Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN KOLONIAL

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan


Dosen Pengampu : Bayu Ananta Wibowo, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Muhammad Khidir B. ( 18144400015 )


2. Anggit Prasetiya (18144400025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud dan tujuan
penyusunan makalah ini untuk melengkapi nilai tugas mata kuliah Sejarah
Pendidikan.
Terima kasih kepada Bapak Bayu Ananta Wibowo, M.Pd. yang telah
memberikan waktu mulai dari tanggal 4 April 2019 hingga 16 Mei 2019 sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan tak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada seluruh teman-teman Pendidikan Sejarah 2018 memberi
semangat untuk maju, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah kami ini dapat berguna dan bermanfaat untuk saya dan
kepada para pembaca laporan ini, kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan.

Yogyakarta, 16 Mei 2019

Peny
usun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................. 2
PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A. Sekolah VOC....................................................................................... 3
B. Pendidikan Sekolah Pribumi............................................................... 4
C. Pendidikan Belanda di Indonesia........................................................ 5
PENUTUP................................................................................................. 7
A. Kesimpulan......................................................................................... 7
B. Saran .................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
.............................................................................................................................8

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia telah mengalami berbagai bentuk praktek
pendidikan : praktek pendidikan Hindu, pendidikan Islam, pendidikan zaman
VOC, praktek pendidikan kolonial Belanda, pendidikan zaman pendudukan
Jepang dan pendidikan zaman setelah kemerdekaan (Somarsono 1985).
Berbagai praktek pendidikan memiliki dasar filosofis dan tujuan yang
berbeda-beda.
Praktik pendidikan zaman Indonesia merdeka sampai tahun 1965 bisa
dikatakan banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan Belanda. Praktek
pendidikan zaman kolonial Belanda ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan penduduk pribumi secepat-cepatnya melalui pendidikan Barat.
Diharapkan praktek pendidikan Barat ini akan bisa mempersiapkan kaum
pribumi menjadi kelas menengah baru. Praktek pendidikan kolonial ini tetap
menunjukkan diskriminasi antara anak pejabat dan anak kebanyakan.
Kesempatan luas tetap saja diperoleh anak-anak dari lapisan atas. Dengan
demikian, sesungguhnya tujuan pendidikan adalah demi kepentingan penjajah
untuk dapat melangsungkan penjajahannya. Yakni, menciptakan tenaga kerja
yang bisa menjalankan tugas-tugas penjajah dalam mengeploitasi sumber dan
kekayaan alam Indonesia. Di samping itu dengan pendidikan model barat akan
diharapkan muncul kaum bumi putra yang berbudaya barat, sehingga tersisih
dari kehidupan masyarakat kebanyakan.
Pendidikan zaman Belanda membedakan antara pendidikan untuk
orang pribumi. Demikian pula bahasa yang digunakan berbeda. Namun perlu
dicatat, betapapun juga pendidikan Barat (Belanda) memiliki peran yang
penting dalam melahirkan pejuang-pejuang yang akhirnya berhasil melahirkan
kemerdekaan Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sekolah VOC?
2. Bagaimana keadaan pendidikan Bumi Putera?
3. Bagaimana pendidikan Belanda di Indonesia?

C. Tujuan
1. Memahami sekolah zaman VOC
2. Memahami pendidikan Bumi Putera
3. Memahami pendidikan Belanda di Indonesia

2
PEMBAHASAN

A. Sekolah Zaman VOC


Berakhirnya kekuasaan Portugis, maka timbullah kekuasaan baru,
yakni kekuasaan Belanda. Bangsa Belanda yang berhasil mengusir orang-
orang Portugis dari Indonesia. Belanda semula datang ke Indonesia untuk
berdagang. Para pedagang Belanda yang melakukan perdagangan mendirikan
organisasi agar tidak terjadi persaingan antarpedagang Belanda di Indonesia.
Organisasi ini dikenal dengan nama VOC (Vereenigde Oostindische
Compagnie). VOC sendiri didirikan lewat merger 4 perusahaan dagang, yakni
Brabantsche Compagnie, Compagnie van Verre, Compagnie can De
Moucheron, dan Veerse Compagnie.Keempat perusahaan itu dijadikan satu
untuk menghindari persaingan antar perusahaan Belanda di kawasan Hindia
Timur.
Perusahaan diversifikasi yang menjual rempah-rempah hingga sutra ini
tercatat kerap mengalami konflik dengan pihak Inggris. Dinamika hubungan
tersebut kian buruk saat terjadi pembantaian di Ambon pada 1623. Pedagang
Belanda yang telah bersatu dalam badan perdagangan VOC, menggagap perlu
menggantikan agama Katolik yang telah disebarkan orang Portugis itu dengan
agamanya, ialah agama Protestan.
Untuk keperluan inilah, maka didirikanya sekolah-sekolah, terutama di
daerah-daerah yang dahulu dinasranikan oleh bangsa Portugis dan Spanyol,
seperti Ambon, Ternate, dan lain-lain. Jelas, bahwa tujuan sekolah-sekolah itu
semua dalah untuk melaksanakan pemeliharaan dan penyebaran Agama
Protestan. Sebagai guru diangkatnya pendeta-pendeta. Sejalan dengan usaha-
usaha yang positif maupun negatif, contohnya: pengusiran, penutupan gereja-
gereja katholik dan sekolah katholik.
Sekolah pertama VOC didirikan di Ambon pada tahun 1607 pelajaran-
pelajaran yang diberikan berupa: membaca, menulis, dan sembahyang.
Sebagai gurunya diangkat seorang Belanda, yang mendapat upah tiap-tiap
bulannya kelak dikirimkan orang anak tokoh-tokoh penting di Ambon ke

3
negeri Belanda. Untuk mendapat pendidikan guru, ketika kembali ke tanah air,
mereka diangkat menjadi guru.

B. Pendidikan Sekolah Pribumi


Pendirian untuk anak-anak orang Eropa tidaklah mendapat
kesulitan karena memakai sistem pendidikan yang telah ada di negeri
Belanda. Di samping itu pula jumlah mereka relatif kecil. Akan tetapi
tidaklah demikian halnya dengan sekolah untuk anak-anak pribumi.
Karena masyarakat telah lama mengenal sistem pendidikan Islam yakni
pesantren. Lembaga pesantren inilah yang merupakan wadah pendidikan
rakyat yang telah berakar kuat di dalam masyarakat.
1. Rencana untuk mendirikan sekolah untuk anak-anak pribumi dengan
menggunakan sistem pesantren.

Pemerintah Hindia Belanda dalam usahanya mendirikan


sekolah untuk anak-anak pribumi agar mereka dapat memperbaiki
kehidupan kelak di dalam masyarakat tidak dapat mengabaikan
peranan lembaga pendidikan yang telah ada. Hal ini ternyata dari sikap
Gubernur Jendral van Der Capellen dalam tahun 1816 memerintahkan
kepada para bupati di Jawa untuk mengadakan penyelidikan sistem
pesantren, dan seberapa jauh pengaruhnya dalam masyarakat. Menurut
van Der Capellen sebaiknya pendidikan muncul dari masyarakat itu
sendiri. Jika mungkin agar sistem pendidikan pesantren dilengkapi
dengan sistem pendidikan Barat dan dipakai sebagai dasar pendidikan
rakyat. (Historisch, 8-9)
Akan tetapi Pemerintah Hindia Belanda tidak dapat
melaksanakannya karena dianggap terlalu berat dan sukar, karena di
Jawa saja telah berdiri 17.000 buah pesantren. Sedangkan dana untuk
anggaran pendidikan rakyat yang disediakan sejak tahun 1848 hanya
sebesar f. 25.000 per tahun, terutama untuk mendidik anak-anak
pegawai.

4
2. Hasil perkembangan sistem sekolah untuk anak-anak pribumi sekitar
tahun 1920.

