Anda di halaman 1dari 230

BAB I

PENDAHULUAN

A. Potret Pekanbaru
1. Sejarah
Kota Pekanbaru sebagai pusat administratif dan
pemerintahan memulai sejarah panjangnya sejak budaya
dagang orang Melayu itu sendiri. Sungai Siak sebagai sungai
terdalam di Indonesia yang mengalir melewati kota ini telah
menjadi jalan tol alam yang menghubungkan Pekanbaru
dengan pusat perdagangan di pesisir pantai. Tradisi
kehidupan yang suka mendiami perairan telah membuat
orang Melayu menjadi bangsa pelayar yang memunculkan
potensi dagag orang Melayu.
Sebelum melihat bagaimana kota Pekanbaru menjadi
tujuan migrasi dari beberapa daerah di Indonesia, secara
lebih luas dapat diamati kondisi geografis dan historis dari
Propinsi Riau. Propinsi Riau meliputi sebagian basar bekas
propinsi Sumatera Utara dan sebagian lagi merupakan
bekas propinsi Sumatera Tengah pada pesisir timur pulau
Sumatera. Nama Riau sendiri diambil dari kosa kata melayu

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 1
yaitu rioh, yang berarti ramai. Memang sejak lama Riau telah
ramai dengan kegiatan perniagaan karena letaknya yang
memang strategis.
Sejak masa kerajaan Johor yang kemudian menjadi
Riau Lingga kegiatan perdagangan merupakan kegiatan
utama di wilayah ini. Pada masa imperialisme Inggris dan
Belanda, wilayah ini menjadi perebutan kekuasaan tidak
hanya dengan kaum penjajah, namun juga sesama keluarga
kerajaan. Pada era kemerdekaan, wilayah Riau lebih banyak
dipandang sebagai tempat memperoleh berbagai kekayaan.
Hal ini dapat dipahami dari kondisi ‘daerah dolar’ yang
melekat pada nama propinsi ini, terutama merujuk pada
wilayah Riau kepulauan. Konotasi ini yang selanjutnya
mendatangkan mitos ‘kalau mau kaya pergilah ke Riau’.
Kota Pekanbaru mengawali sejarahnya sebagai kota
perdagangan semenjak berbentuk sebuah dusun bernama
payung sekaki. Kawasan yang terletak di tepi Sungai Siak
ini tepatnya di wilayah Senapelan meruapakan kawasan
transit berbagai komoditas perdagangan sejak dahulu kala.
Secara resmi daerah ini menjadi pusat peragangan sejak
ditetapkan Raja Muhammad Ali sebagai wilayah dengan
peruntukan perdagangan dengan nama pekan yang baharau.
Nama ini yang kemudian menjadi cikal bakal bagi nama kota
Pekanbaru.
Kota Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama
“Senapelan” yang saat itu dipimpin oleh seorang Kepala
Suku yang disebut Batin. Daerah ini terus berkembang
menjadi kawasan pemukiman baru dan seiring waktu
berubah menjadi Dusun Payung Sekaki yang terletak di
muara Sungai Siak. Pada 9 April 1689, telah diperbaharui
sebuah perjanjian antara Kerajaan Johor dengan Belanda
(VOC) dimana dalam perjanjian tersebut Belanda diberi hak

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


2 Menuju Masyarakat Smart City Madani
lebih luas. Diantaranya pembebasan cukai dan monopoli
beberapa jenis barang perdagangan.  Selain itu, Belanda
juga mendirikan Loji di Petapahan yang saat itu merupakan
kawasan yang maju dan cukup penting.
Karena kapal Belanda tidak dapat masuk ke Petapahan,
maka Senapelan menjadi tempat perhentian kapal-kapal
Belanda, selanjutnya pelayaran ke Petapahan dilanjutkan
dengan perahu-perahu kecil. Keadaan tersebut membuat
Payung Sekaki atau Senapelan menjadi tempat penumpukan
berbagai komoditi perdagangan, baik dari luar untuk
diangkut ke pedalaman maupun dari pedalaman untuk
dibawa keluar berupa bahan tambang seperti, timah, emas,
barang kerajinan kayu dan hasil hutan lainnya.
Payung Sekaki atau Senapelan terus berkembang
sehingga memegang peranan penting dalam lalu lintas
perdagangan. Letak Senapelan yang strategis dan kondisi
Sungai Siak yang tenang menjadikan perkampungan ini
memegang posisi silang baik dari pedalaman Tapung
maupun Minangkabau dan Kampar. Hal ini juga merangsang
berkembangnya sarana jalan darat melalui rute Teratak
Buluh (Sungai Kelulut), Tangkerang hingga ke Senapelan
sebagai daerah yang strategis dan menjadi pintu gerbang
perdagangan yang cukup penting.
Perkembangan Senapelan sangat erat dengan Kerajaan
Siak Sri Indrapura. Semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin
Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istana di
Kampung Bukit dan diperkirakan istana tersebut terletak
di sekitar lokasi Masjid Raya sekarang. Sultan kemudian
berinisiatif membuat pekan atau pasar di Senapelan namun
tidak berkembang. Kemudian usaha yang dirintis tersebut
dilanjutkan oleh putranya, Raja Muda Muhammad Ali yang
bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 3
meskipun lokasi pasar bergeser di sekitar pelabuhan
Pekanbaru sekarang.
Akhirnya, menurut catatan yang dibuat oleh Imam
Suhil Siak, Senapelan yang kemudian lebih populer disebut
Pekanbaru resmi didirikan pada tanggal 21 Rajab, hari
Selasa tahun 1204 H bersamaan dengan 23 Juni 1784 M
oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah dibawah
pemerintahan Sultan Yahya, yang kemudian ditetapkan
sebagai hari jadi Kota Pekanbaru.
Sejak ditinggal oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil
Muazamsyah, penguasaan Senapelan diserahkan kepada
Datuk Bandar yang dibantu oleh empat datuk besar yaitu
Datuk Lima Puluh, Datuk Tanah Datar, Datuk Pesisir dan
Datuk Kampar. Mereka tidak memiliki wilayah sendiri
tetapi hanya mendampingi Datuk Bandar. Keempat datuk
tersebut bertanggungjawab kepada Sultan Siak dan jalannya
pemerintahan sepenuhnya berada di tangan Datuk Bandar.
Selanjutnya perkembangan tentang pemerintahan di
Kota pekanbaru selalu mengalami perubahan, yaitu:
1. SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van
Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian
dari Kerajaan Siak yang disebut District.
2. Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri
dikepalai oleh seorang Controleur berkedudukan di
Pekanbaru.
3. Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang
Gubernur Militer disebut Gokung, Distrik menjadi Gun
dikepalai oleh Gunco.
4. Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei
1946 No.103 Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang
disebut Haminte atau Kota B.
5. UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


4 Menuju Masyarakat Smart City Madani
dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru diberi status
Kota Kecil.
6. UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota
Pekanbaru sebagai kota kecil.
7. UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota
Praja.
8. Kepmendagri No. 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959
Pekanbaru menjadi ibukota Propinsi Riau.
9. UU No.18 tahun 1965 resmi memakai sebutan Kotamadya.
10. UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota.
Hingga saat ini pemerintahan Pekanbaru yang dipimpin
walikota telah berlangsung selama sepuluh dekade, yaitu:
1. Dt. Wan Abdul Rachman, Masa Jabatan 17 Mei 1946 s/d
11 November 1950
2. Datuk Wan Ahmad, Masa Jabatan 11 November 1950 s/d
07 Mei 1953
3. Tengku Ilyas, Masa Jabatan 07 Mei 1953 s/d 01 Juni 1956
4. Muhammad Yunus, Masa Jabatan 01 Juni 1956 s/d 14
Mei 1958
5. O.K.M. Djamil, Masa Jabatan 14 Mei 1958 s/d 09
November 1959
6. Datuk Wan Abdul Rachman, Masa Jabatan 09 November
1959 s/d 29 Maret 1962
7. Tengku Bay, Masa Jabatan 29 Maret 1962 s/d 01 Juni
1968
8. Raja Rusli, BA, Masa Jabatan 01 Juni 1968 s/d 10
Desember 1970
9. Abdul Rahmand Hamid, Masa Jabatan 10 Desember 1970
s/d 05 Juli 1981
10. H. Ibrahim Arsyad, SH, Masa Jabatan 05 Juli 1981 s/d 21
Juli 1986
11. Drs. Farouq Alwi, Masa Jabatan 21 Juli 1986 s/d 22 Juli

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 5
1991
12. H. Oesman Effendi Apan, SH, Masa Jabatan 22 Juli 1991
s/d 18 Juli 2001
13. Drs. H. Herman Abdullah, MM, Masa Jabatan 18 Juli 2001
s/d 17 Juli 2006
14. Drs. H. Herman Abdullah, MM, Masa Jabatan 17 Juli 2006
s/d 18 Juli 2011
15. H.Firdaus ,ST,MT, Masa Jabatan 25 Januari 2012 s/d 2017
16. Edwar Sanger, Masa Jabatan 26 Januari 2017 s/d Mei
2017
17. Dr. H.Firdaus ,ST,MT, Masa Jabatan 22 Mei 2017 s/d
sekarang

2. Keberhasilan dan Prestasi


Pemerintah Kota Pekanbaru dibawa kepemimpinan Dr.
H. Firdaus, MT meraih sejumlah penghargaan dan prestasi,
diantaranya:

Pemberi
N Nama Prestasi Tahun
Penghargaan
Penghargaan Golden Award
sebagai Kepala Daerah Peduli
Olahraga yang diberikan oleh
1 2019 Ketua PWI Pusat
Seksi Wartawan Olahraga
(SIWO) Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) Pusat
Penghargaan Achievement
of Waste Management di Dirjen Kementerian
2 Bali oleh Komite Pengusaha 2019 Lingkungan Hidup dan
Mikro Kecil Menengah Kehutanan RI
Indonesia (Kopitu)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


6 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Gubernur Sumatera
Barat Di Saksikan
3 Penghargaan Kearsipan 2019
Kepala Arsip Nasional
RI
Penghargaan BPJS
Ketenagakerjaan atas
Deputi Direktur BPJS
Kepedulian Pemerintah Kota
4 2019 TK Wilayah Sumatera
Pekanbaru kepada Pegawai
Barat -Riau
Non PNS dalam Memberikan
Perlindungan Jaminan Sosial
Penghargaan Unggulan
Destinasi Wisata Halal dari
5 2019 Menteri Pariwisata
Kementerian Pariwisata
(Kemenpan) RI
Penghargaan Satya Lencana
6 Karya Bhakti Praja Nugraha 2019 Menteri Dalam Negeri
dari Kemendagri
Penghargaan Prestasi Kinerja
7 2019 Menteri Dalam Negeri
Tertinggi Peringkat 4
Penghargaan Manggala
Karya Kencana (MKK)
Bidang Kependudukan Menteri Koordinator
Keluarga Berencana (KB) dan Bidang Pembangunan
8 2019
Pembangunan Keluarga dari manusia dan
Badan Kependudukan Dan Kebudayaan RI
Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Pusat.
Penghargaan Satya Lencana
Wakil Presiden RI,
9 Karya Bhakti Praja Nugraha 2019
Yusuf Kalla
kepada Walikota Pekanbaru
Platinum Kota Besar Kategori
10 Pelayanan Publik Indonesia 2019 Menteri Dalam Negeri
Attractiveness Award 2019

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 7
Penghargaan Kota Layak
Anak (KLA) kriteria Nindya,
11 2019 Kemen PPPA
Sekolah Ramah Anak, dan
Puskesmas Ramah Anak
Penghargaan dari Apernas
12 2019 Apernas
Jaya
Menteri Pemuda dan
13 Kota Layak Pemuda 2019 Olahraga RI, Zainuddin
Amali
Gubernur Riau,
14 Piagam WTP 2019
Syamsuar
Menteri Pendayagunaan
Penghargaan Prediket
15 2019 Aparatur Negara dan
Layanan Prima
Reformasi Birokrasi
Penghargaan Swasti Saba/
Kemenkes dan
16 Kota Sehat tahun 2019 2019
Kemendagri
tingkat PADAPA
Anugerah Pesona Indonesia
(API) Kategori Makanan
17 2019 Kementerian Pariwisata
Tradisional Terfavorit Untuk
Kue Talam Durian
Penghargaan sebagai Kota
Kementrian Hukum dan
18 Peduli Hak Asasi Manusia 2019
HAM RI
(HAM) tahun 2019
Sekolah Adiwiyata untuk 22
Gubernur Riau-
19 Sekolah di Pekanbaru tahun 2019
Syamsuar
2019
Penghargaan Role Model
Peyelenggaraan Pelayanan Kementerian
Publik Kategori Sangat Baik Pendayagunaan
20 dari Menteri Pendayagunaan 2018 Aparatur Negara dan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
ReformasiBirokrasi Republik (KemenPAN-RB)
Indonesia

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


8 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Penghargaan terbaik atas
keberhasilan Pemerintah
Kota (Pemko) Pekanbaru
dalam menyusun dan Kementerian Keuangan
21 2018
menyajikan laporan RI
keuangan tahun 2016
dengan pencapaian standar
tertinggi.
Pimpinan MNC Group
Prediket Pemimpin Visioner
dalam acara The Power
22 bagi Walikota Pekanbaru DR. 2018
of Collaboration di
H. Firdaus, ST, MT.
Jakarta
Kementerian
Pendayagunaan
Penghargaan Pelayanan
23 2018 Aparatur Negara dan
Publik Terbaik
Reformasi Birokrasi
(KemenPAN-RB)
Penghargaan Walikota Menteri Koperasi dan
24 2018
Enterpreneur Award 2018 UMKM
Penghargaan kepada Kota
25 2018 Menteri Perdagangan
Pekanbaru Sebagai DTU
Penghargaan Sasana Kementerian Hukum
26 2018
Anubhawa dan HAM
Menteri Pemberdayaan
Penghargaan APE Tingkat
27 2018 Perempuan dan
Madya di Jakarta
Perlindungan Anak
Menteri PMK dan
28 Anugerah Kencana 2018
Kepala NKKBN RI
Penghargaan Government
Award sebagai Kota Chairman MNC Group,
29 2018
Tujuan Investasi Terbaik di Hary Tanoesoedibjo
Indonesia
Penghargaan Tokoh Inspiratif Chairman MNC Group,
30 2018
di Indonesia Hary Tanoesoedibjo

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 9
Menteri Pemberdayaan
Penghargaan Kota Layak Perempuan dan
31 2017
Anak Perlindungan Anak,
Yohana Yembise
Penghargaan Tingkat Kementrian Lingkungan
Nasional Adiwiyata Mandiri Hidup dan Kehutanan
32 2017
dari Kementrian Lingkungan Badan Penyuluhan dan
Hidup dan Kehutanan Pengembangan SDM UN
Penghargaan Wahana Tata Kementerian
33 2017
Nugraha (WTN) Perhubungan RI
Wakil Walikota menerima Presiden Joko Widodo
penghargaan Satya Lencana dalam Rangka Hari
34 2017
Pembangunan berupa Pin Koperasi Nasional ke-
Emas Hari Koperasi Nasional 70 di Makassar
Penghargaan Indonesia Kementrian Dalam
Attractiveness Award 2017, Negeri bersama
35 sebagai salah satu Kota 2017 Pimpinan Tempo Grup
Terbaik di Indonesia dengan dan Frontier Cunsulting
index 80,79 grup
Sekretaris Daerah Kota
Pekanbaru menerima Kanwil Jenderal
Penganugerahan sebagai Perbendaharaan
36 Penyetor Iuran Wajib PNS 2017 Provinsi Riau dan
Daerah Periode Januari/Juni PT. Taspen Cabang
2017 : peringkat II Tepat Pekanbaru
Waktu
Wakil Walikota Pekanbaru
menerima Bhumandala
Badan Informasi
37 Award pada peringatan Hari 2017
Geospasial
Informasi Geospasial (HIG)
di Cibinong BOGOR

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


10 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Wakil Walikota Menerima
penghargaan PAUD Bagi
Walikota/Bupati Terhadap
38 2017 Gubernur Riau
Pengembangan Pendidikan
Anak Usia Dini Di Provinsi
Riau
12th Annual Indonesia Majalah Property &
Property & Bank Award Bank bekerjasama
39 2017- Pemda inovatif & 2017 dengan Aliansi Jurnalis
Mendukung Pembangunan Properti & Keuangan
Perumahan Rakyat. (AJPK)
Penerima Anugerah Ki Hajar
40 2017 Kemendikbud RI
2017
Menteri Pariwisata RI
Penghargaan Anugerah yang diserahkan oleh
41 2017
Pesona Indonesia 2017 Sekjend Kemenpar RI,
Bapak Uus Kuswara
Penghargaan Natamukti ICSB
42 2017 Kementerian KUKM
Indonesia City Awards 2017
Penganugerahan Prediket
Kepatuhan terhadap Standar
43 2017 Ombudsman RI
Pelayanan Publik di Jakarta
(Prediket Zona Hijau)
Penghargaan Walikota
44 2017 Markplus inc.
Enterpreneur Award 2017
Peghargaan KI Riau Award
45 2017 Kategori Kabupaten / 2017 Komisi Informasi Riau
Kota Badan Publik
Penghargaan Kabupaten
Kementerian Hukum
46 / Kota Peduli Hak Asasi 2017
dan HAM
Manusia
Kota Pekanbaru Juara umum
47 MTQ tingkat Provinsi ke -36 2017 -
di Dumai

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 11
Penghargaan Government SINDO WEEKLY
48 2016
Award. (Jakarta, 12 April 2016)
Menteri Tenaga Kerja RI
Penghargaan Kesehatan
Hanif Dakhiri di Gedung
49 dan Keselamatan Kerja (K3) 2016
Bidakara Jakarta, Rabu
Award 2016
(18/05/2016)
Penghargaan Pekanbaru
sebagai Kota terbaik Nasional
50 tentang infrastruktur, 2016 TEMPO MEDIA GROUP
pariwisata, pelayanan publik
dan investasi
Penghargaan investasi
51 2016 SINDO WEEKLY
terbaik dari SINDO di Jakarta
Penghargaan Walikota
52 2016 SINDO WEEKLY
Inspiratif
Penghargaan Satya Melati Presiden Republik
53 2016
Pramuka Indonesia
DIPA T.A 2017 dan
pemberian penghargaan
54 keberhasilan penyusunan 2016 Gubernur Riau
laporan keuangan 2015 di
balai pauh
Walikota Pekanbaru,
Firdaus, ST, MT menerima
Sindo Weekly Jakarta
55 Penghargaan “Pekanbaru 2015
Tahun 2015
sebagai Kota tujuan investasi
terbaik di Indonesia 2015”
Walikota Pekanbaru,
Firdaus, ST, MT menerima
Penghargaan “Sebagai
Sindo Weekly Jakarta
56 Pemerintah Kota yang 2015
Tahun 2015
memiliki tata kelola
Pemerintahan terbaik di
Indonesia Tahun 2015”

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


12 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Walikota Pekanbaru,
Firdaus, ST, MT menerima
Dewan Pengurus Pusat
Penghargaan “Kota terbaik,
57 2015 Real Estate Indonesia
termudah, termurah dan
(DPP REI) Tahun 2015
tercepat di Indonesia dalam
urusan perizinan”
Walikota Pekanbaru,
Firdaus, ST, MT menerima
Penghargaan “Satu-satunya
Kota besar maupun Kota
58 Metropolitan yang meraih 2015 -
penghargaan terbaik
nasional dalam Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP)
dari 89 Ko
Walikota Pekanbaru,
Firdaus, ST, MT menerima
Penghargaan “Kota terbaik
59 2015 -
(TITTLE DIAMOND) Versi
Tempo Frontier Consulting
untuk tahun 2015”
Sekdako Pekanbaru H. M.
60 Syukri Harto Menerima 2015 -
Penghargaan “JKN Award”
Walikota Pekanbaru Firdaus,
MT Menerima Penghargaan
Pembina Kesehatan dan
61 Keselamatan Kerja (K3) 2015 -
dari Menakertrans RI Hanif
Dhakiri, Kamis 10 Septmber
2015 di Bidakara Jakarta
Kota Pekanbaru Menerima
Penghargaan Kadin Riau
62 2015 -
Awards 2015 Kategori Best
Busines Climate

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 13
Kota Pekanbaru Menerima
Penghargaan Kadin Riau
63 2015 -
Awards 2015 Kategori Best
PTSP
Kota Pekanbaru Menerima
Penghargaan Kadin Riau
64 2015 -
Awards 2015 Kategori Best
Investment Performance
Kota Pekanbaru Menjadi
Peraih Pengahrgaan Sekolah Menteri Lingkungan
Berwawasan Lingkungan Hidup Dan Kehutanan,
Atau Penghargan Adiwiyata Siti Nurbaya, Dan
65 2015
Tingkat Nasional Tahun 2015 Menteri Pendidikan
Terbanyak Dibandingkan Dan Kebudayaan, Anis
Kabupaten/Kota Se-Provinsi Ba
Riau
Walikota Pekanbaru DR H
Firdaus ST MT Piala Wahana Diserahkan Langsung
Tata Nugraha Sebagai Oleh Presiden Republik
66 Penghargaan Kota Pekanbaru 2015 Indonesia Joko Widodo
Kota Besar Terbaik Di Didampingi Menteri
Indonesia Di Bidang Perhubungan Igna
Perhubungan Darat.
Kota Pekanbaru Menerima
Penghargaan Atas Diserahkan Lansung
Keberhasilan Prestasi Dalam Oleh Anak Agung Gede
Mendorong Percepatan Ngurah Puspayoga
67 2015
Penerbitan Izin Usaha Mikro Selaku Menteri
Dan Kecil (IUMK) Kepada Koperasi Dan Usaha
Pelaku Usaha Mikro Dan Kecil Men
Kecil Di Pekanbaru.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


14 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Walikota Pekanbaru
Firdaus, ST, MT Menerima
Penghargaan Investasi
Sindo Weekly
68 Terbaik,  Dari Menteri Dalam 2014
Government Award
Negeri, Bumawan Fauzi di
Jakarta. Yang Diadakan oleh
Koran SINDO.
Pembina Keselamatan dan
Menteri Tenaga Kerja
Kesehatan Kerja Kabupaten/
69 2014 dan Transmigrasi
Kota kepada Walikota
Republik Indonesia
Pekanbaru
Walikota Pekanbaru
Firdaus, ST, MT Menerima
70 Penghargaan Adipura dari 2014 Wakil Presiden RI
Wakil Presiden Boediono, di
Jakarta.
Walikota Pekanbaru,
Firdaus, ST, MT. Menerima
71 2014 OMBUDSMAN
Penghargaan Pelayanan
Publik Terbaik.
Lomba Sekolah Sehat Tingkat Menteri Dalam Negeri
72 2014
Nasional. 2014 RI
Penganugerahan kepada
Penyelenggara Pelayanan
Terpadu Satu Pintu di Bidang Badan Koordinasi
73 2014
Penanaman Modal, Provinsi, Penanaman Modal
Kabupaten dan Kota Terbaik
Tahun 2014 di Jakarta
17 Walikota Menerima
Piala Wahana Tata Nugraha
Tahun 2014 Dari Mentri
Menteri Perhubungan
74 Perhubungan RI, E.E. 2014
RI
Mangindaan. Pekanbaru Kota
Besar Peringkat Nasional di
Bidang Perhubungan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 15
Walikota Pekanbaru
Firdaus, ST, MT menerima
Kementrian Tenaga
Penghargaan Sertifikat ISO
75 2014 Kerja dan Transmigrasi
dari Kementrian Tenaga
Republik Indonesia
Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Walikota Pekanbaru Firdaus,
ST, MT Menerima Piala Kementrian Pekerjaan
76 Penghargaan Bina Marga 2014 Umum dan Perumahan
Terbaik Nasional Tahun 2014 Rakyat
di Jakarta

B. Visi dan Misi

Visi Kota Pekanbaru 2021 sesuai Perda Kota Pekanbaru


Nomor 1 Tahun 2001, yaitu” TERWUJUDNYA KOTA PEKANBARU
SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA, PENDIDIKAN
SERTA PUSAT KEBUDAYAAN MELAYU, MENUJU MASYARAKAT
SEJAHTERA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA.”

Untuk percepatan pencapaian visi Kota Pekanbaru 2021


dimaksud,  Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru terpilih
periode 2017-2022, menetapkan Visi Antara untuk lima (5)
tahun kepemimpinannya yaitu: “Terwujudnya Pekanbaru
Sebagai Smart City Madani”.
Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan
dengan memperhatikan kondisi dan permasalahan yang
ada, tantangan kedepan, serta memperhitungkan peluang
yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi pembangunan
jangka menengah daerah Kota Pekanbaru tahun 2017-2022.
Pertama, meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


16 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Bertaqwa, Mandiri, Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi; kedua,
mewujudkan Pembangunan Masyarakat Madani Dalam Lingkup
Masyarakat Berbudaya Melayu; ketiga, mewujudkan Tata Kelola
Kota Cerdas dan Penyediaan Infrastruktur yang Baik; keempat,
mewujudkan Pembangunan Ekonomi Berbasiskan Ekonomi
Kerakyatan dan Ekonomi Padat  Modal, pada Tiga Sektor
Unggulan, yaitu Jasa, Perdagangan dan Industri (olahan dan
MICE), dan kelima, mewujudkan Lingkungan Perkotaan yang
Layak Huni (Liveable City) dan Ramah Lingkungan (Green City)

C. Pilar Pembangunan Kota Pekanbaru

1. Smart Economy
Smart economy dalam kehidupan kota mengacu
pada industri yang smart yaitu dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
dalam proses produksi dan distribusi barang dan jasa.
Jika semakin banyak inovasi-inovasi baru
yang dikembangkan maka akan menambah peluang
usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar
usaha/modal. Meningkatnya jumlah pelaku usaha
mengakibatkan persaingan pasar menjadi semakin
ketat. Sehingga inovasi-inovasi baru perlu diciptakan
untuk mempertahankan eksistensi bisnis pelaku usaha
tersebut.

2. Smart Mobility
Smart mobility yang dimaksud yaitu kemampuan
kota dalam memberikan kesempatan akses yang
seluas-luasnya pada lokal maupun internasional. Smart
mobility termasuk pada transportasi dan pembangunan
infrastruktur. Pembangunan infrastruktur diwujudkan
melalui penguatan system perencanaan infrastruktur

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 17
kota, pengembangan aliran sungai, peningkatan
kualitas dan kuantitas air bersih, pengembangan
system transportasi, pengembangan perumahan dan
permukiman, dan peningkatan konsistensi pengendalian
pembangunan infrastruktur.
Dengan ketersediaan sarana/prasarana transpor-
tasi dan infrastruktur yang memadai akan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dan meningkatkan pertum-
buhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

3. Smart Environment (lingkungan)


Smart environment merupakan salah satu
aspek smart city yang membahas kemajuan teknologi
serta penggunaannya untuk melindungi dan memelihara
lingkungan kota baik keamanan maupun alam.
Lingkungan pintar berarti lingkungan yang bisa
memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber
daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun
tidak,bagi masyarakat dan public. Menurut undang-
undang tentang penataan ruang, mensyaratkan 30 %
lahan perkotaan harus difungsikan untuk ruang terbuka
hijau baik privat maupun public. Lingkungan yang bersih
tertata merupakan contoh dari penerapan lingkungan
yang pintar.

4. Smart People (kreativitas dan modal)


Smart people berarti penduduk kota yang dapat
dikatakan smart, tidak hanya mengacu pada kualifikasi
edukasi seseorang tapi juga kualitas interaksi sosial yang
terbentuk. Pembangunan senantiasa membutuhkan
modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal
manusia (human capital) maupun modal sosial (social

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


18 Menuju Masyarakat Smart City Madani
capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-
pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan
usahanya.
Modal sosial termasuk seperti kepercayaan,
gotong royong, toleransi, penghargaan, saling memberi
dan saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki
pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi
melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa
tanggungjawab terhadap kepentingan publik, meluasnya
partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya
keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat
kejahatan. Tata nilai ini perlu dipertahankan dalam
kehidupan sosial masyarakat smart city.

5. Smart Living (kualitas hidup)


Rasa nyaman yang dapat diperoleh masyarakat
dengan adanya beberapa indikator berikut dalam
sebuah kota, yaitu kesehatan, perumahan, aksesibiltas,
persampahan, energi, keanekaragaman hayati, air,
teknologi, dan transportasi.
Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki
kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup
tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha
memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada
manusia, secara langsung maupun tidak langsung
merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas
pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas
budaya, dan atau budaya yang berkualitas merupakan
hasil dari pendidikan yang berkualitas.

6. Smart Governance (pemberdayaan dan partisipasi)


Smart governance berkaitan dengan politik
dan partisipasi dari masyarakat, layanan penduduk

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 19
dan penggunaan jaringan komunikasi baru seperti
e-government dan e-democracy. Kunci utama keberha-
silan penyelengaraan pemerintahan adalah Good
Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hu-
kum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi,
transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah
dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip
“desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan
yang bersih, bertanggung jawab, dan berdaya saing”.
Keberpihakan pemerintah daerah perlu ditingkat-
kan untuk mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal
sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan
berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar
ketinggalan pembangunan. Hal yang dapat dilakukan
adalah membangun wilayah-wilayah tertinggal melalui
peningkatan produktivitas dan pemberdayaan masyara-
kat, meningkatkan keterkaitan antara wilayah tertinggal
dengan wilayah-wilayah pusat kota serta mengelola dan
mengendalikan pemanfaatan sumber daya yang ada. 

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


20 Menuju Masyarakat Smart City Madani
BAB II
SYAHRUL MUBARAKAH
(1)
Puasa Perisai Orang Mukmin
Kewajiban Puasa Ramadhan

Allah berfiman dalam al-qur’an :

َ ‫الص َيا ُم َ َك ُك ِت َب عَ َل َّ ِال َين ِم ْن قَ ْب ِل ُ ْك لَ َعل َّ ُ ْك تَتَّ ُق‬


‫ون‬ ِ ّ ‫َي أ�يُّ َا َّ ِال َين َءا َمنُوا ُك ِت َب عَلَ ْي ُ ُك‬
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu benpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa (QS. Al Baqarah:183).

Setelah memanggil orang-orang beriman dengan yaa


ayyuhalladziina aamanuu Allah Swt menegaskan: Kutiba
‘alaikumush shiyaam (diwajibkan atasmu berpuasa), apa
hubungan puasa dengan iman?. Mengapa hanya orang beriman
yang diwajibkan berpuasa? Apakah puasa Ramadhan merupakan
bukti keimanan seseorang?

Pertama, Ketika seseorang beriman kepada Allah swt,


seharusnya ia sadar bahwa Allah Swt senantiasa bersama-Nya.
Di dalam dirinya menggelora hakikat keagungan-Nya. Setiap
disebut nama-Nya hatinya bergetar, penuh ketakutan. Dalam

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


22 Menuju Masyarakat Smart City Madani
surat Al-Anfal ayat 2 Allah Swt berfirman,

          
      
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Karenanya seluruh kegiatan sehari-harinya selalu dalam


rangka mentaati-Nya. Tidak ada perbuatan sekecil apapun yang
ia lakukan kecuali dengan petunjuk-Nya. Ia menjauh sama sekali
dari apa saja yang disebut kemaksiatan. Baginya kemaksiatan
adalah bencana, yang tidak hanya menghancurkan harga dirinya
melainkan juga menjadi sumber malapetaka bagi kemanusiaan
di muka bumi.

Kesadaran ini membuatnya sangat berhati-hati dalam


bersikap, jangan sampai langkahnya terjerumus dalam
kemaksiatan. Sampai yang syubuhat (samar-samar) pun ia
hindari, sebab dari yang syubuhat akan lahir daya tarik kepada
yang haram. Puasa adalah ibadah menahan diri dari yang halal.
Dari sini nampak betapa hakikat puasa adalah sebagai benteng
supaya pelakunya terhindar dari yang haram. Sebab kebiasaan
menahan dari yang halal, akan membangun lapisan-lapisan
bemper yang menjaganya supaya tidak terjatuh kepada yang
Allah swt haramkan. Perhatikan betapa untuk menegakkan
puasa, seseorang harus mempunyai iman. Karena hanya iman
yang jujur seseorang akan benar-benar merasakan lesatnya
puasa. Tanpa kesadaran iman puasa akan menjadi beban. Di saat
orang-orang berbahagia dengan puasa, ia malah merasa sempit
hatinya dengan puasa.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 23
Kedua, Ketika seseorang melakukan puasa, ia sedang
berjuang menutup segala pintu yang selama ini syetan selalu
masuk darinya. Pintu nafsu makan ia tutup, di mana banyak orang
mengambil yang haram hanya karena nafsu makan. Pintu nafsu
bermusuhan juga tutup, dimana selama ini banya terjadi konflik
saling menyakiti, saling menjatuhkan, saling mendzalimi, bahkan
tidak jarang saling membunuh di antara manusia adalah karena
nafsu ini. Lidahnya ia tahan dari perbuatan yang keji. Setiap ada
oarang yang mengajaknya bertengkar, ia menjawab: Maaf saya
sedang berpuasa. Pintu nafsu seks pun ia tutup, di mana selama
ini banyak orang terjerembab dalam dosa-dosa karena nafsu ini.

Perhatikan betapa puasa mencerminkan hakikat perlawa-


nan yang dahsyat seorang hamba Allah swt terhadap syetan. Di
dalam dirinya menggelora semangat untuk tidak tunduk kepada
syetan, kapanpun dan di manapun ia berada. Ia sadar bahwa
syetan adalah musuhnya. Allah swt berfirman,

          
   
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka
anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan
itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Fathir:6)

Ketika seseorang masuk ke medan pertarungan melawan


syetan, berarti ia masuk ke dalam pertempuran yang tidak akan
pernah berakhir. Dalam rangka ini ia harus berbekal iman yang
kokoh. Sebab jika imannya lemah ia tidak bisa istiqamah.

Maka ketika Allah Swt memanggil di awal yat ini:


yaa ayyuhalladziina aamanuu, itu maksudnya adalah orang-
orang yang benar-benar jujur dalam imannya. Bukan orang-

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


24 Menuju Masyarakat Smart City Madani
orang munafik yang pura-pura beriman. Sebab tidak mungkin
seseorang yang tidak jujur dalam imannya bisa melaksanakan
ibadah puasa dengan jujur. Dari sini nampak rahasia firman Allah
swt dalam hadits Qudsi :
‫الص َيا َم فَ�ن َّ ُه ِل َو أ�نَ أ� ْج ِزي ِب ِه‬
ِ ّ ‫ك َ َعلِ ا ْب ِن � آ َد َم َ ُل � َّل‬
ُّ ُ
‫إ‬ ‫إ‬
Semua amal anak Adam itu untuk dirinya kecuali puasa, itu untuk-
Ku dan Aku akan memberikan langsung pahalanya. (HR. Bukhari)

Perhatikan betapa puasa merupakan bukti kejujuran iman


seseorang, sehingga Allah swt mengagungkannya, dan terlibat
langsung untuk memberikan pahala kepada pelakunya.

Ketiga, Puasa Ramadhan adalah merupakan salah satu


pilar ajaran Islam. Untuk menegakkan pilar ini secara kokoh
tidak mungkin dilakukan oleh seseorang yang tidak punya iman
atau pura-pura beriman. Allah swt Maha Mengetahui, benar-
benar tahu siapa di antara manusia yang benar-benar pantas
diundang untuk menegakkan pilar ini. Itulah mereka yang
benar-benar beriman kepada Allah swt secara jujur. Karena
itu Allah swt panggil mereka dengan: yaa ayyuhalladziina
aamanuu. Perhatikan bentuk panggilan ini, Allah swt memanggil
mereka hanya dengan kualitas keimanannya, bukan yang lain-
lain. Ini menunjukkan bahwa yang Allah swt inginkan dari
manusia melalui puasa ini adalah bagaimana ia benar-benar
beriman kepada Allah swt secara kokoh dan jujur. Iman yang
menghidupkan jiwanya sehingga ia senantiasa merasa bersama
Allah swt. Bukan iman yang semata diucapkan dengan lisan,
diiklankan di spanduk-spanduk atau tayangan televisi semenatra
hatinya tidak pernah menikmati lezatnya iman tersebut.

Puasa sebagai Perisai


Kebanyakan manusia mengira, bahwa manakala seseorang
telah dapat menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 25
sepanjang siang hari, maka dia telah menganggap bahwa telah
mengerjakan puasa. Kebanyakannya pula menganggap bahwa
dengan menahan makan, minum dan syahwat di siang hari
Ramadhan, telah merasa bebas dari kewajibannya dan telah
tertunaikan segala kewajiban yang dibebankan Allah Subhanahu
wa Ta’ala atas dirinya.
Ibnul Qayyim merumuskan tentang tujuan puasa, antara
lain “Membebaskan ruh manusia dari cengkraman hawa nafsu
yang menguasai jasmaninya menuju sasaran pensucian dan
kebahagiaan yang abadi. Puasa adalah perisai bagi orang
mukmin, kendali baginya dan yang akan mengantarkannya ke
dalam golongan orang-orang yang bertaqwa.
Nyata sekali, seruan Allah untuk berpuasa ini didahului
dengan sifat keimanan sebagai dasar ajakan dan sumber
keutamaan. Ini adalah satu petunjuk yang kuat dan keterangan
yang jelas, bahwa puasa yang dikehendaki Allah sangat luas,
yaitu mengendalikan dari segala yang menodai keimanan, dan
mengawasi diri dari yang tidak sesuai dengan keutamaan taqwa.
Amatlah jelas, puasa seseorang hanya mengarahkan pengharapan
kepada Allah semata.
Syaikh Al Azhar Prof. Dr. Mahmud Syaltut di dalam kitab
«  Aqidah dan Syari’ah » mengatakan : “Lidah manusia telah
terbiasa mengatakan, bahwa puasa adalah menahan diri dan
makan, minum dan melakukan hubungan seksual”.
Sesungguhnya tidak berarti puasa orang yang menyimpan
perasaan dengki, iri hati dan permusuhan serta mengadu domba.
Karena semuanya itu tidak diredhai oleh Allah. Tidak dapat
dikatakan berpuasa seorang yang usahanya memecah-belah dan
melemahkan kekuatan kaum muslimin, karena perbuatan itu
tidak disenangi oleh Allah.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


26 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Tidak berarti berpuasa seseorang yang menyenangi
kezaliman, berbuat bencana dan permusuhan, serta menyebar
perangai buruk serta fitnah. Semua perbuatan itu bertentangan
dengan sasaran taqwa yang hendak dicapai melalui puasa itu.
Demikian pula orang yang tangan, lidah, atau salah satu
anggota badannya digunakan untuk menyakiti hamba Allah
dengan melanggar larangan Allah, maka puasanya tidak akan
memberi manfaat baginya.
Seorang hamba yang melaksanakan ibadah puasa adalah
seumpama malaikat berbentuk manusia. Dia tidak akan
berbohong, tidak menghembusakan fitnah, tidak menyiasati
pembunuhan atau tindak kejahatan, tidak menipu dan tidak
memakan harta orang lain dengan cara yang bathil. Itulah arti
puasa yang menghimpun antara bentuk lahiriyah, yakni menahan
diri dari segala yang membatalkannya.
Berpuasa berarti penguatan roh keimanan dengan
meningkatkan pengamanan diri dan menyucikannya dari
noda dan dosa serta pengisiannya dengan hal-hal yang baik
sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah dalam sabdanya :
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan
amal jahat, maka Allah tidak butuh kepadanya meskipun ia
meninggalkan makan dan minum (berpuasa). (HR. Bukhari,
At-Tirmizi dan Abu Daud)
Dalam Al-Quran, tujuan puasa disebut secara eksplisit,
yaitu untuk menciptakan manusia bertaqwa. Manusia bertaqwa
sesungguhnya adalah manusia yang memiliki kesadaran
ketuhanan yang amat tinggi.

Kesadaran berketuhanan adalah kesadaran seseorang


bahwa Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa menyertai dan
mengawasi hidupnya, sehingga Allah bukan hanya Maha Hadir

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 27
(Omni Present), tetapi juga Maha Dekat (In Manent).
Kesadaran berketuhanan adalah pangkal kebaikan dan
pangkal moralitas. Tanpa kesadaran berketuhanan, tidak akan
pernah ada ketaqwaan.
Dalam suatu hadist Rasulullah SAW diterangkan bahwa
seseorang tidak akan mencuri, korupsi, berzina, atau melakukan
tindak kejahatan lainnya manakala ia beriman dan ingat kepada
Allah (HR. Bukhari).
Ini mengandung arti bahwa perbuatan dosa timbul dan
terjadi karena kelalaian dan kealpaan manusia dari mengingat
Allah SWT.
Ibadah puasa yang kita lakukan sesungguhnya berfungi
untuk mempertajam dan meningkatkan kesadaran dan
ketuhanan itu, yang diharapkan dapat menjadi dasar dan
landasan dapat terbentuknya nilai taqwa.
Kesadaran ini sangat menonjol pada orang yang berpuasa.
Itu sebabnya, orang yang berpuasa tetap menahan lapar dan
dahaga, meski baginya terbuka kesempatan yang seluas-luasnya
untuk makan minum tanpa ada seorangpun yang mengetahuinya.
Hal demikian tidak akan dilakukan karena ia menyadari
sepenuhnya bahwa Allah Maha Mengetahui dan hadir dalam
dirinya. Inilah kesadaran berketuhanan dan inilah sesungguhnya
taqwa.
Hujjatul Islam al ‘Allamah al-Imam Al-Ghazali dalam
Mukasyafatul Qulub merincikan bahwa sifat yang lahir dari
ibadah-ibadah termasuk ibadah puasa karena landasan
kesadaran bertetuhanan atau bertauhid itu akan membentuk
tujuh macam watak sifat manusia yang baik ;
1. Lidahnya selalu terpelhara dari perkataan buruk dan
berbohong .
2. Hatinya terhindar dari sifat dengki, hasat, benci dll.
3. Matanya jauh dari pandangan yang terlarang.
4. Perutnya tidak mau makan makanan yang haram atau
bersumber dari harta yang haram.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


28 Menuju Masyarakat Smart City Madani
5. Tangannya tidak menyentuh yang diharamkan.
6. Kakinya tidak melangkah ke tempat maksiat.
7. Ketaatannya ikhlas karena Allah semata,tidak karena
riya’ atau mengharapkan pujian.

Semoga Ramadhan dengan ibadah puasa yang kita lakukan


dapat membentuk ketujuh sifat terpuji ini dan dapat menjadikan 
kita hamba Allah yang beriman dan berguna hidup di dunia serta
dapat meraih Jannah Allah dengan amal ibadah yang ikhlas.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 29
(2)
Ibadah-Ibadah Ramadhan

Ibadah-ibadah Ramadhan
Ibadah-ibadah yang patut dihidupkan dan dioptimalkan
pada bulan Ramadhan adalah puasa, shalat tarawih (qiyam al-
ramadhan), berinteraksi dengan Alquran, menuntut ilmu, i’tikaf,
memperbanyak zikr dan doa, meningkatkan sedekah, infaq,
wakaf dan zakat.
1. Puasa
Puasa atau shaum/shiyam bermakna menahan (al-
imsaak). Dengan demikian menahan adalah aktifitas inti dari
puasa. Menahan makan dan minum serta segala macam yang
membatalkannya dari mulai terbit fajar sampai tenggelam
matahari dengan diiringi niat. Jika aktifitas menahan ini
dapat dilakukan dengan baik, maka seorang muslim memiliki
kemampuan pengendalian, yaitu pengendalian diri dari segala
hal yang diharamkan Allah.
Puasa merupakan ibadah yang akan mengantarkan umat
Islam ke prediket taqwa, sebagaimana yang terdapat dalam
firman Allah:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


30 Menuju Masyarakat Smart City Madani
‫اي أ�هيا اذلين ءامنوا كتب عليمك الصيام كام كتب عىل اذلين من قبلمك لعلمك‬
‫تتقون‬
La’allakum Tattaqun (agar bertakwa) dalam surat al-Baqarah
ayat 183 ditafsirkan li tattaqu al-Ma’ashiy (agar terpelihara dari
perbuatan maksiat). Karena puasa sebagaimana sabda Nabi Saw.
adalah benteng (al-shiyaamu junnah wa wija’). Karena puasa
akan mematikan nafsu syahwat.
Menurut Abu Sulaiman al-Darani, muttaqin adalah orang-
orang yang menahan dirinya dari memperturutkan hawa nafsu.
Puasa merupakan sarana pelatihan mengendalikan diri dari
dua jenis nafsu syahwat, yaitu syahwat perut dan syahwat faraj
atau sex. Menurut Abu Yazid al-Busthamiy, orang yang bertakwa
adalah orang yang bila berbicara hanya karena Allah dan bila
berbuat hanya karena Allah (ikhlas). Menurut pendapat lain,
Muttaqin adalah orang yang takut berbuat syirik dan menjauhkan
diri dari sifat munafik. Karena agama Islam membina kehidupan
manusia yang diawali dengan tauhid. Dari tauhid tumbuh iman
dan akidah yang kemudian membuahkan amal ibadah dan amal
saleh. Akhirnya amal perbuatan yang dijiwai oleh iman dan
dipelihara terus-menerus menciptakan suatu sikap hidup yang
bernama takwa.
Puasa melatih diri manusia supaya dapat mengendalikan
semua tindakannya, sehingga dia dapat menjadi orang yang
paling mulia, yaitu orang yang paling bertakwa. Berkaitan ini
“Anas ibn Malik meriwayatkan bahwa Rasul bersabda”:

‫مخسة أ��شياء حتبط الصوم اى تبطل ثوابه الكذب والغيبة والمنمية والميني‬
‫الغموس والنظر بشهوة‬
“Lima hal yang akan membatalkan puasa, artinya membatalkan
pahala puasa, yaitu berdusta, bergunjing, fitnah (adu domba),
bersumpah palsu, dan melihat dengan syahwat”

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 31
2. Berinteraksi dengan Alquran
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran (QS. al-
Baqarah[2]:185). Pada bulan ini Alquran benar-benar turun
ke bumi (dunia) untuk menjadi pedoman manusia dari segala
macam aktifitasnya di dunia. Malaikat Jibril turun untuk
memuroja’ah (mendengar dan mengecek) bacaan Alquran dari
Rasulullah SAW. Maka tidak aneh jika Rasulullah SAW lebih
sering membacanya pada bulan Ramadhan. Iman Az-Zuhri
pernah berkata :”Apabila datang Ramadhan maka kegiatan
utama kita (selain shiyam) ialah membaca Alquran”. Hal ini tentu
saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid dan esensi
dasar diturunkannya Alquran untuk ditadabburi, dipahami, dan
diamalkan (QS.Shod: 29).
Pada bulan ramadhan umat Islam harus benar-benar
berinteraksi dengan Alquran untuk meraih keberkahan hidup
dan meniti jenjang menuju umat yang terbaik dengan petunjuk
Alquran. Berinteraksi dalam arti hidup dalam naungan Alquran
baik secara tilawah (membaca), tadabbur (memahami), hifzh
(menghafalkan), tanfiidzh (mengamalkan), ta’liim (mengajarkan)
dan tahkiim (menjadikannya sebagai pedoman). Rasulullah saw
. bersabda:

‫خ ْ َُيُ ْك َم ْن تَ َع َّ َل ال ُق ْر� آ َن َوعَل َّ َم ُه‬


“Sebaik-baiknya kamu orang yang mempelajari Alqurandan
yang mengajarkannya” (HR. Bukhari, Abu Daud, dan at-
Turmudzi)
3. Qiyam Ramadhan (Shalat Terawih)
Ibadah yang sangat ditekankan Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam di malam Ramadhan adalah Qiyamu Ramadhan yang
diisi dengan shalat malam atau yang biasa dikenal dengan shalat
Tarawih. Rasulullah SAW bersabda:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


32 Menuju Masyarakat Smart City Madani
”‫ضان �إميا ًان وا ْح ِت َسا ًاب ُغ ِف َر ُهل ما تَقدّ َم ِم ْن َذنْ ِب ِه‬
َ ‫َم ْن قا َم َر َم‬
“Barang siapa yang melakukan qiyam Romadon dengan penuh
iman dan perhitungan, maka diampuni dosanya yang telah
lalu” (Muttafaqun ‘aliahi)

4. Memperbanyak Dzikir, Doa dan Istighfar


Bulan Ramadhan adalah bulan dimana kebaikan pahalanya
dilipatgandakan, oleh karena itu jangan membiarkan waktu sia-
sia tanpa aktifitas yang berarti. Diantara aktifitas yang sangat
penting dan berbobot tinggi, namun ringan dilakukan oleh umat
Islam adalah memperbanyak dzikir, doa dan istighfar. Bahkan doa
orang-orang yang berpuasa sangat mustajab, maka perbanyaklah
berdoa untuk kebaikan dirinya dan umat Islam yang lain,
khususnya yang sedang ditimpa kesulitan dan musibah. Doa dan
istighfaar pada saat mustajab adalah: saat berbuka; sepertiga
malam terakhir, yaitu ketika Allah SWT. turun ke langit dunia dan
berkata:” Siapa yang bertaubat? Siapa yang meminta? Siapa yang
memanggil, sampai waktu shubuh (HRMuslim).
Memperbanyak istighfar pada waktu sahur. Allah Ta’ala
berfirman, “Dan waktu sahur mereka memohon ampun”; Mencari
waktu mustajab pada hari Jum’at, yaitu disaat-saat terakhir pada
sore hari Jum’at; Duduk untuk dzikir, doa dan istighfaar di masjid,
yaitu setelah menunaikan shalat Subuh sampai terbit Matahari.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis:” Barangsiapa shalat Fajar
berjama’ah di masjid, kemudian tetap duduk berdzikir hingga
terbit Matahari, lalu shalat dua rakaat, maka seakan-akan ia
mendapat pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna
dan sempurna” (HR al-Tirmidzi)
5. Sedekah, Infak dan Zakat
Rasulullah SAW adalah orang yang paling pemurah dan di

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 33
bulan Ramadhan beliau lebih pemurah lagi. Kebaikan Rasulullah
SAW di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena
begitu cepat dan banyaknya. Sebuah hadis menyebutkan :

‫أ�فضل الصدقة صدقة رمضان‬


“Sebaik-baiknya sedekah yaitu sedekah di bulan Ramadhan’
(HR Al-Baihaqi, Alkhotib dan al-Turmudzi)
Salah satu bentuk shadaqoh yang dianjurkan adalah memberikan
ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang
berpuasa. Seperti sabda beliau:

ِ ِ ‫الص‬
‫ائ شيئ ًا‬ ّ ‫من ّفط َر صائِامً � آ َان ُهل مثْ ُل أ�ج ِر ِه غَ ْ َي أ�ن ّ ُه ال ي َ ْن ُق ُص ِم ْن أ� ْج ِر‬
“Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang
berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang
berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa
tersebut” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

6. Menuntut Ilmu dan Menyampaikannya


Bulan Ramadhan adalah saat yang paling baik untuk
menuntut ilmu ke-Islaman dan mendalaminya. Karena di bulan
Ramadhan hati dan pikiran sedang dalam kondisi bersih dan
jernih sehingga sangat siap menerima ilmu-ilmu Allah SWT. Maka
waktu-waktu seperti ba’da subuh, ba’da zuhur dan menjelang
berbuka sangat baik sekali untuk menuntut ilmu. Pada saat yang
sama para ustadz dan da’i meningkatkan aktifitasnya untuk
berdakwah menyampaikan ilmu kepada umat Islam yang lain.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


34 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(3)
Jemaah Lima Waktu dan Keuzurannya

َّ ‫َو أ� ِقميُوا‬
‫الص َل َة َو َءاتُوا َّالز َك َة َو ْار َك ُعوا َم َع َّالرا ِك ِع َني‬
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta
orang-orang yang ruku’ (Q.S. al-Baqarah (2): 43).
Shalat adalah ibadah jasadiyah pertama yang disyari’atkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Shalat lebih dahulu disyari’atkan
daripada puasa, zakat, ataupun haji. Shalat tersebut dituntut
agar dilakukan berjamaah, dan jika ada uzur baru diperkenankan
untuk mendirikannya sendirian.
Shalat berjamaah yang dimaksud adalah yang dilaksanakan
dimasjid, atau di tempat lain ketika berhalangan mendirikannya
di masjid. Shalat ini ada yang sifatnya harian, yaitu pada setiap
shalat fardhu lima waktu; ada yang bersifat mingguan, yaitu
shalat jum’at; ada yang bersifat tahunan, yaitu shalat idul fitri dan
idul adha; dan ada yang tahunan tetapi bersifat internasional,
yaitu dalam rangka wukuf di Arafah ketika melaksanakan ibadah
haji.
Dasar Hukum
Dasar hukum shalat berjamaah adalah al-Qur’an dan
Sunnah. Allah berfirman:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 35
1. Al-Qur’an. Selain Q.S. al-Baqarah (2) ayat 43 di atas sebagai
dasar hukum tentang shalat jamaah, dalam ayat lain Allah
SWT juga berfirman:

‫الص َل َة فَلْ َت ُق ْم َطائِ َف ٌة ِمنْ ُ ْم َم َع َك‬


َّ ‫َو� َذا ُك ْن َت ِف ِهي ْم فَ�أقَ ْم َت لَهُ ُم‬
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka
‫إ‬
(sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-
sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri
(shalat) besertamu…(Q.S. An-Nisa’ (4): 102)
Menurut para ahli tafsir dan fikih, ayat ini mengandung
perintah untuk mendirikan shalat berjamaah dalam keadaan
takut di medan perang. Kalau dalam keadaan perang diperin-
tahkan untuk mendirikan shalat berjamaah, tentu lebih
diperintahkan lagi mendirikannya dalam keadaan aman.
Allah SWT menghukum orang yang tidak menyambut
seruan muadzin dengan tidak mengerjakan shalat berjamaah.
Dia akan menghalangi mereka dari sujud pada hari kiamat. Allah
SWT berfirman:

         

          

 
pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud;
Maka mereka tidak kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka
tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. dan Sesungguhnya
mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam
Keadaan sejahtera (QS. Al-Qalam (68): 42-43)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


36 Menuju Masyarakat Smart City Madani
2. Hadis Nabi SAW.:

ِ ْ ‫َص َل ُة الْ َج َماعَ ِة تَ ْفضُ ُل َص َل َة الْ َف ِّذ ِب�سَ ْبع ٍ َو ِع‬


‫ش َين د ََر َج ًة‬
Shalat berjamaah lebih utama 27 derajat daripada shalat
sendiri (H.R. Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, dan Ahmad ibn
Hanbal)
Rasulullah SAW pernah mengatakan: aku sangat
berkeinginan untuk menyuruh seseorang mengerjakan shalat
bersama orang-orang (jamaah). Kemudian aku mendatangi orang-
orang yang tidak mengerjakannya lalu aku perintahkan agar
orang-orang membakar rumah mereka. Seandainya salah seorang
di antara kalian mengetahui bahwa dia mendapatkan tulang yang
gemuk (banyak dagingnya), pasti dia akan menghadirinya (HR.
Muslim).
Begitu pentingnya shalat berjamaah tersebut, Abdullah
ibn Umi Maktum (sahabat yang rusak matanya) pernah bertanya
kepada Rasul: Wahai Rasul, sesungguhnya aku ini seorang yang
buta, rumahku jauh dari masjid, dan aku mempunyai penuntun
jalan yang tidak sesuai denganku. Karena itu, apakah aku berhak
mendapatkan keringanan untuk shalat di rumahku saja? Beliau
menjawab: apakah engkau mendengar seruan azan? Beliau
menjawab: ya. Nabi bersabda: Aku tidak memberi keringanan
untukmu” (HR. Muslim). Bahkan Nabi Saw memandang bahwa
tidak ada nilai dari shalat seorang tetangga masjid kecuali
di masjid. Lebih dari itu, Nabi SAW menganggap orang yang
meninggalkan shalat berjamaah sebagai orang munafik.
Berdasarkan ayat dan hadis di atas, ulama sepakat
mengatakan bahwa shalat berjamaah disyariatkan dan lebih
utama daripada shalat sendirian. Meskipun ada ayat dan
banyak hadis lainnya yang memerintahkan shalat berjamaah,
tetapi kerena ada hadis di atas yang mengandung pemahaman
bahwa kalaupun shalat sendirian, tetap bernilai satu, maka

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 37
perintah shalat berjamaah itu tidak dapat dikatakan wajib.
Nabi juga bersabda: Shalat jamaah itu lebih sempurna dari
shalat sendirian…dan shalat jemaah merupakan sunnah Rasul,
tidak boleh ditinggalkan, kecuali oleh orang munafik (H.R.
Ahmad). Meskipun mayoritas ulama berpendirian bahwa shalat
berjamaah hukumnya sunat muakad, bukan berarti untuk
disepelekan. Sebab, jika seseorang sengaja meninggalkan shalat
berjamaah tanpa ada uzur, orang itu adalah orang celaka.
Begitu pentingnya shalat berjamaah tersebut, tidak jarang
di antara sahabat yang bila tanpa sengaja tertinggal shalat
berjamaahnya, mereka berikan sanksi yang berat, sehingga
pada masa yang akan datang diharapkan tidak lagi tertinggal.
Umar bin Khattab, ketika suatu waktu tertinggal shalat ashar
berjamaah karena tertidur di kebunnya, maka hukuman yang
diberikan Umar adalah mendermakan kebun tersebut kepada
Nabi SAW. sebagai modal umat Islam dalam berperang. Padahal
kebun Umar itu tidak kurang nilainya dari 600.000 dinar.
Semasa menjadi Khalifah, Umar bin Khattab selalu
mengunjungi berbagai kampung dalam rangka melihat kondisi
shalat berjamaah di kampung tersebut. Umar sangat murka bila
mengetahui ternyata penduduk di kampung tidak menghidupkan
shalat berjamaahnya.
Ali bin Abi Thalib, jika tertinggal shalat jamaah atau
tahajudnya, sebagai hukumannya, keesokan malam dia tidak
tidur dan mengisi waktu malam tersebut dengan memperbanyak
ibadah pada Allah SWT.
Manfaat dan Hikmah Shalat Berjamaah
1. Allah SWT mensyari’atkan pertemuan bagi umat Islam pada
waktu-waktu tertentu, yaitu: pertemuan harian adalah
lima kali sehari melalui shalat lima waktu sehari semalam,
pertemuan mingguan adalah setiap hari jum’at, dan ada juga

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


38 Menuju Masyarakat Smart City Madani
pertemuan tahunan melalui shalat idul fitri dan idul adha.
2. Shalat berjamaah bertujuan untuk saling mengenal antara
satu dengan yang lain yang pada gilirannya akan menanamkan
rasa saling mencintai di antara sesama umat Islam.
3. Memperlihatkan salah satu syi’ar terbesar umat Islam dan
sekaligus memperlihatkan kemuliaan dari umat Islam.
4. Memberikan motivasi kepada orang yang tidak ikut shalat
berjamaah
5. Membiasakan umat Islam untuk selalu bersatu dan
menghindari dari perpecahan
6. Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri
7. Menumbuhkan perasaan sama dan sederajat serta
menghilangkan berbagai perbedaan sosial. Sebab, di masjid
tidak ada perbedaan stratifikasi. Meskipun orang miskin yang
dulu datang, maka dialah yang paling berhak mendapatkan
shaf terdepan.
8. Dapat mengetahui keadaan fakir miskin dan memperoleh
informasi siapa yang dalam keadaan sakit yang pada
gilirannya muncul kepedulian untuk meringankan beban dari
mereka yang membutuhkan.
9. Berkumpulnya sejumlah orang di masjid guna beribadah
dan bermunajat kepada Allah adalah sebagai jalan turunnya
keberkahan Allah
10. Akan melipatgandakan kebaiakan dan memperbesar pahala
11. Berkumpulnya umat Islam dalam waktu-waktu tertentu akan
mendidik mereka pandai menghargai waktu dan disiplin.

Aktualisasi Nilai-nilai Shalat Berjamaah


Selain nilai pahala yang tinggi, sebagaimana telah

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 39
ditegaskan Nabi SAW di atas, keutamaan shalat berjamaah dapat
dilihat dari nilai-nilai manfaat yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain:
1. Shalat berjamaan mengingatkan bahwa manusia tidak
mungkin dapat hidup sendiri. Mereka saling membutuhkan
satu sama lain. Pemimpin tidak akan dapat memimpin, jika
tidak ada yang dipimpin. Si kaya tidak akan menjadi kaya,
jika tidak ada jasa si miskin. Oleh sebab itu, tidak perlu ada
kesombongan dari seorang pemimpin dan si kaya.
Adanya kesadaran akan nilai penting shalat berjamaah
di atas, hendaknya melahirkan kepedulian terhadap
sesama manusia. Kepada mereka yang mampu hendaknya
memperhatikan orang-orang yang lemah, seperti anak yatim,
fakir miskin, orang-orang yang terlantar, san lain-lain.
2. Melalui shalat berjamaah, manusia secara kolektif menyadari
kembali tujuan penciptaannya, yaitu untuk menghambakan
diri kepada Allah. Allah berfirman dalam surat adz-Dzariyat
(51): 56:

ِ ُ‫َو َما َخلَ ْق ُت الْجِ َّن َو ْالن ْ َس � َّل ِل َي ْع ُبد‬


‫ون‬
‫ِإ إ‬
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku (Q.S. Adz-Dzariyat (51): 56).
Jika ada manusia yang tidak mau beribadah, maka dia
telah menyalahi tujuan penciptaannya di kehidupan dunia
ini. Oleh sebab itu, melalui nilai shalat berjamaah inilah,
kita tumbuhsuburkan semangat beribadah kepada Allah
SWT, baik melalui ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu
mahdhah.
3. Shalat berjamaah merupakan cerminan terjalinnya
hubungan baik antara manusia dengan Allah dan manusia

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


40 Menuju Masyarakat Smart City Madani
dengan manusia. Inilah kunci keselamatan dari kehinaan dan
kebinasaan hidup di dunia dan akhirat. Allah SWT. berfirman:

ِ َّ ‫ضب َ ْت عَلَيْ ِ ُم ِّاذل َّ ُل أ� ْي َن َما ثُ ِق ُفوا � َّل ِ َب ْب ٍل ِم َن‬


‫الل َو َح ْب ٍل ِم َن النَّ ِاس‬ ِ ُ
‫إ‬
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali
jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia…(Q.S. Ali Imran (3): 112)
Ayat di atas secara tidak langsung menegaskan betapa
pentingnya hablum minallah dan hablum minannas tersebut.
Hablum minallah dapat berjalan dengan baik melalui ketaatan
kepada Allah, sedangkan hablum minannas dapat berjalan
melalui hubungan silaturrahim. Bila salah satu timpang
atau tidak berjalan, maka Allah tetap akan menimpakan
kebinasaan dan kehinaan. Oleh sebab itu, untuk menghindari
kebinasaan, kehinaan dan murka Allah, keduanya harus
berjalan dengan baik, dan wujud dari berjalannya kedua hal
tersebut dapat dilihat melalui shalat berjamaah.
4. Shalat berjamaah merupakan cerminan persatuan yang baik.
Dimana dalam shalat berjamaah tersebut semua perbedaan
yang menjadikan sulit terciptanya persatuan ditiadakan, baik
perbedaan status sosial maupun ekonomi. Semua disatukan
dengan kesamaan gerakan, bacaan, pemimpin, dan tujuan.
Dengan demikian, melalui shalat berjamaah, ajaran Ukhwah
Islamiyah yang melahirkan persatuan tersebut, dapat
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang tidak
mau shalat berjamaah, sama artinya tidak peduli dengan
Ukhwah Islamiyah tersebut.
Begitu banyaknya nilai-nilai shalat berjamaah yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sudah sewajarnyalah
semua umat Islam untuk menghidupkan shalat berjamaah
tersebut.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 41
Demikianlah khutbah yang dapat khatib sampaikan. Semoga
Allah SWT. membukakan kesadaran bagi kita semua tentang
pentingnya shalat berjamaah, Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Keuzuaran tidak Shalat Berjamaah


Udzur secara umum disini adalah, udzur yang disebabkan oleh
kondisi alam yang memang tidak memungkinkan seseorang
keluar masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah, diantara
kondisi alam yang dimaksud adalah :
• Hujan lebat. Hujan lebat menjadi halangan yang
memperbolehkan seseorang meninggalkan sholat
jamaah. Jika hujan lebat itu memang menghalanginya
karena akan membahayakan dirinya jika keluar ke
masjid.
• Angin kencang
• Cuaca yang sangat dingin atau sangat panas
• Kondisi jalanan yang sangat berlumpur. Jalanan
yang sangat berlumpur, yang bisa membahayakan
seseorang dan juga bajunya yang tentu menjadi
sangat kotor. Meskipun dalam kondisi ini Madzhab
Hanafi menerangkan ini termasuk halangan yang
memperbolehkan seseorang meninggalkan sholat
berjamaah, tetapi hal ini tidak sependapat dengan
Madzhab  Syafi’i yang tidak mengkategorikan kondisi
berlumpur itu sebuah udzur.
• Malam yang sangat gelap. Seperti termaktub dalam
sebuah riwayat :

‫َح َّدثَ ِن نَ ِف ٌع َع ِن ا ْب ِن ُ َع َر أ�ن َّ ُه نَ دَى ِب َّلص َال ِة ِف لَ ْي َ ٍل َذ ِات بَ ْر ٍد َو ِر ٍحي َو َم َط ٍر‬

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


42 Menuju Masyarakat Smart City Madani
‫ ُ َّث قَا َل � َّن‬. ِ‫فَ َقا َل ِف � آ ِخ ِر ِندَ ائِ ِه أ� َال َصلُّوا ِف ِر َحا ِل ُ ْك أ� َال َصلُّوا ِف ّ ِالر َحال‬
‫إ‬ ِ َّ ‫ر ُسو َل‬-َ ‫َك َن يَ�أ ُم ُر الْ ُم َؤ ِ ّذ َن � َذا َكن َْت لَ ْي َ ٌل َب ِر َد ٌة أ� ْو‬
‫صىل هللا عليه وسمل‬- ‫الل‬
‫إ‬
‫الس َف ِر أ� ْن ي َ ُقو َل أ� َال َصلُّوا ِف ِر َحا ِل ُ ْك‬
َّ ‫ َذ ُات َم َط ٍر ِف‬.
Dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwasanya dia pernah beradzan
untuk shalat di malam yang dingin, berangin kencang dan
hujan, kemudian dia mengatakan di akhir adzan, ’Alaa shollu fi
rihaalikum, alaa shollu fir rihaal’ (Hendaklah shalat di rumah
kalian, hendaklah shalat di rumah kalian). Kemudian beliau
mengatakan: ”Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam biasa menyuruh muadzin, apabila cuaca malam dingin
dan berhujan ketika beliau bersafar (perjalanan jauh) untuk
mengucapkan, ’Alaa shollu fi rihaalikum’ (Hendaklah shalat di
kendaraan kalian masing-masing)’. (HR. Ahmad)

2. Udzur  khusus

Udzur khusus ini lebih mengarah kepada kondisi seseorang, ada


hal yang terjadi pada dirinya sehingga diperbolehkan baginya
meninggalkan sholat berjamah, diantaranya :
a. Sakit. Seperti yang dikemukakan dalam hadist :

‫َح َّدثَنَا ُقتَ ْي َب ُة ْب ُن َس ِعي ٍد قَا َل َح َّدثَنَا أ�بُو ُم َعا ِوي َ َة َع ْن ْ َأال ْ َع ِش َع ْن � ْب َرا ِه َمي َع ْن‬
‫إ‬
‫الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل َج َاء‬
ُ َّ ‫الل َص َّل‬ ِ َّ ‫ول‬ ُ ‫ْ َأال ْس َو ِد َع ْن عَائِشَ َة قَالَ ْت لَ َّما ثَ ُق َل َر ُس‬
‫ب َِل ٌل يُو ِذن ُ ُه ِب َّلص َل ِة فَ َقا َل ُم ُروا أ� َب بَ ْك ٍر أ� ْن يُ َص ِ ّ َل ِبلنَّ ِاس‬
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id berkata,
telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Al A’masy

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 43
dari Ibrahin dari Al Aswad dari ‘Aisyah, “Ketika sakit Rasulullah
semakin parah, Bilal datang menemui beliau mengabarkan bahwa
waktu shalat telah tiba. Beliau lalu berkata: “Kalian suruhlah Abu
Bakar untuk memimpin shalat jama’ah bersama orang banyak.”
(HR. Ahmad)

b. Rasa takut, dalam ini ada rincian pembagiannya :


• Ketakutan atas dirinya: Ada beberapa permisalan
dalam hal ini,seseorang takut akan adanya penculik,
serigala yang mengintainya atau hal lain sejenisnya yang
rawan meimpa dirinya. Termasuk penyakit yang bakal
menimpanya seperti wabah virus
• Ketakutan atas harta yang dimilkinya: Adanya ketakutan
atas pencuri yang akan mencuri harta atau rumah
terbakar karena sedang memasak, atau ketakutan atas
barang pinjaman, barang titipan yang harus dijaga.
• Ketakutan atas keluarganya: Jika salah satu keluarganya
ada yang sakit, maka diperbolehkan baginya untuk
meninggalkan sholat jamaah guna menjaga keluarganya
yang sakit, dan memenuhi kebutuhannya. Dan ini juga
berlaku jika ada seseorang merawat orang asing yang
tidak yang merawatnya selain dirinya. Ini seperti yang
diriwayatkan ibnu umar R.A ketika sa’id bin  zaid sedang
sakit, maka ibnu umar merawatnya dan meninggalkan
sholat jum’at.
• Terhidangnya makanan untuknya. Ibnu qudamah
berpendapat: jika sudah terhidang makanan untuk
dimakan seketika itu dihadapannya, maka seyogyanya
untuk mendahulukan makan sebelum menenuaikan
sholat, jika sudah tiba waktunya. Agar hati lebih
tenang dan kondisi lebih nyaman untuk melaksanakan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


44 Menuju Masyarakat Smart City Madani
sholat setelah menyantap makanannya. Dan tidak
diperkenankan untuk terburu-buru menyantapnya.
Seperti hadist yang diriwayatkan oleh Anas R.A :

‫أ�خ َ َْب ِن َ ْع ٌرو النَّا ِقدُ َو ُزه ْ َُي ْب ُن َح ْر ٍب َو أ�بُ ْو بَ ْك ِر ْب ُن أ� ِب َشيْ َب َة قَالُ ْوا َح َّدثَنَا‬
‫هللا عَلَ ْي ِه‬
ُ ‫ال َع ِن النَّ ِ ِ ّب َص َّل‬ ٍ ِ ‫ُس ْف َي ُان ْب ُن ُع َييْنَ َة َع ِن ُّالز ْه ِر ِ ّي َع ْن أ�ن َ ِس ْب ِن َم‬
َ ‫َّال ُة فَابْدَ ُء ْوا ِبلْ َعشَ ا ِء‬
‫و َس َّ َل قَا َل‬:  َ ‫ض الْ َعشَ ا ُء َو أ� ِق ْي َم ِت الص‬ َ َ ‫� َذا َح‬
‫إ‬
Telah mengabarkan kepadaku Amru an-Naqid dan Zuhair bin
Harb serta Abu Bakar bin Abi Syaibah mereka berkata, telah
menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari az-Zuhri
dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam beliau bersabda: Apabila makan malam telah
dihidangkan, sedangkan shalat telah diiqamahkan maka mulailah
dengan makan malam terlebih dahulu.
• Karena makan yang berbau menyengat: Beberapa
makanan yang dimaksud seperti : jengkol, petai, bawang
dan makanan semisalnya yang berbau menyengat dan
tidak disukai orang lain  sampai bau dari makanan
tersebut menghilang. Hadist menerangkan :

‫ك‬ َ َ �‫ « َم ْن أ‬:‫ قَا َل‬،‫ َع ِن النّ ّيب صىل هللا عليه وسمل‬،‫الل‬ ِ ّ ‫َع ْن َجا ِب ِر ْب ِن َع ْب ِد‬
‫ ِم ْن َه ِذ ِه‬, ‫ك الْ َب َص َل والث ّو َم َو ْال ُك ّر َاث) فَ َال‬ َ َ �‫ َم ْن أ‬:ً‫ الث ّو ِم َ(وقَا َل َم ّرة‬،‫الْ َب ْق َ ِل‬
‫ فَ� ّن الْ َم َالئِ َك َة تَ َت�أ ّذى ِم ّما ي َ َت�أ ّذى ِمنْ ُه ب َ ُنو � آ َد َم‬، َ‫”ي َ ْق َربَ ّن َم ْسجِ دَ ن‬.
‫إ‬
Dari Jabir bin Abdullah, dari Nabi SAW, beliau bersabda,
“Barangsiapa yang memakan biji-bijian ini, yakni bawang putih

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 45
(suatu kali beliau mengatakan, “Barangsiapa yang memakan
bawang merah, bawang putih dan kurrats [sejenis mentimun]),
maka janganlah ia mendekati masjid kami, sebab malaikat merasa
terganggu dengan hal yang membuat Bani Adam (manusia)
terganggu.” (HR.Muslim)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


46 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(4)
Fadhilah Tahajjud

Pengertian dan Dasar Hukum


Shalatullail, secara kebahasaan berarti shalat malam.
Istilah ini merupakan istilah lain dari shalat tahajud. Adapun
shalat tahajud merupakan shalat sunat yang dikerjakan di malam
hari hingga menjelang subuh dan senantiasa dikerjakan Nabi
SAW. Secara kebahasaan, kata tahajud terambil dari akar kata
hajada yang berarti berjaga di malam hari. Shalat tahajud selain
disebut dengan shalat al-lail (shalat malam), juga disebut dengan
qiyam al-lail (melaksanakan shalat malam).
Shalatullail (shalat tahajud) memiliki dasar hukum yang sangat
kuat, antara lain Firman Allah SWT: Q.S. al-Isra’ (17): 79; Q.S. al-
Muzammil (73): 2-5 dan 20; al-Furqan (25): 64; al-Zariyat (51):
15-18; dan asy-Syu’ara’ (26): 217-219.
Selain ayat-ayat di atas, terdapat pula sejumlah hadis Nabi SAW
yang membicarakan tentang shalat tahajud, di antaranya ada
yang menegaskan bahwa shalat yang paling utama setelah shalat
fardhu adalah shalat tahajud (H.R. at-Turmudzi); penegasan
Aisyah yang mengatakan bahwa tidak pernah Nabi SAW masuk
ke kamarku setelah shalat isya, kecuali setelah mengerjakan
shalat empat atau enam rakaat (H.R. Abu Daud).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 47
Shalat malam termasuk ciri khas orang-orang yang bertakwa
kepada Allah. Allah SWT, “Sesungguhnya orang-orang yang
bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) di mata air-mata
air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh
Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah
orang-orang yang selalu berbuat baik; mereka sedikit sekali
tidur di waktu malam; Dan di akhir malam mereka memohon
ampun (kepada Allah). Dan pada harta-harta mereka ada hak
untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
mendapat bagian.” (Adz-Dzaariyat: 15-19).
Dari Abu Malik al-Asy’ari r.a. dan Nabi saw. bersabda,
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat banyak kamar yang
bagian luarnya dapat dilihat dari dalamnya dan bagian dalamnya
dapat dilihat dan bagian luarnya yang Allah persiapkan untuk
orang yang memberi makan (orang miskin), yang bertutur kata
dengan lemah lembut, yang tekun berpuasa (sunnah), dan yang
rajin shalat malam di saat orang-orang pada tidur nyenyak.”
(Hasan: Shahihul Jami’us Shaghir: 2123).
Meskipun ayat dan hadis-hadis di atas mengandung
perintah untuk melaksanakan shalat tahajud, namun karena
tidak adanya dalil yang mengecam dan mengancam bagi mereka
yang meninggalkan shalat tahajud, maka mayoritas ulama
berkesimpulan bahwa shalat tahajud hukumnya sunat muakad
(sunat yang sangat penting). Meskipun demikian, karena Nabi
SAW tidak pernah meninggalkannya, hendaknya setiap muslim
memperhatikan shalat tahajud tersebut.

Kemuliaan dan Keutamaan Shalat Malam


Shalat malam (tahajud) adalah merupakan tradisi para
Nabi/Rasul dan orang saleh tempo dulu sampai sekarang. Bahkan
ada riwayat yang menyebutkan bahwa Allah pernah berfirman
kepada Nabi Daud AS: “Wahai Daud, orang yang mengatakan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


48 Menuju Masyarakat Smart City Madani
cinta kepada-Ku tetapi selalu terlelap dalam tidurnya dan tidak
pernah shalat malam adalah pembohong besar”.
Begitu mulianya orang yang bertahajud, Khalid bin Ma’dan
sebagaimana yang dituturkan dalam Kitab Tanbih al-Ghafilin
mengatakan: “Aku mendengar berita bahwa Allah membanggakan
pada Malaikat Tiga Golongan manusia: Pertama, seseorang
yang berada di tanah mati tak berpenduduk, kemudian berazan,
beriqamah dan mendirikan shalat sendirian. Maka Allah SWT
berfirman: “Lihatlah hamba-Ku mendirikan shalat sendirian dan
tiada seorang pun yang melihatnya kecuali Aku. Lalu turublah
tujuh puluh ribu malaikat dan mendirikan shalat di belakangnya;
Kedua, seseorang yang bangun di malam hari dan mendirikan
shalat sendirian, lalu ia sujud hingga ia tertidur dalam keadaan
sujud. Maka Allah berfirman: Lihatlah hamba-Ku ruhnya ada
di sisi-Ku dan badannya sujud kepada-Ku; Ketiga, seseorang
yang berada di tengah medan pertempuran, ia tetap memiliki
keteguhan hingga ia terbunuh.
Selain kemuliaan di atas terdapat sejumlah keutamaan
dari shaltullail tersebut, antara lain:
1. Untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, menghapus
dosa-dosa yang pernah dilakukan dan mencegah diri dari
melakukan perbuatan dosa dan maksiat (H.R. Salman al-
Farisi)
2. Shalat tahajud merupakan cara untuk mendapatkan
surga tanpa dihisap (H.R. al-Baihaqi). Dalam hadis yang
diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari Abdullah bin Salam, dia
mengatakan: pada saat pertama kali Rasulullah dating ke
Madinah, maka bersegeralah manusia dating kepadanya dan
aku adalah salah seorang yang datang kepada beliau, ketika
aku memperhatikan wajah beliau maka aku mengetahui
bahwa beliau bukanlah seorang pendusta, ia berkata: ucapan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 49
yang pertama kali aku dengan dari beliau adalah: “wahai
manusia sebarkanlah salam, sambunglah tali persaudaraan
dan lakukanlah shalat malam pada saat manusia tidur maka
kalian akan masuk surga dengan sejahtera”.
3. Shalat tahajud membuat tubuh sehat. Hal ini didasarkan
kepada Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ath-
Thabrani dan Abu Umamah, Nabi SAW bersabda: “Hendaklah
kalian melakukan shalat malam karena sesungguhnya yang
demikian itu adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum
kalian dan sebagai pendekatan diri kepada Tuhan kalian dan
dapat menghapus dosa-dosa serta dapat mengusir penyakit
dari tubuh”.
4. Bagi mereka yang berkesinambungan mendirikan shalat
tahajud, akan dicatat sebagai orang yang baik serta berhak
mendapatkan balasan kebaikannya dan rahmat dari Allah
(Q.S. al-Zariyat (51): 15-18); mendapatkan pujian dari Allah
(Q.S. al-Furqan (25): 63-64); pelakunya akan dipersaksikan
sebagai orang yang beriman (Q.S. As-Sajadah (32):16);
dan membuat perbedaan antara orang yang shalat tahajud
dengan yang tidak melakukannya (Q.S. Az-Zumar (39): 9).
5. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin
Khattab ra, Rasulullah SAW menegaskan: “Siapa saja yang
melaksanakan shalat malam dengan baik, Allah SWT akan
memberikan kehormatan dengan sembilan perkara, lima
diberikan di dunia dan sisanya akan diberikan di akhirat. Lima
yang di dunia adalah: Pertama, Allah SWT akan senantiasa
menjaganya dari malapetaka; Kedua, pada raut wajahnya
akan diperlihatkan tanda-tanda sebagai orang yang taat
beribadah; Ketiga, akan disenangi oleh setiap orang terutama
hamba-hamba Allah yang saleh;Keempat, dari mulutnya
akan meluncur kata-kata hikmat yang menyejukkan telinga
orang yang mendengarnya; dan Kelima, akan diberi karunia

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


50 Menuju Masyarakat Smart City Madani
dengan kedalaman ilmu yang bermanfaat. Sedangkan sisanya
yang akan diberikan di akhirat, tiada lain: Pertama, akan
bermandikan cahaya; Kedua, dimudahkan dalam perhitungan
amal perbuatan; Ketiga, akan melewati shirat secepat kilat;
dan Keempat, akan memperoleh buku catatan amal dari
sebelah kanan, pertanda penghuni surga”.
6. Mereka yang mendirikan qiyamullail, doanya akan segera
dikabulkan Allah SWT. Nabi SAW bersabda

‫ول � َّن ِف الل َّ ْي ِل لَ َساعَ ًة‬ ُ ‫الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ي َ ُق‬


ُ َّ ‫َع ْن َجا ِب ٍر قَا َل َ ِس ْع ُت النَّ ِ َّب َص َّل‬
‫إ‬
‫الل خ ْ ًَيا ِم ْن أ� ْم ِر ادلُّ نْ َيا َو ْالآ ِخ َر ِة � َّل أ�ع َْطا ُه � َّي ُه‬
َ َّ ‫َل يُ َوا ِف ُقهَا َر ُج ٌل ُم ْس ِ ٌل ي َْس�أ ُل‬
‫إ‬ ‫إ‬
‫ك لَ ْي َ ٍل‬
َّ ُ ‫َو َذ ِ َل‬
Dari Jabir r.a., ia barkata, “Aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda, “Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada
saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon
kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan
memberikannya (mengabu-lkannya); dan itu setiap malam.”
(HR. Muslim dan Ahmad)

Tata Cara Pelaksanaan Shalat Tahajud


Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami betapa
besarnya kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada orang
yang senantiasa shalatullail tersebut. Oleh sebab itu, sudah
sewajarnya umat Islam senantiasa menghidupan ibadah tersebut.
Menurut Sayyid Sabiq, tahapan pelaksanaan shalatullail tersebut
terdiri dari:
1. Berniat sebelum tidur untuk shalat tahajud.
2. Membersihkan muka dan bersiwak, lalu berdoa:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 51
َ ُ َ‫َال ِا َهل ِاالَّ أ�ن َْت ُ�س ْبح َان ََك أ� ْ�س َت ْغ ِف ُركَ ِ َلن ِ ْْب َو أ� ْ�سئ‬
‫ل َر ْ َح َت َك َاللّهُ َّم ِزد ِ ْْن‬
‫ِعلْام َو َال تُ ِز ْغ قَلْ ِ ْب ب َ ْعدَ � ْذ هَدَ يْت َ ِ ْن َو َه ْب ِ ْل ِم ْن َ ُلن َْك َر ْ َحة �ن ََّك أ�ن َْت‬
‫َ ْ ِ ِ َّ ِ إ َ َ َ َ َ َ ِ ُّ إ‬
‫ ال َح ْمدُ ّل ال ْي أ� ْحياان ب َ ْعدَ ما أ�ماتَنا َو�ل ْيه الن ُش ْور‬.‫الْ َوهَّاب‬
‫إ‬
Selanjutnya bacalah Q.S. Ali Imran (3): 190-200, dan
dilanjutkan dengan membaca doa:

ُ‫الس َم َو ِات َو ْ َأال ْر ِض َو َم ْن ِفيْ ِ َّن َو َ َل الْ َح ْمد‬ َّ ‫اللَّهُ َّم َ َل الْ َح ْمدُ أ�ن َْت ن ُُور‬
‫الساعَ ُة‬ َّ ‫أ�ن َْت الْ َح ُّق َو َو ْعدُ كَ الْ َح ُّق َو ِل َقاؤُكَ َح ٌّق َوالْ َجنَّ ُة َح ٌّق َوالنَّ ُار َح ٌّق َو‬
‫َح ٌّق اللَّهُ َّم َ َل أ� ْسلَ ْم ُت َوب َِك � آ َمنْ ُت َوعَلَ ْي َك ت ََو َّ ْك ُت َو�ل َ ْي َك أ�ن َ ْب ُت َوب َِك‬
‫إ‬
‫س ْر ُت‬ َ ْ �‫َاص ُت َو�ل َ ْي َك َح َاكْ ُت فَا ْغ ِف ْر ِل َما قَ َّد ْم ُت َو َما أ�خ َّْر ُت َو َما أ‬ َْ ‫خ‬
‫َو َما أ� ْعلَ ْن ُتإ أ�ن َْت �لَهِ�ي َل � َ َل � َّل أ�ن َْت‬
3. Memulai shalat tahajud dengan dua rakaat yang ringan (H.R.
‫إ إ‬ ‫إ‬
Muslim)
4. Membangunkan keluarga untuk shalat tahajud (H.R. Abu
Daud).
5. Menunda shalatullail dan tetap tidur jika mengantuk (H.R.
Muslim).
6. Melaksanakannya sesuai dengan kemampuan” (H.R.
Bukhari).
7. Tetap melakukannya secara berkelanjutan, karena amalan
seperti inilah yang paling disukai Allah (H.R. Muslim).

Kiat Mudah Qiyamullail


Qiyamullail adalah cirri khasnya orang saleh tempo
dulu hingga sekarang. Agar dapat dijalankan dengan tanpa beban
dan terasa tidak memberatkan, ada beberapa kiat yang harus

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


52 Menuju Masyarakat Smart City Madani
diperhatikan, antara lain:
1. Programlah aktivitas Anda di hari yang malamnya Anda
rencanakan untuk qiyamulail agar memungkinkan Anda
tidak kelelahan. Sehingga tidak membuat Anda tidur terlalu
lelap.
2. Pahamilah bahwa Anda punya kebutuhan jasmani, aqli, dan
ruhani, serta Anda wajib memenuhinya dengan seimbang.
3. Hindari maksiat. Sebab menurut pengalaman Sufyan Ats-
Tsauri, “Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5
bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan.”
4. Ketahuilah fadhilah (keutamaan) dan keistimewaan
qiyamulail. Dengan begitu Anda termotivasi untuk
melaksanakannya.
5. Tumbuhkan perasaan sangat ingin bermunajat dengan Allah
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
6. Makan malam jangan kekenyangan, berdoa untuk bisa
bangun malam, dan jangan lupa pasang alarm sebelum tidur.
7. Baik juga jika Anda janjian dengan beberapa teman untuk
saling membangunkan dengan miscall melalui telepon atau
handphone yang Anda miliki.
8. Buat kesepakatan dengan istri dan anak-anak bahwa
keluarga punya program qiyamullail bersama sekali atau dua
malam dalam sepekan.
9. Berdoalah kepada Allah swt. untuk dipermudah dalam
beribadah kepadaNya

Jika kiat-kiat di atas diperhatikan dan diwujudkan


qiyamullail akan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
Dengan demikian, diharapkan seluruh hikmah dan keutamaan
dari qiyamullail tersebut di atas dapat diperoleh.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 53
(5)
Keharaman Menyebarkan Berita Hoax

Pengertian Hoak dan Cirinya


Hoaks adalah informasi palsu atau berita yang sebenarnya
bisa berisi fakta namun telah dipelintir atau direkayasa.
Namun, kata-kata hoax saat ini semakin sering digunakan dan
disematkan ketika menyikapi berita yang sama sekali tidak ada
faktanya (fake news).
Menurut Dewan Pers, ciri-ciri hoax adalah sebagai berikut:
1. Mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan permusuhan.
2. Sumber berita tidak jelas. Hoax di media sosial biasanya
pemberitaan media yang tidak terverifikasi, tidak
berimbang, dan cenderung menyudutkan pihak tertentu.
3. Bermuatan fanatisme atas nama ideologi, judul, dan
pengantarnya provokatif, memberikan penghukuman
serta menyembunyikan fakta dan data.
Ciri khas lain hoax adalah adanya HURUF KAPITAL, huruf tebal
(bold), banyak tanda seru, dan tanpa menyebutkan sumber
informasi.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


54 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Perpektif Islam
Menyerbarkan berita hoax menurut agama Islam adalah
informasi yang belum diketahui kebenarannya yang didefinisikan
sebagai kehoax kan yang dibuat dengan tujuan kejahatan.
Didalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar desa-
desus  yang tidak jelas asal usulnya, kadang dari peristiwa kecil
tetapi dalam pemberitaanya peristiwa itu begitu besar atau
sebaliknya, terkadang berita itu menyangkut seorang muslim.
Bahkan tidak jarang sebuah rumah tangga menjadi retak hanya
karena sebuah berita yang belum tentu benar.
Salah satu perpecahan umat yang sudah sangat menghawatirkan
hari ini adalah menerima berita orang lain tanpa diketahui
kebenarannya(hoax) tanpa menjaring dengan kritis.
Dampak dari peredaran berita yang belom diketahui
kebenarannya ( bohong) merbaknya perdaran hoax di media
sosial maupun di lingkungan masyarakat memberikan dampak
negatif yang sangat besar, beberapa dampak yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
1. Merugikan masyarakat, karena berita-berita hoak berisi
kebohongandan fitnah yang sangat besar
2. Memecah belah publik, baik mengatas namakan
kepentingan olitik mapun organisasi agama tertentu.
3. Mempengaruhi opini Publik, hoax akan menjdi profokator
untuk memundurkan masyarakat.
4. Berita-berita hoax sengaja dibuat untuk kepentingan
salah satu pihak, sehingga bisa mengakibatkan adu
domba sesama umat. Dengan berbagai dampak
negatif yang ditimbulkan akibat akibat adanya berita
yang tidak diketahui keenaranya (bohong) tersebut

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 55
maka masyarakat awam yang akan sangat dirugikan.
Upaya untuk meminimalkan tentu sangat diharapkan
agar  masyarakat kembali sadar dan lebih berhati hati.
Menurut Syeikh Abdurrahman as Sa’di, sebagai makhluk
yang diberi akal kita harus lebih hati-hati dalam menerima
sebuah berita. Harus melakukan proses seleksi, menyaring, dan
tidak boleh sembrono dengan menerimanya begitu saja.
Literatur Ushul Fiqih menyebutkan dengan begitu jelas
definisi sebuah berita, yaitu sesuatu yang mungkin benar
sekaligus mungkin salah. Bahkan dalam kajian hadis ada sebuah
upaya memferivikasi keshahihan periwayatan melalui jalur para
informannya. Mari kita intropeksi diri kita agar tidak terjebak
dan terjerembab dalam kubangan para pembual atau pemfitnah.
Allah SWT pun memerintahkan kepada kita untuk
memeriksa informasi terlebih dahulu karena belum tentu semua
informasi itu benar dan valid. Allah SWT berfirman:

‫َي أ�يُّ َا َّ ِال َين � آ َمنُوا � ْن َج َاء ُ ْك فَ ِاسقٌ ِبن َ َب إٍ� فَتَ َبيَّنُوا أ� ْن ت ُِصي ُبوا قَ ْو ًما ِ َبه َ ٍَال فَ ُت ْص ِب ُحوا‬
‫إ‬
‫عَ َل َما فَ َعلْ ُ ْت نَ ِد ِم َني‬
Wahai orang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik  membawa suatu informasi, maka periksalah dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS.
Al-Hujuraat[49]:6).
Allah SWT memerintahkan kita untuk memeriksa
suatu informasi dengan teliti. Yaitu mencari bukti
kebenaran informasi tersebut. Hal ini bisa dilakukan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


56 Menuju Masyarakat Smart City Madani
dengan menelusuri  sumber informasi atau bertanya
kepada kepada orang yang lebih mengetahui hal tersebut.
Saat ini kita berada pada suatu zaman dimana kita
mudah untuk men-share suatu link informasi yang tidak
diketahui informasi itu dari mana didapatkan. Mungkin
status teman, dari informasi online dan sejenisnya. Lebih
baik jika informasi tersebut berkaitan dengan kehormatan
saudara muslim atau informasi yang menyangkut
kepentingan masyarakat secara luas.
Sering kita jumpai suatu informasi yang dengan cepat
menjadi viral di media sosial, di share oleh ribuan netizen,
namun belakangan diketahui bahwa informasi tersebut
tidak benar. Hukuman bagi yang menyebarkan berita
hoax, bagi orang yang suka asal dan tergesa-gesa dalam
menyebarkan informasi, maka hukuman di akhirat kelak
nanti telah menanti.
Dari Samurah bin Jundub radhiyaallahuanhu, bahwa
Rasulullah SAW menceritakan mimpi beliau; “Tadi malam
aku bermimpi melihat ada dua orang yang mendatangiku,
lalu mereka memegang tanganku, kemudian mengajakku
keluar ke tanah lapang, kemudian kami melewati dua
orang, yang satu berdiri di dekat kepala temannya dengan
membawa gancu dan besi. Gancu itu dimasukkan ke dalam
mulutnya, kemudian ditarik hingga hingga robek pipinya
sampai ke tengkuk. Dia tarik kembali, lalu dia masukkan
lagi kedalam mulutnya dan dia tarik lagi hingga robek
pipi satunya. Kemudian bekas pipi tadi kembali pulih
dan  dirobek lagi begitu seterusnya.” Dan di akhir hadis
Rasulullah SAW mendapat penjelasan dari malaikat apa

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 57
maksud dari kejadian yang beliau lihat. “Orang pertama
yang kamu lihat dia adalah seorang pendusta, dia membuat
kedustaan dan dia sebarkan keseluruh penjuru dunia. Dia
dihukum seperti itu sampai hari kiamat, Kemudian Allah
memperlakukan orang tersebut sesuai yang dia kehendaki
“ ( HR. Ahmad).
Rsulullah pernah melarang Mu’az bin Jabal untuk
menyebarkan ilmu yang dia peroleh karena khawatir
akan menimbulkan salah paham di tengah-tengah kamum
muslimin. Bukan hanya itu saja penyebar berita hoax juga
akan terancam hukuman pidana. Pelaku penyebar hoax
atau bahkan sekedar iseng mendistribusikan tetap harap
berhati-hati. Setiap orang yang dengan sengaja atau tanpa
hak menyebarkan berita bohong dan mnyesatkan akan
mendapatkan pidana baik secara hukum maupun secara
agama.
Menyebarkan berita hoax atupun berita yang
tidak ada manfaatnya itu tidak boleh, baik secara hukum
maupun agama. Karena menyebarkan berita yang tidak
diketahui kebenaraanya akan merugikan diri kita sendiri
dan merugikan banyak orang dan juga dapat menimbulkan
kejahatan, selain itu juga menyebabkan terpecah belah
antar saudara, baik sesama agama maupun berbeda agama,
baik dalam negeri maupun luar negeri.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


58 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(6)
Sikap Muslim Mengadapi Wabah

Pengertian Wabah

Wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian


tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak
orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar
tersebut. Wabah dipelajari dalam epidemiologi. Dalam
epidemiologi, epidemi (bahasa Yunani) adalah penyakit
yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu
manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang
melampaui laju “ekspektasi” (dugaan), yang didasarkan pada
pengalaman mutakhir. Sedangka epidemi adalah wabah yang
terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus
baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu
tertentu disebut incidence rate (bahasa Inggris; “laju timbulnya
penyakit”). Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia,
pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu
“berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi ...
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka” (UU 4/1984). Suatu wabah dapat
terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 59
serangan penyakit), lingkup yang lebih luas (“epidemi”) atau
bahkan lingkup global (pandemi).

Sejarah Wabah di Dunia Islam

Wabah pernah terjadi baik di zaman Rasulullah dan juga zaman


para sahabat. Termasuk yang paling sering kita dengar di zaman
Khalifah Umar bin Khattab yakni penyakit Tha’un Amwas.

Wabah tha’un yang menyebar di daerah Amwas merupakan


penyakit kulit mematikan. Sejenis penyakit kusta atau lepra.
Ia berasal dari virus yang awalnya menyerang hewan ternak.
Orang yang terjangkit akan muncul borok pada kulitnya. Wabah
sangat cepat menyebar di seluruh negeri Syam. Banyak manusia
terjangkit sehingga dalam tempo singkat puluhan ribu jiwa
meninggal dunia. Di antara mereka yang menjadi korban adalah
Abu Ubaidah dan Mu’adz bin Jabar, dua sahabat Nabi yang
masyhur.

Ketika Rasulullah SAW   masih hidup, beliau pernah


berpesan kepada para sahabat terkait wabah mematikan ini.
Para sahabat kembali teringat pesan tersebut saat wabah ini
menyebar.

‫ َو� َذا َوقَ َع ِب�أ ْر ٍض َو أ�ن ُ ْْت بِ َا فَ َال‬،‫ون ِب�أ ْر ٍض فَ َال تَدْ ُخلُوهَا‬
ِ ‫� َذا َ ِس ْع ُ ْت ِب َّلطا ُع‬
‫إ‬ ‫إ‬
‫َ ْت ُر ُجوا ِمنْ َا‬
Bila kalian mendengar tentang wabah (tha’un) di suatu negeri,
maka janganlah kamu memasuki negeri itu. Apabila kalian
berada di negeri yang terjangkit wabah itu, maka janganlah
kalian keluar darinya karena hendak melarikan diri darinya. (HR.
Riwayat Muslim).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


60 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Para sahabat yang hidup di masa tersebarnya wabah
tha’un mematuhi sabda Rasulullah. Sebagai contoh, Ketika
Khalifah Umar memanggil Abu Ubaidah kembali ke Madinah,
dengan penuh rasa hormat sahabat yang menjadi tameng
Rasulullah di Perang Uhud itu menolak.

Beliau menulis dalam suratnya yang ia tujukan untuk


sang khalifah:  “Wahai Amirul Mukminin, aku telah memahami
keperluan Anda. Tetapi aku sedang berada di tengah-tengah
kaum Muslimin yang sedang ditimpa malapetaka di Syam ini.
Dan tidak patut aku menyelamatkan diri sendiri. Aku tidak mau
meninggalkan mereka sampai Allah menjatuhkan takdir-Nya atas
diriku dan mereka. Bila surat ini telah sampai di tangan Anda,
bebaskanlah aku dari perintah Anda dan izinkanlah aku tetap
tinggal di sini.”  Umar menangis membaca surat sahabatnya itu.
Tidak lama berselang, terdengar berita duka bahwa Abu Ubaidah
menjadi salah satu korban dari wabah mematikan tersebut.
Para sejarawan muslim mencatat sekitar 25.000 sampai 30.000
korban meninggal akibat wabah tha’un di Syam. Salah satu wabah
penyakit terparah dalam catatan sejarah Islam. Akibat wabah
ini beberapa sahabat mulia menjadi korbannya diantaranya
Muadz bin Jabbal serta putranya Abdurrahman. Pada akhirnya
kepemimpinan diambil alih oleh Amr bin Al-Ash dan mengatakan
kepada kaum muslimin; Wahai manusia, sesungguhnya penyakit
ini apabila menimpa maka ia akan bekerja bagaikan bara api maka
bentengilah dari penyakit ini dengan berlari ke gunung-gunung.
Setelah solusi yang disampaikan Amr bin Al-Ash ini diikuti oleh
kaum muslimin, agar mereka menghindari pertemuan dan
perkumpulan. Serta untuk sementara waktu mereka berada di
lembah-lembah dan gunung hingga wabah tersebut hilang di
tengah masyarakat setelah beberapa bulan lamanya.Pemerintah
hari ini sudah tepat agar setiap warga negara berdiam diri untuk
sementara waktu berada di dalam rumah masing-masing yang di
kenal dengan istilah lockdown.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 61
Wabah Takdir Allah

Menyebarnya wabah seharusnya lebih mendekatkan diri kita


kepada Allah Azza wa Jalla yang menandakan bahwa manusia
adalah makhluk sangat lemah dibandingkan dengan kekuasaan
dan kebesaran Allah. Yakinlah, setiap yang terjadi telah
ditakdirkan oleh Allah, dan tidak ada sesuatu yang menimpa
setiap manusia kecuali itu telah menjadi ketetapan Allah.

