Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filosofi
Pendidikan. Dalam Makalah ini membahas mengenai Perjalanan Pendidikan
Nasional. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan, dan kami berharap kekurangan tersebut dapat menjadi bahan
pembelajaran dan perbaikan bagi kami ke depannya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan
bagi pembaca.

Bandar Lampung, 21 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 4
1.3 Tujuan......................................................................................................... 5
1.4 Manfaat....................................................................................................... 5
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................... 6
2.1 Kondisi Pendidikan Pada Masa Portugis.................................................... 6
2.2 Pendidikan Pada Masa Belanda.................................................................. 6
2.3 Penyelenggaraan Sekolah-Sekolah Bumi Putera Sesudah 1850...... 10
2.4 Pendidikan Indonesia Pada Zaman Penjajahan Jepang.............................. 11
2.5 Pergerakan Kemerdekaan........................................................................... 12
2.6 Kondisi Pendidikan Nasional Zaman Kemerdekaan.................................. 13
a. Periode 1945-1950................................................................................. 15
b. Periode 1950-1966................................................................................. 22
2.7 Kurikulum Pada Masa Orde Baru............................................................... 22
2.8 Penerapan sistem Pendidikan Indonesia Pada Masa Orde Baru................. 23
2.9 Pendidikan Masa Reformasi....................................................................... 24
BAB III. PENUTUP.................................................................... ...................... 26
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 26
3.2 Saran........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila visi
pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan
bangsa. Visi pendidikan harus diterjemahkan kedalam sistem pendidikan yang
memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu,
perubahan subsistem pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena
kepedulian untuk menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan
ditempat, namun setiap perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap
dalam menjawab tantangan zaman.
Dengan lahirnya orde baru dan tumpasnya pemberontakan PKI, maka mulailah
suatu era baru dalam usaha menempatkan pendidikan sebagai suatu usaha untuk
menegakkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945. Banyak usaha-usaha yang
memerlukan kerja keras dalam rangka untuk mewujudkan suatu sistem pendidikan
yang betul-betul sesuai dengan tekad orde baru sebagai pembangunan. Namun pada
masa inipun pendidikan belum dikatakan berhasil sepenuhnya, maka pada masa
berikutnya yaitu masa reformasi diperlukan adanya pembenahan, baik dalam bidang
kurikulum, dimana kurikulum harus ditinjau paling sedikit lima tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pendidikan Nasional Zaman Kolonial, Pergerakan Kemerdekaan dan
Penjajahan Jepang.
2. Kondisi Pendidikan Nasional Zaman Kemerdekaan, Orde Baru sampai
Reformasi.

4
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita lebih mengetahui tentang
sejarah pendidikan di Indonesia pada masa pra kemerdekaan, pendidikan nasional
pasca kemerdekaan, pendidikan era orde lama dan orde baru, dan pendidikan era
reformasi.

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk menambah wawasan mengenai sejarah pendidikan di Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Pendidikan Nasional Pada Masa Portugis

Karena berkembangnya perdagangan, pada awal abad ke-16 datanglah Portugis


ke Indonesia yang kemudian disusul bangsa Spanyol. Pada saat orang-orang Portugis
datang ke Indonesia, mereka dibarengi oleh missionaris, yang diberi tugas untuk
menyebarkan agama Khatolik di kalangan penduduk Indonesia. Seorang di antaranya
adalah Franciscus Xaverius, berpendapat bahwa untuk memperluas penyebaran
agama Khatolik itu perlu sekali didirikan sekolah-sekolah.
Pada tahun 1536 didirikan sebuah seminarie di Ternate, yang merupakan sekolah
agama bagi anak-anak orang terkemuka. Selain pelajaran agama diberikan juga
pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Di Solor juga didirikan semacam
seminarie dan mempunyai ±50 orang murid, di sekolah ini juga diajarkan bahasa
Latin. Pada tahun 1546 di Ambon sudah ada tujuh kampung yang penduduknya
beragama Khatolik, ternyata di sana juga diselenggarakan pengajaran untuk rakyat
umum.
Karena sering timbul pemberontakan, maka pada akhir abad-16 habislah
kekuasaan Portugis di Indonesia. Ini berarti habis pula riwayat missi Khatolik di
Maluku.

2.2 Kondisi Pendidikan Nasional Pada Masa Belanda


Perjalanan pendidikan Indonesia dizaman kolonial akan ditelusuri dari masuknya
bangsa Eropa ke Asia khususnya ke Indonesia. Seorang sejarawan berkebangsaan
Inggris Furnivall dalam bukunya Educational progress in South East Asia yang
menuliskan keadaan pendidikan Asia Umumnya dan Indonesia khususnya sebelum
bangsa Eropa menginjakkan kakinya di negeri itu, dikatakan bahwa waktu orang
Eropa yang mula-mula sampai di timur jauh didaerah khatulistiwa mereka dapati

6
sejumlah sekolah dan orang yang telah mengenal baca dan tulis yang ternyata lebih
banyak daripada orang Eropa ketika itu (Said, 1965). Hal ini menggambarkan bahwa
ahir abad-18 hingga awal abad-19 di Indonesia telah ternjadi proses pendidikan yang
dilakukan oleh para pemimpin agama khususnya Hindu dan Islam terutama di daerah
kerajaan atau kesultanan dan bekas kerajaan.

Pada permulaan abad 16 Portugis dibawah kepemimpinan Vasco de gama


masuk ke Indonesia. Bangsa Portugis pada mulanya datang ke Asia khususnya
Indonesia didorong oleh semangat untuk mengembangkan agama katolik disamping
berdagang. Agama dijadikan dasar utama untuk mendapat pengaruh dibidang
ekonomi dan politik. Syarat utama untuk memperluas pengaruh agama tersebut ialah
mendirikan sekolah-sekolah terutama di daerah yang dahulu telah dinasranikan oleh
Portugis dan Spanyol.

a. Ambon
Sekolah pertama didirikan VOC di Ambon pada tahun 1607. Pelajaran yang
diberikan berupa membaca, menulis dan sembahyang. Kemudian dikirimkan
beberapa orang anak kepala-kepala di Ambon ke negeri Belanda, untuk mendapat
pendidikan guru. Sekembalinya ke tanah air, mereka diangkat sebagai guru.
Pada tahun 1627 di Ambon sudah ada 16 sekolah dan di pulau-pulau
sekitarnya ada 18 buah. Jumlah murid seluruhnya 1300 orang. Pengajaran
sekolah di luar Ambon dan Maluku juga hanya terbatas di daerah-daerah yang
telah terkena pengaruh Khatolik. Daerah-daerah yang tidak “di Nasranikan” oleh
Portugis dibiarkannya saja.

b. Jawa
Hubungan antara Kompeni dengan rakyat di Pulau Jawa tidak serapat di
Maluku. Sekolah pertama di Jakarta didirikan pada tahun 1617. Tujuan dari
sekolah ini adalah menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang cakap, yang kelak
dapat dipekerjakan pada pemerintahan, administrasi dan gereja.

7
Pada abad ke 17 terjadi pertempuran antara portugis dengan belanda. Tahun
1641 Portugis terusir dari Malaka karena saudagar-saudagar Belanda
menghimpun diri dalam satu kesatuan yang disebut Kompeni, Kompeni banyak
mencontoh siasat dagang dan politik yang dijalankan oleh Portugis di Asia
Tenggara ini. Agama Katolik sedikit demi sedikit ditekan dan diganti dengan
agama Protestan. Cara untuk mencapai tujuan itu ialah mendirikan sekolah-
sekolah pula.
Tidak ada bedanya dengan Portugis, Belanda pun berusaha menanamkan
pengaruhnya dibidang ekonomi dan politik dengan jalan mendirikan sekolah.
Cara mengajar di sekolah-sekolah Belanda tidak berbeda dengan cara yang
dilakukan oleh para pendidik Islam yang dilaksanakan di surau-surau, hanya isi
pelajarannya yang berbeda. Dasar sekolah Kompeni itu ialah Kristen Protestan,
oleh karena itu, dalam perjalanannya sering berbenturan dengan rakyat setempat
walaupun kompeni jugalah yang dapat memenangkannya dengan segala cara dan
kelicikannya.
Ketika memasuki abad ke 18 daerah jajaham Kompeni makin luas, terutama
di Jawa, perdagangan makin besar jumlahnya dan kewajibanpun makin berat
pula. Untuk itu Kompeni sangat membutuhkan tenaga guna pengembangan
usahanya dan itulah yang menjadi dorongan Kompeni untuk usahanya dan itulah
yang menjadi dorongan Kompeni untuk membuka sekolah-sekolah dan berlanjut
terus hingga kompeni diambil alih oleh pemerintahan Hindia Belanda. Jadi
landasan dalam pengembangan sistem pendidikan adalah atas dasar kebutuhan
tenaga kerja (Said, 1965). Hal ini dapat digambarkan salah satu peraturan sekolah
yang dibuat pada tahun 1684 menentapkan tujuan pendidikan adalah “supaya
murid-murid kelak sanggup diperkerjakan pada pemerintah gereja’’.
Revolusi Perancis berpengaruh pula di Indonesia, khususnya dibidang
pendidikan. Dandels (1808-1811) membawa semangat revolusi itu ke Indonesia.
Pendidikanyang berlandaskan agama Kristen dihapus oleh Dandels. Dalam tahun
1808 ditugaskannya kepada para bupati di Jawa untuk mendirikan sekolah-

8
sekolah yang memberikan pendidikan berdasarkan adat-sitiadat, undang-undang
dan agama islam. Di Semarang didirikan sebuah sekolah Angkatan Laut
disamping itu didirikan pula sekolah bidan dan sekolah ronggeng. Pelaksanaan
pembaharuan pendidikan itu ternyata gagal, karena tidak didukung biaya.
Tahun 1811 Inggris masuk ke Indonesia dibawah kepemimpinan Raffles
hingga tahun 1816 yang ternyata tidak mempunyai perhatian terhadap
pendidikan, dan ketika inggris menyerahkan Jawa kepada Belanda (1816)
sekolah-sekolah yang didirikan Dandels sudah hampir punah. Komisaris Jendral
Belanda (1816-1818) yang melakukan timbang terima dengan pemerintah Inggris
di Jawa mengeluarkan peraturan umum tentang pendidikan disekolah-sekolah
yang ternyata pendidikan hanya untuk orang Belanda saja.
Ketika Van Den Bosc si bapak tanam paksa menjadi komisaris jendral
(1830-1834) anak-anak priyayi bangsa Indonesia diberi sedikit kesempatan untuk
mengenyam pendidikan. Hal ini dilandasi karena tanam paksa (1830-1870) yang
dijalankan menghendaki sejumlah pegawai rendahan yang bisa tulis dan baca.
Hal lain yang dilakukan oleh pemerintahan Belanda adalah memberi kesempatan
kepada putera-puteri priyayi untuk magang dirumah-rumah orang belanda,
sambil menjadi pesuruh, mereka belajar bahasa Belanda, mereka tidak diberi gaji
tetapi mendapat makanan. Apabila kemampuan mereka dinggap cukup
selanjutnya akan diperkerjakan sebagai pegawai tata usaha dikantor-kantor
pamong praja. Cara ini sangat mudah karena tidak membutuhkan tenaga pendidik
tertentu.
Pada tahun 1848 pemerintah belanda menetapkan anggaran pendidikan
untuk mendirikan 20 sekolah untuk anak-anak Indonesia di beberapa ibukota,
utamanya dipulau Jawa, karena tanam paksa dijadikan di daerah itu. Namun
bagaimanapun juga pendidikan tetap diutamakan bagi anak-anak belanda. Hal ini
terbukti dalam waktu yang sama Belanda telah mendirikan 30 lembaga
pendidikan, terutama badan-badan agama Kristen. Badan-badan itu bertugas