Adanya pembatasan pendidikan untuk golongan Eropa dan


pribumi dirasakan sebagai sikap yang kurang adil menurut mentri
Koloni Fransenvan de Putted dan Direktur Pendidikan, Agama dan
Industri Van der Chijs. Kesempatan untuk memasuki sekolah Eropa
harus juga diberikan pada masyarakat pribumi. Kedua tokoh ini
mendesak kepada pemerintah pusat yang kemudian mendapat
persetujuan raja yaitu dengan keluarnya Koninklijk Besluit pada tahun
1864. Keluarnya putusan ini maka kesempatan untuk mendapat
pendidikan Barat bagi masyarakat terbuka. (Historisch, 43-45)
Putusan ini rupanya hanya berlaku diatas kertas saja karena
pada pelaksanaannya timbul perdebatan. Dari pihak kepala-kepala
sekolah ada keberatan dengan alasan tidak cukup biaya untuk
penambahan gedung dan merendahkan kedudukan anak-anak Eropa,
juga menambah beban guru. (Historisch, 43-45)
Pada tahun 1893 ditetapkan sekolah untuk anak-anak pribumi
terdiri atas dua bagian yakni sekolah kelas satu untuk anak-anak dari
keluarga bangsawan dan berada, dan sekolah kelas dua untuk anak-
anak dari masyarakat biasa. Baik pada sekolah kelas satu maupun pada
sekolah kelas dua bahasa Belanda tidak dianjurkan. Umumnya lama
belajar lima tahun untuk sekolah kelas satu, dan dua tahun untuk
sekolah kelas dua. Tujuan utama dari sekolah kelas dua adalah
melengkapi keperluan pendidikan rakyat di pedesaan.

C. Pendidikan Bangsa Eropa di Indonesia


Untuk anak-anak Eropa, ada tiga tingkat sekolah dasar yang
dinamakan E.L.S. (Europeesche Lagere School) lama belajar enam tahun.
Didirikan di Jakarta pada tahun 1816. Kemudian di sekitar tahun 1900-
1940 perkembangan jumlah sekolah dan murid tidak mengalami

5
perkembangan yang berarti, akan tetapi setelah tahun 1900 jumlah anak-
anak pribumi yang memasuki E.L.S. meningkat.
Kemudian jenis kedua adalah sekolah menengah. Sekolah
menengah terdiri dari H.B.S. (Hooger Burger School) lima tahun dan
H.B.S. tiga tahun. Sekolah ini didirikan pada tahun 1867 di Jakarta.
Sebelumnya telah ada Gymnasium enam tahun didirikan pada tahun 1860
di Jakarta yang diberi nama Gymnasium III. Tamatan H.B.S. lima tahun
dapat melanjutkan ke Universitas, dan H.B.S. tiga tahun ke sekolah
kejuruan atau dapat juga ke H.B.S. lima tahun di kelas IV.
Pada tahun 1903 didirikan sekolah M.U.L.O. tiga tahun dan
dianggap sederajat dengan H.B.S. tiga tahun. Tamatan M.U.L.O. dapat
melanjutkan ke H.B.S. lima tahun di kelas IV. Baik H.B.S. tiga tahun
maupun M.U.L.O. sebenarnya dipersiapkan untuk memasuki sekolah
kejuruan. Pemilik ijazah M.U.L.O. mempunyai arti penting karena
mendapat posisi yang baik di dalam masyarakat. (Creutsberg, 32)
Kemudian tahun 1919 didirikan A.M.S. (Algemeene Middlebare
School). Sekolah ini merupakan lanjutan M.U.L.O. yang lama belajarnya
tiga tahun, Jenis ketiga adalah Universitas, yang terdiri dari tiga sekolah
tinggi, yaitu: Kedokteran Batavia 1927, ITB 1920, dan Recht Hoge School,
Jakarta 1924

6
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan formal di Indonesia pertama kalinya dilaksanakan oleh
Zending. Pendidikan ini amat terbatas karena mempunyai tujuan untuk
membina kader pendeta. VOC tidak mencampuri urusan pendidikan
rakyat, kecuali bergerak dalam bidang perdagangan. Kemudian ketika
VOC digantikan oleh penguasa kolonial Belanda, pendidikan mendapat
perhatian kendati terbatas untuk kalangan masyarakat Belanda dan
segelintir golongan bangsawan.

B. Saran
Mempelajari sejarah itu berguna untuk mengetahui masa lalu yang
tidak pernah kita alami

7
DAFTAR PUSTAKA

Djumhur, I dan Danasuparta, 1976, Sejarah Pendidikan, Bandung: CV Ilmu

Nasution, Sangkot, tt, Strategi Pendidikan Belanda pada masa Kolonial di


Indonesia, ttp://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ihya/article/download/431/333,
diakses tanggal 6 Mei 2019, pukul 16:27

Prayudi, Gusti Muhammad, dan Dewi Salindri, 2015, Pendidikan pada Masa
Pemerintahan Kolonial Belanda di Surabaya Tahun 1901-1942, dalam
Publika Budaya, Volume 1 Nomor 3, Fakultas Sastra, Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai