Anda di halaman 1dari 15

PENGESAHAN

Karya tulis ini telah disetujui oleh guru mata pelajaran


Bahasa Indonesia selaku pembimbing dalam penyusunan
karya tulis ini.

HARI :
TANGGAL:

Pembimbing bahasa Wali kelas

Aris setyarini,M.pd Rr.Gita khasanawati,S.pd


NIP:19720320 200701 2 006 NIP:19700416 200604 2 005

Nuryanto,S.pd.M.pd
NIP:19640714 198501 1 003
MOTTO
 Generasi yang hebat adalah generasi yang berpendidikan.
 Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.
 Rajin pangkal pandai.
 Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit.
 Tiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak.
 Keluarga adalah pendidikan pertama bagi seorang anak.
 Mencari ilmu hukumnya wajib bagi semua yang mampu.
 Pendidikan bermutu merupakan syarat mutlak bangsa yang besar.
 Gapailah mimpimu dan buat keluargamu bangga.
 Jangan malas belajar, demi masa depan yang lebih baik.
 Berangkatlah ke sekolah setiap pagi demi impian yang dinanti.
 Jangan sia-siakan masa sekolah, dapatkan ilmu sebanyak-banyaknya.
 Usaha tidak akan mengkhianati hasil, belajarlah demi mendapat nilai
Pengetahuan adalah harta berharga bagi yang mau mencarinya.
 bagus.
 Murid-murid di sekolah adalah generasi penerus bangsa.
 Ayo semangat belajar! Demi masa depan yang lebih baik!
 Pendidikan yang berkualitas menjadi fondasi penting kesuksesan
sebuah negara.
 Kesuksesan membutuhkan usaha yang keras dan pendidikan yang
berkualitas.
 Ilmu yang baik akan menjadi penerang dan memandumu untuk
mencapai impianmu.
 Pengalaman adalah guru terbaik.
 Orang bijak adalah orang yang memiliki banyak wawasan.
 Hormati gurumu yang mendidik dan memberi ilmu padamu.
 Jadikanlah ilmu sebagai bekalmu dan jadikanlah guru sebagai
pemandumu.
 Belajar yang giat demi masa depan yang hebat.
 Pendidikan bukanlah sesuatu yang dihadiahi tetapi sesuatu yang
harus diraih.
 Impian tanpa pendidikan bagai rumah tanpa tiang.
 Mencari ilmu bukan hanya di sekolah, tapi dapat dicari dimana saja.
 Guru hanya membuka pintu kesuksesan, tiap orang yang harus
menentukan nasibnya masing-masing.
 Pendidikan memberikan secercah harapan bagi kehidupan.
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita
semua sehingga dalam penulisan karya tulis ini dapat terselesaikan
dengan baik.

Karya tulis ilmiah yang berjudul “STUDY TOUR JAKARTA


BANDUNG” ini kami susun sebagai tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SMP NEGERI 1 KRADENAN tahun pelajaran 2019/2020.

Karya tulis ini kami persembahkan kepada:


1. Bapak Nuryanto S.pd.M.pd selaku kepala sekolah SMP
NEGERI 1 KRADENAN.
2. Ibu Aris setyarini M.pd selaku guru Bahasa Indonesia
sekaligus pembimbing karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Gita khasanawati selaku wali kelas 8i yang
memberikan motivasi dalam penulisan karya ini.
4. Bapak ibu guru serta karyawan Tata Usaha.

Semoga karya tulis ini dapat berguna dan memberi


cakrawala semua pihak di bidang pariwisata Jakarta
Bandung.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia di SMP NEGERI 1 KRADENAN tahun
pelajaran 2019/2020 yang berjudul “STUDY TOUR JAKARTA
BANDUNG”

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak/ibu yang telah membantu


kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna


baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya ini.

Semoga laporan “STUDY TOUR JAKARTA BANDUNG” ini bisa


menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Akhir kata kami berharap semoga karya tulis ilmiah yang berjudul
“STUDY TOUR JAKARTA BANDUNG” ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Kradenan, November 2019

penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................i

HALAMAN PENGESAHAN..................................ii

MOTTO.............................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN................................IV

KATA PENGANTAR.............................................V

DAFTAR ISI.........................................................VI

BAB I: PENDAHULUAN

a) Alasan pemilihan judul


b) Tujuan penyusunan karya tulis
c) Metode penyimpulan data
d) Sistematika penulisan

BAB II: ISI

a) Monumen Nasional
b) Gelombang Samudra Ancol (GSA)
c) Dunia Fantasi (DUFAN)
d) Sea World
e) Monumen Pancasila Sakti
f) Cibaduyut
BAB III: PENUTUP

a) Simpulan
b) Saran
BAB I
PENDAHULUAN

a) Alasan pemilihan judul


Judul yang tepat dapat memberi gambaran isi keseluruhan
tulisan,sehingga judul yang menarik membuat pembaca ingin
mengetahui isinya.Maka dalam tulis ini dianjukan judul “STUDY
TOUR JAKARTA BANDUNG”.
Ada beberapa alasan dipilihnya judul tersebut yaitu:
1. Study Jakarta Bandung merupakan tujuan wisata yang
dituju dan wisata yang tak dilupakan
2. Kita dapat memperoleh gambaran perjuangan
kemerdekaan Bangsa Indonesia dan pengorbanan para
pahlawan dalam menegakkan pancasila sebagai dasar
Republik Indonesia.

b)Tujuan menulis karya


Agar penyusunan karya tulis tersusun rapi.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini yaitu:

1. Untuk mendapatkan wawasan pengetahuan,serta


pengalaman tentang bangunan bersejarah bagi Bangsa
Indonesia.
2. Untuk memperoleh pengetahuan dan wawasan tempat
wisata yang ada di kawasan Jakarta Bandung.
3. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
c) Metode penyimpulan data
Metode yang digunakan untuk menyimpulkan data dalam
penyusunan karya tulis yaitu:
1. Metode observasi
Metode observasi yaitu menyimpulkan data dengan
menggunakan penelitian atau pengalaman secara
langsung.
2. Metode pustaka
Metode pustaka yaitu metode dalam penyusunan karya
tulis dengan cara membaca buku.

d)Sistematika penulisan
sistematika penulisan merupakan susunan atau urutan penulisan
dalam menyususun karya tulis ilmiah pendahuluan,isi,dan penutup.

BAB I berisi tentang alasan pemilihah judul,tujuan


penyusunan karya tulis,metode penyimpulan
data,sistematika penulisan.
BAB II
ISI
A. Monumen Nasional
Sejarah
Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah
sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950, menyusul pengakuan
kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden
Sukarno mulai merencanakan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara
dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan Tugu
Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada
masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat
patriotisme generasi penerus bangsa.
Pada tanggal 17 Agustus 1954, sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara
perancangan Monumen Nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang
masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi
kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia
dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada
tahun 1960 tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua
juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno.
Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu
berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan
tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga
biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih
kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih
kecil dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik.
Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu.
Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17
Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan
monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80
hektare. Tugu ini diarsiteki oleh Frederich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai
dibangun 17 Agustus 1961.
Pembangunan

Soekarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.

Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 -


1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17
Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama.
Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi
ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi
rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada
bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada
bulan Agustus 1963.
Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat
terjadinya Gerakan 30 September sehingga tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir
berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum
sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain
kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum
dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.
 Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka.
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan
Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di
sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat
berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi
menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
Rancang Bangun Monumen

Monumen Nasional dalam tahap pembangunan.

Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang
abadi; Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang
melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta
melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni
yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta
melambangkan malam hari. Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan
kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu
bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "Lesung", alat
penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia.
Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa
Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi 17
meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai
bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas.
Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang
menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh
pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsul Jenderal Kehormatan,
Dr. Mario, di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara
dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m
di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu
Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke
permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat
relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui
pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau
lift menuju pelataran puncak monumen.
Relief Sejarah Indonesia

Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan Gajah Mada dan sejarah Majapahit

Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang
menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan
mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari
dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut
tenggara, barat daya, dan barat laut.
Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat
Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern
yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda,
Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul
Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa
pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan
kerangka pipa atau logam, namun beberapa patung dan arca tampak tak terawat dan rusak
akibat hujan serta cuaca tropis.

Museum Sejarah Nasional


Pelajar memperhatikan diorama sejarah Indonesia

Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah,


terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan
nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500
orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya
dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan
sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula
dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah
Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno
seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul
perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah
Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia
awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga
masa Orde Baru pada masa pemerintahan Suharto.

Ruang Kemerdekaan

Ruang kemerdekaan

Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk


amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara
dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik
Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan
dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta
kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah
putih, dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang
tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan
dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia
disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat
dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang
melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini
terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu
ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka
seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman
suara Sukarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945.
Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia
terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan
naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang
paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh,
bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan
kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan

Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari
ketinggian

Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju


pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan
tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat
menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta
lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari
besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan
seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke
selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat,
arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu
perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api
atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian
yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia
yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas
seberat 35 kilogram], akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun)
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga
mencapai berat 50 kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung
Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang
menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa.
Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter
dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari
pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan
dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar
cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar
cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter,
semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI
 (17-8-1945).
Sebanyak 28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan
dari Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang
terkaya di Indonesia.]

B. Gelombang Samudra Ancol(GSA)

Sejarah
Sejak awal berdirinya pada tahun 1966, Ancol Taman Impian atau biasa disebut Ancol sudah
ditujukan sebagai sebuah kawasan wisata terpadu oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, Pemda DKI menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai Badan
Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan
peningkatan perekonomian nasional serta daya beli masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan perusahaan yang semakin meningkat, pada tahun 1992, status
Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol diubah menjadi PT Pembangunan Jaya
Ancol sesuai dengan akta perubahan No. 33 Tanggal 10 Juli 1992 sehingga terjadi perubahan
kepemilikan dan prosentase kepemilikan saham, yakni 20% dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya
dan 80% dimiliki oleh Pemda DKI Jakarta.
Pada 2 Juli 2004, Ancol melakukan “go public” dan mengganti statusnya menjadi PT
Pembangunan Jaya Ancol Tbk., dengan kepemilikan saham 72% oleh Pemda DKI Jakarta, 18%
oleh PT Pembangunan Jaya, dan 10% oleh masyarakat. Langkah “go public” ini dilakukan untuk
lebih meningkatkan kinerja perusahaan, karena akan lebih terkontrol, terukur, efisien dan efektif
dengan tingkat profesionalisme yang tinggi serta menciptakan sebuah Good & Clean
Governance. Kinerja dan citra yang positif ini akan menjadikan perusahaan terus tumbuh dan
berkembang secara sehat pada masa depan.
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. juga melakukan upaya repositioning dengan diluncurkannya
logo baru Ancol pada 10 Juli 2005. Perubahan tersebut tidak semata mengganti logo
perusahaan, tetapi juga untuk memacu semangat dan budaya perusahaan secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai