Anda di halaman 1dari 15

PENELITIAN SEJARAH

PERISTIWA BANDUNG LAUTAN API

Disusun oleh:

Ataya Zaidan Satria Fahlevi / 07


Javier Ahmad Arivery / 16

Kelas X-9
SMA 17 Negeri Surabaya
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIAN SEJARAH PERISTIWA BANDUNG LAUTAN API

DISUSUN OLEH SISWA


KELAS : X-9
NAMA : 1. Ataya Zaidan Satria Fahlevi / 07

2. Javier Ahmad Arivery / 16


TAHUN AJARAN : 2023 – 2024

Surabaya, ………………… 2023

Menyetujui,
Pemmbimbing

Mat Sumaji S.Pd


NIP: ……………………….

Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 17 Surabaya

ELIS RISTYORINI, M.PD


NIP: 197208181996022001

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini Ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada:

1. Ibu Elis Ristyorini, M.Pd. Selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 17 Surabaya yang
telah memberikan kesempatan kepada saya selaku siswa untuk dapat
menyelesaikan penelitian sejarah ini.
2. Bapak/Ibu guru pembimbing yang telah memberikan bantuan dan motivasi
kepada saya untuk selalu berkarya dan berkreasi.

Demikian Karya Tulis Ilmiah ini saya buat dengan konsep bermuatan lokal dengan
nilai-nilai moral seperti jujur, disiplin, berani, kreatif, beriman, bertakwa, dan mampu
mengungkapkan rasa tanggung jawab. Saya berharap Karya Tulis Ilmiah ini mendapatkan
dukungan dan saran yang bersifat membangun dan mendukung penelitian ini.

2
Daftar isi:

Disusun oleh:.....................................................................................................................................0
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
Daftar isi:...........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................................7
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................................7
E. Metode Penelitian....................................................................................................................7
F. Kajian Pustaka........................................................................................................................9
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................10
A. Penyebab Peristiwa Bandung Lautan Api..........................................................................11
B. Dampak Masyarakat Bandung............................................................................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................................13
B. Saran......................................................................................................................................13
Daftar Pustaka...........................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Bandung dapat dikatakan sebagai kota metropolitan terbesar di Jawa Barat
sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara
Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya
menurut jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya disebut dengan wilayah
metropolitan Bandung dan merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi).1
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang berada di Indonesia yang telah berusia
sangat lama. Menurut lintasan sejarahnya, kota ini berdiri pada sekitar dekade pertama abad
ke-19. Dari awal berdirinya Kota Bandung sudah menjadi sorotan bagi masyarakat Indonesia
dimulai dari karakteristiknya maupun dari segi keunikan. Kota ini dibangun setelah
kabupaten Bandung dibentuk.2
Kota ini terletak di daratan berbentuk mangkok nasi sekitar 2.400 kaki di atas
permukaan laut. Bentuk wilayahnya oval dengan panjang 25 mil dan lebar 10 mil, dikelilingi
barisan pegunungan permai yang tingginya mencapai 7.500 kaki. Lokasi aslinya terletak di
Sungai Citarum, di tempat yang kini dikenal sebagai wilayah Dayeuh Kolot (Kota Tua)
namun pada 1810 dipindahkan lokasi saat ini yang letaknya agak lebih tinggi dan lebih tidak
berawa. Lokasi baru ini berada di ujung utara dasar mangkok, tepat di kaki tanjakan yang
menuju kawah gunung yang menjadi atraksi lokal, Tangkuban Perahu.3
Sejak awal abad ke-20 hingga sekarang Kota Bandung adalah pusat administrasi dan
pendidikan. Di ambang Revolusi pada Agustus 1945, seperti di sebagian besar kota lainnya di
Indonesia, industri tidak terlalu berkembang disana. Dalam ekonomi kota ini bergantung pada
jasa yang dilakukannya kepada pemerintah, kantor swasta, dan sekolah, serta perkebunan
yang dibangun selama enam atau tujuh dekade sebelumnya di daerah pegunungan di
sekeliling wilayah Bandung. Layaknya sebuah kota besar, Bandung merupakan pusat
transportasi. Bandung dilalui salah satu jalur kereta api timur-barat di Jawa yang saling
bersisian dengan jalan raya di pusat Kota, sementara jaringan jalan-jalan kecil tersebar dari
dalam kota hingga ke setiap sudut wilayah sekitarnya. Setelah tiga setengah tahun
pendudukan Jepang, perkebunan menjadi nyaris tidak aktif. Perdagangan dan pendidikan
Jepang menjadi nyaris tidak aktif. Perdagangan dan pendidikan juga tidak berkembang. Di
kota itu tinggal 437.000 jiwa dengan keadaan yang kurang sejahtera.4

1
Dinas Sejarah Angkatan Darat, Bandung Lautan Api, (Bandung, 2016), hlm 30.
2
Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II, Sejarah Kota Bandung, (Bandung, 1998), hlm 1.
3
John R.W. Smail, Bandung Awal Revolusi Tahun 1945-1946, (Bandung : 2011), hlm 3.
4
John R.W.Smail, Ibid, hlm 3.

4
Sejarah Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan permukiman sejak
pemerintahan kolonial Hindia Belanda kemudian hari peristiwa pada 25 September 1810 ini
diabadikan sebagai hari jadi Kota Bandung saat Gubernur Jenderal, Herman Willem
Daendels mengeluarkan surat keputusan tentang pembangunan sarana dan prasarana.
Dalam perjalanan sejarahnya yang panjang itu, Kota Bandung berkedudukan sebagai
pusat pemerintahan, yaitu ibu kota Kabupaten Bandung, Ibu kota Keresidenan Priangan,
gemeente (sekarang kotamadya), dan ibukota Provinsi Jawa Barat, juga menjadi pusat
berbagai kegiatan, seperti pusat pendidikan, pusat perekonomian, pusat kebudayaan, pusat
pariwisata, dan lain-lain. Pada masa revolusi kemerdekaan, Kota Bandung menjadi pusat
perjuangan mempertahankan dan menegakan kemerdekaan. Di kota ini juga pernah
berlangsung berbagai kegiatan, baik kegiatan bertarap nasional maupun internasional, antara
lain Konferensi Asia Afrika tahun 1955 dan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) tahun
1965.
Dalam perkembangannya, kota Bandung pernah menyandang berbagai julukan
sseperti “Paris Van Java” Kota Kembang”, “Kota Asia-Afrika”, dan lain-lain. Namun
demikian, hingga kini hari jadi kota Bandung belum diketahui secara jelas, sehingga muncul
pemahaman keliru yang mengidentikkan berdirinya Kota Bandung dengan lahirnya
Gemeente (Kotamadya) Bandung tanggal 1 April 1906.
Di kota Bandung pernah terjadi peristiwa heroik yang tercatat dalam sejarah.
Peristiwa tersebut disebut adalah “Bandung Lautan Api”. Saat itu, tentara sekutu yang terdiri
dari tentara Inggris, Gurkha, dan NICA meneror penduduk dibagian utara jalan kereta api.
Kota Bandung dibagi menjadi dua bagian, yaitu utara jalan dan selatan. Mereka menghujani
tembakan ke kampung-kampung dengan membabi buta. Pihak Indonesia gagal
mempertahankan gedung sate. Tetapi, mereka terus berupaya dengan mempertahankan Kota
Bandung.5
Pertempuran sengit itu terus terjadi sepanjang bulan Desember 1945 hingga Maret
1946. Puncak pertempuran terjadi sekitar Bulan Februari dan Maret. Saat itu, warga mulai
berbondong-bondong meninggalkan Kota Bandung. Kota Bandung telah diporak-
porandakan, gedung-gedung pemerintahan dan bangunan-bangunan kantor pos, jawatan
listrik, dan lain-lain dihancurkan. Semua penerangan di Kota Bandung dipadamkan. Dalam
waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk membakar rumah dan harta benda mereka.
Mereka berbondong-bondong meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan.6
Rangkaian peristiwa yang baru saja dibahas terjadi selama periode decade yang relatif
tenang antara Januari hingga awal Maret 1946, saat kebuntuan antara pihak Inggris dan
Indonesia terus berlangsung dan Bandung tetap terbagi dua dengan tidak nyaman. Namun,
kondisi yang tidak biasa ini tidak dapat bertahan selamanya, dengan Bandung utara dalam
keadaan sebagai pengungsian yang padat dimana penghuninya hidup dari makanan kalengan
dan terganggu oleh serangan-serangan pada bagian sisinya dan Bandung selatan dalam
keadaan setengah kosong dan dihuni terutama oleh pemuda. Para pemuda, terlepas dari

5
Sigit Rais, Menelusuri Sejarah Kota Bandung, (Cileunyi : Mitra Sarana), hlm 27.
6
Sigit Rais, Ibid, hlm 28.

5
kemajuan untuk melancarkan serangan berskala besar yang sukses sehingga hanya pihak
Inggris yang dapat memecah kebuntuan.7
Dalam segala aspek peristiwa sejarah khususnya di Kota Bandung pasti mempunyai
makna dari peristiwa tersebut dan memberikan dampak yang penting bagi kemerdekaan
Indonesia, disini akan mengulas sedikit apa makna dari Peristiwa Bandung Lautan Api tahun
1946 dan Heroisme semangat dari para pejuang pahlawan dalam mempertahankan Kota
Bandung, adapun pembahasannya sebagai berikut.
Para pejuang dari berbagai kesatuan, baik TRI maupun laskar rakyat bahu-membahu
menangkis serangan-serangan pihak Inggris. Yang bertempur di front pun tidak hanya pria,
tetapi juga wanita. Mereka tidak kalah semangatnya, bahkan terkesan lugu namun tetap
berani ikut membantu dalam pertempuran. Keberanian telah menjadi citra tersendiri di
kalangan pejuang selama berlangsungnya perang di Bandung.8
Dalam kasus di Kota Bandung, tidak terjadi revolusi sosial yang membabi buta. Ini
terjadi karena latar belakang kondisi sosial masyarakat yang telah dijiwai semangat
perjuangan melalui pendidikan politik yang terorganisir yang tumbuh di Kota Bandung
banyak yang berasal dari kalangan terdidik sehingga aktivitas politiknya lebih didasarkan
pada perhitungan politik yang rasional.
Berbagai aktivitas dalam kehidupan masyarakat, memang selalu menarik untuk
ditelurusi, khususnya salah satu aspek makna yang diambil dari perayaan memperingati
Peristiwa Bandung Lautan Api. Dibalik aktivitas tersimpan suatu penggerak yang
mengendalikan secara terorganisir ataupun tidak. Sehingga menimbulkan suatu kepatuhan
terhadap aktivitas tersebut bilamana, dilakukan yang secara sadar dan terus menerus setiap
tahunnya.
Sebagaimana aktivitas mengenai aspek sejarah khususnya dalam perayaan
memperingati Peristiwa Bandung Lautan Api sebagai makna perjuangan rakyat Bandung
yang dilaksanakan di Museum Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat menjadi suatu
kebiasaan bagi pengikut aktivitas tersebut. Karena, berjalan secara sadar, patuh dan
terorganisir.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata aktivitas mempunyai dua makna; pertama,
keaktifan, kegiatan, atau kesibukan. Kedua, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan dalam tiap bagian dalam perusahaan. Dari kedua makna tersebut penulis
menyirat dua kata yang penting yaitu keaktifan dan kegiatan.9
Berdasarkan definisi di atas bahwa bisa disimpulkan, aktivitas merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan masyarakat yang berimplikasi pada tingkah laku masyarakat, dalam
hal ini salah satunya yaitu kegiatan untuk memperingati peristiwa besar yang terjadi di
Bandung yakni Bandung Lautan Api. Aktivitas tersebut, menguraikan suatu kegiatan yang
melibatkan siswa, mahasiswa, tentara, komunitas sejarah dan berbagai kalangan masyarakat
7
Sigit Rais, opcit, hlm 177
8
Pengantar Oleh Jend. Besar TNI (Purn.) A.H. Nasution, Saya Pilih mengungsi Pengorbanan Rakyat Bandung
Untuk Kedaulatan, Penerbit Bunaya, Maret 2002, hlm 116.
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Gramedia Pustaka, Jakarta:2011), hlm. 31.

6
sekitar. Adanya kekuatan dalam segala kegiatan tersebut sudah terprogram dan terkendali
guna mencapai tujuan yang sudah direncanakan.
Penelitian makalah mengenai judul Penelitian Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api
memiliki alasan tersendiri karena adanya hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Banyak berhubungan
dalam Peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada bulan Maret, sehingga memiliki
dampak mulai dari politik, sosial, serta keagamaan, sehingga muncul semangat proklamasi
kemerdekaan dalam peristiwa yang besar dan semakin mematangkan jiwa perjuangan rakyat
Bandung untuk mempertahankan kemerdekaan di Kota Bandung.

B. Rumusan Masalah

1. Apa penyebab dari peristiwa Bandung Lautan Api?


2. Bagaimana dampak pada masyarakat Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Untuk Mempelajari peristiwa Peristiwa Bandung Lautan Api dengan baik, serta untuk
menganalisis dampaknya terhadap masyarakat Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
peristiwa Bandung Lautan Api.

E. Metode Penelitian

1. Huristik
Heuristik merupakan suatu tahap dalam penelitian sejarah untuk mencari,
menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah, baik sumber benda, lisan,
maupun tulisan berdasarkan bentuk penyajiannya. Berdasarkan sifatnya, sumber
sejarah terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari waktu peristiwa terjadi, contohnya
arsip, dokumen, buku, majalah, jurnal, surat kabar, dan lain-lain. Sumber sekunder
adalah sumber yang waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa.

Agar pengumpulan sumber informasi sejarah dapat berlangsung dengan baik, ada
beberapa kesalahan yang harus dihindari seperti berikut.:

7
a. Kesalahan holisme, adalah kesalahan yang terjadi akibat sejarawan memilih satu
bagian yang penting dan menganggap pemilihan bagian tersebut dapat mewakili
keseluruhannya.
b. Kesalahan pragmatis, adalah kesalahan yang terjadi karena sumber dipilih untuk
tujuan tertentu. Pengumpulan sumber seperti ini sering tidak utuh.
c. Kesalahan ad hominem, adalah kesalahan yang muncul akibat dalam
pengumpulan sumber sejarah peneliti salah memilih orang, otoritas, profesi,
pangkat, atau jabatan tertentu. Untuk menghindarinya, perlu dilakukan
pengumpulan data dari tiga sumber, yaitu pihak yang berkaitan dengan peristiwa,
pihak yang saling bertentangan, dan saksi mata yang tidak terlibat sama sekali

2. Kritik Sumber
Verifikasi adalah kegiatan memeriksa, mengoreksi, serta menilai sumber-
sumber sejarah yang telah dikumpulkan sehingga bisa dipisahkan mana yang
merupakan sumber penting dan mana yang bukan. Ada dua macam sumber kritik
sejarah, yaitu sebagai berikut:

a. Kritik Intern
Kritik intern merupakan penilaian terhadap keaslian dan kebenaran isi atau
materi sumber sejarah, baik yang berupa keterangan lisan maupun keterangan tertulis.
Kritik inter ini dilaksanakan dengan cara membandingkan sumber sejarah yang
berbeda-beda. Dari perbandingan tersebut, dapat diperoleh derajat persamaan dan
derajat perbedaan terhadap isi sumber sejarah sehingga peneliti dapat menilai bahwa
isi sumber sejarah yang sedang diteliti tersebut adalah asli, palsu, penting, tidak
penting, dapat dipercaya kebenarannya, atau tidak dapat dipercaya kebenarannya.

b. Kritik Ekstern
Kritik ekstern merupakan proses penilaian terhadap bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat sumber sejarah. Apabila bahan-bahan yang digunakan
sezaman, sumber sejarah dapat dipercaya kebenarannya. Akan tetapi, jika bahan-
bahan yang digunakan tidak sezaman, sumber sejarah tidak dapat dipercaya
kebenarannya.

Dengan demikian, kritik intern dan kritik ekstern merupakan bagian penting
dalam proses penelitian sumber sejarah. Dari proses penilaian tersebut, dapat
diperoleh keaslian dan kebenaran suatu sumber sejarah. Baik isi, materi, maupun
bahan yang digunakan.

3. Interprestasi
Interpretasi dalam sejarah adalah penafsiran (interpretasi) terhadap sumber-
sumber sejarah yang terpilih sebagai bukti penelitiannya. Penafsiran sumber sejarah
harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai sumber
sejarah yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu

8
kesatuan yang masuk akal. Pada waktu melakukan interpretasi atas sumber
sejarah.Dalam interpretasi sejarah, harus diusahakan semaksimal mungkin
menghindari subjektivitas.Dengan cara tersebut, diharapkan interpretasi sejarah akan
lebih objektif.

4. Historiografi
Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai
sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Historiografi
merupakan rekaman tentang segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran
tentang perilaku yang baik. Dalam proses penulisan sejarah harus memperhatikan
beberapa hal berikut.

a. Bersifat Indonesiasentris atau berpandangan untuk kepentingan bangsa


Indonesia.
b. Sesuai dengan perkembangan zaman sekarang agar dapat diterima oleh seluruh
masyarakat
c. Mengingat bahwa sejarah merupakan bagian dari pembangunan pendidikan
karakter bangsa (nation building).
d. Memperhatikan struktur dan gaya penulisan sehingga cara penyajian sejarah
memiliki unsur- unsur seni serta komunikatif.

Historiografi yang baik biasanya menyajikan latar belakang, kronologi


peristiwa, analisis sebab akibat, dan uraian mendalam mengenai hasil penelitian,
dampak, serta kesimpulan. Dengan demikian, hasilnya dapat memberikan pemahaman
baru yang bermakna kepada pembaca tentang topik tersebut.

F. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini dilakukan untuk menghindari terjadinya duplikasi atas hasil karya
orang lain yang telah ada. Penulis melakukan penelusuran dan menggali informasi seputar
masalah yang akan diteliti dari data yang telah ada untuk kemudian dikembangkan. Penulis
pun menemukan beberapa karya yang telah ada dan berkaitan dengan judul penelitian
diantaranya sebagai berikut :

Buku "Modul Praktis Ilmu Pengetahuan Sejarah Kelas X Semester 1 Kurikulum


Merdeka" yang diterbitkan oleh Viva Pakarindo, memberikan penjelasan yang cukup lengkap
mengenai metode penelitian sejarah. Halaman 35 dari buku tersebut menjelaskan bahwa
metode penelitian sejarah mencakup lima tahapan: pemilihan topik, heuristik, kritik sumber,
interpretasi, dan historiografi. Metode penelitian ini membantu peneliti sejarah dalam
menggali dan menganalisis data historis dengan cermat.

9
Selain itu, sumber-sumber dari internet dan literatur lainnya juga digunakan untuk
mendukung penelitian ini. Kajian pustaka ini membantu dalam memahami dasar pengetahuan
yang ada tentang peristiwa Bandung Lautan Api sebelum melanjutkan penelitian lebih lanjut

10
BAB II

PEMBAHASAN

Peristiwa Bandung Lautan Api


merupakan salah satu peristiwa perjuangan
kemerdekaan yang dilakukan dengan
membumihanguskan kota Bandung yang
terjadi pada tanggal 23 Maret 1946. Ada
sekitar 200.000 penduduk Bandung
membakar kediaman mereka dan
meninggalkan kota menuju pegunungan di
daerah selatan Bandung. Alasan para
penduduk bandung melakukan hal tersebut yaitu untuk mencegah para tentara sekutu
menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam perang Kemerdekaan
Indonesia.
Pada 12 Oktober 1945 pasukan Inggris tiba kota Bandung untuk merampas semua
senjata api hasil rampasan para pejuang untuk diserahkan kepada mereka. Pasukan ini
dipimpin oleh Brigade Mc Donald. Bandung pada saat itu dibagi menjadi dua bagian yaitu
Bandung Selatan dan Bandung Utara.
Para mantan tawanan Belanda yang telah dibebaskan mulai melancarkan aksinya
dengan membuat keributan yang mengganggu keamanan hingga menimbulkan peperangan
antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bandung dengan pasukan sekutu. Pertikaian ini
terjadi pada malam 21 November 1945 yang dimulai oleh TKR menyerang pos sekutu di
Bandung Utara.
Pada tanggal 25 November pasukan sekutu menjatuhkan bom di Lengkong Besar dan
Cicadas untuk membebaskan pasukan Eropa. Akibat penyerangan tersebut sekutu pun
memerintahkan agar mengosongkan kota Bandung untuk membangun markas tentara sekutu
pada 29 November 1945. Namun ultimatum ini diabaikan oleh pemerintah Jawa Barat dan
rakyatnya. Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua yang dikumandangkan pada 23 Maret
1946. Mendengar hal ini pemerintah pusat yang berada di Batavia menginstruksikan agar
Bandung tidak dikosongkan namun instruksi berbeda datang dari markas komando TKR di
Jogja agar mengosongkan kota Bandung demi menghindari pertumpahan darah.
Rakyat Bandung merasa kebingungan atas instruksi yang berbeda tersebut. Mereka
tidak ingin ada pertumpahan darah namun juga tidak merelakan tanah Bandung menjadi milik
sekutu. Atas keputusan Kolonel Nasution dalam musyawarah yang dilakukan pada tanggal 23
Maret 1946 memerintahkan agar warga Bandung membumi hanguskan rumah-rumah mereka
sebagai bentuk perlawanan mereka.
Musyawarah 23 Maret tersebut melibatkan pemerintahan sipil, kepolisian, DPRD, dan
juga Karesidenan. Baru setalah itu Nasution bermusyawarah dengan para pejuang. Keputusan
Nasution disetujui para pejuang dan merencanakan strategi ini dilaksanakan pada 24 Maret
1946 dini hari. Sambil membakar seluruh bangunan, warga meninggalkan kota Bandung
sebelum pukul 12 malam.

11
A. Penyebab Peristiwa Bandung Lautan Api

Penyebab Bandung Lautan Api secara garis besar dikarenakan oleh dua hal, yaitu
permintaan sekutu untuk mengosongkan Bandung sehingga rakyat berupaya
mempertahankan wilayahnya dan rencana rakyat merebut senjata Jepang yang diganggu oleh
pasukan sekutu. (IMA)

1. Pertempuran Rakyat Bandung dengan Jepang


Rakyat Bandung terlibat peperangan dengan Jepang pada tanggal 12 Oktober
1945. Perang ini bertujuan untuk merebut persenjataan Jepang. Saat sedang
berperang, tentara sekutu datang ke Bandung. Hal itu membuat suasana kacau dan
merusak rencana rakyat Bandung tanpa diduga.
Pada saat pertempuran tersebut pasukan Sekutu tidak bisa menangani keadaan
yang sudah kacau balau karena perang antara Jepang dengan rakyat Bandung. Maka
sekutu menuntut untuk mengosongkan kota Bandung.

2. Permintaan Sekutu Mengosongkan Bandung


Pada tanggal 29 November 1945 sekutu kembali meminta rakyat
mengosongkan Bandung. Ultimatum pertama diumumkan pada tanggal 21 November
1945. Mulai tanggal 1 Desember 1945, rakyat mulai menyerang pasukan Sekutu dari
berbagai arah. Pasukan Sekutu melindungi diri dengan melakukan serangan balik
yang dikerahkan melalui upaya bombardir di daerah seperti Cicadas, Tegalega, dan
Lengkong. Meskipun dibombardir, rakyat pantang mundur. Mereka tetap bertahan
mendiami Bandung.
Kemudian pasukan Sekutu yang digawangi oleh NICA mulai merasa terancam
dan meminta kepada pemerintah pusat RI untuk memberikan komando agar pasukan
rakyat mundur dari Bandung sejauh 11 km. Rakyat tidak mundur begitu saja. Mereka
menyusun taktik untuk membumihanguskan Bandung Selatan sebelum pergi dari
sana. Sehingga pasukan sekutu tidak bisa lagi menguasai Bandung sesuai dengan
rencana mereka.
Bandung Lautan Api pun tercetus karena rakyat Bandung sendiri yang
menyalakannya demi melindungi kotanya. Pasukan sekutu akhirnya tidak bisa
menguasai Bandung sesuai prediksi rakyat karena lokasi sudah penuh dengan api.

B. Dampak Masyarakat Bandung

Terdapat beberpa dampak yang timbul dari peristiwa Bandung Lautan Api terhadap
perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Dampak ini tidak hanya terhadap kota
Bandung, tetapi juga terhadap politik diplomasi tingkat nasional. Dampak lain dari
pengosongan kota Bandung adalah terjadinya pengambilalihan tanah dan rumah penduduk
yang ditinggalkan ketika mengungsi oleh pihak lain, khususnya oleh antek-antek NICA.

12
Kebanyakan, para “perampas” tersebut dari 12 kalangan entik Cina. Akibatnya, sering terjadi
konflik antara pengungsi yang kembali ke kota Bandung dan “perampas” tanah rakyat
tersebut. Dampak selanjutnya, menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan, yaitu
berupa sikap anti-Cina. 10
Salah satu aspek penting yang harus di catat dalam peristiwa Bandung Lautan Api
adalah kerelaan kaum republikein Bandung mengorbankan harta bendanya, keluar
meninggalkan kota. Hal itu merupakan sebuah pengorbanan yang tidak ternilai harganya,
demi tegaknya kehormatan dan kedaulatan Republik Rakyat Indonesia.
Dampak lainnya, peristiwa ini kota Bandung dipenuhi oleh api yang menyala-nyala.
Peristiwa ini kemudian dikenang sebagai peristiwa Bandung lautan Api. Aksi ini berlangsung
selama 7 jam. Kabar menghancurkan kota Bandung terus disiarkan namun karena terbatasnya
waktu dan alat komunikasi banyak warga yang belum mengetahuinya.
Hal ini juga membuat persiapan perlawanan tidak maksimum. Beberapa gedung
penting milik sekutu terlewatkan. Justru rumah warga banyak yang terbakar namun hal ini
dilakukan oleh mereka secara sukarela. Sebanyak 200.000 rumah warga Bandung membakar
rumah mereka dan meninggalkannya. Warga Bandung pindah ke pegunungan di Bandung
Selatan dalam sebuah rombongan besar.
Strategi ini dianggap sangat tepat. Kerusakan-kerusakan yang terjadi di mana-mana
membuat sekutu tidak dapat menggunakan tanah Bandung untuk membangun markas
mereka. Aksi heroik ini diabadikan dalam sebuah monumen Bandung lautan api yang berada
di Jl. BKR, Ciateul, Kec. Regol, Kota Bandung, Jawa Barat.

10
Sitaresmi, R., Abdurachman, A., Kinartojo, R, W., & Widodo, U, L,. 2002., hlm. 235-242

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Peristiwa Bandung Lautan Api, yang
terjadi pada 23 Maret 1946, merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang
melibatkan pengosongan dan pembakaran Bandung oleh rakyat dan tentara Indonesia sebagai
respons terhadap permintaan Sekutu untuk mengosongkan kota tersebut. Peristiwa ini
memiliki akar sejarah yang mendalam dan menjadi simbol perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Dampaknya sangat signifikan, baik dalam hal kerusakan fisik maupun dalam
mempertahankan kota Bandung dari pengaruh Sekutu. Oleh karena itu, penelitian ini
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang peristiwa Bandung Lautan Api dan
pentingnya mempelajari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
B. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah melanjutkan penelitian lebih lanjut untuk menggali
aspek-aspek yang lebih mendalam tentang peristiwa ini, termasuk dampak jangka panjangnya
pada masyarakat Bandung. Selain itu, perlu memperluas kajian pustaka untuk mendukung
penelitian lebih lanjut dan berpotensi melakukan kolaborasi dengan sejarawan atau peneliti
sejarah lainnya. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan dalam konteks pendidikan sejarah
untuk mengajarkan generasi muda tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia dan
pentingnya memahami sejarah bangsa.

Daftar Pustaka

1. Nasution, Adnan Buyung (2009). "Bandung Lautan Api: Perang Kemerdekaan yang
Terlupakan." Pustaka Alvabet
2. Haloedukasi R. (2023). Dampak Peristiwa Bandung Lautan Api. Dampak positif dan
negatif. Diakses 8 November 2023 dari https://haloedukasi.com/dampak-peristiwa-
bandung-lautan-api
3. Parinduri A. (2022). Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api. Penyebab, Kronologi, &
Tokoh. Diakses 8 November 2023 dari https://tirto.id/gajf.https://amp.tirto.id/sejarah-
peristiwa-bandung-lautan-api-penyebab-kronologi-tokoh-gajf
4. Rahayu, Deshinta Sugih (2020). Heroisme dan makna peristiwa Bandung Lautan Api
bagi kemerdekaan Indonesia tahun 1946. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati
bandung. Diakses 3 Desember 2023 dari https://etheses.uinsgd.ac.id/37370/

14

Anda mungkin juga menyukai