Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN

KOTA

BY KELOMPOK 4
KELOMPOK 4
Muhammad Jusmirad
Rezkia Yusuf
Almaida
Wahyuni Ramadani
Wahyuni Umar
Mutmainna
Yusnianti

DEFINISI KOTA
Kota berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu “kotta” yang
dalam ungkapan lain disebut sebagai kita atau kuta.
Berdasarkan kamus Bahasa Sangsekerta-Indonesia dan
Sangsekerta-Inggris, kota berarti kubu atau perbentengan
(stronghold) (Eko A. Meinarno, 2011: 221). Adapun dalam literatur
Anglo-Amerika, terdapat dua istilah untuk memaksudkan “kota”,
yaitu “town” dan “city”. Dalam bahasa lndonesia, “town”
cenderung disepadankan dengan “kota kecil”, sedangkan “city”
diartikan dengan “kota besar”.
kota adalah sebuah pemukiman yang penduduknya relatif
besar, padat, permanen, dan dihuni oleh orang yang heterogen.
PERKEMBANGAN KOTA
JH. De Goode dalam S. Meno dan Mustamin Alwi (1992: 18)
menjelaskan sebuah masyarakat berkembang menjadi kota
apabila memiliki beberapa faktor berikut:

·jumlah penduduk keseluruhan


·penguasaan atas alam lingkungan
·kemajuan teknologi
·kemajuan dalam organisasi sosial
PERKEMBANGAN KOTA DILIHAT DARI
PEMANFAATAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI
Dilihat dari pemanfatan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan kota
terdiri atas tiga tahap, yaitu:
fase teknik, yang bertumpu pada eksploitasi sumber daya tenaga air dan
angin oleh manusia (kincir-kincir yang digerakkan oleh tenaga air dan
angin);
fase palaeo teknik, yaitu tahap pengembangan uap sebagai sumber
tenaga, dengan batu bara sebagai bahan bakarnya;
fase neoteknik, di mana sumber tenaganya adalah listrik dan bahan
bakarnya adalah bensin. Saat ini dikembangkan tenaga matatrari dan
nuklir.
PERKEMBANGAN KOTA
MENURUT KOETJARANINGRAT
Menurut Koentjaraningrat dalam S. Meno dan Mustamin Alwi (1992: 21) menjelaskan bahwa kota-kota di
Indonesia bermula dari adanya kota-kota istana, kemudian kota pusat keagamaan, dan terakhir kota
pelabuhan. Kemudian, muncul pula istilah kota administrasi.

Kota istana. Dicirikan oleh susunan spatialnya yang men- cerminkan konsepsi rakyat tentang alam
semesta. Raja dan istananya dipandang sebagai pusat alam semesta dan penjaga keseimbangan.
Kota pusat keagamaan. Susunan spatialnya berkisar di makam raja-raja, sebuah bangunan suci
berupa candi, stupa, dan lain-lain. Bangunan itu dikelilingi oleh perumahan para pandita, biksu,
atau mereka yang bertugas memelihara bangunan-bangunan suci dan pusat-pusat keagamaan.
Kota pelabuhan. Susunan spatialnya terdiri atas bagian-bagian tempat tinggal para penguasa
pelabuhan, yang dekat dengan pelabuhan, dan beberapa perkampungan tempat bermukimnya
para pedagang asing, yang terpisah-pisah, dan disebut kampung menurut nama negeri asal
mereka.
Kota administrasi. Masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia, khususnya ketika Belanda mulai
menjajah negeri ini, maka muncullah kota-kota bentuk baru, yaitu berupa kota-kota administrasi.
Kota- kota ini mengambil lokasi di kota-kota sebagaimana penjelasan di atas. Susunan spatial kota
administrasi ini berkisar disekeliling sebuah lapangan atau alun-alun
PERKEMBANGAN KOTA MENURUT
LEWIS MUMFORD
Lewis Mumford dalam Daldjoeni (1997: 141-142). Ia menjelaskan enam tahap
perkembangan sejarah kota, yaitu sebagai berikut.
Eopolis. Kota ini menempati suatu pusat dari daerah pertanian dengan adat-istiadat yang
bercorak kedesaan dan serba sederhana,.
Polis. Sebutan ini berasal dari zaman Yunani dan Romawi. Kota merupakan pusat hidup
keagamaan dan pemerintahan. Bentuknya saja semacam benteng yang kuat; di dalamnya
terdapat tempat khusus untuk peribadatan, pasar yang ramai yang bertalian erat dengan
kegiatan macam industri kecil. Penduduknya terdiri atas beragam tukang dengan macam
keahliannya. Ada pula berbagai lembaga pendidikan, tempat- tempat hiburan dan stadion
besar untuk olahraga.
Metropolis. Dalam kota besar ini bertemulah orang dari berbagai bangsa untuk
berdagang dan tukar-menukar harta budaya rohani. Juga terdapat percampuran
perkawinan antarbangsa dan ras dengan akibat munculnya filsafat dan kepercayaan baru.
Selain keagungan kota secara fisik kota menyajikan kontras yang menonjol
antaragolongan kaum kaya dan kaum miskin.
Lanjutan

Megalopolis. Sebenarnya ini suatu peningkatan dari tahap sebelumnya.


Gejala sosiopatologis merajalela; pada satu pihak ada kekayaan dan
kekuasaan dengan birokrasi yang amat menonjol, sedangkan pada pihak
lain meluas kemiskinan dan berontaklah kaum proletar.
Tyranopolis. Kota besar dilanda oleh kepincangan yang berupa degenerasi
dan korupsi. Moral pada penduduknya merosot; ada relasi erat
antarapolitik, ekonomi dan kriminalitas, dan di samping itu kaum proletar
menjadi kekuatan yang tidak diremehkan.
Necropolis. Aartinya peradaban kota runtuh, kota menjadi bangkai (nekros).
Misalnya Babylon, Nineve dan Roma kuno, yang runtuh dan hilang lenyap
dari permukaan bumi.
FAKTOR NON FISIK DAN FISIK YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN KOTA
Menurut Catanese (1998), faktor yang dapat memengaruhi perkembangan kota ini dapat
berupa faktor fisik maupun nonfisik. Faktor-faktor fisik akan memengaruhi perkembangan
suatu kota di antaranya:
Faktor lokasi.
Faktor lokasi dimana kota itu berada akan sangat memengaruhi perkembangan kota
tersebut, hal ini berkaitan dengan kemampuan kota tersebut untuk melakukan aktivitas dan
interaksi yang dilakukan penduduknya.
Faktor geografis.
Kondisi geografis suatu kota akan memengaruhi perkembangan kota. Kota yang mempunyai
kondisi geografis yang relatif datar lebih cepat berkembang dibandingkan dengan kota di
daerah bergunung-gunung yang akan menyulitkan dalam melakukan pergerakan, baik orang
maupun barang.
Adapun faktor-faktor nonfisik yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu kota
dapat berupa berikut ini.
Faktor perkembangan penduduk
Perkembangan penduduk dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu secara alami (internal)
dan migrasi (eksternal). Perkembangan secara alami berkaitan dengan kelahiran dan
kematian yang terjadi di kota tersebut, sedangkan migrasi berhubungan dengan
pergerakan penduduk dari luar kota masuk ke dalam kota sebagai urbanisasi.
Faktor aktivitas kota
Kegiatan yang ada di dalam kota, terutama kegiatan perekonomian. Perkembangan
kegiatan perekonomian ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam kota itu
sendiri (faktor internal) yang meliputi faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja,
modal serta faktor-faktor yang berasal dari luar daerah (faktor eksternal), yaitu
tingkat permintaan dari daerah-daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh
daerah yang bersangkutan
Perkembangan dan sejarah kota, jika dirangkum terbagi kepada beberapa tipe kota
berikut.
Kota kuno merupakan pengertian kota yang paling sederhana. Di kota kuno ini
didapati pada gua, lembah atau tempat berlindung, beberapa jalur tepi sungai
yang letaknya strategis yang menjadi cikal bakal terbentuknya kota. Ciri utama
kota ini adalah mata pencaharian penduduknya non-agraris dan penduduknya
memiliki pekerjaan dan kebutuhan yang relatif heterogen.
Kota praindustri merupakan kota yang lebih berkembang dari kota kuno yang
telah memiliki ciri seperti tahap agricultural yang menonjol sehingga penduduk
mulai mengenal teknik bertanam yang baik. Perpindahan penduduk juga mulai
terlihat, kebutuhan dikota semakin beragam dengan berdatangannya kelompok
masyarakat ke kota maka pemukiman di kota semakin menonjol serta
pembangunan fisik dan prasarana kota pada kota ini menjadi lebih teratur dan
meluas.
Kota Industri merupakan kota yang lebih berkembang dari kota pra-
industri. Kelahiran dunia industri di kota ini memerlukan banyak
tenaga kerja, baik tenaga terampil tingkat atas, menengah, maupun
kasar. Teknologi mulai berkembang dan pusat-pusat industri yang
bertebaran di kota, sehingga lebih menunjukkan adanya surplus
kapital pada masyakarat dan mereka memiliki kemampuan dalam
pengumpulan modal untuk mendirikan suatu industri.
Kota modern terbentuk setelah adanya masa industrialisasi pada abad
17. Adanya pengaruh ini menyebabkan munculnya semangat revolusi
industri dan menumbangkan kekuasaan raja yang absolut.
Kemenangan rakyat atau penduduk atas raja ini menandai perhatian
teknologi dan ilmu pengetahuan untuk kepentingan rakyat banyak.
Sistem pemerintahan pada masa ini berubah dari sistem kekuasaan
absolut ke bentuk baru yang lebih berpihak pada rakyat,
Kota Global bisa dikatakan sebagai suatu kota yang masyarakatnya memiliki
kebiasaan untuk melakukan relasi dengan kota lain antarnegara. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat di dunia berakibat semakin pesatnya
perkembangan teknologi dan penemuan dalam berbagai bidang dan skala yang
diperkenalkan pada dunia. Kota global memiliki kekuatan politik, menduduki
posisi nasional dan internasional, perdagangan dunia, dan organisasi perusahaan
tingkat dunia.
Kota kosmopolitan merupakan kota yang masyakaratnya memiliki pandangan
alam secara utuh menyeluruh. Kota kosmopolitan terbentuk dengan prasyarat
tertentu, yaitu penduduknya mampu menghargai dan menghormati keragaman
alam beserta isinya. Masyarakat kosmopolitan akan menjaga secara seimbang
antarakepentingan dirinya dengan kepentingan msyarakat. Ada kecenderungan
masyarakat kosmopolitan merupakan kelompok bangsawan baru, yang memiliki
tujuan hidup yang mapan serta menjaga citra.
STRUKTUR KOTA
Menurut Bourne (1982), kota dapat diketahui lebih lanjut dari struktur tata
ruangnya. Struktur kota terbentuk dari tiga kombinasi elemen berikut.
1.Bentuk kota, merupakan pola atau penataan ruang dari tiap- tiap elemen
kota, seperti bangunan dan penggunaan lahan, kelompok sosial, kegiatan
ekonomi dan kelembagaan di dalam kota.
2.Interaksi dalam kota, terbentuk dari sejumlah hubungan kaitan dan aliran
pergerakan yang mengintegrasikan elemen-elemen dalam kota tersebut.
3.Mekanisme pengaturan yang ada di dalam kota, merupakan mekanisme
yang menghubungkan kedua elemen sebelumnya ke dalam struktur kota
yang berbeda, misalnya berdasarkan penggunaan lahan dan aliran
pergerakan dalam kota yang terbentuk mekanisme harga lahan yang
berbeda-beda di dalam kota
TIGA MODEL KLASIK DALAM
STRUKTUR KOTA
Herbert dalam Hadi Yunus (20002: 76) mengemukakan tiga model klasik berkaitan dengan
struktur kota yang dibedakan menjadi teori zona konsentris, teori sektoral dan konsep
multiple-nuclei. Secara umum, model-model tersebut menjelaskan tata guna lahan yang
mungkin terbentuk di dalam perkembangan suatu kota.
Teori Zona Konsentris
Teori zona konsentris dikemukakan oleh E.W Burgess yang menggambarkan struktur kota
sebagai pola lima zona lingkaran konsentris. Menurut model ini, dinamika perkembangan
kota akan terjadi dengan meluasnya zona pada setiap lingkaran. Sejalan dengan
perkembangan masyarakat, berkembang pula jumlah penduduk dan jumlah struktur yang
dibutuhkan masyarakat dalam menunjang kehidupannya.
Teori Sektoral
Teori sektoral dirumuskan oleh Hommer Hoyt yang mengemukakan
bahwa perkembangan suatu kawasan tidak akan selalu membentuk
lingkaran konsentris, tetapi terdistribusi sesuai dengan perbedaan
potensi pengembangannya.
Teori Pusat Berganda (Multiple Nuclei)
Teori ini dirumuskan oleh C. Harris dan E. Ullman yang dikenal dengan
teori “multiple nuclei”. Pola ini pada dasarnya merupakan modifikasi
dan kombinasi dari dua pendekatan sebelumnya, yaitu bahwa kota
tidak selalu terbentuk dari satu pusat, tetapi dari beberapa pusat
lainnya dalam satu kawasan.
KESIMPULAN
Perubahan yang terjadi di kota modernisasi dapat dilihat dari berbagai aspek. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara
baru yang lebih maju dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat. Misalnya perubahan di
bidang ekonomi, modernisasi dapat berupa tumbuhnya kompleks industri besar yang memproduksi
barang-barang konsumsi dan barang sarana produksi secara massal.. berbeda dengan masa
sebelumnya yang proses produksi belum dilakukan scara massal, tetapibaru sekedar diadakan untuk
sekedar memenuhi kebutuhan masyarakat yang terbatas. Kota modern berawal dari adanya sebuah
revolusi industri yang terjadi sekitar abad tengah ditemukannya berbagai macam teknologi. Masa
modernisasi berlangsung cukup panjang, sejak abad ke -16 sampai awal abad ke- 20. Pada abad ke-
16 sampai akhir abad ke-18, orang diperkenalkan dengan berbagai macam penemuan teknologi.
Kemudian terjadi Revolusi Industri, sehingga pertumbuhan industri sangat pesat, sehingga akhirnya
muncullah teknologi modern, yang nantinya akan mengantarkan kota ke tahap globalisasi.
Industrialisasi menyebabkan lembaga perekonomian semakin beragam, modern, computerized, lahir
supermarket, bisnis retail, sistem perbankan, asuransi dan sebagainya.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai