Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR DAN RASIONAL PERKEMBANGAN KURIKULUM

DI INDONESIA

Disusun Oleh :

AFITRIANINGSI (20224064020010
GLADIS FLONAYA TINEZA (2022406402027)
BAYU AJI KURNIAWAN (17030034)

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum Dosen
Pengampu : Drs. Suminto, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU TAHUN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah Konsep Dasar dan Rasional Perkembangan Kurikullum di Indonesia untuk
melengkapi tugas dalam pembelajaran mata kuliah Telaah Kurikulum.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni
syariat agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang


sebanyakbanyaknya untuk Drs. Suminto,M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Telaah Kurikulum yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami
guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga berharap dengan
sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat guna
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan bagi pembaca.

Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan guna memperbaiki
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat dipahami oleh setiap pihak pembaca.
Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan
penulisan kata dalam makalah ini.

Pringsewu, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia ....................... 3
1. Masa Orde Lama............................................................. 3
2. Masa Orde Baru............................................................... 5
3. Masa Revormasi (1999-sekarang)................................... 6
B. Konsep Dasar Perubahan Kurikulum ........................................ 7
C. Rasional Pengembangan Kurikulum ......................................... 9
D. Penempurnaan Pola Pikir Kurikulum ........................................ 10
E. Perbedaan Kurikulum Merdeka Dengan Kurikulum 2013 ........ 10
F. Keunggulan Kurikulum Merdeka Belajar ................................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 13
B. Saran .......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum menjadi bagian terpenting pendidikan. Searah dengan


kemajuan pendidikan yang terus meningkat pada semua jenis dan jenjang
pendidikan di Indonesia. Secara resmi, kurikulum sejak zaman Belanda sudah
diterapkan di sekolah, artinya kurikulum sudah diterapkan sejak saat penjajahan
Belanda (Fitri Wahyuni, 2015). Kurikulum adalah alat yang digunakan untuk
menggapai tujuan pendidikan dan sebagai rujukan didalam pelaksanaan
pendidikan. Kurikulum menunjukkan dasar atau pandangan hidup suatu
bangsa. Bentuk kehidupan yang akan digunakan oleh bangsa tersebut akan
ditentukan oleh kurikulum yang digunakan di negara tersebut (Lismina, 2019).
Kurikulum selalu ada perubahan dan penyempurnaan karena banyak faktor
yang mempengaruhinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara menyeluruh
jika negara tersebut sedang mengalami perubahan dari negara dijajah menjadi
negara merdeka (Nasution, 2006).

Opini masyarakat “ganti menteri ganti kurikulum” namun kenyataanya


bukan seperti itu. Kenyataraanya perubahan kurikulum adalah bentuk sebagai
pengaruh dari perubahan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional,
misalnya seperti Rencana Pelajaran 1950 merupakan konsekuensi lahirnya UU
Nomor 4 Tahun 1950 dan kurikulum 1994 merupakan konsekuensi dari
lahirnya UU Nomor 2 Tahun 1989 (Suparlan, 2014). Melihat fenomena diatas
penulis tertarik untuk meneliti dan menulis karya tulis ilmiah ini yang akan
diberi judul “Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia dari Masa
Kemerdekaan Hingga Sekarang (Kurikulum 1947 – Kurikulum 2013) karena
dengan kita mengetahui sejarahnya bisa membandingkan satu kurikulum
dengan kurikulum yang lain

B. Tujuan
1) Untuk memahami sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia
2) Untuk mengetahui konsep dasar perubahan kurikulum
3) Untuk mengetahui rasional pengembangan kurikulum
4) Untuk mengetahui bagaimana penyempurnaan pola pikir kurikulum
merdeka

5) Untuk mengetahui perbedaan kurikulum merdeka dengan kurikulum 20113


(K.13)

6) Untuk mengetahui keunggulan kurikulum merdeka belaj


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Kurikulum Di Indonesia

Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun


1945 telah mengalami 9 kali perubahan diantaranya adalah pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Berbeda dengan
itu, KEMENDIKBUD memaparkan tentang sejarah perkembangan kurikulum
yaitu pertama kurikulum 1947, kedua kurikulum 1954, ketiga kurikulum
kurikulum 1968, keempat kurikulum 1973 (Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan), kelima kurikulum 1975, keenam kurikulum 1984, ketujuh
kurikulum 1994, kedelapan kurikulum 1997 (revisi kurikulum 1994),
sembilan kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), kesepuluh
kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), kesebelas
kurikulum 2013 (Arif Munandar, 2012). Perubahan orientasi, desain, model dan
lain sebagainya dengan tujuan utama untuk meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan nasional serta mensejajarkan dengan pendidikan-
pendidikan yang ada di dunia.

1. Masa Orde Lama

a. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”

Pada masa kemerdekaan muncul kurikulum yang namanya


yaitu kurikulum 1947 istilah yang digunakan dalam bahasa Belanda
disebut “leer plan” artinya rencana pelajaran, dan istila curriculum
dalam bahasa Inggris kurang familiar dikalangan masyarakat. Sifat
bersifat politisi adalah satu ciri kurikulum 1947 karena dari awalnya
berkiblat pendidikan belanda yang durubah untuk kepentingan
nasional. Dapat di pahami bahwa sistem pendidikan kolonial

2
dikenal dengan sm yang sangat diskriminatif. Sekolah-sekolah
dibangun dengan membedakan layanan pendidikan bagi anak-anak
Belanda, anak-anak timur asing dan anak pribumi. Golongan pribumi
dibagi menjadi golongan strata sosial bawah dan priyai (Alhamuddin,
2019). Pelaksanaan kurikulum 1947 tidak menekankan pada
aspek kognitif namun hanya mengutamakan pendidikan karakter
seperti membangun rasa nasionalisme. Aspek selanjutnya yang
menjadi tujuan utama dalam kurikulum Rentjana pelajaran 1947.
Struktur program dalam Rentjana pelajaran 1947 dibagi menjadi dua
bagian, yaitu struktur program menggunakan bahasa daerah dan
bahasa Indonesia.

b. Kurikulum 1952 “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”

Pada tahun 1952 dilakukan perbaikan pada kurikulum di


Indonesa yang kemudian dikenal dengan kurikulum 1952.
Kurikulum ini lebih memerinci setiap mata pelajaran yang
kemudian di beri nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952” dan
belum menggunakan istilah kurikulum. Kerangka kurikulum 1952
reatif sama dengan kurikulum 1947. Namun demikian, sistem
pendidikan nasional sudah menjadi tujuan kurikulum ini. UU
No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran
di sekolah mempengaruhi munculnya kurikulum 1950 ini
(Alhamuddin,2019).

c. Kurikulum 1964 Rentjana Pendidikan 1964

Kurikulum di Indonesia pada tahun 1964 mengalami


penyempurnaan kembali. Konsep pembelajaran aktif, kreatif dan
produktif menjadi isu-isu yang dikembangkan pada Rentjana
Pendidikan 1964. Konsep tersebut mewajibkan setiap sekolah
membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan pemecah
masalah (problem solving) terhadap berbagai masalah yang ada. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa konsep kurikulum pada era ini lebih bersifat
bagaimana peserta didik bersikap aktif, kreatif dan produktif menemukan
solusi terhadap berbagai masalah yang berkembang dan ada di
masyarakat. Cara belajar yang digunakan kurikulum 1964 adalah sebuah
metode yang disebut dengan gotong royong terpimpin.

2. Masa Orde Baru (1966-1998)


Sifat politis melekat erat pada awal munculnya kurikulum 1968,
mengganti kurikulum 1964 yang dicitrakan sebaga hasil dari
pemerintahan “Orde Lama”. Jika dilihat dari aspek tujuannya, upaya
untuk meningkatkan rasa cinta tanah air, kuat dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan jasmani, moral, budi pekerti
dan keyakinan beragama lebih di tekankan pada kurikulum 1968. Setelah
itu pada 1975 akibat dari banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi,
terutama sejak tahun 1969. Banyak faktor-faktor yang mempengaruh
program maupun kebijakan pemerintah yang mengakibatkan
pembaharuan tersebut. Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang
bersifat sentralistik atau dibuat oleh pemerintah pusat dan sekolah-
sekolah hanya menjalankan (Nurhalim, 2011). Kurikulum 1975
berprinsip tujuan dari pendidikan harus efektif dan efisien. Kurikulum 1975
banyak mendapatkan kritik dari pelaksana di lapangan.

Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975


dan mengunakan pendekatan proses. Dalam hal ini faktor tujuan tetap
penting messkipun sudah menggunakan pendekatan proses. Kurikulum ini
juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Subjek
belajarnya adalah siswa. Model seperti ini yang dinakan aktif learning
karena siswa yang akan selalu aktif dalam pembelajaran. Dari mengamati

4
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Kurikulum
1975 dan kurikulum 1984 dipadukan menjadi kurikulum 1994.

Kurikulum 1994 dilaksanakan sesuai dengan UndangUndang no.2 tahun


1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada kurikulum ini terjadi
perubahan dari sistem semester ke sistem catur wulan. Namun banyak
sekolah yang menerapkan dengan baik dan alhasil siswa tidak
melaksanakan pembelajaran dengan baik dan hanya gaduh di kelas
(Alhamuddin, 2014).

3. Masa Revormasi (1999 – Sekarang)

a. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah suatu konsep


pendekatan, strategi kurikulum yang menekankan pada penguasaan
berbagai kompetensi tertentu. Peserta didik tidak hanya menguasai
pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga keterampilan, sikap, minat,
motivasi dan nilai-nilai agar dapat melakukan sesuatu dengan penuh
tanggung jawab (Zainal Arifin, 2011).

b. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan)”

Salah satu rujukan dalam pengembangan kurikulum di Indonesia


adalah kurikulum KTSP. Pencapaian kompetensi adalah orientasi dari
KTSP, maka dari itu KTSP sering di sebut dengan KBK yang
disempurnakan. Unsur standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
melekat pada KBK serta adanya prinsip yang sama dalam pengelolaan
kurikulum yakni yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Sekolah
(KBS) (Wina Sanjaya, 2008). KTSP mempunyai karakteristik yang

5
sama dengan KBK yaitu guru bebas untuk melakukan perubahan, revisi
dan penambahan dari standar yang sudah di buat pemerintah, mulai dari
tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar,
kalender pendidikan sampai pengembangan silabus (Herman Zaini
2013).

c. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter,


dengan harapan melahirkan insan yang produktif, kreatif, inovatif dan
berkarakter. Meningkatkan proses dan hasil belajar yang diarahkan
kepada pembentukan budi pekerti dan peserta didik yang berakhlak
mulia sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan
pendidikan adalah tujuan pendidikan karakter pada kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap anak didik secara holostik. Kompetensi
pengahuan, ketrampilan dan sikap ditentukan oleh rapor dan merupakan
penentuan kenaikan kelas dan kelulusan anak didik (Arif Munandar,
2012).

B. Konsep Dasar Perubahan Kurikulum

Perubahan kurikulum mesti dipandang sebagai suatu keharusan dalam


proses pendidikan yang dinamis. Dengan demikian, perubahan kurikulum pada
dirinya sendiri harus dipandang sebagai suatu tindakan positif, kreatif, dan
dinamis terlepas dari siapa perancang dan siapa pelakunya. Dalam hal ini,
perubahan itu perlu demi peningkatan mutu pendidikan minimal untuk
mengimbangi apa yang terjadi di negara-negara maju. Perubahan kurikulum
tahun 1994-2004 dan bahkan KTSP saat ini, terjadi karena tiga alasan mendasar
yaitu sebagai berikut;

6
1. Landasan yuridis
Penyempurnaan kurikulum terjadi karena adanya kebijakan barn
yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan, seperti UUD 1945,
Tap MJ>R No. IVIMPR/1999tentang GBHN, UUNo. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 22 tahun 1999 ten.tang
pemerintah daerah, dan PP No. 25 tahun 2000 ten.tang Kewenangan
Pemerintah Daerah sebagai Otonomi Daerah.

2. Landasan empiris
Artinya bahwa perubahan kurikulum juga sangat didorong oleh
fakta obyektif di lapangan, seperti laporan beberapa lembaga intemasional
berkaitan dengan tingkat daya saing SDM Indonesia dengan negaranegara
lain. Laporan UNDP (United Nation Development Programm) tahun 2000
menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia berada di urutan 105 dari 108
negara yang diteliti. Laporan IBA (International Educational Achievement)
menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak-anak SD di Indonesia
berada di urutan 38 dari 39 negara yang diteliti. Laporan TIMSS (Third
Matemathics and Science Study) menunjukkan bahwa kemampuan
matematika anak-anak SMP di Indonesia berada di urutan 34 dari 38 negara
yang diteliti sedangkan kemampuan IPA berada di urutan 32 dari 38 negara
itu. Secara ringkas dapat disebutkan beberapa rnasalah utarna dunia
pendidikan di Indonesia, yakni; menurunnya akhlak dan moral peserta
didik, kurang rneratanya kesempatan belajar, rendahnya efisiensi internal
sistem pendidikan, status kelembagaan yang belum bersistem, managemen
pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan belum
profesionalnya SDM yang bergerak dalam dunia pendidikan..

3. Landasan teoretis,
Selama ini ada kesan kuat bahwa hasil pendidikan hanya tampak
dari kemampuan siswa menghafal faktafakta. Meskipun banyak siswa
mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang

7
diterimanya, tetapi pada kenyataannya, mereka seringkali tidak rnernahami
secara mendalam substansi materinya. Dunia pendidikan dewasa ini
cenderung kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna
jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan mengetahui-
nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
(Hipolitus K. Kewuel.2010).

C. Rasional Pengembangan Kurikulum


Sejak diundangkan Undangan-Undangan No 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, perintah sudah secara terus menerus melakukan penyesuaian
kurikulum sesuai dengan amanat Undang-Undang tersebut. Amanat dalam Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan
penyelenggara pendidikan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas
pribadi peserta didik sebagai generasi penerus, yang diyakini akan menjadi faktor
determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang
zaman. Dalam mencapai tujuan tersebut perlu diadakan penyempurnaan,
pengembangan berbagai unsur dalam penyelenggaran pendidikan, mulai dari sarana
prasarana, mutu guru, pembiayaan dan kurikulum, selain sarana prasarana dan
pembiayaan, mutu guru dan kurikulum merupakan unsur yang memberikan
konstribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembanagnya kualitas
potensi peserta didik. Jika tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang
dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai
instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi manusiaberkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah dan manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulai, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan warga negara yang demokratis,
bertanggung jawab.

8
D. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum
Dikemukakan bahwa apabila guru tidak bisa menyesuaikan diri dengan
dinamikan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kecendrungan guru akan memberikan materi yang usang, pembelajaran yang
dilaksanakan kecendrungan sesuai dengan masalah dan jaman dimasa
lampau. Sedangkan intensitas dan kualitas masalah yang dihadapi anak didik
sekarang sudah sangat kompleks yang membutuhkan ilmu dan pengetahuan
sesuai dengan dinamika tersebut. Karena Ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan
pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru selalu
meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu
mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yan aktual dengan
menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran
terkini. Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran
yang berhasil mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai
dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya.

Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan


dan kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru
akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan
dan pembelajaran (Badan PSDMPK-PMP,2014 ).

E. Perbedaan Kurikulum Merdeka Dengan Kurikulum 2013 (K.13)

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan


yang diberikan oleh suatulembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan. Sesuai dengan Kurikulum 2013, guru dituntut siap
untuk melaksanakan pendekatan saintifik dalam proses belajar mengajar.
Pendekatan saintifik merupakan proses belajar yang dirancang agar anak
didikaktif dan inovatif. Dengan melihat lingkungan sekitarnya siswa

9
diharapkan mampu mengidentifikasi dan menemukan masalah, merumuskan
masalah, mengumpulkan data, memproses data yang ditemukan, menemukanj
awaban, dan mengomunikasikan jawaban yang ditemukan. Pendekatan
saintifik ini dilakukan dengan lima (5) langkah yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan data, mengasosiasi, mengomunikasikan. Kurikulum Merdeka
adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana
konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum Merdeka Belajar
memiliki tujuan untuk menciptakan pendidikan yang lebih menyenangkan
bagi peserta didik dan guru. Selama ini, pendidikan di Indonesia lebih
menekankan kepada aspek pengetahuan. KurikulumMerdeka dirancang
dengan kelebihan yang menyesuaikan perkembangan zaman. Misalnya,lebih
sederhana dan lebih mendalam, termasuk memberikan “kemerdekaan” bagi
satuan pendidikan dalam mengembangkannya, serta menghadirkan system
pembelajaran yang lebih relevan dan interaktif.

F. Keunggulan Kurikulum Merdeka Belajar

Konsep Merdeka Belajar menurut pendapat (Sherly dkk, 2020)


“mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada esensi undang-undang
untuk memberikan kemerdekaan sekolah menginterpretasi kompetensi dasar
kurikulum menjadi penilaian mereka”. Dengan menerapkan kurikulum
merdeka akan lebih relevan dan interaktif dimana pembelajaran berbasis proyek
akan memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk secara aktif menggali
isu-isu yang faktual. Sekolah diberi kebebasan untuk memilih tiga pilihan
dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka. Pertama, menerapkan
sebagian serta prinsip kurikulum merdeka dengan tidak mengganti kurikulum
sekolah yang digunakan. Kedua, menggunakan kurikulum merdeka dengan
memakai sarana pembelajaran yang sudah disiapkan. Ketiga, menggunakan
kurikulum merdeka dengan mengembangkan sendiri perangkat ajar.
Keunggulan dari adanya kurikulum merdeka pertama, lebih sederhana dan

10
mendalam. Karena fokus pada materi yang penting dan pengembangan
kompetensi peserta didik pada fasenya. Kedua, lebih merdeka dimana peserta
didik tidak ada program peminatan di SMA. Guru mengajar sesuai dengan
kemampuan dan tingkat perkembangan siswa. Untuk mengembangkan
kurikulum dan pembelajaran sesuai karakteristiknya sekolah mempunyai
kekuatan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia telah tercatat
sebanyak sebelas kali yaitu sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1973, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006 dan 2013. Yang dimana setiap
kurikulumnya mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dan kurikulum
ini dapat berubah kapanpun sesuai dengan kebutuhan pendidikan di
Indonesia.

2. Perubahan kurikulum pada dirinya sendiri harus dipandang sebagai suatu


tindakan positif, kreatif, dan dinamis terlepas dari siapa perancang dan siapa
pelakunya. Dalam hal ini, perubahan itu perlu demi peningkatan mutu
pendidikan minimal untuk mengimbangi apa yang terjadi di negaranegara
maju

3. Dalam mencapai tujuan, perlu diadakan penyempurnaan, pengembangan


berbagai unsur dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari sarana
prasarana, mutu guru, pembiayaan dan kurikulum, selain sarana,
prasarana dan pembiayaan, mutu guru dan kurikulum merupakan unsur
yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik.

4. Ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan


kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru
akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan
dan pembelajaran.

12
5 Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler
yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik
memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan

kompetensi sedangkan kurikulum 2013 guru dituntut siap untuk


melaksanakan pendekatan saintifik dalam proses belajar mengajar.
Pendekatan saintifik merupakan proses belajar yang dirancang agar anak
didikaktif dan inovatif.

6. Dengan menerapkan kurikulum merdeka akan lebih relevan dan interaktif


dimana pembelajaran berbasis proyek akan memberikan kesempatan luas
kepada siswa untuk secara aktif menggali isu-isu yang faktual.

B. Saran
Sarannya yaitu pemerintah agar membuat kebijakan di bidang
pendidikan yang lebih matang, sosialisasi yang memadai, dan pelatihan kepada
guru dengan baik. Karena gurulah yang berhadapan langsung dengan siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin. 2019. Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Indonesia


Sejak Zaman Kemerdekaan Hingga Reformasi (1947-2013). Praedamedia,
Jakarta.

Arif Munandar. 2012. Pengantar kurikulum. CV Budi Utama, Yogyakart. hlm.


50.

Badan PSDMPK-PMP .2014. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru.

Fitri Wahyuni. 2015. Kurikulum dari Masa Ke Masa, Jurnal Al-Adabiya, Vol. 10
No. 2.

Herman Zaini. 2013. Karakteristik Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang. Jurnal Idaroh, Vol.1
No.1 Juni 15-31

Hipolitus K. Kewuel, 2010. Antara Konsep Dasar dan Teknis Pendukung


Perubahan Kurikulum Dalam Sistem Pendidikan Nasional, Jurnal
Pendidikan Agama Katolik. Jawa Timur.

Lismina. 2019. Pengembnagan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Tim


Uwais Inspirasi Indonesia, Ponorogo.

Muhaimin. 2012. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,


Madrasah, dan Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Muhammad Nurhalim. 2011. Analisis Perkembangan Kurikulum di Indonesia


(Sebuah Tinjauan Desain dan Pendekatan). Jurnal INSANIA, Vol.16,
No.3

Nasution. 2006. Asas-asas Kurikulum, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Sherly, Dharma, E., & Sihombing, H. B. 2020. Merdeka Belajar, Kajian Literatur.
Urban Green Conference Proceeding Library, 1, 183–190.

Suparlan. 2011. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran.


Remaja Rosdakarya, Jakarta.

Wina Sanjaya. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Prenadamedia Group, Jakarta.

14
Zainal Arifin. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. PT Remaja Rosda
Karya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai