OLEH :
KELOMPOK 2
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada, Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Geografi
Transport dan Permukiman Makalah (Tugas Rutin). Selama penyusunan makalah ini,
penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari
bahwa baik isi maupun teknik penyajian tulisan masih jauh dari sempurna, maka dari itu
penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberi tanggapan berupa kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu penulisan selanjutnya.
Akhir kata semoga tugas makalah ini bermanfaat untuk kalangan umum maupun
pendidikan.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Manfaat..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. . Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Terbentuknya Permukiman ?
2. Bagaimana Perkembangan Permukiman ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Proses Terbentuknya Permukiman
2. Mengetahui Perkembangan Permukiman
3
BAB II
PEMBAHASAN
C. Kota Dan Pemukiman Pada Masa Pemerintahan Hindia Timur S/D Berdaulat
Pada awal perang kemerdekaan, setelah jepang dikatakan kalah oleh sekutu pada tahun 1945,
banyak kota kota besar yang dibakar dan ditinggalkan oleh penduduknya mengunsi ke kota
kota kecil. Pembangunan pada awal pengakuan kedaulatan tidak banyak dilakukan.
Untuk merehabilitasi kerusakan kerusakan yang terjadi akibat perang, Belanda
mengeluarkan Stads Vormings Ordonansi pada tahun 1948 dan Stads Vormings Verorderning
sebagai peraturan pelaksanaannya. Belanda mulai mempersiapakan pembangunan kota baru
di kebayoran sebelah selatan Jakarta, untuk tempat tinggal para pegawai dan menampung
pertumbuhan penduduk Jakarta. Namun kota tersebut belum sempat dibangun karena adanya
penyerahan kedaulatan pada tahun 1949. Pembangunan kota ini baru dilakukan pemerintah
Indonesia pada awal tahun lima puluhan.
4
D. Kota Pemukiman Pada Masa Kemerdekaan
*Terjadinya pemberontakan di beberapa daerah di Jawa, Sulawesi, Sumatra dan Maluku
*Perumahan yang teratur dibangun oleh Pemerintah bagi para pegawai negeri yang terus
bertambah atau oleh perusahaan perusahaan besar untuk karyawannya.
*Penduduk asli kota yang memiliki tanah yang luas membangun rumah rumah petak
kontrakan untuk pendatang baru.
*Selain kebayoran baru, banyak lagi kota kota baru lainnya yang dibangun, baik dari lokasi
maupun dari perluasan kota kecil yang sudah ada sebelumnya.
*Pada awal tahun 1970an pihak swasta mulai membangun perumahan yang direncanakan
dengan baik , namun baru terbatas kepada bangunan bangunan mewah (PONDOK INDAH).
*Rumah susun sebagai solusi kebutuhan perumahan daerah perkotaan yang lahannya terbatas
jumlahnya masih sedikit (semula dibangun pemerintah untuk pegawai), awal 1980an baru
muncul rusun sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
*Rusun yang dibangun untuk masyarakat berpenghasilan tinggi dibangun oleh swasta di awal
tahun 1990 an.
A. Masa Prasejarah
Sejarah pemukiman dimulai dari elemen inti yang paling kecil yaitu rumah. Pada masa
prasejarah rumah merupakan :
*tempat untuk menyelamatkan diri dari bahaya (binatang, manusia, alam dan cuaca).
*tempat menetap sementara dan selalu berpindah pindah (nomaden) berdasarkan migarsi
hewan buruan dan panen bahan makanan (manusia mengumpulkan bahan makanan dari alam.
*bentuk hunian masih berupa goad dan pohon.
*perkembangan selanjutnya manusia mulai membuat hunian sendiri dengan memanfaatkan
kulit hewan dan kayu yang diberi rangka yang mudah dibongkar pasang.
*selain itu rumah dibuat dengan menggali tanah dan atap dari kulit hewan.
*pola hidup dari pengumpul bahan makanan berkembang menjadi petani dan peternak.
5
C. Masa Abad Pertengahan (Medieval)
Pada masa medieval, perdagangan hasil pertanian menciptakan kota kota kecil yang memiliki
banteng. Bentuk baru dari rumah adalah berbentuk 2 lantai dimana lantai 1 merupakan
tempat untuk usaha dan di lantai atasnya untuk tempat tinggal. Orientasi rumah menghadap
ke jalan, bukan lagi ke bagian dalam. Pertumbuhan kota membuat masyarakat membangun
rumah yang saling berdempetan. Rumah sangat bergantung pada cahaya dan sirkulasi udara
dari muka dan dari belakang rumah. Pada akhir masa pertengahan (abad 19) tercipta
prototype rumah yang dipakai oleh keluarga tunggal yaitu rumah deret.
D. Masa Renaissance
Kaum bangsawan mulai membuat rumah dengan satu fungsi yang menjadi karakter rumah di
masa modern, dengan terpisahnya tempat kerja dengan rumah. Tampilan rumah pada masa
itu adalah jendela kaca yang besar dan pemakaian fasade yang seragam berbentuk hiasan
garis garis lurus, jendela dan pintu.
E. Masa Industrialisasi
* Ekonomi berdasarkan manufaktur dan pergerakan yang dinamis.
* Pemisahan rumah dan tempat kerja merata pada semua lapisan masyarakat.
* Pertumbuhan daerah bisnis di tengah kota mebuat daerah perumahan tergeser ke arah luar
kota, sehingga menyebabkan terjadinya variasi tempat tinggal.
* Perkembangan teknologi membawa pengaruh pesat pada bentuk dan lokasi rumah.
F. Masa Modern
Perumahan di masa modern merupakan produk dari perkembangan pemukiman pada masa
sebelumnya. Adanya keseragaman bentuk rumah (rumah bermassa tunggal, rumah deret,
apartemen). Adanya beberapa orientasi baik ke jalan maupun ke taman dalam. Fungsi rumah
bervariasi baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
B. Perkembangan Permukiman
Kota-kota di Nusantara dikenal dengan sebutan kota pesisir atau kota sungai, kemudian
berkembang kota-kota baru di kawasan daratan. Kota sungai memiliki keunikan dibanding
kota daratan, sehingga ini merupakan potensi yang bisa dikembangkan dalam pembentukan
citra suatu kota.
Permukiman sebagai bagian dari lingkungan binaan manusia, merupakan bentuk tatanan
kehidupan yang didalamnya mengandung unsur fisik spasial (sebagai wadah aktivitas
manusia) dan unsur non-fisik dalam bentuk tata nilai (value of socio-culture) serta akumulasi
aktivitas manusia. Rumah sebagai hasil bentukan arsitektur mencakup dua dimensi, yaitu:
dimensi fisik spasial dan dimensi sosial-budaya masyarakat (Rapoport, 1969).
Permukiman di Indonesia sebagai lingkungan binaan manusia, proses dan komponen
penyusunannya tidak dapat lepas dari masalah kondisi sosial budaya masyarakatnya, karena
pada hakikatnya wujud fisik rumah sebagai lingkungan binaan merupakan manifestasi
kehidupan non-fisik yang terakumulasi dari waktu ke waktu. Permukiman sebagai hasil
6
perwujudan fisik kebudayaan merupakan hasil dari kompleks gagasan dan menjadi satu
kesatuan sistem budaya yang tercermin pada kompleks aktivitas berpola dalam suatu
keseluruhan sistem sosial masyarakat disebut “kebudayaan fisik” (Physical
culture: Koentjaraningrat; 1979).
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kota sejak awal abad ke-20 ini telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat dengan kompleksitas elemen dan permasalahan perkotaan yang muncul.
Kota tidak sesederhana pada waktu dulu lagi. Kompleksitas dalam berbagai bidang
memerlukan metode dan pisau analisa yang bisa menelusuri dan mengungkapkan
bagian-bagian atau strukturnya hingga pada yang terkecil, dan juga menampilkan
makna dibalik apa yang mudah terlihat karenanya tuntutannya bisa berupa
menghadirkan relasi struktural yang kadang rumit. Salah satu perhatian saya disini
adalah untuk mencoba memberi perhatian pada persoalan perkotaan dan masyakatnya
yang semakin kompleks dengan masuk melalui konsep modernitas. Modern,
modernisasi, modernism, dan juga modernitas adalah konsep sejarah yang menjadi
alat baca dalam mengurai kompleksitas itu dalam rentang waktu yang ada. Makna
modernitas ini merupakan usaha untuk menjelaskan lebih beragam atas kenyataan
sejarah perkotaan di Indonesia.
B. Saran
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya.
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan ke depannya.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://andrianyusmanfkm.blogspot.com/2015/03/sejarah-pertumbuhan-pemukiman.html
http://hamidah76.blogspot.com/2013/04/bab-ii-sejarahdan-perkembangan.html