Anda di halaman 1dari 18

Museum Sang Nila Utama Pekanbaru

Mata Pelajaran Projek

TUGAS PROJEK

Disusun Oleh :

- ASRAFI
- RAFFA
- ABELLIA
- NAZWA
- WULAN

Kelas VII 1

SMP NEGERI 31
KOTA PEKANBARU
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa pada kesempatan ini penulis telah
menyelesaikan makalah dengan judul materi ” Makalah Pancasila Museum Sang Nila Utama
Pekanbaru’’ yang merupakan salah satu tahap pembelajaran mata kuliah yang harus dilalui.
            Adapun tujuan dalam  pembuatan makalah ini adalah menylesaikan tugas dan
sekaligus sebagai bahan belajar saya untuk memahami materi ini. Penulis sangat menyadari
segala keterbatasan yang dimiliki dalam pembuatanya. Untuk itu penulis senantiasa
mengharap koreksi , semoga usaha ini tidak menjadi sia-sia.
Semoga Allah senantiasa memberikan berkah pada kita semua. Amiin

                                                                                 

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………. 1

Daftar Isi ……………………………………………………………………………… 2

Bab I               : Pendahuluan………………………………………………………… 3


a.    Latar Balakang …………………………………………………………………………3
b.    Manfaat ……………………………………………………………………………….. 3

Bab II             : Pembahasan …………………………………………………………. 4


A.  Pemberian nama Sang Nila Utama ……………………………………………………. 4
B.  Sarana dan Prasarana ………………………………………………………………….. 4
C.  Koleksi Beserta Pembahasanya …………………………………………………………9

BAB III        : Penutup ……………………………………………………………… 16


1.    Kesimpulan ……………..……………………………………………………………. 16
2.    Saran …………………………..………………………………………………………16

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………… 17

2
BAB I
PEMBUKAAN

A.           Latar Belakang

Kebudayaan dan sejarah di Indonesia sangatlah banyak dan menyimpan makna yang
besar, disetiap penjuru Indonesia memiliki kebudayaan dan sejarahnya masing-masing.
Disetiap kebudayaan dan sejarah tersebut menyimpan nilai historis awal mula adanya bangsa
Indonesia ini.
Begitu pula dengan Riau yang tidak kalah dengan daerah Propinsi lainya yang
menyimpan nilai historis yang mengagumkan. Riau pula lah salah satu tombak adanya
bangsa Indonesia ini, dan dari Riau pula kita bisa berkomunikasi dengan seluruh masyarakat
menggunakan bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia asal mulanya adalah dari Negri
bertuah ini.
Dengan demikian kita dapat melihat secara singkat tentang sejarah Riau ini yang
memiliki sangat banyak sekali nilai sejarahnya. Kita juga menharapkan dengan paparan yang
diperoleh dari museum sang nila utama ini dapat memberikan kita wawasan yang lebih luas.

B.            Manfaat

Dengan dibuatnya makalah ini dan juga pemaparan dan pembahasan dari isi makalah ini
hasil dari pengamatan di museum sang nila utama Pekanbaru kita dapat memahami dan
mengetahui tentang sejarah singkat dan nilai-nilai historis dari benda-benda koleksi dari
museum sang nila utama tersebut

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pemberian nama Sang Nila Utama


Sang Nila Utama adalah nama yang diberikan kepada museum yang berasal dari nama
seorang Raja Bintan yang berkuasa sekitar abad XIII Masehi di pulau Bintan. Museum ini
pada awalnya belum diberi nama, namun atas inisiatif Kepala Museum waktu itu, ditunjuklah
beberapa Budayawan Riau dengan surat keputusan tanggal 13 Oktober 1993, untuk
mengusulkan beberapa nama yang termasyhur di Riau untuk dijadikan nama museum ini.
Menurut data sejarah, daerah Riau dahulu merupakan daerah kekuasaan kerajaan
Sriwijaya antara abad ke-7 sampai abad ke-12. Pada masa puncak kejayaannya, kerajaan
Sriwijaya merupakan pusat perdagangan internasional dan pusat pengajaran agama Budha di
Asia Tenggara. Setelah kerajaan Sriwijaya runtuh akibat serangkaian invasi, banyak para
Bangsawan kerajaan keturunan Dinasti Sailendra meninggalkan daerah yang
bertujuan untuk menghidupkan kembali kebesaran takhta leluhur mereka dengan mendirikan
kerajaan-kerajaan baru. Salah satunya adalah Sang Sapurba, yang meninggalkan Palembang
dengan diiringi oleh Mangkubumi yang tidak lain adalah mertuanya sendiri yaitu Demang
Lebar Daun dan putranya Sang Nila Utama.
B.     Sarana dan Prasarana

Museum adalah jendela suatu kota. Ingin mengetahui gambaran


sebuah kota datang saja ke museum. Dipastikan semuanya bisa terjawab. Di
Pekanbaru, Riau ada museum bersejarah, Museum Sang Nila Utama.
Beragam khazanah kebudayaan Melayu ada di sini.
Museum Sang Nila Utama lokasinya sangat strategis di jantung kota Pekanbaru. Berada di
Jalan  Sudirman dan dalam satu kompleks kantor Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Di

4
kawasan ini juga ada  Taman Budaya Riau. Dibelakangnya ada kantor Dinas Kebudayaan
Riau. Museum ini pengelolaannya dibawah Dinas Kebudayaan Riau.

Dalam Buku Panduan Museum Daerah Riau Sang Nila Utama, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan UPT Museum  Daerah dan Taman Budaya Provinsi Riau Tahun 2016 lengkap
sejarah pendirian museum ini. Berawal pada tahun 1975, seiring dengan perubahan instansi
Perwakilan-perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, dimulailah upaya perintisan untuk
mendirikan sebuah museum di Provinsi Riau. Pertama-tama
dibentuklah Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan, upaya ini dimulai degan
mengumpulkan benda-benda (koleksi) peninggalan sejarah dan budaya.

Pembinaan permuseuman terus berlanjut dan beberapa waktu kemudian dimulailah


perencanaan pembangunan Gedung Museum melalui dana APBN Tahun Anggaran
1977/1978 yang diawali dengan pembebasan lahan tanah seluas 16.930 M2. Kemudian secara
bertahap yaitu Tahun 1979/1980 dan 1981/1982 dibangun gedung perkantoran yang terdiri
dari beberapa ruangan. Pembangunan selanjutnya diteruskan pada Tahun Anggaran
1984/1985 dan 1985/1986 dengan dibangunnya gedung untuk memenuhi
kebutuhan ruangan pameran benda koleksi yang tetap dan disebut gedung pameran tetap.

Setelah sarana dan prasarana baik fisik maupun nonfisik dianggap cukup memadai maka
ditetapkanlah sebagai Museum Negeri Provinsi Riau dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 001/0/1991 tanggal 09 Januari 1991. Pada saat itu
Kepala Museum masih dirangkap oleh Kepala Permuseuman Bidang Permuseuman Sejarah
dan Purbakala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Riau dan sekaligus sebagai Pelaksana Tugas Harian. Pada Tahun
Anggaran 1993/1994 dibangunlah Auditorium.

Kemudian setelah itu barulah diangkat Kepala Museum yang definitif dengan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Prof. DR. Edi Sedyawati pada tanggal
09 Juli 1994. Pengangkatan ini bersempena dengan Pembukaan Pameran Bersama Museum
Negeri se-Sumatera dan sekaligus dalam rangka turut berperan serta dalam acara Pembukaan
Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Nasional ke 17 di Pekanbaru.

Setelah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah


yang dalam hal ini adanya pengalihan kewenangan beberapa bidang urusan Pemerintahan
Pusat yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah, termasuk salah satunya yaitu Bidang
Kebudayaan. Pemerintah Provinsi Riau melalui Peraturan Daerah
Provinsi Riau Nomor 17 Tahun 2001 maka Museum Negeri Provinsi Riau diganti nama
menjadi Museum Daerah Riau “Sang Nila Utama” yang berada dibawah Dinas Kebudayaan,
Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau.
Diskusi dan perdebatan nama Museum Negeri Provinsi Riau ini diawali dengan dibentuknya
tim tersebut yang terdiri dari Muhammad Daud Kadir, Ridwan Malay, MA Effendi,Tenas
Effendi, Muhaidin, Said Prof, DR Samsir Marzuki, dan Prof DR Tabrani Rab. Diskusi atas
pemberian nama Museum Negeri Provinsi Riau sebanyak empat kali. Pertemuan-pertemuan
yang membahas calon-calon nama yang cocok untuk Museum Negeri Provinsi Riau.

5
Terdapat 10 nama yang diajukan tim. Dari 10 calon nama yang diusulkan oleh tim diskusi
tersebut, lalu diteruskan ke Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Riau untuk menyeleksinya. Dari hasil seleksi Kepala Kantor Wilayah Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Riau terjaringlah 3 (tiga) nama diantaranya Sang Nila Utama,
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil, Marhum Pekan dan Raja Ali Haji. Gubernur Riau
akhirnya memilih nama Sang Nila Utama. Jadinya nama lengkapnya, Museum Negeri
Provinsi Riau Sang Nila Utama.

Dalam Sulalatus Salatin, Sang Nila Utama disebutkan sebagai putra pasangan Sang Sapurba
dengan Wan Sundaria (anak dari Demang Lebar Daun, penguasa Palembang). Ia menikah
dengan Wan Sri Beni, dan awal menjadi raja di Bintan (Kini wilayah Kepri) sebelum pindah
ke Singapura. Sang Nila Utama diyakini orang yang mendirikan Singapura yang dulunya
bernama Tumasik (Temasek). Singapura artinya kota singa.

sebagai tempat untuk pagelaran berbagai kegiatan budaya dan seni melayu Riau, dan
kegiatan-kegiatan lainnya.
1.      Gedung Perkantoran Museum
Gedung perkantoran museum ini terletak di belakang gedung induk. Adapun dalam gedung
ini terdapat beberapa ruangan, antara lain :
a.       Ruang kepala museum
b.      Ruang pengolahan data
c.       Ruang storage koleksi
d.      Ruang kurator
e.       Ruang rapat
f.       Ruang pameran temporer
g.      Perpustakaan
h.      Ruang bimbingan
i.        Ruang konservasi dan preparasi
2.      Gedung Induk
Gedung induk terletak dibagian depan komplek museum daerah dengan bentuk
bangunan bergaya arsitektur rumah Tradisional Melayu Riau. Pada gedung inilah sebagian
besar koleksi museum dipamerankan secara tetap dalam jangka waktu yang panjang dengan
pengertian akan diadakan renovasi tata pamerannya kembali setelah minimal 5 tahun
lamanya.
3.      Gedung Audiotorium
Terletak disebelah kiri gedung (dilihat dari pintu masuk areal museum). Pada gedung
inilah kelompok bimbingan edukasi cultural melaksanakan kegiatannya, antara lain ceramah,
penyuluhan, peragaan dan lomba.
4.      Pos Jaga

6
Terletak disisi kiri dan kanan dekat dengan pintu masuk dan keluar museum.
5.      Taman
Terletak dihalaman depan dan belakang museum. Pada taman dihalaman depan
terdapat kolam kecil dan miniature pompa angguk (alat pengeboran minyak bumi)
sumbangan dari PT. Caltex Pasifik Indonesia. Taman pada halaman belakang dilengkapi
dengan bangku taman dan sarana permainan anak-anak seperti ayunan, jungkit-jungkit serta
mushollah.
6.      Koleksi Museum Daerah
Berdasarkan klasifikasi koleksi museum umum yang diterbitkan oleh direktorat
permuseuman, yang merupakan klasifikasi penggolongan koleksi adalah :
a.       Geologika
b.      Biologika
c.       Etnografika
d.      Arkeologika
e.       Historika
f.       Numismatika dan Heraldika
g.      Fiologika
h.      Keramologika
i.        Seni rupa
j.        Teknologika
Museum yang dikenal dengan nama Sang Nila ini merupakan sebuah bangunan
bergaya arsitektur tradisional Melayu yang terletak dijalan Jenderal Sudirman Pekanbaru,
tidak jauh dari Bandara Simpang Tiga. Museum yang buka tiap hari kecuali hari Senin dan
hari-hari Besar. Museum ini menyimpan berbagai koleksi benda seni, sejarah dan budaya
daerah Riau umumnya. Bersebelahan dengan Museum terdapat pula sebuah bangunan dengan
ciri arsitektur yang hampir sama, yaitu Gedung Taman Budaya Riau, diperuntukan sebagai
pusat berbagai kegiatan seni dan budaya.
Koleksi museum ini berjumlah 4.298 buah, berupa koleksi geologi, biologi, etnografi,
arkeologi, sejarah, numismatik/heraldik, filologi, keramik, dan senirupa. Dengan koleksi
peninggalan sejarah yang cukup banyak, museum Sang Nila Utama ini bisa dikatanan tidak
kalah menarik dengan museum-museum yang ada di luar pulau Sumatra. kemegahan dan
kelengkapan yang disajikan dimuseum ini ternyata tidak sepadan dengan pandangan
masyarakat Pekanbaru khususnya, Museum yang berdiri 9 Juli 1994 ini ternyata nyaris tanpa
pengunjung di setiap harinya. Hal yang sangat miris untuk didengar tentunya.
Adapun susunan penataan koleksi museum Sang Nila Utama adalah:
1)      Pengenalan umum dan aspek lingkungan, yang terdiri dari
  Panel peta provinsi Riau

7
  Vitrin koleksi hasil pertambangan mineral organic dan anorganik
  Vitrin koleksi hasil pertambangan (granit, batu pasir, gamping, dll)
  Vitrin beberapa koleksi jenis kayu (meranti, rengas,ramin, dll)
  Vitrin koleksi beberapa fosil manusia purba dan fana purba
  Maket geomorfologi provinsi Riau
  Panel lambng-lambang daerah
  Vitrin beberapa jenis binatang (harimau, tringgiling, dll)
  Maket kilang minyak
2)      Aspek sejarah, terdiri dari:
  Vitrin koleksi replica fosil pithecanthropus erectus
  Vitrin koleksi kapak perimbas paleolitikum dan kapak batu dari zaman sumatralith dari
masa mesolitikum
  Vitrin koleksi alat batu serpih bilah mesolitikum dan kapak batu
  Vitrin koleksi keramik cina
  Vitrin koleksi piring keramik belanda
  Vitrin koleksi mata uang dari masa sebelum kemerdekaan sampai masa sesudah
kemerdekaan
  Empat buah stempel kerajaan Riau-Lingga
  Vitrin replica koleksi payung kerajaan Siak
  Maket mesjid penyengat
  Maket candi muara takus
  Maket istana siak
  Panel foto Gubernur Riau dari yang pertama sampai sekarang
3)      Aspek kebudayaan
  Vitrin alat koleksi menangkap ikan di sungai
  Vitrin koleksi menangkap ikan di laut
  Vitrin koleksi alat pertanian
  Vitrin koleksi maruguok
  Diorama pandai besi
  Diorama kehidupan suku sakai
  Vitrin koleksi alat berburu
  Vitrin senjata tradisional

8
  Vitrin koleksi alat music
  Vitrin koleksi wadah air
  Vitrin koleksi congklak, layang-layang
Museum ini buka dari hari senin-minggu, dimulai dari jam 08.00 sampai jam 15.00 wib

C.  Koleksi Beserta Pembahasanya


1.      Kayu

Kayu adalah jaringan diantara kulit dan hati pohon(cylom) yang terjadi dari
pertumbuhan kabium pada bagian dalam kulit pohon, terdiri dari serat-serat kayu. Lapisan
kayu yang terbentuk pertama biasanya memiliki unsur yang lebih lebar dan lapisan yang
berikutnya lebih menyempit dengan demikian maka terjadilah golang tahunan.
Berdasarkan seratnya, kayu dapat di golongkan menjadi dua macam, yaitu berserai
kasar dan berserai halus. Kayu yang  bersrai kasar kasar ialah kayu yang bertekstur lurus
tetapi seratnya kasar dan pecah-pecah. Kayu berserat halus kayu yang berasal dari serat halus
dan licin. Sedangkan berdasarkan jenisnya, kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras berasal
dari pohon yang disebut pohon jarum, termasuk bagian tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermnos) dan kayu keras berasal dari pohon daun lebar, termasuk bagian pohon
tumbuhan berbiji tertutup(anglospermos).
Karena sifat fisik dan komposisi kimianya, kayu menjadi salah satu hasil hutan yang
penting bagi kehidupan manusia dan industri. Selain industri, sebagian isolator yang baik
tidak berkarat dan tahan panas, kayu juga cukup keras dan kuat. Riau merupakan penghasil
kayu yang cukup besar. Disini di tapilkan beberapa contoh kayu hasil tumbuhan di Riau.
Nilai sejarah dan budaya yang terkandung dari kayu-kayu yang ada di Riau ini adalah
kerena kayu-kayu disekitar alam masyarakat Riau zaman dahulu dipergunakan untuk
membuat rumah adat khas Melayu dan kesenian-kesenian serta kebutuhan-kebutuhan
masyarakat Riau zaman dahulu

9
2.      Layang-layang

Layang-layang merupakan salah satu permainan rakyat daerah Riau. Diperkirakan


permainan ini diperkenalkan dan dimainkan sejak zaman penjajahan oleh Belanda di daerah
Sungai Pakning, Bukit batu dan Bengkalis.

Biasa permainan layang-layang dilakukan pada musim padi akan menguning atau dilakukan
sehabis bekerja waktu musim angin utara dan angin selatan bertepian dengan musim
kemarau. Di daerah bengkalis dikenal ada lima macam layang-layang,yaitu;
a.       Layang-layang kuwau
b.      Layang-layang Sri Bulan/Sehari Bulan
c.       Layang-layang Gasing
d.      Layang-layang Semarai
e.       Layang-layang Camar
Nilai kebudayaan yang terkandung dalam layang-layang ini adalah bagaimana
masyarakat zaman dahulu memainkan layan-layang ini pada musim akan panen padi dan
layang-layang ini dimainkan tidak hanya anak kecil saja namun juga orang dewasa setelah
bekerja.

10
3.      Senjata Peperangan

a.       Meriam
Senjata ini terbuat dari tembaga yang berpeluru dan terbuat dari tembaga panjang. Senjata ini
dipergunakan oleh serdadu Belanda dikurun waktu VOC berkuasa dan menduduki Indonesia.
b.      Pistol Lontak
Senjat ini didapat di Kabupaten Kampar, pistol ini berbahan besi yang pelurunya di isi dari
mulut pistol kemudian dijejalkan lalu ditembakan.
c.       Peluru
Peluru ini didapat di Kabupaten Kampar, peluru adalah benda pengisi senjata api yang
gunanya untuk sebagai benda lontaran ke sasaran.
d.      Baju Besi
Baju yang berbahan baja ini didapat di Kabupaten Kampar juga, Baju ini digunakan dalam
peperangan untuk perlindungan dari serangan senjata lawan.
Nilai sejarah yang terkandung dalam perlengkapan senjata perang ini adalah bagaimana
pertahanan para masyarakat dalam melawan penjajah dan bagaimana para penjajah
menyerang masyarakat. Sebagian perlengkapan peperangan tersebut adalah milik kerajaan
siak.

4.      Kereta Angin Soeman HS


Soeman HS adalah sastrawan balai pustaka dan seorang guru yang mencai warna
karya sastra keseluk beluk Riau. Soeman “Mencari Penculik Anak Perawan”(terbit dibalai
pustaka jakarta tahun 1932).

Soeman HS tak henti-henti mencari ruang dan waktu menuju peradaban Melayu
dengan menggayuh Kereta Angin miliknya ini.

Nilai sejarah dari sepeda ini adalah bagaimana seorang sastrawan dengan giat dan
semangat mempelajari kebudayaan melayu, dan bagaimana pula Soeman HS dengan sepeda
ini mengelilingi Riau hanya untuk sebua karya sastranya mengenai kebudayaan Melayu di
Riau ini.

11
5.      Alat-alat Musik

a.       Seruling
Adalah alat musik tiup dari Rokan Hulu dan digolongkan sebagai alat musik aerofon
b.      Akordeon
Akordeon merupakan alat musik sejenis organ. Akordeon dimainkan dengan cara didorong
dan ditarik, sambil menekan tombol akor dengan jari tangan kiri dan jari tangan kanan
memainkan melodi yang dibawakan. Akordeon pertama kali dibuat oleh C.F.L Buchmann
pada tahun 1882. Akordeon ini didapat di daerah Riau Kepulauan.
c.       Gambus
Terbuat dari kayu nangka tua,kulit kambing dan tali dawai (senar). Digunakan untuk
mengiringi tari zapin dan lagu yang bernafaskan Islam.
d.      Biola
Biola adalah alat musik yang dikategorikan alat musik gesek karena cara memainkanya
dengan menggesek senarnya. Alat musik ini didapat di bengkalis, biola ini biasa digunakan
sebagai pengiring musik melayu.
            Dengan alat-alat musik yang asal sebenarnya bukan dari Indonesia inilah yang
menjadikan adanya musik Melayu. Dengan iringan-iringan dari alat musik ini lagu-lagu
melayu dapat dinyanyikan dengan indah dan dengan iringan alat-alat musik ini juga dapat
mengiringi berbagai tarian tradisional Melayu.

6.      Pacu Jalur

Seperti yang di kutip Metroterkini.com - Sejarah Pacu Jalur berawal abad ke-17,
dimana jalur merupakan alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, yakni daerah
di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu
hingga Kecamatan Cerenti di hilir. Saat itu memang belum berkembang transportasi darat. 

12
Akibatnya jalur itu benar-benar digunakan sebagai alat angkut penting bagi warga
desa, terutama digunakan sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta
berfungsi untuk mengangkut sekitar 40 orang. 
Kemudian muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular,
buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya, ditambah lagi
dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta
lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri). 
Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak
sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab, hanya penguasa
wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu. 
Baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan
jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antar
jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur. Pada awalnya, pacu jalur
diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati
hari besar Islam. 
Namun, seiring perkembangan zaman, akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk
memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu Pacu Jalur diadakan
sekitar bulan Agustus.  Dapat digambarkan saat hari berlangsungnya Pacu Jalur, kota Jalur
bagaikan lautan manusia. Terjadi kemacetan lalu lintas dimana-mana, dan masyarakat yang
ada diperantauan akan terlihat lagi, mereka akan kembali hanya untuk menyaksikan acara ini.
Biasanya jalur yang mengikuti perlombaan, bisa mencapai lebih dari 100. 
Menurut masyarakat setempat jalur adalah 'perahu besar' terbuat dari kayu bulat tanpa
sambungan dengan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak pacu).Panjang jalur antara 16 m
s/d 25 m dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3 m s/d 1,5 m.
Menurut catatan sejarah jalur mulai ada di Rantau Kuantan sekitar abad ke 17 akhir,
mulanya jalur juga dipakai sebagai menyambut tamu-tamu terhormat seperti  raja, sultan
yang berkunjung ke Rantau Kuantan. Sejak tahun 1905 jalur tersebut di lombakan
(dipacukan) dan mulai saat itu, dikenal dengan nama PACU JALUR. Artinya jalur yang
dipacukan (dilombakan) atau lomba jalur.
Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan
adat, kenduri rakyat dan untuk memperingati hari kelahiran ratu Belanda wihelmina yang
jatuh pada tanggal 31 Agustus. Kegiatan pacu jalur pada zaman Belanda di mulai pada
tanggal 31 agustus s/d 1 atau 2 september. Perayaan pacu jalur tersebut dilombakan selama 2-
3 hari, tergantung pada jumlah jalur yang ikut pacu.
Menurut orang tua setempat, pada zaman Belanda jumlah jalur belum banyak sampai
sekarang seperti pada saat sekarang yang jumlah nya sampai ratusan buah. Pada masa itu
jumlah jalur hanya berkisar antara 22 sampai 30 buah jalur. "Kegiatan pacu jalur tersebut
hanya anak sekolah yang berasal dari desa-desa sekitar di Teluk Kuantan yang melakukan
upacara dengan menyanyikan wihelmus sebagai lagu Kebangsaan Belanda pada saat
itu,"katanya.
Setelah kemerdekaan kegiatan pacu jalur dilakukan 1 kali dalam 1 tahun yaitu dalam
rangka memperingati hari kemerdekaan (HUT RI) yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.
Hingga saat ini ivent pacu jalur terus ramai dikunjungi masyarakat dan jumlah pengunjung
mencapai jutaan dan menjadi wisata unggulan Kuansing dan Riau.
Selama ini pacu jalur sudah di jadikan event kalender wisata nasional dan di geser harinya
mundur yaitu di mulai pada tanggal 23-26 Agustus setiap tahun, kecuali pada tahun 2011
lalu dimana pacu jalur di majukan lebih awal karena HUT RI bertepatan dengan bulan puasa
(bulan ramadhan) sehingga tidak mengganggu umat selain menunaikan kewajibanya. [din]
            Seperti yang sudah dijelaskaan diatas, nilai sejara yang terkandung sangatlah panjang
dan bermakna dimana pacu jalur ini hingga kini bisa menjadi kebudayaan yang konsisten dan

13
tetap berada ditengah-tengah zaman yang sudah moderen seperti saat ini.

7.      Mahkota Sultan Siak


Sejarah penyerahan Riau ke Indonesia (awal mula tragedi) oleh Riau Opsi Merdeka

Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang
bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan
istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama Siak berasal dari
nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di situ.
Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk Indonesia
Sungai Siak yang mengalir di kota Siak Sri Indrapura dilihat dari jembatan Tengku Agung
Sulthanah Latifah
Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk IndonesiaSebelum kerajaan Siak
berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan Johor. Yang memerintah dan mengawasi
daerah ini adalah raja yang ditunjuk dan di angkat oleh Sultan Johor.
Namun hampir 100 tahun daerah ini tidak ada yang memerintah. Daerah ini diawasi
oleh Syahbandar yang ditunjuk untuk memungut cukai hasil hutan dan hasil laut.Pada awal
tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud Syah II mangkat dibunuh Magat
Sri Rama, istrinya yang bernama Encik Pong pada waktu itu sedang hamil dilarikan ke
Singapura, terus ke Jambi. Dalam perjalanan itu lahirlah Raja Kecik dan kemudian
dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau.
Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk Bendahara tun Habib
yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.
Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor.
Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali oleh Tengku Sulaiman ipar Raja
Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh beberapa
bangsawan Bugis. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar
pada kedua belah pihak, maka akhirnya masing-masing pihak mengundurkan diri. Pihak
Johor mengundurkan diri ke Pahang, dan Raja Kecik mengundurkan diri ke Bintan dan
seterusnya mendirikan negeri baru di pinggir Sungai Buantan (anak Sungai Siak).
Demikianlah awal berdirinya kerajaan Siak di Buantan.
Namun, pusat Kerajaan Siak tidak menetap di Buantan. Pusat kerajaan kemudian
selalu berpindah-pindah dari kota Buantan pindah ke Mempura, pindah kemudian ke
Senapelan Pekanbaru dan kembali lagi ke Mempura. Semasa pemerintahan Sultan Ismail
dengan Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864) pusat Kerajaan Siak
dipindahkan ke kota Siak Sri Indrapura dan akhirnya menetap disana sampai akhirnya masa
pemerintahan Sultan Siak terakhir.
Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk IndonesiaPada masa Sultan ke-11 yaitu
Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun
1889 ? 1908, dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan istana ini diberi nama
Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889. Dan oleh bangsa Eropa
menyebutnya sebagai The Sun Palace From East (Istana Matahari Timur).
Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk IndonesiaPada masa pemerintahan
Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Dan masa
itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda.
Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di
Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditabalkan

14
sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan
terakhir terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II).
Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk IndonesiaSultan As-Sayyidi Syarif
Kasim Abdul Jalil Syaifuddin II atau Sultan Syarif Kasim II (lahir di Siak Sri Indrapura,
Riau, 1 Desember 1893) adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak. Dia dinobatkan sebagai sultan
pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim.
Riau di bawah Kesultanan Siak pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Kasim Sani
(Sani=dua). Ketika Jepang kalah, ikatan Hindia Belanda lepas, Sultan Syarif Kashim
menghadapi 3 pilihan: berdiri sendiri sperti dulu?, bergabung dg Belanda? atau bergabung dg
Republik? Sultan sebagai sosok yg wara' dan keramat melakukan istikharah. Saya kuat
menduga Allah memberitahu SSK agar bergabung dg Republik karena kekayaan Riau yg
sangat berlimpah dan berlebihan kalau sekedar dikuasai sendiri.Maka Sultan menentukan
pilihan bergabung dengan Republik Mendukung NKRI. BERGABUNG, bukan menyerahkan
diri.
Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk IndonesiaSultan menurunkan
modal 13 juta Golden (3x nilai kompleks gedung Sate, Bandung), bersama2 dg para
komisaris lainnya di PT. NKRI (Deli, Asahan Siak, Yogya, Solo, Kutai kartanegara,
Pontianak, Ternate, Tidore, Bali, Sumbawa-daerah-daerah yg termasuk Zelfbestuuren-
berpemerintahan sediri pd jaman pendudukan Belanda di nusantara).
Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun
mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau berangkat ke
Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil
menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar Sepuluh Ribu Gulden.
Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada tahun
1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968.
Kerajaan Siak Sri Indrapura, Warisan Emas Untuk Indonesia
Beliau tidak meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun
dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.
Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan
sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Makam Sultan Syarif Kasim II
terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid
Syahabuddin.
Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah
Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi
Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan
ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999.

BAB III
PENUTUP

15
A.    Kesimpulan
Museum sang nila utama adalah museum satu-satunya di Kota Pekanbaru yang
menyimpan koleksi terbanyak di Riau dengan koleksinya dari berbagai daerah yang
menyimpan nilai historis tentang kebudayaan di Riau seperti miniatur Pacu Jalur, miniautur
Rumah Adat, miniatur Candi Muaratakus dan lain sebagainya

B.     Saran
Sebaiknya agar kita selalu mencintai budaya sendiri dan kita harus memahami sejarah
dan kebudayaan di tempat kita sendiri yakni di Riau.

Daftar Pustaka

16
www.wikipedia.com/Riau
www.kuansing.or.id/pacujalur
www.melayuonline.com/ind/histori/dig/360/kesultanan-siak-sri-indrapura

17

Anda mungkin juga menyukai