9
untuk menyebarkan agama Kristen Protestan, maupun Katolik dengan jalan
pendidikan.
Dalam tahun 1892 ada dua macam sekolah rendah yaitu sekolah kelas dua
yang diperuntukan bagi anak rakyat biasa dengan lama pendidikan 3 tahun,
pelajaran yang diberikan yaitu berhitung, menulis dan membaca. Inilah yang
kemudian disebut dengan nama Sekolah Desa kemudian dihapus dan dijadikan
sekolah rakyat 6 tahun setelah Indonesia merdeka. Yang kedua sekolah kelas satu
diperuntukan bagi anak-anak pegawai pemerintah Hindia Belanda. Lama
pendidikan pada mulanya 4 tahun dan ahirnya 7 tahun.
Disekolah itu diajarkan ilmu bumi, sejarah, ilmu hayat, menggambar dan
ilmu mengukur tanah. Pelajaran diberikan dengan menggunakan bahasa Melayu
dan Belanda. Sekolah inilah yang selanjutnya bernama HIS (Holands Inlandse
School). Sekolah inipun dihapus dan dijadikan Sekolah Rakyat (SR) lama
pendidikan 6 tahun. Selama perang dunia 1 (1914-1918) di Indonesia terasa
sekali kekurangan tenaga insinyur. Oleh karena itu, pada tahun 1918 di Bandung
didirikan Technishe Hooge School (Sekolah Tekhnik Tinggi) yang saat ini
menjadi Institut Tekhnologi Bandung (ITB).

2.3 Penyelenggaraan Sekolah-Sekolah Bumi Poetera Sesudah 1850


Di Jawa bangunan-bangunan sekolah Bumiputera didirikan oleh pemerintah.
Biasanya mengambil tempat di halaman kabupaten. Karena tujuan sekolah ini adalah
mendidik calon-calon pegawai murahan, maka murid-murid tidak diambil dari rakyat
petani biasa, melainkan dari golongan priyayi, anak pegawai, seperti anak bupati,
wedana, juru tulis, mantri atau kepala desa. Lama belajar di sekolah ini tidak
ditentukan, biasanya 2-6 tahun.
Sekolah Kelas Satu juga mengalami perubahan, dan sejak tahun 1914 disebut
HIS (Hollands Inlandse School). Untuk anak-anak Indonesia lulusan HIS juga dibuka
beberapa buah MULO (sekarang SMP), lama pelajaran pada teorinya adalah 3 tahun,
tapi pada prakteknya 4 tahun. Lulusan MULO dapat menyambung pelajarannya ke

10
AMS (sekarang SMA). Dari AMS yang mampu dapat melanjutkan pelajarannya ke
Sekolah Tinggi di Jawa atau Universitas di Belanda.
Selama PD I (1914-1918) di Indonesia terasa sekali kekurangan tenaga insinyur.
Karena itu atas usaha direksi perkebunan dan perusahaan Belanda, pada tahun 1918
di Bandung didirikan Koninklijk Instituut voor Hooger Technisch Onderwijs in
Nederlandsch Indie (Lembaga Kerajaan untuk Pengajaran Tinggi Teknik di Hindia
Belanda) yang membuka Technische Hooge School (Sekolah Tinggi Teknik).

2.4 Pendidikan Indonesia Pada Zaman Penjajahan Jepang


Zaman penjajahan Jepang sangat singkat berada di Indonesia (7 Maret 1942-17
Agustus 1945) namun memiliki arti penting pada perkembangan pendidikan. Hal ini
tidak hanya terletak pada isi pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah-
sekolah tetapi, lebih terhadap organisasi pendidikan. Kegiatan pendidikan menjadi
utama sebagai pemenangan Jepang atas Asia Timur Raya. Oleh sebab itu, pada saat
jenjang masuk dalam menyumbang organisasi pendidikan menandakan bahwa, sitem
pendidikan colonial Belanda sudaha berakhir.
Usaha dalam kegiatan pendidikan murid-murid dipaksa mengumpulkan batu dan
pasir untuk kepentingan pertahanan. Pekarangan sekolah ditanami ubi dan sayur-
sayur untuk menambah bahan makanan. Para murid diwajibkan untuk menanam
pohon jarak sebagai tambahan persediaan minyak bagi kepentingan perang jelang.
Seiap pagi, murid-murid disekolah melakukan latihan gerak badan (olahraga) yang
dilanjutkan dengan latihan baris berbaris, beladiri, dan latihan perang. Semangat
jepang disesuaikan lepada murid-murid dengan cara mengajarkan bahasa Jepang,
nyanyian Jepang, serta upacara bendera ala Jepang dengan mengadap arah ke istana
Tokyo. Oleh sebab itu, hal ini menjadi tradisi yang dilaksanakan murid-murid setiap
pagi dengan mengeraskan suara mengarahkan wajah ke arah istana Tanohaeika milik
jepang.
Pada masa penjajahan jepang terdapat satu jenis sekolah rendah untuk lapisan
masyarakat yang disebut Syoo-gekko lama belajarnya 6 tahun. Pemerintahan jepang

11
juga mengadakan Sekolah Desa diganti dengan Sekolah Rakyat (Kokumin Gako)
memiiki jenjang waktu 6 tahun. Sekolah menengah diganti dengan Tu Gakko untuk
anak laki-laki dan Zyu Gakko untuk anak perempuan lama belajarnya 3 tahun dan
Mulo pun ditiadakan. Pemerintah penjajahan jepang juga membangun dan
mendirikan sekolah jurusan dan sekolah guru. Sekolah guru (Kyin Yoogoi Sho) lama
pendidikan 4 tahun dan sekolah guru lebih menekankan pada pelajaran sejarah,
pelajaran ilmu bumi (geografi), bahasa, adat istiadat dan semangat jepang.
Permasalahan pendidikan diawali dengan jatuhnya bom atom Hiroshima dan
Nagasaki pada 14 Agustus 1945, maka seluruh kota menjadi rusak dan sebagian
negara Jepang luluh lantah. Hal tersebut menjadi momentum untuk Bangsa Indonesia
merancang dasar negara dan teks proklamasi. Teks proklamasi dan dasar negara
digunakan sebagai tanda untuk memerdekakan negara Indonesia pada 17 Agustus
1945.

2.5 Pergerakkan Kemerdekaan


Dengan bertambah meluasnya pendidikan di Indonesia pada abad ke-20,
timbullah golongan baru dalam masyarakat di Indonesia, yaitu golongan cerdik
pandai yang mendapat pendidikan Barat, tapi tidak mendapat tempat maupun
perlakuan yang sewajarnya dalam masyarakat kolonial. Pendidikan menimbulkan
keinsyafan nasional dan keinsyafan bernegara. Dengan alat dan senjata yang
dipelajarinya dari Barat sendiri, yaitu organisasi rakyat cara modern, lengkap dengan
susunan pengurus pusat dan cabang di daerah-daerah. Pergerakan ini dicetuskan
kaum cerdik pandai, sebagian besar keturunan kaum bangsawan.
Partai maupun pergerakan-pergerakan yang timbul sesudah tahun 1908 ada yang
berdasarkan agama seperti Sarekat Islam, ada yang berdasarkan sosial seperti
Muhammadiyah, ada pula yang berazaskan kebangsaan, seperti Indische Partij, yang
pertama sekali merumuskan semboyan Indie los van Nederland yang diambil alih
PNI dan diterjemahkan menjadi “Indonesia Merdeka” (1928).

12
2.6 Kondisi Pendidikan Nasional Zaman Kemerdekaan, Orde Baru sampai
Reformasi

Pada saat dicetuskan dasar negara yaitu Pancasila sebagai landasan utama
negara Indonesia oleh Soekarno 1 Juni 1945, maka ketentuan yuridis konstitusional
tersebut dijadikan konstruksi hukum yang tentunya mengandung konsekuensi formal,
fungsional, dan impratif. Pancasila dijadikan pijakan sebagai norma dasar dan norma
tertinggi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negera republik Indonesia.
Pancasila adalah ideologi negara dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila adalah
identitas dan karakteristik bangsa atau keperibadian nasional yang perwujudannya
secara melembaga sebagai sistem pancasila yang menjiwai setiap keperibadian
bangsa, pandangan hidup (keyakinan bangsa) sistem kenegaraaan dan masyarakat
Indonesia (Zulkarnain, 2017: 61).
Landasan dan visi pendidikan masa Orde lama ketika itu diharapkan mampu
menentukan tujuan pendidikan yang jelas. Oleh karena itu, tujuan pendidikan yang
jelas pada gilirannya akan mengarahkan ke pencapaian kompetensi yang dibutuhkan
serta metode pembelajaran yang efektif. Pada akhirnya, kelak pendidikan mampu
menjawab tuntutan untuk mensejahterakan masyarakat dan kemajuan bangsa. Pada
awal kemerdekaan, pembelajaran di sekolah-sekolah lebih ditekankan pada semangat
nasionalisme dan membela tanah air (Tim Uny: 76). Pada masa ini penekanan
pendidikan kepada isu nasionalisasi dan ideologisasi. Penekanan pada kedua bidang
tersebut tidak lainkarena masa tersebut masa krusial pasca kemerdekaan, dimana
banyak konflik yang mengarah pada separatisme dan terjadi interplay (tarik ulur)
antara pihak yang sekuler dengan agamis (Sarnoto, 2012: 33).
Revolusi nasional meletus pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dikenal dengan
Proklamasi Kemerdekaan. Dengan ini maka tercapailah kemerdekaan yang telah lama
diidamkan bangsa Indonesia. Proklamasi mampu mematahkan belenggu penjajahan
dan menimbulkan hidup baru dilapangan apa saja salah satunya di bidang pendidikan,
dirasakan perlu mengubah sistem pendidikan sesuai dengan suasana baru (Ahmadi,
1987: 78). Sehingga ada usaha perencanaan dalam pendidikan dan pengajaran yang

13
telah dipersiapkan pada hari-hari terakhir penjajahan Jepang menjadi modal dan
pedoman pertama dilapangan pendidikan. Pendidikan masa awal kemerdekaan
berlandaskan Pancasila yang merupakan falsafah negara. Meski baru penentuan saja
karena belum dijelaskan bagaimana meletakkan dasar itu pada tiap pelajaran
(Somarsono Moestoko, 1986: 145).
Senada dengan lika-liku perjalanan sejarah bangsa dan negara Indonesia sejak
di Proklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai
sekarang. Maka, sejarah pendidikan Indonesia pada masa Orde Lama dapat dilihat
sesuai dengan pembagian kurun waktu yang ditandai dengan peristiwapenting dan
tonggak sejarah sebagai pengingat, diantaranya periode 1945-1950 dan Periode 1950-
1966. Adapun secara berurutan akan diterangkan tentang sistem pendidikan pada
periode tersebut.
a. Periode 1945-1950
Sistem persekolahan sesudah Indonesia merdeka yang berdasarkan satu jenis
sekolah untuk tiga tingkat pendidikan seperti pada zaman Jepang tetap
diteruskan. Sedangkan rencana pembelajaran pada umumnya sama dan bahasa
Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pengantar untuk sekolah. Buku-buku
pelajaran yang digunakan adalah buku hasil terjemahan dari bahasa Belanda ke
dalam bahasa Indonesia yang sudah dirintis sejak zaman Jepang (Moestoko,
1986: 17). Adapun sistem pendidikan yang berlaku sejak tahun 1945-1950 adalah
sebagai berikut:
1. Pendidikan Rendah
Pendidikan yang terendah di Indonesia sejak awal kemerdekaan yang
disebut dengan Sekolah Rakyat (SR) lama pendidikan semula 3 tahun
menjadi 6 tahun. Tujuan pendirian SR adalah selain meningkatkan taraf
pendidikan pada masa sebelum kemerdekaan juga dapat menampung
hasrat yang besar dari mereka yang hendak bersekolah. Mengingat
kurikulum SR diatur sesuai dengan putusan Menteri PK & K tanggal 19
November 1946 No 1153/Bhg A yang menetapkan daftar pelajaran SR

14
menekankan terhadap pelajaran bahasadan berhitung. Hal ini dapat telihat
bahwa dari 38 jam pelajaran seminggu, 8 jam adalah untuk bahasa
Indonesia, 4 jam untuk bahasa daerah dan 17 jam untuk berhitung (kelas
IV, V dan VI). Tercatat sejumlah 24.775 buah SR pada akhir tahun 1949 di
seluruh Indonesia (Sjamsudin dkk, 1993: 18).
2. Pendidikan Guru
Dalam periode antara tahun 1945- 1950 dikenal tiga jenis pendidikan guru
(SGB, SGC, SGA) yaitu sebagai berikut (Rifa’i, 2016: 136-137):
a) Sekolah Guru B (SGB) lama pendidikan 4 tahun dan tujuan
pendidikan guru untuk sekolah rakyat. Murid yang diterima adalah
tamatan SR yang akan lulus dalam ujian masuk sekolah lanjutan.
Pelajaran yang diberikan bersifat umum untuk di kelas I, II, III,
sedangkan pendidikan keguruan baru diberikan di kelas IV. Untuk
kelas IV ini juga dapat diterima tamatan sekolah SMP, SPG dipimpin
oleh seorang kepala sekolah yang membawahinya sejumlah guru dan
diantaranya merupakan tenaga tidak tetap karena memang sangat
kekuarangan guru tetap. Adapun sistem ujian pelaksanaannya dipecah
menjadi dua yaitu, perta ditempuh di kelas II dan ujian kedua di kelas
IV.
b) Sekolah Guru C (SGC) berhubung kebutuhan guru SR yang
mendesakmaka terasa perlunya pembukaan sekolah guru yang dalam
tempo singkat dapat menghasilkan. Untuk kebutuhan tersebut
didirikan sekolah guru dua tahun setelah SR dan di kenal dengan
sebutan SGC tetapi karena dirasakan kurang bermanfaat kemudian
ditutup kembali dan diantaranya dijadikan SGB.
c) Sekolah guru A (SGA) karena adanya anggapan bahwa pendidikan
guru 4 tahun belum menjamin pengetahuan cukup untuk taraf
pendidikan guru, maka dibukalah SGA yang memberi pendidikan tiga
tahun sesudah SMP. Disamping Itu dapat diterima pelajar lulusan kelas

15
III SGB. Mata pelajaran yang diberikan di SGA sama jenisnya dengan
mata pelajaran yang diberikan di SGB hanya penyelenggaraannya
lebih luas dan mendalam.
3. Pendidikan Umum
Ada dua jenis pendidikan umum yaitu sekolah menengah pertama (SMP)
dan sekolah menengah Tinggi (SMT).
a) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
seperti halnya pada zaman Jepang, SMP mempergunakan rencana
pelajaran yang sama pula. Tetapi dengan keluarnya surat keputusan
menteri PP & K tahun 1946, maka diadakannya pembagian A dan B
mulai kelas II sehingga terdapat kelas II A, II B, III A dan III B. Di
bagian A diberikan juga sedikit ilmu alam danilmu pasti. Tetapi lebih
banyak diberikan pelajaran bahasa dan praktek administrasi. Di bagian
B sebaliknya diberikan Ilmu Alam dan Ilmu Pasti
b) Sekolah Menengah Tinggi (SMT)
Kementerian PP & K hanya mengurus langsung SMT yang ada di
Jawa terutama yang berada di kota-kota, seperti Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya dan Cirebon. SMT di Luar
Jawa berada di bawah pengawasan pemerintah daerah, berhubung
sulitnya perhubungan dengan pusat, SMT merupakan pendidikan tiga
tahun setelah SMP dan setelah lulus dapat melanjutkan ke perguruan
tinggi. Mengenai rencana pelajaran belum jelas dan yang diberikan
adalah rencana pelajaran dalam garis besar saja. Karena pada waktu itu
masih harus menyesuaikan dengan keadaan zaman yang masih belum
stabil. Demikian rencana pembelajaran yang berlaku, yaitu (1). isinya
memenuhi kebutuhan nasional, (2). bahasa pengantarnya adalah
bahasa Indonesia dan (3). mutunya setingkat dengan SMT menjelang
kemerdekaan. Ujian akhir dapat diselenggarakan oleh masing-masing
sekolah selama belum ada ujian Negara. Tetapi setelah tahun 1947

16
baru berlaku ujian negara tersebut. Dapat dimaklumiapabila bobot
ujian penghabisan negara yang pertama kalinya diadakan masih sangat
minim karena pelajaran pun bersifat darurat (Sjamsudin dkk, 1993: 19-
20).
4. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan fokus pada pendidikan ekonomi dan pendidikan
kewanitaan:
a) Pendidikan ekonomi: pada awal kemerdekaan pemerintah baru dapat
membuka sekolah dagang yang lama, pendidikannya tiga tahun
sesudah Sekolah Rakyat. Sekolah dagang ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga administrasi atau pembukuan.
Penyelenggaraan sekolah dagang tersebut dilaksanakan oleh inspektur
sekolah dagang.
b) Pendidikan Kewanitaan: sesudah kemerdekaan dimana pemerintah
membuka Sekolah Kepandaian Putri (SKP) dan pada tahun 1947
sekolah guru kepandaian putri (SGKP) yang lama pelajaranya empat
tahun setelah SMP atau SKP (Rifa’i, 2016: 138-139).
5. Pendidikan Teknik
Seperti sekolah lain, keadaan Sekolah Teknik tidak teratur karena
disamping pelajarnya sering terlibat dalam pertahanan negara, sekolah
tersebut kadang juga dipakai sebagai pabrik senjata. Sekolah Teknik di
Solo misalnya, dikerahkan untuk membuat senjata yang sangat diperlukan
kendaliapa adanya. Menurut Tim UNY (tanpa tahun: 85-86) memaparkan
sekolah teknik yang ada pada masa itu, antara lain:
a. Kursus Kerajinan Negeri (KKN). Sekolah/kursus ini satu tahun
lamanya dan merupakan pendidikan teknik terendah berdasarkan SR
enam tahun. KKN terdiri atas jurusanjurusan: kayu, besi, anyaman,
perabot rumah, las dan batu.

17
b. Sekolah Teknik Pertama (STP). Tujuannya adalah mendapatkan tenaga
tukang yang terampil tetapi disertai dengan pengetahuan teori. Lama
pendidikan dua tahun sesudah SR dan terdiri atas jurusan kayu, batu,
keramik, perabot rumah, anyaman, besi ,listrik, mobil, cetak, tenun
kulit, motor, ukur tanah dan ngecor.
c. Sekolah Teknik (ST). Mempunyai tujuan mendidik tenaga pengawasan
bangunan. Lama pendidikan dua tahun setelah STP atau SMP bagian B
dan meliputi jurusan bangunan gedung, bangunan air dan jalan,
bangunan radio, bangunan kapal, percetakan dan pertambangan.
d. Sekolah Teknik menengah (STM). Bertujuan mendidik tenaga ahli
teknik dan pejabat teknik menengah. Lama pendidikan empat tahun
setelah SMP bagian B atau ST dan terdiri atas jurusn bangunan
gedung, bangunan sipil, bangunan kapal, bangunanmesin, bangunan
mesin, bangunan listrik, bangunan mesin kapal, kimia, dan pesawat
terbang.
e. Pendidikan guru untuk sekolah teknik. Tujuannya untuk memenuhi
keperluan guru sekolah teknik, dibuka sekolah/kursus untuk mendidik
guru.
6. Pendidikan Tinggi Periode 1945-1950
Kesempatan untuk meneruskan studi pendidikan tinggi semakin terbuka
lebar bagi warga negara tanpa syarat. Lembaga pendidikan ini
berkembang pesat. Tetapi karena pelaksanaannya dilakukan perjuangan
fisik, maka perkuliahan sering di sela-sela waktu dalam perjuangan garis
depan. Lembaga pendidikan yang ada adalah Universitas Gajah Mada,
beberapa sekolah tinggi dan akademi di Jakarta(daerah kependudukan)
Klaten, Solo dan Yogyakarta. Sistem persekolahan dan tujuan dari masing-
masing tingkat pendidikan diatas diatur dalam UU No 4 Tahun 1950 bab
V pasal 7 sebagai berikut (Tim Uny, tanpa tahun: 86-87):
Tentang jenis pendidikan dan pengajaran dan maksudnya, yakni:

18
a. Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak bermaksud menuntun
tumbuhnya rohani dan jasmani kanak-kanak sebelum masuk sekolah
rendah.
b. Pendidikan dan pengajaran rendah bermaksud menuntun tumbuhnya
rohani dan jasmani kanak-kanak, memberikan kesempatan kepadanya
guna mengembangkan bakat dan kesukaannya masing-masing dan
memberikan dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik
lahir maupun batin.
c. Pendidikan dan pengajaran menengah umum bermaksud melanjutkan
dan meluaskan pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah
rendah. Tujuannya untuk mengembangkan cara hidup serta
membimbing kesanggupan murid sebagai anggota masyarakat. Selain
itu, mendidik tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai
dengan bakat dan kebutuhan masyarakat atau mempersiapkan bagi
pendidikan dan pengajaran tinggi.
d. Pendidikan dan pengajaran tinggi bermaksud memberikan kesempatan
pelajar untuk menjadi orang yang dapat memelihara kemajuan ilmu
dan kemajuan hidup kemasyarakatan. e) Pendidikan dan pengajaran
kepada orang-orang dalam keadaan kekurangan, baik jasmani maupun
rohani supaya dapat memliki hidupnya lahir batin yang layak.
Sebelum agresi militer I di Malang terdapat pula lembaga
pendidikan tinggi Republik. Demikian pula terdapat sekolah tinggi
kedokteran hewan sekolah tinggi teknik di Bandung dipindahkan ke
Yogyakarta (Sjamsudin dkk, 1993: 11). Sementara itu berturut-turut
pendirian lembaga Perguruan Tinggi Republik tahun 1945-1950 adalah:
a) Sekolah Tinggi Republik didirikan pada 17 Februari 1946 oleh
Kementerian Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia di Yogyakarta.

19
b) Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada didirikan pada 3 Maret 1946 oleh
Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, yang terdiri dari
Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusteraan di Yogyakarta.
c) Perguruan Tinggi Kedokteran dan Kedokteran Gigi didirikan pada
Februari 1946 di Malang.
d) Perguruan Tinggi Kedokteran II didirikan pada 4 Maret 1946 di Solo.
e) Perguruan Tinggi Kedokteran I didirikan 5 Maret 1946 di Klaten.
f) Fakultas Pertanian dan Fakultas Farmasi berdiri pada 27 September di
Klaten. Semua perguruan tinggi yang tercantum pada No. 4, 5 dan 6
berada di bawah Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia di Klaten.
g) Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan didirikan pada November 1946
oleh Kementerian Kemakmuran RepublikIndonesia di Bogor. Namun
dilancarkannya aksi agresi militer I oleh Belanda pada Juli 1947,
perguruan tinggi tersebut dipindahkan ke Klaten. Demikian juga
perguruan tinggi di Malang.
h) Universitas Gadjah Mada didirikan pada 19 Desember 1949 di
Yogyakarta, terdiri dari enam fakultas (Rifa’i, 2016: 141-142).

b. Periode 1950-1966
Pada periode ini difokuskan antara kurun waktu 1950-1966. Seperti
diketahui sesudah KMB pada 1949 terbentuk Republik Indonesia Serikat
(RIS). Di dalam RIS diatur mengenai pendidikan dan pengajaran. Di dalam
UUD RIS juga diatur tentang pendidikan nasional. Menilik kebijakan
pendidikan nasional di era ini dimulai dari pasal 30 UUDS 1950 RI
diantaranya, yaitu 1). Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, 2).
Memilih pengajaran yang akan diikuti adalah bebas, 3). Mengajar adalah
bebas, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang dilakukan
terhadap itu menurut peraturan UU (Rifa’i, 2016: 159).

20
Pada Orde Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian negara yang terpusat
dengan sistem Kolonial yang serba ketat tetapi tetap jujur dan
mempertahankan kualitas. Hal ini didukung jumlah sekolah belum begitu
banyak dan guru-guru yang ditempa pada zaman kolonial. Pada zaman itu
siswa dan guru dituntut disiplin tinggi. Guru belum berorientasi kepada yang
material tetapi kepada yang ideal. Citra guru sebagai pahlawan tanpa tanda
jasa yang diciptakaan era orde baru sebenarnya telah dikembangkan pada orde
lama.
Kebijakan yang diambil orde lama dalam bidang pendidikan tinggi yaitu
mendirikan universitas setiap provinsi (Tim UNY, tanpa tahun: 90). Kebijakan
ini bertujuan untuk lebih memberikan kesempatan memperoleh pendidikan
tinggi. Pada waktu itu pendidikan tinggi yang bermutu terdapat di Pulau Jawa
seperti UI, IPB, ITB, Gajah Mada, dan UNAIR, sedangkan di provinsi-
provinsi karena kurangnya persiapan dosen dan keterbatasaan sarana dan
prasarana mengakibatkan kemerosotan mutu pendidikan tinggi mulai terjadi.
Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca
kemerdekaan di bawahkendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang
bebas terhadap pendidikan. Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi
rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi
pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang.

2.7 Kurikulum Pada Masa Orde Baru


a. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Muatan materi pelajaran bertabiat teoritis, tidak mengaitkan dengan kasus
faktual di lapangan. Pada masa ini siswa hanya berfungsi sebagai individu
yang masif, dengan hanya menghapal teori- teori yang ada, tanpa terdapat
pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek afektif serta psikomotorik tidak

21
ditonjolkan pada kurikulum ini. Instan, kurikulum ini hanya menekankan
pembuatan partisipan didik hanya dari segi intelektualnya saja

b. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, supaya pendidikan lebih efisien
serta efektif berdasar MBO( management by objective). Tata cara, materi,
serta tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan sebutan“ satuan pelajaran”, ialah
rencana pelajaran tiap satuan bahasan. Tiap satuan pelajaran dirinci jadi:
tujuan instruksional universal (TIU), tujuan instruksional khusus( TIK), materi
pelajaran, perlengkapan pelajaran, aktivitas belajar- mengajar, serta penilaian.
Pada kurikulum ini kedudukan guru jadi lebih berarti, sebab tiap guru harus
untuk membuat rincian tujuan yang mau dicapai sepanjang proses belajar-
mengajar berlangsung. Masing- masing guru wajib perinci dalam perencanaan
penerapan program belajar mengajar. Tiap tatap muka sudah di atur serta
dijadwalkan sedari awal. Dengan kurikulum ini seluruh proses belajar
mengajar jadi sistematis dan bertahap.

c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung“ process skill approach”. Proses jadi lebih berarti
dalam penerapan pendidikan. Kedudukan siswa dalam kurikulum ini menjadi
mengamati suatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga memberi tahu.
Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif( CBSA) ataupun Student Active
Leaming (SAL). CBSA memposisikan guruselaku fasilitator, sehingga wujud
aktivitas ceramah tidak lagi ditemui dalam kurikulum ini. Pada kurikulum ini
siswa diposisikan selaku subjek dalam proses belajar mengajar. Siswa pula
diperankan dalam pembuatan sesuatu pengetahuan dengan diberi peluang
untuk mengemukakan komentar, bertanya, serta mendiskusikan sesuatu.
d. Kurikulum 1994

22
Kurikulum 1994 ialah hasil upaya untuk memadukan kurikulum- kurikulum
tadinya, paling utama kurikulum 1975 dan 1984. Pada kurikulum ini wujud
opresi kepada siswa mulai terjalin dengan beratnya beban belajar siswa, dari
muatan nasional hingga muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing- masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keahlian daerah, dan lain- lain. Bermacam kepentingan kelompok- kelompok
masyarakat pula menekan supaya isu- isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Kesimpulannya, Kurikulum 1994 menjelma jadi kurikulum luar biasa padat.
banyaknya beban belajar siswa yang wajib mereka tuntaskan, serta mereka
tidak mempunyai opsi untuk menerima ataupun menolak terhadap banyaknya
beban belajar itu.

2.8 Penerapan Sistem Pendidikan Indonesia Pada Masa Orde Baru

Penerapan pendidikan pada masa Orde Baru faktanya banyak mendapatkan


hambatan, dikarenkan pendidikan Orde Baru mengusung pandangan hidup
“keseragaman” sehingga memampatkan kemajuan dalam bidang pendidikan.
EBTANAS dan UMPTN adalah seleksi yang menjadi penyeragaman intelektualitas
peserta didik. Pada pendidikan Orde Baru kesetaraan dalam pendidikan tidak bisa
diciptakan sebab faktor dominatif serta submisif masih sangat kental dalam pola
pendidikan Orde Baru. Pada saat itu, siswa diberikan beban materi pelajaran yang
banyak dan berat tanpa memperhatikan keterbatasan alokasi kepentingan dengan
faktor- faktor kurikulum yang lain untuk jadi peka terhadap lingkungan. Beberapa
perihal negatif lain yang terbentuk pada masa ini antara lain yaitu, pertama, bahan-
bahan pendidikan ditunjukan untuk jadi pekerja sehingga berimplikasi pada hilangnya
eksistensi manusia yang hidup dengan ide pikirannya (tidak memanusiakan manusia).
Kedua, lahirnya kalangan terdidik yang tumpul hendak kepekaan sosial, serta
banyaknya anak muda yang beranggapan positivistik. Ketiga, hilangnya kebebasan
berkomentar.

23
2.9 Pendidikan Pada Masa Reformasi
Kurikulum 1994 digunakan pada masa pemerintahan Habibie telah mengalami
penyempurnaan pada masa pemerintahan Gus Dur. Pendidikan pada masa
pemerintahan Megawati mengalami perubahan tatanan, antara lain:Diubahnya
Kurikulum 1994 ke Kurikulum 2000 menjadi Kurikulum 2002 setelah
disempurnakan (Kurikulum Berbasis Kompetensi), yaitu kurikulum dalam
orientasinya dalam pendidikan fokus pada 3 aspek utama yang dikembangkan, antara
lain aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik.UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disahkan pada 8 Juli 2003 yang memberikan dasar hukum untuk
membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,
desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjujung HAM
Setelah jabatan Megawati turun dan digantikan oleh Susilo Bambang
Yudhoyono, UU No. 20/2003 masih berlaku ditambah dengan UU RI No. 14/2005
tentang Guru dan Dosen. Setelah penetapan UU tersebut disusul dengan pergantian
Kurikulum KBK menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berdasarkan
pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan
kurikulum operasional yang dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan serta silabus.
Saat ini, sistem pendidikan di Indonesia yang dijalankan adalah sistem
pendidikan Nasional. Sistem pendidikan ini berlaku bagi seluruh jenjang pendidikan,
mulai dari pendidikan dasar hingga tinggi. Jika sebelumnya wajib belajar bagi
masyarakat Indonesia ditetapkan selama 9 tahun, meliputi 6 tahun untuk sekolah
dasar dan 3 tahun untuk sekolah menengah. Namun, kini telah ditingkatkan hingga 12
tahun yang meliputi 6 tahun untuk pendidikan dasar, 3 tahun untuk pendidikan
menengah pertama, dan 3 tahun untuk pendidikan menengah atas.

24
25
BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Dengan mengetahui sistem-sistem pendidikan pada era sebelum dan sesudah
kemerdekaan kita dapat membedakan sistem pendidikan pada era klasik, kolonial dan
era sesudah kemerdekaan. Kita dapat menjadikan sejarah pendidikan di Indonesia
sebagai suatu pembelajaran ke masa depan untuk tentunya menjadi lebih baik dari
sebelumnya juga sebagai pengalaman yang paling berbekas untuk membentuk
kepribadian setiap individu penuntut ilmu untuk lebih giat belajar mengenai
kesalahan-kesalahan bangsa terdahulu sehingga  bangsa kita dapat sejajar bahkan
melampaui bangsa-bangsa lainnya melalui pendidikan yang tentunya merupakan
salah satu tolak ukur kemajuan satu bangsa.

3.2 SARAN

Kami sadari dalam penyusunan makalah ini sangatlah belum sempurna, kami
masih memerlukan bimbingan dari teman-teman serta dosen pembimbing. Oleh sebab
itu, bila ada kekurangan dalam makalah ini kami menerima saran dari teman serta
dosen pembimbing yang kami hormati. Akhir kata kami ucapkan kami ucapkan
terima kasih atas perhatiannya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Sejarah Pendidikan Nasinal di Indonesia. (online)


http://pengertianpendidikan-sekolah.blogspot.com/2014/02/sejarah-pendidikan-
nasinal-di-indonesia.html. Diakses : 1 Desember 2014

Ardiham. 2013. MAKALAH SEJARAH RINGKAS PENDIDIKAN DI


INDONESIA. (online) http://di-am.blogspot.com/2013/05/makalah-sejarah-
ringkas-pendidikan-di.html. Diakses : 1 Desember 2014

Depdikbud. 1992. Pendidikan di Indonesia dari Zaman ke Zaman. Jakarta: PN Balai


Pustaka

Meilanie. 2013. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Said. 1965. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional. Indonesia Tera

27

Anda mungkin juga menyukai