Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH KOTA

“ Perkembangan Kota – kota Indonesia Pada Masa Islam “

Dosen Pengampu :

1. Drs . Zul’ Asri , M.Hum


2. Yelda Syafrina , MA

Kelompok 5
1. Melisa Aprilia Putri ( 19046180)
2. Mutiara Eka Alhadisti ( 19046034)
3. Syofi Faska Erfadini ( 19046132)
4. Wahyu Mustika Rani ( 19046063)

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur selalu kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda

Rasulullah SAW. Allhamdulillah pada kesempatan ini, kami dari kelompok 5 masih diberi rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Perkembangan

Kota – kota Indonesia pada masa Islam”.

Makalah ini telah kami susun sebaik mungkin dan berharap dapat berguna bagi yang

membaca, terutama untuk kami yang menyusunnya. Namun kami menyadari sepenuhnya bahwa

masih ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat

membangun kembali makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Padang, 18 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHAULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4

C. Tujuan .................................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kota-kota Indonesia Pada Masa Islam ....................................................... 5

B. Kota-kota pada Masa Islam di Indonesia

a. Kota Aceh .................................................................................................................. 6

b. Sumatera Barat ......................................................................................................... 6

c. Kota Gresik dan Demak ........................................................................................... 7

d. Mataram Islam ......................................................................................................... 7

e. Kota Pontianak .......................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 9

B. Saran ...................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kota pasti tumbuh dan berkembang dengan karakter yang dimilikinya sendiri, dan
orang akan berusaha untuk membentuk image terhadap kota tersebut. Perkembangan kota-kota
Indonesia ini dapat digeneralisasikan menjadi 4 tingkat atau tahap pembangunan kota, antara lain
Kota Indonesia Awal, Kota Indische, Kota Kolonial dan Kota Modern. Kota Indonesia awal ini
adalah kota -kota yang masih mempunyai struktur yang jelas mengenai aturan-aturan kosmologi dan
pola sosio kultural yang direfleksikannya. Kota – kota ini adalah kota-kota pada masa kerajaan baik
itu pada masa Hindu Budha maupun pada masa Islam . Kota – kota yang termasuk kedalam kota awal
indonesia memiliki ciri sebagai kota perdagangan dan kota pusat penyebaran agama.

Sebelum masuknya islam, masyarakat Indonesia telah menganut agama Hindu Budha
masuknya islam di Indonesia dipelopori oleh Pedagang– pedagang yang berasal dari Gujarat, India
dl . proses perkembangan islam di Indonesia tidak dilakukan secara kekerasan atau kekuatan militer
melainkan penyebaran islam di Indonesia dilakukan secara damai melalui berbagai jalur seperti
Perdagangan, Perkawinan, Pendidikan dll. Kedatangan Islam di Indonesia mampu membawa
Indonesia pada tahap kemajuan, banyak orang– orang Indonesia yang masuk Islam. Dengan
berkembangnya Islam , Kota Indonesia juga mengalami perkembangan hal ini dapat kita lihat dari
kota-kota yang berkembang pada masa Islam seperti: Aceh, Jawa, Padang, Kota Gresik , Kota
Demak, Pontianak dan Mataram Islam.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Perkembangan Kota-kota Indonesia pada Masa Islam ?
b. Bagaimana Perkembangan kota Aceh, Padang, Grgesik, Demak, Mataram Islam dan
Pontianak pada masa Islam ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Kota Indonesia pada masa Islam
b. Untuk Mengetahui beberapa kota Indonesia pada masa Islam

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Kota-kota Indonesia Pada Masa Islam

Setiap kota tumbuh dan berkembang dengan karakter yang dimilikinya sendiri, dan orang
akan berusaha untuk membentuk Image terhadap kota tersebut ( J.M.Nas, 1986 ). Karakter yang
dimiliki masing– masing kota dipengaruhi oleh kondisi geografis, ekonomi, sosial dan budaya
maupun politik di kota tersebut . Pembentukan karakter kota tergantung pada perkembangan factor-
faktor tersebut hingga akhirnya membentuk image kota. Perkembangan kota – kota di Indonesia dapat
dibedakan menjadi empat tingkatan atau tahapan pembengunan kota , antara lain kota awal Indonesia,
kota Indische, kota kolonial dan kota modern. Kota awal Indonesia adalah kota– kota yang masih
mempunyai struktur yang jelas mengenai aturan– aturan kosmologi dan pola sosial kultural. Kota
Indonesia awal mempunyai dua tipe, yaitu kota pedalaman dengan karakter tradisional da religius
dengan basis aktivitas pertanian dan kota pantai, yang berbasis pada kegiatan perdagangan.

Masuknya islam di Indonesia dipelopori oleh Pedagang – pedangan yang berasal dari Gujarat
India . Proses perkembangan Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai tanpa adanya
kekerasan. Islam di Indonesia di sebarkan melalui berbagai cara baik itu perdagangan , Pendidikan
dan perkawinan. Kedatangan Islam di Indonesia telah membawa kemajuan dan kecerdasan . Islam
telah banyak mengubah kehidupan sosial budaya dan tradisi kerohanian di masyarakat Indonesia
Dengan pengaruh ajaran Islam, Indonesia menjadi lebih maju dalam bidang perdagangan, serta
hubungan perdagangan Internasional semakin maju khusunya dengan bangsa Arab, Persia dan India.
ketika masuknya Islam, Indonesia masih bercorak kerajaan , namun kemudian kerajaan berubah nama
menjadi kesultanan. Kesultanan merupakan salah satu ciri dari Islam . Contohnya dapat kita lihat dari
Kerajaan Ternate yang merupakan kerajaan Hindu Budha, dengan masuknya islam berganti nama
menjadi Kesultanan Ternate . Letak geografis kota – kota pusat kerajaan islam pada saat itu umumnya
berada di pesisir dan muara sungai seperti Samudera Pasai , Pidie, Aceh , Demak , Banten Ternate
yang merupakan pusat kerajaan bercorak maritim.

2.2 Kota– Kota Indonesia Pada Masa Islam

a. Kota Aceh

Kota-kota perdagangan muncul sebagai suatu fenomena akibat hadirnya para pedagang
muslim ke wilayah Nusantara. Kota-kota dagang ini menjadi pusat perekonomian. Kota-kota ini juga
mendukung perkembangan agama Islam. Salah satu kota yang maju yang ada di wilayah Nusantara

5
adalah kota Banda Aceh. Banda Aceh Darussalam merupakan ibukota negara yang memiliki peranan
penting dalam perkembangan wilayah Aceh Darussalam.

Pada Kota Banda Aceh, terjadi berbagai perkembangan. Pada kota ini juga dilaksanakan
kegiatan ekonomi, politik, sosial, ilmu dan juga kebudayaan. Perkembangan ilmu pengetahuan juga
terjadi pada masa keemasaan Kota Banda Aceh Darussalam. Masa keemasan itu terjadi pada kisaran
abad 16-17 M. Pada masa itu, kota Banda Aceh Darussalam memiliki tiga pusat ilmu pengetahuan
yaitu Masjid Jami’ Baiturrahman, Masjid Baitur Rahim, dan Masjid Baitul Musyahadah. Selain
menjadi tempat ibadah, masjid ini juga digunakan sebagai lembaga perguruan tinggi atau universitas.

Banda Aceh Darussalam juga disebut sebagai kota Univeristas. Banda Aceh disebut seperti
itu karena memang ilmu pengetahuan berkembang disana. Bahkan memiliki tiga lembaga perguruan
tinggi. Oleh sebab itu, kota Banda Aceh Darussalam adalah kota strategis yang berkembang pada
masa itu.

b. Kota Sumatera Barat

Kota-kota di Sumatera Barat Minangkabau merupakan salah satu daerah penting dalam
sejarah Islam di Indonesia karena dari daerah inilah bermulanya penyebaran cita-cita pembaharuan
ke daerah-daerah lain. Pembaharuan yang terjadi di Minangkabau dimulai dengan adanya Gerakan
Paderi pada awal abad ke19 yang bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam. Pembaharuan
selanjutnya dilakukan oleh Kaum Muda pada awal abad ke-20, yang terutama dilakukan melalui
pembaharuan sistem pendidikan agama lewat lembaga Perguruan Sumatera Thawalib dan Diniyah
School di Padangpanjang (Noer, 1988). Meskipun jarang tercatat dalam buku sejarah, Kerajaan Islam
Pagarruyung di Minangkabau merupakan salah satu kerajaan yang sangat berpengaruh di Sumatera,
bahkan Marsden (1999), mengatakan bahwa wilayah kekuasaannya pernah meliputi seluruh
Sumatera.

Islamisasi di Minangkabau terutama melalui pengajaran yang diberikan dimasjid, surau, dan
rumah-rumah mengaji. Surau menjadi lembaga pembinaan kaum muda yang sangat efektif dalam
penyebaran Islam sampai ke wilayah pedalaman. Di samping belajar agama, di surau generasi muda
juga mempelajari adat istiadat Minangkabau, karena lembaga adat tidak mempunyai wahana
pengajaran. Menyatunya tempat pengajaran agama dan adat di surau menyebabkan adat dan agama
di Minangkabau tidak bisa dipisahkan.

Islam berkembang di Minangkabau bukan dengan paksaan, tetapi dengan cara damai. Karena
ajaran Hindu-Buddha tidak begitu kuat di Minangkabau, ajaran Islam dapat diterima dengan lebih

6
mudah di Minangkabau, sehingga setelah Islam masuk ajaran Hindu-Buddha menjadi hampir tak
berbekas, tidak seperti di Jawa yang masih sangat kuat pengaruhnya hingga hari ini. Terdapat dua
thariqat utama di Minangkabau di awal perkembangannya, yaitu Thariqat Syattariyah dan
Naqsabandiyah. Thariqat Syattariyah berpusat di Ulakan yang diajarkan oleh Syekh Burhanuddin
yang menerimanya dari Syekh Abdurrauf di Aceh, yang menerimanya pula dari Syekh Ahmad
Qusyasyi di Madinah. Thariqat Naqsabandiyah berpusat di Cangking dengan pemimpinnya Tuanku
Nan Tuo.

c. Kota Gresik dan Demak

Kota Gresik dan Demak termasuk dalam tahap perkembangan kota Indonesia awal yang
benar-benar dipengaruhi oleh dua kerajaan besar yang cukup berpengaruh di Nusantara, yakni
Kerajaan Majapahit untuk kota Gresik dan Kerajaan Demak untuk kota demak . Kota Gresik ini
adalah salah satu kota pelabuhan dan perdagangan yang cukup berkembang pada zaman Majapahit .
kondisi wilayah yang berupa pantai yang aman untuk berlabuh menjadikan salah satu pelabuhan
bagi kerajaan besar seperti Majapahit. Lahirnya Demak tidak terlepas dari kedatangan islam di pesisir
Jawa . Kehadiran dan penyebaran Islam di tanah Jawa dibawa oleh para pedagangan maupun mubalig
muslim. Sebelum Demak lahir sebagai kerajaan Islam , Gresik telah menjadi pusat penyebaran agama
Islam . Dari gresik inilah, kemudian para penyebar agama islam bergerak ke demak. Berdasarkan
Catatan Tome Pires menyebutkan bahwa pimipinan Demak berasal dari Kota Gresik . Kota Gresik
dan kota Demak berkembang di pengaruhi oleh pengaruh pelabuhan atau perdagangan, dan
penyebaran agama islam yang akan membentu pola marfologi sendiri.

d. Mataram Islam

Pusat Kerajaan Mataram Islam diawali ketika terjadi perpindahan Keraton Pajang ke
Kotagede sekitar tahun 1587. Tata ruang negara Jawa pada masa Kerajaan Mataram Islam dibagi ke
dalam sistem lingkaran yang terdapat empat radius yang berbeda secara hirarkis. Raja mempunyai
kedudukan sebagai pusat sistem. Raja juga identik dengan keraton. Keraton merupakan salah satu
unsur yang ada pada Kota Mataram Islam.

Pada masa Kerajaan Mataram Islam terdapat unsur-unsur kota tradisional di dalamnya.
Unsur-unsur kota tradisional tersebut adalah seperti adanya masjid, alun-alun, keraton, pasar, dan
sejumlah pemukiman abdi dalem. Kerajaan Mataram Islam pernah berada di Pajang, lalu berakhir di
Surakarta dan Yogyakarta. Perpindahan kota Kerajaan Mataram Islam ini memperlihatkan terjadinya
pergeseran struktur kota.

7
e. Kota Pontianak

Berdirinya Kota Pontianak yang peletak dasarnya adalah Sultan Syarif Abdurrahman
Alkadrie, yang didirikan pada tanggal 23 Oktober 1771 Miladiah (14 Rajab 1185 H) yang terletak di
Kampung Dalam Bugis atau persimpangan tiga alur sungai yakni Sungai Kapuas Besar, Sungai
Kapuas Kecil dan Sungai Landak. Satu hal yang perlu dicatat landasan yang sangat mendasar
berdirinya Kota Pontianak yakni berdasarkan keimanan dan ketuhanan. Sebelum dibangunnya
keraton atau tempat tinggal oleh Syarif Abdurrahman, dibangun terlebih dahulu sebuah masjid
(Masjid Jami’) dan pada saat itu Syarif Abdurrahman cukup dikenal terutama daerah pesisir di
Indonesia seperti Sumatera Selatan, Riau Kepulauan (Tambelan, Serasan, Terempak, Midai, Ranai,
Letung), Sulawesi Selatan dan Banjarmasin, karena Abdurrahman seorang pelaut ulung yang sering
singgah di daerah-daerah. Bersama orang dari daerah-daerah ini membangun Kota Pontianak (H.
Mirza, 1997).

Mereka para pendatang pada umumnya beragama Islam dan bekerja sebagai nelayan dan
pedagang dengan tujuan yang sama ingin mencari keuntungan. Dari pendatang berbagai daerah
tersebut antara suku yang satu dengan suku yang lain dan latar belakang yang berbeda, tetapi karena
mempunyai tujuan yang sama sudah tentu mudah untuk mereka membaur menjadi satu kesatuan
sehingga terciptalah suatu budaya baru yang berakar dari budaya masing-masing yang bercorak
Islam.

Perpaduan budaya masing-masing yang bercorak Islam akan menghasilkan suatu masyarakat
yang terbuka dan netral yaitu masyarakat Melayu. Seni bangunan Islam yang meliputi bangunan
masjid, bentuk makam, tetapi masjid-masjid asli di Kalimantan Barat ini beratap tumpang
(bertingkat) dan pada puncaknya diberi tempayan. Begitu juga halnya dengan surau atau langgar di
daerah Kalimantan Barat. Seni pahat dan kaligrafi berkembang pesat, pada masa itu rumah diukir,
kuburan diukir dengan tulisan Arab, bahkan ada kuburan yang memakai ukiran kerawang (tembus).
Pada umumnya pola dasar budaya setempat yang tradisional tetap kuat, sehingga terdapat suatu
perpaduan seni tradisional dengan budaya Islam. Sebagai contoh bahwa menurut Hadist dilarang
melukis makhluk hidup, orang lalu melukis binatang yang disamarkan dengan tulisan Arab.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan kota-kota telah berkembang di Indonesia sejak dahulu. Salah satunya adalah
perkembangan kota-kota di berbagai wilayah di Nusantara pada masa Islam di Indonesia. Contohnya
saja adalah perkembangan kota Demak dan Gresik, Kota Banda Aceh, dan Kota Mataram Islam.
Kota-kota ini memiliki perkembangan dan kemajuannya masing-masing. Hal ini menjelaskan bahwa
banyak kota-kota besar yang telah tumbuh dan berkembang pada masa Islam di Indonesia.

B. SARAN

Demikianlah makalah ini Kami buat, Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna untuk itu, Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar Kami dapat
memperbaiki kesalahan tersebut untuk penulisan makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Mahardini, Sevina. Studi Komparatif Pola Morfologi Kota Gresik Dan Kota Demak
Sebagai Kota Perdagangan Dan Kota Pusat Penyebaran Agama Islam . Skripsi. Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kotaa Fakultas Teknik Universitas Diponegoro : Semarang 2004.

Junianto. Konsep Mancapat-Mancalima Dalam Struktur Kota Kerajaan Mataram Islam.


MINTAKAT Jurnal Arsitektur Volume 20 Nomor 2, September 2019.

Widya Carnila. Pendidikan Islam Pada Masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Daya, Burhanuddin. 1995. Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam Kasus Sumatera


Thawalib. PT Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta. Hamka. 1976. Sejarah Ummat Islam IV. Bulan
Bintang. Jakarta.

Abu Bakar Aceh. 1982. Sekitar Masuknya Islam ke Indonesia. Ramadhani : Semarang

Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius

10

Anda mungkin juga menyukai