Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN KURIKULUM & PEMBELAJARAN BIOLOGI

“Sejarah, Hakikat, Dan Peran Kurikulum”

Disusun oleh:
Kelompok 1
Cindy Monica (342020004)
Nanda Fadillah Pramudya (342020008)
Kenita Purwati (342020018)

Dosen Pengampu:
Dr. Yetty Hastiana, M.Si
Sulton Nawawi, S.Pd., M.Pd
Tutik Fitri Wijayanti, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih
sayangnya, serta karena izinnya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
Pengembangan Kurikulum & Pembelajaran Biologi yang berjudul “Sejarah,
Hakikat, dan Peran Kurikulum” Tak lupa shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menuntut
kita dari zaman yang gelap ke zaman yang terang ini serta menuntut kita ke jalan
yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi ajaran untuk
seluruh umat alam semesta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Yetty
Hastiana, M.Si Sulton Nawawi, S.Pd., M.Pd, Tutik Fitri Wijayanti, S.Pd., M.P
selaku dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi Terapan. Serta teman-teman
yang ikut berperan dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya untuk kita semua.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan dalam penulisan dan tanda baca.

Palembang, 7 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB 1PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1. Latar Belakang...................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................5

1.3. Tujuan Penulisan................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

2.1 Sejarah Kurikulum di Indonesia............................................................................6

2.1.1 Sejarah Kurikulum di Era Zaman Jepang..........................................................6

2.1.2 Sejarah Kurikulum di Era Zaman Orde Lama...................................................7

2.1.3 Sejarah Kurikulum di Era Zaman Orde Baru.....................................................8

2.1.4 Sejarah Kurikulum di Era Zaman Reformasi...................................................10

2.2. Hakikat Kurikulum..............................................................................................11

2.3 Peran Kurikulum.................................................................................................14

2.3.1 Peranan Konservatif........................................................................................14

2.3.2 Peranan Kreatif................................................................................................15

2.3.3 Peranan Kritis dan Evaluatif............................................................................15

BAB III PENUTUP..........................................................................................................17

3.1. Kesimpulan......................................................................................................17

3.2. Saran................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kurikulum menjadi bagian terpenting pendidikan. Searah dengan kemajuan
pendidikan yang terus meningkat pada semua jenis dan jenjang pendidikan di
Indonesia. Secara resmi, kurikulum sejak zaman Belanda sudah diterapkan di
sekolah, artinya kurikulum sudah diterapkan sejak saat penjajahan Belanda.
Kurikulum adalah alat yang digunakan untuk menggapai tujuan pendidikan dan
sebagai rujukan didalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum menunjukkan dasar
atau pandangan hidup suatu bangsa. Bentuk kehidupan yang akan digunakan oleh
bangsa tersebut akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan di negara
tersebut. (Farah, 2019)
Kurikulum selalu ada perubahan dan penyempurnaan karena banyak faktor
yang mempengaruhinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara menyeluruh jika
negara tersebut sedang mengalami perubahan dari negara dijajah menjadi negara
merdeka. Opini masyarakat “ganti menteri ganti kurikulum” namun kenyataanya
bukan seperti itu. Kenyataanya perubahan kurikulum adalah bentuk sebagai
pengaruh dari perubahan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional,
misalnya seperti Rencana Pelajaran 1950 merupakan konsekuensi lahirnya UU
Nomor 4 Tahun 1950 dan kurikulum 1994 merupakan konsekuensi dari lahirnya
UU Nomor 2 Tahun 1989. (Farah, 2019)
Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia merupakan rancangan
pembelajaran yang memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam
keseluruhan kegiatan pembelajaran yang akan menentukan proses dan hasil
sebuah pendidikan yang dilakukan. Pada zaman belanda pelaksanaan kurikulum
pendidikan dan persekolahan diwarna dengan misi penjajahan. Begitu juga
dengan kurikulum pada zaman jepang, tujuan pendidikan pada zaman ini yaitu
untuk menciptakan sumber daya manusia yang dapat membantu misi penjajahan.
Setalah indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945,
pendidikan di tanah air terus berkembang. (Iramdan,dkk. 2019)

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kurikulum di indonesia ?
2. Apa hakikat kurikulum di indonesia ?
3. Bagaimana peran kurikulum bagi pendidikan di indonesia ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui bagaiamana sejarah kurikulum di indonesia
2. Mengetahui hakikat kurikulum di indonesia
3. Mengetahui Peran kurikulum bagi pendidikan di indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kurikulum di Indonesia


Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah
mengalami 9 kali perubahan diantaranya adalah pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Berbeda dengan itu, kemendikbud
memaparkan tentang sejarah perkembangan kurikulum yaitu : perkembangan
kurikulum terdiri dari pertama kurikulum 1947, kedua kurikulum 1954, ketiga
kurikulum kurikulum 1968, keempat kurikulum 1973 (Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan), kelima kurikulum 1975, keenam kurikulum 1984, ketujuh
kurikulum 1994, kedelapan kurikulum 1997 (revisi kurikulum 1994), sembilan
kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), kesepuluh kurikulum 2006
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), kesebelas kurikulum 2013.6F7
Perubahan orientasi, desain, model dan lain sebagainya dengan tujuan utama
untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan nasional serta mensejajarkan
dengan pendidikan-pendidikan yang ada di dunia.

2.1.1 Sejarah Kurikulum di Era Zaman Jepang


Pada masa ini semua sekolah rendah yang bermacam-macam tingkatannya
dihilangkan sama sekali dan tinggallah sekolah rendah untuk bangsa indonesia,
yaitu sekolah rakyat yang disebut Kokumin Gako (6 tahu lamanya), jenisa
pendidikan ini kurang memperhatikan isi, anak-anak harus didik harus membantu
jepang pada peperangan sehingga harus mengikuti latihan militer di sekolah,
pelajaran olahraga juga diperlukan dan anak didik disuruh untuk menanam pohon
jarak untuk membuat minyak demi kepentingan perang.
Pada masa Jepang kurikulum yang diterapkan bertujuan agar rakyat dapat
membantu pertahanan Jepang. Karena itu, yang diajarkan pada masa
pemerintahan Jepang diubah sesuai dengan keinginan bangsa Jepang. Hal itu
dimulai dari perubahan bahasa, dari bahasa Belanda yang diubah menjadi bahasa
Jepan, mata pelajaran ilmu pasti, seperti yang diberikan MULO yaitu bagian ilmu
pasti alam. Mata pelajaran ilmu bumi, sejarah, tata negara yang dahulunya
terpusat pada Belanda, sekarang berubah terpusat pada Jepang, Asia Timur Raya.

6
Pada tahun 1942, AMS (milik Belanda) diganti oleh Jepang menjadi
Sekolah Tinggi (SMT) dengan lama belajar 3 tahun. Isi dalam rencana pelajaran
SMT yang sangat penting diketahui yaitu dilarang memakai bahasa Belanda,
bahasa resmi dan pengantar merupakan bahasa Indonesia, mewajibkan bahasa
Jepang sebagai mata pelajaran, adanya pengajaran adat istiadat Jepang, sejarah
Jepang menjadi sangat penting, dan perlunya mempelajari pelajaran ilmu bumi
dalam aspek geopolitik.

2.1.2 Sejarah Kurikulum di Era Zaman Orde Lama


1. Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
Pada awal kemerdekaan istilah kurikulum dikenal dengan “Leer Plan”
dalam bahasa Belanda artinya rencana pelajaran. Dalam kurikulum ini terdapat
dua hal pokok yaitu yang pertama daftar mata pelajaran dan jam pengajaran dan
yang kedua garis-garis besar pengajaran.
Pada masa ini, kurikulum masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan kurikulum yang pernah
digunakan sebelumnya. Rentjana pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai
pengganti sistem pendidikan kolonial Belandadan kurikulum ini tujuannya tidak
menekankan pada pikiran, tetapi lebih mengutamakan pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
2. Kurikulum 1952 (Rentjana Peladjaran Terurai 1952)
Pada tahun ini sistem pendidikan dan pengjaran diubah agar lebih sesuai
dengan keinginan dan cita-cita bangsa Indonesia pada saat itu, yaitu dengan
dibentukya Panitia Penyelidik Pengajaran untuk mengubah kurikulum pada semua
tingkat pendidikan yang diorientasikan kepada kepentingan kolonial diubah
dengan kebutuhan bangsa yang merdeka.
Salah satu hasil dari panitia tersebut ialah mengangkut kurikulum (rencana
pelajaran) pada setiap tingkat pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut :
 Pendidikan pikiran harus dikurangi.
 Isi pelajaran harus dihubungkan pada kesenian.
 Pendidikan watak.
 Pendidikan jasmani.
7
 Kewarganegaraan dan masyarakat
3. Kurikulum 1964 (Rentjana Peladjaran 1964)
Sesuai dengan keputusan MPRS NO. II/MPRS/1960 telah dirumuskan
mengenai manusia sosialis Indonesia sebagai dari suatu bagian sosialisme
Indonesia yang menjadi tujuan pembangunan nasional yakni tata masyarakat adil
dan makmur berdasarkan pancasila. Dan sesuai ketetapan MPRS NO.
II/MPRS/1960 pendidikan berfungsi sebagai berikut :
a. Pendidikan sebagai pembina manusia Indonesia bau yang berakhlak tinggi.
b. Pendidikan sebagai produsen tenaga kerja dalam semua bidang dan tingkatan
c. Pendidikan sebagai lembaga pengembangan ilmu teknik dan fisik.
d. Pendidikan sebagai lembaga penggerak seluruh kekuatan rakyat.

2.1.3 Sejarah Kurikulum di Era Zaman Orde Baru


1. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaruan dari kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawarhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 merupakan pengganti dari kurikulum sebelumnya yaitu
kurikulum 1968. Dimana pada kurikulum sebelumnya belum memperhitungkan
hal-hal yang mengenai faktor kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam
rangka pembangunan nasional. Atas dasar pertimbangan tersebut dibentukah
kurikulum tahun 1975 sebagai upaya untuk mewujudkan sttrategi pembangunan
di bawah pemerintahan orde baru dengan program Pelita dan Repelita.
Sebagai pengganti kurikulum 1968, maka kurikulum 1975 menggunakan prinsip-
prinsip sebagai berikut :
8
 Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuantujuan
yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan
pendidikan, yang meliputi : tujuan pendidikan nasioanal, tujuan institusional,
tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan intruksional khusus.
 Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajara memiliki
arti dan peranan yang menunjang tercapainya tujuan yang lebih integratif
 Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
 Menganut pendekatan instruksional yang dikenal Prosedur Pengembangan
Sistem Intruksional (PPSI).
 Dipengaruhi psikologi tngkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill).
3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1984 dianggap sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada kurikulum 1984 ini menempatkan siswa sebagai subjek belajar, mereka
digiring untuk melakukan berbagai keterampilan proses melalui “Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA). Kurikulum ini berorientasi kepada tujuan intruksional
dengan berdasar pada pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada
siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar
fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan
ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
4. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan UndangUndang no.2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak. Tujuan pengajaran kurikulum ini yaitu lebih berorientasi pada
materi pelajaran dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

9
2.1.4 Sejarah Kurikulum di Era Zaman Reformasi
1. Kurikulum 2004
Kuriklum Berbasis Kompetensi (KBK) Kurikulum 2004 ini lebih dikenal
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Disebut Kurikulum Berbasis
Kompetensi karena sekolah diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang
dikehendaki, yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Kurikulum 2004
menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal, yang berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman. Dimana kegiatan pembelajarannya menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi, sumber belajarnya juga bukan hanya pada guru tetapi
juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian pada
kurikulum ini menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun untuk menjalankan
amanah yang tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kurikulum ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Isi (SI) yang
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan
sekolah itu sendiri. Oleh karena itu guru memiliki otoritas dalam mengembangkan
kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan
lingkungan di sekolah masing-masing.
Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 tahun 2006
tentang pelaksanaan SI dan SKL, ditetapka oleh kepala sekolah setelah
memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Pemberlakuan kurikulum ini
sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, yang artinya tidak ada intervensi dari
Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasioanal.
3. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis karakter yang menekankan
pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Pada kurikulum ini dalam proses pembelajarannya bukan lagi

10
berpusat kepada guru melainkan berpusat kepada kepada siswa, sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator saja. Agar terbentuk generasi yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif, kurikulum ini mendorong siswa untuk memiliki tanggung
jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antar personal, maupun
memiliki kemampuan berpikir kritis.
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor yang meliputi arus
globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan ditingkat internasional. Oleh karena itu kurikulum ini bertujuan
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.

2.2. Hakikat Kurikulum


Hakikat dari kurikulum ialah kegiatan yang mencakup berbagai rencana
kegiatan peserta didik yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik
yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi
belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-
hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang
diinginkan.
Istilah kurikulum (curriculum), yang pada awalnya digunakan dalam dunia
olahraga, berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu
kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai
dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian
pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata
pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai
akhir program pelajaran.
Menurut pandangan terdahulu, kurikulum adalah suatu kumpulan pelajaran
yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh peserta didik, seperti yang
dikemukakan Zais (1976) yaitu kurikulum sebagai, “…a race course of subject
matters to be mastered” (sebuah perlombaan pembelajaran yang mana subjek
materi harus dikuasai) lanjut menjelaskan bahwa kurikulum bukan hanya
11
merupakan rencana tulis bagi pelajaran, melainkan sesuatu yang fugsional, yang
memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung
dalam kelas.
Lalu pandangan lain muncul, beralih menekankan pada pengalaman belajar,
sekaligus perubahan ruang lingkup. Dimana diungkapkan oleh Doll (1974)
sebagai berikut; “The commonly definition of the curriculum has changed from
content of course of study and list of subjects and course to all the experiences
which are offered to learners under the auspices of direction of the school”
(Definisi yang biasanya diterima tentang kurikulum telah berubah dari konten
mata pelajaran dan studi, dan daftar subjek-subjek mata pelajaran ke semua
pengalaman-pengalaman yang mana ditawarkan kepada peserta didik dibawah
tanda-tanda dan pengarahan dari sekolah).
Hakekat kurikulum menurut Saylor, Alexander dan leuwis (1981), membuat
kategori rumusan pengertian kurikulum, yaitu;
1. Kurikulum sebagai rencana tentang mata pelajaran atau bahan-bahan
pelajaran
Menurut kamus webster’s new international dictionary, yang sudah
memasukkan istilah kurikulum dalam khasanah kosakata bahasa inggris
sejak tahun 1593, member arti kepada istilah kurikulum sebagai berikut:
a. A course, esp. a specified fixed course of study, as in a school or
college, as one leading to a degree.
b. The whole body of courses offered in an educational institution, or by a
department there of.
Definisi diatas artinya:
a. Sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa
disuatu sekolah atau perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazasah atau
gelar.
b. Keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau suatu departemen tertentu.

2. Kurikulum sebagai rencana tentang pengalaman belajar

12
Pengalaman-pengalaman belajar bisa berupa mempelajari mata pelajaran
dan berbagai kegiatan lain yang dapat memberi pengalaman beajar yang
bermanfaat. Kegiatan belajar pun tidak terbatas pada kegiatan-kegitan
belajar didalam kelas atau sekolah, melainkan juga kegiatan yang dilakukan
diluar kelas atau sekolah; asalkan dilakukan atas tanggung jawab sekolah
(Romine, 1954). 
Menurut strate meyer, frokner dan Mck Kim (1947) menurut ketiga
tokoh diatas mengartikan kurikulum dalam tiga cara, yaitu:
a. Mata pelajaran-mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan
di kelas
b. Seluruh pengalaman belajar, baik yang diperoleh dikelas maupun di luar
kelas yang disponsori oleh sekolah
c. Seluruh pengalaman hidup siswa.  Kurikulum mencakup aspek yang
cukup luas yakni meliputi seluruh pengalaman siswa, karena menurut
ketiga tokoh diatas berpandangan bahwa pendidikan bertugas
mempersiapkan siswa untuk dapat berfungsi dan menyesuaikan diri
dengan seluruh aspek kehidupan di masyarakat. Menurut Thorn  ton dan
Wright (1964) mengemukakan bahwa kurikulum diguakan utuk
menunjukkan kepada semua pengalaman belajar siswa yang diperoleh
dibawah pegawasan sekolah.
3. Kurikulum sebagai rencana tentang kesempatan belajar
Istilah rencana belajar yaitu apa yang diinginkan oleh perencana
kurikulum untuk dipelajari siswa selama mengikuti pendidikan di sekolah.
Menurut Hilda Taba(1962) menyatakan kurikulum adalah suatu rencana
belajar. Oleh karena itu, konsep-konsep tetang belajar dan perkembangan
individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum.  Rencana belajar
mencakup tujuan, materi, organisasi kegiatan dan penilaian keberhasilan
belajar.

13
2.3 Peran Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan merupakan komponen yang sangat strategis
dalam upaya pencapaian tujuan pendidkan Nasional. Upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa merupakan bagian yang terpenting dari sekian permasalahan
bangsa. Setiap warga negara sudah dijamin oleh undang-undang 1945 untuk
mendapatkan kecerdasan melalui proses pendidikan. Oleh karena itu untuk
mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan suatu program yang terencana,
terukur dan dapat dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan oleh pihak terkait,
itulah sebenarnya kurikulum.
Berangkat dari pemikiran di atas maka, peranan dan kedudukan kurikulum
dalam pendidikan adalah sebagai arah atau pedoman dalam pencapaian tujuan
pendidikan seperti yang telah diamanatkan oleh undang-undang. Semakin baik
pedoman itu dipelajari dan dilaksanakan maka semakin cepat pencapaian tujuan
pendidikan. Dengan demikian kurikulum sangat strategis dan menentukan dalam
pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Umar Hamalik, (1990 ) Terdapat tiga
peranan kurikulum dalam kegiatan pendidikan yaitu peranan konservatif, peranan
kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif. Untuk lebih jelasnya dibawah ini
dijelaskan ke tiga peranan kurikulum dalam pendidikan yaitu ;

2.3.1 Peranan Konservatif


Peranan ini menekankan bahwa kurikulum itu merupakan tradisi lama yang
baik dan masih bisa digunakan dalam budaya pendidikan saat ini, sekaligus dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai budaya masa lalu
tersebut yang masih relevan dengan masa kini kepada peserta didik. Dengan
demikian, peranan konservatif pada hakikatnya mendudukan kurikulum yang
berorientasi kepada tradisi lama untuk ditanamkan pada generasi muda. Peranan
ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa
pendidikan pada hakikatnya merupakan proses perubahan sosial yang selalu
dinamis dan progresif. Salah satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan
membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan
masyarakat masa lampau dan masa sekarang.

14
2.3.2 Peranan Kreatif
Kurikulum selalu berperan dalam menciptakan suatu prodak sebagai hasil
kreasi dalam memenuhi tanggung jawabnya terhadap tuntutan pendidikan dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang senantiasa terjadi setiap saat. Peranan
kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan keterbaruan
sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
pada masa sekarang dan masa mendatang.
Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa
mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh
pengetahuan,keterampilan dan perubahan serta penanaman sikap kepribadian
dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.3 Peranan Kritis dan Evaluatif


Peranan kritis dan evaluatif dimaksudkan bahwa kurikulum itu mampu
mengantarkan para lulusan yang mempunyai kemampuan berfikir kritis dalam
memecahkan masalah dan mencari serta menemukan solusinya. Hal ini perlu
dimiliki oleh setiap individu, sebagai bekal hidup ditengah-tengah masyarakat
yang sedang dan akan mengalami perubahan. Selain itu, perkembangan yang
terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa
yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan
budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,
melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya
serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut secara kritis sekaligus
mencari nilai-nilai budaya tersebut sesuai dengan tuntutan hari ini dan yang akan
datang.
Berangkat dari ke tiga peranan kurikulum tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa Kurikulum itu sebagai proses pewarisan nilai-nilai budaya dari orang
dewasa kepada orang yang belum dewasa, Peranan ini menekankan pada aspek
masa lampau. Peranan kreatif dimaksudkan bahwa kurikulum itu harus mampu
menjawab kebutuhan masyarakat saat ini dan yang akan datang. Perubahan yang
terjadi saat ini dan yang akan datang, semestinya sudah terakomodir oleh
kurikulum. Peranan ini lebih menekankan pada perubahan yang diakibatkan oleh
15
kemajuan ilmu pengetahuan yang menuntut setiap peserta didik untuk
menyesuaikan. Adapun Peranan kritis dan evaluatif adalah dimaksudkan untuk
melakukan seleksi, nilai-nilai budaya manakah yang masih relevan dengan
kebutuhan peserta didik saat ini dan yang akan datang, sesuai dengan budaya dan
etika yang berlaku di masyarakat.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 telah
mengalami 9 kali perubahan diantaranya adalah pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Pengertian kurikulum menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 sudah mencakup pengertian kurikulum dari
tiga pandangan yang lain yaitu, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19).
Hakekat kurikulum menurut Saylor, Alexander dan leuwis (1981), membuat
kategori rumusan pengertian kurikulum, yaitu Kurikulum sebagai rencana tentang
mata pelajaran atau bahan-bahan pelajaran, kurikulum sebagai rencana tentang
pengalaman belajar dan kurikulum sebagai rencana tentang kesempatan belajar.
Kurikulum dalam pendidikan merupakan komponen yang sangat strategis
dalam upaya pencapaian tujuan pendidkan Nasional. Upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa merupakan bagian yang terpenting dari sekian permasalahan
bangsa.

3.2. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi “Sejarah, Hakikat,
Dan Peran Kurikulum” yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah ini. Penulis
berharap pembaca dapat memberikan kritikmdan saran untuk berbaikan makalah
dari penulisan dan tanda baca. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi
serta manfaat untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengembang. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan


Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia.

Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

18

Anda mungkin juga menyukai