Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

“Sejarah Perkembangan Kurikulum Dari Masa ke Masa”

Dosen Pengampu : Dr. Keysar Pandjaitan, M. Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. IBNU FAUZAN (5211122011)


2. Muhammad Rizky Fadillah (5211122004)
3. BAGAS ANDRIAN (5211122010)
4. BERKAT SIMON SITORUS (5212422002)
5. MUHAMMAD FARID AKBAR (5211122012)
6. ADITYA WARMAN (5211122003)
7. MUHAMMAD HAFIZ ZAHRI (5211122001)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tema makalah yang kami
buat adalah “Sejarah Perkembangan Kurikulum Dari Masa ke Masa”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum yang telah memberikan tugas
kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang
turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

Medan, September 2022

Tertanda,

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………. 4

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………………….. 4


B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………….. 5
C. Tujuan……………………………………………………………………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………….. 6

A. KURIKULUM 1947……………………..……………………………………………………………... 6
B. KURIKULUM 1964……………….…………………………………………………………………… 7
C. KURIKULUM 1968……………………………………………………………………………………. 8
D. KURIKULUM 1975……………………………………………..……………………………………… 9
E. KURIKULUM 1984/ KURIKULUM CBSA…………………………………………………...... 10
F. KURIKULUM 1994……………………………………………………………………………………. 12
G. KURIKULUM 2004 / KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)…………….. 14
H. KURIKULUM 2006 / KTSP………………………………………………………………………… 15
I. KURIKULUM 2013……………………………………………………………………………………. 17

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………………. 19

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………… 22

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus


sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah
hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan
ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Nilai
sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung atau selalu mengalami
perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi.
Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah
cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi tersebut.
Kurikulum dapat meramalkan hasil pendidikan atau pengajaran yang
diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang
harus dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan terkadang tidak dapat diketahui
dengan segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan.
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai
dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada komponen tertentu),
tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua
komponen kurikulum. Perubahan kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik
orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor penunjang dalam
pelaksanaan pendidikan. Sebagai konsekuensi dari perubahan kurikulum juga akan
mengakibatkan perubahan dalam operasionalisasi kurikulum tersebut, baik dapat
orang yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam
pelaksannaan kurikulum.

4
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat
untuk mencapai tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang
senantiasa berubah dan terus berlangsung.
Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang
fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat
sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja,
isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat
menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah dalam
makalah ini adalah :
“Bagaimana Sejarah Perkembangan Kurikulum Dari Masa ke Masa (khususnya
di Indonesia )”

C. TUJUAN MASALAH
Tujuan dari pembuatan makalah adalah untuk mengetahui “Sejarah
Perkembangan Kurikulum Dari Masa ke Masa ( khususnya di Indonesia )”

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. KURIKULUM 1947

Menurut Haryanto (2010) Diktat bahan kuliah pengembangan kurikulum pendidikan


luar biasa.
Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan
lebih tepatnya dua tahun setelah merdeka dengan menggunakan istilah dalam bahasa
Belanda “leer plan” yang berarti “rencana pelajaran”. Pendidikan pada masa-masa
awal kemerdekaan berada di bawah kendali Suryadi Suryaningrat yang menjabat
sebagai Menteri Pengajaran dan menyusun kurikulum 1947. Kurikulum 1947 di
Indonesia pada saat itu masih dipengaruhi oleh sistem pendidikan colonial Belanda
dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya.
Kurikulum 1947 yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan “Rentjana Pelajaran
1947”, dan yang baru dilaksanakan disekolah-sekolah pada tahun 1950, Asas
pendidikannya ditetapkan oleh Pancasila.

Kurikulum pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh belanda
karena pada saat itu bangsa Indonesia sedang merasakan suasana kehidupan yang
berbangsa dalam semangat juangnya untuk merebut kemerdekaan. Sehingga
pendidikan sebagai development conformism atau ciri utama pada kurikulum ini
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka,
berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di dunia. Kemudian kurikulum 1947 tidak
mengutamakan pikiran, namun pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat.

Di dalam kurikulum 1947 hanya memuat dua hal pokok saja, yaitu daftar mata
pelajaran beserta jam pengajaran dan garis-garis besar pengajarannya. Materinya
berhubungan dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari dan perhatiannya kepada
kesenian dan pendidikan jasmani. Di masa itu terdapat 16 mata pelajaran untuk

6
tingkat Sekolah Rakyat yang khususnya berada di Jawa, Sunda, dan Madura. Antara
lain, Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung,Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi,
Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian,
Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan
Agama.

Silabus mata pelajarannya lebih menekankan seorang guru mengajar satu mata
pelajaran, pada masa itu dibentuklah kelas masyarakat yaitu sekolah khusus bagi
lulusan sekolah rakyat 6 tahun yang tidak melanjutkan ke jenjang sekolah menengah
pertama (SMP). Pada kelas masyarakat tersebut mengajarkan berbagai keterampilan
seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak mampu memilki
kemampuan yang setara seperti jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan bisa
langsung bekerja.

B. KURIKULUM 1964

Menurut Jurnal Alhamuddi (2014), SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA (Studi


Analisis Kebijakan Pengembangan Kurikulum) Vol 1,No 2

Menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di


Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana , yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/ artistik,
keprigelan, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

7
C. KURIKULUM 1968

Menurut buku Syahruddin & Heri Susanto (2019), SEJARAH PENDIDIKAN


INDONESIA (Era Pra Kolonialisme Nusantara Sampai Reformasi)

Kurikulum 1968 merupakan tonggak awal pendidikan pada masa orde baru.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964
yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Jika dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan nasional ditekankan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Tujuan ini sesuai dengan yang dikehendaki oleh pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 dan isi UndangUndang Dasar 1945 ( Tap. MPRS No.
XXVII/MPRS/1966).

Kurikulum 1968 lebih menekankan untuk Sekolah Dasar. Kurikulum pada


tingkatan Sekolah Dasar dibagi menjadi tiga kelompok besar. Pertama, kelompok
pembinaan Pancasila; pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan bahasa Indonesia, bahasa daerah dan olahraga. Kedua, Kelompok
pembinaan pengetahuan dasar berhitung, ilmu pengetahuan alam, pendidikan
kesenian, pendidikan kesejahteraan keluarga (termasuk ilmu kesehatan). Ketiga,
Kelompok kecakapan khusus yaitu kejuruan agragia (pertanian, peternakan,
perikanan), kejuruan teknik (pekerjaan tangan/perbekalan), dan kejuruan
ketatalaksanaan/jasa (koperasi, tabungan).

Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang pasif, dengan hanya
menghapal teori-teori yang ada tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut.
Aspek afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini. Maka secara
praktis, kurikulum ini menekankan pembentukkan peserta didik hanya dari segi
intelektualnya saja. Untuk kurikulum pendidikan guru sebelum era 1970-an pada
dasarnya dilaksanakan dengan sistem terintegrasi yaitu pola penyiapan guru yang
memadukan elemen pendidikan yang bercirikan nasionalisme, pedagogik, ilmu
jiwa, bidang studi yang diajarkan, dan praktik mengajar sebagai bagian yang

8
terintegrasi dalam pembinaan akademik dan profesi. Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) menghasilkan calon guru dengan kualifikasi lulusan sarjana
muda (bachelor degree) dan lulusan sarjana (doctorandus dan doctoranda).

D. KURIKULUM 1975

Menurut buku Syahruddin & Heri Susanto (2019), SEJARAH PENDIDIKAN


INDONESIA (Era Pra Kolonialisme Nusantara Sampai Reformasi)

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efektif dan
efisien berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI),
yang dikenal dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional
umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. menganut “bidang studi” dalam
mengorganisasikan pelajaran untuk mencapai sinkronisasi dan integrasi
pelajaran-pelajaran yang sekelompok. Maka dikenal bidang-bidang studi Agama,
Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Kesenian, Olahraga, dan Kesehatan dan Keterampilan.

Dasar pendidikan masa ini adalah KTPD, MPR-RI No. IV/MPR/1973, yaitu;
pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru wajib
untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-mengajar
berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan program
belajar mengajar. Setiap tatap muka telah diatur dan dijadwalkan sejak awal.

9
Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi sistematis dan
bertahap. Untuk pendidikan tenaga kependidikan kurikulum dikembangkan
untuk menghasilkan calon guru profesional. Pendidikan guru dilaksanakan
dengan sistem concurrent atau terintegrasi, yaitu terintegrasi antara pendidikan
akademik dan pendidikan profesi yang ditandai dengan pemberian Ijazah dan
Akta Mengajar bagi setiap lulusannya. Kurikulum ini terdiri dari pengembangan
kompetisi akademik kependidikan dan kompetisi akademik bidang studi yang
diperkuat dengan pengembangan jati diri bangsa Indonesia melalui Mata Kuliah
Dasar Umum yang dimaksudkan untuk menyiapkan pendidik yang religious,
nasionalis, patriotik, dan berkepribadian luhur. Pengelompokkan kurikulum
waktu itu adalah Kelompok Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), Mata Kuliah Dasar
Kependidikan (MKDK), Mata Kuliah Penguasaan Bidang Studi (MKPBM). MKDK
dan MKPBM adalah mata kuliah untuk menyiapkan calon pendidik yang
menguasai kompetensi akademik kependidikan, dan MKPBS adalah mata kuliah
untuk menyiapkan calon pendidik menguasai kompetensi akademik bidang studi,
yang dilandasi dengan MKDU.

E. KURIKULUM 1984 / KURIKULUM CBSA

Menurut Jurnal, Farah Dina Insani (2019), SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM


DI INDONESIA SEJAK AWAL KEMERDEKAAN HINGGA SAAT INI. Vol :8, No :1. Hal :
43-64

Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 dan


mengunakan pendekatan proses. Dalam hal ini faktor tujuan tetap penting
meskipun sudah menggunakan pendekatan proses. Kurikulum ini juga sering
disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Subjek belajarnya adalah siswa.
Model seperti ini yang dinakan aktif learning karena siswa yang akan selalu aktif
dalam pembelajaran. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Namun banyak sekolah yang menerapkan dengan tidak baik
dan alhasil siswa tidak melaksanakan pembelajaran dengan baik dan hanya gaduh
di kelas.

10
Menurut, Nia Gichi (2015), KURIKULUM 1984 (CBSA). Diakses online pada 25
September 2022, dari http://haryatikurniawati96.blogspot.com

Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang memandang


anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah,
dan meneliti lingkungannya. Pada kurikulum ini posisi siswa ditempatkan
sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya
kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum
Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri
Jakarta). Konsep CBSA yang elok secara teoretis dan bagus hasilnya disekolah-
sekolah yang di uji cobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat
diterapkan secara nasional.

Pendekatan CBSA menitik beratkan pada keaktifan siswa yang merupakan inti
dari kegiatan belajar yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti
mendengarkan, berdiskusi dan sebagainya. Pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran sesuai dengan tingkat dan jenjang
pendidikan. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. melalui
pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan
menggunakan pendekatan induktif. Kurikulum 1984 menggunakan pendekatan
proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Kurikulum 1984
mengusung process skill approach.

Metode pembelajaran menggunakan konsep CBSA atau dengan kata lain siswa
menjadi subjek dalam pembelajaran karena siswa diberikan kesempatan untuk
aktif secara fisik, mental, intelektual dan emosional.

11
F. KURIKULUM 1994

Menurut Jurnal, Farah Dina Insani (2019), SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM


DI INDONESIA SEJAK AWAL KEMERDEKAAN HINGGA SAAT INI. Vol :8, No :1. Hal :
43-64

Kurikulum 1975 dan kurikulum 1984 dipadukan menjadi kurikulum 1994.


Kurikulum 1994 dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no.2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada kurikulum ini terjadi perubahan dari
sistem semester ke sistem catur wulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Tujuan pengajaran kurikulum ini yaitu lebih berorientasi pada materi pelajaran
dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Tujuan dan
proses kurang berhasil dipadukan. Muatan nasional dan muatan lokah sangat
banyak porsinya. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-
lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar
isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjadi
kurikulum yang super padat dan hasilnya juga kurang bagus.

Kurikulum 1994 memiliki prinsip Link and Match yaitu prinsip tentang
pentingnya keterkaitan pendidikan dengan dunia kerja atau industri. Sekolah
harus mampu menyiapkan tenaga-tenaga kerja yang terampil yang dibutuhkan
oleh industri. Sebaliknya dunia industri juga harus bersinergi dengan lembaga-
lembaga pendidikan. Pada akhirnya kurikulum ini banyak dikritik karena
pendidikan menjadi kepanjangan tangan dari proses industrialisasi dan tidak
memanusiakan manusia (dehumanisasi).

12
Menurut buku, Rahmad Hidayat, Achmad Siswanto, Dkk. 2017. “DINAMIKA
PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA”. Jakarta : Labsos

Pengembangan Kurikulum 1994 adalah kurikulum yang didasarkan pada UU No.


2/1989, dimaksudkan untuk menyesuaikan program-program pendidikan dengan
perkembangan masyarakat dalam kaitannya dengan proses industrialisasi
ekonomi. Indonesia dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum 1994 dikembangkan dan diterapkan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan mendasar dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kelemahan-
kelemahan yang dalam waktu-waktu sebelumnya belum sempat terselesaikan
terutama ialah muatan yang terlalu padat sehingga menjadi beban yang sangat
bagi siswa. Hal ini menyebabkan kurang mendalamnya penyampaian isi pelajaran
karena pokok bahasan hanya disampaikan pada tingkatan permukaan saja.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan
sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi
pelajaran cukup banyak. Di setiap akhir catur wulan tersebut diadakan evaluasi
berupa ujian catur wulan yang nilai hasil evaluasi tersebut diakumulasikan hingga
catur wulan yang terakhir, catur wulan ketiga. Di sesi paling akhir ini tentunya
menjadi penentu kelulusan seorang siswa selama setahun belajar di kelas. Tujuan
pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Diberlakukannya kurikulum hasil
penyempurnaan pada tahun 1994 pada semua satuan pendidikan menggiring
kepada keragaman wujud pelaksanaan sesuai dengan tingkat kemampuan sekolah
yang beragam. Penyempurnaan kurikulum 1994 dilakukan karena adanya
perubahan fundamental dalam kehidupan bermasyarakat.

13
G. KURIKULUM 2004 / KBK ( Kurikulum Berbasis Kompetensi )

Menurut Jurnal, Alhamuddi (2014), SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA (Studi


Analisis Kebijakan Pengembangan Kurikulum) Vol 1,No 2

Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan berbasis
kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan kompetensi
yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran. KBK
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi
siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar
(learning outcomes) dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi
juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam
komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam
setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran
tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun
pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab
pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil
belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman,
dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur
dengan berbagai teknik penilaian.

Menurut Jurnal, Farah Dina Insani (2019), SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM


DI INDONESIA SEJAK AWAL KEMERDEKAAN HINGGA SAAT INI. Vol :8, No :1. Hal :
43-64

14
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah suatu konsep pendekatan, strategi
kurikulum yang menekankan pada penguasaan berbagai kompetensi tertentu.
Peserta didik tidak hanya menguasai pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga
keterampilan, sikap, minat, motivasi dan nilai-nilai agar dapat melakukan sesuatu
dengan penuh tanggung jawab.

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual


maupun klasikal.

• Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

• Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode


yang bervariasi.

• Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.

• Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya


penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

H. KURIKULUM 2006 / KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ).

Menurut Jurnal, Farah Dina Insani (2019), SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM


DI INDONESIA SEJAK AWAL KEMERDEKAAN HINGGA SAAT INI. Vol :8, No :1. Hal :
43-64

Salah satu rujukan dalam pengembangan kurikulum di Indonesia adalah


kurikulum KTSP. Pencapaian kompetensi adalah orientasi dari KTSP, maka dari
itu KTSP sering di sebut dengan KBK yang disempurnakan. Unsur standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang melekat pada KBK serta adanya prinsip

15
yang sama dalam pengelolaan kurikulum yakni yang disebut dengan Kurikulum
Berbasis Sekolah (KBS).

KTSP mempunyai karakteristik yang sama dengan KBK yaitu guru bebas untuk
melakukan perubahan, revisi dan penambahan dari standar yang sudah di buat
pemerintah, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban
belajar, kalender pendidikan sampai pengembangan silabus.

Badan standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah membuat Standar Kompetensi


dan kompetensi dasar, yang diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
yang di jadikan rujukan harus dari kompetensi inti dan Standar kelulusan
sedangkan yang menjadi prinsip pengembangan adalah KBS yang dirancang
untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan
dan mengelola serta menilai proses dan hasil pembelajaran sesuai dengan
daerahnya masing-masing. KTSP lahir dari semangat dari daerah-daerah
bahwasanya pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat
saja melainkan juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, oleh sebab itu
dilihat dari pola atau model kurikulum pengembangannya KTSP merupakan salah
satu model kurikulum bersifat desentralisasi.

Konsep dasar KTSP meliputi 3 aspek yang saling berkaitan yaitu : 1) Kegiatan
pembelajran 2) Penilaian 3) Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Sedangkan
menurut Kunandar dalam bukunya Abdullah Idi karakteristik pembelajaran
dalam KTSP adalah sebagai berikut : 1) KTSP menuntun siswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahun, minat, bakat yang akhirnya akan membentuk
siswa yang mempunyai kemandirian dan ketrampilan 2) KTSP berorientasi pada
hasil belajar dan keberagamaan 3) Strategi pembelajaran yang digunakan
beraneka ragam 4) Sumber belajar bukan hanya guru namun bisa teman
sekelasnya, buku-buku film yang mengandung edukasi 5) Penilaian dilihat dari
proses han hasilnya pada suatu targer pencapaian kompetensi.

Menurut Jurnal, Alhamuddi (2014), SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA (Studi


Analisis Kebijakan Pengembangan Kurikulum) Vol 1,No 2

16
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji
terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24
tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar
kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum
2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam
penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem
pendidikan.Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut
untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai
dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata
pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab
sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah
setempat.

I. KURIKULUM 2013

Menurut Jurnal, Farah Dina Insani (2019), SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM


DI INDONESIA SEJAK AWAL KEMERDEKAAN HINGGA SAAT INI. Vol :8, No :1. Hal :
43-64

Kurikulum KTSP dianggap belum sempurna dan masih banyak kekurangan,


apalagi saat ini adalah era digital yang apa-apa bisa dilakukan dengan teknologi
maka KTSP harus segera dirubah menjadi kurikulum 2013. Berkembangnya
teknologi adalah salah satu alasan yang relevan untuk menyempurnakan sebuah
kurikulum. Sejarah pergantian dan perubahan kurikulum tidak terlepas dari
sejarah yang menaunginya. Sejarah yang melatarbelakangi lahirnya kurikulum
KTSP merupakan bentuk implementasi Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Substansi kurikulum ini adalah peraturan
pemerintah No.19 tahun 2005 tapi isi dan arah pengembangan pembelajaran
masih memiliki keberhasilan, karakteristik dalam paket kompetensi yang ada
pada KTSP yang memiliki kesamaan juga dengan karakteristik kurikulum KBK.

17
Berkaitan dengan pengembangan kurikulum, kurikulum 2013 lebih menekankan
pada pendidikan karakter, dengan harapan melahirkan insan yang produktif,
kreatif, inovatif dan berkarakter. Meningkatkan proses dan hasil belajar yang
diarahkan kepada pembentukan budi pekerti dan peserta didik yang berakhlak
mulia sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan
adalah tujuan pendidikan karakter pada kurikulum 2013. Kurikulum 2013
menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
anak didik secara holostik. Kompetensi pengahuan, ketrampilan dan sikap
ditentukan oleh rapor dan merupakan penentuan kenaikan kelas dan kelulusan
anak didik.

kurikulum 2013 yang dirancang oleh pemerintah. Adapun kurikulum 2013


dirancang dengan karakteristik sebagai berikut : 1) Mengembangkan secara
seimbang antara kognitif, afektif dan psikomotor; 2) Siswa menerapkan apa yang
sudah di dapat disekolah dalam kehidupanya sehari-hari; 3) Mengembangkan
afekti, kognitif dan psikomotorik serta menerapkannya dalam berbagai situasi di
sekolah dan masyarakat; 4) Memberi kesempatan yang banyak kepada siswa
untuk mengembangkan aspek afekti, kognitif dan psikomotorik; 5) Kompetensi
inti dijabarkan menjadi kompetensi dasar; 6) Kompetensi dasar yang diturunkan
dari kompetensi inti harus sesuai dan sinkron; 7) Kompetensi dasar
dikembangkan didasrkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan
memperkaya antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horisontal
dan vertikal).

Menurut Jurnal Alhamuddi (2014), SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA (Studi


Analisis Kebijakan Pengembangan Kurikulum) Vol 1,No 2

Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah


diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi
dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk
mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur
pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada

18
pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu,
kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat
diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu
kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu
peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkkat kompetensi minimal, agar
mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan
konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus diberi
kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemamapuan dan kecepatan
belajar masing-masing. Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal
tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut secara profesional
merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir
pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan
prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta
menetapkan kriteria keberhasilan.

BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kurikulum 1947 merupakan kurikulum yang pertama di indonesia,kurikulum


ini disebut juga dengan "Rentjana Pelajaran 1947". Sistem pendidikannya masih
dipengaruhi oleh kolonial belanda dan jepang, asas pendidikan kurikulum 1947
ditetapkan oleh pancasila. Kurikulum 1947 menekankan pembentukan karakter
manusia indonesia yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di
dunia, kurikulum ini hanya memuat dua hal pokok saja yaitu, daftar pelajaran dan

19
garis garis besar pengajarannya. Pada kurikulum ini dibentuk kelas masyarakat
dimana kelas tersebut mengajarkan berbagai keterampilan.

Pada tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan kurikulum,


kurikulum ini diberi nama "Rentjana Pendidikan 1964". Kurikulum ini
mempunyai program yang bernama " Pancawardhana" yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani. Tujuannya ialah
agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD.

Kurikulum 1968 merupakan tonggak awal pendidikan pada masa orde baru.
Kurikulum ini bersifat politis, tujuannya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 lebih menekankan
pada Sekolah Dasar (SD). Pada kurikulum ini siswa berperan sebagai pribadi yang
pasif, dengan hanya menghafal teori - teori dan pembentukann siswa hanya dari
segi intelektual saja.

Kurikulum 1975 menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien berdasar


MBO ( management by objective ). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PSSI), atau yg dikenal
dengan istilah "Satuan Pelajar". Dasar pendidikan kurikulum 1975 terdapat pada
KTPD, MPR - RI No. IV/MPR/1973, yaitu : Pendidikan nasioanal berdasarkan asas
Pancasila. Pada kurikulum ini peranan guru sangat penting, karena setiap guru
wajib untuk membuat rincian tujuan yang dicapai selama proses belajar mengajar
berlangsung.

Kurikulum 1984 adalah penyempurnaan dari kurikulum 1975, kurikulum ini


juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Kurikulum 1984
dipengaruhi oleh aliran humanistik, yaitu siswa sebagai individu yang dapat dan
mau aktif mencari sendiri, menjelajah dan meneliti lingkungannya. Tokoh di balik
lahirnya kurikulum ini adalah Prof. Dr. Conny R. Semiawan, beliau adalah kepala
pusat kurikulum depdiknas periode 1980-1986 dan juga rektor IKIP jakarta.
Kurikulum 1984 menggunakan metode Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau

20
Student Active Learning (SAL). Materinya melalui pendekatan konkret,
semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif.

Kurikulum 1994 dilaksanakan sesuai dengan Undang - Undang No. 2 tahun


1989 tentang sistem pendidikan nasional. Kurikulum ini memiliki prinsip Link
and Match yaitu tentang pentingnya keterkaitan pendidikan dengan dunia kerja
atau industri. Kurikulum 1994 berorientasi pada materi pelajaran dan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah, di kurikulum ini juga
terjadi perubahan dari sistem semester menjadi sistem catur wulan.
Penyempurnaan kurikulum 1994 terjadi karena adanya oerubahan fundametal
dalam masyarakat dan untuk mengatasi kelemahan - kelemahan pada kurikulum
sebelumnya.

Kurikulum 2004 disebut juga dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ).


Kurikulum ini mengandung tiga unsur pokok, yaitu : pemilihan kompetensi yang
sesuai, spesifikasi indikator evaluasi untuk keberhasilan pencapaian kompetensi,
dan pengembangan pembelajaran. Kurikulum 2004 memiliki strategi penekanan
pada penguasaan berbagai kompetensi tertentu, ciri - ciri kurikulum 2004 yaitu :
menekankan pada ketercapaian kompetensi, berorientasi pada hasil belajar,
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yg bervariasi, sumber
belajar bukan hanya dari guru, penilaian dilihat dari proses dan hasil belajar.

Kurikulum 2006 disebut juga dengan "Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP)". Karakteristik kurikulum ini hampir sama dengan kurikulum 2004 yaitu
guru bebas melakukan perubahan, merevisi atau menambah dari standart yang
dibuat pemerintah. Konsep kurikulum ini meliputi 3 aspek, yaitu : kegiatan
pembelajaran, penilaian, pengelolahan kurikulum berbasis sekolah. Kurikulum
2006 tercipta karena adanya semangat dari daerah - daerah, karena pendidikan
tidak hanya tanggung jawab pemerintah pusat tapi juga tanggung jawab dari
pemerintahan daerah.

21
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap anak didik secara holostik, penilaian tersebut lah yang
akan menentukan kelulusan atau kenaikan kelas peserta didik. Kurikulum ini
berfokus pada perolehan kompentensi dari peserta didik, setiap peserta didik
harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan
belajarnya. Di kurikulum 2013 guru dituntut secara professional dalam
merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, menentukan prosedur
pembelajaran, pembentukan kompetensi secara efektif, dan menetapkan kriteria
keberhasilan.

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto 2010. Diktat bahan kuliah pengembangan kurikulum pendidikan luar biasa.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Alhamuddi 2014, “SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA (Studi Analisis Kebijakan


Pengembangan Kurikulum)”. Vol 1,No 2. Hal : 48-58

Farah Dina Insani 2019, “SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA


SEJAK AWAL KEMERDEKAAN HINGGA SAAT INI”. Vol :VIII, No :1. Hal : 43-64

Syahruddin & Heri Susanto 2019, SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA (Era Pra
Kolonialisme Nusantara Sampai Reformasi. Banjarmasin : Program Studi Pendidikan
Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.

Rahmad Hidayat, Achmad Siswanto, Dkk. 2017. “DINAMIKA PERKEMBANGAN


KURIKULUM DI INDONESIA”. Jakarta : Labsos

Nia Gichi (2015), KURIKULUM 1984 (CBSA). Diakses online pada 25 September 2022,
dari http://haryatikurniawati96.blogspot.com

22
23

Anda mungkin juga menyukai