KOTA
BY KELOMPOK 4
KELOMPOK 4
Muhammad Jusmirad
Rezkia Yusuf
Almaida
Wahyuni Ramadani
Wahyuni Umar
Mutmainna
Yusnianti
DEFINISI KOTA
Kota berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu “kotta” yang
dalam ungkapan lain disebut sebagai kita atau kuta.
Berdasarkan kamus Bahasa Sangsekerta-Indonesia dan
Sangsekerta-Inggris, kota berarti kubu atau perbentengan
(stronghold) (Eko A. Meinarno, 2011: 221). Adapun dalam literatur
Anglo-Amerika, terdapat dua istilah untuk memaksudkan “kota”,
yaitu “town” dan “city”. Dalam bahasa lndonesia, “town”
cenderung disepadankan dengan “kota kecil”, sedangkan “city”
diartikan dengan “kota besar”.
kota adalah sebuah pemukiman yang penduduknya relatif
besar, padat, permanen, dan dihuni oleh orang yang heterogen.
PERKEMBANGAN KOTA
JH. De Goode dalam S. Meno dan Mustamin Alwi (1992: 18)
menjelaskan sebuah masyarakat berkembang menjadi kota
apabila memiliki beberapa faktor berikut:
Kota istana. Dicirikan oleh susunan spatialnya yang men- cerminkan konsepsi rakyat tentang alam
semesta. Raja dan istananya dipandang sebagai pusat alam semesta dan penjaga keseimbangan.
Kota pusat keagamaan. Susunan spatialnya berkisar di makam raja-raja, sebuah bangunan suci
berupa candi, stupa, dan lain-lain. Bangunan itu dikelilingi oleh perumahan para pandita, biksu,
atau mereka yang bertugas memelihara bangunan-bangunan suci dan pusat-pusat keagamaan.
Kota pelabuhan. Susunan spatialnya terdiri atas bagian-bagian tempat tinggal para penguasa
pelabuhan, yang dekat dengan pelabuhan, dan beberapa perkampungan tempat bermukimnya
para pedagang asing, yang terpisah-pisah, dan disebut kampung menurut nama negeri asal
mereka.
Kota administrasi. Masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia, khususnya ketika Belanda mulai
menjajah negeri ini, maka muncullah kota-kota bentuk baru, yaitu berupa kota-kota administrasi.
Kota- kota ini mengambil lokasi di kota-kota sebagaimana penjelasan di atas. Susunan spatial kota
administrasi ini berkisar disekeliling sebuah lapangan atau alun-alun
PERKEMBANGAN KOTA MENURUT
LEWIS MUMFORD
Lewis Mumford dalam Daldjoeni (1997: 141-142). Ia menjelaskan enam tahap
perkembangan sejarah kota, yaitu sebagai berikut.
Eopolis. Kota ini menempati suatu pusat dari daerah pertanian dengan adat-istiadat yang
bercorak kedesaan dan serba sederhana,.
Polis. Sebutan ini berasal dari zaman Yunani dan Romawi. Kota merupakan pusat hidup
keagamaan dan pemerintahan. Bentuknya saja semacam benteng yang kuat; di dalamnya
terdapat tempat khusus untuk peribadatan, pasar yang ramai yang bertalian erat dengan
kegiatan macam industri kecil. Penduduknya terdiri atas beragam tukang dengan macam
keahliannya. Ada pula berbagai lembaga pendidikan, tempat- tempat hiburan dan stadion
besar untuk olahraga.
Metropolis. Dalam kota besar ini bertemulah orang dari berbagai bangsa untuk
berdagang dan tukar-menukar harta budaya rohani. Juga terdapat percampuran
perkawinan antarbangsa dan ras dengan akibat munculnya filsafat dan kepercayaan baru.
Selain keagungan kota secara fisik kota menyajikan kontras yang menonjol
antaragolongan kaum kaya dan kaum miskin.
Lanjutan