa keputusan sepihak yang dilayangkan pemerintah Cina mengganggu
integrasi wilayah Indonesia khususnya perairan. Wilayah perbatasan memiliki
peran yang vital dan cukup strategis terhadap arah kebijakan pemerintah
Indonesia baik dalam hubungan nasional maupun internasional.

1
Pulau Natuna merupakan pulau yang dikaruniai banyak kekayaan alam.
Daerah Natuna dan sekitarnya telah ditetapkan sesuai PP No. 26 Tahun 2008
tentang RTRW Nasional yang telah menjadi Pusat Kegiatan Strategi Nasional
yang memiliki nilai strategis sehingga penataan ruang meliputi usaha dan kegiatan
memiliki pengaruh yang besar terhadap pertahanan keamanan regional dan
nasional. Secara ringkas sejarah Natuna diawali pada tahun 1597 dimana Natuna
masuk dalam wilayah kerajaan Johor di Malaysia. Kemudian pada abad ke 19,
Kepulauan Natuna telah masuk dalam penguasaan Kedaulatan Riau dan
selanjutnya menjadi daerah kekuasaan Kesultanan Riau. Saat Indonesia telah
mencapai kemerdekaannya, pada tahun 1945 Riau yang diwakili oleh delegasinya
menyerahkan kedaulatan Kepulauan Natuna kepada pemerintah Republik
Indonesia yang ada di Jawa. Berselang sekitar sepuluh tahun kemudian, pada
tahun 1956 pemerintah Indonesia secara resmi mendaftarkan Kepulauan Natuna
sebagai wilayah kedaulatan pada konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau
yang kita kenal dengan PBB. Karena lokasi geografis Natuna yang dekat dengan
pemerintah Malaysia, maka pada tahun 1962-1966 Natuna kembali menjadi
perbincangan karena dengan sepihak, Malaysia menegaskan bahwa wilayah
Natuna seharusnya menjadi daerah kekuasaannya. Namun, untuk menghindari
adanya konflik antar negara tersebut, Malaysia mencabut pernyataan dan
membatalkan gugatan status Natuna saat itu.

Peristiwa tersebut tentu bukan menjadi buntut permasalahan Natuna. Pada


tahun 2009 Indonesia kembali dikagetkan dengan keputusan sepihak pemerintah
Cina yang telah menggambar Sembilan titik kekuasaan yang ditarik dari Pulau
Spratly di tengah laut Cina selatan sebagai bagian dari zona ekonomi
eksklusifnya. Hal ini berakibatkan pulau Natuna turut menjadi bagian dari
pemetaan tersebut. Kemudian berselang kembali selama sepuluh tahun kemudian,
kabar ancaman integrasi perairan kembali menerjang kepulauan Natuna. Tahun
2019, telah ditemukan adanya kapal Coast Guard China yang melakukan
pelayaran di sekitar perairan Natuna yang terpantau melalui patroli udara. Kabar
tersebut langsung menjadi perbincangan masyarakat, melihat banyaknya potensi
dari wilayah Natuna yang sangat disayangkan jika pada akhirnya harus menjadi
bagian dari pemerintah Cina.

2
Berbagai pendapat muncul terkait alasan pengakuan Cina terhadap klaim
kedaulatan tersebut. Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah potensi dari
kepulauan Natuna itu sendiri. Kawasan Natuna merupakan kawasan yang bernilai
ekonomis, politik dan strategis yang dilihat dari sisi geografis karena
menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik. Selain letaknya
yang strategis, Natuna pada hakikatnya dikaruniai sumber daya alam melimpah
baik yang sudah diolah maupun yang belum diolah. Sumber daya perikanan
Natuna mencapai 1 juta ton per tahun menurut data Badan Pusat Statistika
Kabupaten Natuna. Selain itu, potensi pariwisata juga sangat baik jika dikelola
dengan optimal. Salah satu harta karun Natuna yang menjadi incaran negara
negara lain adalah adanya cadangan gas alam yang terbesar se-Asia Pasifik.
Lempengan gas Natuna telah ditemukan sejak tahun 1973 yang menjadi cadangan
terbesar ditinjau dari volume gas dan juga kandungan hidrokarbonnya.

Dengan lokasi yang strategis dan potensi sumber daya alam yang
melimpah tersebut tentu menjadikan Natuna sebagai daya tarik sendiri bagi negara
dari wilayah regional maupun internasional untuk berlomba lomba mengklaim
kepemilikan Natuna. Persoalan Indonesia dengan pemerintah Cina terkait
kedaulatan Natuna tentu menjadi persoalan penting yang membutuhkan
penanganan serius dan cermat mengingat konflik tersebut sangat mengancam
integritas keamanan dan kedaulatan Indonesia khususnya integrasi wilayah
perairan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang mendasari tindakan pemerintah China dalam mengklaim Natuna
sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya?
2. Apa saja upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menjaga
integrasi wilayah Natuna dari klaim China?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui alasan atau dasar tindakan pemerintah China dalam
mengklaim Natuna sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya.
2. Untuk mengetahui apa saja upaya yang telah dilakukan pemerintah
Indonesia dalam menjaga integrasi wilayah Natuna dari klaim China.

3
BAB II PEMBAHASAN

Sejarah

Pulau Natuna yang saat ini terletak di Kabupaten Natuna Provinsi


Kepulauan Riau yang sejak zaman dulu sudah terkenal dengan potensi kekayaan
alam yang melimpah yang membuat beberapa negara berupaya untuk mengklaim
wilayah natuna sebagai wilayah negaranya.

Pada tahun 1597, 300 lebih tahun sebelum Indonesia Merdeka, Kepulauan
Natuna masuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Pattani dan Kerajaan Johor di
Malaysia. Kerajaan yang sebelumnya bernama Langkasuka ini terbentuk pada
abad ke 14 M. Abad yang sama dimana Kepulauan Natuna masuk ke dalam
wilayah kekuasaannya. lalu pada abad ke 19, 5 abad setelah menjadi bagian dari
Kerajaan Pattani, Kepulauan Natuna masuk ke dalam penguasaan Kedaulatan
Riau dan menjadi wilayah dari Kesultanan Riau. yang pada saat itu, wilayah Riau
masih dibawah kolonial belanda di bawah nama Hindia Belanda. dan setelah
Indonesia Merdeka dari jajahan koloni Belanda serta Jepang pada tahun 1945,
Delegasi dari Riau ikut menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia yang
berpusat di pulau Jawa, tepatnya di ibu kota Jakarta. Pada tahun 1956, 11 tahun
setelah kemerdekaan Indonesia, Kepulauan Natuna, melalui pemerintahan
Indonesia resmi didaftarkan sebagai wilayah kedaulatan ke Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB).

Potensi Pulau Natuna

Kepulauan Natuna yang memiliki luas sekitar 141.901 Km² ini disebut-
sebut memliki kekayaan alam yang melimpah. Terletak di daerah kedaulatan
Riau, Pulau ini juga memiliki cadangan gas alam terbesar di Asia Pasifik,
Berdasarkan hitungan dari pemerintah yang mengacu pada salah satu ladang gas
alam yaitu Blok Natuna D Alpha, dimana menyimpan cadangan gas dengan
volume 222 Triliun Kaki Kubik, dan jika akan diambil dan digunakan, cadangan
gas alam ini tidak akan habis untuk 30 tahun mendatang. Sementara untuk potensi

4
gas yang recoverable atau yang dapat diperkirakan di Kepulauan Natuna sebesar
46 TCF (Triliun Kubik Feet) setara dengan 8.383 Miliar Barel Minyak. Total jika
digabung dengan Minyak Bumi, terdapat sekitar 500 Juta Barel cadangan energy
hanya di Blok tersebut. Pengamat Energi Indonesia Marwan Batubara menilai,
sudah seharusnya pemerintah mengantisipasi pencaplokan wilayah perairan
Natuna sedini mungkin, sebab jika tidak dipertahankan maka Indonesia akan
kehilangan cadangan Migas yang sangat besar. Nantinya Indonesia bukan hanya
rugi soal cadangan migas saja tetapi juga potensi laut, potensi perikanan dan hasil
laut serta hasil lainnya. Menurut hitungan kasar, jika diuangkan, kekayaan gas
Natuna bernilai mencapai Rp. 6000 Triliun. Angka ini didapat dari asumsi rata-
rata minyak selama periode eksploitasi sebesar USD 75/Barel dan Kurs Rp.
10.000,- per USD. Nilai kekayaan ini sangat besar jika dibandingkan dengan
pendapatan Negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang hanya sekitar Rp. 1.700 Triliun. Jika kita kehilangan Natuna, itu dampaknya
sangat terasa karena sektor migas salah satu paling besar pendapatannya. Hal ini
merupakan ancaman terbesar sebagaimana dijelaskan Ketua Energi Watch
Ferdinands Hutahean.

Kawasan Laut Natuna merupakan kawasan yang bernilai ekonomis, politik


dan strategis dilihat dari posisi geografisnya yang menghubungkan Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik sebagai Jalur Pelayaran Perdagangan atau Sea Lane
of Trade (SLOT) dan Jalur Komunikasi Internasional atau Sea Lane of
Communication (SLOC).

Di bidang perikanan, Laut Natuna merupakan salah satu wilayah


perikanan yang terkaya di dunia dan mengandung berbagai jenis ikan serta
sumber-sumber kekayaan mineral yang potensial. Cadangan minyak Laut Natuna
diperkirakan sebesar 7,5 Barel dan saat ini produksi minyak bumi mencapai 1,3
Juta Barel/hari. Wilayah Laut Natuna memiliki peran dan arti geopolitik yang
sangat besar karena menjadi titik temu Negara China dengan Negara tetangga-
tetangganya, terutama yang berada dalam wilayah ASEAN dan meliputi masalah
teritorial, pertahanan serta keamanan. Latar belakang sejarah dan penemuan-
penemuan benda kuno seringkali dijadikan sebagai alasan bagi China untuk

5
mempertahankan kleimnya atas kepemilikan Laut Natuna. Hal ini yang kemudian
ditindaklanjuti dengan show of force, yang cenderung menunjukkan powernya
melalui aksi provokatif terhadap Negara-negara pengklaim lainnya. Seperti
terlihat dalam kebijakannya sejak awal era 1970-an hingga sekarang China
intensif telah menunjukkan symbol-simbol kedaulatannya bahkan tidak jarang
terlihat agresif dengan melakukan penyerangan terhadap Kapal-Kapal asing yang
melintasi perairan Laut Natuna guna mempertahankan sumber-sumber potensial
barunya yang dapat mendukung kepentingan nasionalnya.

Konflik Natuna

Salah satu penyebab adanya konflik di Natuna adalah karena kekayaan


alam yang dimiliki oleh Natuna. Daerah yang memiliki luas sekitar 141.901 km2
ini disebut memiliki kekayaan alam melimpah. Cadangan gas alam di kepulauan
ini disebut sebagai yang terbesar di Asia Pasifik, bahkan dunia. Kekayaan alam ini
berupa gas alam, kekayaan mineral rupanya mampu menarik perhatian negara-
negara tetangga yang tergiur dengan kekayaan alamnya seperti malaysia dan juga
china. pada tahun 1962 malaysia sempat menyatakan bahwa natuna seharusnya
secara sah menjadi daerah milik negara malaysia, namun setelah era konfrontasi
malaysia tidak mau menggugat status Natuna lagi demi menghindari konflik yang
berkelanjutan antara indonesia dengan malaysia. Pada tahun 2009 secara nyata
China melanggar Sembilan Titik ditarik dari Pulau Spratly ditengah Laut China
Selatan, lalu diklaim sebagai wilayah Zona Ekonomi Eksklusifnya. Saat itu
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memprotes langkah
China melalui Komisi Landas Kontinen PBB. Di mana garis putus-putus yang
diklaim China sebagai Pembaharuan peta 1947 membuat pemerintah Indonesia
atas negara-negara yang berkonflik akibat Laut China Selatan. Meski saat itu
China tidak pernah menyinggung isu Natuna di hadapan PBB, sejak 1996
Indonesia telah mengerahkan lebih dari 20.000 personel TNI untuk menjaga
Natuna yang memiliki cadangan gas terbesar di Asia. pada Desember 2019 kapal
penangkap ikan dan coast guard China diduga melakukan pelanggaran Zona
Ekonomi Eksklusif dengan memasuki Perairan Natuna, Mereka juga melakukan
pelanggaran ZEE seperti melakukan praktik illegal, Unreported and Unregulated

6
(IUU) Fishing di wilayah teritori Indonesia. Berdasar pada Pemerintah Indonesia
melalui menteri luar negeri Retno Masudi meminta China untuk patuh terhadap
ketentuan yang telah ditetapkan UNCLOS 1982 tentang batas teritorial. Selain itu,
menteri luar negeri Indonesia Retno Marsudi telah mengirimkan nota protes resmi
dan memanggil dubes China untuk Indonesia di Jakarta untuk menyelesaikan
praktik illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing di wilayah teritori
Indonesia.

Upaya Pemerintah

Dalam upaya untuk menyelesaikan permasalahan praktik illegal,


Unreported and Unregulated (IUU) Fishing di wilayah teritorial Indonesia dengan
China, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Indonesia
Mahfud MD mengatakan, “Kami tetap melakukan langkah-langkah untuk
menjaga kedaulatan. Tentunya ada jalan diplomatik.” Beliau menegaskan
pemerintah tidak akan tanggung-tanggung dalam menjaga kedaulatan negara,
apalagi setelah adanya justifikasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menyatakan dalam United Nations Convention for the Law of the Sea
(UNCLOS), bahwa tidak adanya hak Tiongkok atas perairan Natuna dan Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia telah ditetapkan pula saat itu. Namun hal tersebut
tidak menghentikan langkah China dalam berusaha mengklaim wilayah perairan
Natuna. Melalui sembilan dash-line atau sembilan garis putus-putus, China
mengklaim bahwa wilayah perairan Natuna masuk ke dalam bagian dari
Tiongkok, hal itu tentu saja bertentangan dengan peraturan UNCLOS
sebagaimana telah diputuskan melalui ruling tribunal UNCLOS pada tahun 2016.
Protes Indonesia ditolak oleh Tiongkok sebagaimana mereka menyatakan
memiliki hak atas wilayah Laut China Selatan yang berdekatan dengan wilayah
Perairan Natuna. Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya
TNI (Purn.) Achmad Taufiqoerrochman menyatakan bahwa pihaknya akan
menambahkan jumlah personil keamanan guna menjaga kedaulatan di wilayah
Natuna. Guna memperkuat pertahanan, tiga angkatan TNI (TNI AD, TNI AL dan
TNI AU) dikirimkan untuk aktivitas pertahanan di wilayah Natuna.

7
Hubungan Indonesia-China Saat Konflik

Hubungan diplomatik Republik Indonesia-Republik Rakyat China terjadi


sejak 13 April 1950, dan telah berlangsung selama 70 tahun. walaupun sempat
terhenti mulai tahun 1967 sampai 1990, hubungan diplomatik kedua negara
terbilang cukup baik. Setelah isu klaim atas Perairan Natuna kembali mencuat,
banyak diantara masyarakat Indonesia yang menganggap hubungan diplomatik
kedua negara semakin memanas, namun hal tersebut tidaklah terjadi. Deputi
Direktur dan Juru Bicara Divisi Pers Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat
Tiongkok, Geng Shuang menyatakan “Kami berdua sangat mementingkan hal ini
(hubungan diplomatik Indonesia-China) dan setuju untuk menggelar serangkaian
kegiatan perayaan untuk mempromosikan pertukaran dan kerja sama, membawa
hubungan bilateral ke level yang lebih tinggi dan menyuntikkan energi positif ke
dalam kedua negara dan kawasan”. Beliau pula menyatakan bahwa di tahun 2020
ini adalah momen yang sangat penting pembangunan antar kedua negara, salah
satunya proyek China bernama Belt and Road Initiative (BRI). Hal inilah yang
menjadi bukti bahwa hubungan diplomatik antara Indonesia-China masih dalam
kondisi yang cukup baik ditengah mencuatnya isu klaim China atas Perairan
Natuna.

8
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Pulau Natuna merupakan pulau yang dikaruniai banyak kekayaan alam.


Klaim sepihak atas kepemilikan Pulau Natuna oleh China rupanya menyita
perhatian publik sehingga menjadi berita sorotan di Indonesia dalam waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu, Indonesia merespon tindakan yang dilakukan China
dengan menggunakan dua cara yakni dengan cara diplomasi dan meningkatkan
pertahanan militer terutama di daerah perbatasan Indonesia. Kedua upaya tersebut
dirasa cukup berhasil untuk membuat isu permasalahan ini dapat terselesaikan.
Diharapkan kedepannya Indonesia mampu memberi gambaran kekuatan dalam
menjaga kedaulatannya agar tidak terjadi lagi isu-isu permasalahan antar negara
seperti ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto, Adityo. 2018. Politik Indonesia dalam Konflik Laut Cina Selatan Blok
Natuna. Makalah. Dalam: Prosiding Konferensi Nasional ke-7 Asosiasi
Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah
(APPPTM) di Jakarta, 23 - 25 Maret

Damarjati, Danu. 2020. Isu Natuna Mencuat, China Bicara 70 Tahun Hubungan
Diplomatik dengan RI. Tersedia dari: https://news.detik.com/berita/d-
4850479/isu-natuna-mencuat-china-bicara-70-tahun-hubungan-diplomatik-
dengan-ri. (diakses pada 20 Februari 2020)

Haryono, E. 2017. Politik Luar Negeri Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi.


Tersedia dari: http://mediaindonesia.com/news/read/127568/politik-luar-
negeri-tiga-tahun-pemerintahan-jokowi/201710-17. (diakses 20 Februari
2020.

Prabowo, E.E., 2013. Kebijakan Dan Strategi Pertahanan Indonesia (Studi Kasus
Konflik Di Laut Cina Selatan). Jurnal Ketahanan Nasional, 19(3),
pp.118129.

Tampi, Butje. 2017. Konflik Kepulauan Natuna antara Indonesia dengan China
(Suatu Kajian Yuridis). Jurnal Hukum Unsrat, 23(10): 3 - 15

10

Anda mungkin juga menyukai