Sebab, diantara tanda keimanan seorang mukmin adalah dengan


mencakup enam rukun, dan yang terakhir adalah beriman
kepada takdir Allah baik takdir yang baik maupun takdir yang
buruk. Salah memahami takdir ini akan berakibat fatal bagi
keimanan seseorang.

‫َو ِع ْندَ ُه َم َفا ِت ُح الْ َغ ْي ِب َل ي َ ْعلَ ُمهَا � َّل ه َُو َوي َ ْع َ ُل َما ِف الْ َ ِّب َوالْ َب ْح ِر َو َما‬
‫ات ْ َأال ْر ِض َو َل َر ْط ٍب‬ ِ ‫ت َ ْس ُقطُ ِم ْن َو َرقَ ٍة � َّل ي َ ْعلَ ُمهَا َو َل إ َحبَّ ٍة ِف ُظلُ َم‬
‫َ ٍ َّ ِإ‬
‫َول َيبِس �ل ِف ك َت ٍاب ُمب ٍِني‬
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada
‫إ‬
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui
apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun
yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh
sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang
basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfudz).” (QS. Al An’am[6]: 59).

Muhasabah dari Kemaksiatan

Sikap yang kedua yang harus kita miliki adalah muhasabah dan
evaluasi diri dari segala perbuatan dan kemaksiatan yang telah
kita kerjakan. Dengan wabah ini seharusnya lebih membuat kita

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


62 Menuju Masyarakat Smart City Madani
sadar dan takut kepada Allah serta kembali kepada-Nya. Lebih
semangat dan gigih lagi dalam melakukan amalan ibadah serta
memenuhi hak-hak Allah dan menjauhi segala larangannya.

Hal yang paling penting juga kita evaluasi adalah perbuatan-


perbuatan dosa dan kemaksiatan yang telah kita kerjakan.
Bahwa, dosa yang kita lakukan secara personal dan berjamaah,
bisa menjadi sebab datangnya setiap penyakit dan musibah yang
menimpa setiap kaum.

Suatu hari, di hadapan kaum Muhajirin, Nabi ‫ﷺ‬memberikan


pesan penting untuk diperhatikan. Kata beliau, “Wahai golongan
Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan
dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian
tidak mengalaminya!” Beliau melanjutkan:  “Tidaklah kekejian
menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya
dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah
mereka penyakit Tha’un dan sakit yang belum pernah terjadi
terhadap para pendahulu mereka. Tidaklah mereka mengurangi
timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan
kemarau berkepanjangan dan penguasa yang dhalim. Tidaklah
mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali
langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau
bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan
beri hujan. Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-
Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar
mereka dan menguasainya. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin
mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak
menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah
akan menjadikan rasa takut di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 63
(7)
Ketentuan Islam tentang Aurat

Defenisi ‘Aurat
Kata ‘aurat berasal dari bahasa Arab “ٌ ‫ع ْو َرة‬ َ ” yang pada
asalnya bermakna alat kelamin manusia. Dalam kitab Taj al-‘Arus
min Jawahir al-Qamus, Imam al-Zabidi menjelaskan bahwa ُ ‫العَ ْو َرة‬
ِ‫الر ُجل وال َم ْرأَة‬
َّ ‫ الس َّْوأَة ُ من‬:, artinya: ‘Aurat adalah alat kelamin laki-
laki dan perempuan. Kata ٌ ‫ع ْو َرة‬ َ itu sendiri berasal dari kata ‫ار‬
ٌ ‫ع‬َ
yang bermakna sesuatu yang memalukan. Alat kelamin tersebut
dinamakan ‘aurat karena pemiliknya akan merasa malu apabila
tampak oleh orang lain. Itulah ‘aurat dalam pengertian bahasa.
Namun dalam hukum Islam, ‘aurat bukan hanya alat kelamin
atau kemaluan saja, tetapi juga mencakup seluruh anggota tubuh
yang tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain dan diwajibkan
menutupinya dalam batas-batas tertentu.

Batas-batas ‘Aurat
‘Aurat laki-laki adalah semua anggota tubuh yang terdapat
di antara pusat dan lutut, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah
hadis yang diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshary R.A., beliau
berkata:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


64 Menuju Masyarakat Smart City Madani
‫ ي َ ُق ْو ُل « َما فَ ْو َق ُّالر ْك َب َت ْ ِي ِم َن الْ َع ْو َر ِة‬- ‫ صىل هللا عليه وسمل‬- ‫َ ِس ْع ُت النَّ ِ َّب‬
»‫الس ِة ِم َن الْ َع ْو َر ِة‬
َّ ُّ ‫ َو َما أ� ْس َف َل ِم َن‬،
Artinya: “Aku mendengan Nabi SAW bersabda: “apa saja
yang ada di atas dua lutut termasuk ‘aurat, dan apa saja yang ada
di bawah pusat termasuk ‘aurat.” (HR. Al-Daruquthni)
Adapun batasan ‘aurat bagi perempuan adalah semua
anggota tubuhnya selain muka dan telapak tangannya, seperti
yang tersebut dalam hadis yang diriwayatkan dari ‘Aisyah RA,
bahwasanya Asma’ binti Abi Bakar datang ke rumahnya memakai
pakaian yang tipis, lalu Rasulullah memalingkan pandangannya
daripadanya seraya berkata:

‫« َي أ� ْ َسا ُء � َّن الْ َم ْر أ� َة � َذا بَلَغ َِت الْ َم ِح َيض لَ ْم ت َْصلُ ْح أ� ْن يُ َرى ِمنْ َا �الَّ ه ََذا‬
‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬
‫َوه ََذا » َو أ� َش َار � َل َو ْ ِج ِه َو َكفَّ ْي ِه‬
Artinya: “Wahai Asma’ ! Sesungguhnya seorang wanita apabila
‫إ‬
telah haidh (dewasa) maka tidak boleh lagi terlihat dari anggota
tubuhnya selain dari ini dan ini.” Lalu Rasul menunjuk kepada
muka dan telapak tangannya. (HR. Abu Daud dan al-Bayhaqi).

Kewajiban Menutupi ‘Aurat


Dalam hadis tentang teguran Rasul terhadap Asma’ binti
Abi Bakar di atas telah tersebut dengan gamblang kewajiban
menutupi ‘aurat. Kewajiban seorang lelaki dalam menutupi
‘auratnya lebih ringan daripada seorang wanita. Laki-laki hanya
diwajibkan menutupi apa yang ada di antara pusat dan lututnya
saja; lebih dari itu adalah tergolong ke dalam adab dalam
berpakaian. Sebaliknya, seorang wanita berkewajiban menutupi
seluruh anggota tubuhnya selain muka dan telapak tangannya.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 65
Kewajiban menutupi ‘aurat itu adalah terhadap semua lelaki
kecuali diberi keringanan terhadap 12 orang yang tersebut
dalam Alqur’an surat an-Nur sebagai berikut:

‫وج َّن َو َال يُ ْب ِد َين ِزينَتَ ُ َّن‬ ُ َ ‫ات يَغْضُ ضْ َن ِم ْن أ�بْ َص ِار ِه َّن َو َ ْي َف ْظ َن فُ ُر‬ ِ َ‫َو ُق ْل ِللْ ُم ْؤ ِمن‬
َّ‫ضب َن ِ ُب ُم ِر ِه َّن عَ َل ُج ُيوبِ ِ َّن َو َال يُ ْب ِد َين ِزينَتَ ُ َّن �ال‬ ْ ِ ْ ‫�الَّ َما َظه ََر ِمنْ َا َولْ َي‬
‫إ‬ ‫إ‬
‫ِل ُب ُعولَتِ ِ َّن أ� ْو � آ َبئِ ِ َّن أ� ْو � آ َب ِء بُ ُعولَتِ ِ َّن أ� ْو أ�بْنَائِ ِ َّن أ� ْو أ�بْنَا ِء بُ ُعولَتِ ِ َّن أ� ْو �خ َْوانِ ِ َّن أ� ْو‬
‫إ‬
‫ب َ ِن �خ َْوانِ ِ َّن أ� ْو ب َ ِن أ�خ ََواتِ ِ َّن أ� ْو ِن َسائِ ِ َّن أ� ْو َما َملَ َك ْت أ�يْ َمانُ ُ َّن أ� ْو التَّا ِب ِع َني‬
‫إ‬
‫الط ْف ِل َّ ِال َين لَ ْم ي َ ْظه َُروا عَ َل َع ْو َر ِات ال ِن ّ َسا ِء‬ ِّ ‫غَ ْ ِي أ� ْو ِل ال ْرب َ ِة ِم ْن ّ ِالر َجالِ أ� ْو‬
‫الل َ ِجي ًعا أ�يُّ َا‬ ِ َّ ‫ضب َن ِإ ِب�أ ْر ُج ِله َِّن ِل ُي ْع َ َل َما ُ ْي ِف َني ِم ْن ِزينَتِ ِ َّن َوتُوبُوا � َل‬ ْ ِ ْ َ ‫َو َال ي‬
‫إ‬
َ ‫ون لَ َعل َّ ُ ْك تُ ْف ِل ُح‬
‫ون‬ َ ُ‫الْ ُم ْؤ ِمن‬
Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak
yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur
(24): 31).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


66 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Para ulama membagi ‘aurat wanita kepada dua jenis: (1).
‘Aurat Mukhoffafah, yaitu yang diberi keringanan untuk tidak
menutupinya, dan (2). ‘Aurat Mughollazhoh, yang tidak boleh
diperlihatkan kepada kaum lelaki. Yang termasuk ke dalam ‘Aurat
Mukhoffafah (yang diberi keringanan memperlihatkannya)
adalah: anggota tubuh wanita yang ada di kepala seperti: rambut,
telinga dan leher; tangan dari siku ke ujung tangan; dan betis ke
bawah. Maka anggota tubuh ini dirukhshohkan (diberi keringan)
bagi seorang wanita muslimah untuk tidak menutupinya dari
pada 12 orang yang terdapat dalam surat an-Nur ayat 31 tersebut.
Selain dari pada itu tergolong ke dalam ‘Aurat Mughollazhoh
yang tidak boleh diperlihatkan kepada kaum lelaki selain dari
suaminya. Adapun terhadap wanita sesama muslimah maka
‘Aurat Mukhoffafah tersebut boleh diperlihatkan. Tetapi, terhadap
wanita non muslim tidak boleh diperlihatkan selain daripada
muka dan telapak tangannya.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 67
(8)
Syukur dan Sabar dalam Musibah

Ada dua maqam akhlaqul karimah yang menjadi puncak


kemuliaan seorang muslim yauitu syukur dan sabar. Kata
“syukur” adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Dalam Al-
Quran kata “syukur” dengan berbagai bentuknya ditemukan
sebanyak enam puluh empat kali. Ar-Raghib Al-Isfahani salah
seorang yang dikenal sebagai pakar bahasa Al-Quran menulis
dalam Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran, bahwa kata “syukur”
mengandung arti “gambaran dalam benak tentang nikmat
dan menampakkannya ke permukaan”. Menurut Dr. M. Quraish
Shihab kata syukur ini berasal dari kata “syakara” yang berarti
“membuka”, sehingga ia merupakan lawan dari kata “kafara”
(kufur) yang berarti menutup atau melupakan nikmat yang
diberikan oleh Allah swt. Secara istilah syukur adalah sebagai
ungkapan terima kasih, sesuai dengan salah satu hadis qudsi
yang berbunyi:

‫ َوِا َذا َمانَ�سِ ْيت َ ِن َك َف ْرت َِن‬,‫ ِان ََّك َم َاذ َك ْرت َِن َش َك ْرت َِن‬,‫ َيا ْب َن َا َد َم‬: ‫هللا تَ َع َاىل‬
ُ ‫قَال‬
)‫(رواه الطرباىن عن اىب هريرة‬
 

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


68 Menuju Masyarakat Smart City Madani
“Allah berfirman dalam hadits qudsi-Nya: “wahai anak
Adam, bahwa selama engkau mengingat Aku, berarti
engkau mensyukuri Aku, dan apabila engkau melupakan
Aku, berarti engkau telah mendurhakai Aku!”. (H.R
Thabrani)

Pada hakikatnya syukur tidak hanya dengan mengucapkan


pujian bagi Allah (mengatakan Alhamdulillah), akan tetapi
syukur adalah dengan hati, lidah, dan perbuatan. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Ibnu Qudamah r.a bahwa, “syukur (yang
sebenarnya) adalah dengan menggunakan hati, lisan (lidah), dan
dengan perbuatan anggota badan.
a. Bersyukur Dengan Hati. Bersyukur dengan hati dilakukan
dengan cara al-I’tiraf atau senantiasa menyadari,
mengakui, mengingat dan menghadirkan dalam hati
bahwa setiap nikmat yang kita rasakan tersebut dari
Allah, dan bukan dari siapa pun. Allah lah, dengan kasih
sayang-Nya, keutamaan dan kebaikan-Nya yang telah
memberikannya kepada kita. Ingatlah, kapan pun saat
hati kita merasakan hal itu, berarti hati kita sedang
bersyukur kepada Allah.
b. Bersyukur Dengan Lidah. Bersyukur dengan lidah
dapat dilakukan dengan at-Tahadduts, yang berarti
menyampaikan atau menyebut-nyebut nikmat tersebut,
memuji Allah (dengan mengucapkan Alhamdulillah),
serta menisbatkan nikmat itu kepada Allah. Bukan malah
merasa sombong dan berbangga diri dengan kenikmatan
itu seolah semua itu hanyalah hasil jerih payah kita.
Seperti dijelaskan dalam firman Allah dalam surat adh-
Dhuha ayat 11 berikut:

‫َو َا َّما ِب ِن ْع َم ِة َرب ّ َِك فَ َح ِّدث‬


“dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu
siarkan”.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 69
c. Bersyukur dengan Perbuatan Anggota Badan. Bersyukur
dengan perbuatatan anggota badan adalah syukur yang
paling penting. Ia dilakukan dengan cara menggunakan
semua nikmat tersebut dalam rangka membantu kita
di dalam mentaati Allah (ath-Tha’ah). Kita pakai semua
nikmat itu di jalan yang diridhoi oleh pemiliknya. Serta
menahan diri agar jangan menggunakan kenikmatan itu
untuk bermaksiat kepada-Nya.
Disamping maqam syukur, kesempurnaan kemuliaan
seorang muslim juga terdapat dalam maqam sabar. Ash-Shabr
(sabar) secara bahasa artinya al-habsu (menahan), dan di antara
yang menunjukkan pengertiannya secara bahasa adalah ucapan
“qutila shabran” yaitu dia terbunuh dalam keadaan ditahan dan
ditawan. Sedangkan secara syari’at adalah menahan diri atas tiga
perkara: yang pertama yaitu (sabar) dalam mentaati Allah, yang
kedua yaitu (sabar) dari hal-hal yang Allah haramkan, dan yang
ketiga yaitu (sabar) terhadap taqdir Allah yang menyakitkan.
Inilah macam-macam sabar yang telah disebutkan oleh para
‘ulama.
Jenis sabar yang pertama: yaitu hendaknya manusia
bersabar terhadap ketaatan kepada Allah, karena sesungguhnya
ketaatan itu adalah sesuatu yang berat bagi jiwa dan sulit bagi
manusia. Memang demikianlah kadang-kadang ketaatan itu
menjadi berat atas badan sehingga seseorang merasakan adanya
sesuatu dari kelemahan dan keletihan ketika melaksanakannya.
Demikian juga padanya ada masyaqqah (sesuatu yang berat)
dari sisi harta seperti masalah zakat dan masalah haji.
Yang paling penting, bahwasanya ketaatan-ketaatan itu
padanya ada sesuatu dari masyaqqah (kesulitan) bagi jiwa
dan badan, sehingga butuh kepada kesabaran dan kesiapan
menanggung bebannya, Allah berfirman:“Hai orang-orang
yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


70 Menuju Masyarakat Smart City Madani
kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian)
dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Aali
‘Imraan: 200)
Allah juga berfirman, “Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya.” (Thaha: 132)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an
kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka
bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu.”
(Al-Insaan: 23-24)
Ayat ini menerangkan tentang sabar dalam melaksanakan
perintah-perintah, karena sesungguh-nya Al-Qur`an itu turun
kepadanya agar beliau (Rasulullah) menyampaikannya (kepada
manusia), maka jadilah beliau orang yang diperintahkan untuk
bersabar dalam melaksanakan ketaatan.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-
sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan
senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” (Al-Kahfi: 28)
Ini adalah sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Jenis sabar yang kedua: yaitu bersabar dari hal-hal yang
Allah haramkan sehingga seseorang menahan jiwanya dari apa-
apa yang Allah haramkan kepadanya, karena sesungguhnya
jiwa yang cenderung kepada kejelekan itu akan menyeru
kepada kejelekan, maka manusia perlu untuk mengekang
dan mengendalikan dirinya, seperti berdusta, menipu dalam
bermuamalah, memakan harta dengan cara yang bathil, dengan
riba dan yang lainnya, berbuat zina, minum khamr, mencuri dan
lain-lainnya dari kemaksiatan-kemaksiatan yang sangat banyak.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 71
Maka manusia harus menahan diri dari hal-hal tadi jangan
sampai mengerjakannya dan ini tentunya perlu kesabaran dan
butuh pengendalian jiwa dan hawa nafsu.
Di antara contoh dari jenis sabar yang kedua ini adalah
sabar Nabi Yusuf ‘alaihis salaam dari ajakan istri Al-’Aziiz (raja
Mesir) ketika dia mengajak (zina) kepada beliau ‘alaihis salam
di tempat miliknya, yang padanya ada kemuliaan dan kekuatan
serta kekuasaan atas Nabi Yusuf, lantas Nabi Yusuf bersabar dan
berkata:“Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai
daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak
Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan
cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah
aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (Yuusuf: 33)
Jenis sabar yang ketiga: yaitu sabar terhadap taqdir Allah
yang menyakitkan (menurut pandangan manusia). Karena
sesungguhnya taqdir Allah ‘Azza wa Jalla terhadap manusia
itu ada yang bersifat menyenangkan dan ada yang bersifat
menyakitkan.
Taqdir yang bersifat menyenangkan harus kita syukuri,
sedangkan syukur itu sendiri termasuk dari ketaatan, sehingga
sabar baginya termasuk dari jenis yang pertama (yaitu sabar
dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah). Adapun taqdir yang
bersifat menyakitkan yaitu yang tidak menyenangkan manusia,
seperti seseorang yang diuji badannya dengan adanya rasa
sakit atau yang lainnya, diuji pada hartanya –yaitu kehilangan
harta-, diuji pada keluarganya dengan kehilangan salah seorang
keluarganya ataupun yang lainnya dan diuji di masyarakatnya
dengan difitnah, direndahkan ataupun yang sejenisnya.
Yang penting bahwasanya macam-macam ujian itu sangat
banyak yang butuh akan adanya kesabaran dan kesiapan
menanggung bebannya, maka seseorang harus menahan jiwanya

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


72 Menuju Masyarakat Smart City Madani
dari apa-apa yang diharamkan kepadanya dari menampakkan
keluh kesah dengan lisan atau dengan hati atau dengan anggota
badan.
Allah berfirman,“Maka bersabarlah kamu untuk
(melaksanakan) ketetapan Tuhanmu.”(Al-Insaan:24) Maka
masuk dalam ayat ini yaitu hukum Allah yang bersifat taqdir. Di
antara ayat yang menjelaskan jenis sabar ini adalah firman Allah:
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan
janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (Al-
Ahqaaf: 35)
Ayat ini menerangkan tentang kesabaran para rasul
dalam menyampaikan risalah dan dalam menghadapi gangguan
kaumnya. Juga di antara jenis sabar ini adalah ucapan Rasulullah
kepada utusan salah seorang putri beliau:“Perintahkanlah
kepadanya, hendaklah bersabar dan mengharap pahala kepada
Allah (dalam menghadapi musibah tersebut).” (HR. Al-Bukhariy
no.1284 dan Muslim no.923)
Sesungguhnya manusia di dalam menghadapi dan
menyelesaikan musibah ada empat keadaan. Pertama adalah
marah. Kedua adalah bersabar. Ketiga adalah ridha Keempat
adalah bersyukur. Inilah empat keadaan manusia ketika ditimpa
suatu musibah.
Pertama, yaitu marah baik dengan hatinya, lisannya
ataupun anggota badannya. Adapun marah dengan hatinya yaitu
dalam hatinya ada sesuatu terhadap Rabbnya dari kemarahan,
perasaan jelek atau buruk sangka kepada Allah - dan kita
berlindung kepada Allah dari hal ini- dan yang sejenisnya bahkan
dia merasakan bahwa seakan-akan Allah telah menzhaliminya
dengan musibah ini.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 73
Adapun dengan lisan, seperti menyeru dengan kecelakaan
dan kebinasaan, seperti mengatakan “Kurang ajar” atau “cilako”,
atau dengan mencela masa (waktu), yang berarti dia menyakiti
Allah ‘Azza wa Jalla dan yang sejenisnya.
Adapun marah dengan anggota badan seperti menampar
pipinya, memukul kepalanya, menjambak rambutnya atau
merobek bajunya dan yang sejenis dengan ini. Inilah keadaan
orang yang marah yang merupakan keadaannya orang-orang
yang berkeluh kesah yang mereka ini diharamkan dari pahala
dan tidak akan selamat (terbebas) dari musibah bahkan mereka
ini mendapat dosa, maka jadilah mereka orang-orang yang
mendapatkan dua musibah yaitu musibah dalam agama dengan
marah dan musibah dalam masalah dunia dengan mendapatkan
apa-apa yang tidak menyenangkan.
Kedua:, yaitu bersabar terhadap musibah dengan menahan
dirinya (dari hal-hal yang diharamkan), dalam keadaan dia
membenci musibah dan tidak menyukainya dan tidak menyukai
musibah itu terjadi akan tetapi dia bersabar (menahan) dirinya
sehingga tidak keluar dari lisannya sesuatu yang dibenci
Allah dan tidak melakukan dengan anggota badannya sesuatu
yang dimurkai Allah serta tidak ada dalam hatinya sesuatu
(berprasangka buruk) kepada Allah selama-lamanya, dia tetap
bersabar walaupun tidak menyukai musibah tersebut.
Ketiga: yaitu ridha, dimana keadaan seseorang yang
ridha itu adalah berlapang dada dengan musibah ini dan ridha
dengannya dengan ridha yang sempurna dan seakan-akan dia
tidak terkena musibah tersebut.
Keempat: bersyukur, yaitu dia bersyukur kepada Allah atas
musibah tersebut. Rasulullah apabila melihat sesuatu yang tidak
disukainya, beliau mengatakan: “Segala puji bagi Allah dalam
setiap keadaan.”

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


74 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Maka dia bersyukur kepada Allah dari sisi bahwasanya
Allah akan memberikan kepadanya pahala terhadap musibah
ini lebih banyak dari apa-apa yang menimpanya. Sebagian ahli
ibadah menyebutkan bahwasanya jarinya terluka lalu dia memuji
Allah terhadap musibah tersebut, maka orang-orang berkata:
“Bagaimana engkau memuji Allah dalam keadaan tanganmu
terluka?” Maka dia menjawab: “Sesungguhnya manisnya pahala
dari musibah ini telah menjadikanku lupa terhadap pahitnya
rasa sakitnya.”

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 75
(9)
Menyelamatkan Masyarat dari Narkoba

Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/


bahan berbahaya. Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Selain “narkoba”, istilah lain yang
diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari kata
narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Semua istilah ini, baik
“narkoba” ataupun “napza”, mengacu pada kelompok senyawa
yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya.
Narkoba saat ini menjadi salah satu masalah terbesar
dalam masyarakat kita. Pengguna narkoba di Indonesia tercatat
sudah lebih dari 5,1 juta jiwa. Jumlah tersebut senantiasa
meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan banyaknya
narkoba yang masuk dan beredar di negara kita. Tahun 2017
lalu dilaporkan oleh BNN (Badan Narkotika Nasional) lebih dari
250.000 ton narkoba yang masuk ke negara kita. Ini merupakan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


76 Menuju Masyarakat Smart City Madani
persoalan serius yang dapat melemahkan masa depan bangsa di
kemudian hari.

Bahaya Narkoba
Narkoba sangat berbahaya bagi kehidupan pribadi dan
masyarakat, baik di segi kesehatan maupun di segi moral. Di
antara bahaya nakoba di segi kesehatan adalah sebagai berikut:
1) Menimbulkan Gangguan Sistem Saraf Pusat
Senyawa kimia narkoba dibawa oleh aliran darah menuju
otak dan organ lainnya. Jika masuk ke dalam otak, senyawa kimia
tersebut akan melepaskan dopamin dalam jumlah yang besar.
Ini yang menyebabkan pengguna merasa lebih tenang, lebih
nyaman atau biasa disebut dengan ‘high’ atau ‘fly’. Pada fase ini,
pengguna tidak bisa berpikir dengan jernih karena terganggunya
proses pencernaan informasi. Selain itu, pengguna juga akan sulit
mengingat sesuatu ketika sedang ‘high’. Bahaya narkoba dalam
mengganggu saraf dapat menyebabkan pengguna mengalami
kejang, halusinasi hingga hilang kesadaran.
2) Merusak Sistem Pernapasan
Narkoba yang masuk ke dalam tubuh dengan cara dihirup
dapat merusak paru-paru. Asap dari narkoba seperti ganja terdiri
dari berbagai macam bahan kimia beracun yang bisa mengiritasi
saluran paru-paru. Jika sering menghirup asap dari narkoba,
risikonya adalah menjadi sesak napas, batuk, bronchitis dan
infeksi paru-paru lebih tinggi tingkat kronisnya. Asap tersebut
mengandung karsinogen yang berpotensi meningkatkan risiko
terkena kanker paru-paru.
3) Merusak Sistem Peredaran Darah
Senyawa kimia berbahaya yang ada dalam narkoba dapat
bergerak dari paru-paru ke aliran darah dan seluruh tubuh.
Dalam beberapa menit saja, detak jantung akan naik drastis.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 77
Bahaya narkoba ini bisa menambah risiko terjadinya serangan
jantung dengan signifikan. Di samping itu, pengguna narkoba
biasanya juga identik dengan mata merah. Ini dikarenakan
pembuluh darah di mata melebar. Oleh sebab itu, narkoba dapat
merusak sistem peredaran darah dalam tubuh manusia.
4) Menyebabkan Disfungsi Hati
Jika narkoba dikonsumsi melalui mulut, hati atau liver
akan memprosesnya dengan cepat. Ini akan menyebabkan fungsi
hati menjadi rusak jika narkoba dikonsumsi berlebihan. Risiko
yang ditimbulkannya berupa disfungsi atau gagal fungsi hati
terjadi pada mereka yang menggunakan narkoba dalam jangka
waktu panjang.
5) Merusak Sistem Imun Dalam Tubuh
Efek samping dari senyawa kimia berbahaya narkoba
juga bisa merusak sistem imun tubuh. Dengan mengkonsumsi
narkoba, pengguna akan lebih mudah terserang penyakit. Itu
sebabnya pengguna narkoba tubuhnya jadi makin kurus tinggi
langsing seperti kekurangan gizi. Dalam kondisi seperti ini dia
lebih mudah terserang berbakai penyakit.
6) Gangguan Pada Kulit
Pengguna narkoba jenis suntik umumnya akan
mengalami gangguan yang berhubungan dengan kulit. Yang
paling sering terjadi adalah gangguan kulit layaknya infeksi
pada kulit. Biasanya gangguan pada kulit terjadi pada mereka
yang menggunakan narkoba dan bisa dilihat dari bekas lebam di
tangan akibat suntikan dari narkoba tersebut.
7) Gangguan Sistem Reproduksi
Penggunaan narkoba juga berdampak buruk pada sistem
reproduksi. Sama halnya seperti bahaya kebiasaan merokok,
penggunaan narkoba yang berlebihan dan terus menerus bisa
membuat pengguna berisiko mengalami penurunan hormon

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


78 Menuju Masyarakat Smart City Madani
reproduksi dan juga fungsi seksual baik pada wanita maupun
pria.
8) Perubahan Fungsi Otak
Narkoba juga akan membuat beberapa bagian otak
manusia menjadi rusak sehingga kinerjanya tidak lagi optimal.
Sebuah eksperimen pernah dilakukan yaitu dengan percobaan
narkoba jenis ekstasi pada binatang. Hasilnya, zat berbahaya
pada ekstasi tersebut merusak sel yang ada di dalam otaknya.
Jika terjadi pada manusia, ini akan mengakibatkan berubahnya
proses patologis biologis. Hal ini akan membuat pencandu
langsung tidak peduli pada orang lain, karena yang dominan
dalam pikirannya adalah narkoba.
9) Merusak Mental
Penggunaan narkoba jangka panjang telah banyak
dihubungkan dengan berbagai penyakit mental. Beberapa efek
bahaya narkoba untuk mental di antaranya adalah merasakan
halusinasi. Bahkan ada yang mengaitkannya dengan penyakit
mental skizofrenia. Disebutkan bahwa beberapa obat diyakini
menyebabkan munculnya gejala skizofrenia, termasuk di
dalamnya adalah kanabis dan kokain.
10) Menimbulkan Rasa Paranoid
Paranoid adalah gangguan mental yang diderita
seseorang yang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan
dirinya. Rasa paranoid sering terjadi pada mereka yang sudah
kecanduan narkoba. Pengguna akan sering merasa takut secara
berlebihan, sensitif dan mudah sekali tersinggung. Akibat lain
dari rasa paranoid yang muncul karena bahaya narkoba ini juga
bisa membuat pengguna jadi tidak percaya dengan ucapan atau
saran orang lain. Selain itu, narkoba jug menyebabkan gangguan
mental seperti misalnya depresi, gelisah dan meningkatkan
keinginan untuk bunuh diri pada kalangan remaja.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 79
Di samping itu, narkoba juga menimbulkan bahaya di segi
moral dan membawa efek ke dalam kehidupan sosial. Pencandu
narkoba akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan
narkoba secara terus-menerus. Ini akan berdampak kepada
kerusakan moral; Seorang pelajar misalnya, bisa menggunakan
uang sekolahnya untuk membeli narkoba jika sudah tidak
mempunyai persediaan uang. Bahkan, mereka bisa mencuri
uang dari orangtua, teman, atau tetangga. Hal tersebut tentu
akan mengganggu stabilitas sosial.

Hukum Mengkonsumsi Narkoba


Memperhatikan besarnya bahaya dan mudharat
(kerusakan) yang ditimbulkan oleh narkoba tersebut maka
dilarang mengkonsumsinya dalam Islam. Dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri, Rasulullah SAW
bersabda:

“‫هللا عَلَ ْي ِه‬


ُ ‫ َو َم ْن َش َّاق َش َّاق‬،‫هللا‬ َ ِ ‫ض َر َو َل‬
ُ ‫ َم ْن ضَ َّار ضَ َّار ُه‬،‫ض َار‬ َ َ ‫” َل‬
“Tidak tidak boleh ada kemudharatan dan tidak boleh menimbulkan
kemudharatan, barang siapa menimbulkan kemudharatan maka
Allah akan menimpakan kemudharatan itu ke atasnya, dan barang
siapa yang membuat kesusahan maka Allah akan menimpakan
kesusahan itu ke atasnya” (H.R. Ibn Majah, ad-Daruqathni, al-
Hakim, dll.)

Di samping itu, mengingat narkoba juga berpengaruh


kepada akal dan pemikiran manusia, membuat orang yang
mengkonsumsinya “fly” dan “mabuk”, maka ia termasuk ke
dalam kategori khamar; dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Ibnu Umar r.a. Rasulullah SAW bersabda:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


80 Menuju Masyarakat Smart City Madani
‫ك ُم ْس ِك ٍر َح َرا ٌم‬
َّ ُ ‫ َو‬، ‫ك ُم ْس ِك ٍر َ ْخ ٌر‬
ُّ ُ
“Semua yang memabukkan (termasuk dalam kategori) khamar,
dan setiap yang memabukkan itu adalah haram.” (H.R. al-Bukhari,
Muslim, al-Nasa’i, al-Bayhaqi, dll)

Dan larangan mengkonsumsi khamar tersebut dengan


tegas dinyatakan dalam Alquran :

‫اب َوا َأل ْز َال ُم ِر ْج ٌس ِم ْن َ َع ِل‬ ُ ِ ‫َي أ�يُّ َا َّ ِال َين � آ َمنُوا �ن َّ َما الْ َخ ْم ُر َوالْ َمي‬
ُ ‫ْس َوا َأل َنص‬
‫إ‬
َ ‫ال�شَّ ْي َط ِان فَا ْجتَ ِن ُبو ُه ل َ َعل َّ ُ ْك تُ ْف ِل ُح‬
‫ون‬
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
(Q.S.al-Ma’idah (5): 90)

Oleh karena itu mengkonsumsi narkoba terlarang dalam


Islam, mari kita awasi diri, keluarga dan lingkungan kita agar
tidak terjebak ke dalam penggunaan narkoba.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 81
(10)
Dosa Tidak Menepati Janji

‫هللا ِا َذا عَا َهدْ ُ ْت َو َال تَ ْن ُقضُ ْوا ْا َأليْ َم َان ب َ ْعدَ ت َْو ِك ْي ِدهَا َوقَدْ َج َعلْ ُ ُت‬
ِ ‫َو َا ْوفُ ْوا ِب َعهْ ِد‬
َ ‫هللا عَلَ ْي ُ ْك َك ِف ْي ًال ِا َّن‬
‫هللا ي َ ْع َ ُل َما تَ ْف َعلُ ْو َن‬ َ
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji
dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu,
sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan
Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat (Q.S.
an-Nahl (16): 91)

Terminologi Janji
Janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan atau
kesanggupan untuk berbuat. Kata ini bisa pula bermakna
persetujuan antara dua belah pihak.
Janji merupakan suatu cara yang ditempuh seseorang
untuk meyakinkan orang lain. Bahkan cara ini pun ditempuh oleh
Allah dalam meyakinkan hambanya. Tidak sedikit ayat al-Qur’an
yang membicarakan tentang janji surga yang akan diberikan oleh
Allah kepada manusia yang senantiasa beriman dan beramal

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


82 Menuju Masyarakat Smart City Madani
saleh, seperti firman Allah SWT.:

‫ات َ ْت ِري ِم ْن َتْتِ َا ْ َأالنْ َ ُار‬


ٍ َّ ‫ات أ� َّن لَه ُْم َجن‬ َّ ‫ش َّ ِال َين َءا َمنُوا َو َ ِعلُوا‬
ِ ‫الصا ِل َح‬ ِ ّ ِ َ ‫َوب‬
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman
dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya (Q.S. al-Baqarah (2):
25)

Perintah Menepati Janji


Janji bagaikan utang yang harus dibayar. Oleh sebab itu,
diwajibkan bagi setiap muslim untuk menepati janjinya. Hal
ini dipahami dari sejumlah ayat yang memerintahkan kepada
manusia untuk menepati janji tersebut. Allah SWT. Berfirman
yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah janji-
janji itu (Q.S. al-Maidah (5): 1)
Allah menegaskan bahwa menepati janji merupakan ciri
seorang mukmin yang sukses (Q.S. al-Mu’minun (23): 8). Janji
adalah sesuatu yang harus ditepati, karena kelak janji itu akan
dipertanggungjawabkan. Allah SWT. (Q.S. al-Isra’ (17): 34).
Menepati janji merupakan salah satu alat pengukur kejujuran
seseorang. Jika seseorang itu jujur, maka terbukalah berbagai
pintu kebaikan bagi dirinya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi
SAW. yang artinya: Sesungguhnya jujur menunjukkan kepada
kebaikan dan kebaikan menunjukkan jalan ke surga. Sesungguhnya
seseorang yang jujur akan selalu melakukan kejujuran sehingga
dicatat oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya
dusta menunjukkan jalan kepada kedurhakaan dan kedurhakaan
menunjukkan jalan ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang
berdusta akan selalu melakukan kedustaan sehingga dicatat di sisi
Allah sebagai pendusta (H.R. Bukhari).
Seseorang yang mengingkari janjinya, maka orang itu berarti

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 83
telah memiliki salah satu dari tiga sifat kemunafikan. Nabi SAW.
bersabda yang artinya: Tanda-tanda orang munafik ada tiga,
yaitu: bila berbicara bohong, bila berjanji inkar dan bila diberi
amanah dikhianati (H.R. Bukhari).
Bagi mereka yang senantiasa mengingkari janji, maka di hari
kemudian mereka akan dikumpulkan dalam satu kelompok
yang mempunyai bendera tersendiri. Dengan adanya bendera
tersebut, mereka akan merasa malu dan menyesali dosa yang
telah mereka lakukan.
Adapun janji yang harus ditepati oleh semua orang yang
beriman meliputi: janjinya kepada Allah SWT, berupa pengakuan
bahwa hanya bertuhankan kepada Allah dan menghambakan diri
(beribadah) kepada-Nya. Janji yang telah dibuat di antara sesama
manusia; dan janji-janji yang telah diikrarkan pada diri sendiri.
Semuanya harus ditepati, jika menginginkan keselamatan hidup
di dunia dan akhirat.
Untuk dapat menetepati janji, seorang Muslim harus
memperhatikan dua hal. Pertama, ia harus selalu ingat dan tak
boleh lupa, meski sesaat, terhadap semua janjinya. Kedua, ia
harus memiliki tekad yang kuat untuk dapat memenuhi semua
janjinya itu.
Hukum berjanji adalah mubah, sementara hukum
menepati janji adalah wajib, sehingga melanggar janji berarti
suatu keharaman. Hal ini ditegaskan Allah dalam suratAllah
berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.”
(QS: Al-Ma’idah: 1)
Ibnu ‘Abbas, mujahid dan beberapa ulama lainnya
mengatakan: “Yang dimaksud dengan akad adalah perjanjian.”
Ibnu Jarir pun menceritakan adanya ijma’ tentang hal itu. Ia

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


84 Menuju Masyarakat Smart City Madani
mengatakan, ”Perjanjian-perjanjian adalah apa yang mereka
sepakati, berupa sumpah atau yang lainnya.” Ali bin Abi Thalhah
mengatakan dari Ibnu ‘Abbas, “Yang dimaksud dengan perjanjian
tersebut adalah segala yang dihalalkan dan diharamkan Allah,
yang difardhukan, dan apa yang ditetapkan Allah di dalam Al-
Qur’an secara keseluruhan, maka kalian jangan mengkhianati
dan melanggarnya.”
Keharaman mengingkari janji tersebut dikuatkan oleh
firman Allah SWT:

‫َدت َو َال تَن ُقضُ و ْا ا َأليْ َم َان ب َ ْعدَ ت َْو ِكي ِدهَا َوقَدْ َج َعلْ ُ ُت‬ْ ُّ ‫الل � َذا عَاه‬ ِ ّ ‫َو أ� ْوفُو ْا ِب َعهْ ِد‬
‫إ‬
‫ون‬ َ ّ ‫الل عَلَ ْي ُ ْك َك ِفي ًال � َّن‬
َ ُ‫الل ي َ ْع َ ُل َما تَ ْف َعل‬ َّ
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji
‫إ‬
dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu
sesudah meneguhkannya, sedang kamu sudah menjadikan
Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).” (QS:
An-Nahl: 91)
Meskipun demikian, janji boleh tidak ditepati jika dalam
kondisi sebagai berikut:
Pertama, janji tersebut termasuk janji yang tidak
diperbolehkan syariat Islam, seperti janji untuk membolos,
janji untuk bekerja sama dalam mengerjakan soal ujian sekolah,
transaksi-transaksi haram, dll. Hal ini berdasarkan kaidah syara’
: “Setiap sesuatu yang mengantarkan kepada yang haram, maka
hukumnya haram.”
Kedua, terdapat hal yang lebih baik dibandingkan dengan
sumpah atau janji yang dibuatnya. Dalam hal ini berarti janji yan
dibuatnya berupa janji untuk melakukan suatu hal yang sifatnya
mubah atau sunnah, kemudian dalam satu waktu ada kewajiban
yang harus ditunaikan. Membatalkan janji yang seperti ini

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 85
diperbolehkan oleh syara’. Rasulullah SAW bersabda: “Demi
Allah, sesungguhnya insyaallah, aku tidak akan bersumpah atas
suatu sumpah, lalu aku melihat yang lainnya lebih baik darinya
melainkan aku akan memilih yang lebih baik dan aku membayar
kaffaratnya – dalam sebuah riwayat disebutkan – dan aku
membayar kaffarat atas sumpahku itu”
Ketiga, sakit, pingsan, dan dalam kondisi yang tubuh tidak
mampu untuk menunaikan janji. Keempat, mendadak hilang akal.
Kelima, cuaca ekstrim, hujan lebat, hujan badai, panas menyengat
hingga membuat sakit kepala, hujan salju.
Keenam, ada kerabat yang meninggal, menjaga saudara/
orang tua/istri yang sakit mendadak, dan hal semisal.
Jika tidak dalam kondisi di atas, maka membatalkan
kesepakatan ataupun janji adalah hal tidak diperbolehkan.
Karena membatalakan ataupun melanggarnya bisa melukai
hati orang lain hingga bisa mendzalimi orang lain. Allah SWT
berfirman yang artinya: “… dan Allah tidak menyukai orang-orang
yang dzalim.” (QS. Ali Imran: 57).
Dari penjelasan di atas, maka tidak diperkenankan bagi
kita untuk seenaknya melanggar janji yang sudah kita ucapkan.
Meremehkannya sama halnya meremehkan hukum syara’,
bahkan sama halnya meremehkan kewajiban itu sendiri. Allah
pun menyebut orang-orang yang tidak menjaga amanah dan
tidak menepati janji memiliki tanda-tanda orang munafik.
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga keadaan. Jika ia berkata
ia berdusta, jika ia berjanji ia mengingkari, dan apabila diberi
amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya.” (HR. Bukhari-
Muslim).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


86 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Oleh karena itu, hati-hati dengan janji yang terucap,
sumpah yang terlafadz, dan akad muamalah lainnya yang sudah
ditetapkan. Karena bisa jadi dari sumpah-sumpah yang kita
ucapkan dan tidak kita tunaikan tersebut kita tuai dosa besar.
Wallahu ‘alam bi ash shawwab.

Balasan atas Menepati atau Mengingkari Janji


Pertama, Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW telah
menunjukkan akan kewajiban memenuhi janji dan sumpah
setia. Serta menjelaskan buruknya orang yang melanggarnya
atau tidak menepatinya. Terkadang tidak menepati (janji dan
sumpa setia) mengarah kepada kekafiran. Sebagaimana terjadi
pada Bani Israil dan lainnya. Ketika mereka melanggar janji dan
sumpah setia dengan Tuhannya. Mereka meninggalkan janji Allah
berupa keimanan, mengikuti para Rasul-Nya. Allah berfirman
yang artinya: “Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan jawabnya.’ (QS. Al-Isra’ (17): 34).
Sebaliknya Allah menyanjung para hamba-Nya orang-
orang mukmin, “(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah
dan tidak merusak perjanjian.” (QS Ar-Ra’du: 20)
Nash-nash dalam Kitab dan Sunnah banyak dan jelas
petunjuknya akan kewajiban memenuhi (janji)    dan haramnya
melanggar dan berkhianat. Semua ayat yang ada lafaz janji dan
sumpah setia menunjukkan hal itu baik secara tekstual maupun
pemahaman. Dan perilaku Nabi SAW dan para shahabatnya
adalah bukti nyata dalam realisasinya.
Kedua, Allah menyebutkan manfaat besar di dunia dan
akhirat jika seseorang memenuhi janjinya, disamping manfaat
nyata bagi  kebaikan masyarakat yang berkesinambungan. Di
antara manfaat tersebut adalah:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 87
a. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa memenuhi janji
termasuk sifat orang-orang bertakwa sekaligus sebab utama
dalam menggapai ketakwaan. Allah berfirman yang artinya:
‘(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji
(yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertakwa.’ (QS. Ali Imran (3):
76)
b. Menepati janji termasuk sebab mendatangkan keamanan di
dunia dan menghindari pertumpahan darah, melindungi hak
para hamba, baik yang muslim maupun kafir. Sebagaimana
firman Allah SWT:

‫ص �ال عَ َل قَ ْو ٍم بَيْنَ ُ ْك َوبَيْنَ ُ ْم ِميث ٌَاق‬ ُْ ‫ص‬


ُ ْ َّ‫وك ِف ّ ِادل ِين فَ َعلَ ْي ُ ُك الن‬ ُ َ ْ‫َو� ِن ْاستَن‬
‫إ‬
ُ َّ ‫َوإ‬
َ ُ‫الل ِب َما تَ ْع َمل‬
ٌ‫ون ب َ ِصري‬
“(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu
dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib
memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah
ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 72)
c. Dapat menghapus kesalahan dan memasukkan ke surga.
Sebagaimana yang kita dapatkan dalam Firman-Nya, “Dan
penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku
kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 40). Ibnu Jarir berkomentar,
“Janji (Allah) kepada mereka, kalau mereka melakukan
hal itu, maka (Allah) akan memasukkan mereka ke surga.”
Di surat Al-Maidah, Allah SWT menyebutkan bahwa Dia
telah mengambil janji kuat kepada Bani Israil, kemudian
disebutkan balasan janji kuat beserta balasannya. Dalam
Firman-Nya, “Sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-
dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke
dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai.”

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


88 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(QS. Al-Maidah: 12). Dan atsar lainnya yang dengan jelas
(menyebutkan hal itu) bagi setiap orang yang mentadaburi
Kitabullah dan merenungi sunnah Rasulullah, baik dalam
perkataan maupun amalnya.
Ketiga, Pengkhianatan adalah lawan kata dari amanah dan
memenuhi (janji). Kalau amanah dan memenuhi janji termasuk
karakter keimanan dan ketakwaan, maka khianat dan melanggar
(janji) termasuk karakter kenifakan dan kedurhakaan. Rasulullah
SAW bersabda:

‫أ� ْرب َ ٌع َم ْن ُك َّن ِفي ِه َك َن ُمنَا ِفقًا خَا ِل ًصا َو َم ْن َكن َْت ِفي ِه خ َّ ٌَل ِمنْ ُ َّن َكن َْت ِفي ِه خ َّ ٌَل‬
‫ِم ْن ِن َف ٍاق َح َّت يَدَ َعهَا � َذا َحد ََّث َك َذ َب َو� َذا عَاهَدَ غَدَ َر َو� َذا َوعَدَ أ� ْخلَ َف‬
‫إ‬
‫ َو� ْن َكن َْت ِفي ِه خ َْص َ ٌل ِ إمنْ ُ َّن َكن َْت ِفي ِه خ إ َْص َ ٌل ِم َن ال ِنّ َف ِاق‬، ‫َاص فَ َج َر‬
َ َ ‫َو� َذا خ‬
“Empat (prilaku) kalau seseorang ada padanya, maka dia
‫إ‬ ‫إ‬
termasuk benar-benar orang munafik. Kalau berbicara
berdusta, jika berjanji tidak menepati, jika bersumpah
khianat, jika bertikai, melampau batas. Barangsiapa yang
terdapat salah satu dari sifat tersebut, maka dia memiliki sifat
kemunafikan sampai  dia meninggalkannya.” (HR. Bukhari,
3178 dan Muslim, 58)
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah
SAW bersabda:

ِ َّ ‫ فَ َعلَ ْي ِه لَ ْعنَ ُة‬، ‫َم ْن أ� ْخ َف َر ُم ْس ِل ًما‬


‫ َال يُ ْق َب ُل‬، ‫الل َوالْ َمالئِ َك ِة َوالنَّ ِاس أ� ْ َج ِع َني‬
 ‫ص ٌف َوال عَدْ ٌل‬ ْ َ ‫ِمنْ ُه‬
“Barangsiapa yang tidak menepati janji seorang muslim, maka
dia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia.
Tidak diterima darinya taubat dan tebusan.” (HR. Bukhari,

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 89
1870 dan Muslim, 1370)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma dari
Rasulullah SAW bersabda:

‫الل َ ُل ِل َو ًاء ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة فَ ُي َق ُال أ� َل َه ِذ ِه غَدْ َر ُة فُ َل ٍن‬


ُ َّ ‫� َّن الْغَا ِد َر ي َ ْن ِص ُب‬
“Sungguh, Allah akan tancapkan bendera bagi orang yang
‫إ‬
berkhianat di hari kiamat. Lalu dikatakan: ‘Ketahuilah ini
adalah pengkhianatan di fulan.” (HR. Bukhari, no. 6178, dan
Muslim, no. 1735

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


90 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(11)
Urgensi Wakaf dalam Islam
Pengertian Wakaf
Kata wakaf berasal dari bahasa Arab:  ‫فقو‬  (waqafa), 
jamaknya ‫فاقوأ‬  (awqaf) yang berarti perbuatan yang dilakukan
wakif untuk menyerahkan sebagian atau keseluruhan harta benda
yang dimilikinya untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan
masyarakat untuk selama-lamanya. Secara istilah wakaf adalah
menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah
seketika dan untuk penggunaan yang mubah, serta dimaksudkan
untuk mendapatkan keridaan Allah SWT.
Wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau
faedah harta yang diwakafkan kepada orang yang berhak dan
dipergunakan sesuai dengan ajaran syariah Islam.
Diantara Hadits-hadits yang berhubungan dengan wakaf
yaitu:

‫ اذا مات الانسان‬: ‫عن ايب هريرة ان رسول هللا صىل هللا عليه وسمل قال‬
‫ صدقة جارية او عمل ينتفع به او ودل صاحل‬: ‫انقطع معهل الا من ثالثة ا�شياء‬
)‫يدع هل (رواه مسمل‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 91
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “bila
manusia mati terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak
yang shaleh yang mendoakan kepadanya.”  
Berdasarkan hadits di atas maka dapat di jelaskan bahwa
amal orang yang telah meninggal terputus pembaharuan
pahalanya, kecuali semasa dalam kehidupannya pernah
melakukan amalan yang tak akan putus fahalanya, walaupun
amalan tersebut sekarang orang lain yang melakukannya, namun
fahalanya tetap sampai kepada orang yang telah meninggal
disebabkan amalannya sewaktu masih hidup. Para ulama
berpendapat bahwa sedekah jariyah yang terdapat dalam hadits
dimaknai sebagai wak

Syarat dan Ketentuan Wakaf


Praktek perwakafan telah dikenal sejak masa Rasulullah
SAW setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, pada tahun
kedua Hijriyah.
Syarat-syarat wakaf mencakup tiga macam, yaitu:
1. Takbit (selama-lamanya) makna takbit wakaf yaitu mewakaf
tanah atau benda kepada sesuatu yang tidak mungkin berlalu
menurut adat seperti fakif miskin, mesjid dan sebagainya.
Ataupun di atas orang yang berlalu kemudian di atas orang
yang tidak mungkin berlalu seperti anaknya kemudian
segala fakir miskin. Maka tidak sah hukumnya mewakafkan
tanah kepada suatu tempat selama setahun kemudian ditarik
kembali.
2. Tanjiz (kelestarian) maka tidak sah menggantungkan pada
terjadinya sesuatu, misalnya “saya wakafkan tanah ini
kepada zaid bila telah tiba awal bulan” memang, adalah sah
menta’liqkan wakaf dengan masa kematian misalnya “saya

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


92 Menuju Masyarakat Smart City Madani
wakafkan rumahku kepada orang-orang fakir setelah saya
meninggal dunia” perwakafan disini seolah-olah merupakan
wasiat, menurut pendapat Al-Qaffal: Seandainya rumah
itu ditawarkan untuk dijual, berarti penawaran disini
merupakan pencabutan kembali wakaf tersebut.
3. Imkan tamlik  (bisa memiliki benda wakaf) bila diwakafkan
kepada seseorang tertentu atau segolongan tertentu, yaitu
barang yang diwakafkan nyata ada dan mungkin dimiliki.
Oleh karena demikian maka tidak sah mewakafkan kepada
sesuatu yang belum ada, misalnya kepada mesjid yang selagi
akan dibangun, kepada anaknya padahal ia tidak punya anak,
kepada anakku yang akan lahir kemudian kepada orang-
orang fakir, karena terputus pada jenjang pertama.
Adapun tujuan umum wakaf bahwa Allah telah mewajibkan
hamba-Nya untuk saling bekerja sama, bahu membahu, saling
kasih sayang. Tidak diragukan lagi bahwasanya diantara kebaikan
dalam wakaf ini adalah untuk membantu persatuan ummat
Islam, membantu meningkatkan rasa persatuan dan tanggung
jawab menjaga dan menolong agama dan ummat Islam. Maka
jenis-jenis infak begitu teramat banyak macam dan jenisnya
dan tidak diragukan lagi bahwa diantara infak yang terpenting
saat ini adalah menahan harta benda namun bisa mengalirkan
manfaatnya. Wakaf memiliki keistimewaan lain dari pada sedekah
lainnya, ia bisa memelihara segala kepentingan publik, kehidupan
masyarakat, mendukung sarana dan prasarana kemasyarakatan.
Keistimewaan wakaf yaitu di dalam wakaf ada sejumlah manfaat
dan maslahat yang tidak kita peroleh dalam shadaqah-shadaqah
lainnya, karena manusia terkadang menginfaqkan banyak
hartanya fii sabilillah kemudian habis, pada saat yang sama di
sana ada fakir-miskin yang membutuhkan bantuan, sebagian
fakir-miskin lagi terbengkelai urusannya, maka tidak ada yang
lebih baik dan lebih manfaat untuk seluruh masyarakat selain

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 93
menahan sesuatu harta dan mengalirkan manfaat untuk fakir-
miskin dan ibnu sabil. Dengan adanya wakaf maka tersalurkan
manfaatnya untuk kemaslahatan umum adalah satu jenis dari
shadaqah jariyah setelah orang yang bershadaqah itu wafat,
kebaikannya terasakan oleh semua orang dan berlipat-gandalah
pahalanya, serta terselesaikan berbagai kebutuhan fakir-miskin,
pengembangan berbagai sarana sosial, misalnya rumah sakit,
sarana layanan kesehatan, menyantuni ibnu sabil, penanganan
pengungsi, anak yatim, menanggulangi bencana kelaparan, gizi
buruk. Maka jadilah wakaf sebagai sebab bangkitnya masyarakat
dan bukan kehancuran.
Para Ulama mutaqaddimin tidak pernah membagi wakaf,
baik wakaf untuk keturunan sendiri maupun wakaf untuk
publik, semua bentuk wakaf menurut mereka hanya disebut
wakaf semata atau shadaqah. Namun, Ulama mutaakhirin mulai
membagi antara wakaf yang diniatkan untuk keturunan dan wakaf
untuk publik, seperti fakir miskin, penuntut ilmu agama, atau
untuk lembaga pendidikan. Maka, Ulama mutaakhirin menyebut
wakaf secara umum. Wakaf dapat dibagi dua kategori yaitu
wakaf keluarga (wakaf ahli) yang disebut juga wakaf khusus dan
wakaf khairi atau wakaf umum. Sayyid sabiq menyatakan “Wakaf
itu kadangkala untuk anak cucu kaum kerabat, kemudian untuk
orang-orang sesudah mereka hingga fuqahak dan ini dinamakan
wakaf ahli atau wakaf zuhri. Dan kadangkala wakaf yang
diperuntukan bagi kebaikan semata-semata dan ini dinamakan
dengan wakaf khairi.
Namun, pada sisi lain wakaf ahli sering menimbulkan
masalah, seperti bagaimana keturunan yang diwakafkan tidak
ada lagi, siapa yang berhak mengambil manfaat pada harta wakaf
tersebut, bagaimana jika keturunan siwakif berkembang sangat
banyak sehingga menyulitkan pemerataan dalam pembagian
hasil harta wakaf, bagaimana bila keturunan wakif tidak bersedia

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


94 Menuju Masyarakat Smart City Madani
lagi mengurus harta wakaf, siapa yang berwenang mengemban
amanat untuk mengelola harta wakaf dan seterusnya. Oleh
karena itu dalam wakaf keluarga keluarga juga terdapat
pokok benda, hak atau manfaat yang sengaja ditahan untuk
tidak langsung dikonsumsi atau diperlakukan sesuai dengan
kehendak perorangan dan manfaatnya disalurkan sesuai dengan
tujuan wakaf yaitu umumnya adalah anggota keluarga dan
keturunan wakif. Jadi dalam wakaf keluarga juga terkandung
makna pengembangan aset wakaf yang pada suatu saat nanti
manfaatnya bisa dirasakan oleh generasi yang akan dating,
terutama kalangan tertentu yang berhak atas wakaf tersebut.
Ajakan Alquran dan al-Sunnah yang menyerukan infaq
mendapatkan perhatian khusus dari para sahabat  nabi yaitu
dengan adanya tasabuq fi al-khoirat seperti yang telah  dikatakan
oleh Jabir. Hal ini membuktikan akan kuatnya iman mereka dan
sekaligus menunjukkan pancaran kepribadian mereka dalam
kehidupan. Lalu siapakah orang yang pertama kali melaksanakan
wakaf dalam islam?. Ada perbedaan pendapat dalam hal ini :
1. Abu Tholhah yang mewakafkan tembok Birha`.
2. Umar bin al-Khoththob yang mewakafkan tanah yang ada di
Khoibar.
3. Seorang Yahudi yang masuk islam yang mewakafkan tanah
Muhairiq.
4. Tembok kaum bani Najjar yang dibuat masjid oleh rasul,
kemudian mereka tidak menginginkan ganti rugi.
Peranan wakaf dalam masyarakat islam berlangsung dan
mencapai puncaknya pada masa daulah Utsmaniyyah. Pada
waktu itu wakaf berkembang sebagai suatu badan independen
tanpa campur tangan pemerintah secara langsung dan badan
ini menangani berbagai macam bidang. Wakaf disamping

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 95
memberikan konstribusi positif dalam bidang dakwah, ia
juga berperan dalam menopang kemajuan pembangunan
suatu daerah. Karena dengan terpenuhinya hal tersebut,
stabilitas penduduk dalam suatu daerah akan tercapai. Pada
sisi lain pengoptimalan garapan wakaf seperti ini juga harus
didukung  oleh negara.  Bukti nyata dari keberhasilan wakaf
bagi pembangunan pada masa dulu yang bisa kita lihat hasilnya
sekarang ini adalah kemajuan suatu kota di Syiria. Kota ini
berada di pinggir kota Damaskus tepatnya di daerah Sholihiyyah
(daerah bukit yang tidak berpenghuni hingga pertengahan abad
keduabelas miladiyyah).       Ketika ibnu Bathuthoh datang ke
Damaskus pada tahun 749 H./1347 M., ia mendaki kawasan
al-Sholihiyyah ini. Kemudian ia menggambarkan bahwa al-
Sholihiyyah adalah kota yang besar yang mempunyai pasar
yang baik yang tidak ada bandingannya, juga mempunyai
masjid jami’ dan sebuah rumah sakit jiwa (Maristan) dan juga
terdapat madrasah yang dikenal dengan madrasah Ibnu Umar
yang diwakafkan untuk orang-orang yang belajar Alquran dan
madrasah ini juga menjamin kebutuhan pangan dan sandang
para pengajarnya.
Meskipun sebenarnya praktek wakaf sudah ada pada
masyarakat sebelum islam seperti pada masa kejayaan Persi
dan Byzantium. Namun bisa dibilang bahwa kata wakaf ini
identik dengan islam. Hal ini dikarenakan wakaf mempunyai
banyak peran dalam kehidupan masyarakat Islam. Peranan
wakaf semakin efektif setelah satu abad dari perkembangan fiqh
siyasi  baru. Para ulama fiqh klasik hingga abad 6 H/ 12 M
mensayaratkan mauquf harus milik waqif. Namun setelah
itu terjadi perkembangan penting dalam permasalah wakaf
yaitu ketika St. Nuruddin Zanki dan St. Sholahuddin al-Ayyubi
mendapatkan fatwa dari seorang faqih terkenal Ibnu Abi
‘Ashrun 482-585 H/1088-1188 M yang menfatwakan bahwa
mewakafkan tanah-tanah  bayt al-mal  bagi kemaslahatan sosial

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


96 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(khoir) seperti pembangunan madrasah hukumnya adalah boleh
dengan alasan bahwa tanah tersebut merupakan irshod bayt
al-mal   yang ditashorrufkan kepada yang berhak. Fatwa ini
mempunyai dampak positif bagi pengembangan pendidikan di
negara Syam, Mesir pada masa pemerintahan al-Zanki dan al-
Ayyubi disamping juga tentunya dukungan pemerintah bagi
terbentuknya jaringan pendidikan ini. Selepas itu, Nuruddin al-
Zanki untuk pertama kalinya mendirikan madrasah di Damaskus
(Dar al-Hadits al-Nuriyyah) yang dikomentari oleh ibnu Habir
(w.614 H.) ketika ia menziarahinya sebagai madrasah terbaik di
dunia . Perkembangan yang lebih besar lagi, bisa kita dapatkan
pada masa Utsmani yaitu ketika pemerintah mengambil peran
ini hingga pertengahan abad kesembilan hijriyah yaitu ketika
untuk pertama kalinya didirikan wizaroh li al-ma’arif.
Ibadah waqaf tergolong pada perbuatan sunat dan
memiliki banyak sekali hikmahnya yang terkandung di dalam
waqaf ini, antara lain:
1. Harta benda yang diwaqafkan dapat tetap terpelihara
dan terjamin kelangsungannya.
2. Pahala dan keuntungan bagi si-waqif akan tetap mengalir
walaupun suatu ketika ia telah meninggal dunia, selagi
benda waqaf itu masih ada dan bisa dimanfaatkan.
3. Waqaf merupakan salah satu sumbar dana yang sangat
penting manfaatnya bagi kehidupan agama dan ummat.
Antara lain untuk pembinaan mental spiritual, dan
pembangunan segi fisik.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 97
(12)
Produk Halal Dalam Islam

Pentingnya Produk Halal

Islam telah mengatur tentang makanan dan minuman


yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi  bagi seorang muslim.
Makanan yang boleh dikonsumsi disebut sebagai makanan halal,
dan sebaliknya adalah makanan haram. Makanan yang halal
ini dapat dilihat dari zatnya, cara mendapatkannya, dan proses
pengolahannya. Allah SWT berfirnan (Q.S. al-Mu’minuun [23]:
51):

‫اعلُ ْوا َصا ِل ًحـ‌ا ؕ ِا ِ ّ ۡن ِب َما تَ ۡع َملُ ۡو َن عَ ِل ۡ ٌي‬ َّ ‫يٰۤـ َايُّ َا ُّالر ُس ُل ُ ُك ۡوا ِم َن‬
َ ۡ ‫الط ِ ّي ٰب ِت َو‬
Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan
kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan (Q.S. al-Mu’minuun [23]: 51)
Maksud makanan yang baik-baik dalam ayat ini adalah makanan
yang halal lagi baik. Mengonsumsi makanan yang halal lagi baik
diperintahkan terlebih dahulu sebelum mengerjakan amal saleh.
Mengonsumsi makanan yang halal akan membantu kita untuk
melaksanakan amal saleh. Demikian pula, Allah Swt. melarang
kita mengonsumsi makanan yang kotor dan haram karena

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


98 Menuju Masyarakat Smart City Madani
itu akan berpengaruh negatif terhadap fisik, hati, dan akhlak
serta terhalangnya hubungan kita dengan Allah Swt., lahirnya
kegelisahan, tidak terkabulnya doa-doa, dan tertolaknya amal
ibadah.
’Aisyah pernah menceritakan bahwa Abu Bakar mempunyai
pembantu yang selalu menyediakan makanan untuknya.
Suatu kali, pembantu tersebut membawa makanan, lalu ia pun
memakannya. Setelah tahu bahwa makanan tersebut didapatkan
dengan cara yang haram, dengan serta-merta ia memasukkan jari
tangannya ke kerongkongan, kemudian ia muntahkan kembali
makanan yang baru saja masuk ke dalam perutnya.

Prinsip dalam Kehalalan Makanan


Islam telah menetapkan beberapa prinsip penting yang mengatur
masalah halal haram, khususnya yang terkait makanan dan
minuman, yaitu:
1. Makanan yang diperbolehkan adalah makanan yang halal lagi
baik
Alquran memuat sebanyak 27 kali perintah makan yang
terulang dalam berbagai konteks dan arti. Uniknya, ketika
berbicara tentang jenis makanan yang harus dikonsumsi,
Alquran selalu menekankan salah satu dari dua sifat, yaitu halal
dan thayyib. Bahkan, ada empat ayat yang menggandengkan
kedua sifat ini, yaitu dalam QS. al-Baqarah[2]: 168, QS. al-
Maa’idah[5]: 88, QS. al-Anfaal[8]: 69; dan QS. an-Nahl[16]:
144.
Andaipun terpisah (tidak digandengkan), kedua kata ini tetap
saling menguatkan. Misalnya, dalam QS. al-Baqarah[2];172,
Allah SWT berfirman:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 99
‫ٰ ٓ َييُّ َا َّ ِال ْي َن ٰا َمنُ ْوا ُ ُك ْوا ِم ْن َط ِ ّي ٰب ِت َما َر َز ْق ٰن ُ ْك َو ْاش ُك ُر ْوا ِ ٰ ّ ِل ِا ْن ُك ْن ُ ْت ِا َّي ُه‬
‫تَ ْع ُبدُ ْو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara
rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepada-
Nya kamu menyembah.”
Dalam ayat tersebut yang disebut hanya kata thayyib. Namun,
ayat ini sejatinya masih berhubungan dengan ayat sebelumnya
(QS. al-Baqarah[2]:168-171) yang berbicara tentang makanan
halal. Rangkaian kedua sifat ini menunjukkan bahwa makan
yang kita konsumsi harus memenuhi syarat halal dan
thayyib. Oleh karena itu, ada makanan yang statusnya halal,
tetapi tidak thayyib. Begitu juga sebaliknya, zatnya thayyib,
tetapi tidak halal. Terpenuhinya syarat halal dan thayyib ini
akan mendatangkan keberkahan pada makanan yang kita
konsumsi. Kata halal dalam bahasa Arab berasal dari kata
halla yang berarti ’lepas’ atau ’tidak terikat’. 
Secara terminologis, halal berarti ”hal-hal yang boleh dan
dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan
ketentuan-ketentuan yang melarangnya”. Selain itu, berarti
pula sebagai ”segala sesuatu yang bebas dari bahaya duniawi
dan ukhrawi”. Halal berarti pula “dibolehkannya sesuatu
oleh Allah Swt. berdasar suatu prinsip yang sesuai dengan
aturan-Nya”. Dengan demikian, makna halal menyiratkan
pula akan pentingnya semangat spiritual dalam memperoleh
dan mengonsumsi makanan. Para fuqaha membagi halal ini
ke dalam dua bagian, yaitu halal zat atau jenisnya dan halal
cara memperolehnya. Makanan yang halal dari segi zatnya
adalah semua makanan, kecuali bangkai (binatang yang
mengembuskan nyawanya tanpa disembelih secara sah,
kecuali ikan dan belalang), khamr (termasuk semua yang

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


100 Menuju Masyarakat Smart City Madani
memabukkan), babi dan turunannya, binatang buas dan
bertaring, binatang pemakan kotoran, darah yang mengalir,
dan sebagainya (QS. al-Baqarah [2]: 173). Sementara itu, halal
dari segi cara memperolehnya adalah setiap makanan yang
didapatkan dengan cara-cara yang dibenarkan agama, bukan
melalui cara-cara yang batil dan merugikan orang lain, seperti
mencuri, menipu, riba, dan sebagainya. Selain halal, Allah Swt.
mensyaratkan agar makanan yang kita konsumsi bernilai
thayyib. Kata thayyib sendiri berarti ’lezat’, ’baik’, ’sehat’,
’menenteramkan’ dan ’paling utama’.  Dalam konteks makanan,
kata thayyib berarti makanan yang tidak kotor dari segi zatnya
atau rusak (kadaluwarsa) atau bercampur benda-benda
najis dan diharamkan. Selain itu, ada yang mengartikannya
sebagai makanan yang dapat mengundang selera bagi yang
akan mengonsumsinya serta tidak membahayakan fisik serta
akalnya; dan ada juga yang mengartikan sebagai makanan
yang sehat, proporsional, dan aman. Dalam arti, makanan itu
baik, seimbang, dan sesuai untuk kesehatan tubuh. Karena
itu, sebuah makanan dikatakan thayyib apabila memiliki
setidaknya dua prasyarat.
Pertama, memiliki kandungan gizi yang cukup, dan kedua
aman serta sehat untuk dikonsumsi. Dengan memerhatikan
aspek halal dan thayyib tersebut, kita akan mendapatkan
keberkahan atau kebaikan yang melimpah dari makanan yang
kita konsumsi.
2. Dilarang makan dengan melampaui batas
Segala sesutu ada aturannya, ada takaran dan kapasitasnya.
Ketika kita melanggar aturan atau berbuat melebihi takaran
yang semestinya, kemudharatan dan kecelakaanlah yang
akan kita dapatkan. Hal ini berlaku pula dalam hal makan.
Allah Swt. telah mendesain perut kita sedemikian rupa,
termasuk kapasitas dan cara kerja. Karena itu, Rasulullah saw.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 101
memberikan teladan tentang cara memperlakukan perut kita
secara baik. Beliau bersabda, “Tidak ada satu tempat pun yang
dipenuhi Anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya.
Cukuplah bagi ia beberapa suap makanan saja, asal dapat
menegakkan tulang rusuknya” (H.R. Ahmad dan at-Tirmidzi).
Terlampau banyak makan akan menutup hati dan pikiran,
mendatangkan kemalasan, hilangnya sensitivitas, serta akan
memupuk egoisme. Yang tidak kalah ”menyeramkan”, terlalu
banyak makan berpotensi mendatangkan penyakit. Coba
kita urut penyakit-penyakit degeneratif yang ada sekarang.
Sebagian besar bersumber dari perut yang tidak diatur
dengan baik. Benar apabila ada yang mengatakan bahwa
“sumber segala penyakit adalah memasukkan makanan di
atas makanan”. Karena perut bisa menjadi “rumah penyakit”,
berpantang dan tidak berlebihan adalah pangkal segala
obat. Tidak melampaui batas berarti pula proporsional dan
seimbang. Baik menurut kita belum tentu baik menurut orang
lain. Baik bagi bayi belum tentu baik menurut orang dewasa.
Baik menurut orang sakit belum tentu baik menurut orang
sehat. Es jeruk itu baik bagi orang yang kekurangan vitamin
C, tetapi buruk bagi orang yang terkena serangan asma atau
sakit gigi. Daging kambing itu baik bagi orang yang kurang
darah, tetapi sangat berbahaya bagi penderita darah tinggi,
dan sebagainya. Seimbang artinya sesuai dengan kebutuhan,
tidak terlalu berlebihan atau berkekurangan, komposisi
gizinya mencukupi, tidak pula melampaui batas kewajaran.
Allah Swt. Berfirman:

ِ ْ ُ ‫اشبُوا َو َل ت‬
‫سفُوا ۚ �ن َّ ُه‬ ّ ِ ُ َ‫َي ب َ ِن � آ َد َم خ ُُذوا ِزينَتَ ُ ْك ِع ْند‬
َ ْ ‫ك َم ْسجِ ٍد َو ُ ُكوا َو‬
‫إ‬
ِ ْ ‫َل ُ ِي ُّب الْ ُم‬
‫سِف َني‬
”Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan” (QS. al-A’raaf[7]: 31).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


102 Menuju Masyarakat Smart City Madani
3. Jangan mengharamkan yang dihalalkan dan menghalalkan
yang diharamkan
Allah SWT Maha Mengetahui apa yang terbaik baik
hamba-hamba-Nya. Jika suatu makanan membahayakan
fisik, mengacaukan pikiran, dan membawa efek negatif
lainnya, niscaya Allah akan mengharamkannya, demikian
pula sebaliknya. Karena itu, terlarang bagi kita untuk
mengharamkan suatu makanan yang telah dihalalkan Allah
untuk kita konsumsi, kecuali ada dalil yang membenarkannya
atau alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
keshahihannya. Allah SWT berfirman:

‫الل لَ ُ ْك َو َل تَ ْع َتدُ وا ۚ � َّن‬ ِ ‫َي أ�يُّ َا َّ ِال َين � آ َمنُوا َل ُ َت ّ ِر ُموا َط ِ ّي َب‬
ُ َّ ‫ات َما أ� َح َّل‬
‫إ‬ ‫الل َل ُ ِي ُّب الْ ُم ْع َت ِد َين‬
َ َّ
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan
apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya, Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. al-
Maa’idah[5]: 87)

Makanan Halal Berdasarkan Komposisinya


Makanan yang halal tentu saja harus bebas terhindar dari
berbagai zat makanan haram di dalamnya. Tidak boleh ada
makanan haram seperti daging hewan babi, minyak babi,
alkohol, darah hingga bangkai di dalamnya. Sebaiknya, pilihlah
makanan yang halal dari bahan-bahan yang segar seperti sayur,
buah, nasi, tepung, ikan, telur serta daging hewan ternak yang
diperbolehkan layaknya kambing, domba, sapi dan ayam. Akan
tetapi perlu diketahui bahwasanya umat muslim juga tidak
diperbolehkan untuk memakan hewan buas dalam kategori

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 103
tertentu karena dikhawatirkan mengandung racun dan zat
berbahaya bagi tubuh di dalamnya. Bagi yang sering berbelanja
bahan makanan kemasan di supermarket atau toko-toko
terdekat, hendaknya selalu memperhatikan label sertifikasi halal
dari BPOM dan MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang tercantum
pada setiap bagian luar kemasan produk. Hal ini berguna untuk
menghindari sengaja mengkonsumsi makanan yang terdapat
kandungan haram di dalamnya.

Makanan Halal Berdasarkan Cara Memasaknya


Menyembelih hewan ternak tanpa mengucap kalimat basmallah
dan syahadat tentu saja akan menjadi haram hukumnya. Hal ini
sesuai dengan Alquran surat al-Baqarah[2]; 173:

ِ ّ ٰ ‫ِان َّ َما َح َّر َم عَلَ ْي ُ ُك الْ َم ْي َت َة َوادلَّ َم َولَ ْح َم الْ ِخ ْ ِنْي ِر َو َما ٓ ُا ِه َّل ِب ٖه ِلغ ْ َِي‬
‫الل ۚ فَ َم ِن اضْ ُط َّر‬
‫الل غَ ُف ْو ٌر َّر ِح ْ ٌي‬ َ ّ ٰ ‫غَ ْ َي َبغٍ َّو َل عَا ٍد فَ َلٓ ِا ْ َث عَلَ ْي ِه ۗ ِا َّن‬
“Sesungguhnya Allah mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan hewan yang ketika disembelih menyebut nama
selain Allah. Akan tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa
memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
melampaui batas maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya
Allah SWT maha pengampun lagi maha penyayang.”
Selain itu, juga perlu memperhatikan saat memasak makanan kita
dengan peralatan dapur. Bila sedang tinggal dengan saudara non
muslim di dalam rumah atau tempat tinggal lainnya. Hendaknya
jangan menggunakan dan mencampurkan peralatan yang sudah
digunakan untuk memasak makanan haram sebelumnya. Karena
dikhawatirkan sari dan zatnya masih tertinggal di peralatan
tersebut.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


104 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Makanan Halal Berdasarkan Cara Mendapatkannya
Rezeki yang baik akan mendatangkan manfaat yang baik pula.
Begitu halnya ketika mengkonsumsi makanan halal pastinya
juga akan memberikan ketenangan di dalam batin dan jiwamu.
Allah SWT melarang hamba-Nya untuk berbuat hal buruk demi
mendapatkan makanan. Maka setiap makanan yang dihasilkan
oleh kegiatan mencuri, menipu, bertengkar, korupsi adalah
haram hukumnya. 
Lebih baik kita menahan diri dan tetap melaksanakan perintah
Allah SWT dengan memakan makanan halal yang berharga
murah namun bergizi untuk mendapatkan berkah dan ridho
dari-Nya di setiap suapan yang ada.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 105
(13)
Fadhilah Membaca Alquran

Pengertian Alquran
Kata Qur’ân adalah mashdar (kata kerja yang dibendakan)
dari kata qara’a yang secara kebahasaan berarti bacaan. Dengan
demikian, secara kebahasaan Alquran adalah sesuatu yang
dibaca. Pemaknaan Alquran dengan bacaan atau sesuatu yang
dibaca sangatlah tepat, karena secara faktual Alquran lah satu-
satunya kitab suci yang paling banyak pembacanya di seluruh
dunia ini Semua orang, dari semua jenis kelamin dan usia, serta
dari berbagai disiplin ilmu dan ragam seni, tidak akan pernah
kehabisan semangat untuk membaca Alquran. Dari orang yang
masih terbatah-batah membaca Alquran hingga pakar yang
teramat sangat ahli dalam bidangnya masing-masing, merasakan
kenikmatan dalam dalam mempelajari Alquran. Di sinilah letak
kebenaran sabda Nabi SAW:

‫هللا عَ َل َخلْ ِق ِه‬ َ َ ‫هللا عَ َل س َائِ ِر ْال‬


ِ ‫ك ِم َكفَضْ ِل‬ َ َ
ُ ‫ك ُم‬
Keistimewaan Kalam Allah (Alquran) di atas semua kalam
(yang lain) adalah seperti keistimewaan Allah di atas semua
makhluk-Nya (H.R. ad-Darimi).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


106 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Secara terminologi Alquran adalah Kalam Allah yang
memiliki mukjizat, diturunkan kepada penutup para Nabi dan
Rasul, melalui perantaraan Malaikat Jibril AS, di tulis dalam
berbagai mushhaf, dinukilkan kepada kita secara mutawatir,
yang dianggap beribadah membacanya, dimulai dengan surat al-
Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas.

Alquran sebagai Pedoman


Alquran adalah wahyu Allah ( Q.S. al-A’raf (7): 2) yang
berfungsi sebagai mu’jizat bagi Rasulullah Muhammad saw
(Q.S. al-Isra’ (17): 88; Yunus (10): 38) sebagai pedoman hidup
bagi setiap Muslim (Q.S. al-Baqarah (2): 2; an-Nisa’ (4): 105; al-
Maidah (5): 49, 50; al-Jaatsiyat (45): 20) dan sebagai korektor
dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya
(al-Maidah (5): 48, 15; an-Nahl (16): 64 ), dan bernilai abadi.
Sebagai mu’jizat, Alquran telah menjadi salah satu sebab
penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah
ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi
masuknya orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-
masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Alquran adalah
firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi
ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi (al-A’raf (7): 158) yang
hidup pada awal abad ke enam Masehi (571 - 632 M). Diantara
ayat-ayat tersebut umpamanya : az-zumar (39): 6; al-An’am (6):
125; al-Mu’minun (23): 12,13,14; adz-Dzariyat (51): 49; Fushilat
(41): 11-41; al-Anbiya’ (21): 30-33; dan lain-lain.
Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan
sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba’.
Tsamud, ‘Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-
lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa Alquran

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 107
adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang
berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian
dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi,
berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi
kepada kita bahwa Alquran adalah wahyu Allah SWT. (ar-Rum
(30): 2,3,4; al-Maidaha (5): 14).
Bahasa Alquran adalah mu’jizat besar sepanjang masa,
keindahan bahasa dan kerapihan susunan katanya tidak dapat
ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa
yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari
gaya bahasa Alquran. Karena gaya bahasa yang demikian itulah
‘Umar bin Khattab masuk Islam setelah mendengar Alquran
awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul
Walid, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang
begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang
dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha
bujukan dan diplomasinya.
Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak
jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang
dibaca Nabi. Tepat apa yang dinyatakan Alquran, bahwa sebab
seorang tidak menerima kebenaran Alquran sebagai wahyu Ilahi
adalah salah satu diantara dua sebab, yaitu :
a. Tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh.
b. Tidak sempat mendengar dan mengetahui Alquran secara
baik (al-Mulk (67): 10, an-Nisa’ (4): 82).
Oleh Alquran disebut al-maghdhub (dimurkai Allah)
karena tahu kebenaran tetapi tidak mau menerima kebenaran
itu, dan disebut adh-dhollin (orang sesat) karena tidak
menemukan kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa Alquran itu
wahyu Allah, maka Alquran sendiri menantang setiap manusia
untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan Alquran (Q.S.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


108 Menuju Masyarakat Smart City Madani
al-Baqarah (2): 23-24, al-Isra’ (17): 88). Sebagai pedoman hidup,
Alquran banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-
prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara
manusia dengan Allah dan mahluq lainnya.
Didalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti:
beribadah langsung kepada Allah (al-Baqarah (2): 43, 183, 184,
196, 197; Hud (11): 114), berkeluarga (an-Nisa’ (4): 3, 4, 15, 19,
20, 25; al-Baqarah (2): 221; an-Nur (24): 32; al-Mumtahanah
(60): 10-11), bermasyarakat (an-Nisa’ (4): 58; al-Hujurat (49):
Yunus (10), 13; al-Mu’minun (23): 52; al-Anfal (8): 46; al-Baqarah
(2): 143), berdagang (al-Baqarah (2): 275, 276, 280; an-Nisa’ (4):
29), utang-piutang (al-Baqarah (2): 282), kewarisan (al-Baqarah
(2): 180; an-Nisa’ (4): 7-12, 176; al-Maidah (5): 106), pendidikan
dan pengajaran (Ali Imran (3): 159; an-Nisa’ (4): 9, 63; Lukman
(31): 13-19; asy-Syu’ara’ (26): 39-40), pidana (al-Baqarah (2):
178; an-Nisa’ (4): 92-93; al-Maidah (5): 38; Yunus (10): 27; al-
Isra’ (17): 33; asy-Syu’ara’ (26): 40), dan aspek-aspek kehidupan
lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan dapat sesuai
pada setiap tempat dan setiap waktu (al-A’raf (7): 158; Saba’
(34): 28; al-Anbiya’ (21): 107).
Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan seluruh
tata nilai tersebut dalam kehidupannya (al-Baqarah (2): 208;
al-An’am (6): 153; at-Taubah (9): 51). Dan sikap memilih
sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang Alquran
sebagai bentuk pelanggaran dan dosa (al-Ahzab (33): 36).
Melaksanakannya dinilai ibadah (an-Nisa’ (4): 69; an-Nur (24):
52; al-Ahzab (33): 71), memperjuangkannya dinilai sebagai
perjuangan suci (ash-Shaf (61): 10-13; at-Taubah (9): 41), mati
karenanya dinilai sebagai mati syahid (Ali Imran (3): 157, 169),
hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian
yang tinggi (an-Nisa’ (4): 100, Ali Imran (3): 195), dan tidak mau
melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir (al-
Maidah (5): 44, 45, dan 47).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 109
Sebagai korektor, Alquran banyak mengungkapkan
persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil,
dan lain-lain yang dinilai Alquran sebagai tidak sesuai dengan
ajaran Allah yang sebenarnya. Baik menyangkut segi sejarah
orang-orang tertentu, hukum-hukum,prinsip-prinsip ketuhanan
dan lain sebagainya. Sebagai contoh koreksi-koreksi yang
dikemukakan Alquran tersebut antara lain sebagai berikut.

Keutamaan Membaca Alquran


Alquran , sesuai dengan arti secara kebahasaan adalah
“bacaan”. Maka Alquran harus dibaca dan dipelajari oleh umat
Islam. Membacakan al-Quran merupakan salah satu perintah
Alah kepada Nabi SAW dalam firman-Nya:

‫ش ٍء َو أ� ِم ٍر ُت أ� ْن‬ ُّ ُ ‫�ن َّ َم� آ أ� ِم ْر ُت أ� ْن أ� ْع ُبدَ َر َّب َه ِذ ِه الْ َب ْ َل ِة َّ ِالي َح َّر َمهَا َو َ ُل‬
َْ ‫ك‬ ‫إ‬
َ ‫أ� ُك‬
‫ َو أ� ْن أ�تْلُ َوا الْ ُق ْر َء َان‬. ‫ون ِم َن الْ ُم ْس ِل ِم َني‬
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini
(Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-
lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri”. * Dan supaya aku membacakan
Alquran (kepada manusia). “. (QS. an-Naml:91-92)
Adapun di antara keutamaan membaca al-Qur`an dari
sunnah Rasulullah SAW adalah:
1. al-Qur`an memberi syafaat di hari kiamat: dari Abu Umamah
al-Bahili RA, ia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda:

َ ْ ‫ِا ْق َر ُؤ ْوا الْ ُق ْر� آ َن فَ�ن َّ ُه يَ�أ ِت ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة َش ِف ْي ًعا ِ َأل‬
‫صا ِب ِه‬
‫إ‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
110 Menuju Masyarakat Smart City Madani
“Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat
memberi syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membacanya,
mempelajari dan mengamalkannya).” HR. Muslim.
2. Pahala berlipat ganda: dari Ibnu Mas’ud rad, ia berkata,
‘Rasulullah SAW bersabda:

ِ ْ ‫هللا فَ َ ُل ِب ِه َح�سَنَ ٌة َوالْ َح�سَنَ ُة ِب َع‬


,‫ش أ� ْمث َا ِلهَا‬ ِ ‫َم ْن قَ َر أ� َح ْرفًا ِم ْن ِك َت ِاب‬
.‫َال أ� ُق ْو ُل أ�مل َح ْر ٌف َول ِك ْن أ� ِل ٌف َح ْر ٌف َو َال ٌم َح ْر ٌف َو ِم ْ ٌي َح ْر ٌف‬
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur`an maka
untuknya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipat gandakan
dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan ‘alif laam miim’
satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, laam satu huruf dan
miim satu huruf.” HR. At-Tirmidzi.
3. Dikumpulkan bersama para malaikat: dari Aisyah
radhiyallahu ‘anha, ia berkata, ‘Nabi Muhammad SAW
bersabda:

‫ َو َّ ِالي ي َ ْق َر أ� الْ ُق ْر� آ َن َويَتَتَ ْع َت ُع ِف ْي ِه‬,‫الس َف ِر ْال ِك َرا ِم الْ َ َب َر ِة‬َّ ‫املَا ِه ُر ِبلْ ُق ْر� آ ِن َم َع‬
‫َوه َُو عَلَ ْي ِه َش ٌّاق َ ُل أ� ْج َر ِان‬
“Orang yang membaca Alquran dan ia mahir dalam membacanya
maka ia dikumpulkan bersama para malaikat yang mulia lagi
berbakti. Sedangkan orang yang membaca al-Qur`an dan ia masih
terbata-bata dan merasa berat dalam membacanya, maka ia
mendapat dua pahala.” Muttafaqun ‘alaih

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 111
(14)
Puasa Mendidik Sifat Jujur

Pengertian

Jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya


benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur  adalah perkataan
dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk
dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan
benar, memberikan sesuatu yang benar atau sesuai dengan
kenyataan. Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur
lawannya dusta. Ada pula yang berpendapat bahwa jujur itu
tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus terang. Dengan
demikian kejujuran dapat dimaknai sebagai mengatakan sesuatu
dengan sebenar-benarnya. Definisi yang lain dari kejujuran ialah
berkata atau berbuat sesuatu dengan sebenar-benarnya, tidak
ada unsur kebohongan atau manipulasi didalamnya. Kejujuran
adakalanya dalam hal ucapan dan adakalanya dalam hal
perbuatan.
Dalam hal ucapan misalnya ia senantiasa berkata jujur
dalam berbicara. Dan dalam hal perbuatan misalnya dalam
berdagang ia tidak pernah mengurangi timbangan ketika
memberikan kembalian kepad aorang buta, ia berikan sesuai

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


112 Menuju Masyarakat Smart City Madani
dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang buta tersebut,
dan dalam hal perkantoran misalnya ia tidak pernah korupsi, ia
selalu melaporkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pekerjaannya sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Dalam
sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad Rasulullah
SAW bersabda:

‫وس َح َّدثَنَا ا ْب ُن لَهِي َع َة َح َّدثَنَا‬َ ‫الل َح َّدثَ ِن أ� ِب َح َّدثَنَا َح َس ُن ْب ُن ُم‬ ِ َّ ُ‫َح َّدثَنَا َع ْبد‬
‫صىل هللا‬- ‫الل‬ ِ َّ ‫الل ْب ِن َرا ِفع ٍ َع ْن أ� ِب ه َُرْي َر َة أ� َّن َر ُسو َل‬ ِ َّ ‫أ�بُو ا َأل ْس َو ِد َع ْن َع ْب ِد‬
‫الصدْ ُق‬ ِ ‫ قَا َل « َال َ ْي َت ِم ُع المي َ ُان َو ْال ُك ْف ُر ِف قَلْ ِب ا ْم ِرئٍ َو َال َ ْي َت ِم ُع‬-‫عليه وسمل‬
‫ِإ‬
»‫َو ْال َك ِذ ُب َ ِجيع ًا َو َال َ ْت َت ِم ُع الْ ِخ َيان َ ُة َوا َأل َمان َ ُة َ ِجيع ًا‬
Telah menceritakan kepadaku Abdullah telah menceritakan
kepadaku Ayahku telah menceritakan kepadaku Hasan
bin Musa telah menceritakan kepadaku Abu Aswad dari
Abdullah bin Rafi’dari Abi Hurairah r.a. bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda: tidak bisa berkumpul dalam
hati seseorang iman dan kufur dan tidak bisa berkumpul
bersama-sama sifat jujur dan sifat bohong dan tidak bisa
berkumpul bersama-sama safat khianat dan amanah.
Dari hadits diatas dapat kita ketehui bahwa antara sifat
jujur dan bohong tidak bisa berkumpul menjadi satu dalamk hati
seseorang bahkan kedua sifat tersebut sangatlah berlawanan
antara satu dengan yang lain sebagaimana sifat amanah dengan
khianat. Apabila kejujuran tidak ada dalam jiwa setiap individu
maka sikap manusia terhadap sesamanya semakin buas dan
garang, satu sama lain saling curiga, tidak ada rasa saling
percaya antara satu dengan yang lain, khususnya dalam hal
kekayaan. Kita tahu perdagangan merupakan pusat kegiatan
perekonomian yang dibangun atas rasa saling percaya diantara
para pelaku perdagangan . andaikata dalam dunia perdangan ini

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 113
tidak ada rasa saling percaya diantara para pelaku-pelakunya
maka akan terjadi resesi dan kemacetan kerja. Dari sinilah
muncul kesengsaraan hidup dan semakin sempit harapan untuk
bertahan hidup. Hal tersebut memang egois, sebab mana ada
orang yang berakal sehat mau menyerahkan hartanya kepada
orang yang tidak dapat dipercaya.
Sebab-sebab manusia berbuat kejujuran 
1. Mempunyai akal, karena dengan akal manusia bisa
mengetahui manfaat dari kejujuran dan bahaya dari
kebohongan, sehingga ia berbuat jujur.
2. Memiliki agama, karena agama memerintahkan pemeluknya
untuk berkat jujur dan melarang berkata bohong.
3. Memiliki sifat muru’ah, orang yang memiliki sifat muru’ah
tidak suka berkata bohong, tetapi ia lebih suka berkata jujur.
Dalam kitab shohih al-Bukhori, terdapat hadits yang
menerangkan tentang kejujuran.

‫َح َّدثَنَا ُعثْ َم ُان ْب ُن أ� ِب َشيْ َب َة َح َّدثَنَا َج ِر ٌير َع ْن َمنْ ُص ٍور َع ْن أ� ِب َوائِ ٍل َع ْن‬
‫ قَا َل « � َّن‬- ‫ صىل هللا عليه وسمل‬- ‫ َع ِن النَّ ِ ِ ّب‬- ‫ رىض هللا عنه‬- ‫الل‬ ِ َّ ‫َع ْب ِد‬
‫إ‬
‫ َو� َّن َّالر ُج َل ل َ َي ْصدُ ُق‬، ‫ َو� َّن الْ ِ َّب يَ ْ ِدى � َل الْ َجنَّ ِة‬، ‫الصدْ َق يَ ْ ِدى � َل الْ ِ ِّب‬ ِّ
‫إ‬ ‫إ‬
‫ إ َو� َّن الْ ُف ُج َور يَ ْ ِدى‬، ‫ َو� َّن إ ْال َك ِذ َب يَ ْ ِدى � َل الْ ُف ُج ِور‬، ‫ون ِص ِّديقًا‬ َ ‫َح َّت يَ ُك‬
ِ َّ َ‫ َح َّت يُ إ ْكتَ َب ِع ْند‬، ‫ َو� َّن َّالر ُج َل إ لَ َي ْك ِذ ُب‬، ‫� َل النَّ ِار‬
»‫الل إ َك َّذ ًاب‬
Telah berkata kepadaku Usman bin Abi Syaibah, telah
‫إ‬ ‫إ‬
berkata kepadaku Jarir dari Mansur dari Abi Wail dari
Abdillah r.a. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
kejujuran (kebenaran) itu akan membawa kepada

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


114 Menuju Masyarakat Smart City Madani
kebaikan, dan kebaikan itu akan membawa kesurga. Dan
seseorang yang jujur itu akan ditulis (ditetapkan) disisi
Allah sebagai seorang yang benar. Dan sesungguhnya
berbohong akan membawa kepada dosa (kejahatan)
dan dosa itu akan membawa pelakunnya ke neraka.
Sesungguhnya seseorang yang berbohong akan ditetapkan
disisi Allah sebagai pembohong.
Hadis diatas menjelaskan tentang kejujuran yang menun-
jukkan jalan kebaikan yaitu berbuat amal sholeh dengsn ikhlas
dan jauh dari celaan manusia dan kebaikan itu menunjukkan
jalan kesurga. Dan jika seseorang itu berbuat jujur pada setiap
perkara dan sifat jujur itu telah melekat padanya maka ia
tergolong orang-orang yang shiddiq dan ditetapkan pahalanya.
Untuk itu perbuataqn jujur (shiddiq) mencakup hal sebagai
berikut:
a. Jujur dalam berkata adalah harga yang begitu mahal untuk
mencapai kepercayaan orang lain. Orang yang dalam
hidupnya selalu berkata jujur, maka dirinya akan dipercaya
seumur hidup. Tetapi sebaliknya, jika sekali dusta, maka tak
akan ada orang yang percaya padanya. Orang yang selalu
berkata jujur, bukan hanya akan dihormati oleh manusia,
tetapi juga akan dihormati oleh Allah Swt. sebagaimana
firman-Nya:

‫الل َو ُقولُوا قَ ْوال َس ِديدً ا * يُ ْص ِل ْح لَ ُ ْك أ� ْ َعالَ ُ ْك‬


َ َّ ‫﴿ي أ�يُّ َا َّ ِال َين � آ َمنُوا ات َّ ُقوا‬
َ
﴾ ‫ول فَ َقدْ فَ َاز فَ ْو ًزا َع ِظميًا‬ َ َّ ِ ‫َوي َ ْغ ِف ْر لَ ُ ْك ُذنُوبَ ُ ْك َو َم ْن يُ ِطع‬
ُ َ ‫الل َو َر ُس‬
.]17 ،07 :‫[ا ألحزاب‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan
Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemena-

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 115
ngan yang besar.
b. Shidq Al-’Amal (jujur kala berbuat). Amal adalah hal
terpenting untuk meraih posisi yang paling mulia di surga.
Oleh karena itu, kita harus selalu mengikhlaskan setiap
amal yang kita lakukan. Dalam berdakwah pun, kita harus
menyesuaikan antara ungkapan yang kita sampaikan kepada
umat dengan amal yang kita perbuat. Jangan sampai yang
kita sampaikan kepada umat tidak sesuai dengan amal yang
kita lakukan sebab Allah Swt. sangat membenci orang-orang
yang banyak berbicara tetapi sedikit beramal.
ِ َّ َ‫ َك ُ َب َم ْقتًا ِع ْند‬. ‫ون‬
‫الل أ� ْن‬ َ ُ‫َي أ�يُّ َا َّ ِال َين � آ َمنُوا ِل َم تَ ُقول‬
َ ُ‫ون َما ال تَ ْف َعل‬
َ ُ‫تَ ُقولُوا َما ال تَ ْف َعل‬
‫ون‬
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
c. Shidq Al-Wa’d (jujur bila berjanji).
Janji membuat diri kita selalu berharap. Janji yang benar
membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-
was. Maka janganlah memperbanyak janji (namun tidak
ditepati) karena Allah Swt. sangat membenci orang-orang
selalu
yang mengingkari
selalu janjisebagaimana
mengingkari janji sebagaimana dalam
dalam firman-
firman-Nya:
Nya:

        

         

  


dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
116kamuMenuju
berjanji danCityjanganlah
kamu membatalkan
Masyarakat Smart Madani
sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan
dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji
dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu,
sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan
Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
d. Shidq Al-Haal (jujur dalam kenyataan).
Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan.
Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya.
Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam
jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup
berada di bawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita
harus hidup sesuai dengan keadaan diri kita sendiri. Dengan
bahasa yang sederhana, Rasulullah Saw. mengingatkan kita
dengan ungkapan, “Orang yang merasa kenyang dengan apa
yang tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua
pakaian palsu.” (H.R. Muslim). Dari ungkapan ini, Rasulullah
Saw. menganjurkan kepada umatnya untuk selalu hidup di
atas kenyataan dan bukan hidup dalam dunia yang semu.
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentu-
kan status dan kemajuan perseorangan dan msyarakat. Menegak-
kan prinsip kejujuran adalah salah satu sendi kemaslahatan
dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan antara satu
golongan dengan golongan yang lain. Hal ini yang terkandu8ng
dalam sabda Rasul:

‫رمح هللا امراء اصلح من لسانه و اقرص من عنانه والزم طريق احلق مقوهل‬
‫(رواه ابن عدي‬.‫ومل يعود اخلطل مفصهل‬
”Mudah-mudahan Allah akan merahmati orang-orang yang
memperbaiki lidahnya, memendekkan tali kekangnya,
melazimi perkataan-perkataannya dijalan kebenaran dan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 117
tidak membiasakan anggota-anggotanya berbuat tidak
benar”. (riwayat Ibn  ‘Adi)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


118 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(15)
Bersih Diri dan Lingkungan

Pengertian
Al-Quran dan Sunnah banyak menggunakan istilah-
istilah yang berkaitan dengan kebersihan atau kesucian. Dalam
al-Quran penggunaan istilah thaharah terulang sebanyak 31
kali dan tazkiyah sebanyak 59 kali. Sementara dalam hadis
dan ungkapan orang Arab dalam kehidupan sehari-hari selalu
menggunakan kata nazhafah. Hal ini dapat dilihat dalam suatu
ungkapan, “al-Nazhafatu min al-Iman (Kebersihan bagian dari
keimanan)”. Kebersihan merupakan ajaran penting dalam agama
Islam. Sehingga wajar jika wahyu-wahyu awal yang diturunkan
Allah SWT sudah membicarakan tentang kebersihan. kebersihan
amat berkaitan dengan ibadah kepada Allah SWT terutama
shalat. Sebab, salah satu syarat sah shalat adalah bersih badan,
pakaian dan tempat dari najis. Jika pakaian tidak bersih dari
najis, maka shalatnya tidak sah. Selain ibadah shalat, kebersihan
berkaitan erat dengan ibadah puasa, zakat, haji, dan menyentuh/
membaca Alquran. Sebab, puasa bertujuan untuk membersihkan
nafsu keduniaan yang tidak baik bagi perjalanan hidup manusia.
Bahkan secara zhahir, bagi wanita yang haid dan nifas, tidak

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 119
dibenarkan puasa sampai dia suci. Hanya bagi wanita yang
bersih dan suci dari haid dan nifas-lah yang diwajibkan berpuasa.
Begitu juga halnya bahwa suci menjadi syarat bagi ibadah haji,
sama halnya juga dengan keharusan suci dari hadas dan najis
bagi mereka yang akan menyentuh Alquran. Namun, menurut
Ibn Hajar al-Asqalani, bagi mereka yang dalam rangka belajar
dan mengajarkan Alquran, dibolehkan menyentuh Alquran
walaupun dalam kondisi berhadas.
Nabi Muhammad SAW sangat menekankan tentang
masalah kebersihan pakaian, badan, rumah, jalan-jalan, kebersi-
han gigi, tangan dan kepala. Islam sebagai agama sempurna
memerintahkan kepada pemeluknya untuk menjaga kebersihan.
Umat Islam diperintahkan untuk menjaga kebersihan badan,
tempat tinggal, dan lingkungan. Lingkungan yang bersih
menyebabkan penyakit enggan mendekat sehingga penghuninya
dapat terhindar dari penyakit. Dalam ajaran Islam, ada dua istilah
yang identik dengan kebersihan, al-Nazhafah dan al-thaharah.
Nazhafah biasa diartikan bersih sedangkan thaharah diartikan
suci. Pada dasarnya dua kata ini bersinonim dalam sintaksis
bahasa Indonesia, namun tidak demikian dalam bahasa Arab
(muradif) karena kata thaharah mengandung makna yang lebih
dari sekedar kebersihan karena mencakup kesucian lahiriah dan
bathiniah. Hal ini disebabkan dalam tradisi syari`at Islam kalimat
thaharah itu dimaksudkan sebagai bersuci dari hadats kecil
dengan cara berwudhu` dan bersuci dari hadats besar dengan
cara mandi wajib. Di samping itu dimaksudkan dengan kata
thaharah adalah membersihkan diri dari segala najis baik yang
bisa diindra seperti air kencing, darah, dan lainnya maupun dari
najis yang bathiniah, yakni dosa-dosa yang dilakukan anggota
tubuh. Dengan pembahasan thaharah sebagai kunci pembuka
dalam fiqh (hukumIslam), maka sesungguhnya Islam bermaksud
memperlihatkan kebersihan, kesempurnaan, keindahan dan
keagungan ajaran Islam dalam masalah yang sering diabaikan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


120 Menuju Masyarakat Smart City Madani
kebanyakan umat Islam. Pembicaraan syari`at cenderung
membatasi diri dalam hal taklif syari`at yang berkaitan dengan
amaliah terutama dalam lingkup ibadah, padahal kesempurnaan
ibadah terutama ibadah mahdhah (yang diatur tata cara- rukun
dan syarat - nya melalui syari`at tidak dapat terlepas dari kajian
tentang thaharah.
Makna yang terkandung dalam terminologi ‘kebersihan’
dalam Islam bahkan lebih komperhensif dibandingkan term
kebersihan dalam bahasa lain. Dalam Islam term kebersihan
mencakup kesucian lahir dan bathin. Kecintaan Allah terhadap
kebersihan bahkan mencakup kebersihan diri manusia dari
perbuatan-perbuatan dosa yang menodai hati dan menyebabkan
kerusakan pada diri manusia itu sendiri maupun orang lain dan
lingkungannya. Untuk itu disamping kebersihan jasmani, Allah
juga memerintahkan manusia untuk senantiasa bertobat dan
meminta ampunan-Nya sebagai wujud penyucian diri secara
rohaniah agar dapat lebih dekat dan dicintai Allah SWT. Allah
berfirman:

)222:‫الل ُ ِي ُّب التَّ َّواب َِني َو ُ ِي ُّب الْ ُم َت َطهِّ ِر َين(البقرة‬


َ َّ ‫� َّن‬
“…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat
‫إ‬
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri…”
Kebersihan juga merupakan bagian penting dari keimanan
yang merupakan hal mendasar dalam beragama. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa salah satu indikator dalam
mengukur keimanan seseorang adalah bagaimana perhatiannya
dalam menjaga kebersihan baik jasmani terlebih lagi kebersihan
rohaninya. Rasul SAW bersabda:

‫ الطهور‬:‫عن أ�يب ماكل ا ألشعري قال قال رسول هللا صىل هللا عليه وسمل‬
)‫ (رواه مسمل‬...‫شطر الإميان‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 121
“Dari Abi Malik al-Asy`ary Rasul SAW bersabda: Kebersihan
itu separuh dari keimanan….(H.R. Muslim)
Iman merupakan syarat seseorang dapat memperoleh
kenikmatan masuk ke dalam surga yang disediakan Allah.
Sedemikian eratnya keimanan dengan persoalan kebersihan
maka perintah menjaga kebersihan juga dikaitkan dengan janji
Allah terhadap orang-orang yang beriman tersebut. Hanya
orang-orang yang bersihlah yang dapat masuk ke dalam surga
Allah SWT. Rasul bersabda

‫عن عائشة قالت قال رسول هللا صىل هللا عليه وسمل الاسالم نظيف‬
‫فتنظفوا فانه ال يدخل اجلنة �إال نظيف رواه الطرباين‬
Dari Aisyah r.a. Rasul SAW bersabda: Islam adalah agama
yang bersih, maka hendaknya kamu menjadi orang yang
bersih, sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang
yang bersih
Dengan demikian bersuci dan bersih dalam ajaran Islam
adalah hal yang esensial dalam pembinaan manusia secara lahir
dan batin. Sikap menjaga kesucian dan kebersihan ini merupakan
dasar dalam pembentukan pribadi yang nantinya akan tercermin
dalam karakter suatu masyarakat secara lebih luas. Bila ada
pandangan bahwa thaharah hanya berkaitan dengan peribadatan
terutama shalat pada khususnya, maka dapat diyakinkan bahwa
hal ini adalah pandangan yang keliru dalam Islam.
Dalam suatu kasus misalnya Rasul melarang seseorang
untuk masuk mesjid yang nota bene adalah tempat berkumpulnya
masyarakat dan membentuk prilaku sosial, bila ia masih
mengeluarkan bau tidak sedap atau berpenampilan tidak baik
karena akan ikut merusak tatanan sosial yang dibina di masjid
tersebut. Jelas bahwa kewajiban bersuci bagi kaum muslimin
bukan hanya berorientasi peribadatan, akan tetapi rahasi

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


122 Menuju Masyarakat Smart City Madani
besar yang terkandung di balik itu adalah untuk membentuk
masyarakat dengan tatanan yang bersih dan rapi sebagai bagian
dasar dalam pembentukan masyarakat muslim.

Kebersihan Diri dalam Islam


Ajaran Islam mengajarkan kepada umatnya untuk
senantiasa menjaga kebersihan diri. Setidaknya ada enam macam
kebersihan diri yang harus dijalankan oleh umat Islam, yaitu:
1. Thaharah al-jasadiyah (membersihakan dan mensucikan
jasad). Mensucikan jasad dapat dikelompokkan pada dua
macam, yaitu: Pertama, membersihkan dan mensucikan
jasad dari najis. Najis terdiri dari tiga macam, yaitu: a).
Najis berat (mughallazhah), seperti jilatan anjing. Cara
mensucikan najis ini adalah dengan membasuhnya
sebanyak tujuh kali, salah satu diantaranya dengan tanah;
b). Najis pertengahan (mutawasithah) seperti kencing orang
dewasa. Cara mensucikannya adalah dengan membasuhnya
sampai bersih, sehingga hilang bau, warna dan rasanya; c).
Najis ringan (mukhaffafah) seperti kencing bayi laki-laki
yang belum makan apapun kecuali air susu ibunya. Cara
mensucikannya adalah dengan memercikkan air ke tempat
yang terkena najis tersebut.
Kedua, membersihkan dan mensucikan diri dari
hadas. Membersihkan dan mensucikan diri dari hadas dapat
dikelompokkan pada dua macam, yaitu: a). thaharah qubra
(bersuci dari hadas besar yang meliputi janabah, haid dan
nifas, dengan cara mandi wajib) dan thaharah sughra (bersuci
dari hadas kecil, seperti keluar angin dan yang disamakan
dengannya, dengan cara berwudhu’). Kedua jenis thaharah
ini disebut dengan thaharah hukmiyyah.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 123
2. Thaharah al-qalb (mensucikan hati) dari noda dosa
dan kemaksiatan. Ini menjadi penting, karena hati amat
menentukan bagi diri manusia. Nabi SAW. bersabda:

‫أ� َل َو� َّن ِف الْ َج َس ِد ُمضْ َغ ًة � َذا َصلَ َح ْت َصلَ َح الْ َج َسدُ ُكُّ ُه َو� َذا فَ َسدَ ْت‬
‫إ‬ ‫فَسدَ إ الْجسدُ ُكُّ ُه أ� َل و ِ إ‬
ُ‫ه الْ َقلْب‬
َ َ ََ َ
Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal
daging, bila dia baik maka baiklah seluruh jasad, bila dia
rusak maka rusaklah seluruh jasad. Itulah yang dinamakan
dengan qalb (hati) (H.R. Bukhari)
Untuk membersihkan hati tersebut dapat diupayakan
dengan bertaubat kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman-
Nya:
ِ َّ ‫َي أ�يُّ َا َّ ِال َين َءا َمنُوا تُوبُوا � َل‬
‫الل ت َْوب َ ًة ن َُصو ًحا َع َس َربُّ ُ ْك أ� ْن يُ َك ِفّ َر َع ْن ُ ْك‬
‫اتإ َ ْت ِري ِم ْن َتْتِ َا ْ َأ‬
ُ‫النْ َار‬ ٍ َّ ‫َس ِي ّئَا ِت ُ ْك َويُدْ ِخلَ ُ ْك َجن‬
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu
akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan
kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai
(Q.S. At-Tahrim (66): 88)
3. Thaharah an-Nafs (mensucikan nafsu (jiwa)) dari segala
dorongan untuk melakukan perbuatan keji dan maksiat.
Perintah untuk mensucikan nafsu ini ditegaskan Allah SWT.
dalam firman-Nya:
ْ‫ َوقَد‬.‫ قَدْ أ�فْلَ َح َم ْن َز َّكهَا‬.‫ فَ�ألْهَ َمهَا فُ ُج َورهَا َوتَ ْق َواهَا‬.‫َون َ ْف ٍس َو َما َس َّواهَا‬
‫َاب َم ْن د ََّساهَا‬
َ ‫خ‬
dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


124 Menuju Masyarakat Smart City Madani
dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya (Q.S. asy-Syams (91): 7-10)
4. Thaharah al-‘Amal, yaitu membersihkan dan mensucikan
segala perbuatan baik hanya ikhlas untuk Allah. Bila setiap
kebaikan dilakukan hanya karena Allah, maka dia akan
bernilai ibadah. Hal inilah yang dikehendaki Allah SWT.
melalui firman-Nya di bawah ini:

َ َّ ‫َو َما أ� ِم ُروا � َّل ِل َي ْع ُبدُ وا‬


‫الل ُم ْخ ِل ِص َني َ ُل ّ ِادل َين ُحنَ َف َاء‬
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
‫إ‬
dengan memurnikan (ikhlas) keta`atan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus (Q.S. al-Bayyinah (98): 5)
Bila jenis-jenis kebersihan di atas dijalankan dengan
baik, maka inilah yang menghantarkan pelakunya selamat
dari kebinasaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Nabi
SAW. bersabda:

‫الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل قَا َل أ� ْرب َ ٌع‬ ِ َّ ‫الل ْب ِن َ ْع ٍرو أ� َّن َر ُسو َل‬
ُ َّ ‫الل َص َّل‬ ِ َّ ‫َع ْن َع ْب ِد‬
‫يث‬ ٍ ‫يك فَ َل عَلَ ْي َك َما فَات ََك ِم ْن ادلُّ نْ َيا ِح ْفظُ أ� َمان َ ٍة َو ِصدْ ُق َح ِد‬ َ ‫� َذا ُك َّن ِف‬
‫إ َو ُح ْس ُن َخ ِلي َق ٍة َو ِعفَّ ٌة ِف ُطهْ ٍر‬
Dari Abdullah ibn Umar, bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Empat
hal yang jika ada pada dirimu, maka engkau akan terhindar dari
kebinasaan kehidupan dunia: memelihara amanah, berkata jujur,
berakhlak terpuji dan memelihara kesucian diri (H.R. Ahmad)
Hadis di atas secara tegas menyebutkan bahwa salah
satu upaya untuk menghindarkan diri dari kebinasaan dalam
kehidupan dunia adalah senantiasa menjaga kebersihan dan
kesucian diri.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 125
5. Thaharah al-I’tiqad (membersihkan dan mensucikan akidah).
Kebersihan dalam aspek ini adalah yang paling utama, yaitu
kebersihan aqidah dari syirik atau kekufuran. Jangan sampai
aqidah kita tidak bersih, baik kepada Zat Allah, Sifat Allah,
maupun perbuatan-Nya. Seringkali kita terjebak secara tidak
sadar dalam hal-hal kecil, dimana jika tidak kita pahami
secara i’tiqad maka hal-hal kecil itu dapat menjerumuskna
kita kepada syirik khafi (halus). Misalnya kita sering
mengatakan, secara tidak sadar : “ Ijazah inilah yang akan
mengubah nasibmu”, “Obat ini yang telah menyembuhkan
sakitku selama ini”, “Dokter telah memvonis bahwa hidupnya
tinggal 6 bulan lagi”, “Air minum ini dapat menghilangkan
hausmu”, ”Andaikan semalam mereka tidak lewat puncak,
pasti mereka tidak akan mengalami kecelakaan maut itu”
Atau kita sering bimbang dengan rizki kita, padahal
selama kita masih hidup Allah telah menjamin rizki kita. Atau
kita tidak yakin dengan ketentuan Allah, kita tidak redha
dengan apa yang Allah telah tentukan kepada kita.
Berkaitan dengan mensucikan akidah, maka
muwahhid (orang yang bertauhid) adalah orang yang suci
juga. Dengan demikian, kebalikannya yaitu orang-orang
yang tidak bertauhid adalah najis. Hal ini ditegaskan Allah
SWT dalam firman-Nya:

‫�إمنا املرشكون جنس فال يقربوا املسجد احلرام بعد عاهمم هذا‬
Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis (kotor jiwa),
karena itu janganlah mereka mendekati Masjidil Haram
setelah tahun ini (Q.S. at-Taubah (9): 28)
Sebaliknya orang beriman adalah suci jiwanya dengan akidah
yang benar. Tanah Mekah dan Madinah bagi umat Islam
adalah Tanah suci karena tidak boleh diinjak oleh orang kafir.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


126 Menuju Masyarakat Smart City Madani
6. Thaharah al-’Aql, membersihkan akal dari pemikiran
dan faham-faham yang sesat dan menyesatkan, seperti
sekularisme, leberalisme dan lain-lain. Sebab, suatu hal yang
berbahaya dalam pemikiran dan pendidikan sekuler yaitu
mengesampingkan Tuhan, Allah tidak dimasukkan dalam
setiap program pendidikan atau pendidikan tidak dikaitkan
dengan Yang Maha Pencipta. Walaupun yang dipelajari
perkara yang halal, akan tetapi bisa jadi hasilnya akan
menjadi haram bila Allah ditinggalkan atau dikesampingkan.
Sarana untuk membersihkan diri terdiri dari air dan tanah.
Air dapat digunakan untuk berwudhu’ atau mandi, sedangkan
tanah dapat digunakan untuk bertayamum, sebagai ganti air
untuk berwudhu’ atau mandi ketika tidak ditemukan air atau
ada uzur untuk menggunakan air tersebut.
Terkait dengan pentingnya kebersihan dalam ajaran Islam,
realitasnya sangat memprihatinkan, sekitar 1,1 milyar (16 %)
penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap air minum
dan 2,4 milyar (40 %) penduduk dunia tidak memiliki akses
terhadap sanitasi yang memadai. Padahal ketersediaan air bersih
terkait erat dengan masalah kesehatan, mengurangi kemiskinan,
berkurangnya angka kematian anak serta peningkatan kualitas
SDM. Bahkan tidak tersedianya air bersih seringkali menjadi
salah satu penyebab terbesar kematian penduduknya. Dalam
memenuhi kebutuhannya, setiap manusia memerlukan sekitar
100 liter air bersih/orang/hari. Sehingga kebutuhan air
secara nasional pada tahun 2003 mencapai 112,275 milyar
m³ dan diperkirakan pada tahun 2020 menjadi 127,7 milyar
m³. Peningkatan jumlah penduduk tentu akan meningkatkan
jumlah kebutuhan air. Padahal, karena penanganan yang kurang
memadai, maka sekitar 70 % dari air yang tersedia harus diolah
terlebih dahulu sebeum dapat digunakan kembali. Pembiayaan
yang dikeluarkan oleh dinia untuk mengolah air limbah saat ini
adalah sekitar US $ 14 juta dan itu pun masih jauh dari distribusi
yang merata dan mencukupi.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 127
Dengan curah hujan Indonesia yang berkisar antara 2000-
4000 mm/th, seharusnya tidak akan kekurangan air bersih.
Namun kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, kerusakan
lingkungan serta faktor-faktor lain menyebabkan kita mengalami
kekeringan pada musim kemarau dan kebanjiran pada musim
hujan. Pada tahun 2003 saja, diketahui bahwa defisit air di pulau
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara adalah sebesar 13,4 milyar m³.
Konversi dan alih fungsi lahan, kerusakan hutan dan
lahan, pencemaran air akibat industri, pertanian dan domestik
adalah sebagian penyebab menurunnya kualitas air. Dari data
tahun 2005, diketahui bahwa sebagian besar sungai, situ dan
danau di Indonesia yang menjadi sumber air telah mengalami
pencemaran dan kerusakan lingkungan dari tingkat ringan
sampai berat. Ironisnya, disadari atau tidak, seringkali kita
memboroskan air dalam kehidupan sehari-hari. Padahal Nabi
SAW pernah bersabda: “Tiada kebaikan dalam pemborosan,
dan tiada pemborosan dalam kebaikan” dan “gunakanlah
air secukupnya, cukup membasuh anggota wudhu’ tiga kali,
walaupun anda berwudhu’ di sungai yang mengalir” serta
“sesungguhnya orang-orang yang boros adalah saudara-saudara
setan”. Dalam riwayat lain Nabi SAW pernah ditanya oleh seorang
tentang cara berwudhu’. Setelah Nabi SAW mempraktekkan
berwudhu’ dengan cara tiga kali-tiga kali, Nabi bersabda: Inilah
cara berwudhu’. Siapa yang melebihhi dari tiga kali-tiga kali
dalam berwudhu’, maka dia telah melakukan perbuatan buruk,
mubazir dan zhalim (H.R. Ahmad, an-Nasa’I dan Ibn Majah).
Berdasarkan dua riwayat di atas dapat disimpulkan bahwa Nabi
SAW mengajarkan pola hidup hemat dalam menggunakan air,
sekalipun ketika itu air berlebih-lebih.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


128 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(16)
Mentaati Keputusan Pemimpin

Pengertian Pemimpin (Ulil Amri)


Ulil Amri adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mengurus kepentingan-kepentingan umat. Ketaatan kepada Ulil
Amri (Pemimpin) merupakan suatu kewajiban umat, selama
tidak bertentangan dengan nash yang zahir. Adapun masalah
ibadah, maka semua persoalan haruslah didasarkan kepada
ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. Pengertian Ulim Amri dalan
konteks bahasan Indonesia diterjemahkan dengan pemimpin.
Dalil Mentaati Ulil Amri
Kewajiban Menaati Pemimpin dalam Kebajikan Ketaatan
kepada pemimpin adalah suatu kewajiban sebagaimana
disebutkan dalam Alquran dan Hadits sangat banyak sekali.
Dalil di dalam Alquran di antaranya adalah firman Allah SWT
berfirman:

‫اي أ�هيا اذلين �آمنوا أ�طيعوا هللا و أ�طيعوا الرسول و أ�ويل ا ألمر منمك ف�إن‬
‫تنازعمت يف يشء فردوه �إىل هللا والرسول �إن كنمت تؤمنون ابهلل واليوم‬
‫الآخر ذكل خري و أ�حسن ت�أويال‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 129
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah 
dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya” (QS. Al-Nisa’[4]: 59)
Allah SWT menjadikan ketaatan kepada pemimpin pada
urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Namun,
untuk pemimpin di sini tidaklah datang dengan lafazh perintah
“taatilah” karena ketaatan kepada pemimpin merupakan ikutan
(tâbi’) dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, apabila seorang pemimpin
memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka
tidak ada lagi kewajiban mendengar dan taat kepada mereka
Dalil-dalil ketaatan kepada pemimpin meskipun mereka zalim di
dalam hadis:

‫ض ِم ّ ِي َع ْن أ�بِي ِه قَا َل َس�أ َل َسلَ َم ُة ْب ُن يَ ِزيدَ الْ ُج ْع ِف ُّي‬ َ ْ ‫َع ْن عَلْ َق َم َة ْب ِن َوا ِئ ٍل الْ َح‬
‫الل أ� َر أ�يْ َت � ْن قَا َم ْت عَلَ ْينَا‬ ِ َّ ‫الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل فَ َقا َل َي ن ِ ََّب‬ ُ َّ ‫الل َص َّل‬ ِ َّ ‫َر ُسو َل‬
‫إ‬
‫أ� َم َرا ُء ي َْس�ألُونَ َحقَّه ُْم َوي َ ْمنَ ُعونَ َحقَّنَا فَ َما تَ�أ ُم ُرنَ فَ�أع َْر َض َع ْن ُه ُ َّث َس�أ َ ُل فَ�أع َْر َض‬
‫اس ُعوا‬ َ ْ ‫َع ْن ُه ُ َّث َس�أ َ ُل ِف الثَّا ِن َي ِة أ� ْو ِف الث َّا ِلثَ ِة فَ َج َذب َ ُه ْال َْأش َع ُث ْب ُن قَيْ ٍس َوقَا َل‬
‫َ“و أ� ِطي ُعوا فَ�ن َّ َما عَلَيْ ِ ْم َما ُ ِ ّحلُوا َوعَلَ ْي ُ ْك َما ُ ِ ّحلْ ُ ْت‬
Abu Hunaidah (wail) bin Hudjur RA berkata: Salamah binti Yazid
‫إ‬
Al Ju’fi bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
Ya Rasulullah, bagaimana jika terangkat di atas kami kepala-
kepala yang hanya pandai menuntut haknya dan menahan hak
kami, maka bagaimanakah anda memerintahkan pada kami ?
Pada mulanya beliau mengabaikan pertanyaan itu, hingga beliau
ditanya yang kedua kalinya atau ketiga kalinya, maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menarik Al Asy’ats bin Qois dan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


130 Menuju Masyarakat Smart City Madani
bersabda: Dengarlah dan taatlah kamu sekalian (pada mereka),
maka sesungguhnya di atas mereka ada tanggung jawab /
kewajiban atas mereka sendiri dan bagimu ada tanggung jawab
tersendiri.” (HR Muslim)

‫الل َص َّل‬ ِ َّ ‫َو َر َوى ِهشَ ا ُم ْب ُن ُع ْر َو َة َع ْن أ� ِب َصا ِل ٍح َع ْن أ� ِب ه َُرْي َر َة أ� َّن َر ُسو َل‬
‫الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل قَا َل‬:
ُ َّ { ‫يك الْ َف ِاج ُر‬ ْ ُ ‫ َوي َ ِل‬، ‫يك الْ َ ُّب ب ِ ِِّب ِه‬ْ ُ ‫يك ب َ ْع ِدي ُو َل ٌة فَ َي ِل‬
ْ ُ ‫�سَ َي ِل‬
‫ فَ� ْن � ْأح�سَ ُنوا فَلَ ُ ْك‬، ‫ك َما َوافَ َق الْ َح َّق‬ ّ ِ ُ ‫اس ُعوا لَه ُْم َو أ� ِطي ُعوا ِف‬ َ ْ َ‫ ف‬، ‫ِب ُف ُج ِور ِه‬
‫إ‬
‫ َو� ْن أ� َسا ُءوا فَلَ ُ ْك َوعَلَيْ ِ ْم‬، ‫َولَه ُْم‬
Sepeninggalku nanti ada pemimpin-pemimpin yang akan
‫إ‬
memimpin kalian, pemimpin yang baik akan memimpin dengan
kebaikannya dan pemimpin yang fajir akan memimpin kalian
dengan kefajirannya. Maka dengarlah dan taatilah mereka pada
perkara-perkara yang sesuai dengan kebenaran saja. Apabila
mereka berbuat baik maka kebaikannya adalah bagimu dan
untuk mereka, jika mereka berbuat buruk maka bagimu (untuk
tetap berbuat baik) dan bagi mereka (keburukan mereka). (HR
Bukhari Muslim)
Bila pemimpin memerintahkan kepada maksiat maka tidak
ada kewajiban mendengar dan taat. Rasulullah SAW bersabda:
ِ ‫الطاعَ ُة ِف الْ َم ْع ُر‬
‫وف‬ َّ ‫ �ن َّ َما‬،‫َال َطاعَ َة ِف َم ْع ِص َي ٍة‬
Tidak ada kewajiban taat dalam rangka bermaksiat (kepada
‫إ‬
Allah). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan
maksiat).” (HR. Bukhari No. 7257)
Rasulullah SAW juga bersabda:

‫ فَ� َذا أ� ِم َر‬، ‫ َما لَ ْم يُ ْؤ َم ْر ِب َم ْع ِص َي ٍة‬، ‫ ِفميَا أ� َح َّب َو َك ِر َه‬، ‫عَ َل الْ َم ْر ِء الْ ُم ْس ِ ِل‬
‫إ‬
‫ِب َم ْع ِص َي ٍة فَ َال َ ْس َع َو َال َطاعَ َة‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 131
Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara
yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk
bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak
ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari No. 7144)
Menghindari fitnah dan pertumpahan darah harus
dihindari. Karenanya kita harus memperhatikan kewajiban
mendengar dan taat kepada penguasa. Bila kita tidak menaati
mereka, maka akan terjadi kekacauan, pertumpahan darah dan
terjadi korban pada kaum muslimin. Ingatlah bahwa darah kaum
muslimin itu lebih mulia daripada hancurnya dunia ini.

Sikap Masyarakat kepada Pemimpin


Suatu masyarakat haruslah ada pemimpinnya, baik itu
seorang yang pantas maupun tidak pantas untuk memimpin.
Adanya pemimpin akan sangat berpengaruh kepada keamanan
rakyat dan stabilitas negara. Jika bangsa aman, maka rakyat
akan dapat beribadah dengan tenang. Tujuh puluh tahun berada
dibawah pemimpin yang zalim lebih baik daripada satu malam
tanpa pemimpin.
Namun sering kali jika yang memimpin tidak sesuai dengan
kehendak, kemudia terasa berat untuk mentaatinya, sekalipun
dalam hal yang ma’ruf. Maka sikap ini tidaklah sesuai dengan
etika islam. Karena itu hendaknya setiap muslim mengetahui
adab terhadap pemimpin agar menjadi rakyat yang diridhai
Allah SWT. Diantara etika terhadap pemimpin adalah:
1. Mendoakan pemimpin
Seseorang yang mendoakan kejelekan bagi penguasa maka ia
adalah pengikut hawa nafsu. Bila seseorang mendoakan kebaikan
bagi penguasa, maka ketahuilah bahwa ia adalah muslim yang
baik,

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


132 Menuju Masyarakat Smart City Madani
2. Menghormati dan memuliakannya
Rasulullah SAW bersabda: Penguasa adalah naungan Allah
di bumi. Barangsiapa yang memuliakannya maka Allah akan
memuliakan orang itu, dan barangsiapa yang menghinakannya,
maka Allah akan menghinakan orang tersebut.” (HR. Ahmad dan
al-Tirmidzi)
3. Mendengar dan taat
Perintah untuk menaati pemimpin sangat banyak, sekalipun
pemimpin tersebut sewenang-wenang, Diantaranya hadis
Abdullah bin Ummar, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “”Wajib
bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat tatkala senang
maupun benci. Jika disuruh kepada maksiat, maka tidak boleh
mendengar dan taat.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
4. Menasehati dan meluruskan pemimpin dengan rahasia
Etika ini hendaknya diperhatikan bagi yang ingin menasehati
pemimpin, sebagaimana Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang
ingin menasejati pemimpin maka janganlah ia memulai dengan
terang-terangan, namun hendaknya ia ambil tangannya, kemudia
bicara empat mata. Jika diterima maka itulah (yang diharapkan),
jika tidak maka ia telah melaksanakan kewajibannya.” (HR.
Ahmad dan al-Thabrani)
Imam Malik mengatakan, “ Merupakan kewajiban bagi seorang
muslim yang telah diberikan Ilmu oleh Allah dan pemahaman
untuk menemui penguasa, menyuruh mereka dengan kebaikan,
mencegahnya dari kemungkaran, dan menasehatinya. Sebab,
seorang alim menemui penguasa hanya untuk menasehatinya,
dan jika itu telah dilakukan maka termasuk keutamaan di atas
keutamaan.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 133
5. Membantunya
Rakyat wajib membantu pemimpinnnya dalam kebaikan,
sekalipun haknya dikurangi. Karena menolongnya akan
membuat agama dan kaum muslimin menjadi kuat, lebih-lebih
kalau ada sebagian rakyat yang ingin meneror dan memberontak
kepadanya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi
kalian, ingin mematahkan kekuatan kalian atau memecah belah
kalian, sedangkan kalian mempunyai pemimpin, maka bunuhlah.”
(HR. Muslim)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


134 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(17)
Nuzul Al-Qur’an

Pengertian Nuzul Qur’an


Secara bahasa, Nuzulul Qur’an berasal dari kata Nuzul
(‫ )نزول‬yang berarti turun dan Qur’an (‫ )القرآن‬yaitu nama kitab
suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi, secara
bahasa Nuzulul Qu’an berarti turunnya Alquran kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang kita maksud dengan Nuzul Qur’an di sini
adalah peristiwa turunnya Alquran pertama kalinya yang dibawa
oleh malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW.
Waktu Nuzul Qur’an
Para ulama semuanya sepakat bahwa Alquran diturunkan
kepada Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan ketika beliau
berada di gua Hira’ sebagaimana dijelaskan dalam ayat:

‫ت ِم ْن ْال ُهدَى‬ ِ َّ‫آن ُهدًى ِللن‬


ٍ ‫اس َوبَ ِيّنَا‬ ِ ُ ‫ضانَ الَّذِي أ‬
ُ ‫نز َل ِفي ِه ْالقُ ْر‬ َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ
ِ َ‫َو ْالفُ ْرق‬
‫ان‬
Artinya: “bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 135
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil).” (QS al-Baqarah (2): 185).
Walaupun demikian mereka berbeda pendapat mengenai waktu
atau tanggal terjadinya nuzulul qur’an, hal ini disebabkan karena
tidak ada keterangan yang resmi atau yang mendasari mengenai
waktu tepatnya nuzulul qur’an. Ada yang meriwayatkan
nuzulul qur’an terjadi pada tanggal 17 Ramadhan, ada pula
yang mengatakan tanggal 21 Ramadhan , dan ada juga yang
mengatakan tanggal 23 dan 24 Ramadhan.
Peringatan nuzulul qur’an yang dilakukan oleh umat Islam
Indonesia pada tanggal 17 Ramadhan didasarkan pada salah
satu riwayat yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya ”al-
Bidayah wa an Nihayah” dari al-Waqidiy dari Abu Ja’far al- Baqir
yang mengatakan bahwa awal diturunkannya wahyu kepada
Rasulullah SAW adalah pada hari Senin tanggal 17 Ramadhan
ketika nabi berumur 40 tahun. Wahyu pertama yang diturunkan
itu adalah surah al-‘Alaq ayat 1-5 yang dibawa oleh malaikat Jibril
ketika Nabi berada di gua Hira’:

.‫ ا ْق َر أ� َو َرب ُّ َك َأال ْك َر ُم‬.‫ َخلَ َق ال َنس َان ِم ْن عَلَ ٍق‬.‫س َرب ّ َِك َّ ِالي َخلَ َق‬ ِ ْ ‫ا ْق َر أ� ِب‬
‫ِإ‬
‫ عَ َّ َل ال َنس َان َما لَ ْم ي َ ْع َ ْل‬.‫َّ ِالي عَ َّ َل ِبلْ َق َ ِل‬
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
‫ِإ‬
Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS al-‘Alaq (96):
1-5).
Namun bila kita lihat dalam surat al-Qadar, Allah
menyatakan bahwa Alquran diturunkan pada malam Qada
(lailatul Qadar): “‫ ”إِنَّا أَنزَ ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ِة ْالقَدْر‬artinya: “Sesugguhnya Kami

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


136 Menuju Masyarakat Smart City Madani
telah menurunkannya (Alquran) pada malam Qadar.” (QS al-
Qadar (97): 1). Dan jika kita merujuk kepada hadis-hadis yang
berkenaan dengan lailatul Qadar, maka akan kita jumpai bahwa
itu terjadi pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan: ‫سوهَا‬ ْ
ُ ‫«الت َِم‬
» َ‫ضان‬ ‫م‬ ‫ر‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫اخ‬
َ َ َ ِ ِ ِ َ ‫و‬َ ‫أل‬‫ا‬ ‫ر‬ ْ
‫ش‬
ِ َ ‫ع‬ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ ‫ف‬
ِ , artinya: “Carilah ia (lailatul Qadar itu)
pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan!” (HR Abu Daud).
Oleh karena itu, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfury
dalam bukunya al-Rahiq al-Makhtum menyimpulkan bahwa
Nuzulul Qur’an jatuh pada tanggal 21 Ramadhan. Namun Imam
Ahmad menukil riwayat bahwa Alquran diturunkan pada tanggal
24 Ramadhan:

ِ ْ ‫ َو‬،‫ص ُف � ْب َرا ِه ْ َي ِف أ� َّولِ لَ ْي َ ٍل ِم ْن َر َمضَ َان‬


َ ْ ‫الِإن ْي ُل ِلثَ َال َث ع‬
‫َش َة‬ ُ ُ ‫أ� ْن ِزلَ ْت‬
‫إ‬
.‫ان‬ ِ ْ ‫هللا الْ ُق ْر� آ َن ِ َأل ْربَع ٍ َو ِع‬
َ َ‫شْي َن َخلَ ْت ِم ْن َر َمض‬ ُ ‫ َو أ� ْن َز َل‬،‫َخلَ ْت ِم ْن َر َمضَ َان‬
Artinya: “Diturunkan Shuhuf Nabi Ibrahim pada malam
pertama bulan Ramadhan, dan Injil diturunkan pada hari ketiga
belas Ramadhan, dan Allah menurunkan Alquran pada hari yang
kedua puluh empat Ramadhan.” (HR Ahmad).
Terlepas dari perbedaan riwayat yang menimbulkan
perbedaan pandangan dalam menetapkan tanggal berapa
turunnya Alquran, ada beberapa kewajiban yang harus kita
lakukan terhadap Alquran:
Kewajiban Kita Terhadap Alquran
1. Mengimani al-Quran
Selaku umat Islam kita wajib mengimani Alquran dan
ini merupakan salah satu daripada rukun iman yang enam. Allah
SWT berfirman:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 137
‫ك � آ َم َن ِب َّ ِلل َو َم َالئِ َك ِت ِه َو ُك ُت ِب ِه‬ َ ُ‫ول ِب َما أ�ن ِز َل �لَ ْي ِه ِم ْن َ ِرب ّ ِه َوالْ ُم ْؤ ِمن‬
ٌّ ُ ‫ون‬ ُ ‫� آ َم َن َّالر ُس‬
‫إ‬
‫َو ُر ُس ِ ِل َال ن ُ َف ّ ِر ُق ب َ ْ َي أ� َح ٍد ِم ْن ُر ُس ِ ِل َوقَالُوا َ ِس ْعنَا َو أ� َط ْعنَا ُغ ْف َران ََك َربَّنَا َو�لَ ْي َك‬
‫إ‬ .‫الْ َم ِص ُري‬
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan):
“Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan
yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami
dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya
Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS al-
Baqarah (2): 285)
2. Membaca dan Mempelajari Alquran
Setelah mengimaninya kita berkewajiban membaca
dan mempelajarinya, mulai dari belajar baca-tulis Alquran
sampai mempelajari isi dan kandungannya, agar kita dapat
menjadikannya sebagai pedoman hidup sehari-hari.

َ ‫نت تَدْ ُر ُس‬


‫ون‬ َ َ‫ون ْال ِكت‬
ْ ُ ‫اب َو ِب َما ُك‬ َ ‫ُكونُوا َر َّب ِن ّي َِني ِب َما ُك ْن ُ ْت تُ َع ِل ّ ُم‬
Artinya: “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,
karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya.” (QS al-Imran (3): 79)
Oleh karena itu, mari kita hidupkan halaqah-halaqah
tadarrus Alquran, bukan hanya sekadar membacanya saja, tetapi
juga mempelajari isi dan kandungannya.
3. Mengajarkan Alquran
Kita tidak hanya berkewajiban mempelajari Alquran,
tetapi juga berkewajiban mengajarkannya kepada anak

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


138 Menuju Masyarakat Smart City Madani
cucu kita sebagai generasi penerus umat ini. Bila kita tidak
mampu melakukannya secara individual maka kita serahkan
pengajarannya kepada guru-guru yang kompeten dalam
mengajarkannya. Dan mengajarkan Alquran ini adalah kewajiban
kolektif bagi umat Islam. Harus ada yang melakukannya,
kalau tidak maka semuanya akan berdoasa. Rasulullah SAW
َ ‫ ” َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم ْالقُ ْرآنَ َو‬artinya: “orang yang paling
mengatakan: “ُ‫علَّ َمه‬
baik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan
mengajarkannya kepada orang lain.” (HR al-Bukhari & Muslim)
4. Mengamalkan dan Mengikuti Petunjuk Alquran
Alquran diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk
bagi umat manusia, untuk itu kita wajib mengikuti petunjuk yang
telah ditetapkan di dalamnya.

َ ‫ات َّ ِب ُعوا َما أ� ْن ِز َل �لَ ْي ُ ْك ِم ْن َ ِربّ ُ ْك َو َال تَت َّ ِب ُعوا ِم ْن ُدوِن ِه أ� ْو ِل َي َاء قَ ِلي ًال َما ت ََذكَّ ُر‬
‫ون‬
Artinya: “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
‫إ‬
dan janganlah kamu mengikuti selain-Nya sebagai pemimpin.
Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (QS
al-A’raf (7): 3)
5. Menjaga dan membela Alquran
Kewajiban selanjutnya adalah menjaga dan membela
Alquran, antara lain: Pertama, dari penyimpangan penafsirannya
sehingga melenceng dari maksud dan tujuan Alquran itu sendiri.
Kedua, menjaga dan membela Alquran dari orang-orang yang
memperolok-olokkannya atau menghinanya.
ِ ِ ‫وض َونَلْ َع ُب ُق ْل أ� ِب َّ ِلل َو� آ َي ِت ِه َو َر ُس‬
ْ ُ ‫ول ُك‬
‫نت‬ ُ ‫َولَ ِئ َس�ألْتَ ُ ْم لَ َي ُقولُ َّن إ�ن َّ َما ُكنَّا َ ُن‬
ْ ُ ‫ ال تَ ْع َت ِذ ُروا قَدْ َك َف ْر ُ ْت ب َ ْعدَ إ�ميَا ِن ُ ْك �إن ن َّ ْع ُف َعن َطائِ َف ٍة ِ ّم‬. ‫ون‬
‫نك‬ ْ َ‫ت‬
َ ‫�ستَ ْ ِز ُء‬
‫ن ُ َع ِّذ ْب َطائِ َف ًة ِب�أنَّ ُ ْم َكنُوا ُم ْج ِر ِم َني‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 139
Artinya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa
yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab,
“Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-
main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan
Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta
maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan
segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan
mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-
orang yang selalu berbuat dosa.” (QS at-Taubah (9): 65-66).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


140 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(18)
Menjauhi Sifat Rakus Dunia

Pengertian Rakus

Serakah secara bahasa disebut juga tamak. Sedang


menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu
berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengaki-
batkan adanya dosa besar. Rakus atau tamak berasal dari bahasa
arab Al-Hirshu atau Ath-Thama’u yaitu suatu sikap yang tidak
pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang
seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikan hak-hak orang lain.
Hal ini, termasuk kebalikan dari rasa cukup (Al-Qonaa’ah) dan
merupakan akhlak buruk terhadap Allah, karena melanggar
ketentuan larangan-Nya.
Tamak terhadap harta dunia merupakan salah satu
penyakit hati yang sangat membahayakan kehidupan manusia.
Tamak adalah sikap rakus terhadap harta dunia tanpa melihat
halal dan haramnya. Tamak bisa menyebabkan timbulnya sifat
dengki, permusuhan, perbuatan keji, dusta, curang, dan bisa
menjauhkan pelakunya dari ketaatan, dan lain-lain. Ibnu al-Jauzi
rahimahullah berkata, “Jika sifat rakus dibiarkan lapas kendali
maka ia akan membuat seseorang dikuasai nafsu untuk sepuas-

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 141
puasnya. Sifat ini menuntut terpenuhinya banyak hal yang
menjerumuskan seseorang ke liang kehancuran.”1
Dampak buruk dari sifat tamak, bisa membuat seseorang
melakukan segala cara yang diharamkan demi mendapatkan
harta yang diinginkan, seperti korupsi, suap, curang, riba,
mengurani timbangan, berbohong, menipu, merampok, bisa pula
nekat melakukan ritual-ritual syirik, dan lain-lain.

‫هللا َص َّل‬
ِ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬: ‫ال ا َألن َْص ِار ِ ّي قَا َل‬ٍ ِ ‫الت ِم ِذ ُّي َع ْن َك ْع ِب ْب ِن َم‬
ْ ّ ِ ‫َر َوي‬
‫ َما ِذئْ َب ِان َجائِ َع ِان أ� ْر ِس َال ِف غَ َ ٍن ِب�أفْ َسدَ لَهَا ِم ْن ِح ْر ِص‬: ‫الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل‬
ُ َّ
‫الش ِف ِ ِلي ِن ِه‬
َ َّ ‫الْ َم ْر ِء عَ َل الْ َمالِ َو‬
Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka’ab ibn Malik al-
Anshari radhiallahu anhu, beliau berkata: Rasulallah
shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah dua ekor
srigala yang lapar dikirimkan pada seekor kambing itu
lebih berbahaya daripada tamaknya seseorang pada harta
dan kedudukan dalam membahayakan agamanya.” (HR. al-
Tirmidzi, beliau berkata: Hadits hasan shahih)
Tamak merupakan sifat cinta dunia. Sifat tamak
mendatangkan banyak kerusakan, baik kerusakan pribadi,
keluarga, masyarakat dan yang terbesar adalah kerusakan yang
menimpa keagamaan seseorang disebabkan dunia lebih dicintai
dari segalanya. Para ulama berkata: Cinta dunia itu pangkal
segala kesalahan dan pasti merusak agama ditinjau dari berbagai
sisi:

1
Ibnu al-Jauzi, Terapi Spiritual; Agar Hidup Lebih Baik dan Sembuh dari Segala Penyakit
Batin, Jakarta: Zaman, Cetakan I, 2010Hlm.25

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


142 Menuju Masyarakat Smart City Madani
1. Mencintai dunia akan mengakibatkan mengagungkan-
nya, padahal di sisi Allah Ta’ala dunia sangat remeh.
Adalah suatu dosa terbesar mengagungkan sesuatu yang
dianggap remeh.
2. Allah Ta’ala telah melaknat, memurkai dan membenci
dunia, kecuali yang ditunjukan kepada-Nya.
3. Orang yang cinta dunia pasti menjadikan tujuan akhir
dari segalanya. Ia pun berusaha semampunya akan
mendapatkannya.
4. Mencintai dunia akan menghalangi seorang hamba dari
aktivitas yang bermanfaat untuk kehidupan di akherat. Ia
akan sibuk dengan apa yang dicintainya.
5. Mencintai dunia menjadikan dunia sebagai harapan
terbesar seorang hamba.
6. Pecinta dunia adalah manuia dengan adzab yang paling
berat. Mereka disiksa di tiga negeri, di dunia, di barzakh
dan di akherat.
7. Orang yang rindu dan cinta kepada dunia sehingga ia
mengutamakannya dari pada akherat adalah amakhluk
yang paling bodoh, dungu dan tidak berakal.
Ciri-ciri orang yang tamak terhadap harta antara lain:
1. Terlalu mencintai harta yang dimiliki.
2. Terlalu semangat mencari harta tanpa memperhatikan
waktu dan kondisi tubuh.
3. Terlalu hemat dalam membelanjakan harta.
4. Merasa hemat untuk mengeluarkan harta demi
kepentingan agama dan social.
5. Mendambakan kemewahan dunia.
6. Tidak memikirkan kehiduan akhirat.

Ketamakan terhadap harta hanyalah akan menghasil-kan


sifat buas, laksana serigala yang terus mengejar dan memangsa
buruannya walaupun harta itu bukan haknya. Fitrah manusia
memang sangat mencintai harta kekayaan dan berhasrat keras

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 143
mendapatkannya sebanyak mungkin dengan segala cara dan
usaha. Untuk menghindari sifat tamak dapat dilakukan dengan
selalu meminta pertolongan Allah supaya dijauhkan dari sifat
serakah, sederhana dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
hemat dalam biaya hidup, jangan merasa cemas berlebihan
terhadap kejadian di masa datang, puas terhadap apa yang
dimiliki meneladani orang-orang yang mulia yang mampu
menjauhi sifat serakah, dan melihat orang yang keadaannya
lebih miskin. Rasulallah shallallahu alaihi wasallam pernah
mengkhabarkan bahwa sifat tamak yaitu cinta dunia tidak
pernah mengenal kata puas.

‫ َي أ�يُّ َا‬:‫ول‬ ُ ‫َر َوي ْال ُبخ َِار ُّي َع ِن ا ْب ِن ُّالزب َ ْ ِي عَ َل الْ ِم ْن َ ِب ِب َمكَّ َة ِف خ ُْط َب ِت ِه ي َ ُق‬
‫ لَ ْو أ� َّن ا ْب َن � آ َد َم أ�ع ِْط َي َوا ِد ًي‬:‫ول‬
ُ ‫النَّ ُاس � َّن النَّ ِ َّب صىل هللا عليه وسمل َك َن ي َ ُق‬
‫إ‬
‫ َو َال ي َُس ُّد‬، ‫َم أًل ِم ْن َذه ٍَب أ� َح َّب �لَ ْي ِه َث ِن ًيا َولَ ْو أ�ع ِْط َي َث ِن ًيا أ� َح َّب �ل َ ْي ِه َث ِلثًا‬
‫إ‬ ‫آ َّ إ‬
‫الل عَ َل َم ْن تَ َب‬ َُّ ‫وب‬ ‫ت‬ ‫ي‬
ُ ُ َ َ ُ ‫الت‬
‫و‬ ‫اب‬ َ ُّ ‫َج ْو َف ا ْب ِن � َد َم �ال‬
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu al-Zubair tatkala di
‫إ‬
atas mimbar di Mekah dalam kubtahnya, beliau berkata;
Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Nabi shallallahu
alaihi wasallam pernah bersabda, “Seandainya anak
keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas
niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika
diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan
lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat
rongga anak Adam selain tanah, dan Allah menerima
taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Al-
Bukhari No.6438)
Hadits ini menunjukan bagaimana tamaknya manusia
terhadap dunia yang tidak menganal rasa puas. Hadits ini juga,
mengandung makna celaan bagi orang yang tamak terhadap

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


144 Menuju Masyarakat Smart City Madani
harta dunia. Kecintaan terhadap harta dunia bisa membuat
seseorang terlena dari perjalanan hidup yang abadi di akherat.
Semangat mengumpulkan harta bisa menjadi sebab lalai dari
ketaatan kepada Allah Ta’ala karena hati menjadi sibuk dengan
dunia daripada akhirat. Dampak buruk dari sifat tamak, bisa
membuat seseorang melakukan segala cara yang diharamkan
demi mendapatkan harta yang diinginkan, seperti korupsi,
suap, curang, riba, mengurani timbangan, berbohong, menipu,
merampok, bisa pula nekat melakukan ritual-ritual syirik, dan
lain-lain. Hal ini digambarkan Rasulullah SAW dalam hadisnya:

‫هللا َص َّل‬
ِ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬: ‫ال ا َألن َْص ِار ِ ّي قَا َل‬ٍ ِ ‫الت ِم ِذ ُّي َع ْن َك ْع ِب ْب ِن َم‬
ْ ّ ِ ‫َر َوي‬
‫ َما ِذئْ َب ِان َجائِ َع ِان أ� ْر ِس َال ِف غَ َ ٍن ِب�أفْ َسدَ لَهَا ِم ْن ِح ْر ِص‬: ‫الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل‬
ُ َّ
‫الش ِف ِ ِلي ِن ِه‬
َ َّ ‫الْ َم ْر ِء عَ َل الْ َمالِ َو‬
Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka’ab ibn Malik al-Anshari
radhiallahu anhu, beliau berkata: Rasulallah shallallahu
alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah dua ekor srigala yang
lapar dikirimkan pada seekor kambing itu lebih berbahaya
daripada tamaknya seseorang pada harta dan kedudukan
dalam membahayakan agamanya.” (HR. al-Tirmidzi, beliau
berkata: Hadits hasan shahih)
Berkaitan dengan hadits di atas, Ibnu Rajab rahima-
hullah berkata, “Ini adalah permisalan yang agung yang
diumpamakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam bagi
kerusakan agama seorang muslim akibat rakus terhadap harta
dan kedudukan dunia dan bahwa kerusakannya tidak lebih berat
dari rusaknya kambing yang dimangsa oleh dua ekor serigala
lapar.” Oleh karena itu, Allah Ta’ala mengingatkan bahwa harta
itu adalah ujian, harta merupakan di antara fitnah terbesar
ummat Rasulallah sebagaimana sabda beliau:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 145
‫الل عَلَ ْي ِه‬
ُ َّ ‫ َ ِس ْع ُت النَّ ِ َّب َص َّل‬: ‫الت ِم ِذ ُّي َع ْن َك ْع ِب ْب ِن ِع َي ٍاض قَا َل‬ ْ ّ ِ ‫َر َوي‬
‫ك أ� َّم ٍة ِف ْتنَ ًة َو ِف ْتنَ ُة أ� َّم ِت الْ َم ُال‬ ُ ‫َو َس َّ َل ي َ ُق‬
ِّ ُ ‫ � َّن ِل‬: ‫ول‬
Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka’ab ibn Iyadh, ia berkata:
‫إ‬
Saya telah mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda, “Sesungguhnya masing-masing ummat itu
memiliki fitnah (bahan ujian) dan fitnah ummatku adalah
harta.” (HR. al-Tirmidzi)
Mengingat bahayanya penyakit tamak dalam kehidupan
manusia, diperlukan obat Tamak dan Hubbun Dunya yang terdiri
dari tiga unsur yaitu sabar, ilmu, dan amal. Secara keseluruhan
terangkum dalam hal-hal berikut ini.
Pertama, Ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam
membelanjakan harta.
Kedua, Jika seseorang bisa mendapatkan kebutuhan yang
mencukupinya, maka dia tidak perlu gusar memikirkan masa
depan, yang bisa dibantu dengan membatasi harapan-harapan
yang hendak dicapainya dan merasa yakin bahwa dia pasti akan
mendapatkan rezeki dari Allah. Jika sebuah pintu rezeki tertutup
baginya, sesungguhnya rezeki akan tetap menunggunya di pintu-
pintu yang lain.
Ketiga, Hendaklah dia mengetahui bahwa qana`ah itu
adalah kemuliaan karena sudah merasa tercukupi, dan dalam
kerakusan dan tamak itu ada kehinaan karena dengan kedua sifat
tersebut, dia merasa tidak pernah cukup. Barangsiapa yang lebih
mementingkan hawa nafsunya dibandingkan kemuliaan dirinya,
berarti dia adalah orang yang lemah akalnya dan tipis imannya.
Keempat, kesadaran bahwa menumpuk harta itu bisa
menimbulkan dampak yang kurang baik. Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wa sallam bersabda:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


146 Menuju Masyarakat Smart City Madani
‫أ�ن ُْظ ُروا � َل َم ْن أ� ْس َف َل ِمنْ ُ ْك َو َال تَ ْن ُظ ُروا � َل َم ْن ه َُو فَ ْوقَ ُ ْك فَ�أن َّ ُه أ� ْجدَ ُر أ� ْن‬
‫إ‬ ِ ‫َال تَ ْزد َُر إوا ِن ْع َم َة‬
‫هللا عَلَ ْي ُ ْك‬
“Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat
orang yang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak
bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat yang Allah
limpahkan kepada kalian.” (Hadits riwayat Muslim)
Apabila penyakit tamak dapat dihindari maka akan
tumbuh sifat bersyukur, ikhlas, rendah diri, pemurah dan jujur.
Ironinya orang tamak tidak pernah merasakan dirinya sebagai
hamba-Nya. Sebaliknya, mereka menjadi hamba kepada dunia
dan bertuhankan nafsu. Mereka mempertaruhkan seluruh
usaha untuk mengejar bayang kemewahan dunia. Sebab itu,
orang tamak biasanya takut akan mati. Mereka cinta dunia dan
senantiasa mengejar kemewahan hidup. Sabda Rasulullah SAW:
“Hari kiamat telah hampir dan manusia masih lagi bertambah
tamak kepada dunia dan bertambah jauh daripada Allah.” (Hadits
Riwayat Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 147
(19)
Ketentuan dan Fadhilah I’tikaf

Pengertian I’tikaf
I’tikaf menurut bahasa artinya berdiam diri dan menetap
dalam sesuatu. Sedang pengertian i’tikaf menurut istilah
dikalangan para ulama terdapat perbedaan. Al-Hanafiyah (ulama
Hanafi) berpendapat i’tikaf adalah berdiam diri di masjid yang
biasa dipakai untuk melakukan shalat berjama’ah, dan menurut
asy-Syafi’iyyah (ulama Syafi’i) i’tikaf artinya berdiam diri di
masjid dengan melaksanakan amalan-amalan tertentu dengan
niat karena Allah. Majelis Tarjih dan Tajdid dalam buku Tuntunan
Ramadhan menjelaskan I’tikaf adalah aktifitas berdiam diri di
masjid dalam satu tempo tertentu dengan melakukan amalan-
amalan (ibadah-ibadah) tertentu untuk mengharapkan ridha
Allah.
I’tikaf disyariatkan berdasarkan al-Quran dan al-Hadits.
a. Alquran surat al-Baqarah (2): 187.

‫اشبُوا َح َّت ي َ َتبَيَّ َ لَ ُ ُك‬ َ ْ ‫هللا لَ ُ ْك َو ُ ُكوا َو‬ ُ ‫شوه َُّن َوابْ َت ُغوا َما َك َت َب‬ ُ ِ ‫فَ ْا َلآ َن َب‬ …
ِ ّ ‫الْ َخ ْيطُ ْا َألبْ َي ُض ِم َن الْ َخ ْيطِ ْا َأل ْس َو ِد ِم َن الْ َف ْج ِر ُ َّث أ� ِت ُّموا‬
‫الص َيا َم � َل الل َّ ْي ِل َو َال‬
‫إ‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
148 Menuju Masyarakat Smart City Madani
‫هللا فَ َال تَ ْق َربُوهَا َك َذ ِ َل‬ َ ْ ‫ون ِف الْ َم َس ِاج ِد ِت‬
ِ ‫ل ُحدُ و ُد‬ َ ‫اشوه َُّن َو أ�ن ُ ْْت عَا ِك ُف‬ ُ ِ ‫تُ َب‬
َ ‫هللا َ� آ َي ِت ِه ِللنَّ ِاس ل َ َعلَّه ُْم يَتَّ ُق‬
.‫ون‬ ُ ‫يُ َب ِ ّ ُي‬
Artinya:   …maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa
yang   ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hinggga
terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,
(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka jangan
kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.” [QS. al-Baqarah
(2):187]
Ayat lain yang menyebutkan kata I’tikaf dan ini dikaitkan
dengan keharusan membersihkan masjid yang menjadi tempat
I’tikaf adalah firman Allah SWT yang berbunyi:

         

         

   


dan(ingatlah),
dan (ingatlah), ketika
ketika KamiKami menjadikan
menjadikan rumah iturumah itu
(Baitullah)
(Baitullah)
tempat tempat
berkumpul berkumpul
bagi bagitempat
manusia dan manusia dan
yang tempat
aman. dan
Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat.
yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim dan telah
Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah
tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada
rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang
Ibrahim
ruku’ dansujud”
dan yang Ismail: "Bersihkanlah
(QS. Al-Baqarah rumah-Ku untuk
(2): 125)
orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan
b. Hadits riwayat Aisyah ra:
yang sujud" (QS. Al-Baqarah (2): 125)
‫ش ْا َأل َوا ِخ َر ِم ْن َر َمضَ َان‬
َ َ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل َك َن ي َ ْع َت ِك ُف ْال َع‬
ُ ‫أ� َّن النَّ ِ َّب َص َّل‬
b. Hadits riwayat Aisyah ra:
]‫[رواه مسمل‬ .‫هللا ُ َّث ا ْع َت َك َف أ� ْز َوا ُج ُه ِم ْن ب َ ْع ِد ِه‬ ُ ‫َح َّت ت ََوفَّا ُه‬
َّٝ‫عبَْ َدز‬
َ َِ ‫اخ َش ِِ ْٓ َس‬ َ ْ
ِ َٚ ‫ف اٌ َعش ََش األ‬ ْ
ُ ‫َ ْعزَ ِى‬٠ َْ‫عٍ َُ َوب‬ َّ َّ
َ َٚ ِٗ ١ْ ٍَ ‫ هللاُ َع‬ٍٝ‫ص‬ َ ٟ َ
َّ ‫أ َّْ إٌَّ ِج‬
]ٍُ‫ِغ‬ ‫ ُجُٗ ِِ ْٓ ثَ ْع ِذ‬MUBAROK
ٖ‫ا‬ٚ‫ [س‬.ِٖ SYAHRUL
RAMADHAN ‫ا‬َٚ ‫ف أص‬ْ َ ُ
َ ‫فَّبُٖ هللاُ ص َُّ ا ْعزَ َى‬َٛ َ ‫ر‬
Artinya: “Bahwa Nabi saw Menuju melakukanMasyarakat Smarti’tikaf City Madanipada149 hari
kesepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, (beliau
melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau
Artinya: “Bahwa Nabi saw melakukan i’tikaf pada hari kesepuluh
terakhir dari bulan Ramadhan, (beliau melakukannya) sejak
datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri
beliau melakukan i’tikaf setelah beliau wafat.” [HR. Muslim]
Berdasarkan ayat dan hadis di atas dapat dipahami bahwa
i’tikaf adalah kegiatan mulia yang bernilai ibadah yang sangat
dianjurkan dilakukan di masjid. I’tikaf yang sifatnya harian
banyak dicontohkan oleh Rasul setelah shalat subuh guna
menunggu datangnya waktu dhuha. Adapun i’tikaf yang banyak
menguras tenaga dan waktu sangat banyak dilakukan di sepuluh
terakhir ramadhan.

Rukun dan Syarat I’tikaf


1. Niat yang ikhlas, hal ini karena semua amal sangat tergantung
pada niatnya.
2. Berdiam di masjid (QS Al-Baqoroh : 187). Disini ada dua
pendapat ulama tentang Masjid tempat I’tikaf . Imam Malik
membolehkan I’tikaf di setiap Masjid, sedangkan ulama
Hanabilah mensyaratkan agar I’tikaf itu dilaksanakan di
masjid yang dipakai untuk shalat jama’ah dan atau shalat
jum’at, sehingga orang yang I’tikaf dapat selalu melaksanakan
shalat jama’ah dan tidak perlu meninggalkan tempat
I’tikafnya menuju masjid lain untuk shalat jum’at. Pendapat
ini dikuatkan oleh para ulama Syafi’iyah bahwa yang afdhol
yaitu I’tikaf di Masjid jami’, karena Rasulullah SAW I’tikaf
di Masjid jami’. Lebih afdhol lagi bila dilaksanakan di salah
satu dari tiga masjid; masjid al-Haram, masjid Nabawi atau
masjid Aqsho.
Untuk sahnya i’tikaf diperlukan beberapa syarat, yaitu;
1. Orang yang melaksanakan i’tikaf beragama Islam
2. Orang yang melaksanakan i’tikaf sudah baligh, baik laki-

PUASA RAMADHAN
150 Syahrul Mubarok Menuju Masyarakat Smart City Madani
laki maupun perempuan
3. I’tikaf dilaksanakan di masjid, baik masjid jami’ maupun
masjid biasa
4. Orang yang akan melaksanakan i’tikaf  hendaklah
memiliki niat i’tikaf
5. Orang yang beri’tikaf tidak disyaratkan puasa. Artinya
orang yang tidak berpuasa boleh melakukan i’tikaf

I`tikaf di Bulan Ramadhan


Di dalam Islam, seseorang bisa beri’tikaf di masjid kapan
saja, namun dalam konteks bulan Ramadhan, maka dalam
kehidupan Rasulullah Saw, I’tikaf itu dilakukan selama sepuluh
hari terakhir. Diantara rangkaian ibadah-ibadah dalam bulan
suci ramadhan yang sangat dipelihara sekaligus diperintahkan (
dianjurkan ) oleh Rasulullah SAW adalah I’tikaf. I`tikaf merupakan
sarana muhasabah dan kontemplasi yang efektif bagi muslim
dalam memelihara dan meniingkatkan keislamannya, khususnya
dalam era globalisasi, materialisasi dan informasi kontemporer
Para Ulama telah berijma’ bahwa I’tikaf khususnya 10
hari terakhir bulan Ramadhan merupakan suatu ibadah yang
disyariatkan dan disunnahkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah
SAW sendiri senantiasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama
10 hari . A’isyah, Ibnu Umar dan Anas ra meriwayatkan: “ adalah
Rasulullah SAW beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan
“ (HR. Bukhori dan Muslim)
Hal ini dilakukan oleh beliau hingga wafat, bahkan pada
tahun wafatnya beliau beri’tikaf selama 20 hari. Demikian pula
halnya dengan para shahabat dan istri Rasulullah Saw senantiasa
melaksanakan ibadah yang amat agung ini. Imam Ahmad berkata:
“Sepengetahuan saya tak seorangpun ulama mengatakan I’tikaf
bukan sunnat”.

PUASA RAMADHAN
Syahrul Mubarok Menuju Masyarakat Smart City Madani 151
I’tikaf yang di syari’atkan ada dua macam :
- I’tikaf sunnah yaitu I’tikaf yang dilakukan secara sukarela
semata-mata untuk bertaqorrub kepada Allah seperti I’tikaf
10 hari terakhir Ramadhan.
- I’tikaf wajib yaitu yang didahului dengan Nadzar (janji),
seperti: “Kalau Allah SWT menyembuhkan sakitku ini, maka
aku akan beri’tikaf di masjid selama tiga hari“, maka I’tikaf
tiga hari itu menjadi wajib hukumnya.
Pada saat melakukan i’tikaf disunatkan untuk
memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT, seperti
shalat sunnah, membaca Alquran, tasbih, tahmid, tahlil, takbir,
istighfar, shalawat kepada Nabi Saw, do’a dan sebagainya.
Namun demikian yang menjadi prioritas utama adalah ibadah
– ibadah mahdhah. Bahkan sebagian ulama seperti Imam Malik,
meninggalkan segala aktivitas ilmiah lainnya dan berkosentrasi
penuh pada ibadah – ibadah mahdhah.
Dalam upaya memperkokoh keislaman dan ketaqwaan,
diperlukan bimbingan dari orang-orang yang ahli, karenanya
dalam memanfaatkan momentum I’tikaf bisa dibenarkan
melakukan berbagai kajian keislaman yang mengarahkan para
peserta I’tikaf untuk membersihkan diri dari segala dosa dan
sifat tercela serta menjalani kehidupan sesudah I’tikaf secara
lebih baik sebagaimana yang ditentukan Allah Swt dan Rasul-
Nya.
Orang yang beri’tikaf bukan berarti hanya berdiam diri
di masjid untuk menjalankan peribadatan secara khusus, ada
beberapa hal yang dibolehkan:
1. Keluar dari tempat I’tikaf untuk mengantar istri, sebagaimana
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap istrinya
Shofiyah ra. (HR. Bukhori Muslim).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


152 Menuju Masyarakat Smart City Madani
2. Menyisir atau mencukur rambut, memotong kuku,
membersihkan tubuh dari kotoran dan bau badan.
3. Keluar ke tempat yang memang amat diperlukan seperti
untuk buang air besar dan kecil, makan, minum, (jika tidak
ada yang mengantarkan), dan segala sesuatu yang tidak
mungkin dilakukan di masjid. Tetapi ia harus segera kembali
setelah menyelesaikan keperluannya.
4. Makan, minum dan tidur di masjid dengan senantiasa menjaga
kesucian dan kebersihan masjid

Hal-Hal Yang Membatalkan I’tikaf


Seseorang dipandang telah batal i’tikafnya apabila:
1. Meninggalkan masjid dengan sengaja tanpa keperluan,
meski sebentar, karena meninggalkan meninggalkan
masjid berarti mengabaikan salah satu rukun I’tikaf yaitu
berdiam di masjid.
2. Murtad (keluar dari agama Islam).
3. Hilang Akal, karena gila atau mabuk
4. Haidh.
5. Nifas.
6. Berjima’(bersetubuh dengan istri), tetapi memegang
tanpa nafsu (syahwat), tidak apa-apa sebagaimana yang
dilakukan Nabi dengan Istri-istrinya.
7. Pergi shalat Jum’at (bagi mereka yang membolehkan
I’tikaf di mushalla yang tidak dipakai shalat jum’at)

Keutamaan I’tikaf
I’tikaf disyariatkan dalam rangka mensucikan hati
dengan berkonsentrasi semaksimal mungkin dalam beribadah
dan bertaqorrub kepada Allah pada waktu yang terbatas tetapi

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 153
teramat tinggi nilainya. Jauh dari rutinitas kehidupan dunia,
dengan berserah diri sepenuhnya kepada Sang Kholik ( Pencipta
). Bermunajat sambil berdo’a dan beristighfar kepadaNya
sehingga saat kembali lagi dalam aktivitas keseharian dapat
dijalani secara lebih berkualitas dan berarti.
Ibnu Qoyyim berkata : I’tikaf disyariatkan dengan tujuan
agar hati beri’tikaf dan bersimpuh dihadapan Allah, berkhalwat
denganNya, serta memutuskan hubungan sementara dengan
sesama makhluk dan berkonsentrasi sepenuhnya kepada
Allah. Keutamaan i`tikaf di bulan Ramdhan antara lain untuk
mendapatkan lailatul qadar, bersama dengan Allah Azza wa Jalla
dan sebisa mungkin sedikit hubungan dengan banyak manusia
sehingga hatinya jinak dengan Allah SWT, memperbaiki hati,
memaksimalkan untuk ibadah: membaca Al-Quran, shalat,
berdoa dan berdikir, menjaga kualitas puasanya dari hawa
nafsu, meminimalisir dalam keduniaan dan mampu berinteraksi
dengan apa adanya.
Lebih jauh kemulian itikaf di masjid berimplikasi pada:
pertama, Orang yang mencintai tinggal di masjid dan mengetahui
kapasitas rumah Allah, dimana ini mempunyai nilai di sisi-Nya;
yaitu golongan yang dilindungi Allah di hari yang tidak ada
lindungan kecuali lindungan-Nya. Kedua, Orang yang tinggal
di masjid sambil menunggu shalat, menunggunya sama dengan
pahala mengerjakan shalat dan malaikat meminta ampunan
kepada Allah untuknya. Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya
malaikat mendoakan kalian selama di masjid dan dalam keadaan
suci; Ya Allah ampunilah dan kasihanilah......(HR. Bukhari).
Ketiga, Jauh dari kehidupan mewah dan zuhud dalam urusan
dunia. Keempat, Mengenyahkan kebiasaan-kebiasaan yang non
produktip. Kelima, Pembelajaran sabar yang terus-menerus,
sabar dari mengekang diri, makanan, istri, kasur empuk dan
banyak lagi.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


154 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(20)
Meraih Lailatul Qadr

Pengertian Lailatul Qadar


Lailatul Qadar adalah satu sebutan yang telah popular di
kalangan umat Islam. Sebutan ini terdiri dari dua suku kata, yaitu
kata lail yang artinya malam, dan kata al-qadar yang memiliki
beberapa makna, yaitu:
1. Penetapan dan pengaturan, sehingga malam lailatul qadr
adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup
manusia. Pendapat ini dikuatkan oleh penganutnya dengan
firman Allah SWT pada surat ad-Dukhan (44): 3, yang
artinya: sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan. Ada ulama memeahami penetapan
itu dalam batas setahun. Alquran yang turun pada malam
lailatul qadr diartikan bahwa pada malam itu Allah mengatur
dan menetapkan khiththah dan strategi bagi nabi-Nya,
Muhammad SAW, guna mengajak manusia kepada agama
yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan sejarah
perjalanan umat manusia, baik sebagai individu maupun
kelompok.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 155
2. Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia yang
tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam
turunnya Alquran serta karena ia menjadi titik tolak dari
segala kemuliaan yang dapat diraih.
3. Sempit. Malam itu adalah malam yang sempit karena
banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang
ditegaskan dalam surat al-Qadr (97): 4 yang artinya: Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Ketiga arti di atas pada hakikatnya dapat menjadi benar,
karena bukankah malam tersebut malam yang mulia, yang
bila dapat diraih maka ia menetapkan masa depan manusia,
dan bahwa pada malam itu malaikat-malaikat turun ke bumi
membawa kedamaian dan ketenangan.

Kehadiran Lailatul Qadr


Tidak adanya nash yang qath’i tentang kapan persisnya
datangnya lailatul qadr tersebut, menyebabkan munculnya
perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Adaapun pendapat-
pendapat tersebut adalah:
1. Lailat al qodr terjadi pada malam 17 Ramadhan, malam
diturunkannya Al Qur’an. Hal ini disampaikan oleh Zaid bin
Arqom, dan Abdullah bin Zubair ra. (HR. Ibnu Abi Syaibah,
Baihaqi dan Bukhori).
2. Lailat al qodr terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh
malam terakhir bulan Ramadhan. Diriwayatkan oleh
Aisyah dari sabda Rasululah SAW: “Carilah lailat al-qodr
pada malam-malam ganjil disepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan” (HR. Bukhori, Muslim dan Baihaqi)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


156 Menuju Masyarakat Smart City Madani
3. Lailat al qodr terjadi pada malam tanggal 21 Ramadhan,
berdasarkan hadits riwayat Abi Said al Khudri yang
diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.
4. Lailat al qodr terjadi pada malam tanggal 23 bulan
Ramadhan, berdasarkan hadits riwayat Abdullah bin Unais
al-Juhany yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.
5. Lailat al qodr terjadi pada malam tanggal 27 bulan Ramadhan,
berdasarkan hadits riwayat Ibnu Umar, seperti dikutip oleh
Ahmad. Dan seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah,
bahwa Umar bin al Khoththob, Hudzaifah serta sekumpulan
besar shahabat, yakin bahwa lailat al qodr terjadi pada
malam 27 bulan Ramadhan. Rasulullah SAW seperti
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, juga pernah menyampaikan
kepada shahabat yang telah tua dan lemah tak mampu qiyam
berlama-lama dan meminta nasehat kepada beliau kapan ia
bisa mendapatkan lailat al qodr, Rasulullah SAW kemudian
menasehati agar ia mencarinya pada malam ke 27 bulan
Ramadhan (HR. Thabroni dan Baihaqi).
6. Seperti difahami dari riwayat Ibnu Umar dan Abi Bakrah
yang dilaporkan oleh Bukhori dan Muslim, terjadinya lailat
al qodr mungkin berpindah-pindah pada malam-malam
ganjil sepanjang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Sesuai dengan informasi terakhir ini, dan karena langka dan
pentingnya lailat al qodr, maka selayaknya setiap muslim
berupaya selalu mendapatkan lailat al qodr pada sepanjang
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Keutamaan Malam Lailatul Qadr
1. Dia adalah malam diturunkannya Alquran, sebagaimana
firman Allah SWT:

. ‫�إان أ�نزلناه يف ليةل القدر‬


RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 157
”Sesungguhnya Kami menurunkannya (Alquran) pada
malam lailatul Qodar”(QS al-Qodar: 1)
2. Dia adalah malam yang berkah, sebagaimana firman Allah
SWT:

‫�إان أ�نزلناه يف ليةل مباركة‬


”Sesungguhnya Kami menurunkannya (Alquran) pada
malam yang penuh berkah”(QS ad-Dukhan: 3)
3. Allah menulis pada malam itu ketetapan-ketetapan dan
rizki-rizki selama satu tahun kedepan, sebagaimana firman-
Nya:

‫فهيا يفرق لك أ�مر حكمي‬


”Pada malam itu dijelaskan segala perkara yang penuh
hikmah.”(QS ad-Dukhan: 4)
4. Kelebihan ibadah pada malam itu melebihi ibadah pada
malam-malam selainnya, sebagaimana firman-Nya:

‫ليةل القدر خري من أ�لف شهر‬


”Malam lailatul Qodar itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS
al-Qodar: 3)
5. Malaikat pada malam itu turun ke dunia dengan membawa
kebaikan, berkah, rahmat dan pengampunan, sebagaimana
firman-Nya:

‫تزنل املالئكة والروح فهيا بإذن رهبم من لك أ�مر‬


”Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat
Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala
urusan.”(QS al-Qodar: 4)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


158 Menuju Masyarakat Smart City Madani
6. Malam itu terbebas dari kejahatan, dan melimpah di
dalamnya ketaatan, amal kebaikan dan kebajikan dan di
dalamnya banyak terdapat kesejahteraan dan keselamatan,
sebagaimana firman-Nya:

‫سالم يه حىت مطلع الفجر‬


”Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”(QS
al-Qodar: 5)
7. Pada malam itu ada pengampunan dosa bagi yang
menghidupkan malam itu dan dia mengharap pahala di sisi
Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda beliau SAW:

” ‫ ” من قام ليةل القدر �إميا ًان واحتسا ًاب غفر هل ما تقدم من ذنبه‬:.
‫متفق عليه‬
”Siapa saja yang mengidupkan (shalat malam) pada malam
lailatul Qodar dengan dilandasai keimanan dan mengharap
pahala, diampuni dosanya yang telah lalu.”(mutaffaq ‘alaihi)

Upaya Meraih Lailatul Qadr


Lailatul Qadr selalu dirindukan oleh seluruh umat
Islam. Maka untuk mendapatkan lailatul Qadar tersebut, dapat
dilakukan dengan mengisi bulan Ramadhan tersebut dengan
menjalankan puasa secara berkualitas dan menghidupkan
malam-malam di bulan Ramadhan dengan shalat tarawih, I’tikaf
dan membaca Alquran. Secara terinci, untuk menggapai lailatul
qadr tersebut, hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan semua
bentuk ibadah pada hari-hari Ramadhan, menjauhkan
diri dari semua hal yang dapat mengurangi keseriusan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 159
beribadah pada hari-hari itu. Dalam peribadatan ini juga
dengan mengikutsertakan keluarga. Hal itulah yang dahulu
dicontohkan Rasulullah SAW.
2. Melakukan i’tikaf dengan berupaya sekuat tenaga. Terlebih
lagi pada sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan. Dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

‫اكن رسول هللا صىل هللا عليه وسمل جياور ـ يعتكف ـ يف العرش‬
‫ ” حتروا ليةلالقدر يف العرشا ألواخر‬: ‫ ويقول‬، ‫ا ألواخر من رمضان‬
. ] ‫من رمضان ” [ متفق عليه‬
”Adalah Rasulullah SAW beliau beri’tikaf pada sepuluh
hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan beliau bersabda:”
Bersungguh-sungguhlah mencari malam lailatul Qodar
pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.”(mutaffaq
‘alaihi)
3. Melakukan qiyamu al lail berjama’ah, sampai dengan rekaat
terakhir yang dilakukan imam, sebagaimana diriwayatkan
oleh Abu Dzar ra.
4. Memperbanyak do’a memohon ampunan dan keselamatan
kepada Allah dengan lafal : “Allahumma innaka ‘afuwun
tuhibul afwa fa’fu ‘anni”. Hal inilah yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW kepada Aisyah ra ketika beliau bertanya : ‘
wahai Rasulullah, bila aku ketahui kedatangan lailat al qodr,
apa yang mesti aku ucapkan”? (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan
Tirmidzi)
5. Memperbanyak membaca alquran sebagai sarana
komunikasi kita dengan Allah.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


160 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Bagi setiap muslim hendaklah mencontoh Nabi SAW dengan
bersungguh-sungguh di dalam beribadah, memperbanyak
ketaatan pada setiap waktu dan kesempatan, lebih khusus lagi
di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Sebab, pada
sepuluh hari terakhir ramadhan terdapat malam lailatul qadr,
malam paling agung nilainya dan tinggi kedudukannya, malam
yang lebih baik nilainya dari seribu bulan. Sekalipun Nabi SAW
seseorang yang telah diampuni dosanya yang telah lalu maupun
yang akan datang dan dijamin sebagai penghuni surga, beliau
bangkit untuk i’tikaf pada malam-malam penuh berkah tersebut.
Beliau berharap bertemu dengan lailatul Qodar dan mengharap
ampunan Allah. Maka sudah sepantasnya bagi setiap muslim yang
jujur, yang mengharap apa yang ada di sisi Allah berupa pahala
dan ganjaran, dan tamak terhadap apa yang di sisi Allah berupa
balasan yang baik, dan siapa saja yang menginginkan Surga yang
kekal dan kerajaan yang tidak akan sirna (di akherat), yang cemas
terhadap azab Allah dan takut terhadap siksa-Nya, yang berupaya
lari dari Neraka yang menyala-nyala, maka sudah sepantasnya
bagi untuk menghidupkan malam-malam sepuluh terakhir
ramadhan dengan beri’tikaf di masjid. Dan hendaknya setiap
muslim memotivasi anggota keluarganya, menyemangati mereka
dan mendorong mereka untuk menghidupkan malam-malam
tersebut dalam rangka menambah ibadah, memperbanyak
ketaatan dan kebaikan. Lebih-lebih kita berada pada momen
yang agung, yang tidak ada yang menyia-nyiakan momen itu
kecuali orang yang terhalangi dari kebaikan, dari Abu Hurairah
berkata:

‫ ” قد جاءمك شهر‬: ‫يقول ألحصابه‬،‫اكن رسول هللا صىل هللا عليه وسمل‬
، ‫ فيه تفتَّح أ�بواب اجلنة‬، ‫ كتب هللا عليمك صيامه‬،‫شهر مبارك‬،‫رمضان‬
، ‫فيه ليةل خري من أ�لف شهر‬، ‫ وتغل ال�شياطني‬، ‫وتغلق أ�بواب اجلحمي‬
] ‫من حرم خريها فقد حرم ” [ أ�خرجه أ�محد والنسايئ‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 161
Rasulullah SAW bersabda kepada para Sahabat beliau:”Telah
datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah,
Allah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya, di dalamnya
dibuka pintu-pintu Surga dan ditutup pintu-pintu Jahim
(neraka), dibelenggu setan-setan dan di dalamnya ada
satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan, barangsiapa
yang terhalangi dari kebaikannya maka dia sungguh telah
terhalangi.”(HR Ahmad dan an-Nasaai) .
Bila setiap muslim bersungguh-sungguh dalam mencari
lailatul qadr dengan melakukan kiat-kiat di atas, maka lailatul
qadr tersebut akan datang menghampirinya, dan semua
kemuliaan yang dimiliki lailatul qadr tersebut akan Allah
curahkan kepadanya.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


162 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(21)
Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Kedudukan Berbakti kepada Orang Tua


Berbakti kepada orang tua menempati posisi yang tinggi
didalam agama Islam. Kewajiban berbakti bagi anak terhadap
orang tua merupakan kewajiban yang mutlak tidak memandang
keadaan orang tua, bahkan ketika orang tua sakah anak juga
wajib taat dan berbakti sebagai mana tertuang dalam firman
Allah SWT QS. Luqman: 15:

‫شكَ ِب َما لَيْ َس َ َل ِب ِه ِع ْ ٌل فَ َل ت ُِط ْعهُ َما َو َصا ِحبْ ُ َما‬ ِ ْ ُ ‫َو� ْن َجاهَدَ اكَ عَىل أ� ْن ت‬
‫ِفإ ادلُّ نْ َيا َم ْع ُروفًا َوات َّ ِب ْع َسبِي َل َم ْن أ�نَ َب � َ َّل ُ َّث � َ َّل َم ْر ِج ُع ُ ْك فَ�أن َ ِبّئُ ُ ْك ِب َما ُك ْن ُ ْت‬
‫إ إ‬
)51( ‫ون‬ َ ُ‫تَ ْع َمل‬
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu. Maka Kuberikan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 163
Al- Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya, dari Sa’ad
bin Abi Waqqash ra. Ia berkata: Aku adalah seseorang pria
yang amat mencintai ibuku. Tetapi setelah aku masuk Islam,
ibuku itu berkata kepadaku: Hai sa’ad! Agama apa ini, kulihat
engkau mengada-ada. Tinggalkan agamamu ini atau aku akan
mogok makan dan minum, sampai mati. Dengan begitu engkau
akan tercemar lantaran aku, yaitu engkau akan dituduh sebagai
pembunuh ibunya. Begitulah lalu aku berkata kepada ibuku: Hai
Ibu! Jangan engkau kerjakan itu semua, tetapi aku juga tidak
bakal meninggalkan agamaku ini selama-lamanya karena faktor
apapun.
Menaati kedua orangtua hukumnya wajib atas
setiap muslim, sedang mendurhakai keduanya merupakan
perbuatan yang diharamkan, kecuali jika mereka menyuruh
untuk menyekutukan Allah (berbuat syirik) atau bermaksiat
kepadaNya. 
Cara Berbakti kepada Orang Tua
1. Merendahkan diri di hadapan kedua orangtua
Allah berfirman: 

َ‫َوقَ َض َرب ُّ َك أ� َّل تَ ْع ُبدُ وا � َّل � َّي ُه َو ِبلْ َو ِ َال ْي ِن � ْح َسانً � َّما ي َ ْبلُغ ََّن ِع ْندَ ك‬
‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ إ‬
‫ْال ِك َ َب أ� َحدُ ُ َها أ� ْو ِ َك ُ َها فَ َل تَ ُق ْل لَهُ َما أ� ّ ٍف َو َل تَنْ َ ْر ُ َها َو ُق ْل لَهُ َما قَ ْو ًل‬
‫) َوا ْخ ِف ْض لَهُ َما َجنَ َاح ُّاذل ِ ّل ِم َن َّالر ْ َح ِة َو ُق ْل َر ِ ّب ْار َ ْحهُ َما‬32( ‫َك ِرميًا‬
 ‫َ َك َرب َّ َي ِان َص ِغ ًريا‬
Artinya : “Jika salah seorang diantara keduanya/kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka janganlah kamu sekali-kali mengatakan kepada
keduanya dengan perkataan “ah”, dan janganlah kamu

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


164 Menuju Masyarakat Smart City Madani
membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah “wahai Tuhanku, kasihanilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil”.  (Qs.Al Israa’: 23-24)
2. Berbicara lemah lembut. Bergaul dengan orangtua dengan
cara yang baik, antara lain adalah dengan berbicara yang
lemah lembut kepada keduanya. Tawadlu (rendah hati)
kepada keduanya merupakan suatu hal yang wajib  bagi
anak.
3. Menyediakan makanan. Hal ini juga termasuk bentuk
bakti kepada kedua orang tua, terutama jika hal tersebut
merupakan hasil jerih payah sendiri. Lebih-lebih jika
kondisi keduanya sudah renta. sudah seyogyanya, mereka
disediakan makanan dan minuman yang terbaik dan lebih
mendahulukan mereka berdua dari pada dirinya, anaknya
dan istrinya.
4. Meminta izin sebelum berjihad dan pergi untuk urusan
lainnya. Izin kepada orangtua diperlukan untuk jihad
yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulullah apakah aku
boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya, “Apakah kamu
masih mempunyai kedua orangtua?” Laki-laki tersebut
menjawab, “Masih”. Beliau bersabda, “Berjihadlah (dengan
cara berbakti) kepada keduanya.” (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
5. Memberikan nafkah. Rasulullah pernah bersabda kepada
seorang laki-laki ketika ia berkata, “Ayahku ingin mengambil
hartaku”. Nabi bersabda, “Kamu dan hartamu adalah milik
ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Oleh

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 165
sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil
(kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan
dirinya, memeliharanya ketika kecil, serta telah berbuat
baik kepadanya.
6. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-
orang yang dicintainya. Hendaknya seseorang membuat
kedua orang tuanya ridha dengan berbuat baik kepada
orang-orang yang mereka cintai. Yaitu dengan memuliakan
mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka,
menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka, dan lain
sebagainya.
7.   Memenuhi sumpah/Nazar kedua orangtua Jika kedua
orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang
di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib
bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya
karena hal itu termasuk hak mereka.
8. Tidak Mencaci maki dan menjaga kehormatan orangtua.
Rasulullah bersabda, “Termasuk dosa besar adalah
seseorang mencaci maki orangtuanya.” Para sahabat
bertanya, “Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencaci maki
orangtuanya?” Beliau menjawab, “Ada. Dia mencaci maki
ayah orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci
maki orangtuanya. Dia mencaci maki ibu orang lain lalu
orang itu membalas mencaci maki ibunya.” (HR. al-Bukhari
dan Muslim).
Berbakti kepada orangtua adalah kewajiban seorang anak
terhadap orang tuanya. Sebagai seorang anak ada beberapa
amalan yang tetap bisa dilakukan agar tetap bisa berbakti kepada
orang tua meskipun orang tua telah tiada.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


166 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Amalan Anak yang Bermanfaat Bagi Orang Tua
1. Beristighfar bagi keduanya
Beristighfar bagi kedua orang tua pada dasarnya
merupakan amalan yang paling ringan untuk dilakukan bagi
seorang anak namun sangat berguna bagi orang tua. Doa seorang
anak yang soleh merupakan amalan jariah yang tak terputus dari
seorang hamba meskipun ia telah dipanggil oleh Allah SWT. Hal
ini termaktub dalam hadis Rasul SAW:

‫ « �إذا مات‬:‫عن أ�ىب هريرة ؛ أ�ن رسول هللا صىل هللا عليه وسمل قال‬
‫ أ�و‬،‫ أ�و عمل ينتفع به‬،‫ صدقة جارية‬:‫العبد انقطع عنه معهل �إال من ثالث‬
1
‫ودل صاحل يدعو هل‬
2. Melunasi segala hutang-hutangnya
Sebagai anak yang kewajiban melunasi hutang orang tua
ialah tanggung jawab, dan keluarga besar almarhum juga harus
memberikan bantuan untuk menyelesaikan permasalahan
hutang yang telah meninggal. Keberadaan hutang bagi seorang
yang wafat dapat menjdi penghalang bagi amal shalehnya di
hadapan Allah SWT sebagaimana dalam hadis Rasul:

‫ « ن َ ْف ُس الْ ُم ْؤ ِم ِن‬-‫صىل هللا عليه وسمل‬- ‫الل‬


ِ َّ ‫ول‬
ُ ‫عن أ� ِب ه َُرْي َر َة قَا َل قَا َل َر ُس‬ ْ
2
‫ُم َعل َّ َق ٌة بِدَ يْ ِن ِه َح َّت يُ ْق َض َع ْن ُه‬
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ruh seorang
beriman tergantung dengan hutangnya, sampai dilunasi
hutangnya.”

1
HR. Muslim No. 1631
2
HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no.
6779.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 167
3. Menuntaskan nadzar , kafarat, dan hutang zakat
Nazar, kafarat maupun hutang zakat merupakan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh seseorang ketika hidup. Ketika ia
wafat hal itu menjadi hutangnya kepada Allah SAWT. Ketiga hal
tersebut harus diupayakan untuk juga diselesaikan oleh anaknya
sebagai ahli waris apalagi bila orang tua meninggalkan harta
untuk diwariskan. Bila tidak seorang anak yang menyelesaikan
hutang kepada Allah tersebut dapat dianggap sama dengan
menyelesaikan hutang orang tuanya kepada manusia
sebagaimana hadis Rasul SAW:

‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل‬


ُ ‫ أ� َّن ا ْم َر أ� ًة ِم ْن ُ َج ْينَة َج َاء ْت � َىل النَّ ِب َص َّل‬: ‫عن ابن عباس‬
‫إ‬
‫ � َّن أ� ِّمي ن ََذ َر ْت أ� ْن َ ُت َّج فَ َ َل َ ُتج َح َّت م َات َْت أ�فَ�أ ُح ُّج َعنْ َا ؟ ق َا َل‬: ‫فَ َقالَ ْت‬
‫إ‬
  ‫ ُح ِ ّجي َعنْ َا‬:
Dari ibnu abbas, sesungguhnya seorang wanita dari
Juhainah, datang kepada Nabi saw. lalu dia bertakata:
”sesungguhnya ibu saya teleh bernazar melakukan haji, dia
meninggal sebelum melaksanakan nazar hajinya. Apakah
boleh melukan haji menggantikannya? Nabi menjawab:”
lalukan haji untuknya” (HR.Bukhori)
4. Memuliakan sahabat mereka dan menyambung silaturrahmi
dengan orang yang bersilaturrahmi pada mereka
Menghubungkan tali silaturahim orang tua anda yang
telah meninggal serta berbuat baik kepada tema-teman dan
kerabatnya. Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin
‘Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya kebajikan yang utama ialah apabila seseorang
melanjutkan hubungan (silaturrahim) dengan keluarga sahabat
baik ayahnya.” Kebiasaan setelah bulan Ramadan dengan
bersilaturrahim kepada sanak kerabat orang tua keluarga

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


168 Menuju Masyarakat Smart City Madani
yang telah meninggal ada tuntunannya dalam Islam. Hal ini
juga termasuk bakti kepada orang tua dengan terus menjaga
hubungan baik dengan siapa saja yang dulunya berkenalan baik
dengan orang tua kita.

 “.‫� َّن أ�بَ َّر الْ ِ ِّب ِص َ ُل الْ َو َ ِل أ� ْه َل ُو ِ ّد أ�بِي ِه‬


“sesungguhnya suatu hal paling berbakti ialah silaturrahim
‫إ‬
seorang anak pada kerabat yang mencintai ayahnya”(H.R.
Muslim)
5. Bersedekah agar bermanfaat bagi keduanya.

‫ ت ُُو ِف ّ َي ْت أ� ُّم ُه َوه َْو غَائِ ٌب َعنْ َا‬- ‫ رىض هللا عنه‬- ‫عن َس ْعدَ ْب َن ُع َبا َد َة‬ َّ
‫ش ٌء‬ ِ َّ ‫ فَ َقا َل َي َر ُسو َل‬،
ْ َ ‫ أ�ي َ ْن َف ُعهَا‬، ‫الل إ� َّن أ� ِّمى ت ُُو ِفّ َي ْت َو أ�نَ غَائِ ٌب َعنْ َا‬
‫ قَا َل فَ� ِ ّن أ� ْشهِدُ كَ أ� َّن َحائِ ِطى‬. » ‫� ْن ت ََص َّد ْق ُت ِب ِه َعنْ َا قَا َل « ن َ َع ْم‬
‫إ‬ ‫إ‬
‫الْ ِمخ َْر َاف َصدَ قَ ٌة عَلَيْ َا‬
“ Sesungguhnya Ibu dari Sa’ad bin Ubadah radhiyallahu
‘anhu meninggal dunia, sedangkan Sa’ad pada saat itu
tidak berada di sampingnya. Kemudian Sa’ad mengatakan,
‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal,
sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya.
Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu
untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi
padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan
untuknya’” (HR.Bukhari)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 169
(22)
Berinfaq dan Sedekah di Tengah
Musibah

Pengertian Infaq dan Shadaqah


Shadaqah adalah istilah serapan dari bahasa Arab (‫ص‬َ َ‫)ة ٌَقد‬
yang mengandung arti “pemberian dari seorang Muslim kepada
orang lain dengan tujuan mendapatkan pahala dari Allah SWT.”
Pemberian itu bersifat umum: bisa berupa barang, jasa ataupun
berkaitan dengan suatu aktivitas kebaikan yang kita lakukan
yang membawa maslahat bagi orang lain. (Ibn Faris: 3/339).
Hal ini didasarkan kepada beberapa hadist dari Rasulullah SAW
yang menyatakan bahwa senyum tulus yang kita berikan kepada
sesama kita adalah bagian dari shadaqah, membuang duri dari
jalanan adalah juga shadaqah, menolong orang lain dengan
tenaga dan pikiran, memberi nafkah keluarga, mengajarkan
ilmu, berdzikir, bahkan juga melakukan hubungan suami istri itu
disebut dengan shadaqah.
Sedangkan infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti
mengeluarkan sesuatu (harta) untuk dipergunakan kepentingan
orang banyak. Infaq juga dipahami sebagai suatu perbuatan
untuk mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


170 Menuju Masyarakat Smart City Madani
untuk satu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Infaq
juga dipahami sebagai suatu sikap mengeluarkan harta untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang cakupannya lebih luas dari
zakat dan sedekah.
Pembagian Shadaqah
Pertama, shadaqah sunnat, yaitu pemberian harta kepada
orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-
pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai
imbalan. Pemberian itu boleh dilakukan kapan saja, tanpa terikat
oleh waktu tertentu, dan kadar pemberian itu tidak ditentukan,
terpulang kepada orang yang bershadaqah itu sendiri. Shadaqah
ini hukumnya adalah sunnat, bukan wajib. Karena itu, untuk
membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib, para
fuqaha menggunakan istilah shadaqah at-tathawwu’ atau ash-
shadaqah an nafilah.
Kedua, adalah shadaqah wajib, yaitu pemberian sebahagian
dari harta yang dimiliki kepada ashnaf atau mustahiqnya (orang
yang berhak menerimanya) apabila jumlah harta tersebut
sampai pada batas nishab yang ditentukan pada akhir tahun
kepemilikannya. Ini disebut zakat, dipakai juga oleh para fuqaha’
istilah ash-shadaqah al-mafrudhah. Shadaqah jenis ini kadarnya
tertentu dan hanya dikeluarkan sekali dalam setahun. Shadaqah
wajib ini tidak kita bicarakan dalam pembahasan ini, yang kita
bincangkan adalah shadaqah jenis pertama tadi, yaitu shadaqah
yang sunnat.
Keutamaan Shadaqah
Shadaqah merupakan amal shaleh yang diperintahkan
oleh Allah SWT. Dimana orang yang bershadaqah akan dibalas
dengan balasan yang tak ternilai disisi Allah SWT. Allah SWT dan
Rasulullah SAW menyampaikan beberapa keutamaan shadaqah.
Tujuan Allah menyampaikan  keutamaan shadaqah ini adalah

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 171
untuk memotivasi kaum Muslim agar gemar bershadaqah. Bisa
kita bayangkan, jika seluruh kaum Muslim rajin bershadaqah,
sungguh akan banyak manusia yang merasakan manfaatnya. Di
antara keutamaan shadaqah adalah sebagai berikut:
1. Pahala yang berlipat ganda
Allah Ta’ala berfirman:

‫الل قَ ْرضً ا َح�سَنًا يُضَ ا َع ُف لَه ُْم َولَه ُْم‬ ِ َ‫� َّن الْ ُم َّص ِّد ِق َني َوالْ ُم َّص ِّدق‬
َ َّ ‫ات َو أ� ْق َرضُ وا‬
‫إ‬
‫أ� ْج ٌر َك ِر ٌمي‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bershadaqah baik laki-
laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan
pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pahalanya)
kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak“. (QS. Al-
Hadid: 18)
Pada ayat lain Allah berfirman:

‫الل َكَث َِل َحبَّ ٍة أ�نْ َبت َ ْت �سَ ْب َع �سَنَا ِب َل ِف‬


ِ َّ ‫ِيل‬ ِ ‫ون أ� ْم َوالَه ُْم ِف َسب‬َ ‫َمث َ ُل َّ ِال َين يُن ِف ُق‬
‫الل َو ِاس ٌع عَ ِل ٌمي‬ ُ َّ ‫ك ُسن ْ ُب َ ٍل ِمائ َ ُة َحبَّ ٍة َو‬
ُ َّ ‫الل يُضَ ا ِع ُف ِل َم ْن يَشَ ا ُء َو‬ ِّ ُ
“Perumpamaan orang-orang yang mendermakan (shada-
qah) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam)
sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai
terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada
orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrahNya) lagi
Maha Mengetahui“. (QS. Al-Baqoroh: 261)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


172 Menuju Masyarakat Smart City Madani
2. Menghapuskan dosa-dosa
Nabi SAW bersabda:

‫الصدَ قَ ُة ت ُْط ِف ُئ الْخ َِطيئَ َة َ َك يُ ْط ِف ُئ النَّ َار الْ َما ُء‬


َّ ‫َو‬
“Shadaqah itu menghapuskan dosa sebagaimana air
memadamkan api“.(HR. Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibn
Majah).
Akan tetapi, tidaklah semua dosa-dosa dapat terhapuskan
begitu saja tanpa disertai dengan taubat dan perbuatan yang
baik.  Dosa yang dapat terhapus dengan shadaqah tersebut
adalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar, misalnya
orang-orang yang mendapatkan hartanya dengan cara yang
tidak halal, seperti: diperoleh dengan cara mencuri, menipu,
hasil riba ataupun perbuatan ma’siat yang ada kaitannya dengan
hubungan antara sesama manusia (atau hak-hak manusia);
Maka shadaqah tidak akan dapat menghapuskan dosa-dosa jenis
seperti ini tanpa dibarengi dengan bertaubat.
3. Penawar panasnya siksa kubur
Rasulullah SAW bersabda:

‫الصدَ قَ َة لَ ُت ْط ِف ُئ ِم ْن َح ّ ِر الْ ُق ُب ْو ِر‬


َّ ‫� َّن‬
“Sesungguhnya shadaqah itu menjadi penawar dari
‫إ‬
panasnya siksaan kubur.” (H.R. at-Thabrani)
4. Membebaskan dari Api Neraka
Nabi SAW bersabda:

‫الصدَ قَ َة فَ َّك ُك ُ ْك ِم َن النَّ ِار‬


َّ ‫ت ََص َّد ُق ْوا فَ� َّن‬
‫إ‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 173
“Bershadaqahlah kamu sekalian, karena sesungguhnya
shadaqah itu membabaskan kalian dari neraka.” (H.R.al-Bayhaqi,
Darul Quthni, Ibn Hubban, al-Thabrani)
Bershadaqah itu tidak hanya dengan uang atau harta,
jika kita memiliki makanan, pakaian, atau hal apapun yang bisa
bermanfaat untuk orang lain juga dapat dishadaqahkan.

‫ات َّ ُقوا النَّ َار َول َ ْو ب ِِش ّ ِق تَ ْم َر ٍة فَ� ْن لَ ْم َتِدْ فَب َ ِِك َم ٍة َط ِ ّي َب ٍة‬
Nabi bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya
‫إ‬
dengan (shadaqah) sebutir kurma, Jika tidak ada (benda yang
akan dishadaqahkan) maka bershadaqahlah dengan kata-kata
yang baik.” (Muttafaqun ‘alaih)
5. Mendapat Naungan pada Hari Akhirat
Salah satu dari 7 golongan yang akan mendapatkan
naungan pada hari akhirat adalah orang yang gemar bershadaqah
secara sembunyi-sembunyi. Nabi SAW bersabda:

‫َو َر ُج ٌل ت ََصد ََّق ب َِصدَ قَ ٍة أ� ْخ َفاهَا َل تَ ْع َ ُل ِ َش ُ ُال َما تُ ْن ِف ُق ي َ ِمي ُن ُه‬


“Seorang yang bershadaqah dengan tangan kanannya, maka
ia menyembunyikan amalnya itu sampai tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang dishadaqahkan oleh tangan kanannya“.
(H.R. Bukhari)
6. Amal yang pahalanya tidak pernah putus
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi
SAW bersabda:

‫ات الن ْ َس ُان انْ َق َط َع َ َع ُ ُل � َّإل ِم ْن ثَ َل ٍث َصدَ قَ ٍة َج ِاري َ ٍة َو ِع ْ ٍل يُنْتَ َف ُع ِب ِه َو َو َ ٍل‬


َ ‫� َذا َم‬
‫َِإ‬ ‫إ‬
‫َصا ِل ٍح يَدْ ُعو ُل‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
174 Menuju Masyarakat Smart City Madani
“Apabila anak cucu Adam itu mati, maka terputuslah semua
amalnya, kecuali tiga perkara yaitu: Shadaqah jariyah, anak yang
sholeh yang mendoakan ampunan untuknya (Ibu dan bapaknya)
dan ilmu yang berguna setelahnya.” (H.R. at-Tirmizi)
7. Memanjangkan umur
Nabi SAW bersabda:

ُّ ‫ َوي َ ْذه َُب بِ َا َم ْي َت َة‬،‫هللا بِ َا ِف الْ ُع ُم ِر‬


،‫الس ْو ِء‬ ُ ُ‫الصدَ قَ َة َو ِص َ َل َّالر ِح ِم يَ ِزيْد‬ َّ ‫� َّن‬
‫إ‬
.‫هللا بِ َا الْ َم ْك ُر ْو َه َوالْ َم ْح ُذ ْو َر‬
ُ ‫َويَدْ فَ ُع‬
“Sesungguhnya Allah akan memanjangkan umur dengan
shadaqah dan silatur rahim, dan akan mencegah dengannya
kematian yang buruk (su’ul khotimah), dan akan menolak
dengannya hal-hal yang tidak diingini dan yang dibenci.” (HR. Abu
Ya’la).
8. Membuka pintu rezki
Oleh karena itu, tidak perlu takut berkurang rezeki
karena bershadaqah. Karena shadaqah itu akan meluaskan,
melapangkan dan membuka pintu rezeki. Nabi bersabda

‫َل ي َ ْن ُق ُص َما ٌل ِم ْن َصدَ قَ ٍة فَتَ َص َّد ُق ْوا‬


“Tidak akan berkurang harta karena bershadaqah, maka
bershadaqahlah kalian”. (H.R. Ahmad dan Al-Bazzar)
Allah SWT berfirman:

‫ط ّ ِالر ْز َق ِل َم ْن يَشَ ا ُء ِم ْن ِع َبا ِد ِه َوي َ ْق ِد ُر َ ُل َو َما أ�ن َف ْق ُ ْت ِم ْن‬ ُ ‫ُق ْل � َّن َر ِ ّب ي َ ْب ُس‬
‫إ‬
‫ش ٍء فَه َُو ُ ْي ِل ُف ُه َوه َُو خ ْ َُي َّالر ِازِق َني ُق ْل � َّن َر ِ ّب ي َ ْب ُسطُ ّ ِالر ْز َق ِل َم ْن يَشَ ا ُء ِم ْن‬ ْ َ
‫إ‬
ْ َ ‫ِع َبا ِد ِه َوي َ ْق ِد ُر َ ُل َو َما أ�ن َف ْق ُ ْت ِم ْن‬
‫ش ٍء فَه َُو ُ ْي ِل ُف ُه َوه َُو خ ْ َُي َّالر ِازِق َني‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 175
“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki
bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. dan barang
apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya
dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (Q.S. Saba’: 39)
9. Menyembuhkan Penyakit 
Shadaqah In syaa Allah dapat menyembuhkan berbagai
penyakit hati. Karena shadaqah itu dapat membersihkan
hati dan pikiran, dan atas izin Allah akan meringankan dan
menyembuhkan penyakit-penyakit dari orang-orang yang gemar
bershadaqah. Rasulullah SAW bersabda:

‫ َو أ� ِع ُّدوا ِللْ َب َل ِء ادلُّ عَ َاء‬،‫ َو َح ّ ِص ُنوا أ� ْم َوالَ ُ ْك ِب َّلز َك ِة‬،‫د َُاووا َم ْرضَ ُ ْاك ِب َّلصدَ قَ ِة‬
“Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan
bershadaqah, dan bentengilah harta kalian dengan berzakat,
serta hadapilah bala’ dengan doa.” (H.R. al-Bayhaqi, Ibn Asakir,
Ad-Daylami)
10. Menghindarkan dari Segala Kejahatan
Nabi SAW bersabda:

‫الس ْو ِء‬
ُّ ‫الصدَ قَ ُة ت َ ُس ُّد �سَ ْب ِع ْ َي َب ًب ِم َن‬
َّ
“Shodaqoh itu menutup tujuh puluh pintu kejahatan.”
(H.R. al-Bayhaqi, at-Thabrani, ad-Daylami)
Demikianlah di antara keutamaan bershadaqah yang
termaktub dalam Alquran dan hadis-hadis Nabi SAW. Mudah-
mudahan kita termotivasi untuk bershadaqah, supaya
mendapatkan pahala dan manfaat yang luar biasa dari kekuatan
bershadaqah tersebut.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


176 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(23)
Menyantuni Fakir Miskin

Pengetian Anak Yatim


Anak yatim biasanya kita pahami sebagai “anak kecil yang
ditinggal mati oleh ayahnya,” (ُ‫ص ِغي ٌْر َماتَ أَب ُْوه‬ َ ). Yatim secara bahasa
dalam kamus al-Mu’jam al-Wasith dijelaskan sebagai berikut:
ِ ‫ان َو ْال ُ َّم ِمنَ ْال َحيَ َو‬
“‫ان‬ ِ ‫س‬َ ‫ال ْن‬ َ َ ‫ص ِغي ُْر ْالفَاقِدُ ْال‬
ِ ْ َ‫ب ِمن‬ َّ ‫ ”ال‬artinya: “anak kecil yang
kehilangan ayah di kalangan manusia, dan kehilangan ibu (induk)
di kalangan hewan.” Senada dengan itu Imam al-Jurjani dalam
bukunya al-Ta’rifat menjelaskan pengertian yatim:

‫ائ الْ َي ِت ْ ُي‬


ِ ِ َ َ‫ ِ َأل َّن ن َ َف َقتَ ُه عَلَ ْي ِه َل عَ َل ْ ُأال ِّم؛ َو ِف الْب‬،‫الْ َي ِت ْ ُي ه َُو الْ ُم ْن َف َر ُد َع ِن ْ َأال ِب‬
.‫ ِ َأل َّن الل َّ ِ َب َو ْ َأال ْط ِع َم َة ِمنْ َا‬،‫ه َُو الْ ُم ْن َف َر ُد َع ِن ْ ُأال ِّم‬
Artinya: “Yatim adalah anak yang terpisah dari ayahnya, karena
yang memberi nafkahnya adalah ayah bukan ibu; sedangkan
di kalangan binatang yatim itu adalah anak yang terpisah dari
ibunya (induknya), karena susu dan asupan makanan berasal dari
induknya itu.”

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 177
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak
yatim bukan hanya anak yang ayahnya sudah meninggal dunia
saja, tetapi juga mencakup anak yang terpisah atau ditinggal
pergi oleh ayahnya, boleh jadi karena lari dari tanggungjawab,
atau karena menghilang di perantauan dan lain sebagainya,
sehingga anak tersebut terlantar dan tidak mendapatkan nafkah
dari ayahnya. Anak seperti itu dikategorikan sebagai yatim
selama dia belum baligh dan mampu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sendiri.

Pengertian Dhu’afa’
Kata dhu’afa’ (‫ )ضعفاء‬adalah bentuk jamak dari kata dha’if
(‫ )ضعيف‬yang berarti “orang-orang yang lemah”, baik lemah secar
fisik seperti yang tersebut dalam Alquran surah at-Taubah (8):
91, ataupun lemah secara politis seperti pada surah Ibrahim
(14): 21. Kadang-kadang digunakan juga untuk menyebut orang-
orang yang lemah itu istilah “mustadh’afin” (‫)مستضعفين‬, seperti
pada surat an-Nisa’ (4): 75, 97, 98 dan 127. Baik kata dhu’afa’
(‫ )ضعفاء‬maupun “mustadh’afin” (‫)مستضعفين‬, keduanya berasal dari
akar kata yang sama, yaitu dha’fun (‫ )ضعف‬yang berarti “lemah”.
Tetapi dhu’afa’ yang dimaksud di sini adalah orang-orang
yang lemah secara ekonomi, baik karena keterbatasan fisik
yang mereka miliki sehingga tidak mampu berusaha, ataupun
karena kekurangan modal dan pengetahuan sehingga mereka
tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka sebagaimana
mestinya. Istilah yang lebih pas untuk menyebut mereka adalah
orang-orang yang faqir (‫ )فُقَ َرا ُء‬dan miskin( ُ‫سا ِكيْن‬
َ ‫) َم‬.

Kewajiban Menyantuni Anak Yatim dan Fakir Miskin


Menyantuni artinya adalah menyokong, meringankan
kesusahan dan memberikan bantuan. Menyantuni anak yatim

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


178 Menuju Masyarakat Smart City Madani
dan fakir miskin diperintahkan dalam Islam, terutama bagi orang
yang mempunyai kelapangan rezki:

‫ايت ِل َق ْو ٍم‬
ٍ ‫الل ي َ ْب ُسطُ ّ ِالر ْز َق ِل َم ْن يَشَ ا ُء َوي َ ْق ِد ُر � َّن ِف َذ ِ َل لآ‬ َ َّ ‫أ� َولَ ْم يَ َر ْوا أ� َّن‬
‫إ‬
‫ِيل َذ ِ َل خ ْ ٌَي ِل َّ ِل َين‬ َّ ‫ فَ� آ ِت َذا الْ ُق ْر َب َحقَّ ُه َوالْ ِم ْس ِك َني َوا ْب َن‬.‫ون‬
ِ ‫السب‬ َ ُ‫يُ ْؤ ِمن‬
َ ‫الل َو أ� ْولَ ِئ َك ُ ْه الْ ُم ْف ِل ُح‬
‫ون‬ ِ َّ ‫ون َو ْج َه‬ َ ُ‫يُ ِريد‬
Artinya: “Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguh-
nya Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya
dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezki itu). Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang beriman. Maka berikanlah kepada Kerabat
yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik
bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka
Itulah orang-orang beruntung.” (QS ar-Rum (30): 37-38).
Banyak ayat Alqur’an yang mengancam bila kita mengabai-
kan perintah ini, antara lain sebagai berikut:

.‫ َولَ ْم ن َُك ن ُْط ِع ُم الْ ِم ْس ِك َني‬.‫ قَالُوا لَ ْم ن َُك ِم َن الْ ُم َص ِل ّ َني‬.‫َما َسلَ َك ُ ْك ِف َس َق َر‬
Artinya: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar
(neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak Termasuk
orang-orang yang mengerjakan shalat, dan Kami tidak (pula)
memberi Makan orang miskin,” (QS al-Muddatssir (74): 42-44).

َ ‫ َوتَ�أ ُ ُك‬. ِ‫ون عَ َل َط َعا ِم الْ ِم ْس ِكني‬


‫ون‬ َ ُّ‫ َو َال َ َتاض‬.‫ون الْ َي ِت َمي‬ َ ‫ك بَل َال تُ ْك ِر ُم‬ َّ َ
.‫ون الْ َما َل ُحبًّا َ ًّجا‬ ً ْ �‫الت َاث أ‬
َ ‫ َو ُ ِت ُّب‬.‫ك ل َ ًّما‬ َ ُّ
Artinya: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak
memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi
Makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 179
cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), dan kamu
mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS al-
Fajr (89): 17-20)
Bahkan, orang yang tidak mau menyantuni anak yatim
dan fakir miskin digolongkan ke dalam orang-orang yang
mendustakan agama.

‫ َو َال َ ُي ُّض عَ َل َط َعا ِم‬.‫ فَ َذ ِ َل َّ ِالي يَدُ ُّع الْ َي ِت َمي‬.‫أ� َر أ�يْ َت َّ ِالي يُ َك ِّذ ُب ِب ّ ِدل ِين‬
ِ‫الْ ِم ْس ِكني‬
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah
orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin.” (QS al-Ma’un (107): 1-3).
Oleh karena itu, menyantuni anak yatim dan fakir miskin
itu hukumnya fardhu atau wajib; adakalanya fardhu kifayah, dan
ada kalanya fardhu ‘ayn. Fardhu kifayah (kewajiban kolektif)
bagi sebuah masyarakat dan bangsa, di mana seluruh anggota
masyarakat atau bangsa itu berdosa bila mengabaikannya.
Pemerintah sebagai pengelola negara berkewajiban menyantuni
mereka, sebagaimana diamanatkan dalan UUD 1945 Pasal
34 ayat (1): “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh negara.” Jadi, pemerintah punya dua kewajiban dalam
menyantuni mereka; kewajiban agama dan kewajiban negara.
Kewajiban menyantuni anak yatim dan fakir miskin
menjadi fardhu ‘ayn (kewajiban individual) dalam beberapa
kondisi:
Pertama, bagi orang kaya yang punya kelebihan harta, maka
wajib baginya mengeluarkan zakat hartanya dan memberikannya
kepada mereka sekali dalam satu tahun. Ketika Rasulullah SAW
mengirim Mu’az bin Jabal ke Yaman, beliau memerintahkannya
supaya mengajarkan kepada mereka antara lain:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


180 Menuju Masyarakat Smart City Madani
‫الل افْ َ َت َض عَلَيْ ِ ْم َصدَ قَ ًة ِف أ� ْم َوا ِله ِْم ت ُْؤخ َُذ ِم ْن أ� ْغ ِن َيائِ ِ ْم َوتُ َر ُّد‬
َ َّ ‫فَ�أ ْع ِل ْمه ُْم أ� َّن‬
‫ِف فُ َق َرائِ ِ ْم‬
Artinya: “Maka beritahulah mereka, sesungguhnya Allah telah
mewajibkan ke atas mereka shadaqah (zakat) dalam harta
mereka, diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan
diberikan kepada orang-orang fakir di kalangan mereka.” (HR al-
Bukhari, Muslim, at-Tirmizi, Abu Daud, Ibn Majah, an-Nasa’i dan
lain-lain).
Kedua, setiap individu muslim wajib menyantuni mereka
minimal sekali dalam setahun melalui zakat fithrah yang
dikeluarkan sebelum hari raya ‘Idul Fithri. Rasul bersabda:

ِ ِ ‫ َز َك َة الْ ِف ْط ِر ُطه َْر ًة ِل َّلص‬-‫صىل هللا عليه وسمل‬- ‫الل‬


‫ائ ِم َن الل َّ ْغ ِو‬ ِ َّ ‫ول‬ ُ ‫فَ َر َض َر ُس‬
‫ول َو َم ْن‬ ٌ َ ‫الص َال ِة فَه َِ�ى َز َك ٌة َم ْق ُب‬َّ ‫َو َّالرفَ ِث َو ُط ْع َم ًة ِللْ َم َسا ِكنيِ َم ْن أ�دَّاهَا قَ ْب َل‬
‫ات‬ َّ ‫الص َال ِة فَه َِ�ى َصدَ قَ ٌة ِم َن‬
ِ َ‫الصدَ ق‬ َّ َ‫أ�دَّاهَا ب َ ْعد‬
Artinya: “Rasulullah SAW telah mewajibkan membayar zakat
fithrah sebagai penyucian bagi orang yang berpuasa daripada
perkataan yang tidak berguna dan sia-sia (ketika berpuasa),
dan sebagai makanan bagi orang-orang yang miskin; maka
barangsiapa yang menunaikannya sebelum sholat ‘idul fithri
maka itu diterima sebagai zakat fiktrah, dan barangsiapa yang
membayarnya setelah sholat ‘idul fitri maka ia jatuh menjadi
sedekah biasa.” (HR Abu Daud, Ibn Majah dan ad-Daruquthni).
Ketiga, menyantuni anak yatim dan fakir miskin menjadi
wajib bagi individu yang mempunyai garis kekerabatan yang
paling dekat dengan mereka. Barangsiapa yang punya kerabat
terdekat dengannya dalam kondisi fakir miskin ataupun yatim,
sedangkan dia punya kemampuan, maka adalah wajib baginya
menyantuni mereka sebelum orang lain.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 181
‫ِيل َو َال تُ َب ِّذ ْر تَ ْب ِذ ًيرا‬ َّ ‫َو� آ ِت َذا الْ ُق ْر َب َحقَّ ُه َوالْ ِم ْس ِك َني َوا ْب َن‬
ِ ‫السب‬
Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat
akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.” (QS al-Isra’ (17): 26).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


182 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(24)
Memuliakan Tetangga

Menjalin Ukhwah dengan Tentangga


Sebagai makhluk sosial, manusia hidup dengan saling bahu
membahu karena cinta kebaikan. Terlebih dalam kehidupan
kaum muslimin yang hidup seirama dan sekeyakinan dalam
menapaki langkah-langkah perjuangan hidup dalam rangka
menggapai ridha Allah swt. Inilah yang disebut dengan tali
ukhuwah yang diikat dengan kalimat ”innamal mu’minuuna
ikhwatun” sebagaimana pernyataan Allah SWT. dalam Al-Qur’an.
Dalam sejarah peradaban manusia ukhuwah semacam itu pernah
terwujud dan dicatat. Fenomena ukhuwah dalam kehidupan
para sahabat Rasulullah saw. pada masa keemasan dan kejayaan
umat ini. Ukhuwah mereka ternyata dapat mengguncang mereka
yang dicap Allah sebagai musuh-musuh dakwah Islam, baik
dari kalangan orang tak beragama maupun dari kalangan umat
beragama non muslim sekalipun. Persaudaraan dan kebersamaan
para generasi awal Islam itulah yang pernah membuat para
pengkaji Islamologi dan sebagian pemikir Barat tercengang. Saat
mereka membaca sejarah Khubaib bin Adi yang tidak rela bebas
dari penyiksaan kuffar dan hidup senang, sementara Rasulullah

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 183
saw. hidup tersiksa dan sengsara, bahkan sekedar terluka. Saat
mereka menyimak sejarah seorang sahabat Thalhah yang rela
memberikan makanan malamnya yang tersisa diberikan kepada
seorang tamu Rasulullah saw. Ukhuwah yang tak tertandingi
dalam perjalanan sejarah manusia sebelum dan sesudah itu.
Rahasia dari potret ukhuwah yang ditunjuukkan generasi
kaum muslimin di atas adalah salah satunya adalah tuntunan
Rasul dalam kehidupan bertetangga. Islam adalah agama yang
diturunkan Tuhan untuk menjadi rahmat bagi alam semestanya.
Pesan kerahmatan dalam Islam benar-benar tersebar dalam
teks-teks Islam, baik Alquran maupun hadis. Kata ‘rahman’ yang
berarti kasih sayang, berikut derivasinya, disebut berulang-
ulang dalam jumlah yang begitu besar, lebih dari 90 ayat dalam
Alquran. Bahkan, dua kata rahman dan rahim yang diambil dari
kata ‘rahmat’ dan selalu disebut-sebut kaum Muslim setiap
hari adalah nama-nama Tuhan sendiri ( asmaul husna ). Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda, “Sayangilah siapa saja yang
ada di muka bumi niscaya Tuhan menyanyanginya.”
Allah Ta’ala berpesan tentang tetangga dengan firman-Nya:

‫ش ُكوا ِب ِه َشيْئًا َو ِبلْ َو ِ َال ْي ِن � ْح َسانً َو ِب ِذي الْ ُق ْر َب َوالْ َي َتا َمى‬ ِ ْ ُ ‫الل َو َل ت‬
َ َّ ‫َوا ْع ُبدُ وا‬
‫إ‬
‫الصا ِح ِب ِبلْ َج ْن ِب َوا ْب ِن‬ َّ ‫َوالْ َم َسا ِكنيِ َوالْ َج ِار ِذي الْ ُق ْر َب َوالْ َج ِار الْ ُج ُن ِب َو‬
ً ‫الل َل ُ ِي ُّب َم ْن َك َن ُم ْخ َت ًال فَخ‬
‫ُورا‬ َ َّ ‫ِيل َو َما َملَ َك ْت أ�يْ َمانُ ُ ْك � َّن‬
ِ ‫السب‬ َّ
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-
‫إ‬
Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu..” (QS.
Al- Nisa[4];36)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


184 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Batasan Tetangga
Secara teoritis, para ulama berselisih pendapat tentang
batasan tetangga. Sebagian mengatakan tetangga adalah ‘orang-
orang yang shalat subuh bersamamu, sebagian lagi mengatakan
’40 rumah dari setiap sisi’, 10 rumah dari tiap sisi’ dan beberapa
pendapat lainnya. Terlepas dari perbedaan tersebut tetangga itu
ada tiga macam:
1. Tetangga muslim yang memiliki hubungan kerabat, maka
ia memiliki 3 hak, yaitu: hak tetangga, hak kekerabatan,
dan hak sesama muslim.
2. Tetangga muslim yang tidak memiliki hubungan
kekerabatan, maka ia memiliki 2 hak, yaitu: hak tetangga,
dan hak sesama muslim.
3. Tetangga non-muslim., maka ia hanya memiliki satu hak,
yaitu hak tetangga. (lihat: Tabshiroh Al-An-am bi Al-Huquq
fi Al-Islam karya: Abu Islam hal: 145)
Kedudukan tetangga yang baik diungkapkan Rasul dalam
hadisnya:

َ َْ ‫هللا خ ْ َُي ُ ْه ِل َصا ِح ِب ِه َوخ ْ َُي ْا ِل‬


‫جي ِان خ ْ َُي ُ ْه ِل َج ِار ِه‬ َ ْ ‫خ ْ َُي ْا َأل‬
ِ َ‫ص ِاب ِع ْند‬
“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah, orang yang paling baik
(prilakunya) bagi sahabatnya dan sebaik-baik tetangga
adalah orang yang baik (akhlaqnya) terhadap tetangganya”.
HR. Turmudzi no: 1944.
ِ ‫هللا َاليُ ْؤ ِم ُن قَالُ ْوا َم ْن َي َر ُس ْو َل‬
‫ َم ْن‬:‫هللاِ؟ قَا َل‬ ِ ‫هللا َاليُ ْؤ ِم ُن َو‬ ِ ‫هللا َاليُ ْؤ ِم ُن َو‬ ِ ‫َو‬
‫َال يَ�أ َم ُن َج َار ُه ب َ َوائِ َق ُه‬
“Demi Allah tidak beriman, “Demi Allah tidak beriman,
“Demi Allah tidak beriman. Para shahabat bertanya

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 185
siapakah mereka wahai Rasulullah? “Yaitu orang yang
tidak memberikan rasa aman bagi tetangganya dari
kejahatan dirinya”. HR. Muslim no: 2625.
Begitu Islam menghargai hak tetangga sehingga jibril
terus berwasiat pada Rasul tentang perkara ini sampai Rasul
menyangka bahwa tetangga dapat mewarisi, sebagaimana
sabdanya:

‫ قال رسول هللا صىل هللا عليه‬:‫وعن ابن معر وعائشة ريض هللا عهنام قاال‬
.‫ ما زال جربيل يوصيين ابجلار حىت ظننت أ�نه �سيورثه متفق عليه‬:‫وسمل‬

Menjaga Keharmonisan Tetangga
Untuk membina keharmonisan dalam bertetangga
beberapa tuntunan Rasulullah sebagai berikut:
1. Tidak melarang tetangganya menancapkan atau mendirikan
kayu pada dindingnya untuk membangun sebuah ruang atau
yang lainnya, berdasarkan sabda Nabi:

‫َال ي َ ْمنَ ُع َج ٌار َج َار ُه أ� ْن ي َ ْغ ِر َز َخ�شَ َب ًة ِف ِجدَ ِار ِه‬


“Janganlah seseorang melarang tetangganya menancapkan
sebuah kayu pada dindingnya”. (HR. Bukahri dan Muslim)
2. Tidak menutup pintu bagi tetangganya. Dari Ibnu Umar
radhiallahu anhu berkata: “Sungguh telah datang kepada
kita suatu zaman, di mana kita merasa bahwa tidak ada
yang lebih berhak menikmati uang dinar dan dirham yang
dimilikinya dari saudaranya semuslim, namun sekarang,
uang dinar dan dirham yang dimilikinya lebih dicintainya
dari saudaranya semuslim” Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda:

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


186 Menuju Masyarakat Smart City Madani
َ ‫َ ْك ِم ْن َج ٍار ُمتَ َع ِل ّقٌ ِ َب ِار ِه ي َ ُق ْو ُل َي َر ِ ّب َس ْل‬
‫هذا َ أ� ْغلَ َق َع ِ ّن َبب َ ُه َو َمنَ َع ِن فَضْ َ ُل‬
“Sungguh banyak tetangga yang bergantung pada
tetangganya, dia berkata: Wahai Tuhanku, tanyalah dia!
Orang ini telah menutup pintunya dariku dan menahan
kelebihan hartanya dariku”.
3. Seseorang tidak sepantasnya kenyang sementara tetangga-
nya kelaparan, berdasarkan sabda Nabi:

‫لَيْ َس ْامل ُ ْؤ ِم ُن َّ ِالي يَ� ْش َب ُع َو َج ُار ُه َجائِ ٌع � َل َجنْ ِب ِه‬


“Bukanlah
‫إ‬
seorang yang mu’min orang yang merasa
kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya”.

4. Memperbanyak masakan untuk dibagi pada tetangga

‫ اي‬:‫ قال رسول هللا صىل هللا عليه وسمل‬:‫وعن أ�يب ٍذر ريض هللا عنه قال‬
.‫ وتعاهد جريانك رواه مسمل‬،‫ ف�أكرث ماءها‬،‫أ�اب ٍذر �إذا طبخت مرق ًة‬

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 187
(25)
Kewajiban Zakat Dalam Islam

Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat (‫ )زكاة‬merupakan
mashdar (infinitif) dari kata kerja zakaa (‫ )زكى‬yang berarti: bersih,
tumbuh dan berkembang dan baik. Tetapi, zakat menurut syara’
adalah memberikan (menyerahkan) sebagian dari harta dengan
kadar tertentu untuk orang tertentu yang telah ditentukan syara’
dengan niat karena Allah SWT. Zakat kadang-kadang disebut
juga dengan istilah shadaqah wajibah (sedekah wajib) untuk
membedakannya dari sedekah biasa yang hukumnya sunat.
Zakat termasuk ke dalam al-’ibadah al-maaliyah al-
ijtimaa’iyah (ibadah di bidang harta yang memiliki nilai sosial),
oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan ‘amil zakat atau
badan khusus yang bertugas mengelola segala aspek berkaitan
dengannya, tidak hanya diserahkan kepada kesadaran individu
masing-masing. Para ulama fiqih kemudian memasukkan ibadah
zakat sebagai qadla’iy (ibadah yang jika tidak dilaksanakan, ada
hak orang lain yang terambil), bukan ibadah dayyaniy (ibadah
yang jika tidak dilaksanakan tidak ada hak orang lain yang
terambil), seperti sholat. Karena sifat zakat yang qadla’iy, maka

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


188 Menuju Masyarakat Smart City Madani
pengelolaan zakat tidak bisa dilakukan secara individual, itulah
sebabnya pada zaman Nabi dan khulafaurraasyidin, pengelolaan
zakat menjadi tugas dan tanggung jawab negara, bukan
masyarakat secara perseorangan. Maka dibentuklah Badan
Amil Zakat yang memungut dan mengelola pemanfaatan zakat
tersebut.

Hukum Zakat
Tidak diragukan lagi hukum zakat adalah wajib dan
merupakan salah satu dari rukun Islam. Rasulullah SAW
bersabda:

ُ َّ َّ‫« بُ ِ َن ال ْس َال ُم عَ َل َ ْخ ٍس َشهَا َد ِة أ� ْن َال � َ َل �ال‬


‫الل َو أ� َّن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه‬
‫إ إ‬ ‫ُ ِإ‬
.» ‫الص َال ِة َو�ي َتا ِء َّالز َك ِة َو َح ّ ِج الْ َبيْ ِت َو َص ْو ِم َر َمضَ َان‬ ‫م‬ ‫ا‬َ
َّ ِ َ ‫ول‬‫ق‬ � ‫و‬ ُ ‫َو َر ُس‬
Artinya: “Islam didirikan di atas lima perkara: bersyahadat bahwa
‫إ‬ ‫إ‬
tidak ada tuhan melainkan Allah, bersyahadat bahwa Muhammad
adalah Rasul Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, haji
ke Baitullah, dan berpuasa bulan Ramadhan.” (HR Bukhari &
Muslim).

Jenis-jenis Zakat
Zakat ada dua jenisnya: Pertama, zakat harta (zakat al-
mal). Zakat harta adalah zakat yang dikeluarkan sekali dalam
satu tahun bagi harta yang dimiliki yang sudah mencukupi
nishab (batas jumlah tertentu) wajibnya zakat. Harta tersebut
bisa diperoleh melalui pertanian, peternakan, perdagangan,
pertambangan dan profesi lainnya yang halal secara Islam. Setiap
harta yang dimiliki yang mencukupi nishabnya wajib dikeluarkan
zakatnya. Jumlah nishab dan kadar pengeluarannya masing-

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 189
masing telah diatur dalam fiqh Islam. Allah memerintahkan agar
َ ‫( ” ُخ ْذ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬ambillah zakat sebahagian dari harta yang
“ً‫صدَقَة‬
mereka miliki). Ketika Rasulullah SAW mengirim Mu’az bin Jabal
ke Yaman, beliau kepadanya antara lain:

‫الل افْ َ َت َض عَلَيْ ِ ْم َصدَ قَ ًة ِف أ� ْم َوا ِله ِْم ت ُْؤخ َُذ ِم ْن أ� ْغ ِن َيائِ ِ ْم َوتُ َر ُّد‬
َ َّ ‫فَ�أ ْع ِل ْمه ُْم أ� َّن‬
‫ِف فُ َق َرائِ ِ ْم‬
Artinya: “Maka beritahulah mereka, sesungguhnya Allah telah
mewajibkan ke atas mereka shadaqah (zakat) dalam harta
mereka, diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan
diberikan kepada orang-orang fakir di kalangan mereka.” (HR al-
Bukhari, Muslim, at-Tirmizi, Abu Daud, Ibn Majah, an-Nasa’i dan
lain-lain).
Kedua, zakat jiwa (zakat nafs) disebut dengan zakat
fithrah, yaitu zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap individu
muslim di akhir bulan Ramadhan sebelum sholat ‘Idul Fithri yang
jumlahnya sebanyak satu sha’ bahan makanan pokok seperti
beras, atau seukuran 2,5 kg untuk takaran zaman sekarang.
Dalam sebuah hadis dari Abdullah bin Umar dijelaskan:

‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل َز َك َة الْ ِف ْط ِر َصاعًا ِم ْن تَ ْم ٍر أ� ْو َصاعًا‬ ُ ‫هللا َص َّل‬ ِ ‫فَ َر َض َر ُس ْو ُل‬


‫الص ِغ ْ ِي َو ْال َكب ْ ِِي ِم َن الْ ُم ْس ِل ِم ْ َي‬
َّ ‫ِم ْن َش ِع ْ ٍي عَ َل الْ َع ْب ِد َوالْ ُح ّ ِر َو َّاذل َك ِر َو ْ ُأالن َْث َو‬
‫الص َل ِة‬
َّ ‫َو أ� َم َر بِ َا أ� ْن تُ َؤدَّى قَ ْب َل خ ُُر ْوجِ النَّ ِاس � َل‬
Artinya: “Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah sebanyak
‫إ‬
satu sha’ dari kurma, atau satu sha’ dari gandum yang wajib
dibayar oleh hamba sahaya dan orang merdeka, baik ia laki-laki
ataupun perempuan, anak kecil ataupun orang dewasa dari umat
Islam; beliau memerintahkan supaya ditunaikan sebelum orang-
orang keluar melaksanakan shalat hari raya.” (HR al-Bukhari)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


190 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Zakat fithrah boleh juga dibayarkan dengan uang yang
senilai dengan ukuran 2,5 kg beras tersebut, bagi ulama yang
berpendapat demikian.

Ancaman Bagi Yang Tidak Mengeluarkan Zakat


Orang yang tidak mau membayat zakat diancam oleh
Allah SWT sebagaimana terdapat dalam surah at-Taubah sebagai
berikut:

‫ش ُ ْه ِب َع َذ ٍاب‬ ِ ‫ون ا َّذله ََب َوالْ ِفضَّ َة َو َال يُن ِف ُقونَ َا ِف َسب‬
ِ َّ ‫ِيل‬
ْ ّ ِ َ‫الل فَب‬ َ ‫َو َّ ِال َين يَ ْك ِ ُن‬
‫ ي َ ْو َم ُ ْي َمى عَلَيْ َا ِف نَ ِر َ َجنَّ َ فَ ُت ْك َوى بِ َا ِج َبا ُهه ُْم َو ُجنُوبُ ُ ْم َو ُظه ُُور ُ ْه ه ََذا‬.‫أ� ِل ٍمي‬
‫ون‬َ ‫نت تَ ْك ِ ُن‬
ْ ُ ‫َما َك َ ْن ُ ْت ِ َألن ُف ِس ُ ْك فَ ُذو ُقوا َما ُك‬
Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang
kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS at-taubah (9): 34-
35).
Manfaat Zakat
Zakat sangat bermanfaat bagi orang yang mengeluarkan
zakat itu sendiri (muzakki) dan juga bagi masyarakat yang
berhak menerimanya (mustahiq). Bagi muzakki, zakat memberi
manfaat sebagai berikut:
Pertama, membersihkan harta dan jiwa serta menyucikan-
nya dari dosa-dosa dan dari sifat kikir, bakhil, dengki dan sebagai-

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 191
nya, di samping membantu kehidupan fakir miskin dan orang-
orang yang membutuhkan.

‫خ ُْذ ِم ْن أ� ْم َوا ِله ِْم َصدَ قَ ًة ت َُطهّ ُِر ُ ْه َوتُ َز ِكّ ِهي ْم بِ َا َو َص ِ ّل عَلَيْ ِ ْم � َّن َص َالت ََك َس َك ٌن‬
‫إ‬
ُ َّ ‫لَه ُْم َو‬
‫الل َ ِسي ٌع عَ ِل ٌمي‬
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (QS at-Taubah (9): 103).
Kedua, Allah SWT menjanjikan bagi siapa saja yang mau
mengeluarkan hartanya dalam bentuk zakat, infaq, maupun
shodaqoh, akan diberi ganjaran yang berlipat, tidak hanya
di akhirat melainkan juga di dunia. Zakat dapat menumbuh-
kembangkan harta yang dimiliki; Terbukti belum pernah ada
seorang yang jatuh miskin dan bangkrut karena membayar
zakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

‫الل َكَث َِل َحبَّ ٍة أ�ن َبت َ ْت �سَ ْب َع �سَنَا ِب َل ِف‬


ِ ّ ‫ِيل‬ َ ‫َمث َ ُل َّ ِال َين يُن ِف ُق‬
ِ ‫ون أ� ْم َوالَه ُْم ِف َسب‬
‫الل َو ِاس ٌع عَ ِل ٌمي‬ ُ ّ ‫ك ُسن ُب َ ٍل ِّمئَ ُة َحبَّ ٍة َو‬
ُ ّ ‫الل يُضَ ا ِع ُف ِل َمن يَشَ اء َو‬ ِّ ُ
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi
maha mengetahui.” (QS al-Baqarah (2): 261).
Rasulullah SAW bersabda: « ‫صدَّقُ ْوا‬
َ َ ‫ فَت‬،ٍ‫صدَقَة‬ ُ ُ‫» َل يَ ْنق‬
َ ‫ص َما ٌل ِم ْن‬
artinya: “Harta tidak akan berkurang karena bersedekah, maka
bersedekahlah kalian!” (HR Ahmad & al-Bazzar).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


192 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Selanjutnya, dari sisi mustahiq (rang-orang yang berhak
menerima zakat), zakat sangat bermanfaat, antara lain: Pertama,
memenuhi kebutuhan dan meringankan beban hidupnya,
dari sisi ini zakat bernilai konsumtif. Selanjutnya, dengan
pemberian zakat secara terprogram bagi mustahiq, maka akan
bisa mengembangkan harta yang dimilikinya dan bahkan akan
mampu mengubah kondisi seseorang yang asalnya mustahiq
menjadi muzakki.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 193
(26)
Doa Senjata Orang Mukmin

Pengertian Doa
Secara bahasa, kata “doa” itu bermakna seruan, jadi berdoa itu
artinya menyeru, mengucap, memanggil. Sedangkan secara
istilah “doa” adalah suatu permohonan atau permintaan dan
ucapan kepada Allah SWT sebagai penguasa alam semesta,
seperti contoh: meminta ampunan, pertolongan dari hal-hal
yang ditakutkan, keselamatan hidup, ucapan rasa bersyukur,
minta diberikan rizki yang halal dan ketetapan iman dan Islam,
dan lain sebagainya.
Doa Senjata Orang Mukmin
Doa merupakan senjata orang mukin. Ketentuan diriwayatkan
oleh Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW yang termuat
dalam kitab al-Targhib wa al-Tahib li al-Mundziri sebagai berikut:

‫وعن أ�يب هريرة ريض هللا عنه قال قال رسول هللا صىل هللا عليه‬
‫رواه‬  ‫ادلعاء سالح املؤمن وعامد ادلين ونور السموات وا ألرض‬  ‫وسمل‬

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


194 Menuju Masyarakat Smart City Madani
‫احلامك وقال حصيح الإ�سناد ورواه أ�بو يعىل من حديث عيل‬.
Dari Abu Hurairah r.a, Nabi Muhammmad SAW bersabda:”Doa
adalah senajata orang mukmin dan tiang agama serta menjadi
cahaya di langit dan di Bumi (HR. al-Hakim)

Adab-adab Berdoa
1. Mencari Waktu yang Mustajab
Di antara waktu yang mustajab adalah hari Arafah, Ramadhan,
sore hari Jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam terakhir.
Nabi SAW bersabda,

‫يزنل هللا تعاىل لك ليةل �إىل السامء ادلنيا حني يبقى ثلث الليل ا ألخري‬
‫ من‬،‫ من يس�ألىن ف�أعطيه‬،‫ من يدعوىن ف�أ�ستجب هل‬:‫فيقول عز وجل‬
‫ي�ستغفرىن ف�أغفر هل‬
“Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga
malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku,
Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang
memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)
2.
Memanfaatkan Keadaan yang Mustajab untuk Berdoa
Di antara keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah ketika
perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah,
atau ketika puasa menjelang berbuka.
3. Menghadap Kiblat dan Mengangkat Tangan
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap
kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam.
(HR. Muslim)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 195
4. Dengan Suara Lirih dan Tidak Dikeraskan

‫َو َل َ ْته َْر ب َِص َل ِت َك َو َل ُ َتا ِف ْت بِ َا َوابْ َتغ ِ ب َ ْ َي َذ ِ َل َسب ًِيل‬


“Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.”
(QS. al-Isra[17];110)

‫ �ن َّ ُه‬، ‫ص َو َال غَائِ ًبا‬ َ ‫ فَ�نَّ ُ ْك َال تَدْ ُع‬، ‫ ْارب َ ُعوا عَ َل أ�نْ ُف ِس ُ ْك‬، ‫َي أ�يُّ َا النَّ ُاس‬
َّ َ �‫ون أ‬
‫إ‬ ‫إ‬
ٌ ‫ �ن َّ ُه َ ِسي ٌع قَ ِر‬، ‫َم َع ُ ْك‬
‫يب‬
“Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian
‫إ‬
tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah
bersama kalian, Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (HR.
Bukhari)
5. Tidak Dibuat Bersajak
Doa yang terbaik adalah doa yang ada dalam Alquran dan
Sunah. Allah SWT berfirman:

‫َضعًا َو ُخ ْفيَ ًة �ن َّ ُه َل ُ ِي ُّب الْ ُم ْع َت ِد َين‬


ُّ َ ‫ا ْد ُعوا َربَّ ُ ْك ت‬
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan
‫إ‬
suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)

6. Khusyu’, Merendahkan Hati, dan Penuh Harap

‫ون ِف الْخ ْ ََي ِات َويَدْ ُعونَنَا َرغَ ًبا َو َر َه ًبا َو َكنُوا لَنَا خ َِاش ِع َني‬
َ ‫�نَّ ُ ْم َكنُوا ي َُس ِار ُع‬
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera
‫إ‬
dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka
berdoakepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


196 Menuju Masyarakat Smart City Madani
7. Memantapkan Hati dalam Berdoa dan Berkeyakinan untuk
Dikabulkan Nabi SAW bersabda,

‫ال يقل أ�حدمك �إذا دعا اللهم اغفر يل �إن شئت اللهم ارمحين �إن شئت‬
‫ليعزم املس�أةل ف�إنه ال ُمك ِره هل‬
“Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya
Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah
aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginan
nya, karena tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia
mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan
kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (HR. Ibn Hibban dan
dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth)
Di antara bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar
bahwa dia sedang meminta sesuatu. Dari Abu Hurairah
radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ادعوا هللا و أ�نمت موقنون ابلإجابة واعلموا أ�ن هللا ال ي�ستجيب دعاء‬
‫من قلب غافل اله‬
“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari
hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi)
8. Mengulang-ulang Doa dan Merengek-rengek dalam Berdoa
Mislanya, orang berdoa: Yaa Allah, ampunilah hambu-MU,
ampunilah hambu-MU…, ampunilah hambu-MU yang penuh
dosa ini. ampunilah ya Allah…. Dia ulang-ulang permohonannya.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 197
Semacam ini menunjukkan kesungguhhannya dalam berdoa.
Ibn Mas’ud mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan
apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga
kali. (HR. Muslim)
9. Tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghin-
dari perasaan: mengapa doaku tidak dikabulkan atau
kalihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫�س َت َج ْب ِل‬ ُ ‫اب َأل َح ِد ُ ْك َما لَ ْم ي َ ْع َج ْل ي َ ُق‬


ْ ُ ‫ول َد َع ْو ُت فَ َ ْل ي‬ ْ ُ‫ي‬
ُ ‫�س َت َج‬
“Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa.
Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja
dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya
tidak kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas
berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ ما مل‬،‫ال يزال ادلعاء ي�ستجاب للعبد ما مل يدع بإمث أ�و قطيعة رمح‬
‫ يقول قد دعوت‬:‫ اي رسول هللا وما الا�ستعجال؟ قال‬:‫ قيل‬،‫ي�ستعجل‬
‫ في�ستحرس عند ذكل ويدع ادلعاء‬،‫وقد دعوت فمل أ�ر ي�ستجيب يل‬
‫رواه مسمل‬
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak
berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama
dia tidak terburu-buru.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah,
apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau
bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa,
Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia
putus asa dan meninggalkan doa.” (HR. Muslim dan Abu Daud)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


198 Menuju Masyarakat Smart City Madani
10. Kesepuluh, Memulai Doa dengan Memuji Allah dan
Bershalawat Kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Bagian dari adab ketika memohon dan meminta adalah
memuji Dzat yang diminta. Demikian pula ketika hendak
berdoa kepada Allah. Hendaknya kita memuji Allah dengan
menyebut nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul husna).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar ada
orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji
Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Kemudian beliau bersabda, “Orang ini terburu-
buru.” kemudian beliau bersabda,

‫�إذا صىل أ�حدمك فليبد أ� بتحميد ربه جل وعز والثناء عليه مث ليصل‬
‫عىل النيب صىل هللا عليه وسمل مث يدعو مبا شاء‬
“Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan
memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian
berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan
dishahihkan Al-Albani)
11. Memperbanyak Taubat dan Memohon Ampun Kepada Allah
Banyak mendekatkan diri kepada Allah merupakan
sarana terbesar untuk mendapatkan cintanya Allah.
Dengan dicintai Allah, doa seseorang akan mudah
dikabulkan. Di antara amal yang sangat dicintai
Allah adalah memperbanyak taubat dan istighfar.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

‫ َو َما يَ َز ُال‬، ‫ِش ٍء أ� َح َّب � َ َّل ِم َّما افْ َ َتضْ ُت عَلَ ْي ِه‬
ْ َ ‫َو َما تَ َق َّر َب � َ َّل َع ْب ِدى ب‬
‫إ‬ ‫إ‬
‫ َو� ْن‬،.…‫ فَ� َذا � ْأح َب ْب ُت ُه ُك ْن ُت‬، ‫َع ْب ِدى ي َ َت َق َّر ُب � َ َّل ِبلنَّ َوا ِف ِل َح َّت أ� ِحبَّ ُه‬
‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 199
‫ َول َ ِ ِئ ا ْ�س َت َعا َذ ِن ُأل ِع َيذن َّ ُه‬، ‫َس�أل َ ِن ُألع ِْط َينَّ ُه‬
“Tidak ada ibadah yang dilakukan hamba-Ku yang lebih
Aku cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada hamba-
Ku yang sering beribadah kepada-Ku dengan amalan sunah,
sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka
…jika dia meminta-Ku, pasti Aku berikan dan jika minta
perlindungan kepada-KU, pasti Aku lindungi..” (HR. Bukhari)
12. Hindari Mendoakan Keburukan, Baik Untuk Diri Sendiri,
Anak, Maupun Keluarga Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman, mencela manusia yang berdoa dengan doa yang
buruk,

‫لش ُدعَاء ُه ِبلْخ ْ َِي َو َك َن ال َنس ُان َ ُعو ًال‬


ِ ّ َّ ‫َويَدْ ُع ال َنس ُان ِب‬
‫ِإ‬
“Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa
‫ِإ‬
untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”
(QS. Al-Isra’: 11)

َ ِ ‫الش ا ْ�س ِت ْع َجالَهُم ِبلْخ ْ َِي لَ ُق‬


‫ض �لَيْ ِ ْم أ� َجلُه ُْم‬ ََّّ ‫الل ِللنَّ ِاس‬
ُ َّ ‫َولَ ْو يُ َع ِ ّج ُل‬
‫إ‬
“Kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi
manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan
kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka (binasa).” (QS.
Yunus: 11)
Ayat ini berbicara tentang orang yang mendoakan
keburukan untuk dirinya, hartanya, keluarganya, dengan
doa keburukan.
13. Menghindari Makanan dan Harta Haram Makanan yang
haram menjadi sebab tertolaknya doa.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


200 Menuju Masyarakat Smart City Madani
‫الل أ� َم َر الْ ُم ْؤ ِم ِن َني‬ َ َّ ‫الل َط ِ ّي ٌب َال ي َ ْق َب ُل �الَّ َط ِ ّي ًبا َو� َّن‬ َ َّ ‫أ�يُّ َا النَّ ُاس � َّن‬
‫اعلُوا‬ َ ْ ‫ات َو‬ ِ ‫ِب َما أ� َم َر ِب ِه ا إلْ ُم ْر َس ِل َني فَ َقا َل ( َي أ�يُّ َا ُّالر ُس ُل ُ ُكوا إ ِم َن ا َّلط ِ ّي َب‬
‫إ‬
‫ون عَ ِل ٌمي‬َ ُ‫ات َ)صا ِل ًحا � ِ ّن ِب َما تَ ْع َمل‬ ِ ‫َوقَا َل َ(ي أ�يُّ َا َّ ِال َين � آ َمنُوا ُ ُكوا ِم ْن َط ِ ّي َب‬
‫إ‬
‫الس َف َر أ� ْش َع َث أ� ْغ َ َب ي َ ُم ُّد يَدَ يْ ِه‬ َّ ‫ ُ َّث َذ َك َر َّالر ُج َل يُ ِطي ُل‬.» )‫َما َر َز ْقنَ ُ ْاك‬
‫شبُ ُه َح َرا ٌم َو َملْبَ ُس ُه َح َرا ٌم‬ َ ْ ‫الس َما ِء َي َر ِ ّب َي َر ِ ّب َو َم ْط َع ُم ُه َح َرا ٌم َو َم‬ َّ ‫إ� َل‬
‫اب ِ َل ِ َل‬ ْ ُ ‫َوغُ ِذ َى ِبلْ َح َرا ِم فَ�أنَّ ي‬
ُ ‫�س َت َج‬
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib
(baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang
baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan
kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-
Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul!
Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah
amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-
orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang
telah kami rezekikan kepadamu’. Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang
telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya.
Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu
mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai
Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang
yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari
yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram,
maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?”
(HR. Muslim)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 201
(27)
Menjaga Hubungan Sesama Manusia

Berpegang pada Tali Allah


Muslim yang baik adalah muslim yang memiliki keseim-
bangan; antara dunia dan akhirat, zhahir dan batin, hubungan
dengan manusia dan Tuhan. Dalam satu ayat ditegaskan,
ِ َّ ‫ضب َ ْت عَلَيْ ِ ُم ِّاذل َّ ُل أ� ْي َن َما ثُ ِق ُفوا � َّل ِ َب ْب ٍل ِم َن‬
‫الل َو َح ْب ٍل ِم َن النَّ ِاس‬ ِ ُ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada,
‫إ‬
kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 112).
Hubungan dengan sesama manusia terbagi lagi menjadi
beberapa bagian. Jika ada hubungan nasab, maka hubungan
tersebut disebut dengan istilah shilaturrahim, namun jika
hubungan tersebut murni hanya karena ikatan agama Islam, maka
disebut dengan istilah Ukhuwwah Islamiyyah atau persaudaraan
karena sama-sama menganut agama Islam.
Bersaudara Karena Allah SWT
Kelangsungan suatu hubungan terkait erat dengan motifasi
hubungan tersebut. Jika hubungan hanya karena kepentingan,

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


202 Menuju Masyarakat Smart City Madani
maka akan berakhir dengan berakhirnya kepentingan. Ketika
hubungan sesama muslim didasarkan karena Allah Swt, maka
akan terus berlanjut, sebagaimana berlanjutnya hubungan
dengan Allah Swt. Maka seorang muslim mesti mengawali
hubungannya dengan sesama muslim atas dasar niat baik
karena Allah Swt. Mereka yang mampu melakukan itu akan
mendapatkan naungan Allah Swt pada saat tidak ada naungan,
bahkan mereka dicari Allah Swt saat mereka memerlukan
perlindungan, Allah Swt berfirman dalam sebuah hadits yang
disampaikan Rasulullah Saw,

‫ون ِ َب َل ِل الْ َي ْو َم أ� ِظلُّه ُْم ِف ِظ ِ ّل ي َ ْو َم َل ِظ َّل � َّل ِظ ِ ّل‬


َ ُّ ‫أ� ْي َن الْ ُم َت َحاب‬
‫إ‬
“Dimanakah orang-orang yang saling menyayangi karena
Aku. Hari ini Aku akan melindungi mereka di bawah naungan-Ku
pada saat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku”. (HR. Muslim).

Kepedulian Bukti Keimanan


Betapa mudahnya mengatakan, “Ini saudara saya”. Namun
ucapan itu menjadi kehilangan maknanya ketika tanpa aksi dan
bukti. Maka dalam Islam dinyatakan dengan jelas,

‫َل يُ ْؤ ِم ُن أ� َحدُ ُ ْك َح َّت ُ ِي َّب ِ َأل ِخي ِه َما ُ ِي ُّب ِلنَ ْف ِس ِه‬
“Salah seorang diantara kamu belum beriman, hingga ia
menyayangi saudaranya seperti ia menyayangi dirinya sendiri”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Bukan hanya sekedar tanda keimanan, bahkan lebih keras
dari itu, orang yang tidak memiliki kepedulian dicap sebagai
orang yang tidak beriman,

‫ليس ابملؤمن اذلي يبيت �شبعان وجاره جائع �إىل جنبه‬


RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 203
“Bukan mu’min, orang yang sanggup tidur lelap, sedangkan
tetangganya kelaparan”. (HR. Al-Hakim).

Hak Sesama Muslim


Ketika telah terjadi ukhuwwah, maka ada hak dan kewa-
jiban. Dalam satu hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim,
Rasulullah Saw menyatakan ada enam,
ِ َّ ‫َح ُّق الْ ُم ْس ِ ِل عَ َل الْ ُم ْس ِ ِل ِستٌّ ِقي َل َما ه َُّن َي َر ُسو َل‬
‫الل قَا َل � َذا لَ ِقي َت ُه فَ َس ِ ّ ْل‬
‫َ َ إ‬
‫الل‬َ َّ َ َ ‫عَلَ ْي ِه َو� َذا َدعَاكَ فَ�أ ِج ْب ُه َو� َذا ْاست َ ْن َص َح َك فَان َْص ْح ُل َو�ذا َع َط‬
َ‫د‬ ِ
‫م‬ ‫ح‬ َ ‫ف‬ ‫س‬
‫إ‬ َ ‫فَ َس ِّم ْت ُهإ َو� َذا َم ِر َض فَ ُعدْ ُه إ َو� َذا َم‬
‫ات فَات َّ ِب ْع ُه‬
“Hak seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim
‫إ‬ ‫إ‬
ada enam”. Ada yang bertanya, “Apakah itu wahai Rasulullah?”.
Rasulullah Saw menjawab,
Pertama, jika bertemu, ucapkan salam.
Dalam satu hembusan nafasnya, seorang muslim sudah
mendoakan saudaranya dengan tiga doa; keselamatan, rahmat
Allah Swt dan berkah. Inilah salam yang hanya ada pada muslim.
Kedua, jika ia mengundangmu, maka hadirilah undangan
itu.
Wajib menghadiri undangan yang tidak mengandung
perbuatan maksiat. Jika berhalangan, sebutkan alasan agar
tidak menimbulkan prasangka buruk yang dapat memutuskan
hubungan baik.
Ketiga, berilah ia nasihat.
Hadiah terindah yang diberikan seorang muslim kepada
saudaranya adalah nasihat. Karena hadiah materi akan berakhir

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


204 Menuju Masyarakat Smart City Madani
dengan berakhirnya masa. Tapi nasihat akan terus kekal abadi
dalam bentuk amal jariyah yang terus mengalir.
Keempat, jika ia bersin, ia mengucapkan hamdalah, maka
ucapkanlah, “Yarhamukallah (semoga Allah Swt merahmatimu)”.
Bukti kepedulian seorang muslim, bukan hanya musibah
besar saja. Ada respon meskipun hanya dalam bersin. Semua
berawal dari kepedulian yang sangat sederhana.
Kelima, jika ia sakit, jenguklah.
Menjenguk orang sakit memiliki dua arah; pertama,
menyenangkan hati orang yang sakit. Kedua, menyadarkan orang
yang sehat betapa besarnya nikmat kesehatan yang selama ini
lupa ia syukuri.
Keenam, jika ia meninggal dunia, maka iringilah jenazahnya.
Mengiringi jenazah bukan hanya menghibur keluarga
yang ditinggalkan, namun lebih dalam daripada itu, mengiringi
jenazah memberikan nasihat yang amat sangat dalam bagi
orang-orang yang melakukannya, ia sedang mendapat nasihat
yang tidak bersuara dan tidak berhuruf, itulah kematian. Ia
akan melihat bagaimana saudaranya dimasukkan ke liang
lahat. Mata kepalanya melihat dengan jelas semua prosesi itu
sehingga memberikan efek psikologis bagi orang-orang yang
mau mengambil pelajaran. Akhir dari semua itu adalah adanya
perubahan dalam perilaku menuju yang lebih baik. Kepada Allah
Swt maupun kepada sesama manusia.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 205
(28)
Sederhana Mengadapi Idul Fitri

Hidup sederhana salah satu ajaran Islam

Agama Islam menganjurkan agar umatnya senantiasa


hidup sederhana dalam semua tindakan, sikap dan amal. Islam
adalah agama yang berteraskan nilai kesederhanaan yang tinggi.
Kesederhanaan adalah satu ciri yang umum bagi Islam dan salah
satu perwatakan utama yang membedakan dari umat yang lain.
Ini selaras dengan firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat
143 yang artinya: “Dan demikianlah kami telah menjadikan kamu
(umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi
atas (perbuatan) manusia.”

Atas prinsip inilah, maka umat Islam yang sejati merupakan


umat yang adil dan sederhana. Merekalah yang akan menjadi
saksi di dunia dan di akhirat di atas setiap penyelewengan,
penindasan serta penyimpangan ke kanan maupun ke kiri dari
jalan pertengahan yang lurus. Rasulullah s.a.w. telah bersabda
dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi: yang
artinya :  “ Sebaik-baik perkara ialah yang paling sederhana”

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


206 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Kesederhanaan adalah budaya yang telah diterapkan
oleh Rasulullah S.A.W. Budaya sederhana dan senantiasa
mendaulatkan prinsip keadilan serta kemanusiaan inilah yang
membentuk generasi Islam yang begitu mantap dan berkualitas.
Generasi yang dididik oleh Nabi Muhammad S.A.W dengan ciri
kesederhanaan dan penghayatan memahami Islam yang sejati
berlandaskan cahaya al-Quran itulah yang akhirnya berhasil
mengangkat panji-panji Islam ke seluruh dunia.

Rasulullah SAW dan Nabi-nabi yang lain menyukai


hidup sederhana dan wajar. Beliau menikmati ketenangan
hidup secara sederhana bukan berlebih-lebihan dan berfoya-
foya. Beliau hidup sederhana di segala urusannya sehari-hari
baik itu dari segi makanan, berpakaian dan juga apa yang ada
padanya. Beliau mencontohkan hidup yang baik pada umatnya
dan bahkan penasehat mereka untuk hidup sederhana dan
menahan diri dari hidup yang berpoya-poya. Dalam Rasulullah
mengajarkan pada umat-Nya untuk hidup sederhana.
“Orang yang mencapai kejayaannya ialah orang yang bertindak di
atas prinsip Islam dan hidup secara sederhana”.

“Barang yang sedikit tetapi cukup (untuk memenuhi


kebutuhan hidup) adalah lebih baik daripada banyak (tetapi
menjadikan mereka lupa diri) dan menyesatkanya (dari jalan
hidup yang sederhana”.  

Al-Quran mengajak untuk hidup sederhana, menurut


Alquran jalan yang terbaik adalah jalan tengah. sebagai-
mana  firman Allah swt: “Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak
(pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah
antara yang demikian”.. ( QS. Al Furqaan (25): 67)

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 207
adalahMeskipun Rasulullah mempunyai
suatu keteladanan sumber
yang sangat kekayaanuntuk
berharga yang
banyak,
dicontohbeliau
dan tetap hidupBahkan
diikuti. secara sederhana
keempat yaitu berdasarkan
khalifah setelah
keperluan-keperluan
beliau tetap mempertahankan hidup yang sederhana. suatu
yang sederhana saja. Ini adalah
keteladanan yang sangat berharga untuk dicontoh dan diikuti.
BahkanAnjuran
keempatNabi
khalifah setelahhanya
ini tidak beliauterbatas
tetap mempertahankan
pada pakaian
hidup yang sederhana.
saja tapi juga mencakup sandang, pangan, papan dan segala
kebutuhan
Anjuranpokok.
Nabi iniBegitu jugaterbatas
tidak hanya Allah pada
melarang
pakaianmenjerat
saja tapi
leher karena terlalu hemat sebagaimana dia melarang
juga mencakup sandang, pangan, papan dan segala kebutuhan
hambanya
pokok. untuk
Begitu hidup
juga Allah boros menjerat
melarang dan berpoya-poya,
leher karenakarena
terlalu
hemat
kedua sebagaimana dia melarang hambanya
sikap ini bertentangan untuk hidup
dengan hidup boros
sederhana.
dan berpoya-poya, karena
Allah SWT berfirman: kedua sikap ini bertentangan dengan
hidup sederhana. Allah SWT berfirman:

         

      


     

           

          

Ketahuilah bahwa
“Ketahuilah bahwasesungguhnya
sesungguhnya kehidupan duniadunia
kehidupan itu hanyalah
itu “
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan
megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
dan bermegah-megah
banyaknya antarahujan
harta dan anak, seperti kamu
yangserta berbangga-
tanam-tanamannya
banggaan tentang
mengagumkan banyaknya
para petani; hartatanaman
kemudian dan anak, seperti kering
itu menjadi hujan
yangkamu
dan tanam-tanamannya
lihat warnanya kuning mengagumkan
kemudian menjadi para petani;
hancur. Dan
kemudian
di tanaman
akhirat (nanti) itu menjadi
ada azab yang keraskering dan kamu
dan ampunan dari lihat
Allah
serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat lain hanyalah
kesenangan
(nanti) adayang
azabmenipu,” (QS al-Hadid:20).
yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
.)kesenangan yang menipu,” (QS al-Hadid:20
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
208 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Kebahagiaan hakiki bukanlah di dunia. Tak apa bersakit di
dunia, jika bisa menuai kebaikan di surga. Karena itu, jiwa, hati
dan pikiran seorang Mukmin selalu bertaut dengan akhirat, dan
terus bekerja untuk menjadikan kehidupan dunianya sebagai
tiket menuju surga. Sejalan dengan ini, ada seorang ahli hikmah
yang berkata: “sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan dunia
terdiri atas tiga bagian; sebagian bagi mukminin; sebagian bagi
orang munafik; sebagian lagi bagi orang Kafir. Maka orang
mukmin menyiapkan perbekalan, orang munafik menjadikannya
perhiasan, dan orang Kafir menjadikannya tempat bersenang-
senang.”

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,


(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-
orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang
tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-
istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya
mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari
di balik itu; maka mereka itulah orang-orang yang melampaui
batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang menjaga
shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di
dalamnya,” (QS al-Mukminun:1-11).

Sederhana dalam Konsumsi

Perut adalah sumber dari segala macam penyakit. Oleh


sebab itu, Islam mengajarkan kesederhanaan dalam makan
dan minum. Sebab, orang yang tidak seimbang dalam makan
minumnya, dampak buruk akan menimpa tubuh dan badan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 209
orang tersebut. Seorang muslim dalam makan dan minumnya
dituntut untuk melaksanakan aturan yang telah Allah tentukan.

Pertama : tidak boleh berlebih-lebihan. Allah SWT berfir-


man yang artinya: …….“ Makan, minumlah, dan jangan berlebih-
lebihan, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan” (QS Al-A’raf [7] : 31). Kedua : tidak boleh makan
dan minum sesuatu yang membahayakan dirinya, apalagi yang
haram. Ketiga : hendaklah makan dan minum dengan seimbang.
Rasulullah SAW bersabda :

‫شا ِم ْن ب َ ْط ٍن ِ َب ْس ِب ا ْب ِن � آ َد َم أ� ُ َك ٌت يُ ِق ْم َن ُصلْ َب ُه فَ� ْن‬ ًّ َ ‫َما َم َ َأل � آ َد ِم ٌّي ِوعَ ًاء‬


‫إ‬
‫شا ِب ِه َوثُلُ ٌث ِلنَ َف ِس ِه‬
َ َ ‫َك َن َل َم َح َ َال فَثُلُ ٌث ِل َط َعا ِم ِه َوثُلُ ٌث ِل‬
“ tidaklah seorang anak Adam dapat memenuhi suatu
wadah dengan kejelekan kecuali perutnya. Cukuplah bagi anak
Adam suapan makanan yang membuat tulang punggungnya
tegak. Jika tidak dapat mengalahkan nafsunya maka sebaiknya dia
mengisi sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumnya,
dan sepertiga untuk nafasnya”.(HSR Imam Ahmad, Tirmidzi, dan
Ibnu Majah).

Arti dari makanan yang dapat menegakkan tulang punggung-


nya yaitu makanan dan minuman yang mengandung zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh kita, seperti mengandung protein dan
vitamin. Hal ini menuntut kita untuk menyeleksi jenis makanan
yang dibutuhkan. Disamping itu, perlu diperhatikan juga makanan
dan minuman yang harganya lumrah dan terjangkau oleh daya
beli kita, tetapi layak untuk dimakan dan tidak membahayakan
kita, baik dalam urusan ukhrowi maupun duniawi.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


210 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda:       

‫ “ثالثة يبغضهم هللا تعال من‬: ‫ أ�نه قال‬-‫وعن النيب عليه الصالة والسالم‬
.‫غري جرم الاكول والبخيل واملتكرب‬
“ tiga golongan manusia yang sangat dibenci Allah Ta’ala
tanpa berbuat dosa, yaitu orang yang banyak makan, orang bakhil
(kikir), dan orang sombong”.

Adapun cara mengurangi makan adalah dengan merenungkan


manfaat dan pentingnya makan sedikit yaitu: menjaga kesehatan
tubuh, dapat memelihara diri (menghindari) barang yang haram
dan sifat tamak

Kehidupan Rasulullah SAW

Nabi Muhammad saw selama hidupnya adalah seorang


pribadi sederhana. Meskipun memiliki kekuasaan yang besar,
tak terbersit sedikit pun dalam diri beliau memanfaatkannya
untuk memiliki harta yang berlimpah. Kesederhanaan Rasulullah
saw tidak sebatas pada sikap beliau yang memang sangat
sederhana, tetapi juga pada apa yang dimilikinya. Hal itu beliau
tampakkan dalam kehidupan sehari-harinya. Rasulullah saw
bersabda,”Tiada hak bagi seorang anak Adam dalam semua hal
ini kecuali rumah tempat tinggal, baju yang menutup auratnya,
roti kering dan air.”(Tarmidzi); Ibnu Abbas menceritakan bahwa
terkadang   Rasulullah s.a.w beserta keluarganya tidak makan
beberapa malam, karena tidak ada yang akan dimakannya
dan kebanyakan makanan mereka terdiri dari roti dan tepung
gandum.  (Tarmidzi).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 211
Orang yang sederhana dalam penampilan dan gaya hidup
kesehariannya merupakan titik tolak kesadaran tinggi hidup
bersosial. Dengan demikian, sikap atau gaya hidup berlebihan,
glamor, dan sombong adalah lawan yang harus dimusnahkan
dalam sikap hidup keseharian seseorang. Karena orang yang
suka berlebih-lebihan merupakan tanda sikap individualistik,
yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan
nasib orang lain di sekitarnya.Gaya hidup berlebih-lebihan inilah
yang sering Allah SWT kecam dalam Alquran. Karena sikap ini
adalah awal bencana dalam kehidupan sosial. Jika dalam diri
seseorang telah tertanam ambisi untuk memperkaya diri sendiri,
ia akan sangat mudah terseret untuk menghalalkan segala cara
demi meraih apa yang ia cita-citakan. Dan ini sangat berbahaya
bagi kehidupan sosial. Dampak negatif yang ditimbulkannya
cukup besar. Orang akan makin asyik dengan perilaku negatif
yang dilakukannya. Akhirnya, jika gaya hidup berlebih-lebihan
terus dipupuk, lambat laun ia akan menjadi budaya yang berakar
kuat dan sulit dicerabut. Rasulullah SAW adalah satu teladan
mulia yang memperlihatkan sikap sederhana. Meskipun beliau
memiliki kedudukan terpandang di masyarakat Arab kala itu,
beliau sama sekali tidak berobsesi dan berkeinginan untuk
memamerkan kedudukannya. Rumah beliau sangat sederhana,
alas tidur pun hanya pelepah daun kurma yang membekas di
pipi beliau setiap kali bangun tidur. Sikap hidup sederhana ini
pulalah yang dibudayakan oleh para khalifah sepeninggal Nabi
SAW. “Sesungguhnya pada pribadi kehidupan Rasululah SAW
adalah contoh teladan yang baik bagimu, bagi orang mengharap
kerelaan Allah dan keselamatan hari akhirat.”

Kesederhanaan Rasul SAW dituturkan oleh Umar saat


dia memasuki kamar Nabi: Aku menemui Rasulullah saw. yang
sedang berbaring di atas sebuah tikar. Aku duduk di dekatnya

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


212 Menuju Masyarakat Smart City Madani
lalu beliau menurunkan kain sarungnya dan tidak ada sesuatu
lain yang menutupi beliau selain kain itu. Terlihatlah tikar
telah meninggalkan bekas di tubuh beliau. Kemudian aku
melayangkan pandangan ke sekitar kamar beliau. Tiba-tiba aku
melihat segenggam gandum kira-kira seberat satu sha”˜ dan
daun penyamak kulit di salah satu sudut kamar serta sehelai kulit
binatang yang belum sempurna disamak. Seketika kedua mataku
meneteskan air mata tanpa dapat kutahan. Rasulullah bertanya:
Apakah yang membuatmu menangis, wahai putra Khathab? Aku
menjawab: Wahai Rasulullah, bagaimana aku tidak menangis,
tikar itu telah membekas di pinggangmu dan tempat ini aku
tidak melihat yang lain dari apa yang telah aku lihat. Sementara
kaisar Romawi dan raja Persia bergelimang buah-buahan dan
sungai-sungai sedangkan engkau adalah utusan Allah dan hamba
pilihan-Nya hanya berada dalam sebuah kamar pengasingan
seperti ini. Rasulullah saw. lalu bersabda: Wahai putra Khathab,
apakah kamu tidak rela, jika akhirat menjadi bagian kita dan
dunia menjadi bagian mereka? Aku menjawab: Tentu saja aku
rela…” (HR. Muslim)

Dari Urwah dari Aisyah ra, bahwasanya Aisyah pernah


berkata: “Demi Allah, hai anak saudaraku, sesungguhnya kita
melihat ke bulan sabit, kemudian timbul pula bulan sabit,
kemudian timbul pula bulan sabit. Jadi tiga bulan sabit yang berarti
dalam dua bulan lamanya, sedang di rumah-rumah keluarga
Rasulullah s.a.w. tidak pernah ada nyala api.” Saya -yakni Urwah-
berkata: “Hai bibi, maka apakah yang dapat menghidupkan Anda
sekalian?” Aisyah ra menjawab: “Dua benda hitam, yaitu kurma
dan air belaka, hanya saja Rasulullah s.a.w. mempunyai beberapa
tetangga dari kaum Anshar, mereka itu mempunyai beberapa
ekor unta manihah, lalu mereka kirimkanlah air susunya itu
kepada Rasulullah s.a.w. kemudian memberikan minuman itu

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 213
kepada kita.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: “Sesungguhnya


saya itu pertama-tama orang Arab yang melempar dengan
panahnya -untuk- fisabilillah. Kita semua waktu itu berperang
beserta Rasulullah s.a.w. dan kita tidak mempunyai makanan
sedikitpun melainkan daun pohon hublah dan daun pohon
samurini, sehingga seorang dari kita itu sesungguhnya
mengeluarkan kotoran besar sebagaimana keadaan kambing
kalau mengeluarkan kotoran besarnya dan tidak dapat bercampur
dengan lainnya -yakni bulat-bulat serta kering, karena tidak ada
yang dimakan.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Dari Anas r.a., katanya: “Nabi s.a.w. menggadaikan baju


besinya dengan gandum dan saya berjalan ke tempat Nabi s.a.w.
dengan membawa roti gandum dan lemak cair yang sudah
berubah keadaannya. Sungguh-sungguh saya mendengar beliau
s.a.w. bersabda: “Tiada sesuatupun pada pagi-pagi ini melainkan
hanya segantang untuk para keluarga Muhammad dan tidak
ada untuk sore harinya nanti kecuali segantang pula.” Padahal
seluruh keluarganya itu adalah sembilan rumah.” (HR. Bukhari)

Dari Anas r.a., katanya: “Abu Thalhah berkata kepada


Ummu Sulaim: “Saya mendengar suara Rasulullah s.a.w. itu
lemah sekali dan saya mengetahui bahwa beliau adalah dalam
keadaan lapar. Maka dari itu, apakah engkau tidak mempunyai
sesuatu untuk dimakan?” Ummu Sulaim lalu mengeluarkan
beberapa bulatan dari gandum, kemudian ia mengambil
kerudungnya, kemudian ia melipatkan roti dengan sebagian
kerudung tadi, lalu memasukkannya di bawah bajuku dan
mengembalikannya padaku dengan sebagian lagi -maksudnya
bahwa Ummu Sulaim itu melipat roti dengan sebagian kerudung
dan dengan sebagiannya lagi dilipatkan untuk Anas-. Seterusnya

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


214 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Ummu Sulaim menyuruh saya -Anas- untuk menemui Rasulullah
s.a.w., lalu saya pergi dan saya menemui Rasulullah s.a.w. sedang
duduk di dalam masjid disertai oleh orang-orang banyak.
Seterusnya lalu saya berdiri di muka orang-orang itu, kemudian
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Adakah engkau diutus oleh Abu
Thalhah.” Saya menjawab: “Ya.” Beliau bersabda lagi: “Apakah
untuk sesuatu makanan?” Saya menjawab: “Ya.” Kemudian
Rasulullah s.a.w. bersabda kepada sahabat-sahabatnya yang ada
di masjid: “Berdirilah engkau semua dan berangkatlah.” Saya
juga berangkat mengikuti mereka itu, sehingga datanglah saya
kepada Abu Thalhah, lalu saya memberitahukan padanya -bahwa
Nabi s.a.w. mengajak orang banyak. Abu Thalhah berkata: “Hai
Ummu Sulaim. Rasulullah s.a.w. telah datang dengan orang-
orang banyak, sedangkan kita tidak mempunyai sesuatu untuk
memberi makanan kepada mereka semuanya itu.” Istrinya
berkata: “Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui itu.” Abu
Thalhah lalu berangkat sehingga bertemu dengan Rasulullah
s.a.w., kemudian berhadapanlah Rasulullah s.a.w. dengannya
sehingga keduanya itu masuk rumah. Selanjutnya Rasulullah
bersabda: “Bawa saya kemari apa yang engkau punyai, hai
Ummu Sulaim.” Wanita itu datang dengan roti tersebut di atas,
lalu Rasulullah s.a.w. menyuruh supaya dipotong-potongkan
dan Ummu Sulaim memeraskan di atas roti itu suatu tempat
berisi samin, maka itulah yang merupakan lauknya. Kemudian
Rasulullah s.a.w. bersabda sekehendak yang beliau sabdakan,
selanjutnya lalu bersabda pula: “Izinkanlah masuk sepuluh
orang.” Orang sepuluh itu diizinkan masuk lalu mereka semuanya
makan sehingga kenyang, lalu keluarlah setelah itu. Seterusnya
beliau bersabda lagi: “Izinkanlah masuk sepuluh orang lagi.”
Orang sepuluh itu diizinkan lalu mereka makan sehingga kenyang
kemudian keluarlah mereka itu pula. Beliau s.a.w. bersabda lagi:
“Izinkanlah masuk sepuluh orang lagi.” Demikianlah sehingga

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 215
seluruh kaum -yakni yang menyertai Nabi s.a.w. dari masjid-
dapat makan sehingga kenyang semuanya, sedangkan jumlah
kaum itu ada tujuh puluh atau delapan puluh orang.” (Muttafaq
‘alaih)

Rasulullah saw. diberi hadiah sejenis pakaian luar dari


sutera. Beliau memakainya untuk mendirikan salat. Ketika
selesai salat, beliau segera menanggal-kannya dengan keras
seperti tidak menyukainya kemudian bersabda: Tidak pantas
pakaian ini untuk orang-orang yang bertakwa. (HR. Muslim)

Dari seluruh riwayat di atas terlihat betapa kehidupan Rasul


sangat sederhana, padahal dia seorang pemimpin besar yang
dapat saja hidup dengan glamor dan penuh dengan kemewahan.
Oleh sebab itu, sikap hidup sederhana yang dicontohkan Rasul
SAW tersebut patut kita teladani agar kita tidak diperbudak oleh
kegemerlapan kehidupan dunia.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


216 Menuju Masyarakat Smart City Madani
(29)
Jadilah Manusia Pemaaf

Pengertian
Kata ma’af berasal dari kata [ ‫ ] عفا يعفو عفوا‬yang berarti
menghapuskan jejak sehingga tidak berbekas sama sekali. Dalam
kamus bahasa Arab disebutkan,

‫فالعفو حموه اذلنب ( و ) العفو أ�يضا ( الاحماء ) يقال عفا الاثر‬


Makna al-‘Afw adalah menghapus dosa. Makna al-‘Afw juga
menghilangkan, artinya: menghilangkan jejak. Ketika seseorang
disebut pemaaf, maka ia telah mampu menghapuskan kesalahan
orang lain dari hatinya hingga tidak meninggalkan bekas sama
sekali. Jika mulut mengatakan maaf, sedangkan hati masih
menyimpan dendam maka tidak dapat disebut sebagai maaf.
Maaf adalah salah satu sifat orang-orang bertakwa. Allah
Swt berfirman,

‫َوالْ َعا ِف َني َع ِن النَّ ِاس‬


“Orang-orang yang mampu memaafkan kesalahan orang
lain”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 134). Oleh sebab itu, salah satu standar

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 217
takwa seorang muslim adalah sifat maaf. Ketika tujuan dari
puasa adalah takwa dan sifat orang bertakwa adalah mampu
memaafkan kesalahan orang lain, maka orang yang rajin
berpuasa tapi sulit memaafkan orang lain berarti ia hanya baru
berjalan, belum sampai kepada tujuan. Allah Swt mengulangi
perintah memberikan sampai dua kali,

‫فَاع ُْف َعنْ ُ ْم َوا ْ�س َت ْغ ِف ْر لَه ُْم‬


“Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 159). Dalam ayat lain Allah Swt
berfirman,

‫الل ُ ِي ُّب الْ ُم ْح�سِ ِن َني‬


َ َّ ‫فَاع ُْف َعنْ ُ ْم َو ْاص َف ْح � َّن‬
“Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka,
‫إ‬
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
(Qs. Al-Ma’idah [5]: 13).
Satu Langkah Sebelum Maaf.
Maaf bukanlah sifat yang datang begitu saja. Al-Qur’an
menyebut ada satu langkah sebelum maaf, langkah tersebut
adalah,

‫َو ْال َك ِظ ِم َني الْ َغ ْيظَ َوالْ َعا ِف َني َع ِن النَّ ِاس‬
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema’afkan (kesalahan) orang”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 134).
Menahan amarah, sebelum memberikan maaf kepada orang lain.
Jika ada orang yang mengatakan maaf, tapi masih menyimpan
marah di hatinya, maka maaf itu palsu, karena masih berbekas,
belum benar-benar hilang dari hatinya.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


218 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Pemaaf Orang yang Paling Kuat.
Karena beratnya maaf, maka Rasulullah Saw menyebut
bahwa orang yang paling kuat bukanlah orang yang menang
bergulat. Tapi orang yang mampu menahan marah,

ُ ِ ‫الش ِديدُ َّ ِالي ي َ ْم‬


‫ل ن َ ْف َس ُه ِع ْندَ الْغَضَ ِب‬ َّ ‫لصعَ ِة �ن َّ َما‬ َّ ‫لَيْ َس‬
َ ُّ ‫الش ِديدُ ِب‬
“Orang yang kuat bukanlah orang yang menang bergulat,
‫إ‬
tapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai
dirinya ketika sedang marah”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Cara Meredam Marah.


Rasulullah Saw memberikan tips meredam amarah,

‫� َّن الْغَضَ َب ِم ْن ال�شَّ ْي َط ِان َو� َّن ال�شَّ ْي َط َان ُخ ِل َق ِم ْن النَّ ِار َو�ن َّ َما ت ُْط َف�أ النَّ ُار‬
‫إ‬
‫إ‬ ‫ِبلْ َما ِء فَ� َذا غَ ِض َب أ� َحدُ ُ ْك فَلْ َي َت إ َوضَّ �أ‬
“Sesungguhnhya marah itu dari setan. Sesungguhnya setan
‫إ‬
itu diciptakan dari api. Api dipadamkan dengan air. Maka apabila
salah seorang kamu marah, maka berwudhu’lah”. (HR. Abu
Daud). Dalam hadits lain Rasuliullah Saw menyatakan,

ٌ ِ َ‫� َذا غَ ِض َب أ� َحدُ ُ ْك َوه َُو ق‬


‫ائ فَلْ َي ْج ِل ْس فَ� ْن َذه ََب َع ْن ُه الْغَضَ ُب َو� َّل فَلْ َيضْ َطجِ ْع‬
‫إ‬ ‫إ‬
“Apabila salah seorang kamu sedang marah, ketika itu ia
‫إ‬
sedang berdiri, maka hendaklah ia duduk. Jika amarahnya tidak
hilang, maka hendaklah ia berbaring”. (HR. Abu Daud).
Balasan Orang yang Menahan Amarah.

‫الل ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة عَ َل ُر ُء ِوس‬ ْ َ ‫َم ْن َك َظ َم غَ ْي ًظا َوه َُو ي‬


ُ َّ ‫�س َت ِطي ُع أ� ْن يُنَ ِفّ َذ ُه َدعَا ُه‬
‫الْخ ََلئِ ِق َح َّت ُ َي ِ ّ َي ُه ِف أ� ِ ّي الْ ُح ِور َش َاء‬
RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK
Menuju Masyarakat Smart City Madani 219
“Siapa yang mampu menahan amarah, padahal ia mampu
melampiaskannya, maka nanti Allah Swt akan memanggilnya
pada hari kiamat di atas kepala semua makhluk, hingga ia diberi
pilihan bidadari mana saja yang ia inginkan”. (HR. Abu Daud, at-
Tirmidzi dan Ibnu Majah).
“Biarlah pecah di perut, asal jangan pecah di mulut”,
kedengarannya pepatah ini baik. Tapi sebenarnya tersirat
makna menyimpan dendam di dalam hati. Sedangkan pemaaf
tidak menyimpan dendam amarah. Semua amarahnya mencair,
melebur dan hilang, bersama dengan itu datang pula maaf, maka
sempurnalah ia menjadi seorang pemaaf. Mereka adalah orang-
orang yang mampu mengendalikan nafsu amarahnya, mereka
orang-orang yang sabar dan kuat, bukan hanya sabar menahan
lapar dan haus, tapi juga sabar menahan amarah. Maka Allah Swt
menjanjikan balasan yang amat sangat besar untuk mereka,

‫ون أ� ْج َر ُ ْه ِبغ ْ َِي ِح َس ٍاب‬ َّ ‫�ن َّ َما يُ َو َّف‬


َ ‫الصا ِب ُر‬
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
‫إ‬
dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Qs. Az-Zumar [39]: 10).
Ma’af Adalah Sifat Allah Swt.

‫الل أ� َر أ�يْ َت � ْن َوافَ ْق ُت لَ ْي َ َل الْ َقدْ ِر َما أ� ْد ُعو‬


ِ َّ ‫َع ْن عَائِشَ َة أ�نَّ َا قَالَ ْت َي َر ُسو َل‬
‫إ‬
‫قَا َل تَ ُقو ِل َني اللَّهُ َّم �ن ََّك َع ُف ٌّو ُ ِت ُّب الْ َع ْف َو فَاع ُْف َع ِ ّن‬
Dari Aisyah, ia berkata, “Wahai Rasulullah Saw, jika aku
‫إ‬
bertemu dengan Lailatulqadar, apakah doa yang aku baca?”.
Rasulullah Saw menjawab, “Ucapkanlah:

‫اللَّهُ َّم �ن ََّك َع ُف ٌّو ُ ِت ُّب الْ َع ْف َو فَاع ُْف َع ِ ّن‬


“Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf, suka kepada maaf, maka
‫إ‬
maafkanlah aku”. (HR. Ibnu Majah).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


220 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Ketika seseorang mampu memaafkan orang lain, maka
saat itu ia sedang berakhlaq dengan akhlaq Allah Swt. Ketika
seseorang hanya meminta maaf Allah Swt, sedang ia tidak mampu
berbagi maaf kepada orang lain, ntah apa kalimat yang pantas
Allah Swt ucapkan kepadanya. Sungguh ia manusia yang paling
tidak fair. Manusia yang ia tidak mengambil i’tibar pelajaran dari
ucapannya sendiri.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 221
(30)
Implementasi Nilai-nilai Ramadhan

Bulan Amal Ibadah

Bulan Ramadhan adalah bulan beramal dan beribadah. Semua


umat Islam berlomba-lomba untuk beramal dan memningkatkan
kualitas amalnya. Ibadah-ibadah yang selalu menjadi rutinitas
selama bulan ramadhan diantaranya: puasa, qiyamurramadhan,
zakat, I’tikaf, membaca Alquran dan kegiatan ibadah sunat lainnya.
Berakhirnya bulan ramadhan, sejumlah ibadah tertentu memang
tidak dapat dilakukan lagi, tetapi nilai-nilai yang dikandung dari
ibadah tersebut masih dapat dilestarikan dalam kehidupan
sehari-hari. Jika nilai tersebut dapat diaplikasikan, maka akan
terjadilah peningkatan kualitas diri dan ketakwaannya setelah
keluar dari bulan ramadhan. Ini pula lah yang menjadi ruh dari
makna bulan syawal yang artinya naik dan meningkat. Sehingga,
syawal adalah bulan naik dan meningkatnya kualitas ketakwaan
pribadi mukmin setelah terlatihnya beribadah selama bulan
ramadhan. Ibadah-ibadah yang harus kita pertahankan dan
lestarikan tersebut adalah: Pertama, Puasa. Bila pada bulan
Ramadhan, puasa adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


222 Menuju Masyarakat Smart City Madani
selama satu bulan penuh, maka di luar Ramadhan disunatkan
kepada kita melakukan puasa pada hari-hari tertentu, seperti
puasa enam hari di bulan syawal, puasa senin dan kamis, puasa
pertengahan bulan (13, 14, dan 15), dll.

Nilai-nilai Ramadhan

Ibadah puasa yang telah kita jalani selama bulan ramadhan,


memiliki banyak nilai yang patut dilestarikan, diantaranya:

1. Nilai kejujuran, karena berpuasa atau tidaknya kita, hanya


Allah dan kita yang mengetahuinya.

Kejujuran merupakan ajaran yang sangat penting untuk


dijalankan. Karena dalam kejujuran ada keselamatan. Hal ini
ditegaskan oleh Nabi SAW dalam sabdanya yang artinya: Empat
hal yang akan menghindarkan diri manusia dari kebinasaan
hidup di dunia, yaitu: memelihara amanah, berkata jujur dan
benar, berakhlak mulia dan memelihara keucian diri (H.R. at-
Turmudzi). Nabi SAW juga bersabda yang artinya: Sesungguhnya
jujur menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukkan
jalan ke surga. Sesungguhnya seseorang yang jujur akan selalu
melakukan kejujuran sehingga dicatat oleh Allah sebagai orang
yang jujur. Dan sesungguhnya dusta menunjukkan jalan kepada
kedurhakaan dan kedurhakaan menunjukkan jalan ke neraka.
Sesungguhnya seseorang yang berdusta akan selalu melakukan
kedustaan sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (H.R.
Bukhari dan Muslim). Nabi SAW juga bersabda yang artinya:
Sesungguhnya kejujuran akan mendatangkan ketenangan, dan
dusta akan mengakibatkan keragu-raguan (H.R. at-Turmudzi).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 223
Kejujuran akan mengantarkan seseorang meraih
ketenangan hakiki di dunia dan akhirat. Sedangkan kedustaan
hanya akan menjadikan seseorang resah dan tidak percaya diri
dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini. Bahkan mereka
yang selalu berbohong, maka mereka dianggap sebagai seseorang
yang telah memenuhi salah satu ciri dari kemunafikan.

Ketika Abu Sufyan berdialog dengan Heraklius dia


menyampaikan hal-hal yang disampaikan Rasulullah kepada
umatnya. Rasulullah memerintahkan agar menyembah Allah
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, meninggalkan
hal-hal yang biasa dilakukan nenek moyang yang berbau syirik,
melaksanakan shalat, berbuat jujur, menjaga harga diri, dan
menyambung tali persaudaraan. Ini adalah ajakan yang mulia,
yang biasa dilakukan para Nabi terdahulu, hingga Heraklius
menaruh perhatian kepada Rasulullah. Kejujuran selalu
menghiasi pribadi para utusan Allah, hingga mereka mencapai
puncak kesuksesan dalam menyampaikan misi dakwahnya. Oleh
sebab itu, marilah kita contoh kejujuran yang selalu dipelihara
oleh para Nabi dan Rasul.

Uraian yang telah khatib sampaikan menggambar-kan


kepada kita betapa besarnya peranan kejujuran dalam kehidupan.
Oleh sebab itu, marilah kita lestarikan dan aktualisasikan nilai
kejujuran dari ibadah puasa yang telah kita jalani.

2. Kesabaran dan kemampuan mengendalikan marah. Sebab,


ketika kita berpuasa dan ada yang mencoba memancing emosi
kita, maka Nabi SAW mengajarkan kita untuk mengatakan
pada orang tersebut “saya dalam keadaan berpuasa”.

Tidaklah dinamakan orang kuat orang yang mampu dengan


emosinya memukul tumbang orang lain. Akan tetapi orang

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


224 Menuju Masyarakat Smart City Madani
yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan
emosinya ketika dia marah. Inilah ciri dari orang yang
bertakwa yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dari ibadah
puasa. Hal ini ditegaskan Allah SWT pada surat Ali Imran ayat
133-134 yang telah khatib bacakan pada muqaddimah tadi.
Pada ayat tersebut dinyatakan bahwa orang yang bertakwa
adalah orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah
dalam keadaan lapang dan sempit, mampu menahan marah,
dan mampu memaafkan kesalahan orang lain.

3. Kedisiplinan dan penghargaan terhadap waktu. Karena,


ketika kita menjalankan puasa, waktunya sudah ditentukan.
Mulai dari waktu sahur, waktu untuk menahan diri, dan
waktu berbuka. Semua kita menjalaninya dengan penuh
kedisiplinan. Ini pertanda sudah adanya kedisiplinan dan
penghargaan terhadap waktu.

Begitu pentingnya waktu, sehingga Allah telah menjadikan


seluruh keterangan waktu sebagai kalimat sumpah-Nya: wal
fajr (demi waktu fajar), wad dhuha (demi waktu pagi), wan nahr
(demi waktu siang), wal ‘ashr (demi waktu sore), dan wal lail
(demi waktu malam). Semua itu mengisyaratkan kepada kita agar
berhati-hati dengan waktu. Sebab, filosofi waktu adalah: “waktu
yang lalu tidak mungkin datang lagi, waktu yang akan datang
belum tentu milik kita, waktu sekaranglah milik kita”. Makanya
Nabi SAW pernah menasehati Abdullah ibn Umar: “Hai Abdullah
ibn Umar! Janganlah di pagi hari engkau berangan-angan tentang
apa yang akan kamu lakukan di sore hari. Janganlah engkau di
sore hari berangan-angan tentang apa yang akan kamu lakukan
esok hari. Ketahuilah, hari ini engkau masih dipanggil dengan
Abdullah ibn Umar. Belum tentu besok, boleh jadi engkau sudah
dipanggil dengan panggilan almarhum Abdullah ibn Umar.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 225
Waktu laksana pedang. Jika salah menggunakannya, maka akan
membinasakan manusia. Oleh sebab itu, jika ingin tidak binasa,
maka hargai dan disiplinlah menggunakan waktu.

Kedua, Shalat berjamaah. Pada bulan Ramadhan, semua umat


Islam berupaya melakukan shalat secara berjamaah, terlebih
lagi terhadap shalat sunat tarawih dan witir. Sehingga seluruh
masjid dan mushalla penuh sesak dengan jamaah. Dengan
berakhirnya bulan Ramadhan, hendaknya jangan sampai masjid
dan mushalalla menjadi sunyi dari shalat berjamaah.

Bila kita lakukan analisa, banyaknya orang tidak mau shalat


berjamaah ke masjid, lantaran menganggap sepele shalat
berjamaah yang hukumnya sunat tersebut. Padahal bila kita
rujuk kehidupan Nabi dan para sahabat dahulu, mereka tidak
pernah sengaja meninggalkan shalat berjamaah. Kalaupun
shalat berjamaan tinggal, itu lantaran ketidak sengajaan.
Meskipun tidak sengaja meninggalkannya, tetapi banyak para
sahabat justru memberikan sanksi pada dirinya atas kelalaian
yang mengakibatkan tertinggalnya shalat berjamaah. Umar
bin Khattab, misalnya, di sutau siang dia sedang asyik bekerja
di kebunnya yang terletak di kota Madinah. Seusai bekerja, dia
duduk beristirahat di bawah sepokok pohon hingga akhirnya
tertidur. Ketika terbangun, dia terkejut karena waktu ashar telah
masuk. Dia pun berlari ke masjid Nabi untuk mengejar shalat
berjamaah, tetapi sesampai di masjid dia menemukan Nabi dan
sahabat yang lain baru saja selesai melakukan shalat berjamaah.
Tertinggalnya shalat ashar berjamaah tersebut dianggap Umar
sebagai keteledoran besar, sehingga dia pun memberikan sanksi
dengan cara memberikan kebunnya yang rindang tersebut
untuk dipergunakan sebagai modal perjuangan umat Islam.
Padahal kebunnya tersebut bernilai 600.000 dinar (sekitar Rp.
1.200.000.000.000,- ).

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


226 Menuju Masyarakat Smart City Madani
Shalat berjamaah mengajarkan kepada kita tentang
kebersamaan, persaudaraan, silaturrahim dan persatuan. Inilah
salah satu ajaran terpenting dalam Islam. Allah SWT berfirman
yang artinya:“Dan berpegang eratlah kalian semua dengan tali
Allah dan janganlah berpecah belah” (Q.S. Ali Imran (3): 103).
Kalimat “jangan kalian berpecah belah” berarti peringatan Allah
kepada umat Islam untuk bersatu dalam persaudaraan Islam
dan larangan untuk bergolong-golongan yang menyebabkan
lemahnya umat Islam di hadapan umat lain. Terdapat beberapa
hadits yang menerangkan perintah Allah kepada hamba-Nya
untuk menjaga persatuan umat Islam (Ukhuwah Islamiyah)
antara lain dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah menyukai tiga hal dan membenci tiga hal.
Tiga hal yang disukai Allah adalah: Menyembah hanya kepada
Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan suatu apapun,
Berpegang eratlah kalian semua dengan tali Allah (bersatu) dan
jangan berpecah belah, Saling memberi nasihat terutama antara
pemimpin dan rakyat. Adapun tiga hal yang dimurkai Allah adalah:
mempercayai isu/berita yang tak jelas kebenarannya, bertanya
yang tidak pada tempatnya, berbuat mubazir atau berfoya-foya”
(H.R. Muslim).

Pada kesempatan lain, Nabi SAW bersabda yang artinya:


“Janganlah kalian saling hasud/dengki, saling marah, saling
memutuskan (persaudaraan) dan janganlah kalian saling
bermusuh-musuhan, akan tetapi jadilah hamba Allah yang
bersaudara” (HR. Muslim).

Perjalanan sejarah tempo dulu sudah cukup menjadi


pelajaran berharga bagi kita dalam menjaga persatuan dan
persaudaraan. Ada beberapa penyebab terjadinya perpecahan di
kalangan umat Islam tempo dulu, antara lain: 1). faktor politik.
Kepentingan politik yang dibawa oleh masing-masing kelompok

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 227
dalam Islam telah membuat terkoyaknya ukhuwah Islamiyah.
Pada masa khlafifah Ali, kepentingan politik Muawiyah yang
tidak senang dengan kepemimpinan Ali r.a., telah membuatnya
“lupa” akan konsep ukhuwah Islamiyah. 2). faktor ekonomi.
Kepentingan ekonomi seringkali juga melupakan umat Islam
terhadap nilai-nilai ukhuwah Islamiyah. Lebih dari itu, terkadang
karena kepentingan ekonomi, sebagian umat Islam rela menjual
akidahnya atau bahkan membelot dan berpihak kepada musuh
Islam. 3). faktor perbedaan dalam memahami agama. Perbedaan
pendapat di kalangan ulama seringkali melahirkan ketegangan
atau bahkan pertikaian di kalangan pengikut mereka.

Ketiga, Zakat dan shadaqah. Ibadah sosial ini banyak


dilakukan oleh umat Islam di bulan Ramadhan. Ibadah ini
dapat menjadikan manusia memiliki sifat kepedulian sosial
(dermawan). Meskipun harta diperoleh melalui jerih payah kita,
tetapi di dalam harta tersebut terdapat hak orang lain, seperti
hak fakir-miskin, hak masjid, hak anak yatim, dan lain-lain. Ini
sejalan dengan firman Allah SWT.:

‫َو ِف أ� ْم َوا ِله ِْم َح ٌّق ِل َّلسائِ ِل َوالْ َم ْح ُرو ِم‬


“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat
bahagian” (Q.S. adz-Dzariyat (51): 19)

Zakat merupakan ibadah yang sangat banyak dibicarakan


Allah dalam Alquran. Paling tidak ada 82 kali pengulangan
pembicaraan zakat di dalam Alquran. Jumlah ini jauh lebih
banyak bila dibandingkan dengan pembicaraan tentang puasa
–yang hanya sekitar 13 kali- dan haji –yang hanya terulang
sebanyak 10 kali. Bahkan perintah zakat seringkali digandengkan
dengan perintah mendirikan shalat di dalam Alquran. Paling

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


228 Menuju Masyarakat Smart City Madani
tidak penggandengan tersebut ditemukan sebanyak 26 kali. Hal
ini menunjukkan bahwa zakat tidak kalah pentingnya dengan
shalat. Bila shalat adalah lambang keharmonisan hubungan
vertikal dengan Allah SWT, maka zakat merupakan lambang
keharmonisan hubungan horizontal sesama manusia. Oleh sebab
itu, tidak dapat disalahkan, bila ada ulama yang mengatakan
bahwa kalau shalat dilakukan sementara zakat tidak dibayarkan,
maka keimanan orang tersebut masih dipertanyakan.

Abu Bakar ash-Shiddiq, yang melihat antara shalat dan


zakat tidak dapat dipisahkan, sehingga dia memerangi orang
yang tidak mau membayar zakat. Atas dasar itulah zakat tidak
boleh dipandang remeh. Bila zakat ini telah dibayarkan oleh
seluruh umat Islam, ditambah lagi kesadaran yang tinggi untuk
bersedekah, berinfak dan berwakaf, insyaallah segala problem
sosial ekonomi umat, seperti kemiskinan, dapat diatasi dengan
baik.

Kemiskinan merupakan problem yang mendapat sorotan


penting di dalam Islam. Untuk mengatasi problem ini, ada empat
ajaran penting yang harus berjalan sinergi, yaitu: 1). Kewajiban
bekerja, karena Islam membenci pengangguran. Siapa saja yang
memiliki kesehatan fisik dan dia tidak mau bekerja, maka orang
tersebut dipandang sebagai orang yang berdosa. 2). Kewajiban
anggota keluarga yang memiliki kemampuan untuk menafkahi
anggota keluarganya yang lemah secara ekonomi. 3). Kewajiban
sosial yang wajib ditunaikan, yaitu melalui ibadah zakat. 4).
Kewajiban pemerintah untuk membuat kebijakan dalam
pemberdayaan ekonomi dhu’afa dalam upaya pemberantasan
kemiskinan. Bila keempat ajaran tersebut dijalankan dengan
baik, maka kemiskinan di provinsi Riau akan dapat diatasi.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


Menuju Masyarakat Smart City Madani 229
Dengan demikian, zakat merupakan komponen penting
dalam upaya pemberantasan kemiskinan. Nilai inilah yang
diharapkan untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-
hari.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suasana


kesucian diri (idul fitri) dapat kita lestarikan sepanjang nilai-
nilai ibadah ramadhan mampu kita lestarikan. Ibadah puasa
mengajarkan kita tentang pentingnya nilai kejujuran, kesabaran
dan kedisiplinan. Adapun nilai shalat berjamaah mengajarkan
tentang kebersamaan, persaudaraan, silaturrahim dan persatuan.
Sedangkan ibadah zakat mengajarkan nilai kepedulian kepada
orang miskin.

RAMADHAN SYAHRUL MUBAROK


230 Menuju Masyarakat Smart City Madani

Anda mungkin juga menyukai