Arsitektur Kota
05
Fakultas Teknik Sipil Teknik Arsitektur W121700031 Rr. Diana Ayudya, ST, MT
Dan Perencanaan
Abstract Kompetensi
Memberikan penjelasan dan Mahasiswa mampu menjelaskan dan
pemahaman Sejarah dan Teori memahami Sejarah dan
Pendekatan Perancangan Arsitektur Teori Pendekatan
Kota Perancangan Arsitektur Kota
SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA
PRA SEJARAH
Kehidupan
Sebelum mengenal peradaban, kehidupan manusia (homo sapiens) dilakukan dengan
cara mengeksplorasi alam. Untuk mencari makanan mereka langsung mencari dari alam
dengan cara memetik buah-buahan di hutan, berburu binatang untuk mendapatkan daging,
mencari ikan di sungai atau danau, menggali tanah untuk mencari umbi-umbian.
Wilayah
Sebelum mengenal peradaban, wilayah ditandai dengan batas-batas alam seperti sungai,
hutan, lembah, gunung; yang menandai batas mereka mencari penghidupan.
Dalam budaya megalitik, wilayah kekuasan ditandai dengan menhir yang diinterpretasikan
sebagai perkawinan langit dan bumi yang memungkinkan tempat tinggal manusia bisa
dibangun. Keberadaan menhir memberi petunjuk kepada orang asing bahwa wilayah
sekitarnya telah menjadi wilayah bertuan (Wiryomartono; 1995).
Tempat tinggal dibuat dengan memanfaatkan alam; yaitu tinggal di gua; di atas pohon; atau
membuat tenda dari kulit binatang (cara hidup nomaden)
Kehidupan
Setelah mengenal alat (batu,
besi, roda) manusia mampu
membudidayakan makanan
dengan cara bercocok
tanam, beternak, memelihara
ikan.
Surplus makanan
menyebabkan terjadinya
segregasi masyarakat;
muncul kelompok petani,
pedagang, prajurit dan
pemimpin (awal kehidupan
kota yang dipimpin
penguasa).
Wilayah
Wilayah kekuasaan di luar
tempat tinggalnya ditandai
dengan menhir yang
ditempatkan pada batas-
batas wilayah.
Surplus makanan
Setelah berhasil membudidayakan makanan, manusia mengalami surplus makanan.
Kelompok masyarakat pembudidaya makanan yang kemudian disebut petani atau
peternak, mampu memberi makan seluruh anggota masyarakat yang lain. Muncul
diversifikasi dan stratifikasi kelompok masyarakat : petani, pedagang, penguasa, prajurit,
pengrajin.
Perebutan hegemoni
Kelompok mapan melihat kelompok lain lebih makmur dari pada kelompoknya sendiri –
muncul nafsu ingin menguasai – dilanjutkan dengan penyerbuan ke kelompok-kelompok
lain. Hasilnya ada kelompok yang kalah dan menang. Kelompok terkuat yang menang
menjadi penguasa atas kelompok lainnya. Muncul pola : penguasa – jajahan.
Kelompok penguasa menjadi embrio pemusatan kekuasaan pada periode klasik yang
memngawali munculnya budaya kota.
Diawali dengan penguasaan kelompok satu terhadap kelompok lain yang melahirkan
hegemoni kekuasaan oleh raja dan bangsawan, militer, kelompok agama, rakyat. Masing-
masing membangun kota sesuai dengan kepentingannya.
Muncul kota-kota tertua sejak 7000 SM (Jericho dekat S. Jordan); 6500 SM (Catal Huyuk
Turki); 6000 SM (Euphrat dan Tigris); 3100 SM (Ur di Sumeria; Memphis Mesir); sekitar
2400 SM (Mohenjo Daro dan Harapa); 1650 SM (Cheng-chou Cina).
Kota-kota abad pertengahan mulai dibangun pada abad ke-11 sampai abad ke-13 yang
ditujukan untuk kepentingan kegiatan perdagangan, pemasaran dan pertanahan.
Kota abad pertengahan yang tumbuh menjadi besar, antara lain adalah :
• Florence yang merupakan tempat kedudukan dari kekuatan politik
• Venesia yang tumbuh menjadi pusat perdagangan dunia;
• Siena yang terbagi menjadi beberapa kelompok politik yang menguasai topografi
tertentu yang disatukan oleh sebuah piazza berbentuk kerang bernama Piazza del
Campo
• Paris yang tumbuh menjadi pusat perdagangan dunia.
Penemuan mesiu pada abad ke-15 telah merubah struktur kota abad pertengahan. Di luar
kota benteng dibangun tembok-tembok baru agak jauh dari kota untuk membentuk suatu
kawasan penyangga yang disebut ”daerah tak bertuan” yang difungsikan untuk menampung
jatuhnya peluru meriam musuh agar tidak mencapai tembok kota.
Sebelum revolusi industri ada satu periode dimana kemampuan berpikir manusia mendapat
penghargaan tinggi. Masyarakat menjunjung tinggi rasio – sehingga kota-kota juga dirancang
berdasarkan pemikiran rasional.
Periode ini diawali oleh penemuan mesin uap pada tahun 1712 oleh Thomas New Conen
kemudian disempurnakan dan dipatenkan oleh James Watt pada tahun 1796; menandai
dimulainya revolusi industri di Inggris, yang berarti tenaga manusia dapat dibantu atau
digantikan oleh mesin-mesin.
Kolaborasi antara penemuan baru para ilmuwan dan kekuatan modal para pemilik modal
menghasilkan industri-industri yang memenuhi Kota London yang kemudian diikuti oleh kota-
kota lain di Eropa.
Sebuah konsep kota baru untuk menjawab permasalah yang ditimbulkan revolusi industri
diusulkan oleh Ebenezer Howard. Ia ingin mengatasi kepadatan kota-kota industri dengan
membangun garden city di luar wilayah terbangun agar penduduk dapat hidup kembali ke
alam.
KOTA BURUH
KOTA MODERN
Salah satu kota modern di Amerika Serikat adalah New York yang awalnya adalah
permukiman orang Belanda yang dinamakan New Amsterdam. Kota semakin berkembang
setelah dibangunnya kanal-kanal baru, jaringan tram, industri, pusat bisnis Manhattan yang
kelak menjadi pusat perdagangan dunia.
Ciri New York sebagai kota modern terlihat pada penggunaan teknologi modern seperti listrik,
elevator, AC; munculnya bangunan pencakar langit; berkembang pesatnya kegiatan bisnis
(bank, asuransi, pasar modal), industri di dalam kota, dan penggunaan peraturan zoning.
Pada awal abad ke-20 muncul pemikiran para visioner untuk mengatasi masalah-masalah
perkotaan yang semakin kompleks.
• Edgar Chambless, seorang Amerika mengusulkan kota dengan bangunan-bangunan
menerus yang bagian atapnya dapat dilewati kendaraan. Di Inggris diperkenalkan
dengan nama “Motopia”.
• Pada tahun 1910, seorang Perancis bernama Eugene Henard mempublikasikan “The
Cities of The Future”, yang mengusulkan jaringan jalan, jaringan jalan bawah tanah,
dan pesawat yang bisa mendarat di atap bangunan.
• Seorang futuris italia bernama Antonio Sant’Elia menggagas sebuah metropolis
bernama “La Citta Nuova”, sebuah kota berbasis pergerakan transportasi vertikal
maupun horisontal.
• Richrad Buckminster Füller dengan teori dymaxion yang menghasilkan bangunan-
angunan dan kota berbentuk kubah yang bisa dibangun dimana dan kapan saja.
Inteligent city yang dibangun oleh Mitshubishi di Jepang
• Gagasan pembangunan floating city dan flying city
FLOATING CITY
Saat terjadi revolusi Industri yang dilandasi semangat rasionalisasi dan liberalisasi dari
kekuatan pasar bebas pada awal abad 19, berhasil mendorong pelaku ekonomi untuk
memaksimalkan hasil produksi dengan meminimalkan biaya produksi. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan menggantikan tenaga manusia dan hewan dengan mesin. Hal ini
telah menyebabkan terjadinya surplus besar-besaran dari hasil-hasil produksi karena adanya
percepatan proses produksi. Di sisi lain, pengurangan tenaga manusia dalam proses produksi
telah menyebabkan tingginya angka pengangguran sehingga daya beli masyarakat menjadi
sangat terbatas sehingga telah menyebabkan adanya kesenjangan yang pada gilirannya
menyebabkan munculnya ketidakadilan sosial.
Selain dari segi kegiatan ekonomi, efisiensi biaya produksi juga dilakukan di penataan ruang
dengan cara memperpendek jarak tempuh dari masing-masing unsur produksi, yaitu dengan
disatukannya hunian, produksi/pabrik, pergundangan dan pemasaran dalam sebuah
kawasan. Semakin maraknya produk efisiensi ini menghasilkan banyaknya kawasan
campuran yang saling berdekatan antara industri sekaligus permukiman. Hal ini
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan kekumuhan ruang kota karena kota-kota
Eropa. Apalagi pada masa itu, arsitektur kota-kota di Eropa dibangun dengan gaya klasik
dengan gang-gang sempit tanpa adanya sistem drainase dan sanitasi yang direncanakan
untuk dapat menampung kegiatan industri skala besar. Bisa dikatakan bahwa saluran-saluran
air menjadi mampet dan sarang bagi berbagai penyakit.
Permasalahan ruang ini kemudian mendorong munculnya teori zonasi (zoning) yang
menekankan pada usaha untuk membagi lahan menjadi beberapa fungsi tertentu yang
spesifik. Teori zonasi inilah yang menjadi titik tolak bagi sejarah perencanaan kota di dunia
yaitu kristalisasi modern planning dan urban planning di Eropa.
Konsep urban planning negara-negara di Eropa terutama Amerika Serikat dan Inggris ini
dibawa ke negara berkembang pada saat kolonialisasi atau penjajahan oleh negara-negara
Eropa di negara berkembang. Pada awalnya bangsa Eropa bermaksud berdagang dengan
negara-negara dunia ketiga. Mereka kemudian membangun gudang di beberapa wilayah di
negara berkembang untuk mengumpulkan barang lokal terutama rempah-rempah.
Ketika kolonialisme mulai surut, negara-negara Eropa memasuki dunia ketiga dengan
membanjiri pasar di negara berkembang dengan berbagai produk sisa dari surplus besar-
besaran di Eropa Barat sehingga negara berkembang/terbelakang telah menjadi pasar
potensial bagi negara maju.
Fenomena lain adalah terjadinya proses industrialisasi yang dilandasi dengan second hand
technology yang diimpor dari negara maju dan dipusatkan di kota-kota besar di negara
berkembang sehingga menjadikan negara berkembang/terbelakang menjadi semakin
konsumtif, terutama hal ini terjadi di daerah perkotaan.
Pertumbuhan kota di dunia ketiga sangat pesat yang didorong oleh adanya berbagai second
hand technology dari negara maju telah menyebabkan kota memiliki daya tarik bagi
masyarakat desa. Dampak yang paling nyata dari hal ini adalah terjadinya proses urbanisasi
besar-besaran. Hal ini telah menyebabkan beban kota menjadi pesat dan memunculkan
berbagai masalah tata ruang seperti kampung kumuh, kurangnya infrastruktur kota,
munculnya sektor informal dan terjadinya urban primacy. Berbagai permasalahan tersebut
kemudian mendorong munculnya urban planning kedua. Proses urban planning pada tahap
ini ditandai dengan munculnya perencanaan komprehensif, pendekatan-pendekatan ilmiah
dalam perencanaan kota, dan perkembangan sistem kelembagaan di negara-negara dunia
ketiga.
Meitri H C Daluarti, ST., MT.. Perancangan Arsitektur Dan Perancangan Kota. 2012 File UPI Direktori
http://file.upi.edu diakses pada tanggal 9 Maret 2019
Jamila, Rona Fika. Modul Mata Kuliah Arsitektur Kota. Jakarta : Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercubana. 2018
Krismanto Kevin. Peran Arsitek Dalam Mengembangkan Wajah Kota. 2018. Portal IAI Jakarta
https://www.iai-jakarta.org diakses pada tanggal 9 Maret 2019
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 17/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota
Utami, Tin Budi. Modul Mata Kuliah Arsitektur Kota. Jakarta : Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercubana. 2015
www.radarplanologi.com