Anda di halaman 1dari 11

MINI RISET

KEARIFAN LOKAL DALAM PANCASILA DI PEMATANGSIANTAR

DISUSUN OLEH:

NAMA : Vita rosari sinurat


NIM : 2193111036
Kelas : Reguler C 2019
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Winda Pinem, S.Sos.,M.I.P.

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kami Kesehatan dan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas rutin ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan tugas Mini Riset ini yang berjudulkan “Kearifan Lokal Dalam Pancasila di
Pematangsiantar”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu atas bimbingan
dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa dan kepada orang
tua yang telah membantu secara material sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap, dengan membaca laporan mini riset ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk laporan observasi ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, April 2021

Vita Rosari Sinurat

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 BSA Sebagai Identitas Kota Pematangsiantar..................................................................2
2.2 Karakteristik dan Nilai Kearifan lokal BSA.....................................................................3
2.3 Perhatian Pemerintah Kota Pematangsiantar Terhadap Keberadaan Warisan Budaya
Becak Motor BSA di Pematangsiantar......................................................................................5

BAB III.........................................................................................................................................12
PENUTUP....................................................................................................................................12
KESIMPULAN.........................................................................................................................12
SARAN......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia kaya akan berbagai suku dan bangsa. Setiap tradisi dan budaya lokal disetiap daerah
memiliki cirri khas yang beraneka ragam. Aturan adat dan tradisi sertanorma-norma yang
berkembang dalam masyarakat diwariskan secara turun temurun darigenerasi kegenerasi.Sebuah
daerah sama halnya seperti sebuah organisasi. Sebuah organisasi memilikistruktur dan aturan-
aturan yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan sebuah daerah, pastimemiliki struktur
kepemimpinan daerah local dan diikat dengan aturan-aturan yang sesuaidengan kondisi daerah
tersebut. Salah satu contoh daerah yang masih kental dengan adat dan tradisi adalah
Pematangsiantar Sumatera Utara.

Kota Pematangsiantar merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Simalungun.
Melihat perkembangannya yang terjadi pada daerah tersebut, pada akhirnya oleh Pemerintah
Pusat di ubah menjadi daerah yang otonom.Perkembangan ekologi di wilayah Pematangsiantar
menjadi salah satu alasan dan faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan status
Pematangsiantar menjadi Kota Madya. Ekologi yang dimaksudkan disini adalah interaksi
manusia dan lingkungannya.

Kota Pematangsiantar merupakan kota terbesar kedua di wilayah Sumatera Utara setelah Kota
Madya Medan, dan juga merupakan Ibukota dari Kabupaten Simalungun. Pada hakekatnya kota
ini berasal dari sebuah kampung kecil tempat bersemayamnya seorang Raja Simalungun yaitu
Raja Siantar. Daerah ini terletak di areal yang berbentuk pulau di apit oleh Sungai Bah Bolon
yang bercabang dua yang oleh masyarakat Simalungun di namai “Pulau Holing” yang akhirnya
disebut dengan Pematang yang berarti tempat kedudukan Istana Raja yang berkedudukan di
Pulau Holing yakni Raja Siantar.

Pematangsiantar sebagai salah satu Kota Perdagangan memiliki beragam peninggalan, seperti
bangunan bernilai sejarah (Siantar Hotel, Gedung Juang 45, Balai Kota dan gedung bioskop ria)
Sebagai salah satu kota bernilai sejarah dengan karakteristik Kolonial Belanda. Selain memiliki
banyak bangunan bernilai sejarah, letak geografi Pematangsiantar juga diapit oleh Kabupaten

4
Simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan karet, sawit, teh, dan pertanian. Kemudian kota
ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba Samosir,
Tapanuli Utara, dan Tapanuli Selatan. Sehingga, posisinya sangat strategis sebagai kota transit
perdagangan antar kabupaten atau transit wisata ke Danau Toba, Parapat. Sebagai kota nomor
dua terbesar di Sumatera Utara setelah Medan, kota sejuk yang khas dengan Becak mototr merk
Birmingham Small Army (BSA), ini terus menerus bermetamorfosis dengan dibangunnya
banyak kawasan bisnis.

