Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PROYEK

LAPORAN TENTANG KOTA BINJAI

Dosen Pengampu : Eka Yusnaldi, M.Pd

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Dari Konsep Dasar IPS

DISUSUN OLEH :

Nurul Handini (0306212106)

Kelas : PGMI-3/ Semester 2

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur kita atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan nikmat
iman juga nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan
penyususnan proyek saya dengan judul “ LAPORAN TENTANG KOTA BINJAI”. Sholawat
serta salam senantiasa saya sampaikan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad Saw. Karena
atas kehadiran cintanya kepada umatnya maka hingga kini saya masih bisa berdiri tegak
dibawah naungan cahaya ilmu pengetahuan dalam nikmat Islam.

Saya selaku penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Eka Yusnaldi
M.Pd selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS, yang telah membimbing dan mengajari
kami mengenai pembelajaran tersebut. Dan tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga menyelesaikan makalah ini.

Demikianlah proyek ini dibuat, besar harapan penulis agar proyek ini dapat
memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Penulis juga menyadari jika dalam
penyusunan proyek ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Medan, 17 Mei 2022

NURUL HANDINI

i
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................................................
i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................


ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................


1

1. Latar Belakang ...............................................................................................................


1
2. Rumusan Masalah ..........................................................................................................
1
3. Tujuan .............................................................................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................


2

A. Sejarah Kota Binjai..........................................................................................................


2
B. Jumlah Petunjuk Kota Binjai.........................................................................................
5
C. Batas dan Luas Wilayah..................................................................................................
6
D. Agama dan Suku bangsa di Kota Binjai........................................................................
8
E. Pendidikan di Kota Binjai...............................................................................................
8
F. Bangunan bersejarah di Kota Binjai..............................................................................
9

ii
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................
13

A. Kesimpulan .....................................................................................................................
13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................


14

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan
peninggalan- peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu
menjelaskan ruang, waktu dan tempat, di daerah manapun sekecil apapun
masyarakatnya pasti mempunyai sejarah, setidaknya pasti orang-orang sekitarnya
mempunyai dan mengetahui kejadian dimasa lampau. Untuk mengetahui kejadian
dimasa lampau itu kita dapat mempelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik
bukti material atau fisik maupun non material atau non fisik ataupun melalui sumber
tertulis dan sumber yang tidak tertulis. Dengan demikian peristiwa-peristiwa yang
terjadi dimasa lampau yang menjadi sejarah yang akan menjadi suatu tulisan ilmiah.
Dengan menuliskan sejarah yang perspektif individual yaitu tentang biografi seorang
tokoh untuk mempermudah masyarakat mengetahui kisah sejarah yang sebenarnya
serta mengingatkan kembali masyarakat dengan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada
masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan peristiwa-peristiwa yang
terjadi untuk jadi pembelajaran.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Kota Binjai?

2. Apa saja Bangunan bersejarah di kota binjai?

3. Tujuan

1. Mengetahui Sejarah Kota Binjai

2. Mengetahui Bangunan bersejarah di Kota Binjai.

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kota Binjai

Kota Binjai adalah salah satu kota (dahulu daerah tingkat


II berstatus kotamadya) dalam wilayah provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Binjai
terletak sekitar 22 km di sebelah Barat ibu kota provinsi Sumatra Utara, Kota Medan.
Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibu kota Kabupaten Langkat yang
kemudian dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten
Langkat di sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah Timur
dan Selatan. Jumlah penduduk kota Binjai sebanyak 279.302 jiwa (2021), dengan
kepadatan 3.095 jiwa/km².[1]

Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan Mebidang yang
meliputi kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan Medan
dihubungkan oleh Jalan Raya Lintas Sumatra yang menghubungkan antara Medan
dan Banda Aceh. Oleh karena ini, Binjai terletak di daerah strategis di mana
merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau dari provinsi Aceh.

Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan Binjai memang
sangat terkenal. Bibit rambutan asal Binjai ini telah tersebar dan dibudidayakan di
berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditas unggulan
daerah tersebut.

Pada masa silam kota Binjai disebut sebagai sebuah kota yang terletak di
antara Sungai Mencirim di sebelah timur dan Sungai Bingai di sebelah barat, terletak
di antara dua kerajaan Melayu yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat.

iv
Berdasarkan penuturan para leluhur, baik yang dikisahkan atau yang diriwayatkan
dalam berbagai tulisan yang pernah dijumpai, kota Binjai itu berasal dari sebuah
kampung yang kecil terletak di pinggir Sungai Bingai, kira-kira di Kelurahan Pekan
Binjai yang sekarang. Upacara adat dalam rangka pembukaan Kampung tersebut
diadakan di bawah sebatang pohon Binjai (Mangifera caesia) yang rindang yang
batangnya amat besar, tumbuh kokoh di pinggir Sungai Bingai yang bermuara
ke Sungai Wampu, sungai yang cukup besar dan dapat dilayari sampan-sampan besar
yang berkayuh sampai jauh ke udik.

Di sekitar pohon Binjai yang besar itulah kemudian dibangun beberapa rumah
yang lama-kelamaan menjadi besar dan luas yang akhirnya berkembang menjadi
bandar atau pelabuhan yang ramai didatangi oleh tongkang-tongkang yang datang
dari Stabat, Tanjung Pura dan juga dari Selat Malaka. Kemudian nama pohon Binjai
itulah yang akhirnya melekat menjadi nama kota Binjai. Konon pohon Binjai ini
adalah sebangsa pohon embacang dan istilahnya berasal dari bahasa Karo.

Dalam versi lain yang merujuk dari beberapa referensi, asal-muasal kata
"Binjai" merupakan kata baku dari istilah "Binjéi" yang merupakan makna dari kata
"ben" dan "i-jéi" yang dalam bahasa Karo artinya "bermalam di sini". Pengertian ini
dipercaya oleh masyarakat asli kota Binjai, khususnya etnis Karo merupakan cikal-
bakal kota Binjai pada masa kini. Hal ini berdasarkan fakta sejarah, bahwa pada masa
dahulu kala, kota Binjai merupakan perkampungan yang berada di jalur yang
digunakan oleh "Perlanja Sira" yang dalam istilah Karo merupakan pedagang yang
membawa barang dagangan dari dataran tinggi Karo dan menukarnya (barter) dengan
pedagang garam di daerah pesisir Langkat.

Perjalanan yang ditempuh Perlanja Sira ini hanya dengan berjalan kaki
menembus hutan belantara menyusuri jalur tepi sungai dari dataran tinggi Karo ke
pesisir Langkat dan tidak dapat ditempuh dalam waktu satu atau dua hari, sehingga
selalu bermalam di tempat yang sama, begitu juga sebaliknya, kembali dari dataran
rendah Karo yaitu pesisir Langkat, Para perlanja sira ini kembali bermalam di tempat
yang sama pula, selanjutnya seiring waktu menjadi sebuah perkampungan yang
mereka namai dengan "Kuta Benjéi". Masa Pendudukan Belanda

Pada tahun 1823, Gubernur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang


mengutus John Anderson ke pesisir Sumatra timur dan dalam catatannya disebutkan

v
sebuah kampung yang bernama "Ba Bingai".[8] Sejak tahun 1822, Binjai telah
dijadikan bandar/pelabuhan dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah berasal
dari perkebunan lada di sekitar ketapangai (pungai) atau Kelurahan Kebun
Lada/Damai.

Selanjutnya pada tahun 1864, Daerah Deli telah dicoba ditanami tembakau
oleh pioner Belanda bernama J. Nienkyis yang mendorong didirikannya Deli
Maatschappij pada tahun 1866. Orang Belanda berusaha menguasai Tanah Deli
menggunakan politik pecah belah melalui pengangkatan datuk-datuk. Usaha ini
ditentang oleh Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat, sementara Datuk Sunggal
tidak menyetujui pemberian konsensi tanah kepada perusahaan Rotterdenmy oleh
Sultan Deli karena tanpa persetujuan. Di bawah kepemimpinan Datuk Sunggal
bersama rakyatnya di Timbang Langkat (Binjai) dibuat benteng pertahanan untuk
menghadapi Belanda.

Belanda merasa terhina atas tindakan ini dan memerintahkan kapten Koops
untuk menumpas para datuk yang menentang Belanda. Pada 17 Mei 1872 terjadilah
pertempuran yang sengit antara Datuk/masyarakat dengan Belanda. Peristiwa
perlawanan inilah yang menjadi tonggak sejarah dan ditetapkan sebagai hari jadi Kota
Binjai. Perjuangan para datuk/rakyat terus berkobar dan pada akhirnya pada 24
Oktober 1872 Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat dapat ditangkap Belanda dan
kemudian pada tahun 1873 dibuang ke Cilacap. Pada tahun 1917 oleh Pemerintah
Belanda dikeluarkan Instelling Ordonantie No.12 dimana Binjai
dijadikan Gemeente dengan luas 267 Ha.

Masa Pendudukan Jepang

Pada tahun 1942-1945 Binjai dibawah Pemerintahan Jepang dengan kepala


pemerintahan Kagujawa (dengan sebutan Guserbu) dan tahun 1944/1945
pemerintahan kota dipimpin oleh ketua Dewan Eksekutif J. Runnanbi dengan anggota
Dr. RM Djulham, Natangsa Sembiring dan Tan Hong Poh.

Masa Kemerdekaan Indonesia

Pada tahun 1945, (saat revolusi) sebagai kepala pemerintahan Binjai adalah RM. Ibnu.
Pada 29 Oktober 1945, T. Amir Hamzah diangkat menjadi residen Langkat oleh
komite nasional. Pada masa pendudukan Belanda tahun 1947 Binjai berada di bawah
Asisten Residen J. Bunger dan RM. Ibnu sebagai Wakil Wali Kota Binjai. Pada tahun

vi
1948 -1950 pemerintahan Kota Binjai dipegang oleh ASC More. Tahun 1950-1956
Binjai menjadi kota Administratif kabupaten Langkat dan sebagai wali kota adalah
OK Salamuddin kemudian T. Ubaidullah Tahun 1953-1956. Berdasarkan Undang-
Undang Daruat No.9 Tahun 1956 Kota Binjai menjadi otonom dengan wali kota
pertama SS Parumuhan.

Dalam perkembangannya Kota Binjai sebagai salah satu daerah tingkat II di propinsi
Sumatra Utara telah membenahi dirinya dengan melakukan pemekaran wilayahnya.
Semenjak ditetapkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1986 wilayah kota Binjai
telah diperluas menjadi 90,23 km2 dengan 5 wilayah kecamatan yang terdiri dari 11
desa dan 11 kelurahan. Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan pada tahun
1993 maka jumlah desa menjadi 17 dan kelurahan 20. Perubahan ini berdasarkan
Keputusan Gubenur Sumatra Utara No.140-1395 /SK/1993 tanggal 3 Juni 1993
tentang Pembentukan 6 Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan di Kota Binjai.
Berdasarkan SK Gubenur Sumatra Utara No.146-2624/SK/1996 tanggal 7 Agustus
1996, 17 desa menjadi kelurahan.

B. Jumlah Penduduk Kota Binjai


Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Binjai adalah 219.145 jiwa menurut data BPS Kota Binjai

PENDUDUK DEWASA DAN ANAK-ANAK MENURUT JENIS KELAMIN DI KOTA BINJAI

Jumlah penduduk Total

No. Kecamatan Dewasa Anak-anak

L P L P L+P

1. Binjai Selatan 14.366 13.919 6.219 6.245 40.749

2. Binjai Kota 12.670 12.104 3.970 4.235 32.979

3. Binjai Timur 15.985 15.128 7.899 8.125 47.137

4. Binjai Utara 21.649 20.861 9.377 9.825 61.712

5. Binjai Barat 11.390 11.548 6.934 6.696 36.568

vii
JUMLAH 76.060 73.560 34.399 35.126 219.145

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai,

viii
C. Batas dan Luas Wilayah

Batas Utara : Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan


Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
Batas Selatan : Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat dan Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang
Batas Timur : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
Batas Barat : Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat

Kota Binjai secara astronomis terletak di antara 3°31'40" - 3°40'2" Lintang


Utara dan 98°27'3" - 98°32'32" Bujur Timur dengan tinggi dari permukaan laut yaitu
28 mdpl. Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2 diapit oleh dua kabupaten besar yaitu
Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang dengan topografi berupa dataran.
Binjai terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai
Kota, Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Utara, dan Kecamatan Binjai Barat.
Kecamatan yang memiliki luas daerah paling besar yaitu Kecamatan Binjai Selatan
(33,2%) sedangkan kecamatan yang memiliki luas daerah paling kecil yaitu
Kecamatan Binjai Kota (4,57%).

Jumlah penduduk Kota Binjai pada tahun 2016 yaitu sebanyak 267.901 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 133.692 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 134.209 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Binjai pada tahun 2016
mencapai 2.969 jiwa/km2 dengan kecamatan terpadat yaitu Kecamatan Binjai Kota
sebesar 7.013 jiwa/km2 dan kecamatan dengan kepadatan terendah yaitu Kecamatan
Binjai Selatan sebesar 1.816 jiwa/km2. Laju pertumbuhan penduduk Kota Binjai pada
tahun 2015-2016 sebesar 1,21%. Penduduk Kota Binjai paling banyak menggeluti
lapangan kerja di sektor perdagangan, diikuti oleh sektor industri dan pertanian.

Dalam sistem perkotaan nasional, Kota Binjai ditetapkan sebagai Pusat


Kegiatan Nasional (PKN). Kota Binjai juga termasuk ke dalam Kawasan Strategis

6
Nasional Perkotaan Mebidangro (Kota Medan-Kota Binjai-Kab. Deli Sedang-Kab.
Karo). Metropolitan Mebidangro berada di posisi strategis jalur International
Shipping Conference sehingga dapat menjadi pintu bagi pengembangan kegiatan
ekonomi di provinsi Sumatera Utara, DI Nanggoe Aceh Darussalam, dan Sumatera
Barat.

Kota Binjai terdiri dari 5 kecamatan dan 37 kelurahan dengan luas wilayah mencapai
59,19 km² dan jumlah penduduk sekitar 274.697 jiwa (2017) dengan kepadatan
penduduk 89 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Binjai, adalah sebagai berikut:

Kode Kecamata Jumlah Status Daftar


Kemendag n Keluraha Desa/Keluraha
ri n n

Bandar Senembah
12.75.03 Binjai Barat 6 Kelurahan Limau Mungkur
Limau Sundai
Paya Roba
Suka Maju
Suka Ramai
12.75.02 Binjai Kota 7 Kelurahan Berngam
Binjai
Kartini
Pekan Binjai
Satria
Setia
Tangsi
12.75.05 Binjai 8 Kelurahan Bhakti Karya
Selatan Binjai Estate
Pujidadi
Rambung Barat
Rambung Dalam
Rambung Timur
Tanah Merah
Tanah Seribu
12.75.04 Binjai Timur 7 Kelurahan Dataran Tinggi
Mencirim
Sumber Karya
Sumber
Mulyorejo
Tanah Tinggi
Timbang Langkat
Tunggurono

7
Kode Kecamata Jumlah Status Daftar
Kemendag n Keluraha Desa/Keluraha
ri n n

12.75.01 Binjai Utara 9 Kelurahan Cengkeh Turi


Damai
Jati Karya
Jati Makmur
Jati Utomo
Jatinegara
Kebun Lada
Nangka
Pahlawan
TOTAL 37

D. Agama dan Suku Bangsa di Kota Binjai

Kota Binjai merupakan kota multi etnis, yang dihuni oleh suku Melayu, Batak,
termasuk Toba, Karo, Mandailing, Angkola, kemudian Jawa, Tionghoa, dan suku lainnya.
Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Jumlah
penduduk kota Binjai sampai pada April 2016 adalah 267.901 jiwa dengan kepadatan
penduduk 2.961,86 iwa/km². Tenaga kerja produktif sekitar 160.000 jiwa. Banyak juga
penduduk Binjai yang bekerja di Medan karena transportasi dan jarak yang relatif dekat.

Agama di Binjai terutama:

 Islam - dipeluk mayoritas suku Melayu, Jawa, Batak Mandailing dan sebagian suku
Karo dan Toba.
 Kristen - dipeluk sebagian besar suku Karo, Batak Toba, Nias, dan sebagian
Tionghoa.
 Buddha - dipeluk mayoritas suku Tionghoa yang berdomisili di Binjai Kota dan
Binjai Barat.
 Hindu - ada 1 pura di Binjai berlokasi di Jalan Ahmad Yani, agama Hindu dipeluk
terutama oleh etnis India dan beberapa dari suku Bali.
E. Pendidikan di Kota Binjai
Sampai saat ini, jumlah sekolah umum yang terdaftar di Pemerintah Dati II Binjai
adalah 154 SD, 37 SMP, 9 MT, 31 SMU dan 10 MA, keseluruhan berjumlah 241
buah. Jumlah penduduk usia sekolah wajib (di bawah 19 tahun) adalah 78.000 jiwa.
Dari total jumlah 241 buah sekolah ini, 85 sekolah di antaranya terletak di Binjai

8
Utara. Salah satu sekolah yang terkenal adalah Sekolah Swasta Methodist Binjai
yang masuk dalam 40 sekolah unggulan menurut majalah GATRA dengan judul
"40+ Sekolah Unggulan" untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional.

F. Bangunan Bersejarah di Kota Binjai


Masjid Raya Binjai

Masjid Raya Binjai terletak di dekat Pasar Tavip Binjai. Masjid Raya Binjai ini
bersatu dengan salah satu MTs swasta di Binjai. Jadi, maklum saja kalau kamu kesini
pada pagi dan siang hari kamu akan menemukan banyak anak sekolah yang berada di
sekitar Masjid Raya Binjai ini. Masjid Raya Binjai merupakan salah satu bangunan
peninggalan Kesultanan Langkat. Masjid ini sudah berdiri selama kurang lebih 120
tahun. Masjid Raya Binjai pertama kali dibangun oleh Sultan Langkat Tuanku Sultan
Haji Musa Al Khalid Al Mahadiah Muazzam Shah (Tengku Ngah) Bin Raja Ahmad
yang menjabat periode 1840 – 1893. Peletakan Batu pertamanya tahun 1887. Di masa
Tuanku Sultan Haji Musa Pembangunan Masjid ini belum rampung dan setelah
mangkatnya Tuanku Sultan Haji Musa, Kesultanan diperintah oleh putranya Tuanku
Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmat shah (1893 – 1927). Masjid ini diresmikan
oleh Tuanku Sultan Abdul Aziz lebih kurang pada tahun 1894. Masjid Raya Binjai
sudah mengalami beberapa kali renovasi dalam pembangunannya. Pada tahun 1924
renovasi dilakukan untuk merubah kubah masjid sampai saat ini kubah itu sudah
mengalami beberapa kali renovasi. Pada tahun 1990-an renovasi pada bagian lantai
Masjid Raya Binjai dilakukan untuk semakin memperindah dan memperkokoh Masjid
Raya Binjai.

9
Tugu Perjuangan ‘45

Tugu Perjuangan ’45 yang terletak di tengah pusat Kota Binjai ini menjadi saksi
sejarah dari Kota Binjai ini. Tugu Perjuangan ’45 ini dibangun atas dasar sabagai
bentuk penghormatan bagi para pejuang Indonesia yang berada di Binjai pada zaman
dahulu.

Tugu Perjuangan ’45 ini juga dianggap sebagai gerbang tanda masuknya kita ke
wilayah Binjai menuju Langkat dan Aceh. Tugu Perjuangan ’45 ini masih dijaga
kebersihannya sampai sekarang, bahkan Dinas Pertamanan Kota Binjai selalu
membersihkannya secara rutin sehingga Tugu Perjuangan ’45 ini selalu terlihat
bersih. Patung yang ada pada Tugu Perjuangan ’45 ini merupakan patung anak dari
Amir Hamzah, sang pahlawan nasional yang berasal dari Kesultanan Langkat. Pada
Tugu Perjuangan ’45 ini terdapat sebuah prasasti yang tertulis,“Tugu-Pedjuang.
Pembangunan monumen ini diprakarsai oleh: Korem 023/ D.T. PMBM. Dimulai
tanggal 12 Sept 1971 selesai pada tanggal 12 Djan 1972. Diresmikan oleh Pangdam
I/ BB Brigdjen. TNI, Marah Halim Harahap pada hari senin tgl 17 Djan 1972.
Pelaksanan bangunan oleh : U.B. Andalas. Patung oleh: Sekar Gunung.”

Rumah Sakit Bangkatan

10
Rumah Sakit Umum Bangkatan juga merupakan salah satu saksi sejarah pada zaman
penjajahan. Bangunan yang sudah terlihat tua ini sudah dibangun sejak zaman
pemerintahan Belanda. Rumah Sakit Bangkatan ini terletak di Jalan Sultan
Hasanuddin Binjai. Rumah sakit ini sudah dibangun sejak tahun 1908 dan saat ini
milik PT Perkebunaan Nusantara II. Rumah Sakit Bangkatan ini dibangun atas dasar
agar mudahnya akses kesehatan bagi para warga Belanda saat itu. Bahkan pada masa
penjajahan Jepang, Rumah Sakit Bangkatan ini hanya boleh dimasuki oleh para
petinggi-petinggi Jepang saja dan orang-orang dari luar pekerja pekerbunanan pada
zaman itu. Namun, setelah kemerdekaan, Rumah Sakit Bangkatan ini dibuka untuk
umum baik itu orang perkebunan dan non-perkebunan yang membutuhkan
pengobatan. Sampai saat ini, Rumah Sakit Bangkatan masih berdiri kokoh di Binjai
dengan dekorasi warna serba putih dan bangunan yang sangat sederhana
melambangkan bangunan bersejarah bekas masa penjajahan Belanda

Stasiun Kereta Api Binjai

Bangunan Stasiun Kereta Api ini masih mempertahankan arsitektur pada zaman
Belanda sejak awal dibangun. Dibangun sejak tahun 1920. Tepatnya kala Indonesia
masih dikuasai oleh penjajah Belanda. Stasiun Kereta Api ini memiliki arsitektur
perpaduan antara Eropa-Belanda dan Melayu Deli.Dahulu Stasiun Kereta Api Binjai
ini merupakan persimpangan jalur ke Besitang dan Kuala. Namun, saaat ini sudah
tidak melayani keberangkatan ke Kuala dan Besitang lagi karena rel-rel di daerah itu
sudah tidak ada. Stasiun Binjai ini dahulu memiliki 6 jalur kereta api, namun sekarang
hanya tersisa 3, yang menguunakan rel R25 & R33.Di ujung utara stasiun ini juga
masih terdapat tiga menara air dan sumurnya, serta corong pipa pancuran pengisian
air untuk lokomotif uap di ujung utara dan selatan emplasemen stasiun.

11
Masjid Agung Binjai

Masjid Agung Binjai ini baru saja melakukan renovasi dalam pembuatan lampu-
lampu sebagai penanda masjid agung dan membuat masjid ini semakin terlihat
megah. Masjid Agung Binjai berdiri tegak tepat di samping bangunan Binjai
Supermall. Masjid yang cukup tua di Kota Binjai ini didekorasi dengan warna yang
menyejukkan mata. Paduan warna hijau dan kuning emas pada masjid ini menambah
kesan indah bagi mata yang melihatnya.

Gaya arsitektur Masjid Agung Binjai ini menyerupai bangunan kubah tinggi masjid
Madinah. Masjid Agung Binjai ini menjadi salah satu ikon menarik yang dimiliki
Kota Binjai karena merupakan masjid terbesar yang ada di Kota Rambutan ini.

Sejarah Masjid Agung Binjai berdiri pada tahun 1987 yakni dengan kerjasama
Walikota Binjai yang ke-2 yaitu Alm. Mulai Sebayang dan Drs. H. Arifudin Harahap,
sebagai penggagas artistek beserta dengan masyarakat Binjai pada saat itu.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada masa silam kota Binjai disebut sebagai sebuah kota yang terletak di antara Sungai
Mencirim di sebelah timur dan Sungai Bingai di sebelah barat, terletak di antara dua
kerajaan Melayu yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat. Berdasarkan penuturan
para leluhur, baik yang dikisahkan atau yang diriwayatkan dalam berbagai tulisan yang
pernah dijumpai, kota Binjai itu berasal dari sebuah kampung yang kecil terletak di
pinggir Sungai Bingai, kira-kira di Kelurahan Pekan Binjai yang sekarang. Upacara adat
dalam rangka pembukaan Kampung tersebut diadakan di bawah sebatang pohon Binjai
(Mangifera caesia) yang rindang yang batangnya amat besar, tumbuh kokoh di pinggir
Sungai Bingai yang bermuara ke Sungai Wampu, sungai yang cukup besar dan dapat
dilayari sampan-sampan besar yang berkayuh sampai jauh ke udik. Jumlah penduduk
Kota Binjai adalah 219.145 jiwa menurut data BPS Kota Binjai. Kota Binjai merupakan
kota multi etnis, yang dihuni oleh suku Melayu, Batak,
termasuk Toba, Karo, Mandailing, Angkola, kemudian Jawa, Tionghoa, dan suku
lainnya.Di binjai juga banyak bangunan bersejarah diantaranya Masjid Raya Binjai,
Stasiun Kereta Api Binjai, Rumah Sakit Bangkatan, Masjid Agung Binjai , dan Tugu
Perjuangan 45 Binjai

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Binjai#:~:text=Kota%20Binjai%20merupakan%20kota
%20multi,kaya%20akan%20kebudayaan%20yang%20beragam.

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Suku_bangsa_di_Sumatra_Utara

https://ceritamedan.com/mari-kenali-bangunan-bersejarah-di-binjai/

file:///C:/Users/win7/Documents/w/binjai.pdf

https://binjaikota.bps.go.id/statictable/2018/12/26/329/persentase-penduduk-menurut-
kecamatan-dan-agama-yang-dianut-di-kota-binjai-2017.html

http://perkotaan.bpiw.pu.go.id/v2/kota-sedang/91

14

Anda mungkin juga menyukai