Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL

PERUBAHAN, KONTROL, DAN


PERKEMBANGAN KURIKULUM DALAM

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Abdul Aziz Batubara : 8156122033
Prodi / Kelas : TP-B1
Mata Kuliah : Pendekatan Sistem Dalam Pendidikan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sukirno, M.Pd

PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


T.A 2015 / 2016
A. PENDAHULUAN
Kurikulum disusun agar dunia pendidikan dapat memenuhi tuntutan yang berkembang
dalam masyarakat. Jika masyarakatnya berubah, maka kurikulumnya juga harus ikut berubah.
Jika kurikulum tidak berubah, maka sebuah layanan pendidikan hanya akan menghasilkan
produk didik yang mandul, yang pada akhirnya akan ditinggalkan oleh mayarakat sebagai
salah satu stakeholder pendidikan.
Pengembangan kurikulum dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Salah satu
kebutuhan yang harus diperhatikan kurikulum adalah pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Semua itu hendaknya tercermin dalam kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan
yang ada. Kondisi yang terjadi saat ini dan antisipasi terhadap keadaan masa yang menuntut
berbagai penyesuaian dan perubahan kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Proses pengembangan kurikulum yang rnerupakan suatu masalah pemilihan kurikulum
yang penyelesaiannya dapat ditinjau dari berbagai pendekatan antara lain pendekatan-
pendekatan atas dasar keperluan masyarakat dan pendekatan atas dasar keperluan pribadi.
Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang dijadikan lambang
teoritis untuk melaksanakan suatu kegiatan model atau konstruksi merupakan ulasan teoretis
tentang suatu konsep dasar. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, model merupakan
ulasan teoretis tentang proses pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula
hanya mencakup salah satu komponen kurikulum.

B. PERUBAHAN KURIKULUM
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada komponen tertentu), tetapi dapat pula
bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Sebagai konsekuensi
dari perubahan kurikulum juga akan mengakibatkan perubahan dalam operasionalisasi
kurikulum tersebut, baik dapat orang yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor
penunjang dalam pelaksannaan kurikulum.
Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang
fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian
bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode
saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila

1
mencakup perubahan semua komponen kurikulum. Ahli sosiologi mengemukakan, perubahan
terjadi dalam tiga fase, yaitu:
1. Inisiasi yaitu, taraf permulaan ide perubahan itu dilancarkan, dengan menjelaskan sifat,
tujuan, dan cakupan perubahan yang ingin dicapai.
2. Legitimasi, yaitu ketika orang mulai menerima suatu perubahan.
3. Kongruensi, yaitu sewaktu orang mengadopsi perubahan tersebut dan menyamankan
pendapatnya selaras dengan pemikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan
nilai lagi antara penerima dan pencetus perubahan.

Perubahan kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu:


1. Administrative approach dan grass roots approach.
Suatu perubahan atau pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan untuk
kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi
from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator.
2. Grass roots approach
Dimulai dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau
sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain.

C. PERKEMBANGAN KURIKULUM
1. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum saat itu diberi nama Rencana Pelajaran 1947 yang boleh dikatakan sebagai
pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development
conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka
dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok: (1). Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, (2).
Garis-garis besar pengajaran (GBPP)
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif, namun yang
diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value, attitude), meliputi : (1) kesadaran
bernegara dan bermasyarakat, (2) materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
(3) perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan yang diberi nama
Rencana Pelajaran Terurai 1952. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum
1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata
pelajaran. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi yaitu: (1)
moral, (2) kecerdasan, (3) emosional/artistik, (4) keprigelan (keterampilan), (5) jasmaniah.
Pada masa itu dibentuk kelas masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang
tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian,
pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa
langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat (SD)
menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah : (1) Bahasa Indonesia, (2) Bahasa Daerah, (3)
Berhitung, (4) Ilmu Alam, (5) Ilmu Hayat, (6) Ilmu Bumi, (7) Sejarah, (8) Menggambar, (9)
Menulis, (10) Seni Suara, (11) Pekerjaan Tangan, (12) Pekerjaan keputrian, (13) Gerak
Badan, (14) Kebersihan dan kesehatan, (15) Didikan budi pekerti, (16) Pendidikan agama.

3. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964


Pada akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang lalu diubah menjadi
Rencana Pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah
konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini
mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan
persoalan (problem solving). Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang
menitikberatkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang
kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana yaitu kelompok perkembangan moral,
kecerdasan, emosional/artisitk, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Selain itu
pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu siswa
diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan,
sesuai minat siswa. Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah penilaian

3
di rapor bagi kelas I dan II yang asalnya berupa skor 10 – 100 menjadi huruf A, B, C, dan D.
Sedangkan bagi kelas II hingga VI tetap menggunakan skor 10 – 100. Kurikulum 1964
bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima
kelompok bidang studi (Pancawardhana). Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1968
adalah sebagai berikut
a. Kelompok pengembangan Moral terdiri dari Pendidikan kemasyarakatan, dan
Pendidikan agama/budi pekerti.
b. Kelompok perkembangan kecerdasan terdiri dari Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia,
Berhitung, dan Pengetahuan Alamiah.
c. Kelompok pengembangan emosional atau Artistik terdiri dari Pendidikan kesenian.
d. Kelompok pengembangan keprigelan terdiri dari Pendidikan keprigelan
e. Kelompok pengembangan jasmani terdiri dari Pendidikan jasmani/Kesehatan.

4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila
sejati.
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada
tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada
kurikum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 10, yang memuat hanya mata
pelajaran pokok saja. Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi
mengkaitkannya dengan permasalahan faktual di lingkungan sekitar.
Struktur kurikulum 1968 yaitu: (1) Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila terdiri dari
Pendidikan agama, Pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah,
Pendidikan olahraga, (2) Kelompok Pengembangan pengetahuan dasar terdiri dari Berhitung,
IPA, Pendidikan kesenian, Pendidikan kesejahteraan keluarga, (3) Kelompok Pembinaan
kecakapan khusus terdiri dari Pendidikan kejuruan.

4
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :
a. Tujuan institusional (SD, SMP maupun SMA) adalah tujuan yang hendak dicapai
lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya.
b. Struktur Program Kurikulum adalah kerangka umum program pengajaran yang akan
diberikan pada tiap sekolah.
c. Garis-Garis Besar Program Pengajaran yaitu :
(1). Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program
pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.
(2). Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan
pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.
(3). Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para
siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
(4). Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran
berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya.
d. Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional).
e. Sistem Penilaian yang diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan
pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang
memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.
f. Sistem Bimbingan dan Penyuluhan.
g. Supervisi dan Administrasi

Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975, yaitu: 1) Pendidikan agama, 2) Pendidikan
Moral Pancasila, 3) Bahasa Indonesia, 4) IPS, 5) Matematika, 6) IPA, 7) Olah raga dan
kesehatan, 8) Kesenian, 9) Keterampilan khusus.

6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berorientasi kepada tujuan instruksional.
b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
(CBSA) yaitu pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

5
aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
c. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral yaitu pendekatan yang
digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi
pelajaran yang diberikan.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya.
e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses yaitu pendekatan belajar-mengajar yang
memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan
dan mengkomunikasikan perolehannya.

Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk
kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi
Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian,
Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional. Penambahan
mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
Kurikulum 1984, jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari: a)
A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika, b) A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi, c)
A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi, d) A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa
dan Budaya. Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan
kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Selain
itu, Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun
berikutnya di kelas yang lebih tinggi.

7. Kurikulum 1994
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya
sebagai berikut:
a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.

6
b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman siswa.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994, muncul beberapa permasalahan, diantaranya


Beban belajar siswa terlalu berat, Materi pelajaran dianggap terlalu sukar dan kurang
bermakna. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan yang disebut
Suplemen Kurikulum 1999 yang tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan
kurikulum.

8. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK 2004)


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai pebelajar, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
sekolah (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002:3).
Kurikulum KBK 2004 dengan Kurikulum 1994 memiliki perbedaan yang terletak pada
penugasan yang berupa penugasan gabungan. Pada KBK, terdapat penggabungan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan (apabila telah
lulus), untuk berpikir, bertindak secara konsisten. Sementara, pada kurikulum 1994
penggabungan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai tidak ada.
KBK memiliki kompetensi utama dapat dikelompok menjadi empat gugus, yaitu: 1)
factual knowledge, 2) conceptual knowledge, 3) procedural knowledge, dan 4) metacognitive
knowledge. Ke-empat gugus kompetensi utama tersebut perlu dijembatani dengan lima unsur

7
pokok yang diamanatkan dalam Kepmen 045/U/2002, yaitu: Pengembangan kepribadian
(MK), pengembangan keahlian dan keterampilan (MKK), pengemabngan keahlian berkarya
(MKB), pengembangan perilaku berkarya (PPB), dan pengembangan berkehidupan
bermasyarakat (PBB).
KBK memiliki keunggulan diantaranya:
a. KBK yang dikedepankan: Penguasaan materi, Hasil dan kompetenasi, Paradigma
pembelajaran versi UNESCO: learning to know, learning to do, learning to live together,
dan learning to be.
b. Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, silabus menjadi kewenagan guru.
c. Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah mata pelajaran
belum bisa dikurangi.
d. Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan metode pembelajaran
PAKEM dan CTL,
e. Sistem penilaian lebih menitikberatkan pada aspek kognitif, penilaian memadukan
keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan penilaian berbasis
kelas.
f. KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian
berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum
berbasis sekolah (PKBS). KHB berisi tentang perencaan pengembangan kompetensi
siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun.

9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional
pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di
Indonesia. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat
setempat, dan peserta didik. Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting
sebagai berikut:
a. Visi dan misi satuan pendidikan
b. Tujuan pendidikan satuan pendidikan
c. Kalender pendidikan
d. Struktur muatan KTSP

8
Struktur muatan KTSP terdiri atas: 1) Mata pelajaran, 2) Muatan lokal, 3) Kegiatan
pengembangan diri, 4) Pengaturan beban belajar, 5) Kenaikan kelas, penjurusan, dan
kelulusan, 6) Pendidikan kecakapan hidup, 7) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global.
e. Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan
tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

Subtansi pokok KTSP yaitu kelompok mata pelajaran yang terdiri dari: agama dan
akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika,
jasmani, olahraga dan kesehatan. Sementara subtansi wajib kurikulum terdiri dari: pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, Seni dan budaya,
Pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.
Pada Sekolah dasar dan sederajat, Subtansi pokok/wajib kurikulum yang berdiri sendiri dan
digabung sebagai mata pelajaran meliputi IPS terpadu dan IPA terpadu, Pengembangan diri.
Pada kelas I – III berupa tematik, Kelas IV – VI berupa mapel.
SMP dan sederajat, subtansi pokok/wajib kurikulum yang berdiri sendiri meliputi IPS
terpadu dan IPA terpadu, Pengembangan diri. Pada kelas VII – IX berupa mapel. SMA dan
sederajat, subtansi pokok/wajib kurikulum semuanya sebagai mata pelajaran berdiri sendiri
meliputi unsur IPS dan IPA menjadi mata pelajaran umum diikuti semua kelas X, muatan
lokal, Pengembangan diri. Pada kelas XI – XII diarahkan kedalam jurusan program studi IPS,
IPA, Bahasa dan Keagamaan. Bidang kajian IPS meliputi mata pelajaran sejarah, geografi,
ekonomi, dan sosiologi, muatan lokal, pengembangan diri. Bidang kajian IPA meliputi mata
pelajaran fisika, kimia, biologi ,muatan lokal, pengembangan diri. Bidang kajian Bahasa
meliputi mata pelajaran sastra indonesia, bahasa asing, antropologi ,muatan lokal,
pengembangan diri. Bidang kajian Keagamaan meliputi 4 mata pelajaran ( ditentukan
departemen agama) ,muatan lokal, pengembangan diri.

10. Kurikulum 2013

9
Kurikulum 2013 didesain untuk melatih daya nalar peserta didik. Pendekatan yang
diterapkan dalam Kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik yang melatih daya nalar anak
didik. Pendekatan ini juga ditujukan untuk membangkitkan kreatifitas yang berujung pada
inovasi. Menurut Nuh, pergantian kurikulum merupakan tuntutan akan kebutuhan
peningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Lebih lanjut Nuh menambahkan
Kurikulum 2013 dipersiapkan bukan hanya untuk mendidik SDM Indonesia saat ini tapi juga
mempersiapkan SDM di masa depan. Perubahan kurikulum 2013 di antaranya standar
kompetensi kelulusan (SKL), standar isi, standar proses dan standar penilaian. Sementara itu,
kurikulum 2013, juga menggunakan pendekatan tematik integratif. Penerapan kurikulum
untuk tingkat sekolah dasar (SD) lebih menekankan pada keutuhan berpikir, bukan
spesialisasi. Dengan demikian, pelajaran yang dahulu disebut ilmu pengetahuan alam (IPA)
dan ilmu pengetahuan sosial (IPS), pada kurikulum baru disebut dengan fenomena alam dan
fenomena sosial.
Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender
pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas: (1) mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta
didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan, (2) Mata
pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka. Kedua
kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur
kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sementara itu mengingat usia dan
perkembangan psikologis peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum
diberikan untuk peserta didik SD dan SMP. Struktur Kurikulum SD yaitu Kelompok A
adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek intelektual
dan afektif (Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika) sedangkan kelompok B adalah
mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor (Seni budaya dan
Keterampilan, Penjasorkes). Konten IPA dan IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-
undangan. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran.
Struktur Kurikulum SMP yaitu Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan
orientasi kompetensi lebih kepada aspek intelektual dan afektif ( Agama, PPKn, Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Inggris) sedangkan kelompok B adalah mata
pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor ( Seni Budaya,
Penjasorkes, dan Prakarya).

10
Jenjang SMA dan SMK dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri
atas Kelompok mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib
sebanyak Sembilan mata pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu. Mata pelajaran
pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan akademik dan vokasional (SMK).
Beban belajar di SMA untuk tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu.
Satu jam belajar adalah 45 menit. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata
pelajaran wajib yaitu Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Sejarah Indonesia,
Bahasa Inggris, Seni Budaya, Prakarya, Penjasorkes. Sedangkan mata pelajaran pilihan terdiri
dari mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran pilihan (pendalaman minat dan lintas
minat). Peminatan matematika dan sains terdiri dari
Matematika, Biologi, Fisika, Kimia. Peminatan sosial terdiri dari Geografi, Sejarah,
Sosiologi dan Antropologi. Peminatan Bahasa terdiri dari Bahasa dan Sastra Indonesia,
Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra Asing lainnya, Sosiologi dan Antropologi.
Strategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
a. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu: (1) Juli 2013:
Kelas I, IV, VII, dan X, (2) Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI, (3) Juli
2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
b. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015
c. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 – 2014
d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan
budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan
Januari – Desember 2013.
e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan
masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016.

D. DAMPAK PERUBAHAN KURIKULUM


Setiap perubahan tentu berdampak, demikian juga dunia pendidikan dengan perubahan
atau pergantian kurikulum maka yang lahir adalah perubahan antara lain:
1. Kegiatan belajar mengajar (KBM) bersifat individu, berubah menjadi kompetensi.
2. Kurikulum berbasis kompetensi menghendaki perubahan kegiatan KBM di kelas,
disesuaikan dengan ciri yang dimiliki kelas, bahan belajar beragam, dan ada pengenalan
media cetak serta elektronik sehingga siswa harus aktif dan kreatif.
3. Penilaian sesuai kekhasan kompetensi (proses dan hasil).
4. Kurikulum bersifat diversitas (tidak sama), jadi roh kebebasan harus diutamakan.

11
5. Dalam pengimplementasi kurikulum, akan menimbulkan keberagaman setiap guru dalam
menjabarkan standar isi dalam pengembangan kurikulum tingkat intruksional,
operasional dan eksperensial.
6. Sebagian sekolah akan memiliki kemandirian/otoritas profesional yang masih kurang
relatif dalam menjalankan perannnya sesuai dengan tuntutan, jiwa dan karakteristik dari
kurikulum.
7. Timbulnya sebagian warga sekolah yang masih terbiasa menunggu instruksi untuk
melaksanakan sesuatu, terbiasa dengan pola seragam dan kurang kreatif dalam
menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan Kurikulum

E. IMPLEMENTASI PERUBAHAN KURIKULUM DALAM MENDESAIN


PEMBELAJARAN
Kurikulum memang seringkali menjadi polemik dan dalam suatu periode, kurikulum itu
seringkali ditinjau kembali. Peninjauan kurikulum mulai dari tahun 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004, 2006, dan sekarang 2013. Akibat adanya kebijakan perubahan kurikulum,
maka pada waktu itu lahir jurusan atau program studi. Seperti kita ketahui, dengan adanya
kebijakan perubahan kurikulum, maka perubahan berikutnya adalah perubahan silabi, yang
berarti juga akan mengubah perancangan pembelajaran (desain instruksional), yang harus
dilaksanakan guru.
Persoalan kurikulum, biasanya menyangkut apa yang sebenarnya dilakukan, termasuk
pemilihan tujuan instruksional yang bersifat subyektif. Guru merupakan penjabar dan
pelaksana kurikulum yang dalam menyampaikan kepada siswa berbentuk desain
pembelajaran perlu memahaminya. Untuk mampu mendesain yang baik maka guru dituntut
untuk memahami hal-hal sebagai berikut:
1. Ciri dari rancangan pembelajaran ada dugaan bahwa prinsip dan prosedurnya didorong
oleh riset. Berbagai riset alami, dari kontrol eksperimen tradisional sampai ke
pengembangan riset itu sendiri analisisnya sebagai studi kasus.
2. Sistem teori umum adalah yang diaplikasikan pada lapangan dengan menggunakan
model itu begitu luas, bahwa pendekatan pelayanan adalah paradigma yang harus terjadi
pada desain pembelajaran.
3. Desain pembelajaran adalah jalan utama di dalam teori belajar. Pada umumnya,
penekanan tingkah laku adalah domain aplikasi desain pembelajaran. Sekarang
penekanan pada pelaksanaan di lapangan dari kognitif psikologis, dan masih banyak lagi,
adalah bentuk-bentuk prinsip untuk bimbingan lebih lanjut.

12
4. Tingkah laku adalah konsern (sepaham) dengan penampilan sebagai fakta bahwa belajar
adalah mengambil tempatnya untuk mengukur apakah tujuan sudah tercapai. Artinya
pada masa lampau atau sesudah memperoleh pembelajaran. Misal anak baru dapat
membaca dengan baik, kalau ia menguasasi kosakata yang cukup.
5. Gagne berpendapat, bahwa perilaku kognitif sangat kompleks. Oleh sebab itu dalam
memberikan tugas dari yang sederhana ke yang makin kompleks. Hipotesisnya menurut
Gagne, seorang dalam mempelajari suatu tugas harus ada strukturnya, yaitu dari tugas-
tugas yang sederhana, makin penting, untuk mencapai prestasi (artinya mencapai tujuan
instruksional), agar kegagalan dapat dihindari. Jadi tahapnya disusun makin tinggi dan
bersifat hirarki
6. Untuk menguasai tahap-tahapan, seseorang harus berurutan, sbb:
a. Diferensiasi respons, artinya seorang atau siswa dihadapkan pada stimulus. Siswa
akan merespons berupa salinan stimulus tersebut, dan biasanya siswa mengulangi apa
yang diucapkan guru.
b. Asosiasi, artinya siswa dihadapkan stimulus tertentu dan tidak diserta stimulus
lainnya. Responsnya siswa akan mengenal, menyebutkan, dan menandai terhadap
stimulus.
c. Diskriminasi ganda, artinya siswa dihadapkan pada dua atau lebih stimulus yang dapat
membingungkan. Responsnya ternyata sesuai jenis stimulus, misalnya: siswa
mengerjakan apa yang diperintahkan guru

13
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP .

Soetomo. 2013. Perancangan dan Pengembangan Sistem Pembelajaran (Design


Instruksional). Semarang: Yayasan Studi Bahasa Jawa”Kanthil”.

http://kampus.okezone.com/read/2012/12/06/373/728318/dirombak-kurikulum-2013-pakai
pendekatan-tematik-integratif. (diakses tanggal 17 April 2016)

http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/02/09/mhy8my-mendikbud-
kurikulum-2013-untuk-latih-daya-nalar-peserta-didik. (diakses tanggal 17 April 2016)

http://kangmartho.files.wordpress.com/2013/01/dokumen-kurikulum-2013.pdf
(diakses tanggal 17 April 2016)

14

Anda mungkin juga menyukai