Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI DI MADRASAH

“Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum PAI”

Dosen Pengampu, Roslina, S.Pd.I.,M.Pd.I

Disusun oleh

Risna Astagina (22.01.025.0123)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STIT AL-HADY BOMBANA

BOMBANA

2023
KATA PENGANTAR

Penulis mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengembangan Kurikulum PAI di Madrasah” dengan baik. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah “Telaah
Kurikulum PAI” yaitu Roslina, S.Pd.I.,M.Pd.I yang telah membantu dan
membimbing penulis dalam proses pembuatan makalah ini dan juga kepada
teman-teman mahasiswa yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya. Seperti pepatah dulu yang mengatakan bahwa
“Tiada gading yang tak retak” demikian pula dengan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca terutama dosen pengampu mata kuliah yang bersifat
membangun.

Bombana, 20 september 2023

Penulis,

Risna Astagina

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan Makalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Hakikat Kurikulum PAI di Madrasah...........................................................3
B. Prinsip Pengembangan Kurikulum PAI di Madrasah...................................4
C. Pendekatan Untuk Mengembangkan Kurikulum PAI di Madrasah..............5
D. Landasan Dalam Mengembangkan Kurikulum PAI di Madrasah................7
E. Pengembangan Kurikulum PAI di Madrasah...............................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................11

A. Kesimpulan..................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan unsur penting dalam setiap bentuk dan model


pendidikan. Sejalan dengan perkembangan pendidikan yang terus meningkat
pada semua jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia. Secara formal,
kurikulum sejak zaman Belanda sudah diterapkan di sekolah, artinya
kurikulum juga sudah ada.

Pada zaman Belanda, pelaksanaan pendidikan dan persekolahan


mempunyai ciri khas kurikulum pendidikan tersendiri dan tentunya diwarnai
oleh misi penjajahan Belanda; begitu juga halnya dengan kurikulum zaman
Jepang, sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan atau tujuan pendidikan
pada zaman ini adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang dapat
membantu misi penjajahan di tanah air. Belanda misalnya dengan
memanfaatnya pribumi untuk mengeruk kekayaan alam seoptimal mungkin;
sedangkan Jepang dikenal dengan Asia Timur Raya dalam membantu misinya
dalam peperangan. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945, pendidikan di tanah Air terus berkembang,
termasuk perhatian Pemerintah dalam hal perkembangan kurikulum.
Sehubungan dengan itu, perkembangan kurikulum di Indonesia ada 2 periode
(1) Periode sebelum kemerdekaan/ penjajahan, (2) Periode sesudah
kemerdekaan.

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan


nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,

iv
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan yang sekarang 2006. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Jika dilihat dari latar belakang pada makalah ini, maka penulis makalah ini
menarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Apakah pengertian dari kurikulum?
2. Bagaimanakah dinamika pengembangan kurikulum?
3. Bagaimanakah pengembangan kurikulum PAI di madrasah?

C. Tujuan Makalah
Jika dilihat dari rumusan masalah pada makalah ini, maka makalah ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum.
2. Untuk mengetahui dinamika pengembangan kurikulum.
3. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum PAI di Madrasah.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Pada awalnya istilah kurikulum di dalam pendidikan Indonesia lebih


akrab dengan istilah rencana pembelajaran. Kurikulum sendiri mempunyai
definisi yang berbeda-beda hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang
dan latar belakang keilmuan para ahli tersebut, sehingga semantik definisi
yang dirumuskan akan berbeda meskipun pada intinya terkandung maksud
yang sama. Kurikulum sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu currere, yang
mula-mula digunakan dalam bidang olah raga yang berarti jarak tempuh lari.
Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari
start sampai dengan finish, sama halnya dengan pendidikan ada awal dan
akhir proses pembelajaran. Atas dasar tersebut pengertian kurikulum
diterapkan dalam bidang pendidikan.

Secara terminologis kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah


mata pelajaran yang harus ditempuh dan diselesaikan peserta didik di sekolah
untuk memperoleh ijazah.1 Pengertian tersebut termasuk pengertian secara
klasik. Di dalam UU 20 tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

1 M. Asri, ‘Dinamika Kurikulum Di Indonesia’, MODELING: Jurnal


Program Studi PGMI 4, no. 2 (29 September 2017): hal.193-194.

vi
B. Dinamika Perkembangan Kurikulum di Indonesia
a. Periode sebelum Kemerdekaan
Sejarah perkembangan kurikulum pada masa periode
penjajahan, yaitu sejak datangnya orang-orang Eropa yaitu pada masa
kompeni Belanda dan masa pemerintahan Jepang sampai periode
kemerdekaan.

Kurikulum pada masa kompeni mempunyai misi penyebaran


agama dan untuk mempermudah pelaksanaan perdagangan di
Indonesia. Pada abad 16 dan 17 berdirilah lembaga-lembaga
pendidikan dalam upaya penyebaran agama Kristen di Indonesia,
pendidikan tersebut untuk bangsa Belanda dan pribumi. Dengan
adanya lembaga pendidikan tersebut pihak kompeni merasakan
perlunya pegawai rendahan yang dapat membaca dan menulis.2

Pada masa Jepang, perkembangan pendidikan mempunyai arti


tersendiri bagi bangsa Indonesia yaitu terjadinya keruntuhan sistem
pemerintahan kolonial Belanda. Tujuan utamanya pendidikan pada
masa pendudukan Jepang adalah untuk memenangkan perang. Pada
masa ini munculah sekolah rakyat yang disebut Kokumin Gako selama
6 tahun lamanya, selanjutnya pelajaran berbau Belanda dihilangkan
dan Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar.

b. Periode sesudah Kemerdekaan


1) Kurikulum Rencana Pelajaran 1947
Menurut Mohammad Ali, dalam sejarah perkembangan
kurikulum di Indonesia, dimulai pada tahun 1947 yang dikenal dengan

2 Fitri Wahyuni, ‘KURIKULUM DARI MASA KE MASA (Telaah Atas


Pentahapan Kurikulum Pendidikan di Indonesia)’, Academia 10, no. 2 (2015): hal.
233-234.

vii
kurikulum Rencana Pelajaran 1947. Dimana kurikum tersebut bersifat
politis, pemerintah merubah sistem kurikulum yang diciptakan
Belanda. Adapun susunan kurikulum pada tahun ini sangat sederhana,
yaitu bertumpu pada keseharian, kesehatan jasmani dan kesenian.3

Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama yang lahir


setelah masa kemerdekaan. Pada masa tersebut masih menggunakan
istilah leer plan ( bahasa belanda = rencana pelajaran) ketimbang
istilah kurikulum. Rencana pelajaran ini berasaskan pada Pancasila.
Rencana pelajaran 1947 ini baru digunakan di sekolahsekolah pada
tahun 1950, yang mana dalam rencana pelajaran ini memuat dua hal
pokok yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya serta garis-
garis besar pengajaran (GBP).

Selain itu rencana pelajaran ini belum difokuskan pada ranah


kognitif namun ditujukan untuk pendidikan watak dan perilaku,
sehingga materinyapun meliputi kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, materi juga dihubungkan dengan kegiatan sehari-hari
serta memberikan perhatian terhadap kesenian dan pendidikan
jasmani.

2) Kurikulum (Rencana Pelajaran Terurai 1952)


Pada fase ini pendidikan sudah mulai menata tujuannya. Fokus
rencana pelajarannya tidak hanya pada pendidikan watak dan perilaku
saja, aspek kognitif sudah mulai diperhatikan. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling
menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap
rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

3 ‘Pendeketan dan model-model pengembangan kurikulumbahasa Arab


pada Madrasah/sekolah di Indonesia Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab’,
hal. 212, accessed 10 June 2021,
https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/muhad/article/view/97.

viii
Silabus pembelajarannya juga sudah cukup jelas, seorang guru
mengajar satu mata pelajaran.4 Pada masa itu juga dibentuk kelas
masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak
melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan,
seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak
yang tidak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

3) Kurikulum (Rencana Pendidikan 1964)


Kurikulum ini dirancang pada akhir era kekuasaan presiden
Soekarno. Isu yang berkembang pada saat itu adalah bahwa
pembelajaran akan dikonsep sedemikian rupa menjadi pembelajaran
yang bersifat aktif, kreatif dan produktif. Selain itu pengembangannya
juga sudah mulai meluas atau pada saat itu disebut dengan
Pengembangan Pancawardhana yang mana mencakup daya cipta, rasa,
karsa, karya dan moral. Mata pelajaran pun sudah diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi yaitu: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Sehingga
para guru diwajibkan unuk membimbing peserta didiknya agara
mampu memecahkan persoalan/problem solving. Cara belajar yang
dijalankan dengan metode gotong royong terpimpin. Selain itu
pemerintah juga menerapkan hari sabtu sebagai hari krida yang mana
bertujuan untuk memberikan kebebasan pada siswa berlatih kegiatan
di bidang kebudayaan, kesenian, dan oleh raga sesuai dengan minat
siswa. Pada kurikulum 1964 ini terjadi perubahan pada penilain di
rapor bagi kelas 1 dan II, yang mana semula menggunakan skoring 10-
100 menjadi huruf A, B, C dan D.

4) Kurikulum 1968
4 ‘Pendekatan dan model-model pengembangan kurikulum bahasa Arab
pada Madrasah/sekolah di Indonesia| Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab’,
hal. 213.

ix
Kurikulum 1968 dilahirkan oleh pemerintah dengan harapan
dapat melakukan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan karena
kurikulum yang berlangsung sebelumnya terkesan masih diwarnai oleh
kepentingan-kepentingan tertentu yang cenderung mengakomodir
sistem-sistem yang belum sejalan dengan jiwa UUD 1945. Dalam
penerapannya, kurikulum 1968 diserahkan pada masingmasing sekolah
atau guru, kurikulum 1968 secara nasional hanya memuat tujuan
materi, metodik dan evaluasi. Hal ini berarti kurikulum 1968 telah
dikembangkan dalam nuansa otonomi.

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa


pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia
Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5) Kurikulum 1975
Setelah munculnya keputusan MPR No. II/MPR/1973 maka
munculah kurikulum baru yang disusun oleh pemerintah, yaitu
kurikulum 1975 menggantikan kurikulum sebelumnya. Dalam
kurikulum ini, konsep pendidikan ditentukan dari pusat, sehingga para
guru tidak perlu berfikir untuk membuat konsep pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Selain itu terdapat beberapa prinsip yang melandasi
kurikulum ini diantaranya adalah:5

a) Berorientasi pada tujuan, maksudnya pemerintah merumuskan


tujuantujuan yang harus dikuasai oleh para siswa atau yang
lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan yang meliputi
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan

5 Asri, ‘Dinamika Kurikulum Di Indonesia’, hal. 197.

x
kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional
khusus.

b) Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap


pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada
tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

c) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya


dan waktu.

d) Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal


dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan
yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk
tingkah laku siswa.

e) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan


kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill).
Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme,
yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh
lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah
dan guru.

6) Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)


Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, menjelang tahun
1983 kurikulum 1975 dirasa tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada saat itu, sehingga pada tahun 1984 dibentuklah
kurikulum yang baru yaitu kurikulum 1984. Ciri khusus dari
kurikulum ini terdapat pada pendekatan pengajarannya yang berpusat
pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Learning (SAL). Materi pelajaran juga diberikan
dengan konsep spiral yang artinya semakin tinggi kelas atau
jenjangnya semakin dalam dan luas pula materi pelajarannya. Selain

xi
itu metode penyampain materi tidak hanya sekedar ceramah, metode
praktik juga sudah mulai digunakan agar pembelajaran lebih efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan pelajaran.

Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional.


Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada
siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-
benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan
apa yang harus dicapai siswa.

7) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya yang dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan
sosial di masa depan sehingga membutuhkan keahlian tertentu sebagai
bagian dari modal melakukan kehidupan secara mandiri. Sehingga
pendidikan diarahkan pada pembentukan karakter anak yang memiliki
kemampuan dasar siap bekerja dengan skill yang baik sehinggga bisa
digunakan di perusahaan–perusahaan atau pabrik-pabrik atau lebih
tepatnya, pendidikan bertujuan untuk memproduksi tenaga
berpendidikan yang siap pakai.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum


1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada
sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi
pelajaran cukup banyak. Pembelajaran di sekolah menekankan pada
materi pelajaran yang cukup padat. Kurikulum 1994 bersifat populis,
yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa

xii
di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Pada pelaksanaan kurikulum 1994, muncul beberapa persoalan


yang dihadapi sehingga pada mendorong para pembuat kebijakan
untuk menyempurnakan kurikulum tersebut dengan cara
diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994.

8) Kurikulum 2004/ KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang kebih sering kita
kenal dengan KBK merupakan sebuah konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan dan penguasaan kompetensi bagi
peserta didik melalui berbagai kegiatan dan pengalaman sesuai dengan
standar nasional pendidikan sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh
peserta didik, orang tua dan masyarakat, baik untuk melanjukan
pendidikan yang lebih tinggi, memasuki dunia kerja maupun
sosialisasi dengan masyarakat.6 KBK pada prinsipnya adalah
menggeser orientasi kurikulum dari yang berbasis content kepada
orientasi kurikulum yang berbasis pada kompetensi. Kurikulum lama
yang berorientasi content mendorong para pengajar untuk melakukan
how to know dan what should be to know. Dengan demikian para
tenaga pendidik lebih tertuju agar para peserta didik dapat menguasai
materi ataupun teori dibandingkan praktek pada diri peserta didik.
Berbeda dengan KBK yang mana berorientasi pada kompetensi yang
mana menuntut para pendidik tidak hanya melakukan how to do dan
what to do sehingga para peserta didik dapat “tahu apa” dan
“melakukan apa”.

6 Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum, Cet.1 (PT


Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 152.

xiii
Kompetensi memiliki landasan yang kuat yang mana dibangun
diatas domain pengajaran yaitu kognitif, efektif dan psikomotorik.
Sehingga jika siswa disebut “dapat menjelaskan” atau dapat
“melakukan” maka hal itu telah mendapat dukungan dari aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.Maka dalam proses KBK pendidik
dituntut untuk dapat melakukan:7

a) How to know ( bagaimana membuat siswa memahami


pengetahuan)
b) How to be (bagaimana sesuatu yang dipelajari siswa menjadi
bagian kepribadian siswa)

c) How to do (bagaimana sesuatu yang dipelajari siswa


menjadikannya dapat melakukan sesuatu)

Pengembangan KBK sedikitnya mencakup tiga langkah


kegiatan yaitu mengidentifikasikan kompetensi mengembangkan
struktur kurikulum, dan mendeskripsikan mata pelajaran.8

9) Kurikulum 2006/ KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan)
Dalam Standar Nasional Pendidik (SNP Pasal 1, ayat 15)
dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. penyususnan KTSP dilakukan oleh
satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP). KTSP disusun dan
dikembangkan berdasarkan undang-Undang No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 yakni: (1)
Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan

7 Lias Hasibuan, Kurikulum Dan Pemikiran Pendidikan, Cet.1 (Bandung:


Gaung Persada Press, 2010), hal. 113
8 Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 56.

xiv
yang mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional. (2) Kurikulum pada
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.9

KTSP resmi diberlakukan secara nasional dengan terbitnya PP


No. 19/2005 dan Pemdiknas No. 24/2006. Pengembangan kurikulum
KTSP berpedoman pada standar kompetensi (SK), kompetensi dasar
(KD), standar isi (SI), dan standar kompetensi lulusan (SKL), yang
digunakan sebagai acuan pembelajaran di sekolah dengan menekankan
pencapain kemampuan minimal pada setiap tingkatan kelas dan pada
akhir satuan pendidikan.10

Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada
sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri
dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24
Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.Standar isi adalah ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi
mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi
merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat: (1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum;
(2) Beban belajar; (3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
dikembangkan di tingkat satuan pendidikan; dan (4) Kalender
pendidikan.
9 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2006), hal. 20.
10 Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam
(Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama, 2010), hal. 27.

xv
Standar Kompetensi Lulusan satuan pendidikan adalah
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap. SKL digunakan sebagai pedoman penilaian
dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL
meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran.11 Tujuan SKL pada setiap jenjang juga berbedabeda
disesuaikan dengan jenjangnya.

10) Kurikulum 2013

Kurikulum ini adalah kurikulum terbaru yang mulai diterapkan


pada tahun ajaran baru 2013-3014. Pengembangan Kurikulum 2013 ini
diharapkan mampu menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Adapun elemen yang berubah pada
kurikulum 2013 ini adalan pada standar kompetensi lulusan, standar
proses, standar isi, dan standar penilaian. Kompetensi lulusan
kurikulum ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan antara
soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi, sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan. Kompetensi yang semula diturunkan
dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan
dari kompetensi.

Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi,


dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah,
menalar, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Selain belajar juga
tidak hanya terjadi di ruang kelas tetapi djuga di lingkungan sekolah
dan masyarakat. Pembelajaran sikap tidak hanya diajarkan secara
verbal, tetapi melalui contoh dan teladan. Pembelajaran di sekolah

11 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hal. 91.

xvi
dasar diajarkan secara tematik dan terpadu, di jenjang SMP mata
pelajaran IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu. Untuk
tingkat SMA terdapa mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan
bakat dan minatnya dan untuk SMK sendiri kompetensi ketrampilan
disesuaikan dengan standar industri.

Kurikulum 2013 ini didorong oleh beberapa hasil study


internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam
kancah internasional. Hasil survei “ Trens In International Math And
Science” pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Global Institude,
menunjukkan hanya 5% peserta didik Indonesia yang mampu
mengerjakan soal penalaran kategori tinggi, padahal peserta didik
korea dapat mencapai 71%. Sebaliknya 78% peserta didik Indonesia
dapat mengerjakan soal hafalan berkategori, sementara peserta didik
korea hanya 10%. Dan beberapa penelitian lainnya juga menunjukkan
hasil yang tidak diharapkan. hal tersebut menunjukkan prestasi bangsa
ini yang masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain sehingga
membutuhkan perubahan dan pengembangan kurikulum.12

C. Pengembangan Kurikulum Madrasah Di Indonesia


Madrasah sebagaimana sekolah merupakan bentuk lembaga
pendidikan berbasis agama yang sudah lama ada di negara Indonesia yang
berupaya untuk mewujudkan kegiatan belajar dan proses pembelajaran
dengan tujuan agar para peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dalam dirinya agar memiliki life skill dengan bekal spiritual,
intelektual, kecerdasan emosional dan akhlak mulia, serta segala
keterampilan yang mungkin diperlukan dalam masyarakat, bangsa dan
negara.13 Dalam sejarahnya, madrasah mengalami berbagai macam

12 Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung:


Remaja Rosda Karya, 2013), hal. 60.

xvii
perkembangan khususnya dari segi kurikulumnya dari awal berdirinya
sistem pendidikan semacam madrasah ini hingga sekarang.

Perkembangan kurikulum madrasah di Indonesia tidak terlepas


dari sejarah pendidikan agama terutama agama Islam sejak sebelum
kemerdekaan, pasca kemerdekaan hingga sampai perubahan kurikulum
yang dilakukan pada Era SKB 3 Menteri. Hal itu disebabkan karena
penyebaran ajaran Islam dimulai melalui media pendidikan, sehingga
perkembangan pendidikan Islam juga seiring dan sejalan dengan
perkembangan agama Islam di Indonesia. Kemudian akan ditemukan
bentuk struktur kurikulum madrasah yang telah dikembangkan. Untuk
lebih jelasnya dalam pembahasan berikut:

a. Periode Sebelum Kemerdekaan


Pada periode ini sistem pendidikan dan pengajaran agama
Islam Alqur’an dan pengajian kitab yang diselenggarakan di rumah-
rumah, surau, masjid, pesantren, dan lain-lain pada perkembanganya
selanjutnya mengalami perubahan bentuk baik dari segi kelembagaan,
materi pengajaran atau kurikulum, metode maupun struktur
organisasinya sehingga melahirkan suatu bentuk yang baru yang
disebut madrasah.

