Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ORI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN


BANGSA INDONESIA DI MASA REVOLUSI

Disusun Oleh :
Nama : Dra. UMI SALAMAH
NIP : 19681011 200701 2 020
Pangkat Gol. Ruang : Penata, III/c
Jabatan : Guru Muda
Unit Kerja : UPTD SMPN 1 Banyakan
Kabupaten Kediri

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEDIRI


DINAS PENDIDIKAN
UPTD SMP NEGERI 1 BANYAKAN
Oktober 2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

1. JUDUL MAKALAH : UANG dan LEMBAGA KEUANGAN

2. Identitas Penulis Makalah :


Nama : Dra. UMI SALAMAH
NIP : 19681011 200701 2 020
Pangkat/Gol : Penata Muda (III/C)
Jabatan : Guru
Unit Kerja : UPTD SMPN 1 Banyakan Kediri

Mengetahui Banyakan, April 2018


Kepala SMPN 1 Banyakan Penulis,

SUPRAPTO, S.Pd. M.Pd Dra. UMI SALAMAH


NIP : 19600204 198112 1 005 NIP : 19681011 200701 2
020

Mengetahui
Kepala Perpustakaan

Dra. SUTRISNOWATI
NIP : 19660515 200701 2 023

ii
HALAMAN PUBLIKASI
MAKALAH

ORI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN

BANGSA INDONESIA DI MASA REVOLUSI

1. Diserahkan Oleh : Dra. UMI SALAMAH


2. Pada Tanggal : 20 April 2018
3. Diterima Oleh :
4. Nomor Register :

Kepala Perpustakaan
UPTD SMPN 1 BANYAKAN
Kabupaten Kediri

Dra. SUTRISNOWATI
NIP : 19660515 200701 2 023

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan rahmat,
nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “ ORI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA DI MASA REVOLUSI “. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas guru yang tercantum dalam SKP di SMPN 1 Banyakan tahun
2018.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan yang
dimiliki.Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya Bapak Kepala sekolah, teman-teman guru
dan karyawan SMPN 1 Banyakan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Banyakan, April 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
.
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ..... iii
DAFTAR ISI ................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... . 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan .................................................. 2
D. Manfaat Pembahasan ............................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian ORI ..................................................... 4
B. Sejarah ORI
C. Peranan ORI dalam Perjuangan
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 16
B. Saran 17
DAFTAR RUJUKAN

v
ORI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA DI MASA REVOLUSI

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Uang telah digunakan selama berabad-abad yang lalu dan merupakan


salah satu penemuan manusia yang paling menakjubkan. Uang juga mempunyai
sejarah yang panjang dan telah mengalami perubahan yang sangat besar sejak
dikenal manusia. Tidak ada manusia modern yang tidak mengenal uang, dari anak
kecil hingga manula, dari orang miskin hingga orang kaya, semuanya tidak bisa
melepaskan diri dari benda yang bernama uang. Pengertian uang sendiri adalah
suatu benda yang pada dasarnya dapat berfungsi sebagai: (1) alat tukar (medium
of exchange), (2) alat penyimpan nilai (store of value), (3) satuan hitung (unit of
account), dan (4) ukuran pembayaran yang tertunda (standard for deffered
payment). Uang selain mempunyai fungsi ekonomi, juga memiliki fungsi dalam
politik dan perjuangan. Uang dapat dijadikan sebagai alat perjuangan serta
menunjukkan kedaulatan sebuah negara. Uang juga dapat menjadi komoditi dalam
perdagangan valuta asing.
Setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, Indonesia
menghadapi tiga masalah utama, yaitu dengan datangnya tentara Sekutu untuk
menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang, timbulnya perbedaan yang makin
tajam antara pemimpin-peminpin bangsa, dan perundingan-perundingan dengan
Belanda. Pasukan Sekutu mulai mendarat di Jawa pada akhir September 1945.
Belanda datang membonceng pasukan Sekutu dengan keinginan untuk menduduki
kembali negara jajahannya. Dengan makin gencarnya serbuan tentara Belanda ke
Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta pada tanggal 4
Januari 1946. Akibatnya Indonesia terpecah menjadi dua wilayah, yaitu wilayah
yang dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia dan wilayah yang diduduki

vi
oleh Belanda di bawah administrasi Netherlands Indies Civil Administration
(NICA) yang kemudian membentuk Negara-negara bagian yang tergabung dalam
Bijeenkomst Voor Federal Overleg (BFO) ( Sigalingging dkk, 2005: 8).
Kondisi politik Indonesia mengalami banyak permasalahan baik intern
maupun ekstern. Dalam pemerintahan Republik Indonesia sendiri perbedaan
pendapat di antara pemimpin bangsa terus terjadi dan mengakibatkan perubahan-
perubahan kabinet yang silih berganti dalam waktu yang sangat singkat. Selain
kondisi politik tersebut, terbaginya wilayah Indonesia secara de facto menjadi
dua menyulitkan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai satu kesatuan
pemerintahan dan moneter melalui pengedaran uang rupiah yang diterbitkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia (Khastiti, 2011: 20).
Kondisi ekonomi pada awal kemerdekaan juga buruk baik secara makro
maupun secara mikro sebagai peninggalan penjajah. Tantangan di bidang
ekonomi sangat berat baik dari segi produksi, distribusi, maupun perdagangan.
Perekonomian sebagian besar bertumpu pada sektor pertanian dan perkebunan,
seperti karet, kopi, tembakau, teh dan gula. Merosotnya produksi pertanian dalam
berbagai komoditi yang berakibat pada menurunnya ekspor dan cadangan devisa
berkurang. Selain itu juga terjadi inflasi yang tinggi akibat beredarnya tiga mata
uang yang digunakan di Indonesia. Tiga mata uang tersebut adalah mata uang
NICA yang biasa disebut dengan uang merah, mata uang Jepang dan uang kertas
De Javasche Bank (DJB) yang disebut dengan uang federal. Inflasi itu terjadi juga
karena adanya blokade dari Belanda. Di mana Belanda melarang adanya aktifitas
ekspor dan impor. Belanda melarang hasil bumi atau komoditas barang dagangan
Indonesia di ekspor, dan melarang negara lain untuk melakukan impor ke
Indonesia. Sehingga terjadi penumpukkan barang dagangan di dalam negeri dan
adanya kelangkaan barang kebutuhan yang seharusnya di dapat dengan impor. Hal
itulah yang menyebabkan adanya inflasi, karena ada ketidaseimbangan antara
uang yang beredar dengan barang kebutuhan yang tersedia (Parera, 2005: 5-6).
Setelah Indonesia merdeka hingga pertengahan tahun 1946, kegiatan
ekonomi dalam keadaan stagnan, inflasi tinggi, dan cadangan devisa sangat
rendah. Keadaan tersebut menjadi lebih buruk dengan kerusakan yang disebabkan

vii
oleh pendudukan Belanda di berbagai wilayah Indonesia dan berlangsungnya
perang yang berkelanjutan. Usaha-usaha untuk mempertahankan kedaulatan
Indonesia tidak hanya dilakukan dengan perlawanan fisik tapi juga melalui jalur
diplomasi. Tahun 1945 - 1949 Indonesia melakukan perundingan-perundingan
dengan Belanda.
Perundingan –perundingan tersebut antara lain Perjanjian Linggarjati,
Perjanjian Renville, Perjanjian Roem Royen dan KMB. Di mana ada beberapa
perjanjian yang dilanggar oleh Belanda, yaitu perjanjian Linggarjati yang
dilanggar oleh Belanda dengan melancarkan Agresi Militer Belanda 1, kemudian
Perjanjian Renville dengan melancarkan Agresi Militer Belanda 2. Perjuangan
fisik dan perjuangan diplomasi adalah usaha bangsa Indonesia dalam
mendapatkan pengakuan kedaulatan dan mewujudkan cita-cita revolusi. ORI juga
menjadi salah satu perjuangan Indonesia melalui jalur diplomasi. ORI menjadi
simbol kedaulatan Republik Indonesia, karena jika sebuah negara dapat
mengeluarkan uang sendiri, maka negara tersebut sudah memiliki kedaulatan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasrkan Latar belakang masalah diatas dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian ORI ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ORI ?
3. Apakah peranan ORI dalam perjuangan Bangsa Indonesia ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tidak banyak orang yang tahu, ada beberapa fakta menarik di balik
dikeluarkannya ORI. Selain menjadi cikal bakal uang NKRI yang beredar
sekarang, dirilisnya ORI kala itu juga sebagai langkah politik yang dilakukan
pemerintah Indonesia.

viii
Langkah bersejarah pemerintah mengeluarkan Oeang Republik Indonesia
dilakukan saat kondisi politik dan ekonomi yang tidak stabil. Saat itu, Ibu Kota RI
tengah dipindah ke Yogyakarta karena Jakarta yang tidak kondusif lagi.

Jakarta tengah dikendalikan tentara asing di bawah kepemimpinan Nederlandsch


Indie Civil Administratie (NICA). Dikeluarkannya ORI ini diharapkan bisa
mengurangi pengaruh kekuasaan NICA di tanah air.

Oeang Republik Indonesia atau ORI adalah mata uang pertama yang


dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka. Pemerintah memandang perlu untuk
mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran
yang sah tetapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.
Muncul pertama kali tahun 1946, keberadaan ORI tidak bertahan lama.
Penggunaan ORI terpaksa berhenti pada Seri ORI Baru. Setelahnya, saat
Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS), mata uang RIS resmi
diberlakukan pada 1 Januari 1950 menggantikan Seri ORI Baru.

D. MANFAAT PEMBAHASAN
Uang ORI dapat dijadikan sebagai media gambar dalam pembelajaran
sejarah karena mengandung nilai sejarah yang tinggi. Uang ORI dapat
menceritakan peristiwa-peristiwa sejarah yang penting yang harus diketahui oleh
generasi muda. Pemanfaatan ORI sebagai media gambar dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah diharapkan akan membawa kebanggaan tersendiri
dikalangan siswa sehingga akan menumbuhkan semangat patriotisme dan
menanamkan rasa nasionalisme di kalangan siswa

ix
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ORI
ORI merupakan uang pertama yang dicetak dan diterbitkan oleh
pemerintah Republik Indonesia. ORI mempunyai sejarah yang panjang, walaupun
sudah sejak tahun 1945 ORI sudah direncanakan diterbitkan akan tetapi karena
kondisi dan situasi yang tidak mendukung karena adanya pergolakan membuat
penerbitan ORI ditunda. Tanggal 30 Oktober 1946 ORI akhirnya diterbitkan dan
menjadi uang resmi Republik Indonesia dengan dasar hukum Undang-undang No.
17 Tahun 1946 dan Undang-undang No.19 Tahun 1946. ORI yang terbit pada
masa revolusi kemerdekaan mempunyai peranan penting selain peranan utamanya
sebagai uang yaitu sebagai alat tukar dalam pembelian, satuan hitung, unit
perhitungan dan fungsi ekonomi lainnya.
Peranan ORI tidak hanya di bidang ekonomi akan tetapi di bidang lain
seperti politik dan perjuangan mempertahankan kedaultan Republik Indonesia.
ORI sebagai lambang utama negara merdeka. ORI tampil dalam bentuk uang
kertas bernominal satu sen dengan gambar muka keris terhunus dan gambar
belakang teks undang-undang. Sejarah mata uang kita memang tidak tercatat
dengan sempurna, namun ada beberapa bagian yang patut kita ketahui, bahwa
penggunaan mata uang Indonesia dibagi dalam dua periode, yaitu periode ORI
dan Rupiah.

Proses pencetakan Oeang Republik Indonesia (ORI) memang tidak


semudah membalikkan telapak tangan. Pemerintah saat itu pernah mengeluarkan
pernyataan pada 2 Oktober 1945. Isinya tentang pengumuman bahwa uang
Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA) sudah tidak berlaku lagi.
Saat itu, Menteri Keuangan A.A Maramis telah merencanakan untuk
mengeluarkan mata uang sendiri. Ia menginstruksikan kepada Serikat Buruh
Percetakan G. Kolff & Co. Jakarta untuk mencari lokasi percetakan uang ORI.

x
Setelah persiapan selesai dilakukan, termasuk membentuk panitia khusus
pencetakan uang ORI, maka pada Januari 1946 ORI bisa mulai dicetak.
Pencetakan uang tersebut dilakukan pada pukul 07.00 hingga 22.00. Adapun,
pencetakan uang ORI mulai bisa dilakukan pada masa Menteri Keuangan
Surachman Tjokroadisurjo.

Uang ORI yang pertama kali dicetak yaitu pecahan Rp100. Kemudian pada masa
Menteri Keuangan kelima yakni Sjafruddin Prawiranegara, uang ORI secara resmi
diedarkan. Namun, tanda tangan dalam uang tersebut masih atas nama Menteri
Keuangan A.A Maramis.

Peristiwa beredarnya Oeang Republik Indonesia (ORI) untuk pertama kalinya


pada 30 oktober 1946 tentu bukan cerita biasa, melainkan sebuah momen
bersejarah dan penuh semangat patriotisme. Oeang Republik Indonesia (ORI)
adalah mata uang pertama yang dimiliki Indonesia sesudah merdeka.
Meski tidak berumur panjang, namun keberadaan ORI pada masa itu dinilai
sangat penting. Pasalnya ORI mampu menggantikan mata uang buatan Belanda
dan Jepang pada saat masa penjajahan berlangsung. Selain itu, ORI mampu
menjadi alat pemersatu bangsa. Walaupun memiliki masa edar singkat, sejarah
membuktikan bahwa ORI menjadi alat pemersatu bangsa sekaligus lambang
kedaulatan negeri zamrud khatulistiwa.

Saat ini Indonesia telah memiliki mata uang sendiri, bernama rupiah, yang telah
menjadi alat pembayaran yang sah dan diakui oleh dunia selama puluhan tahun. 
Dengan demikian, sudah seharusnya seluruh warga negara Indonesia
menggunakan rupiah sebagai alat tukar yang sah dalam bertransaksi di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Kini rupiah merupakan alat
pembayaran yang sah di wilayah NKRI. Mata uang kebanggaan masyarakat
Indonesia ini telah mengiringi perjalanan bangsa Indonesia selama puluhan tahun.

xi
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ORI
ORI merupakan mata uang pertama bagi Republik Indonesia sekaligus
menjadi sarana untuk perjuangan. Uang yang sebenarnya mempunyai nilai
ekonomis yang digunakan sebagai alat tukar, alat penyimpan nilai, satuan hitung,
dan ukuran pembayaran yang tertunda pada masa ini mempunyai fungsi yang
lain. Pada masa revolusi, uang juga mempunyai fungsi sebagai alat pemersatu,
penggugah rasa nasionalisme serta menunjukkan adanya Indonesia yang berdaulat
di mata dunia. Sehingga selain uang mempunyai nilai ekonomis, uang juga
berfungsi sebagai sarana politik dan perjuangan. ORI yang sebagian besar bahkan
keseluruhan gambarnya memuat gambar Presiden Soekarno juga mempunyai
makna tersendiri. Baik bagi Soekarno pribadi maupun bagi pihak lainnya.
Pemilihan periode 1946-1950 juga mempunyai alasan sendiri. Karena
ORI diterbitkan pada tahun 1946, pada saat itu juga merupakan periode revolusi.
Tahun 1950 sendiri, selain merupakan akhir dari ORI itu sendiri. Karena pada
tahun 1950, ORI ditarik dari peredaran, dan digantikan dengan uang yang baru
yaitu uang resmi yang dikeluarkan oleh DJB yang kemudian berganti nama
menjadi Bank Indonesia (Tim Penyusun Penerbitan Naskah Sumber, 2003:6).
ORI beredar dan menjadi mata uang resmi Republik Indonesia tidak mempunyai
umur yang panjang. Pada tahun 1950, ORI ditarik dari peredaran karena adanya
alasan politik. Selain itu berdasarkan keputusan KMB, Indonesia mulai tahun
1949 berbentuk Republik Indonesia Serikat sehingga ORI ditarik dari peredaran
dan digantikan dengan uang federal atau uang DJB. Akan tetapi, ORI mempunyai
peran dan andil yang sangat besar terhadap pejuangan kemerdekaan Republik
Indonesia. ORI tidak hanya berfungsi sebagai uang, tapi juga mempunyai fungsi
lainnya yaitu sebagai salah satu alat untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan
dan mengembalikan kondisi ekonomi di Indonesia. ORI menjadi salah satu alat
untuk menunjukkan kedaulatan Republik Indonesia dan menjadi alat dalam
perjuangan menegakkan kemerdekaan selain melalui perjuangan fisik dan
diplomasi.

xii
C. PERANAN ORI DALAM PERJUANGAN
Bulan September 1945 hingga Oktober 1946 tercatat beberapa masalah
ekonomi yang harus dihadapai oleh pemerintah RI. Pada masa awal kemerdekaan
terjadi kesulitan bahan makanan, hal ini dikarenakan dalam keadaan revolusi
banyak produsen bahan makanan meninggalkan lapangan pekerjaannya dan lebih
memilih untuk bekerja dimana mereka hanya menjadi konsumen saja. Sehingga
produsen bahan makanan berkurang sedangkan konsumennya semakin bertambah.
Selain itu para pemuda terutama buruh tani banyak yang meninggalkan
pekerjaannya untuk ikut dalam mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemuda yang berjuang mempertahankan
kedaulatan dan kemerdekaan RI di berbagai tempat. Pada masa ini faktor hati para
pemuda di masa revolusi tergerak, rasa patriotis dan cinta tanah air membawa
mereka ke garis depan untuk mempertahankan kemerdekaan, sehingga pekerjaan
sehari-hari seperti pekerjaan mereka sebagai petani tidak mendapat perhatian yang
semestinya (Majalah Merdeka, 8 Desember 1945 hal 12).
Demi menjaga keadaan perekonomian di seluruh Indonesia, maka dikeluarkan
Maklumat No. 3 tertanggal 4 Oktober 1945 tentang pengiriman barang dagangan
ke luar tanah Jawa dan Madura, tidak diperbolehkan kecuali dengan izin Menteri
Kemakmuran. Hal ini dilakukan untuk mengawasi peredaran barang-barang
dagangan yang memang pada saat itu sudah sulit untuk didapatkan dan
diupayakan agar tidak mengganggu kepentingan umum. Aturan ini sama dengan
aturan pada masa Jepang, yaitu dalam Osamu Seirei No. 4 tanggal 24-1-2604,
Osamu Kanrei No. 2 tanggal 241-2604, Maklumat Gunseikan No. 3 tanggal 21-1-
2604 dan aturan-aturan lain yang memang pada saat itu masih digunakan oleh
pemerintah RI sebelum diadakan peraturan yang baru. Karena keadaan yang
berubah aturan-aturan tersebut tidak dilakukan sepenuhnya. Peraturan itu
diberlakukan untuk menjaga agar pertukaran barang-barang dagangan tidak
terganggu sehingga perekonomian tanah Jawa dan Madura dapat terjamin
meskipun pertukaran barang dagangan dengan kepulauan di Indonesia tetap
berjalan (Surat edaran No. 926/D. P. P. tanggal 8 November 1945).

xiii
Jenis-jenis barang yang dibatasi lalu lintas peredarannya antara lain barang yang
berasal dari padi, singkong, kacang-kacangan dan segala macam barang yang
berasal dari kacang-kacangan, jagung, gula jawa, gula pasir, gula batu, kembang
gula. Selain itu barang-barang kerajinan juga dibatasi, antara lain keperluan
pertenunan misalnya kapas, sisal, corchorus, rami, benang, cat, obat-obatan tenun,
kain tenun, dan barang lainnya yang dibuat dari kain tenun dan benang.
Sedangkan barang-barang lainnya seperti ban dan bagian-bagian lain dari
kendaraan (Surat edaran No.945/D. P. P, 8 November 1945).
Tahun 1947 juga mulai pembatasan mengenai barang-barang yang penting,
kemudian ada kebijakan mengenai harga maksimum dalam perdagangan. Hal ini
dilakukan untuk membatasi agar harga-harga tidak membumbung tinggi. Akan
tetapi
justru pembatasan harga maksimum ini semakin membuat rakyat menderita. Hal
ini disebabkan karena pedagang-pedagang tidak ingin mendapatkan kerugian,
mereka masih ingin mendapatkan untung sehingga pedagang-pedagang yang
sebagian besar adalah orang Tionghoa melakukan penimbunan-penimbunan
walaupun hal tersebut sudah dilarang. Di Ciomas yang ditimbun tersebut
kemudian dijual di pasar gelap atau pasar malam yang hanya beroperasi dari jam 6
sampai jam 11 malam. Dalam pasar gelap atau pasar malam tersebut, pedagang
dapat mencari untung sebesarbesarnya. Selain itu, pedagang juga melakukan
kecurangan dengan tidak menjual beras, akan tetapi menjual nasi dan ketupat.
Sehingga jika pembeli ingin membeli beras, para pedagang mengatakan tidak ada
beras tapi nasi dan ketupat yang ada (Majalah Merdeka, 27 November 1948). Para
pedagang melakukan hal itu untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya,
karena adanya pembatasan harga, maka pedagang beras tidak bisa menjual dengan
harga tinggi, akan tetapi jika mereka menjual nasi dan ketupat mereka bisa
menjual dengan harga semau mereka.
Selain kondisi-kondisi tersebut, perekonomian Republik Indonesia semakin
terpuruk dengan adanya blokade dari Belanda yang mulai dilakukan pada bulan
November 1945. Akibatnya barang-barang dagangan milik pemerintah RI tidak
dapat di ekspor. Adapaun alasan Belanda melakukan blokade itu adalah untuk

xiv
mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia, karena pada saat
itu Republik Indonesia melakukan perlawanan-perlawanan mempertahankan
kedaulatan dan kemerdekaan dimana Belanda dan sekutunnya ingin mengambil
kembali kekuasaan di Indonesia. Alasan lain yaitu mencegah dikeluarkannya
hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya serta melindungi
bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan
oleh bukan bangsa Indonesia (Poesponegoro & Notosusanto, 1984: 173).
Blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda terus berlanjut hingga tahun 1948.
Politik perdagangan yang diterapkan Belanda mengharuskan semua barang yang
masuk atau keluar Indonesia harus memakai lisensi Belanda dan harus diperiksa
oleh Belanda pada tempat-tempat tertentu. Semua perdagangan Republik harus
berdasarkan barter, tukar menukar dan pedagang-pedagang Indonesia tidak boleh
melalui peraturan genjatan senjata yang telah ditetapkan. Semua kredit luar negeri
yang didapat dari eksport harus diserahkan pada Belanda (Majalah Merdeka, 31
Juli 1948). Belanda dengan melakukan hal ini telah melanggar persetujuan
gencatan senjata yang telah disepakati.
Pada akhir pendudukan Jepang dan masa awal Republik Indonesia, keadaan
ekonomi sangat kacau. Hiper inflasi menimpa negara Republik Indonesia yang
baru berumur beberapa bulan. Sumber inflasi adalah beredarnya mata uang Jepang
secara tak terkendali. Peredaran mata uang Jepang di masyarakat diperkirakan
sejumlah 4 milyar. Sampai pada bulan Agustus 1945 mata uang Jepang yang
beredar di Jawa saja, berjumlah 1,6 milyar. Jumlah ini bertambah ketika pasukan
Serikat berhasil menduduki beberapa kota besar di Indonesia dan mengausai
bank-bank. Dari bankbank itu diedarkan uang cadangan sebesar 2,3 milyar untuk
tujuan operasi dan membiayai pembantu-pembantunya seperti menggaji pegawai
dalam rangka mengembalikan pemerintahan kolonial Belanda.
Kesulitan keuangan Pemerintah RI ditambah dengan pernyataan Letnan Jenderal
Sir Montagu Stopford, Panglima AFNEI yang baru, yang menyatakan berlakunya
uang baru di wilayah yang diduduki serikat pada 6 Maret 1946. Uang baru itu
dikenal sebagai uang NICA. Uang NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan
mata uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun. Kurs ditentukan 3% yaitu

xv
setiap fl. 1,- uang Jepang dinilai sama dengan 3 sen uang NICA. Maklumat
penggantian diumumkan sejak tanggal 6 Maret 1946. (Poeponegoro &
Notosusanto, 1984: 174).
Untuk mengatasi kondisi-kondisi ekonomi yang buruk maka pemerintah
menetapkan beberapa kebijakan moneter. Dengan dasar hukum Undang-undang
No. 4 tahun 1946, Pinjaman nasional dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang
sedang dalam pergolakan dan ditujukan untuk menegakkan negara. Melalui
undang-undang tersebut pemerintah memberikan kuasa kepada Menteri Keuangan
untuk menjual surat-surat pengakuan utang atas tanggungan negara untuk
mendapatkan sejumlah dana. Surat-surat pengakuan utang tersebut hanya bisa
dimiliki oleh warga negara RI. Surat-surat pengakuan utang tidak bisa dijual,
digadaikan, diwariskan kepada warga negara lain atau kepada badan hukum lain
(Undang-undang No. 4 Tahun 1946 tentang Pinjaman Nasional).
Pinjaman nasional ini sangat penting artinya bagi usaha pembangunan dan
pertahanan negara, yang berarti pula adanya keinginan untuk mengurangi inflasi
yang disebabkan perbuatan NICA yang telah menyebarkan uang Jepang ratusan
ribu dalam masyarakat. Tujuan lainnya pinjaman nasional menarik sebagian uang
Jepang yang beredar di masyarakat serta mengukur sampai dimana kesanggupan
dan keyakinan rakyat Indonesia terhadap pemerintahannya. Dengan kata lain
untuk mengetahui seberapa besar rasa nasionalisme rakyat. Pinjaman nasional ini
juga digunakan untuk membiayai pengeluaran negara seperti menggaji pegawai
pemerintahan.
Pada tanggal 30 Oktober 1946, Pemerintah Republik akhirnya mengeluarkan mata
uang resmi yang digunakan di wilayah Republik yaitu Oeang Republik Indonesia
(ORI). Dikeluarkannya ORI bertujuan untuk mengatasi inflasi karena banyaknya
mata uang yang beredar di masyarakat. Selain mengatasi inflasi, ORI dikeluarkan
dengan tujuan untuk legitimasi kedaulatan RI. Dikeluarkannya ORI tidak serta
merta membuat kondisi keuangan Republik membaik. Belanda yang berusaha
mengambil kembali kekuasaan di Indonesia tidak tinggal diam, dengan berbagai
cara Belanda berusaha agar kondisi ekonomi Republik semakin terpuruk. Usaha
Belanda yang lainnya untuk melemahkan perekonomian Indonesia adalah dengan

xvi
mengeluarkan ORI palsu. Selama tahun 1945-1949, baik pemerintah Republik
Indonesia maupun pemerintah Hindia Belanda tidak dapat menyusun anggaran
belanja dengan baik. Dalam masa dimana ketegangan politis antara kedua
pemerintah dan bentrokan, bahkan peperangan antara kedua kekuatan militer
meningkat sehingga administrasi keuangan negara terlantar. Dalam rentang waktu
tersebut pemerintah Hindia Belanda telah melakukan deficit financing untuk
membiayai pengeluaran-pengeluarannya dengan jalan mengadakan pinjaman dari
De Javasche Bank disamping menciptakan uang kertas pemerintah. Kurun waktu
1945-1949 hutang pemerintah Hindia Belanda semakin besar, yaitu meningkat
dari 347 gulden pada tahun 1945 menjadi 2.859 gulden pada tahun 1949. Hutang
ini yang dialihkan juga dari pemerintah Hindia Belanda ke Pemerintah Republik
Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar (KMB). Besarnya kontribusi
DJB dalam hutang lancar pemerintah Hindia Belanda yang dialihkan kepada RIS
maka DJB ditetapkan sebagai bank sirkulasi sesuai persetujuan KMB (Kusumo,
2008: 45). Kebijakan di bidang keuangan di wilayah yang dikuasai Republik
Indonesia pada tahun 1945-1949 tidak banyak berbeda dengan pemerintah Hindia
Belanda. Pemerintah Republik Indonesia juga melakukan deficit financing dengan
mencetak ORI. Seiring dengan meningkatnya pengeluaran perang, pencetakan
ORI juga terus meningkat. Pada tahun 1949 jumlah ORI dan ORIDA yang
dikeluarkan oleh pemerintah sebesar 6 miliar (Majalah Sikap, 12 Maret 1949).
Dengan demikian deficit financing sebagai cara termudah untuk membiayai
perang telah dilakukan oleh kedua belah pihak. Kebijakan demikian telah
menyebabkan volume uang beredar meluap sampai tingkat tinggi. Keadaan
moneter semakin lama menunjukkan kemerosotan. Kondisi demikian
memperburuk kondisi ekonomi dan menyebabkan meningkatnya inflasi, volume
uang yang semakin meningkatkan permintaan barang tanpa diimbangi dengan
perluasan secara proposional pada sisi penawaran sehingga mendorong inflasi
semakin deras. Harga barang di pasar naik, rakyat semakin disulitkan dengan
turunnya nilai ORI. Surplus saldo perdagangan yang secara konsisten terjadi
sebelum perang telah digantikan oleh deficit yang terjadi terus menerus. Hal ini
disebabkan karena produksi barang-barang ekspor sangat rendah akibat kondisi

xvii
perang dan revolusi. Perencanaan peningkatan produksi yang dilakukan pada
tahun 1946 tidak banyak mempengaruhi volume produksi. Rintangan dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan lebih besar dan menghambat
peningkatan produksi. Akibatnya impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
barang, harga barang impor lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi
sendiri.

D. PERANAN ORI DALAM MEMPERSATUKAN BANGSA INDONESIA


Gambar-gambar pada ORI mempunyai makna-makna yang dapat
dijadikan sebagai sumber informasi yang disampaikan dari pemerintah atau
pemimpin kepada rakyatnya. Gambar-gambar yang ada pada ORI dijadikan
sebagai sarana komunikasi, legitimasi kekuasaan serta pencitraan pemimpin
Republik Indonesia maupun pencitraan terhadap Republik Indonesia sendiri.
Gambar padi menggambarkan kemakmuran dan Indonesia sebagai negara agraris.
Gambar pada ORI sebagian besar pada bagian muka memuat gambar Presiden
Soekarno menggunakan peci dengan ekspresi tersenyum. Gambar tersebut dapat
memunculkan makna bahwa Presiden Soekarno yang pada saat itu merupakan
orang nomer satu di Republik Indonesia. Gambar Soekarno pada ORI
mengukuhkan kedudukan Soekarno sebagai presiden pertama sekaligus
proklamator.
Gambar bilah keris dengan latar belakang kombinasi garis yang
memancar dengan situasi sulur daun sebagai security feature. Konotasi dari
bahasa rupa ORI yang pertama keluar ini adalah bahwa uang kertas yang
dikeluarkan oleh Indonesia bukan uang yang dibuat oleh Kolonial Belanda atau
penjajah Jepang. Keris atau dikenal dengan istilah tosan aji adalah salah satu
senjata tradisional asli Indonesia yang memperkuat indentitas uang tersebut bahwa
uang tersebut adalah uang yang dikeluarkan oleh Indonesia. Gambar banteng
menggambarkan bahwa rakyat Indonesia suka bermusyawarah. Gambar tenun
menggambarkan kebudayaan Indonesia yaitu menenun. Gambar gunung berapi
menunjukkan kesiapan rakyat Indonesia menuju masyarakat yang adil dan
makmur.

xviii
Peran ORI dalam perekonomian pada masa revolusi antara lain ORI dapat
mengurangi inflasi, dijadikan pengukur harga di pasar sehingga dapat membantu
menentukan kebijakan pemerintah. ORI berfungsi sebagaimana fungsi uang dalam
perekonomian. ORI sebagai mata uang pertama membuat pemerintah Indonesia
mampu membiayai berbagai macam kebutuhan dalam rangka perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Penerbitan ORI pada dasarnya merupakan salah satu cara pemerintah RI dalam
membiayai revolusinya pada saat sumber-sumber pembiayaan lainnya tidak
memadai. Dalam ekonomi moneter, kebijakan itu disebut sebagai cara inflatoir
berupa deficit financing yaitu menciptakan daya beli melalui pengeluaran mata
uang. Pemerintah telah menyadari bahwa kebijakan deficit financing
mengakibatkan perkembangan inflasi yang serius. Namun kebijakan itu
merupakan cara termudah, baik dan efisien untuk membiayai roda pemerintahan
dan membiayai peperangan. Sementara sumber lain seperti pajak, ekspor, dan
pengumpulan dana pinjaman tidak cukup memadai. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ORI adalah alat pembiayaan revolusi melawan Belanda seperti
halnya continental money (greenbacks) yang telah dikeluarkan oleh negara-negara
koloni di Amerika Serikat selama perang kemerdekaan Amerika melawan Inggris.
Peran ORI dalam politik dan perjuangan antara lain ORI dapat menumbuhkan
semangat nasionalisme dan persatuan antar rakyat Indonesia. Dengan adanya ORI
rakyat Indonesia bahu membahu untuk menjaga ORI menjadi uang satu-satunya
du Indonesia. Perjuangan untuk menerbitkan ORI mempersatukan bangsa
Indonesia. ORI juga menjadi alat bagi Republik Indonesia sebagai simbol
kedaulatan. Indonesia yang dapat mencetak uangnya sendiri menunjukkan bahwa
Indonesia sudah merdeka dan berdaulat. ORI juga dijadikan sebagai sarana politik
oleh pemerintah sebagai legitimasi kekuasaan serta pencitraan bagi pemimpinnya.
Oleh Soekarno ORI menjadi alat untuk menunjukkan bahwa ia adalah presiden
pertama RI. Melalui ORI Soekarno menyebarkan paham nasionalis yang ia anut.

xix
KESIMPULAN
Kondisi bahan makanan yang tersedia untuk masyarakat tidak mencukupi,
perdagAngan juga mengalami kemerosotan. Kondisi itu disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi adalah kondisi Republik Indonesia yang pada saat itu dalam masa
pergolakan,
sebagian besar tenaga kerja yang melakukan produksi tidak dapat melakukan
produksi kembali karena ikut serta dalam perang. Sehingga produksi berkurang
yang berakibat kekurangan bahan makanan dan perdagangan semakin merosot.
Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah adanya blokade yang dilakukan oleh
Belanda, sehingga Republik tidak dapat mengekspor barang ataupun mengimpor
barang. Hal ini semakin mempersulit ketersediaan bahan makanan serta kondisi
perdagangan Republik Indonesia.
Kondisi keuangan Republik Indonesia pada masa revolusi mengalami kesulitan.
Kas negara yang mengalami kekosongan karena tidak adanya pemasukan dari
perdagangan akibat adanya blokade oleh Belanda. Selain itu sector-sektor
perekonomian yang penting seperti perkebunan belum bisa berjalan akibat
pendudukan Jepang yang mengalih fungsi perkebunan demi kepentingan
militernya. Kondisi keuangan juga diperparah dengan adanya inflasi karena
banyaknya uang yang beredar tidak sebanding dengan barang yang tersedia di
pasar. Banyaknya uang yang beredar juga menyebabkan devaluasi terhadap ORI,
nilai tukar ORI yang semakin merosot menyebabkan kondisi keuangan Republik
semakin buruk.
Kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk
memperbaiki kondisi ekonomi antara lain dengan melakukan pinjaman nasional
pada tahun 1946 dengan tujuan untuk mengisi kas negara yang kosong. Selain itu
juga bertujuan untuk menarik uang Jepang dan Belanda yang beredar sehingga
mengurangi inflasi, hal ini dilakukan sebagai salah satu persiapan Republik
Indonesia untuk mengerluarkan ORI. Pinjaman nasional menjadi salah satu cara
pemerintah dalam mengatasi kesulitan keuangan, pada tahun 1950 pemerintah
kembali melakukan pinjaman nasional dengan mengeluarkan obligasi.

xx
Uang sudah digunakan oleh masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Awal
mula masyarakat Indonesia mengenal uang adalah pada saat pedagang-pedagang
dari India, Gujarat berdagang di Indonesia. Uang menjadi alat pembayaran yang
mempermudah perdagangan. Penggunaan uang terus berlanjut karena dianggap
lebih efisien dari
barter. Macam uang yang beredar berkembang seiring dengan banyaknya
pedagang yang dating dan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Barat.
Pada awal kemerdekaan Indonesia belum memilik uang sendiri, sehingga
pemerintah menetapkan kebijakan untuk menetapkan uang Jepang dan Belanda
yang telah beredar sebagai alat pembayaran yang resmi.
ORI yang diterbitkan pada tanggal 30 Oktober 1946 membuat Republik Indonesia
memiliki uang yang dicetak dan diterbitkan sendiri. Dikeluarkannya ORI tidak
serta melenyapkan inflasi, akan tetapi sedikit memperbaiki kondisi ekonomi
Indonesia. Perjuangan panjang menerbitkan ORI membuat ORI diterima dengan
baik oleh rakyat. ORI terbit melalui lima emisi, tahun emisi yaitu 1945, 1946,
1947, 1948 dan 1949. Perjalanan ORI berakhir pada Maret 1950 karena adanya
perubahan sistem pemerintahan dan kondisi ekonomi yang buruk dengan
dilakukan Gunting Sjafrudin. Emisi yang pertama bertahunkan 1945 karena ORI
sudah dicetak sejak tahun 1945, akan tetapi karena mengalami kendala akibat
kondisi Indonesia sehingga tertunda percetakannya dan baru dapat diterbitkan
pada bulan Oktober 1946. Klise ORI emisi I sudah dicetak pada tahun 1945.
Selain itu tahun 1945 adalah tahun Indonesia merdeka, sehingga ini menunjukkan
bahwa Indonesia sudah memiliki kedaulatan sejak tahun 1945.
Gambar-gambar pada ORI mempunyai makna-makna yang dapat dijadikan
sebagai sumber informasi yang disampaikan dari pemerintah atau pemimpin
kepada rakyatnya. Gambar-gambar yang ada pada ORI dijadikan sebagai sarana
komunikasi, legitimasi kekuasaan serta pencitraan pemimpin Republik Indonesia
maupun pencitraan terhadap Republik Indonesia sendiri.
Peran ORI dalam perekonomian pada masa revolusi antara lain ORI dapat
mengurangi inflasi, dijadikan pengukur harga di pasar sehingga dapat membantu

xxi
menentukan kebijakan pemerintah. ORI berfungsi sebagaimana fungsi uang dalam
perekonomian.
Peran ORI dalam politik dan perjuangan antara lain ORI dapat menumbuhkan
semangat nasionalisme dan persatuan antar rakyat Indonesia. ORI juga menjadi
alat bagi Republik Indonesia sebagai simbol kedaulatan. ORI juga dijadikan
sebagai sarana politik oleh pemerintah sebagai legitimasi kekuasaan serta
pencitraan bagi pemimpinnya.

Daftar Rujukan
Abdurahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta: AR-
RUZZ MEDIA.
Fitrianti, Rahmawati. 2008. Perjalanan Panjang ORI; Oeang Republik Indonesia,
Mata Uang yang Lahir Sebagai Alat Revolusi. Bandung: Rosdakarya
Iskandar, Mohammad. 1987. Jurnal Sejarah; Oeang Republik dalam Kancah
Revolusi. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Khastiti, Yemima Lintang. 2011. Seri Lawasan Uang Kuno. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia (KPG).
Surat Edaran No. 926/D. P. P. Tentang Pengiriman Barang-barang Dagangan
Keluar Tanah Jawa dan Madura
Surat Edaran No. 945/D. P. P. Tentang Pengiriman Barang-barang Dagangan
keluar Tanah Jawa dan Madura
Surat Keputusan Menteri Keuangan No. P.U./I Tentang Kondolidasi Hutang
Jangka Pendek untuk Mengatur Peredaran Uang
Undang-undang No. 4 Tahun 1946 Tentang Pinjaman Nasional
Undang-undang No. 19 Tahun 1946 Tentang Pengeluaran Oeang Republik
Indonesia
Khastiti, Yemima Lintang. 2011. Seri Lawasan Uang Kuno. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia (KPG).
Kristaniarsi. 2008. Usaha pemerintah Republik Indonesia mengatasi masalah
moneter pada masa awal kemerdekaan (1945-1946). Skripsi tidak Diterbitkan.
Jakarta: Universitas Indonesia

xxii
Bank Indonesia. 2006. Katalog Koleksi Uang Kertas Bank Indonesia. Museum Artha
Suaka. Djiwandono,dkk. 2005. Sejarah Bank Indonesia Periode 1:1945- 1959. Jakarta:
Bank Indonesia. Hadiwijoyo, Suryo, Sakti. 2012. Aspek Hukum Wilayah Negara
Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hamid,Rahman,ABD dan Muhammad Saleh Madjid.
2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Moleong, Lexy. 2001. Metodologi
penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakary. Nana, Sudjana,dkk.2001. Dasar-
Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo.

xxiii

Anda mungkin juga menyukai