SOSIOLOGI PERKOTAAN
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi besar
kita Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang seperti saat ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah studi Sosiologi
Perkotaan serta teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami senantiasa terbuka untuk menerima saran dan
kritik pembaca demi penyempurnaan makalah berikutnya.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
BAB I
PENDAHULUAN
“Kota merupakan hasil cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang paling rumit sepanjang
peradaban. Kota dapat dikatakan sebagai tempat yang padat dan dihuni oleh orang-orang
yang heterogen (beragam)”.
A. Latar Belakang
Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian ini
lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupan serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda
dengan masyarakat perdesaan. Perhatian masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-
aspek seperti pakaian, makanan dan perumahan, tetapi lebih luas lagi.
Munculnya peradaban sebuah kota serta perkembangan pemukiman dalam
bentuk kota diketahui muncul pada masa Neolitikum yang berlangsung sekitar 5.500-
7.500 tahun lalu. Sebelum masa tersebut, pemukiman manusia bersifat sementara
karena harus mengikuti gerak hewan buruan, serta alasan menhindari musim yang
keras (Eko A. Meinarno, 2011: 220). Bentuk huniannya biasanya rumah diatas pohon
atau di dalam gua.
Manusia ada upaya untuk melakukan pembudidayaan tetumbuhan dan
domestikasi hewan, pemukiman yang bersifat permanen mulai muncul. Hal tersebut
didukung oleh fakta dengan ditemukannya area pertanian awal di Timur Tengah,
Cina, Amerika Selatan, dan Asia Barat Daya dengan usia yang sama dengan masa
Neolitikum (Eko A. Meinarno, 2011: 220).
Daerah-daerah pertanian seperti diatas membuka peluang untuk proses saling
bertukar hasil produksi di suatu tempat yang akan menjadi kota. Di sini, pranata
(institutions) pasar secara berangsur-angsur berkembang dan dimanfaatkan sebagai
sarana untuk melakukan pertukaran dan transaksi.
Tempat yang strategis mensyaratkan sarana transportasi untuk pegangkutan
yang berupa jalan darat ataupun sungai. Si sekitar lokasi transaksi secara berangsur-
angsur tumbuh pemukiman penduduk yang permanen dan berfungsi untuk
menyimpan. Terbentuknya pemukiman masyarakat dengan jumlah penduduk yang
besar, padat, dan beragam merupakan ciri peradaban manusia yang maju.
Dengan demikian, kota pada akhirnya suatu ciptaan peradaban umat manusia
yang lahir dari perdesaan. Perdesaan merupakan cikal bakal lahirnya sebuah
perkotaan. Kota adalah pemukiman baru warga desa yang tinggal di perkotaan karena
orang-orang kota pada mulanya adalah orang-orang desa. Orang-orang desa lebih
bersifat sama (homogen), setelah pindah ke tempat lain (kota) bersifat campuran
(heterogen) sebab orang yang banyak pindah ke kota tidak berasal dari satu desa,
tetapi dari banyak desa yang ingin bermukim.
B. Rumusan Masalah
Sebagai makhluk sosial, serta kami mahasiswa yang memasuki jurusan
Sosiologi, mempelajari Sosiologi Perkotaan untuk mengetahui apa saja yang harus
dimengerti dari Sosiologi Perkotaan. Termasuk objek sosiologi itu sendiri, yaitu
masyarakat, bagaimana masyarakarat dan karakterisitik dari sosiologi perkotaan ini.
Begitu pun hal-hal yang menyangkut dengan sosiologi perkotaan ini
C. Tujuan Masalah
Tentu, tujuan kami adalah untuk menambah ilmu dan mengetahui lebih dalam
lagi tentang sosiologi perkotaan ini. Selain itu, kami juga ingin mengetahui
bagaimana individual dari masyarakat perkotaan serta karakteristik masyarakat
perkotaan. Lalu kami pun ingin mengetahui apa saja ciri-ciri dari sosiologi perkotaan
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kota
Kota berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “kotta” yang dalam ungkapan lain
disebut sebagai kita atau kuta. Berdasarkan kamus Bahasa Sanserkera Indonesia dan
Sanserkerta Inggris, kota berarti kubu atau perbentengan (stronghold) (Eko A.
Meinarno, 2011: 221). Ada banyak definisi yang berkaitan dengan kota. Definisi kota
yang komplit (refresentatif) dijelaskan oleh Wirth (Safari Imam, 1993: 19), yaitu
sebuah pemukiman yang penduduknya relatif besar, padat, permanen, dan dihuni oleh
orang yang heterogen. Pengertian ini menunjukan bahwa kota memiliki jumlah
penduduk yang sangat besar dan padat. Kawasan perkotaan berdasarkan jumlah
penduduknya diklasifikasikan menjadi :
1. Kawasan perkotaan kecil, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani sebesar 10.000 hingga 100.000 jiwa;
2. Kawasan perkotaan sedang, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani sebesar 100.001 hingga 500.000 jiwa;
3. Kawasan perkotaan besar, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani lebih besar dari 500.000 jiwa;
4. Kawasan perkotan metropolitan, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk
yang dilayani lebih dari 1.000.000 jiwa.
Dilihat dari segi fisik, kota didefinisikan sebagai pemukiman yang mempunyai
bangunan-bangunan perumahan yang berjarak relatif padat dan yang mempuntai
sarana dan prasarana serta fasilitas-fasilitas yang relatif memadai untuk memenuhi
kebutuhan penduduknya.
Berdasarkan segi jumlah penduduk, kota didefinisikan sebagai kesepakatan
mengenai jumlah minimum populasi yang dapat digunakan untuk mengualifikasikan
pemukiman sebagai suatu kota.
Berdasarkan sudut demografis, kota dirumuskan sebagai pengelompokan
orang atau penduduk dalam ukuran jumlah tertentu, dan wilayah tertentu. Sebagai
suatu prosedur yang umum, kota (urban) adalah tempat pemukiman yang mempunyai
jumlah penduduk besar.
B. Sejarah dan Perkembangan Kota
Setiap kota mengalami sejarah pertumbuhan dan perkembangan sehingga
menjadi kota besar. Proses pembentukan kota tidak lepas dari segala aktivitas
manusia. Banyak kota di dunia berawal dari desa. Desa adalah pemukiman yang
penghuninya terikat dalam kehidupan dan bergantung pada wilayah di sekelilingnya.
Dalam perjalanan waktu, karena keadaan topografis dan lokasinya, desa berkembang
menjadi kota (pemekaran kota). Kemudian sejarah terbentuknya kota yang ada di
suatu negara umumnya bervariasi, tetapi memiliki inti yang sama. Terbentuknya kota
juga bisa dikatakan sebagai awal sebuah tempat pertemuan antar penduduk desa
dengan penduduk di sekitar desa, baik untuk transaksi keperluan hidup, tempat
perkumpulan barang maupun tukar menukar barang. Lama-kelamaan ada yang
bermukim di sekitar tempat itu kemudian menjadi semakin besar. Berdatangan pula
penduduk dari daerah sekitar ke ke tempat itu serta ke daerah lainnya, kemudian
membentuk sebuah kota atau menjadi kota besar.
Menurut Gideon Sjoberg dalam S. Meno dan Mustamin Alwi (1992:18) ada
tiga tingkatan pergerakan manusia hingga menjadi masyarakat kota, yaitu :
Preurban feudak society, yaitu masyarakat feodal sebelum adanya atau menjadi kota-
kota;
Preindustrial feudal society, yaitu masyarakat feodal sebelum adanya industri;
Moderen industrial feurial society, yaitu masyarakat feodal dengan industri maju.
Dilihat dari pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan kota terdiri atas
tiga tahap, yaitu :
Fase teknik, yang bertumpu pada eksploitasi sumber daya tenaga air dan angin oleh
manusia (kincir-kincir yang digerakkan oleh air dan angin);
Fase paleo teknik, yaitu tahap pengembangan uap sebagai sumber tenaga dengan batu
bara sebagai bahan bakarnya;
Fase neoteknik, di mana sumber tenaganya adalah listrik dan bahan bakarnya adalah
bensin. Saat ini dikembangkan tenaga matahari dan nuklir.
Kota-kota di Indonesia ternyata memiliki sejarah dan perkembangannya
tersendiri. Menurut Koentaraningrat dalam S. Meno dan Mustamin Alwi (1992: 21)
menjelaskan bahwa kota-kota di Indonesia bermula dari adanya kota-kota istana,
kemudian kota pusat keagamaan, dan terakhir kota pelabuhan. Kemudian muncul pula
istilah kota administrasi.
C. Fungsi Kota
Kota dapat memberikan pelayanan penting bagi mereka yang ada di dalam
kota ataupun yang tinggal disekeliling kota, atau mereka yang melakukan perjalanan
serta berdiam sementara di kota tersebut. kegiatan fisik dalam kota memerlukan
perhatian dan perancangan sesuai fungsi masing-masing. Untuk melakukan fungsi
tersebut, kota perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai seperti
kawasan industri, pemukiman, perdagangan, pemerintahan, sarana kebudayaan,
kesehatan, rekreasi dan lainnya.
Pusat berbagai kegiatan untuk daerah sekitarnya, kota-kota model ini menjadi ruang
produktif yang luas.
Pusat penyedia transportasi merupakan break-of-bulk, merupakan pelayanan
sepanjang rute transportasi mencapai daerah-daerah tertentu.
Titik konsentrasi pelayanan khusus, sebagai tempat perdagangan, perindustrian,
rekreasi, dan tempat menjamu tamu dari kota lain.
G. Komunitas Perkotaan
Para sarjana sosiologi memberikan definisi tentang kota secara berbeda-beda sesuai
dengan sudut pandang masing-masing.
(1) Max Weber
Suatu tempat disebut kota apabila penduduk atau masyarakatnya dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.
(2) Wright
Kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, serta dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Akibatnya hubungan sosial
menjadi longga, acuh dan tidak bersifat pribadi.
(3) Haris dan Ulman
Kota merupakan pusat pemukiman dan pemanfaatan bumi oleh manusia. Kota-kota
sekaligus merupakan paradoks. Pertumbuhannya cepat dan luasnya kota-kota
menunjukkan keunggulan dalam mengeksploitasi bumi. Dipihak lain, berakibat
munculnya lingkungan miskin bagi manusia.
(1) Suatu tempat disebut kota apabila penduduk atau masyarakatnya dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.
(2) Masyarakat perkotaan bertempat tinggal di tempat-tempat yang strategis untuk dua
kebutuhan penting, yaitu perekonomian dan pemerintahan. Tempat-tempat yang
demikian memberi jaminan terhadap kelancaran transportasi, komunikasi dan
informasi. Misalnya, di sepanjang jalannya, di daerah pantai dan di sekitar sungai
besar.
(3) Struktur hidup perkotaan yang mencakup keanekaragaman penduduk, ras, etnis dan
kebudayaan.
(4) Kota merupakan kumpulan kelompok sekunder, seperti asosiasi pendidikan, partai
politik, pemerintahan, perekonomian.
(5) Pergaulan hidup penduduk kota bersifat individualism, setiap orang tidak bergantung
kepada orang lain. Akibatnya antar-individu tidak saling mengenal, hubungan pribadi
berubah menjadi hubungan kontrak, komunikasi dilakukan melalui media komunikasi
massa, seperti koran, majalah, radio, televise, telpon dan sebagainya.
(6) Terdapat pemukiman yang terbagi dalam beberapa lokasi atau blok sesuai dengan
jenis pekerjaan orang yang menempatinya, seperti, daerah pertokoan, daerah
kemiliteran, daerah kumuh (slum).
(7) Kesenjangan sosial dalam kehidupan masyarakat tampak secara jelas yang tercermin
dalam sarana atau prasarana kehidupan penduduk.
(8) Pola berpilar bersifat rasional dan cenderung disesuaikan dengan situasi yang
berkembang dimasyarakat.
(9) Memiliki jiwa urbanisme, sikap dan perilaku masyarakat kota selalu berubah
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kategori Perkotaan, yaitu suatu wilayah yang diperkirakan penduduknya
menjalankan adat istiadat yang ada kurang dari 20%.
Kenyataannya menunjukkan bahwa di desa pun kita dapatkan sifat-sifat
masyarakat kota, seperti impersonal, pamrih, individualistik, dan sebagainya.
Sementara itu, di daerah perkotaan pun masih ditemukan karakteristik masyarakat
pedesaan, seperti hubungan kekeluargaan yang akrab dan tanpa pamrih.
Kota didefinisikan bahwa sebagia besar penduduknya bekerja di bidang off
farm (di luar sektor pertanian), atau dengan kata lain sumber kehidupan
masyarakat kota adalah dari kegiatan atau pekerjaan di luar sektor pertanian.
Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan adalah salah satu contoh dari
kehidupan kelompok yag bersifat gemeinschaft untuk pedesaan dan gesellschaft
untuk masyarakat perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Sosiologi Perkotaan: Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya, Dr. Adon
Nasrullah Jamaludin,M.Ag
Buku Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat
Buku Sosiologi 2