b. Periode Setelah Kemerdekaan


Pada periode ini setelah Indonesia merdeka maka dibentuklah
Departemen Agama yang akan mengurus masalah keberagamaan di
Indonesia termasuk di dalamnya pendidikan, khusunya madrasah.
Namun pada perkembangan selanjutnya, madrasah walaupun sudah
berada di bawah naungan Departemen Agama tetapi hanya sebatas
pembinaan dan pengawasan.14

13 Hanif Fathoni, ‘Perkembangan Kurikulum Madrasah Di Indonesia’,


Prosiding Nasional 3 (17 December 2020): hal. 74.
14 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 293.

xviii
Rentang waktu pendidikan Islam telah berjalan lama dan
mempunyai jalan panjang. Namun dirasakan pendidikan Islam masih
tersisih dari sistem pendidikan nasional. Keadaan ini berlangsung
sampai dikeluarkanya SKB 3 Menteri.

c. Pada Masa SKB 3 Menteri


Dengan diterbitkanya SKB 3 Menteri No. 6 tahun 1975 dan
No. 037/U/1975 antara Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri, tentang Peningkatan Mutu
Pendidikan pada Madrasah. SKB 3 Menteri ini dikeluarkan pada 24
Maret 1975, yang berusaha mengembalikan ketertinggalan pendidikan
Islam untuk memasuki mainstream pendidikan nasional, kebijakan ini
menjadikan madrasah setara dan sederajat dengan sekolah umum
lainya. Guna memenuhi tuntutan SKB 3 Menteri, oleh karena itu perlu
diadakan pembinaan serta pembaharuan kurikulum secara menyeluruh,
untuk itu telah diadakan berbagai usaha, penyusunan metode
mengajar, standarisasi buku-buku madrasah dan alatalat
pelajaran.Dalam SKB tersebut disebutkan pula bahwa yang dimaksud
dengan madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata
pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan
sekurang-kuranya 30 % disamping mata pelajaran umum, meliputi
Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan Sekolah Dasar, Madrasah
Tsanawiyah setingkat SMP dan Madrasah Aliyah setingkat SMA.

SKB ini juga menetapkan hal-hal yang menguatkan posisi


madrasah pada lingkungan pendidikan, diantaranya (a) Ijazah
madrasah mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum
yang setingkat., (b) Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah
umum setingkat lebih diatasnya., (c)Siswa madrasah dapat berpindah
ke sekolah umum yang setingkat., (d) Pengelolaan madrasah
danpembinaan mata pelajaran agama dilakukan Menteri Agama,

xix
sedangkan pembinaan dan pengawasan mata pelajaran umum pada
madrasah dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
bersama-sama Menteri Agama serta Menteri Dalam Negeri.

Di bawah ini akan dikemukakan langkah-langkah pokok


pengembangan, strategi penyusunan dan susunan kurikulum
madrasah.8 Langkah-langkah pokok yang ditempuh dalam
pengembangan kurikulum madrasah adalah:

1) Perumusan tujuan-tujuan institusional.


2) Penentuan struktur program kurikulum.
3) Penyusunan garis-garis besar program pengajaran, masing-
masing dari setiap bidang studi, perumusan tujuan-tujuan
instruksiona ldan identifikasi pokok-pokok bahan yang
dijadikan program pengajaran.

4) Penyusunan dan penggunaan satuan pelajaran, program


penilaian, program bimbingan dan penyuluhan, program
administrasi serta supervisi.

Langkah-langkah tersebut diatas telah mendasari sifat-sifat


dalam rangka pengembangan dan pembaharuan pendidikan yang
selaras dan sesuai dengan sistem pendidikan nasional.

Masalah-masalah pokok yang dihadapi dalam pengembangan


dan pembinaan kurikulum madrasah secara nasional agar madrasah
dapat menjalankan SKB 3 Menteri dan mencapai cita-cita agama islam
dalam pembentukan insan yang berkepribadian muslim, yang antara
lain perlu kita perhatikan adalah tentang bidang studi apa yang akan
disampaikan didalam suatu madrasah.

d. Pada Masa Pasca UU. 20/2003 Dan UU. No. 2 Tahun 1989

xx
Setelah lahirnya UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Berbeda dengan Undang-undang kependidikan sebelumnya,
Undang-undang ini mencakup ketentuan tentang semua jalur dan jenis
pendidikan. Jika pada Undangundang pendidikan Nasional bertumpu
pada sekolah, maka dalam UUSBN ini pendidikan nasional mencakup
jalur sekolah dan luar sekolah, serta meliputi jenisjenis pendidikan
akademik, pendidikan professional, pendidikan kejuruan dan
pendidikan agama.15

Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu bidang studi yang
harus dipelajari oleh peserta didik di Madrasah adalah pendidikan
agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

15 Wahyuni, ‘KURIKULUM DARI MASA KE MASA (Telaah Atas


Pentahapan Kurikulum Pendidikan di Indonesia)’, hal. 240-241.

xxi
Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia mengalami 2 periode
yaitu: (a) Periode sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan bangsa
Eropa baik Portugis maupun Belanda dan dilanjutkan peda masa penjajahan
Jepang, awalnya mereka datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah
dan berdagang tetapi pada akhirnya mereka mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan untuk golongan mereka maupun pribumi. (b) Periode Sesudah
Kemerdekaan Kurikulum pendidikan di Indonesia sering berubah setiap ada
pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga
kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan
sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
dan 2006.

Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya


perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945,
perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan
dalam merealisasikannya.

Perkembangan kurikulum pendidikan islam di Indonesia ; (a) Periode


Sebelum Kemerdekaan. (b) Periode Sesudah Kemerdekaan., (c) Periode SKB
3 Menteri., dan (c) Periode Pasca UU No. 20/2003 dan UU No. 2 Tahun 1989.

B. Saran

Demikian makalah yang telah penulis buat, dan penulis menyarankan agar
pembaca dapat membaca makalah ini dengan teliti dan sebagaimana mestinya agar

xxii
para pembaca dapat memberikan kritikan terhadap makalah yang telah dibuat ini
agar dapat diperbaiki kedepannya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyajian makalah ini. Penulis juga menyarankan agar pembaca dapat
mengambil manfaat dari makalah ini dan dapat mengaplikasikannya di kehidupan
pribadi maupun lingkungan bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

xxiii
Arifin, Zainal. Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum. Cet.1. PT
Remaja Rosdakarya, 2011.

Asri, M. ‘Dinamika Kurikulum Di Indonesia’. MODELING: Jurnal Program


Studi PGMI 4, no. 2 (29 September 2017): 192–202.

Fathoni, Hanif. ‘Perkembangan Kurikulum Madrasah Di Indonesia’.


Prosiding Nasional 3 (17 December 2020): 73–98.

Hasibuan, Lias. Kurikulum Dan Pemikiran Pendidikan. Cet.1. Bandung:


Gaung Persada Press, 2010.

Maunah, Binti. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:


Teras, 2009. Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2006.

———. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:


Remaja Rosda Karya, 2013.

Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2011.


Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab’. Accessed 10 June 2021.
https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/muhad/article/view/97.

Raharjo, Rahmat. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:


Magnum Pustaka Utama, 2010.

Wahyuni, Fitri. ‘KURIKULUM DARI MASA KE MASA (Telaah Atas


Pentahapan
Kurikulum Pendidikan di Indonesia)’. Academia 10, no. 2 (2015): 7.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai