Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Suku Budaya Lampung”


Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bahasa Lampung
Dosen Pengampu : Rika Dartiara,M.Pd.

Disusun olehkelompok 1

1. Anif Novita Sari (2001031001 )


2. Della Ariyanti (2001031005)
3. Dewi Anita (2001031009)
4. Muhammad Zidan (2001031021)
5. Nailatuz Zumaro (2001031002)
6. Septa Arani (2001030031)
7. Lelly Nurhasanah (2001030015)

KELAS B
SEMESTER III

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN AKADEMI 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Suku Budaya Lampung“. Sholawat serta
salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di yaumul akhir kelak. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada : Ibu Rika Dartiara, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Bahasa Lampung sebagai dosen
pengampu.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang akan datang

Metro, 2 November 2021

Pemakalah

Kelompok1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................ii


DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................3
A. Sejarah Lampung................................................................................3
B. Falsafah Orang Lampung....................................................................4
C. Letak Geografis Orang Lampung.......................................................7
D. Asal Usul Orang Lampung.................................................................7
E. Gelar Adat Orang Lampung................................................................8
F. Hakikat Gelar Adat Masyarakat Lampung.........................................9
BAB III .......................................................................................................11
A. Kesimpulan......................................................................................11
B. Saran ...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas,pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan
menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi kerangka landasan
bagi terwujudnya kelakuan.1
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Disebutkan ada
tujuh unsure-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa, ketujuh
unsure yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dinia adalah :
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Sistem Organisasi Sosial
4. Sistem peralatan hidup dan tekonologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi.
7. Kesenian.2

1
Soekanto, Sosiologi, Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali Press, 1990), hlm.238.
2
Koencaraningrat, Sosiologi,Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali Press, 1990),238
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah daerah Lampung ?
2. Apasaja falsafah hidup masyarakat lampung ?
3. Bagaimana letak geografis daerah lampung ?
4. Bagaimana asal usul suku yang ada di lampung ?
5. Apa saja gelar adat yang ada di lampung ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya daerah lampung
2. Untuk mengetahui apasaja falsafah hidup masyarakat lampung
3. Untuk mengetahui bagaimana keadaan geografis daerah lampung
4. Untuk mengetahui bagaimana asal usul suku yang ada di daerah lampung
5. Untuk mengetahui apasaja gelar adat yang ada di lampung.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Lampung
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 31964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14
tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Karesidenan yang tergabung
dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964 tersebut secara
administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan, namun daerah ini
jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar
serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khasanah adat budaya di
Nusantara yang tercinta ini. Oleh karena itu pada zaman VOC daerah Lampung tidak
terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
Tatkala Banten dibawah pimpinan Sultan Agung Tirtayasa (1651-1683) Banten
berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa,
Sumatra dan Maluku. Sultan Agung ini dalam upaya meluaskan wilayah kekuasaan
Banten mendapat hambatan karena dihalang-halangi VOC yang bercokol di Batavia.
Putra Sultan Agung Tirtayasa yang bernama Sultan Haji diserahi tugas untuk
menggantikan kedudukan mahkota kesultanan Banten.
Dalam pada itu rakyat dipedalaman tetap melakukan perlawanan, "Jalan Halus"
dari Belanda dengan memberikan hadiah-hadiah kepada pemimpin-pemimpin
perlawanan rakyat Lampung ternyata tidak membawa hasil. Belanda tetap merasa tidak
aman, sehingga Belanda membentuk tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang
Lampung sendiri untuk melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di daerah
Telukbetung dan sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba
Kusuma sendiri yang bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya
Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang khusus
didatangkan dari Batavia.
Sejak itu Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di daerah Lampung.
Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan
kelapa sawit. Untuk kepentingan-kepentingan pengangkutan hasil-hasil
perkebunan itu maka tahun 1913 dibangun jalan kereta api dari Telukbetung menuju
Palembang.
Hingga menjelang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan periode
perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan ikut terlibat dan merasakan
betapa pahitnya perjuangan melawan penindasan penjajah yang silih berganti. Sehingga
pada akhirnya sebagai mana dikemukakan pada awal uraian ini pada tahun 1964
Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi Lampung.3

B. Falsafah Orang Lampung


Warisan budaya masyarakat Lampung salah satunya adalah budaya Piil
Pesenggiri yang merupakan falsafah hidup masyarakat Lampung. Fachruddin dan
Haryadi (1996:3) menjelaskan bahwa, budaya daerah Lampung yang dapat mendukung
pancasila adalah pandangan atau falsafah hidup masyarakat Lampung, yang dikenal
dengan falsafah Piil Pesenggiri. Falsafah Piil Pesinggiri adalah butirbutir falsafah yang
bersumber dari kitab-kitab adat yang dianut oleh masyarakat Lampung. Budaya
masyarakat Lampung yang sangat diwarnai oleh prinsip-prinsip falsafah Piil Pesenggiri
yang terdiri dari :
1. Piil Pesenggiri (Prinsip Kehormatan),
Pi’il senggiri adalah prinsip yang mengedepankan harga diri dalam berperilaku
untuk menegakkan nama baik dan martabat pribadi maupun kelompoknya.
2. Bejuluk adek (Prinsip Keberhasilan),
Bejuluk beadek adalah pemberian gelar kepada masyarakat Lampung yang
didasarkan pada tata ketentuan pokok yang selalu diikuti (titei gemattei).
3. Nemui Nyimah (Prinsip Penghargaan),
Nemui nyimah adalah prinsip hidup yang mengedepan kankemurahan hati dan ramah
tamah terhadap semua pihak yang berhubungan dengan mereka.
4. Nengah Nyappur (Prinsip Persamaan),
Nengah nyappur adalah prinsip hidup yang mengedepankan keterbukaan

3
Sabaruddin SA, Lampung Pepadun dan Saibatin/Pesisir, Pemerintahan, Adat Istiadat, Sastra, Bahasa, Untuk
Perguruan Tinggi dan Umum, (Jakarta:Bulet Way Lima Manjau), hlm.68.
5. Sakai Sambaian (Prinsip Kerjasama).
Sakai sembayan adalah prinsip hidup yang mengedepankan gotong royong, tolong
menolong, bahu membahu dan saling memberi.4

Palsafah hidup suku Lampung

Dailek ( A )

1. Piil pesenggiri

Piil artini jiwa bakal. Pesenggiri artini harga diri. Makna sai terkandung Dolok piil

yokdawat kemampuan buruk gegoh jama hulun sai berkecukupan harta, pendidikan

tukang, pandai ngaji agama. Ulah Sina hulun Lampung ditintut kerja keras nyin wat

kelebihan harta builmu jama Mak kalah penting buahlak mulia sehingga ya terhormat

Dimata masyarakat.

2. Bujuluk buadek
Bujuluk artini julukan atau gelar sai dijuk sewaktu hukum lahir. Buadek yakdo gelar adat
sai dijuk sewaktu ya tadi dewasa. Pengerukan gelar adat wat atoran jaman maknani.

3. Nemui nyimah
Nemui artini keratongani pok hukum atau namu. Nyimah retini ikhlas senang Nerima.
Nemui nyimah ngandung makna Nerima keratongan hulun not pol ram jama cilik tua
kebuka.

4. Nengah nyampor
Tengah artini ditengah tengah. Nengah artini tampil ditengah tengah Mak tilas Jak hukum
ramik. Campor artini campurz nyampor artini nutuk hukum ramik atau bumasyarakat.

4
Fachruddin, dan Haryadi. Falsafah Piil Pesenggiri Sebagai Norma Tatakrama Kehidupan Sosial Masyarakat
Lampung, (Bandar Lampung: CV. Arian Jaya, 1996).
Nengah nyampor ngandung makna bahwa karakter hulun Lampung taksi mahluk sosial.
Tian butik jejama saling hormat ngrhormati dilom keburukan bumasyarakat.

5. Sakai sambayan
Sakai artini ngerjako sesuatu saling bugantian. Misalni Rani sini ram nanem pari disabani
batin sampurna jemohni ram jama Bulung nanom pari di sabahni Radin utusan. Sambatan
artini bukerja jajanan juk ngerjako pasilitas umum. Sakai dambakan dapil ram simpulko
bahwa karakter hulun Lampung wat sifat kerja jajama sai saling untung di rua belah
pihak jama gotong royong nyelesaiku kerjaan kepentingan hukum ramik Lom kehurikan
bumasyarakat bunegara.

Palsapah hidup suku Lampung

Dialek (O)

1. Piil pesenggiri
Piil artini jiwa bakal. Pesenggiri artini harga diri. Makna sai terkandung dilem piil
pesenggiri yakdoway kemampuan buruk heheh kami ulun sai bekucupan harta,
pendidikan raccak, pandai ngaji agamo. Ulah ego Ulun Lampung ditintut kerja keras
supaya wat kelebihan Herta builmu kami Mak kalah penting buahlak mulia sehingga you
terhormat dimato masyarakat.
2. Bujuluk buadek
Bujuluk artini julukan atau gelar sai dikenei sewaktu Ulun lahir. Buadek yakdo gelar adat
sai dikenei sewaktu you radue dewasa. Pengeneian gelar adat wat atoran kami maknano.
3. Nemui nyimah
Nemui artini meger peknulun atau nemui. Nyimah retini senang Nerima temui. Nemui
nyimah ngandung makna Nerima kenegerian Ulun arek lek ram kami pungeu kebuka.
4. Nengah nyampor
Tengah artini ditengah-tengah. Nengah artini tampil ditengah tengah Mak tilas Jak Ulun
ramik. Campor artini campur, nyampor artino nutuk Ulun ramik atau bumasyarakat.
Nengah nyampor ngandung makna bahwa karakter Ulun Lampung yakdo mahluk sosial
Tian hurik jejamo saling hormat ngrhormati dilem kehurikan bumasyarakat.
5. Sakai sambayan
Sakai artini ngerjaken sesuatu saling bugantian. Sambayan artinobbukerja jajamo Jul
ngerjaken pasilitas umum. Sakai sambaian dapil ram simpulko bahwa karakter Ulun
Lampung wat sifat kerja jajamo sai saling untung di wo belah pihak kami gotong royong
nyelesaiken kerjaan kepentingan Ulun ramik lem kehurikan bumasyarakat bunegara.

C. Letak Geografis Wilayah Lampung


Lampung merupakan suatu daerah yang terletak di bagian Ternggara pulau
Sumatera dengan luas wilayahnya 35. 376 km2. Bagian Barat berbatasan dengan
Samudera Indonesia, bagian Timur berbatasan dengan Laut Jawa, bagian Utara
berbatasan dengan Provinsi Bengkulu, dan Selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
Pada awal mulanya, suku Lampung berdiam di tengkuk Gunung Pesagi. Selain di
Provinsi Lampung, suku Lampung juga sebagian tersebar di provinsi Sumatra Selatan
bagian selatan dan tengah seperti daerah Martapura, Muaradua di daerah Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan, sebagian kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, sebagian
Ogan Komering Ilir, sekitar danau Ranau di dekat perbatasan Lampung dan provinsi
Sumatra Selatan, sebagian didaerah Merpas Nasal Kaur, Kabupaten Kaur di sebelah
selatan Bengkulu, serta juga terdapat didaerah Cikoneng, Serang di pantai barat Banten
dan kota Cilegon. Tidak hanya tersebar di kota Bandar Lampung.

D. Asal-Usul Suku Lampung


Pada Suku Lampung sendiri terbagi kedalam dua bagian yaitu Lampung Pepadun
dan Lampung Saibatin. Lampung Saibatin adalah sebutan bagi orang-orang yang berada
di sepanjang Pesisir Pantai Selatan Lampung. Sedangkan, Lampung Pepadun adalah
sebutan bagi Orang Lampung yang berasal dari Sekala Berak di Punggung Bukit
Barisan (Sebelah Barat Lampung Utara) dan menyebar ke Utara, ke Timur dan Tengah
Provinsi Lampung.5 Penduduk asli Lampung terdiri dari dua masyarakat adat atau
(gh) ruwa jurai, yakni jurai Pepadun dan Jurai Saibatin. Dapat dilihat perbedaannya
dalam bertutur orang Saibatin berdialek A, sedangkan orang Pepadun berdialek O. 6
Kedua kelompok masyrakat ini memiliki adat istiadat yang khas sesuai dengan

5
Hadikusuma, Masyarakat dan Adat Budaya Lampung, (Bandung:Mandar Maju,1989), hlm. 118.
6
Ali, Imron, Pola Perkawinan Saibatin, (Bandar Lmpung:Universitas Lampung,2005), hlm.1.
kebiasaan masing-masing. Namun pada dasarnya kedua kelompok adat
ini memiliki persamaan unsur budaya tertentu. Masyarakat Pepadun mendiami
daerah pedalaman, seperti daerah Abung, Way Kanan atau Sungkai, Tulang
Bawang, dan Pubian. Masyarakat Lampung beradat Saibatin disebut juga
masyarakat peminggir karena pada umumnya mereka berdiam di daerah-daerah
pantai atau pesisir, berbeda dengan masyarakat Pepadunyang umumnya berdiam didaerah
pedalaman, seperti Lampung Barat, Tanggamus, Kedondong, Way Lima, Ratai, Padang
Cermin, Teluk Betung, dan Kalianda. Masyarakat Lampung Saibatindi Pekon Sumber
Agung berada pada Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat mempunyai tradisi
dan cara tersendiri dalam melestarikan budaya Lampung.

E. Gelar Adat Lampung


Gelar adat dalam masyarakat Lampung disebut dengan Adok yaitu sebutan
kehormatan kepada seorang yang telah dewasa dan berumah tangga yang di resmikan
melalui upacara adat dihadapan tokoh-tokoh adat maupun kerabatnya. Gelar tersebut
dalam adat Lampung sebagai penyimbang (pemimpin). Masyarakat Lampung khususnya
saibatin dalam kehidupan sehari-hari di panggil menurut kedudukannya di dalam adat
yang disebut dengan Petutughan.
Adapun jenis-jenis petutughan atau panggilan tersebut yaitu untuk :
1. panggilan kakak adalah Pun dan Ghatu untuk Suntan, Atin untuk Raja, Udo Dang dan
Cik Wo untuk Batin, Udo dan Wo untuk Radin, Udo Ngah dan Cik Ngah untuk
Minak, Abang dan Ngah untuk Mas serta kakak untuk Kemas
2. Panggilan untuk orang tua adalah Akan dan Ina Dalom untuk Suntan, Aki dan Ina
Batin untuk Raja, Ayah dan Ina Batin untuk Batin sedangkan untuk Radin, Mas dan
Kimas menggunakan panggilan Mak dan Bak.
3. Panggilan kepada setingkat panggilan orang tua seperti paman dan bibi adalah; Pak
Dalom dan Ina Dalom untuk Suntan, Pak Batin dan Ina Batin untuk Raja, Tuan
Tengah- dan Cik Tengah untuk Batin, Pak Balak dan Ina Balak untuk Radin, Pak
Ngah dan Mak Ngah untuk Minak, Pak Lunik dan Ina Lunik untuk Mas serta Pak Cik
dan Mak Cik untuk Kemas.
4. Panggilan untuk kakek-nenek adalah Tamong Dalom dan Kajong Dalom untuk
setingkat Suntan, Tamong Batin dan Kajong Batin untuk setingkat Raja dan Batin
sedangkan untuk Radin, Minak, Mas dan Kemas menggunakan panggilan Tamong
dan Kajong saja. Petutughan atau panggilan ini digunakan untuk membedakan
tingkatan gear yang dimiliki seseorang didalam adat.

F. Hakikat Gelar Adat Masyarakat Lampung


Gelar dalam adat lampung merupakan kedudukan yang dengannya dapat
membedakan baik hak maupun kewajiban. Kedudukan dari masing-masing gelar
mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda. Misalnya, seseorang yang bergelar suntan
dalam adat saibatin memiliki kursi tahta tertinggi, orang yang menerimanya adalah
seorang putra dari penyimbang adat/saibatin yang telah berkeluarga.
Gelar adat lampung saibatin memiliki 7 tingkatan gelar adat, berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan salah satu tokoh adat di pekon kenali tingkatan gelar adat
tersebut terdiri dari, Suntan, Khaja, Batin, Khadin, Minak, Kiemas, dan Mas :
1. Gelar Suntan
Suntan berasal dari kata shulton yang berarti penguasa. Gelar suntan merupakan yang
palng luas tanggung jawabnya dibandingkan dengan gelar-gelar lainnya, dalam adat
lampung saibatin gelar ini diberikan kepada anak pertama dari seorang punyimbang
adat dalam sebuah marga. Seorang yang bergelar suntan memiliki tanggung jawab
sebagai berikut : Penentu kebijakan adat, Membimbing dan membina kehidupan
masyarakat adat.
2. Khaja
Dalam menjalankan fungsinya suntan dibantu oleh pemapah dalom semacam perdana
menteri, yang diberi gelar raja. Gelar raja diberikan kepada kepala jukku, putera
kedua saibatin, menantu tertua laki-laki dari saibatin.
3. Batin
Batin berasal dari bahasa lampung yang artinya sejiwa. Gelar batin diberikan kepada
anak ketiga saibatin. Batin merupakan tangan kanan suntan didalam adat bertugas
memastikan acara adat berlangsung sesuai dengan apa yang yang telah ditetapkan.
4. Khadin
Khadin diberikan kepada anak keempat saibatin. Khadin merupakan pengatur di
tingkat bawah didalam adat.
5. Minak
Minak berasal dari kata sansekerta yang berarti panglima. Gelar minak diberikan
kepada anak ke lima dari saibatin.
6. Kemas
Gelar kemas diberikan kepada anak enam dari saibatin. Kemas merupakan pelaksana
didalam acara adat.
7. Mas
Gelar mas diberikan kepada anak ke tujuh dari saibatin. Tugasnya sama seperti kemas
dia merupakan pelaksana dalam acara adat.7

7
Ahmad Zarkasi, Islam dan Budaya Lampung (Bandar Lampung, Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung,
2014), hlm.86.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 31964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14
tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Karesidenan yang tergabung
dengan Provinsi Sumatera Selatan.Warisan budaya masyarakat Lampung salah satunya
adalah budaya Piil Pesenggiri yang merupakan falsafah hidup masyarakat
Lampung.prinsip-prinsip falsafah Piil Pesenggiri yang terdiri dari :
Piil Pesenggiri (Prinsip Kehormatan), Bejuluk adek (Prinsip Keberhasilan),Nemui
Nyimah (Prinsip Penghargaan), Nengah Nyappur (Prinsip Persamaan), Sakai Sambaian
(Prinsip Kerjasama).
Lampung merupakan suatu daerah yang terletak di bagian Ternggara pulau
Sumatera dengan luas wilayahnya 35. 376 km2. Bagian Barat berbatasan dengan
Samudera Indonesia, bagian Timur berbatasan dengan Laut Jawa, bagian Utara
berbatasan dengan Provinsi Bengkulu, dan Selatan berbatasan dengan Selat
Sunda.Pada Suku Lampung sendiri terbagi kedalam dua bagian yaitu Lampung Pepadun
dan Lampung Saibatin.Gelar adat dalam masyarakat Lampung disebut dengan Adok
yaitu sebutan kehormatan kepada seorang yang telah dewasa dan berumah tangga yang di
resmikan melalui upacara adat dihadapan tokoh-tokoh adat maupun kerabatnya.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari akan adanya kesalahan dan
kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar
penulis dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya, sehingga dapat bermanfaat bagi
banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA

Fachruddin, dan Haryadi. 1996. Falsafah Piil Pesenggiri Sebagai Norma Tatakrama Kehidupan
Sosial Masyarakat Lampung. Bandar Lampung : CV. Arian Jaya.

Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung: Mandar Maju.
Hal 118

Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin.Bandar Lampung : Universitas Lampung, hlm.
1

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 203,

Sabaruddin SA, Lampung Pepadun dan Saibatin/Pesisir, Pemerintahan, Adat Istiadat, Sastra,
Bahasa, Untuk Perguruan Tinggi dan Umum, Jakarta:Bulet Way Lima Manjau, hlm.68

Soekanto. 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Hal 238

Zarkasi, Ahmad. 2014. Islam dan budaya Lampung. Bandar Lampung : Fakultas Ushuluddin
IAIN Raden intan Lampung. hal, 86.

Anda mungkin juga menyukai