Becak Siantar merk Birmingham Small Army (BSA) adalah becak bermotor yang menggunakan
mesin sepeda motor milik tentara Inggris yang digunakan pada saat berperangdan merupakan
bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Sepeda motor yang pertama kali dibuat
tahun 1941 inilah yang ikut dibawa pasukan sekutu ke Pematangsiantar pasca kependudukan
Jepang di Indonesia. Setelah kepergian sekutu dan nasionalis perusahaan asing di Indonesia,
ratusan sepeda motor merk Birmingham Small Army (BSA) di Pematangsiantar ditinggalkan
begitu saja, termasuk milik tentara Inggris.

Pada akhir tahun 1950 setelah melihat banyaknya sepeda motor rongsokan merk Birmingham
Small Army (BSA) yang tak terpakai di berbagai sudut kota Pematangsiantar, penduduk mulai
berfikir untuk memanfaatkannya sebagai mesin penarik becak.Kemudian, pada tahun 1960 becak
mulai beroperasi dan merupakan sarana transportasi yang banyak diminati masyarakat
Pematangsiantar. Ikon antik yang ada di salah satu kota di Sumatera Utara itu kini telah
diabadikan dengan dibangunnya sebuah Tugu Becak Siantar, dimana peresmiannya dihelat saat
bersamaan perayaan HUT ke-10 Birmingham Small Army (BSA) Owner Motorcycles Siantar
(BOMS) di lapangan Adam Malik, Pematang Siantar, Sabtu (15/10/216).

Becak motor merk Birmingham Small Army (BSA), bukan sekedar "sebuah becak lagi " tapi
persoalan warisan budaya dan Identitas masyarakat satu daerah. Melihat hal tersebut penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Becak motor merk Birmingham Small Army
(BSA) sebagai obyek penelitian sejarah ilmiah. Penelitian ini nantinya akan penulis fokuskan
pada Becak Motor Merk Birmmingham Small Army (BSA) Sebagai Warisan Budaya Kota
Pematangsiantar. Adapun alasan penulis mengambil judul ini adalah Becak Siantar merupakan
becak mesin dengan sepeda motor merk Birmingham Small Army (BSA) yang merupakan
warisan perang dunia II yang yang perlu dilestarikan karena sesuai dengan Undang-Undang

5
nomor 5 tahun 1992, setiap benda peninggalan sejarah diatas usia 50 tahun dapat dinyatakan
cagar budaya dan wajib di lindungi pemerintah.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai
berikut :

1. Megapa becak motor merk Birmingham Small Army (BSA) dikatakan Sebagai identitas
Kota Pematangsiantar?

2. Apa saja karakteristik dan nilai kearifan lokal yang terkandung dalam warisan budaya
becak motor merk Birmingham Small Army (BSA) di Pematangsiantar ?

3. Bagaimana perhatian pemerintah Kota Pematangsiantar terhadap keberadaan warisan


budaya becak motor merk Birmingham Small Army (BSA) di Kota Pematangsiantar?

1.3 Tujuan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena setiap penelitian yang
dilakukan harus memiliki tujuan tertentu. Dengan berpedoman kepada tujuannya, maka akan
lebih mempermudah mencapai sasaran yang diharapkan. Dengan demikian yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui mengapa becak motor merk Birmingham Small Army (BSA)
dikatakan sebagai identitas kota pematangsiantar.

2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dan nilai kearifan lokal yang terkandung dalam
warisan budaya becakmotor merk Birmingham Small Army (BSA) diPematangsiantar.

3. Untuk mengetahui bagaimana perhatian pemerintah Kota Pematangsiantar terhadap


keberadaan warisan budaya becak motor Birmingham Small Army (BSA) di Kota
Pematangsiantar.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Birmingham Small Army (BSA) Sebagai identitas Kota Pematangsiantar

Cerita tentang becak di Siantar yang khas itu terhubung dengan cerita dari Perang Dunia (PD)
II.3 Meski tidak terkait secara langsung, motor-motor BSA yang kelak menghela ‘kabin’
penumpang itu merupakan warisan PD II terutama unit tentara Inggris yang bertugas dalam misi
Allied Forces for Netherlands East Indies (AFNEI), pemegang kendali status quo di Indonesia
hingga hampir setahun sesudah kemerdekaan.

Kemunculan pertama ‘Becak Siantar Asli’ tercatat tahun 1956 meski beberapa cerita
menyebutkan tahun 1955 dan/atau 1957. Kehadiran ‘BSA’ membantu mobilitas harian warga di
kota yang sedang ramai oleh kesatuan-kesatuan TNI yang sedang menjalankan operasi
menumpas PRRI di Tapanuli. Kehadiran kesatuan TNI beserta keluarga di asrama Resimen
Induk membuat kebutuhan transportasi meningkat. ‘BSA’ ini jadi pilihan. Inilah yang membuat
jumlah becak bertambah bahkan motor penghela termasuk rongsokannya harus didatangkan dari
luar kota, terutama dari kota-kota di Jawa.

Sepeda motor yang pertama kali dibuat tahun 1941 inilah yang ikut dibawa pasukan sekutu ke
Pematangsiantar pasca kependudukan Jepang di Indonesia. Setelah kepergian sekutu dan
nasionalis perusahaan asing di Indonesia, ratusan sepeda motor merk Birmingham Small Army
(BSA) di Pematangsiantar ditinggalkan begitu saja, termasuk milik tentara Inggris. Pada akhir
tahun 1950 setelah melihat banyaknya sepeda motor rongsokan merk Birmingham Small Army
(BSA) yang tak terpakai di berbagai sudut kota Pematangsiantar, penduduk mulai berfikir untuk
memanfaatkannya sebagai mesin penarik becak.Kemudian, pada tahun 1960 becak mulai
beroperasi dan merupakan sarana transportasi yang banyak diminati masyarakat
Pematangsiantar.

"Kita harus melestarikan becak Siantar. Kota atau daerah lain lelah mencari ikon sebagai bentuk
identitas kota mereka, kenapa Kota Siantar tidak menjadikan Becak Siantar sebagai ikonnya?
Becak siantar merupakan satu-satunya di dunia yang digerakkan sepeda motor tua. Jadi sangat

7
pantas kalau becak ini dijadikan lambang Kota Siantar," ucap Erizal saat memberi kata
sambutan.

2.2 Karakteristik dan Nilai Kearifan Lokal Birmingham Small Army (BSA)

Di Sumut keberadaan becak siantar melegenda. Selain unik karena menggunakan sepeda motor
BSA, becak Siantar telah melewati rentang waktu relatif panjang sejak pertama kali beroperasi di
wilayah itu. Di Siantar, jumlahnya masih cukup banyak, Sebagian besar sudah dimodifikasi.
Secara umum, motor BSA masuk ke Indonesia pada masa peralihan tentara Jepang ke tentara
Sekutu (Belanda-Inggris). BSA kemudian menyebar ke daerah-daerah jajahan Belanda, termasuk
ke Siantar. Tapi tak banyak yang mengetahui jika masuknya motor BSA dalam jumlah besar ke
Siantar justru bukan dibawa oleh tentara Belanda.

“BSA adalah sisa-sisa perang dunia kedua. Belanda yang membawanya ke sini. Tapi walau
sebelumnya sudah ada motor BSA dalam jumlah kecil di Siantar, masyarakat Siantar sendiri
yang berperan besar membawa BSA masuk ke kota berhawa sejuk ini,” kata Erizal Ginting.

Ketika penjajah minggat dari Indonesia, motor-motor BSA kehilangan tuannya. Tak ada
sparepart dan teknisi yang mumpuni di Indonesia. Nasib Motor BSA pun berakhir tragis. Ada
yang ‘tergolek’ di gudang atau yang terdampar di jalanan. Motor BSA jadi barang rongsokan.
Adalah Mbah Lanang (67 tahun), sesepuh BOM’S yang mengawali cerita ini semua.
Menurut Mbah Lanang, tahun 1958, ia dan rekan-rekannya berburu BSA hingga ke pulau Jawa:
Surabaya dan Jakarta. Kedua provinsi ini adalah sarangnya motor BSA. Lalu motor BSA
diangkut dengan "Almarhum" Kapal Tampomas II dalam jumlah besar. Kemudian sekitar tahun
1960-an, Mbah Lanang dan rekan-rekannya memodifikasi motor BSA untuk dibuat sebagai
becak. Sejak itulah awalnya Kota Siantar dikenal sebagai ‘Kota Becak BSA’.
“Saya mengetahui sejarah masuknya BSA ke Siantar. Mbah Lanang menjadi salah seorang saksi
sejarah yang mendatangkan BSA ke Siantar ini,” ujar Erizal Ginting yang juga seorang
budayawan Siantar.

Sejarah BSA di Kota Siantar pun dimulai. Ketiadaan sparepart dan teknisi mulai bisa dipecahkan
agar nasib motor BSA tidak tragis seperti di Surabaya dan Jakarta. Dengan kerja keras, orang-

8
orang Siantar menciptakan sendiri sparepart BSA yang tak mungkin didatangkan bahkan dari
tempat kenderaan ini dibuat (Birmingham,Inggris). Orang-orang Siantar pun, terutama pemilik
motor BSA, mulai belajar membedah mesin BSA.

2.3 Perhatian Pemerintah Kota Pematangsiantar Terhadap Keberadaan Warisan Budaya


Becak Motor Birmingham Small Army (BSA) Di Kota Pematangsiantar.

Pertengahan Desember 2017 lalu tersiar pesan terusan di media sosial bahwa di Pematangsiantar
satu unit sepeda motor BSA produksi 1952 lengkap dengan surat kendaraan dan satu unit
produksi tahun 1953 kosong (keduanya tanpa bak) dijual dengan harga masing-masing 90 juta.
Praktik seperti ini masih berlanjut tanpa ada kesadaran bahwa BSA yang dimodifikasi jadi becak
telah menjadi bagian dari sejarah sosial kota yang dahulu pernah disebut sebagai kota terbesar
kedua di Sumatera Utara.

pertengahan Desember 2017 lalu tersiar pesan terusan di media sosial bahwa di Pematangsiantar
satu unit sepeda motor BSA produksi 1952 lengkap dengan surat kendaraan dan satu unit
produksi tahun 1953 kosong (keduanya tanpa bak) dijual dengan harga masing-masing 90 juta.
Praktik seperti ini masih berlanjut tanpa ada kesadaran bahwa BSA yang dimodifikasi jadi becak
telah menjadi bagian dari sejarah sosial kota yang dahulu pernah disebut sebagai kota terbesar
kedua di Sumatera Utara.

perkapit Praktik jual-beli sepeda motor BSA sudah terjadi sejak lama. Bedanya dahulu sepeda
motor yang diperjualbelikan itu untuk keperluan becak juga, belakangan sekitar tahun 1980-an,
ketika ekonomi membaik, sepeda motor BSA asal Siantar sudah jadi barang incaran kolektor
motor klasik dengan harga pasar yang menggiurkan. Awal tahun 1990-an untuk menghempang
praktik jual-beli yang mengurangi populasi becak, Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya
Pematangsiantar membuat peraturan yang melarang BSA dijual untuk dibawa keluar kota.

Peraturan masa itu memberi data penting tentang ‘Becak Siantar Asli’. Dengan terbitnya
peraturan itu, populasi becak Siantar terdata, tercatat lebih dari 2.000 becak beroperasi di kota
Pematangsiantar dan sekitarnya pada awal 1990-an.9 Jumlah ini bertahan hingga awal dasawarsa
pertama tahun 2000. Sesudah itu, seiring tumbuhnya hobi ‘berideologi’ retrospective, sepeda
motor BSA berkurang jumlahnya.

9
Perubahan itu membuat khawatir banyak orang, termasuk Pemerintah Kota Pematangsiantar
yang secara simbolik sudah menjadikan becak sebagai mercutanda (icon) kota dan ‘kabarnya’
dijadikan cagar budaya.11 Namun pemilik BSA tetap saja tak mampu menahan godaan uang.
Biaya perawatan tinggi, suku cadang yang mahal, konsumsi bensin yang boros dan ekonomi
keluarga yang tak terangkat meski sudah membecak jadi alasan lain para pemilik melego BSA
miliknya.

Kini ‘Becak Siantar Asli’ yang tersisa dan masih beroperasi tampak lebih sering terlihat
‘terdiam’ lama di pangkalanpangkalan becak menunggu penumpang. Jika ada, calon penumpang
memilih becak baru yang dihela motor nirkarburator buatan Jepang atau India. Padahal bak
becak yang baru itu sama bentuknya dengan ‘Becak Siantar Asli’ itu. Kata penumpang, ‘ongkos
becak BSA lebih mahal juga dianggap tidak nyaman!’. ‘Becak Siantar Asli’ akan makin terdiam
lebih lama lagi sebab Agustus 2017 lalu, operator angkutan perorangan dalam jaringan (online)
sudah beroperasi di Pematangsiantar.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Kemunculan becak motor BSA di Kota Pematangsiantar dapat dikatakan merupakan ide
beberapamasyarakat siantar yang aktif untuk mengatasi masalah kekurangan sarana transportasi.
Selain itu masalah minimnya lapangan pekerjaan pada awal perkembangan kota Siantar menjadi
salah satu faktor bertambahnya jumlah becak di Kota Pematangsiantar.

Secara alami ketika Becak motor merk Birmingham Small Army (BSA) diangkat menjadi ikon
dan becak motor merk Birmingham Small Army (BSA) sudah akrab bagi semua suku dan agama
dari lapisan masyarakat maka kota Pematangsiantar sepakat mengangkat becak motor merk
Birmingham Small Army BSA sebagai ikon kota Pematangsiantar. Ikon antik yang ada di salah
satu kota di Sumatera Utara itu kini telah diabadikan dengan dibangunnya sebuah Tugu Becak
Siantar, dimana peresmiannya dihelat saat bersamaan perayaan HUT ke-10 Birmingham Small
Army (BSA) Owner Motorcycles Siantar (BOMS) di lapangan Adam Malik, Pematang Siantar

10
Karakteristik dan nilai kearifan lokal yang terkandung dalam Becak Siantar merupakan bagian
dari perkemabangan teknologi dan kesenian.

DAFTAR PUSTAKA

Syahrani Kaina Putri, Noviy Hasanah. 2018. Solidaritas Sosial Anggota Organisasi BSA Owner
Motorcycle Siantar (BOM’S) Di Kota Pematangsiantar. Jurnal Of Sociology Research And
Aducation. Vol 5. Nomor 1. Issn 2356-4180.

http://localnews2008.blogspot.com/2008/08/bsa-becak-siantar-antik.html

https://text-id.123dok.com/document/eqo581jy-sejarah-dan-peranan-becak-di-pematangsiantar-
1960-2006.html

http://digilib.unimed.ac.id/26466/2/8.-NIM.-3133321051.-CHAPTER%20I.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai