Anda di halaman 1dari 24

KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam II

Dosen Pengampu:
Fikri Maulana, M. Pd.

Oleh:

Roi Umadi
NIM: 221310265
Safirah Shabrina
NIM: 221310264

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS PTIQ
JAKARTA
1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillah atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, makalah ini dapat disusun
untuk memenuhi tugas mahasiswa sebagai bimbingan dalam penulisan karya ilmiah makalah.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., keluarganya,
para sahabatnya, serta pengikutnya.

Ucapan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam II,
Bapak Fikri Maulana, M. Pd., yang telah memberi tugas kepada penulis, sehingga dapat
menjadi wawasan tambahan untuk para mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an.

Penulis juga berterima kasih atas peran dan dukungan rekan-rekan yang turut
mendukung makalah ini sehingga dapat tersusun dengan diberi judul “KURIKULUM
PENDIDIKAN DI INDONESIA”, penulis menyadari akan banyaknya kekurangan yang
terdapat dalam tulisan ini, maka saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan, agar
nantinya dapat lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 04 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang Masalah.........................................................................................................1
B. Rumusah Masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan...........................................................................................................3
B. Peran Pendidikan Politik dalam Masyarakat.........................................................................3
C. Sejarah Kurikulum di Indonesia............................................................................................5
D. Perubahan Kurikulum..........................................................................................................10
E. Sikap sekolah dan guru di dalam kurikulum Pendidikan....................................................12
BAB III PENUTUP....................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang


diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode
jenjang pendidikan.1Adapun penyusunan mata Pelajaran ini disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

Kurikulum di Indonesia sudah mengalami perkembangan sejak periode tahun


1947 hingga sampai akhir tahun 2012, adapun kurikulum yang dimaksud adalah
kurikulum periode 1947, kurikulum periode 1964, kurikulum periode 1968,
kurikulum periode 1973, kurikulum periode 1975, kurikulum periode 1984,
kurikulum periode 1994, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, dan kurikulum periode 2013.

Kurikulum menjadi bagian terpenting pendidikan. Searah dengan kemajuan


pendidikan yang terus meningkat pada semua jenis dan jenjang pendidikan di
Indonesia. Secara resmi, kurikulum sejak zaman Belanda sudah diterapkan di
sekolah, artinya kurikulum sudah diterapkan sejak saat penjajahan Belanda.0F 1
Kurikulum adalah alat yang digunakan untuk menggapai tujuan pendidikan dan
sebagai rujukan didalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum menunjukkan dasar
atau pandangan hidup suatu bangsa. Bentuk kehidupan yang akan digunakan oleh
bangsa tersebut akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan di negara tersebut.2

Kurikulum selalu ada perubahan dan penyempurnaan karena banyak faktor


yang mempengaruhinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara menyeluruh jika
negara tersebut sedang mengalami perubahan dari negara dijajah menjadi negara

1
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Lampiran IV Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang: Implementasi Kurikulum
Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum. Diakses pada tanggal 12 Agustus 2023.
2
Lismina, Pengembnagan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Ponorogo: Tim Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019), h. 1.

1
2

Merdeka.3 Opini masyarakat “ganti menteri ganti kurikulum” namun kenyataanya


bukan seperti itu. Kenyataraanya perubahan kurikulum adalah bentuk sebagai
pengaruh dari perubahan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional,
misalnya seperti Rencana Pelajaran 1950 merupakan konsekuensi lahirnya UU
Nomor 4 Tahun 1950 dan kurikulum 1994 merupakan konsekuensi dari lahirnya UU
Nomor 2 Tahun 1989.4

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, penulis tertarik untuk menulis karya


ilmiah yang akan dirinci lebih dalam di bab pembahasan, karena materi-materi diatas
akan saling terkait dengan dunia pendidikan, baik dari sikap guru dalam
membimbing peserta didiknya maupun menelusuri lintas sejarah kurikulum yang
berkembang di Indonesia.

B. Rumusah Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah mengenai Kurikulum Pendidikan di


Indonesia, maka yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Bagaimana peran pendidikan politik dalam masyarakat?
3. Bagaimana Gambaran dan ciri-ciri kurikulum pendidikan dalam lintasan
Sejarah?
4. Apa yang dimaksud dengan perubahan kurikulum?
5. Bagaimana sikap sekolah dan guru di dalam kurikulum pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, berikut tujuan pembahasan masalah:


1. Untuk menjelaskan pengertian pendidikan dan kepentingan politik praktis
2. Untuk menjelaskan gambaran dan ciri-ciri kurikulum pendidikan dalam lintasan
Sejarah
3. Untuk menjelaskan bongkar pasang kurikulum
4. Untuk menjelaskan sikap sekolah dan guru di dalam kurikulum pendidikan

3
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 251.
4
Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran, (Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 92.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian


manusia baik dibagian rohani atau dibagian jasmani. Ada juga para beberapa orang
ahli mengartikan pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah
laku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan melalui pengajaran
dan latihan. Dengan pendidikan kita bisa lebih dewasa karena pendidikan tersebut
memberikan dampak yang sangat positif bagi kita, dan juga pendidikan tersebut bisa
memberantas buta huruf dan akan memberikan keterampilan, kemampuan mental,
dan lain sebagainya. Seperti yang tertera didalam UU No.20 tahun 2003 Pendidikan
adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara. 5
Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

B. Peran Pendidikan Politik dalam Masyarakat

Pendidikan politik harus bisa berkembang dalam kebebasan di tengah


masyarakat sebagai gerakan kontra penuh humanisasi. Pendidikan politik juga harus
berisian ajaran untuk berani mendobrak banyak kepincangan di masyarakat yang
menimbulkan kesengsaraan pada rakyat, mengarah tingkat demokrasi sejati dan
demokrasi vital. Pendidikan politik juga mengembangkan daya kritis rakyat, di
samping menunjukan kemungkinan-kemungkinan untuk memfungsikan semua
5
Haryanto: dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para ahli, 2012. http://belajarpsikologi.
com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/. diakes pada tanggal 12 Agustus 2023.

3
lembaga politik dan kemasyarakatan secara lebih pragmatis dan lebih efisien. Lebih
singkatnya, Pendidikan politik harus bisa meningkatkan proses demokratisasi dari
masyarakat bangsa. Masyarakat harus memaksimalkan hak mereka dalam
berapresiasi, menyampaikan saran, dan pendapat serta bertanggung jawab atas apa
yang mereka lakukan dalam kehidupan berpolitik.

Pendidikan politik dalam bahasa pendidikan dinyatakan sebagai upaya belajar


dan latihan mensistematikkan aktivitas sosial, dan membangun kebijakan-kebijakan
terhadap sesama manusia di suatu wilayah negara. 6 Dimaksud sebagai upaya belajar
karena pendidikan politik perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar
masyarakat dapat terus menigkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang
selalu mengalami perkembangan. Bahkan bisa disebut orang yang telah belajar politik
kemudian berhenti belajar maka orang tersebut sudah tertinggal dari perkembangan
politik, karena politik terus berkembang. Kebijakan yang di maksud berupa :
pengembangan sportivitas, bertingkah laku baik, jujur, solider dan toleran terhadap
bangsa sendiri. Bersikap kooperatif dan praktis, mampu bekerjasama dalam
kelompok, jujur dan lain-lain. Pendidikan politik identik dengan pembentukan hati
nurani politik, yang di dalamnya secara implisit mencakup rasa tanggung jawab etnis
terhadap sesama warganegara. Dalam iklim demokrasi, rakyat diberi kesempatan
untuk memilih sendiri alternatif yang menguntungkan bagi dirinya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dengan mendapatkan pendidikan politik, massa
rakyat diharapkan bisa menjadi kreatif, kritis, mandiri dan partisipatif bila kepadanya
diberikan kesempatan untuk berperilaku demokratis. Oleh karena itu dia diajar untuk
bersikap jujur dan berani, serta sanggup mempertanggung jawabkan kejadian-
kejadian yang terjadi di negaranya, di samping ikut menentukan norma-norma yang
sepatutnya jadi panutan umum. Dengan mendapatkan pendidikan politik, masyarakat
diharapkan bisa menjadi kreatif, kritis, mandiri otonom, mantap dan partisipatif bila
kepadanya diberikan kesempatan untuk berperilaku demokratis. Orang yang telah
belajar politik kemudian berhenti belajar maka orang tersebut sudah tertinggal dari
perkembangan politik, karena politik terus berkembang. Kebijakan yang di maksud
berupa: pengembangan sportivitas, bertingkah laku baik, jujur, solider dan toleran
terhadap bangsa sendiri. Bersikap kooperatif dan praktis, mampu bekerjasama dalam
kelompok, jujur dan lain-lain. Pendidikan politik identik dengan pembentukan hati
6
Kartono, Kartini. 2009. Pendidikan Politik: Sebagai Bagian Pendidikan Orang Dewasa. Bandung:
Mandar Maju. h.28

4
nurani politik, yang di dalamnya secara implisit mencakup rasa tanggung jawab etnis
terhadap sesama warganegara.

C. Sejarah Kurikulum di Indonesia

1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah
dalam bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular
dibanding istilah “curriculum” (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih

5
6

bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.


Sedangkan asas pendidikan.

2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”

Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia


mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang
kemudian diberi nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan
sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar
satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode1991-1995).

3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”


Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan ditetapkan pada program Pancawardhana7, yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/ artistik, keprigelan, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca
wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.

4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk

7
Oemar Hamalik, Model-Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PPs Unversitas Pendidikan
indonesia (UPI), 2004),
7

membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi


kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur kurikulum
pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran
dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai
kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pelajaran pokok saja”. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di
setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 19758menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan
efisien. latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu," Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi: tujuan
instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik.
Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.

6. Kurikulum 1984
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Kurikulum 1984 mengusung
process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan
tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang
disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
8
Winarno Surakhmad. Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. (Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2009), h. 69.
8

sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut


Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Konsep
CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolahsekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang
terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini
ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan
antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan,
disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional
sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-
lain. Berbagai kepentingan kelompokkelompok masyarakat juga mendesak agar isu-
isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran
Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah
materi pelajaran saja.

8. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”


Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)9. Suatu program pendidikan
berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan
kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran. KBK
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa
baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning
outcomes) dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber

9
Wina Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005).
9

belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses
dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan
semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan
dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar
ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil
belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan
mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar
mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan
dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil
belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab
pertanyaan.

9. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”

Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006,
uji terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24
tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan,
lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004.
Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu
mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan
sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk
silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil
pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat
yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP
menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan
daerah dan wilayah setempat.

10. Kurikulum 2013

Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang


pernah diujicobakan pada tahun 2004 (curriculumbased competency). Kompetensi
dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan
10

berbagai ranah pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh


jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini
mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai
sekurang-kurangnya tingkkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan
pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai
tujuan sesuai dengan kemamapuan dan kecepatan belajar masing-masing.10
Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi
kurikulum, guru dituntut secara profesional merancang pembelajaran secara efektif
dan bermakna, mengorganisir pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran
yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara
efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.

D. Perubahan Kurikulum

1. Pengertian Perubahan Kurikulum


Secara akademis, kurikulum setidaknya mencakup empat komponen utama:
1) Tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai. 2) Pengetahuan, ilmu-ilmu, data-
data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman dari mana-mana. 3) Metode dan cara-cara
mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid untuk men-dorong mereka
kepada yang dikehendaki dan tujuan-tujuan yang dirancang. 4) Metode dan cara
penilaian yang digunakan dalam mengukur dan menilai hasil proses pendidikan
yang dirancang dalam kurikulum.11

10
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2013), h. 68.
11
Muhammedi, Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya Menemukan
Kurikulum Pendidikan Islam Yang Ideal. (Raudhah: Vol. 4, No. 1: Januari – Juni 2016, ISSN: 2338-2263. h. 50.
11

Kaitannya dengan perubahan kurikulum, Soetopo dan Soemanto (1991: 38)


menyatakan bahwa suatu kurikulum disebut mengalami perubahan bila terdapat
adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode
tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja.
Jenis-Jenis Perubahan Kurikulum Menurut Soetopo dan Soemanto (1991:
39-40), perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian-sebagian, tapi dapat pula
bersifat menyeluruh.

a. Perubahan sebagian-sebagian

Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tentu saja dari
kurikulum kita sebut perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam metode
mengajar saja, perubahan dalam itu saja, atau perubahan dalam sistem penilaian
saja, adalah merupakan contoh dari perubahan sebagian-sebagian. Dalam perubahan
sebagian-sebagian ini, dapat terjadi bahwa perubahan yang berlangsung pada
komponen tertentu sama sekali tidak berpengaruh terhadap komponen yang lain.
Sebagai contoh, penambahan satu atau lebih bidang studi kedalam suatu kurikulum
dapat saja terjadi tanpa membawa perubahan dalam cara (metode) mengajar atau
sistem penilaian dalam kurikulum tersebut.

b. Perubahan menyeluruh

Disamping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum dapat saja


terjadi secara menyeluruh artinya keseluruhan sistem dari kurikulum tersebut
mengalami perubahan mana tergambar baik di dalam tujuannya, isinya organisasi
dan strategi dan pelaksanaannya. Perubahan dari kurikulum1968 menjadi kurikulum
1975 dan 1976 lebih merupakan perubahan kurikulum secara menyeluruh. Demikian
pula kegiatan pengembangan kurikulum sekolah pembangunan mencerminkan pula
usaha perubahan kurikulum yang bersifat menyeluruh. Kurikulum 1975 dan 1976
misalnya, pengembangan, tujuan, isi, organisasi dan strategi pelaksanaan yang baru
dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum sebelumnya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kurikulum

Menurut Soetopo dan Soemanto (1991: 40-41), ada sejumlah faktor yang
dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara
dewasa ini, yaitu:
12

a) Bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis.
Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama
ini mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai
lagi dengan cita-cita nasional merdeka. Untuk itu, mereka mulai merencanakan
adanya perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan sistem
pendidikan yang ada.
b) Perkembangan IPTEK yang pesat sekali. Di satu pihak, perkembangan dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah menghasilkan
diketemukannya teori-teori yang lama. Di lain pihak, perkembangan di dalam
ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan di-
ketemukannya teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua
perkembangan di atas, dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan
dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
c) Pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia dengan bertambahnya penduduk,
maka makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal
ini menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan selama ini
dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat
memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga faktor di atas
itulah yang secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan
kurikulum yang kita alami dewasa ini. Perkembangan kuri kulum seperti spiral,
tidak sebagai lingkaran, jadi kita tidak kembali kepada yang lama, tetapi pada
suatu titik di atas yang lama.

E. Sikap sekolah dan guru di dalam kurikulum Pendidikan

Kualitas pendidikan dapat terukur dari pedoman kurikulum yang


terimplementasi dalam kegitan pendidikan. Kurikulum merupakan inti dari
bidang pendidikan, pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan
usaha untuk mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan
kurikulum di arahkan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep,
Masalah dan keterampilan pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan.
13

Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia,


maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat
berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan
nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan dan cara hidup
manusia indonesia, yakni Pancasila. Hal ini berarti bahwa pendidikan di
indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang
berpancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh
pendidikan di Indonesia.

1. Sikap sekolah dalam proses perkembangan kurikulum

Dalam Pengembangan panduan kurikulum yang efektif adalah proses


multi-langkah, berkelanjutan dan bersiklus. Proses berlangsung dari
mengevaluasi program yang ada, merancang program yang diperbaiki,
mengimplementasikan program baru, dan kembali mengevaluasi program yang
telah direvisi. Banyak sekolah melaksanakan proses ini secara terencana dan
sistematis yang mencakup tiga komponen yang dibahas di bagian berikut:12

a. Perencanaan
1) Membentuk komite pengembangan kurikulum
Komite semacam itu, terutama terdiri dari guru yang
mewakili berbagai sekolah dan tingkat kelas di suatu
kabupaten, administrator, anggota Masyarakat dan mungkin
siswa, menjadi kekuatan pendorong perubahan kurikulum
dan proses implementasi kurikulum jangka Panjang.
Sangatlah penting bahwa seorang ketua yang efektif.
Berpengetahuan dan dihormati memimpin komite tersebut
dan termasuk anggota yang berpengatahuan dan
berkomitmen yang secara bertahap menjadi “ahli” de facto
kabupaten selama fase pengembangan proses serta fase
implementasi.
12
Inge Yudia, et.al., Pengembangan Kurikulum, (Sumatera Utara: PT Mifandi Mandiri Digital, 2023),
h. 46.
14

2) Mengidentifikasi Isu dan Tren Utama di Area Konten


Spesifik
Langkah pertama dalam proses pengembangan kurikulum
melibatkan penelitian yang meninjau isu-isu terbaru dan
tren disiplin, baik di dalam kabupaten maupun di seluruh
negara. Penelitian ini memungkinkan komite kurikulum
untuk mengidentifikasi isu-isu kunci dan tren yang akan
mendukung penilaian kebutuhan yang harus dilakukan dan
filosofi yang harus dikembangkan
3) Menilai kebutuhan dan masalah
Pengembangan kurikulum harus dipandang sebagai suatu
proses dimana memenuhi kebutuhan siswa mengarah pada
peningkatan pembelajaran siswa. Terlepas dari teori atau
model yang diikuti, pengembangan kurikulum harus
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Informasi ini
harus mencakup hasil atau harapan yang diinginkan dari
program berkualitas tinggi, peran penilaian, status
pencapaian siswa saat ini dan konten program aktual.
Informasi juga harus mempertimbangkan keprihatinan dan
sikap guru, administrator orang tua dan siswa. Data harus
mencakup sampel penilaian, pelajaran dari guru, tugas, skor
tes standar negara, buku teks yang digunakan saat ini,
persepsi siswa dan umpan balik dari orang tua.

2. Sikap guru dalam proses perkembangan kurikulum


Aspek lain yang perlu juga dipertanyakan ialah apa peranan guru
dalam hubungannya dengan pembinaan kurikulum atau dalam hubungannya
dengan pembuatan kurikulum pendidikan guru. Dengan asumsi bahwa guru
(Lembaga pendidikan guru) bertugas melaksanakan pengajaran yang sebaik-
baiknya, maka dengan hal itu guru juga bertanggung jawab melaksanakan,
membina, dan mengembangkan kurikulum sekolahnya.
Maka dari itu, guru yang baik harus mampu membuat program
belajar mengajar yang baik serta menilai dan melakukan pengayaan terhadap
materi kurikulum yang telah digariskan. Diasumsikan bahwa guru yang baik
15

adalah guru yang mampu menciptakan pengajaran yang baik. Pengajaran


yang baik ialah pengajaran yang berhasil melalui proses pengajaran yang
efektif, (Hamalik, 2002:24)
Peran guru dalam pengembangan kurikulum diwujudkan dalam
bentuk-bentuk kegiatan berikut, diantaranya adalah:13
a. Merumuskan tujuan khusus pengajaran berdasarkan tujuan-tujuan
kurikulum diatasnya dan karakteristik pelajar, mata pelajaran/bidang
studi, dan karakteristik situasi kondisi sekolah/kelas.
b. Merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat secara efektif
membantu pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan.
c. Menerapkan rencana/program pembelajaran yang dirumuskan dalam
situasi pembelajaran yang nyata.
d. Mengevaluasi hasil dan proses belajar pada peserta didik.
e. Mengevaluasi interaksi antara komponen-komponen kurikulum yang
diimplementasikan.

Lima kegiatan tersebut merupakan peran dalam pengembangan


kurikulum yang bersifat sentralisasi. Sedangkan dalam pengembangan
kurikulum yang bersifat desentralisasi, peran guru lebih besar, yakni
mencakup pembangan keseluruhan komponen-komponen kurikulum dalam
perencanaan, mengimplementasikan kurikulum yang dikembangkan,
mengevaluasi impelementasi kurikulum, dan merevisi komponen-komponen
kurikulum yang kurang memadai, (Dimyati dan Mudjiono, 2013:288).

13
Rikha Rahmiyati Dhani, “Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum”, Jurnal Serunai
Administrasi Pendidikan, Vol. 9, No. 1, tahun 2020, h. 47.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian


manusia baik dibagian rohani atau dibagian jasmani. 14 Dengan pendidikan kita bisa
lebih dewasa karena pendidikan tersebut memberikan dampak yang sangat positif
bagi kita, dan juga pendidikan tersebut bisa memberantas buta huruf dan akan
memberikan keterampilan, kemampuan mental, dan lain sebagainya. Akan tetapi,
pendidikan tidak akan bisa terwujud dan terlaksana secara maksimal tanpa adanya
kontribusi kurikulum yang merupakan bentuk landasan dasar atau pandangan hidup
suatu bangsa.

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang


diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode
jenjang pendidikan.15 Selain itu, kurikulum selalu ada perubahan dan
penyempurnaan karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Berikut beberapa
lintas sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia, diantaranya: kurikulum periode
1947, kurikulum periode 1964, kurikulum periode 1968, kurikulum periode 1973,
kurikulum periode 1975, kurikulum periode 1984, kurikulum periode 1994,
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006, dan kurikulum periode 2013.

Kurikulum selalu ada perubahan dan penyempurnaan karena banyak faktor


yang mempengaruhinya. Kenyataraanya perubahan kurikulum adalah bentuk
sebagai pengaruh dari perubahan undang-undang tentang sistem pendidikan
nasional, misalnya seperti Rencana Pelajaran 1950 merupakan konsekuensi lahirnya
UU Nomor 4 Tahun 1950 dan kurikulum 1994 merupakan konsekuensi dari lahirnya
UU Nomor 2 Tahun 1989.16

14
Haryanto, 2012: dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para akhli http://belajarpsikologi.
com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/. diakes pada tanggal 12 Agustus 2023.
15
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum, diakses pada tanggal 12 Agustus 2023.
16
Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran, (Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 92.

16
17

Secara akademis, kurikulum setidaknya mencakup empat komponen utama:


1) Tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai. 2) Pengetahuan, ilmu-ilmu, data-
data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman dari mana-mana. 3) Metode dan cara-cara
mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid untuk men-dorong mereka
kepada yang dikehendaki dan tujuan-tujuan yang dirancang. 4) Metode dan cara
penilaian yang digunakan dalam mengukur dan menilai hasil proses pendidikan
yang dirancang dalam kurikulum.17

Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang


didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Hal ini berarti
bahwa pendidikan di indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia
yang berpancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh
pendidikan di Indonesia.

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar


menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik, maka dibutuhkan sikap
sekolah dan guru yang bisa menjalankan kurikulum itu dengan sebaik-baiknya.

B. Saran

Pemakalah menyarankan dalam mengimplementasikan kurikulum pendidikan


di Indonesia, dibutuhkan kontribusi seorang pendidik yang maksimal agar materi-
materi dan pembahasan-pembahasan setiap pembelajaran bisa diintegrasikan dengan
baik. Dan adapun perubahan-perubahan dalam kurikulum bukanlah menjadi hal yang
harus diperselisihkan, akan tetapi bisa menjadi acuan perubahan kurikulum yang lebih
baik dari sebelumnya.

17
Muhammedi, Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya Menemukan
Kurikulum Pendidikan Islam Yang Ideal. (Raudhah: Vol. 4, No. 1: Januari – Juni 2016, ISSN: 2338-2263. h. 50.
18
DAFTAR PUSTAKA

Dhani, Rikha Rahmiyati. “Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum”, Jurnal Serunai
Administrasi Pendidikan, Vol. 9, No. 1, tahun 2020.
Haryanto, 2012: dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para akhli
http://belajarpsikologi. com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/. diakes pada
tanggal 12 Agustus 2023.
________ 2012: dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para akhli
http://belajarpsikologi. com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/. diakes pada
tanggal 12 Agustus 2023.
Hamalik, Oemar. Model-Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PPs Unversitas
Pendidikan indonesia (UPI), 2004).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud. https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum, diakses pada tanggal 12
Agustus 2023.
Lismina, Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Ponorogo: Tim Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Lampiran IV Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun
2013 tentang: Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum. Diakses pada tanggal 12 Agustus 2023.
Muhammedi, Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya Menemukan
Kurikulum Pendidikan Islam Yang Ideal. (Raudhah: Vol. 4, No. 1: Januari – Juni
2016, ISSN: 2338-2263.
Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2013).
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006).
Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran, (Jakarta:
Remaja Rosdakarya, 2011).
_______ Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran, (Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2011).
Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005).
Surakhmad, Winarno. Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. (Jakarta: PT. Kompas
Media Nusantara, 2009).
Yudia, Inge, et.al., Pengembangan Kurikulum, (Sumatera Utara: PT Mifandi Mandiri
Digital, 2023).

19
20

Anda mungkin juga menyukai