Anda di halaman 1dari 21

PELAPISAN DAN DINAMIKA SOSIAL MASYARAKAT KOTA BANDUNG

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

ANGGOTA:
ALICIA BALQIS BUNIARTO PUTRI
BABURRAYYAN
HANI NAZIRA
M.FARIQ HIDAYAT
MIFTA DIANA FITRI
REYVALDI MAARIO
ULUL AZMI
ZAHRATU SHAFARAAIYUP

Program studi : Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar

Universitas Syiah Kuala

Oktober, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas ini tepat waktu, yang
berjudul “PELAPISAN DAN DINAMIKA SOSIAL MASYARAKAT KOTA”
Makalah ini berisikan informasi tentang perkembangan pelapisan dan dinamika sosial
masyarakat kota. Diharapkan Tugas ini dapat memberikan informasi dan menambah ilmu
pengetahuan kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan Penulisan …………………………………………………………………. 1
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka …………………………………………………………………. 2

BAB III ISI DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Kota Bandung ………………………………………………………….. 4


3.2 Kependudukan Kota Bandung …………………………………………………... 5
3.3 Pemerintahan Kota Bandung …………………………………………………….. 5
3.4 Pariwisata dan Budaya Kota Bandung …………………………………………... 5
3.5 Dinamika Ekonomi Kota Bandung ……………………………………………… 7
3.6 Kodisi Pendidikan Kota Bandung ……………………………………………….. 8
3.7 Kebudayaan di Kota Bandung …………………………………………………… 9
3.8 Sosial Dan Budaya Sunda Sebagai Mayoritas Masyarakat Bandung …………… 11

BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………. 14
4.2 Saran ……………………………………………………………………………... 14
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. iii

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan
baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang
satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.
Dalam hal ini penulis mencoba untuk membahas mengenai Kota Bandung, dimana dapat
kita lihat mengenai masyarakat, adat, serta sejarah kota Bandung itu sendiri.

1.1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui tentang kota Bandung dilihat dari segi kehidupan bermasyarakat, sosial
budaya, serta sejarah kota bandung
2. Untuk memenuhi tugas Sosiologi
3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis

1.1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Bagaimana sejarah / asal usul kota Bandung terbentuk ?
2. Bagaimana sosial budaya masyarakat kota Bandung ?
3. Bagaimana kehidupan bermasyarakat kota Bandung ?

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Pengaruh besar mengenai masyarakat perkotaan merupakan salah satu bagian dari suatu
perubahan secara perlahan berdasarkan konsep masyrakat perkotaan. Konsep perkotaan yang
meliputi berbagai aspek social dalam suatu masyrakat merupakan salah satu bagian dari berbagai
sistem mengenai perkotaan saat ini.
Dinamika Multikultural Masyarakat Kota Surabaya (Soedarso, Muchammad Nurif, Sutikno
dan Windiani)Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi dan faktor-faktor penyangga
dari suatu masyarakat multikultur khususnya di Kota Surabaya. Kesimpulan hasil penelitian ini
antara lain bahwa kondisi kampung-kampung di Surabaya selama ini telah hidup secara
multikultural; antar warga tidak lagi membedakan secara diskriminatif persoalan etnis, agama
dan tingkat kesejahteraan sosial di antara sesama warganya, dapat hidup rukun dan
berdampingan satu sama lain. Kondisiini disebabkan antara lain karena faktor sejarah yang
panjang serta kesediaan menerima perbedaan sebagai sebuah keniscayaan kehidupan
kemasyarakatan.Pemerintah kota Surabaya juga mengembangkan sarana dan prasarana yang
mendukung berbagai kegiatan kebersamaan di lingkungan warga seperti adanya taman-taman
kota, pusat kuliner, kegiatan senam pagi lansia, organisasi kepemudaan Sinoman. Modal kultural
dan sosial baik yang tumbuh dari masyarakat maupun yang diupayakan melalui usaha-usaha
pemerintah merupakan faktor penting yang memungkinkan tetap bertahan dan semakin
berkembangnya multikulturalisme warga masyarakat Kota Surabaya.
Urbanisasi dan Modernisasi (Studi Tentang Perubahan Sistem Nilai Budaya Masyarakat
Urban di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan) oleh Hidayat Syah. Hasil dari penelitian ini
adalah masyarakat desa yang berurbanisasi menyadari tentang adanya perbedaan sistem nilai
yang relatif kontras antara sistem nilai masyarakat desa yang familiarship dan patnership dengan
sistem nilai masyarakat kota yang individualistik, dan kompetitif dalam meraih berbagai peluang
yang ada. Menyadari perbedaan sistem nilai antara masyarakat desa yang agraris dan masyarakat
kota industrialis, masyarakat desa yang berurbanisasi berupaya menemukan mekanisme
penyesuaian diri untuk dapat tetap bertahan hidup dan bersaing dalam kehidupan kota yang
kompetitif, melalui perluasan jaringan komunikasi dan memperkaya diri dengan berbagai
keterampilan, pengetahuan dan informasi baru. Urbanisasi telah membuat masyarakat desa yang

2
berpindah ke kota mengalami perubahan sistem nilai, meskipun perubahan itu masih bersifat
relatif dan kontradiktif. Hal itu terlihat pada pandangan mereka Toleransi, tentang peran manusia
dalam menentukan nasibnya yang masih cenderung bersifat fatalis, sumber informasi yang masih
didominasi oleh saluransaluran komunikasi tradisional (keluarga dan teman), kecenderungan
untuk tetap mempertahankan adat istiadat lama, sikap kemandirian yang masih lemah dan
mengandalkan keluarga serta keterikatan yang kuat pada pandangan masyarakat, kesadaran akan
masa depan yang masih lemah, dan tingkat partisipasi politik yang masih sebatas partisipasi
pasif. Namun, di sisi lain mereka menyadari dan mengubah diri dengan meningkatkan kualitas
diri melalui peningkatan keterampilan dan perluasan wawasan pengetahuan, sehingga mereka
mampu berkompetisi dan tetap eksis di tengah kehidupan kota yang individualis dan kompetitif.

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Kota Bandung


Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai
Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang
diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung” diambil dari
sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu
bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci
Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang
lama di Dayeuhkolot.
Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels,
mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan
prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota
Bandung.
Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B.
van Heutsz pada tanggal 1 April 1906 dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan
bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat
ini.
Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini di bakar oleh para
pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal
dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu
kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.
Pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama “Concordia” (Jl.
Asia Afrika, sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk pertama
kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika 2005 diadakan di kota
ini pada 19 April-24 April 2005.

4
3.2 Kependudukan Kota Bandung
Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana penduduknya didominasi
oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa merupakan penduduk minoritas terbesar di kota ini
dibandingkan etnis lainnya.
Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada sarana
transportasi Kereta api yang dibangun sekitar tahun 1880 yang menghubungkan kota ini dengan
Jakarta (sebelumnya bernama Batavia). Pada tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah
penduduk kota ini kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi,
penduduk kota ini kembali bertambah dimana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya
sebanyak 644.475 jiwa.

3.3 Pemerintahan Kota Bandung


Dalam administrasi pemerintah daerah, kota Bandung dipimpin oleh walikota. Sejak 2008,
penduduk kota ini langsung memilih walikota beserta wakilnya dalam pilkada, sedangkan
sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kotanya.
Sesuai konstitusi yang berlaku DPRD kota Bandung merupakan representasi dari
perwakilan rakyat, pada Pemilu Legislatif 2004 sebelumnya anggota DPRD kota Bandung
berjumlah 45 orang. Sesuai dengan perkembangan dan pertambahan penduduk maka pada
Pemilu Legislatif 2009 anggota DPRD kota Bandung bertambah menjadi 50 orang, yang
kemudian tersusun atas perwakilan delapan partai, dan terdiri atas 41 lelaki dan 9 perempuan

3.4 Pariwisata dan Budaya Kota Bandung


Sejak dibukanya Jalan Tol Padaleunyi, kota Bandung telah menjadi tujuan utama dalam
menikmati liburan akhir pekan terutama dari masyarakat yang berasal dari Jakarta sekitarnya.
Selain menjadi kota wisata belanja, kota Bandung juga dikenal dengan sejumlah besar bangunan
lama berarsitektur peninggalan Belanda, diantaranya Gedung Sate sekarang berfungsi sebagai
kantor pemerintah provinsi Jawa Barat, Gedung Pakuan yang sekarang menjadi tempat tinggal
resmi gubernur provinsi Jawa Barat, Gedung Dwi Warna atau Indische Pensioenfonds sekarang
digunakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk Kantor Wilayah XII Ditjen
Pembendaharaan Bandung, Villa Isola sekarang digunakan Universitas Pendidikan Indonesia,
Stasiun Hall atau Stasiun Bandung dan Gedung Kantor Pos Besar Kota Bandung.

5
Kota Bandung juga memiliki beberapa ruang publik seni seperti museum, gedung
pertunjukan dan galeri diantaranya Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya Konferensi Tingkat
Tinggi Asia-Afrika pada tahun 1955, Museum Sri Baduga, yang didirikan pada tahun 1974
dengan menggunakan bangunan lama bekas Kawedanan Tegallega, Museum Geologi Bandung,
Museum Wangsit Mandala Siliwangi, Museum Barli, Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan,
Gedung Indonesia Menggugat dahulunya menjadi tempat Ir. Soekarno menyampaikan pledoinya
yang fenomenal (Indonesia Menggugat) pada masa penjajahan Belanda, Taman Budaya Jawa
Barat (TBJB) dan Rumentang Siang.
Kota ini memiliki beberapa kawasan yang menjadi taman kota, selain berfungsi sebagai
paru-paru kota juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat di kota ini. Kebun Binatang
Bandung merupakan salah satu kawasan wisata yang sangat minati oleh masyarakat terutama
pada saat hari minggu maupun libur sekolah, kebun binatang ini diresmikan pada tahun 1933
oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan sekarang dikelola oleh Yayasan Margasatwa
Tamansari. Selain itu beberapa kawasan wisata lain termasuk pusat perbelanjaan maupun factory
outlet juga tersebar di kota ini diantaranya, di kawasan Jalan Braga, kawasan Cihampelas,
Cibaduyut dengan pengrajin sepatunya dan Cigondewah dengan pedagang tekstilnya. Puluhan
pusat perbelanjaan sudah tersebar di kota Bandung, beberapa di antaranya Istana Plaza Bandung,
Bandung Supermal, Cihampelas Walk, Paris Van Java Mall, dan Bandung Indah Plaza.
Sementara beberapa kawasan pasar tradisional yang cukup terkenal di kota ini
diantaranya Pasar Baru, Pasar Gedebage dan Pasar Andir. Potensi kuliner khususnya tutug
oncom, serabi, pepes, dan colenak juga terus berkembang di kota ini. Selain itu Cireng juga telah
menjadi sajian makanan khas Bandung, sementara Peuyeum sejenis tapai yang dibuat dari
singkong yang difermentasi, secara luas juga dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa.
Kota Bandung dikenal juga dengan kota yang penuh dengan kenangan sejarah
perjuangan rakyat Indonesia pada umumnya, beberapa monumen telah didirikan dalam
memperingati beberapa peristiwa sejarah tersebut, diantaranya Monumen Perjuangan Jawa
Barat, Monumen Bandung Lautan Api, Monumen Penjara Banceuy, Monumen Kereta Api dan
Taman Makam Pahlawan Cikutra.

6
3.5 Dinamika Ekonomi Kota Bandung
Kota Bandung dapat dikatakan sebagai kota kreatif dimana aktivitas kulturalnya dapat
menyatu dengan aktivitas ekonomi dan sosial. Dengan semakin berkembangnya komunitas
kreatif juga diharapkan dapat menjadi pendorong lebih lanjut akan sinergisitas perkembangan
aktivitas ekonomi kreatif lokal. Ekonomi kreatif yang mencakup industri kreatif merupakan
dinamika perekonomian yang berkembang saat ini di Kota Bandung. Ekonomi kreatif yang
berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas
sebagai kekayaan intelektual adalah harapan bagi ekonomi. nasional ataupun daerah untuk
bangkit, bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global.
Berkembangnya industri kreatif di Kota Bandung menjadi faktor yang memperkuat sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, serta jasa dan sektor industri pengolahan (tertentu) sebagai
potensi unggulan daerah di Kota Bandung. Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
potensi Unggulan Daerah di Kota Bandung diilustrasikan melalui Produk Domestik Regional
Bruto 31 (PDRB) yang menggambarkan pola konsumsi dan kemampuan atau kapasitas lapangan
usaha dalam periode tahun berjalan, yang dihitung berdasarkan kontribusi masing-masing sektor
dalam PDRB terhadap nilai PDRB. PDRB dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah dan
menunjukan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah.
Sementara PDRB Atas Dasar Harga Konstan berguna untuk menunjukan LPE secara
keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun.
Nilai PDRB yang besar menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar pula.
Kontribusi paling tinggi terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2009 adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran yaitu 38,92% berdasar harga konstan dan 40,96% berdasar harga berlaku.
Kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan berdasar harga konstan 26,66 dan berdasar
harga berlaku 24,49%. Berkembangnya industri kreatif di Kota Bandung menjadi faktor yang
memperkuat sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai potensi unggulan daerah di Kota
Bandung. Sektor pariwisata juga merupakan andalan sektor jasa Kota Bandung yang
memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian, membangkitkan kunjungan
wisatawan, membangkitkan pertumbuhan sektor pembangunan lainnya, serta menghidupkan
kembali seni dan budaya tradisional Bandung. Bandung sebagai kota kreatif merupakan potensi

7
daya tarik wisata yang tinggi. Dalam lingkup nasional, Kota Bandung ditetapkan sebagai
destinasi sekunder. Berada di tempat ke-empat, di bawah Jakarta dan Bali sebagai destinasi
primer di Indonesia, dan destinasi Borobudur-Yogya-Solo. Semenjak tahun 2011, Kota Bandung
telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) dan
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Provinsi Jawa Barat (KPPN Bandung Kota
dan sekitarnya) dan merupakan bagian dari Destinasi Pariwisata Nasional (DPN Bandung–
Ciwidey dan sekitarnya).

3.6 Kodisi Pendidikan Kota Bandung


Kota Bandung sejak pertengahan abad ke-19, terkenal sebagai Kota Pendidikan. Orang
Belanda menyebutkan sebagai kota pusat intelektual, khazanah keilmuan yang sudah tumbuh
pesat semenjak pemerintahan Hindia Belanda. Dari sini tumbuh pesat tempat-tempat pendidikan
mulai dari tingkat Taman Kanak- 32 Kanak sampai Sekolah Tinggi. Pada tahun 1984 mulai
didirkan sekolah untuk komunitas guru-guru pada tahun 1879 didirikan sekolah sebagai upaya
persiapan Pamong Praja atau dalam Bahasa Belanda Opleiding School Indlansche Ambtenaren.
Kota Bandung senantiasa menjadi pusat untuk menumbuhkan spirit pendidikan baik di tingkatan
SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi. Tak kalah pentingnya pula pada akhir abad ke-19
semakin banyak sekolah-sekolah yang didirikan untuk menampung dan memberikan proses
sarana–prasarana antara lain Sekolah Belanda HIS, Sekolah Dasar Eropa ELS, Sekolah
Menengah Mulo, Sekolah Menengah Atas AMS, dan Sekolah Lanjutan HBS, dan Sekolah
Swasta lainnya. Puncak dari tumbuhnya sekolah-sekolah tersebut adalah Sekolah Tinggi
Technishe Hoogeschool yang jatuh pada tanggal 3 Juli 1920, yang kemudian sekolah ini lebih
dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pendidikan Nasional
berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Undang-undang ini dijadikan
sebagai tujuan Pendidikan Nasional Indonesia dan juga tujuan pendidikan di Kota Bandung.

8
Jenjang pendidikan di Kota Bandung merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 Bab VI pasal 16
yaitu jenjang pendidikan di Indonesia meliputi tiga jenjang, yaitu:
a. Pendidikan Dasar. Pendidikan Dasar yang melandasi jenjang pendidikan menengah
Pemerintah mewajibkan wajib belajar 9 tahun dan setiap warga negara yang berusia 7
tahun wajib mengikuti belajar tanpa dipungut biaya. Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang Sederajat selama 6 tahun;
dan sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat selama 3 tahun.
b. Pendidikan Menengah. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas: Pendidikan menengah umum, berbentuk Sekolah
Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), atau bentuk lain yang sederajat; dan
Pendidikan menengah kejuruan, berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat, selama 3 tahun.
c. Pendidikan Tinggi. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma (2-4 tahun); sarjana (4 tahun atau
lebih); magister, spesialis, dan doktor (2 tahun atau lebih); yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.

3.7 Kebudayaan di Kota Bandung


Kota Bandung adalah kota yang multietnik walaupun demikian Kebudaya Sunda masih
memegang peranan dalam hidup keseharian. Menurut Ajip Rosidi Kebudayaan Sunda
merupakan manifestasi gagasan dan pikiran, serta kegiatan baik yang abstrak maupun berbentuk
benda yang dilakukan oleh sekelompok manusia yang tinggal di daerah Priangan dan
menamakan dirinya orang Sunda. Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku
bangsa di Indonesia yang berusia tua. Bahkan, dibandingkan dengan kebudayaan Jawa sekalipun,
kebudayaan Sunda sebenarnya termasuk kebudayaan yang berusia relatif lebih tua, setidaknya
dalam hal pengenalan terhadap budaya tulis. "Kegemilangan" kebudayaan Sunda di masa lalu,
khususnya semasa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda, dalam perkembangannya
kemudian seringkali dijadikan acuan dalam memetakan apa yang dinamakan kebudayaan Sunda.
Kebudayaan Sunda yang ideal pun kemudian sering dikaitkan sebagai kebudayaan raja-raja
Sunda atau tokoh yang diidentikkan dengan raja Sunda. Dalam kaitan ini, jadilah sosok Prabu

9
Siliwangi dijadikan sebagai tokoh panutan dan kebanggaan 34 urang Sunda karena dimitoskan
sebagai raja Sunda yang berhasil, sekaligus mampu memberikan kesejahteraan kepada
rakyatnya. Bila ingat Sunda maka orang akan ingat Bandung. Bandung juga sebagai ibu kota
propinsi Jawa Barat menjadi pusat segala aktivitas, antara lain pendidikan, perdagangan,
ekonomi, dan pemerintahan. Bandung mempunyai potensi wisata yang besar seperti wisata
Bandung Tempo Doeloe dengan motto pariwisatanya “Jangan datang ke Bandung, bila kau
tinggalkan istrimu di rumah”. Bandung juga memiliki potensi dalam kesenian seperti adanya
beberapa paguyuban seni tradisional seperti Wayang Golek dan Karawitan, serta memiliki
perguruan tinggi yang menjalankan pendidikan di bidang seni seperti ASTI (Akademi Seni Tari
Indonesia)Bandung, STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia), SMKI (Sekolah Menengah
Karawitan Indonesia), ITB Jurusan Seni Rupa dan Desain dan Saung Angklung Udjo yang
merupakan Angsana Singasana Angklung terbesar di dunia. Dari banyaknya kesenian yang ada
di Kota Bandung terdapat beberapa kesenian yang menjadi ciri khas dari Budaya Sunda yang
teradapat di Kota Bandung seperti seni tari, seni wayang golek, seni suara dan alat-alat musik
khas Budaya Sunda. Seni tari utama dalam Suku Sunda adalah tari jaipongan, tari merak, dan tari
topeng. Tari Jaipong atau Jaipongan sebetulnya merupakan tarian yang sudah modern karena
merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari
Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini
merupakan kumpulan beragam alat musik seperti gendang, gong, saron, kecapi, dan sebagainya.
Selain itu Tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek. Wayang Golek adalah
pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara
merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam
menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi
musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara
hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam
hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi.
Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik
melawan tokoh jahat). 35 Cerita wayang yang populer saat ini banyak diilhami oleh budaya
Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Dalam Wayang Golek, ada
‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan,
seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang

10
selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton.
Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat
menarik. Tanah Sunda juga terkenal dengan seni suara. Dalam memainkan Degung biasanya ada
seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas.
Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat
menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru
dan dipelajari. Bubuy Bulan Es Lilin Manuk Dadali Tokecang Warung Pojok adalah beberapa
dari judul lagu sunda yang terkenal.

3.8 Sosial Dan Budaya Sunda Sebagai Mayoritas Masyarakat Bandung.


Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi
bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Kebudayaan kebudayaan
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Sistim Kepercayaan
hampir semua orang Sunda beragama Islam. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda
ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam semesta. Keseimbangan magis dipertahankan
dengan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan
saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah lakon
pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang
Tunggal (Guriang Tunggal).
b. Mata Pencaharian
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup
berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal
meningkatkan taraf hidup.

c. Kesenian Kirab Helaran


Kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni
pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya
biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti ; menyambut tamu,
hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan harihari besar lainnya.

11
Diikuti oleh kelompok-kelompok masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda, seperti
sisingaan, gotong gagak, kendang rampak, calung, engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
d. Seni Tari Tari Jaipongan
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan
menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau
Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi
atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.
Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik
ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb.
Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika.
Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik
kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan
oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering
dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
Salah satu musik/lagu daerah Sunda: Bubuy Bulan Es Lilin Manuk Dadali Tokecang
Warung Pojok WAYANG GOLEK Jepang boleh terkenal dengan ‘Boneka Jepangnya’, maka
tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan
sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap
pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang.
e. Alat Musik 
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan
angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan
mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras
(tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la).
Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun
ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih). Angklung adalah sebuah alat
atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng
Sutigna. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau
tradisional KETUK TILU Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang
biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau
diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas.

12
f. Sistem Keluarga 
Sistem dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu
bersama. Dalam keluarga, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan
yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh
sendi kehidupan suku Sunda. Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-
istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan.
g. Bahasa 
Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda adalah bahasa
yang diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat
pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda merupakan
bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai identitas Suku Sunda yang
merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada di Indonesia.
h. Stratifikasi Suku Sunda
Masyarakat Bandung dan masyarakat Jawa Barat pada umumnya, yaitu masyarakat Sunda,
mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat tergantung pada penilaian
masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan keputusan, seperti terhadap perkawinan,
pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum
keluarganya.
Komunikasi Vertikal, Hubungan seseorang dengan orang lain dalam lingkungan kerabat
atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati kedudukan yang sangat penting. Soalnya,
hubungan kekerabatan seseorang dengan orang lain akan menentukan kedudukan seseorang
dalam struktur kekerabatan keluarga besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga
menghargai, kerjasama, dan saling menolong di antara sesamanya, serta menentukan
kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggota-anggotanya guna membentuk
keluarga inti baru.

13
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Demikianlah pembahasan mengenai kota Bandung. Seperti yang kita ketahui bahwa kota
Bandung adalah merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta, dan Surabaya.
Hampir 99% penduduknya adalah suku sunda, dimana merupakan suku asli Propinsi Jawa Barat.
Dalam ragam budayanya pun tak lepas dari budaya sunda. Dalam hal ini kami/penulis telah
membahas mengenai ini di bab sebelumnya.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami kemukakan, yaitu semoga kita dapat lebih mengenal lagi
kota bandung dimana merupakan suatu Ibukota Propinsi Jawa Barat, juga dapat lebih mencintai
budaya yang merupakan budaya suku sunda.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

http://djawie.wordpress.com/category/sosial-budaya/

 http://kresna.lodaya.web.id/sosialbudayabandungkota.html

 http://jefrihutagalung.wordpress.com/2009/05/05/sosial-budaya-prov-jawa-barat/

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung

iii

Anda mungkin juga menyukai