Anda di halaman 1dari 10

LITERATURE REVIEW JURNAL

Sejarah Manajemen Perkotaan

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Perkotaan pada semester tujuh.

Disusun oleh Kelompok 1:


1. Fitri Aji 15136059
2. Cakra Haji 15136037
3. Mahesha Ramadhini Zolyan 15136023
4. Reni Puspa Handayani 15136029
5. Ghinna Rahmatania 15136083
6. Cakra Buana Israq 15136077
7. Ahmad Farhan Lubis 151360

Dosen Pembimbing :

Fitriana Syahar, S.Si, M.Si

PRODI GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018

1
Sejarah perkembangan perencanaan wilayah dan kota di dunia

1. Masa Purba / Pra Yunani

Proses urbanisasi sudah berlangsung sekitar 4000 tahun SM, di daerah yang
dikenal sebagai daerah Bulan — Sabit Yang Subur (Fertile Crescent), yang
membentang dari Lembah Sungai Nil sampai ke dataran alluvial Sungai Tigris dan
Efrat. Perencanaan kota dimulai dengan perkembangan bentuk- bentuk kerajaan-
kota yang didirikan oleh Bangsa Sumeria dan Assiria. Kota- kota yang dibangun
berfungsi sebagai benteng pertahanan sekaligus pusat perdagangan hasil pertanian.

Kota - kota yang sudah mulai terencana ini dibangun mengitari sebuah


banguan berbentuk piramida, yang berfungsi sebagai kuil. Perencanaan yang
diterapkan pada Masa Purba bertahan lama sekali. Pada masa ini, sebuah kota
dibangun berdasarkan 4 dasar. 4 dasar itu adalah dasar fisik, ekonomi, sosial, dan
politik.

2. Masa Yunani

Pada abad ke 5 SM, munculah wacana demokrasi untuk pertama kalinya.


Hal ini ditandai dengan digantinya kuil- kuil menjadi tempat persidangan yang
selanjutnya menjadi pusat peradaban. Pada masa ini muncullah seorang tokoh
bernama Hipodamus, yang selanjutnya akan dikenal sebagai bapak ‘urban
planning’. Hipodamus adalah tokoh yang merancang Kota Pireus, Pelabuhan
Athena, Kota Rhodes, dan Thurij di Italy.

3. Masa Romawi

Pada tahun 27 SM, Kota Roma menggantikan Athena sebagai pusat dunia
barat. Bangsa Romawi berhasil menaklukkan berbagai wilayah, sehingga Romawi

2
dapat membangun jalan- jalan imperiumnya dari Inggris ke Babilon dan Spanyol ke
Mesir. Hal ini memicu Roma sebagai wilayah dengan perencanaan kota dengan
sistem transportasi pertama di dunia.

Pada tahun 324 M, Romawi runtuh. Keruntuhan ini diikuti dengan


kekuasaan Kristen yang menyebabkan hancurnya sistem demokrasi dan penataan
wilayah dan kota. Lalu dimulailah zaman kegelapan atau biasa disebut abad
pertengahan.

4. Abad Pertengahan

Setelah Kristen berkuasa, bangunan — bangunan kota sangat bergantung


terhadap gereja. Pada saat ini juga terjadilah sistem perbudakan. Kota- kota benteng
berkembang pesat karena kekacauan terjadi dimana- mana. Pada abad ke 14,
Kristen menjadikan Kota Florence sebagai pusat politik. Pada abad ke 15,
ditemukannlah bahan peledak. Hal ini menyebabkan perubahan pola kota dengan
pergeseran fungsi benteng yang sudah musnah. Selanjutnya masuk ke masa
Renaissance yang mengutamakan kreatifitas dan estetika bangunan.

5. Renaissance

Pada masa ini, muncullah gaya poros. Bangunan — bangunan yang


diciptakan mulai memperhatikan keindahan, fungsi dan bentuk kota itu sendiri.
Tokoh- tokoh seperti Leonardo da Vinci serta Miichelangelo memiliki peran
penting dalam perencanaan wilayah pada masa ini.

3
6. Revolusi Industri

Revolusi Industri dimulai saat penemuan mesin uap oleh James Watt pada
tahun 1769. Produksi barang- barang yang meningkat akhirnya menyebabkan
pabrik- pabrik bermunculan, seiring dengan berkembang pesatnya pekerja pabrik.

Pada tahun 1800an, ditemukanlah kereta uap dipacu oleh kebutuhan pabrik-
pabrik untuk mendistribusikan barang produksinya kepada konsumen secara cepat.
Dengan adanya kereta uap ini, kota- kota lebih terbuka karena pembangunan rel-
rel. Mulailah masalah- masalah seperti kriminalitas, kemacetan, polusi udara, dan
polusi air terjadi.

Masalah ini memicu munculnya gerakan reformasi pada akhir abad ke 19.
Dibentuklah undang — undang kesehatan masyarakat dengan standar perumahan,
pengontrolan guna lahan, dan tinggi bangunan. Aspek sosial dan lingkungan
sebagai bahan pertimbangan perencanaan wilayah yang utama ini dicetuskan oleh
Ebener Howard. Selain itu muncul juga Patrick Gaddes dengan teori
perencanaannya yang dinamakan ‘urban conurbation’. Selanjutnya Patrick Gaddes
dikenal sebagai bapak perencanaan modern.

7. Pasca Industri

Terjadi eksploitasi SDA secara besar- besaran, sehingga memunculkan


pembangunan berwawasan lingkungan atau biasa dikenal dengan konsep
pembangunan berkelanjutan. Dengan berkembangnya teknologi, transportasi dan
komunikasi terjadi lebih cepat dan praktis. Hal ini memacu terjadinya urbanisasi
yang parak terjadi pada masa pasca industri.

4
LITERATUR REVIEW JURNAL

Judul : Kawasan “Pusat Kota” Dalam Perkembangan Sejarah Perkotaan Di


Jawa
Penulis : Damayanti Rully dan Handinoto
Abstrak
Pengertian ‘pusat kota’ pada kota-kota di Jawa terus berubah sesuai dengan
perkembangan jaman. Keadaan sosial politik, termasuk sistim pemerintahan, letak
geografis, serta sejarah masa lalu sebuah kota sangat berpengaruh pada kawasan
yang disebut sebagai ‘pusat kota’. Setelah th. 1980 an dengan adanya perpindahan
industri skala kecil dan menengah dari negara maju ke negara berkembang yang
sebagian besar bertempat di pinggiran kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta,
Surabaya dan Semarang, maka kesenjangan jarak antara pusat dan pinggiran ini
makin tipis. Majunya transportasi mengurangi kesenjangan antara pusat dan
pinggiran kota tersebut. Karena panjang jalan yang tidak seimbang dengan jumlah
kendaraan pada abad 21, di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan
Semarang, maka timbullah lagi kesenjangan antara pusat dan pinggiran kota.

PENDAHULUAN
Kawasan ‘pusat kota’, bisa ditafsirkan bermacam-macam. Ada yang
menyebut dengan istilah ‘urban center’ atau ‘urban core’. Ada yang menganggap
pusat kota sebagai ‘centralbussines district’’. Ada pula yang menyebut pusat kota
sebagai kawasan komplek pemerintahan atau‘civic center’.Istilah ‘pusat kota’,
menimbulkan adanya kawasan yang disebut sebagai ‘pinggiran kota’.Semuanya ini
tentunya tergantung dari sejarah perkembangan di masing-masing kota tersebut.
Kota-kota di Jawa berkembang dengan sangat pesat sekali, terutama setelah awal
abad ke 20. Hal ini disebabkan karena perkembangan penduduknya yang sangat
cepat, akibat besarnya urbanisasi yang terjadi pada kota-kota di Jawa dari tahun

5
ketahun. Daerah yang disebut sebagai ‘pusat kota’ sering mengalami pemugaran
untuk disesuaikan dengan tuntutan baru, terutama pada awal abad ke 21 ini. Tulisan
ini membahas tentang sejarah perkembangan kota di Jawa dengan memakai
kawasan ‘pusat kota’ sebagai pokok bahasan. Perlu dijelaskan bahwa pembahasan
tentang ‘pusat kota’ disini merupakan pembahasan tentang bentuk dan struktur kota
secara phisik, bukan dalam arti kebudayaan. Dimana bisa ditafsirkan bahwa pusat
dan pinggiran dibentuk dalam representasi politik.

PEMBAHASAN

1. Pusat Kota pada zaman Pra Kolonial sampai abad 18 di Jawa

Anderson (1983), memberikan gambaran tentang kota-kota Jawa pada masa


prakolonial sbb: kota-kota Jawa pada jaman prakolonial ibaratnya seperti nyala bola
lampu di malam hari. Makin terang cahaya lampu, makin banyak bintang malam
yang mengelilinginya. Makin suram cahaya lampu makin sedikit bintang malam
yang merubung. Artinya makin kuat seorang penguasa pada sebuah kota, maka
makin besar kotanya. Sebaliknya makin lemah penguasa, secara otomatis kotanya
akan menyusut. Jadi kota Jawa pada jaman prakolonial pada hakekatnya tidak
mempunyai batas administratif yang tetap. Semuanya tergantung pada
penguasanya.Seorang penguasa biasanya berkedudukan di ibukota kerajaan atau
kabupaten. Itulah sebabnya begitu mudahnya kota-kota besar dimasa lampau seperti
Demak, Kota Gede, Kartasura, Pajang dan lain-lain bisa runtuh bahkan hilang tanpa
bekas. Contoh yang jelas adalah Pajang.

2. Pusat Kota Pesisir pada zaman pra Kolonial di Jawa


Pada abad ke 13 sampai abad ke 15 , terjadi peningkatan perniagaan yang
besar di Asia Tenggara pada umumnya dan Jawa pada khususnya. Akibat dari
kemajuan dalam bidang pelayaran, banyak pedagang asing datang ke kota-kota di

6
pantai Utara Jawa. Mereka ini datang dari India (Jambudwipa), Kamboja, Cina,
Vietnam (Yawana), Campa, India Selatan, Bengali dan Siam. Akibat dari kemajuan
perdagangan tersebut adalah timbulnya elite-elite baru di daerah perkotaan di pantai
Utara Jawa. Elite baru ini tidak lagi berada di kota pedalaman ditengah dataran
persawahan, tapi di dekat laut yang menjadi sumber penghidupan mereka. Pada
masa itu kota Pesisir menjadi pusat peradaban baru. Timbullah kota-kota pelabuhan
besar di Jawa seperti Tuban, Gresik dan Surabaya serta kota-kota lain di pantai
Utara Jawa. Pedagang asing pun banyak yang bermukim di bagian tertentu di kota-
kota Pesisir tersebut. Maka timbullah dua daerah menjadi pusat kotanya yaitu
‘kawasan pemerintahan’ (political domain) dan ‘kawasan perdagangan’
(economical domain).

3. Pusat kota-kota di Jawa pada zaman VOC (Abad 18) sampai akhir abad ke 19.
Pusat kota-kota kolonial di Jawa pada pada abad ke 18, pada awalnya terpecah
menjadi dua, yaitu pusat pemerintahan Pribumi (terletak di alun-alun dengan
Kabupatennya), serta pusat pemerin-tahan Kolonial, dengan gedung Residen (untuk
ibukota Karesidenan) atau Asisten Residen (untuk ibukota Kabupaten). Pada akhir
abad ke 18, kawasan pemerintahan Pribumi dan kawasan pemerintahan Kolonial
Belanda ini diusahakan untuk dijadikan satu. Sedangkan daerah perdagangan
meskipun tetap menjadi kawasan yang ramai, tapi pamornya sebagai pusat kota jadi
menurun.
4. Pusat kota-kota di Jawa pada awal abad ke 20
Perubahan terhadap sistim administratif pemerintahan kota pada jaman
kolonial terjadi pada awal abad ke 20. Yaitu dengan adanya undang-undang
desentralisasi (desentralisatiewet) pada th.1903, dan baru dilaksanakan th.1905.
Undang-undang ini pada prinsipnya ingin memberikan kuasa pada kota-kota yang
telah ditentukan untuk memerintah kotanya sendiri dibawah pimpinan seorang
Walikota. Banyak kotamadya (Gemeente) yang mendirikan pusat pemerintahan

7
baru, dengan mendirikan gedung-gedung dengan gaya arsitektur kolonial modern
sebagai pusat kotanya Pemerintah kolonial Belanda ingin memperlihatkan eksistensi
kekuasaannya pada pusat kota yang baru dibangun. Salah satu caranya adalah
dengan membangun gedung-gedung Kotamadya dengan arsitektur kolonial modern
yang baru .

5. Pusat Kota di Jawa setelah kemerdekaan 1945


Menurut McGee (1991), proses perkembangan dan urbanisasi pada kota-
kota di Jawa setelah th. 1980 an ini ditandai dengan adanya restrukturisasi internal.
Salah satu cirinya adalah terjadinya proses pergeseran fungsi ‘pusat kota’, dari pusat
manufaktur menjadi pusat kegiatan jasa dan keuangan. Sedangkan kegiatan
manufaktur bergeser ke pinggiran kota. Akibatnya, secara fisik restrukturisasi ini
ditandai dengan perubahan penggunaan lahan secara besar-besaran, karena
munculnya lokasi-lokasi industri ditepi kota yang kemudian disusul dengan
munculnya daerah perumahan baru. Akibatnya kota-kota besar di Jawa seperti
Jakarta dan Surabaya telah mekar menjadi suatu mega-urban, yakni suatu
perkembangan wilayah kota yang menjalar kedaerah pedesaan dan berpusat di
‘pusat kota’. Kota-kota kecil di dekat kota besar mempunyai peran dalam
pemekaran wilayah kota besar tersebut. Sedangkan pusat kota nya sendiri sudah
tidak bisa menampung lagi perkembangan baru yang terjadi. Semuanya ini
merupakan gambaran dari perkembangan kota di Jawa yang berhubungan dengan
pusat kota dan pinggiran, setelah tahun 1990 an.

8
KESIMPULAN

1. Pusat kota pada zaman Prakolonial sampai abad 18 di Jawa


Dimana pada abad ini penguasa atau pemimpin pada sebuah kota lebih
berkuasa dan mengatur kota tersebut. Jadi, jatuh bangunnya suatu kota tergantung
pada pemimpinnya.
2. Pusat kota Pesisir pada zaman Prakolonial di Jawa
Dimana, pada zaman ini kawasan pesisir menjadi pusat perdagangan baik
dalam maupun luar negri sehingga terjalinnya kerjasama antar negara.
3. Pusat kota di Jawa pada zaman VOC (Abad 18) sampai akhir abad ke 19
Dimana Kota di Jawa terbagi ats dua bagian yaitu pusat pemerintahan
Pribumi dan pusat pemerintahan Kolonial. Akan tetapi perbedaan tesebut berhasil
disatukan.
4. Pusat Kota – kota di Jawa pada awal abad ke – 20
Terjadinya perubahan sisitem administrative pemerintahan pada kota.
5. Pusat kota di Jawa setelah Kemerdekaan 1945
Adanya proses perkembangan dan urbanisasi pada kota – kota di Jawa

9
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti Rully dan Handinoto. 2005. Kawasan “Pusat Kota” Dalam Perkembangan
Sejarah Perkotaan Di Jawa. Vol 33 No 1. Hal 34-42.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=67191&val=346&title=KAWASAN
https://medium.com/planologi-2015/perkembangan-planologi-di-dunia-b1d146e88341

10

Anda mungkin juga menyukai