Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Perkotaan pada semester tujuh.
Dosen Pembimbing :
PRODI GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
1
Sejarah perkembangan perencanaan wilayah dan kota di dunia
Proses urbanisasi sudah berlangsung sekitar 4000 tahun SM, di daerah yang
dikenal sebagai daerah Bulan — Sabit Yang Subur (Fertile Crescent), yang
membentang dari Lembah Sungai Nil sampai ke dataran alluvial Sungai Tigris dan
Efrat. Perencanaan kota dimulai dengan perkembangan bentuk- bentuk kerajaan-
kota yang didirikan oleh Bangsa Sumeria dan Assiria. Kota- kota yang dibangun
berfungsi sebagai benteng pertahanan sekaligus pusat perdagangan hasil pertanian.
2. Masa Yunani
3. Masa Romawi
Pada tahun 27 SM, Kota Roma menggantikan Athena sebagai pusat dunia
barat. Bangsa Romawi berhasil menaklukkan berbagai wilayah, sehingga Romawi
2
dapat membangun jalan- jalan imperiumnya dari Inggris ke Babilon dan Spanyol ke
Mesir. Hal ini memicu Roma sebagai wilayah dengan perencanaan kota dengan
sistem transportasi pertama di dunia.
4. Abad Pertengahan
5. Renaissance
3
6. Revolusi Industri
Revolusi Industri dimulai saat penemuan mesin uap oleh James Watt pada
tahun 1769. Produksi barang- barang yang meningkat akhirnya menyebabkan
pabrik- pabrik bermunculan, seiring dengan berkembang pesatnya pekerja pabrik.
Pada tahun 1800an, ditemukanlah kereta uap dipacu oleh kebutuhan pabrik-
pabrik untuk mendistribusikan barang produksinya kepada konsumen secara cepat.
Dengan adanya kereta uap ini, kota- kota lebih terbuka karena pembangunan rel-
rel. Mulailah masalah- masalah seperti kriminalitas, kemacetan, polusi udara, dan
polusi air terjadi.
Masalah ini memicu munculnya gerakan reformasi pada akhir abad ke 19.
Dibentuklah undang — undang kesehatan masyarakat dengan standar perumahan,
pengontrolan guna lahan, dan tinggi bangunan. Aspek sosial dan lingkungan
sebagai bahan pertimbangan perencanaan wilayah yang utama ini dicetuskan oleh
Ebener Howard. Selain itu muncul juga Patrick Gaddes dengan teori
perencanaannya yang dinamakan ‘urban conurbation’. Selanjutnya Patrick Gaddes
dikenal sebagai bapak perencanaan modern.
7. Pasca Industri
4
LITERATUR REVIEW JURNAL
PENDAHULUAN
Kawasan ‘pusat kota’, bisa ditafsirkan bermacam-macam. Ada yang
menyebut dengan istilah ‘urban center’ atau ‘urban core’. Ada yang menganggap
pusat kota sebagai ‘centralbussines district’’. Ada pula yang menyebut pusat kota
sebagai kawasan komplek pemerintahan atau‘civic center’.Istilah ‘pusat kota’,
menimbulkan adanya kawasan yang disebut sebagai ‘pinggiran kota’.Semuanya ini
tentunya tergantung dari sejarah perkembangan di masing-masing kota tersebut.
Kota-kota di Jawa berkembang dengan sangat pesat sekali, terutama setelah awal
abad ke 20. Hal ini disebabkan karena perkembangan penduduknya yang sangat
cepat, akibat besarnya urbanisasi yang terjadi pada kota-kota di Jawa dari tahun
5
ketahun. Daerah yang disebut sebagai ‘pusat kota’ sering mengalami pemugaran
untuk disesuaikan dengan tuntutan baru, terutama pada awal abad ke 21 ini. Tulisan
ini membahas tentang sejarah perkembangan kota di Jawa dengan memakai
kawasan ‘pusat kota’ sebagai pokok bahasan. Perlu dijelaskan bahwa pembahasan
tentang ‘pusat kota’ disini merupakan pembahasan tentang bentuk dan struktur kota
secara phisik, bukan dalam arti kebudayaan. Dimana bisa ditafsirkan bahwa pusat
dan pinggiran dibentuk dalam representasi politik.
PEMBAHASAN
6
pantai Utara Jawa. Mereka ini datang dari India (Jambudwipa), Kamboja, Cina,
Vietnam (Yawana), Campa, India Selatan, Bengali dan Siam. Akibat dari kemajuan
perdagangan tersebut adalah timbulnya elite-elite baru di daerah perkotaan di pantai
Utara Jawa. Elite baru ini tidak lagi berada di kota pedalaman ditengah dataran
persawahan, tapi di dekat laut yang menjadi sumber penghidupan mereka. Pada
masa itu kota Pesisir menjadi pusat peradaban baru. Timbullah kota-kota pelabuhan
besar di Jawa seperti Tuban, Gresik dan Surabaya serta kota-kota lain di pantai
Utara Jawa. Pedagang asing pun banyak yang bermukim di bagian tertentu di kota-
kota Pesisir tersebut. Maka timbullah dua daerah menjadi pusat kotanya yaitu
‘kawasan pemerintahan’ (political domain) dan ‘kawasan perdagangan’
(economical domain).
3. Pusat kota-kota di Jawa pada zaman VOC (Abad 18) sampai akhir abad ke 19.
Pusat kota-kota kolonial di Jawa pada pada abad ke 18, pada awalnya terpecah
menjadi dua, yaitu pusat pemerintahan Pribumi (terletak di alun-alun dengan
Kabupatennya), serta pusat pemerin-tahan Kolonial, dengan gedung Residen (untuk
ibukota Karesidenan) atau Asisten Residen (untuk ibukota Kabupaten). Pada akhir
abad ke 18, kawasan pemerintahan Pribumi dan kawasan pemerintahan Kolonial
Belanda ini diusahakan untuk dijadikan satu. Sedangkan daerah perdagangan
meskipun tetap menjadi kawasan yang ramai, tapi pamornya sebagai pusat kota jadi
menurun.
4. Pusat kota-kota di Jawa pada awal abad ke 20
Perubahan terhadap sistim administratif pemerintahan kota pada jaman
kolonial terjadi pada awal abad ke 20. Yaitu dengan adanya undang-undang
desentralisasi (desentralisatiewet) pada th.1903, dan baru dilaksanakan th.1905.
Undang-undang ini pada prinsipnya ingin memberikan kuasa pada kota-kota yang
telah ditentukan untuk memerintah kotanya sendiri dibawah pimpinan seorang
Walikota. Banyak kotamadya (Gemeente) yang mendirikan pusat pemerintahan
7
baru, dengan mendirikan gedung-gedung dengan gaya arsitektur kolonial modern
sebagai pusat kotanya Pemerintah kolonial Belanda ingin memperlihatkan eksistensi
kekuasaannya pada pusat kota yang baru dibangun. Salah satu caranya adalah
dengan membangun gedung-gedung Kotamadya dengan arsitektur kolonial modern
yang baru .
8
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti Rully dan Handinoto. 2005. Kawasan “Pusat Kota” Dalam Perkembangan
Sejarah Perkotaan Di Jawa. Vol 33 No 1. Hal 34-42.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=67191&val=346&title=KAWASAN
https://medium.com/planologi-2015/perkembangan-planologi-di-dunia-b1d146e88341
10