Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Peninggalan Tapak Halte dan Terminal Lama Pekanbaru

Nama : Muhammad Ridho Nursalam

NIM : 2005112878

Prodi : Pendidikan Sejarah (A)

Mata Kuliah : Sejarah Lokal

Dosen Pengampu : Asryul Fikri, M.Pd


Sejarah Peninggalan Tapak Halte dan Terminal Lama Pekanbaru

BAB I

PENDAHULUAN

Awalnya, Riau merupakan kawasan yang berada di Provinsi Sumatera Tengah bersama
Sumatera Barat dan Jambi. Sayangnya, pemekaran kawasan tersebut tidak berdampak signifikan
bagi pembangunan Riau di berbagai sektor. Hingga akhirnya masyarakat Riau berinisiatif
mendirikan provinsi baru, dan melepaskan diri dari provinsi Sumatera Barat dan Jambi.

Kota Pekanbaru merupakan daerah yang dikenal dengan sebutan “Senapelan”. Seiring
dengan berjalannya waktu, kota ini terus bertumbuh dan berkembang menjadi Dusun Payung
Sekaki di sekitar muara Sungai Siak. Berdasarkan catatan yang dibuat Imam Suhil Siak,
Senapelan yang kemudian populer dengan sebutan Pekanbaru resmi didirikan tanggal 23 Juni
1784 oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah di bawah pemerintahan Sultan Yahya
dari Kerajaan Siak Sri Indra Pura. Hingga saat ini, tanggal tersebut masih diperingati sebagai hari
jadi kota Pekanbaru.

Pada Tahun 1958, pemerintah pusat menetapkan Kota Pekanbaru sebagai ibu kota
Provinsi Riau secara permanen. Sebelum tahun 1960, luas Pekanbaru hanya seukuran 16
Kilometer persegi. Namun, ukuran tersebut teruss berkembang hingga pada tahun 1965
mencapai 446,5 Kilometer persegi.
BAB II

PEMBAHASAN

Kota Pekanbaru saat ini berkembang pesat sebagai salah satu kota besar di tanah air.
Selain menjadi pusat pemerintahan Provinsi Riau, Pekanbaru juga memiliki berbagai objek
wisata dengan daya tarik istimewanya. Pekanbaru tentunya banyak meninggalkan benda-benda
sejarah dan budaya adat istiadat yang masih terpelihara. Hal ini menjadikan Pekanbaru sebagai
salah satu tujuan wisata sejarah. Salah satu peninggalan benda-benda sejarah tersebut adalah
Tapak Halte dan Terminal Lama Pekanbaru.

Sekitar tahun 1950, kawasan Boom Baru yang terletak di tepian Sungai Siak menjadi
pusat keramaian yang luar biasa. Hal ini dikarenakan PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI) pada
masa sekarang namannya adalah PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) membuka kantornya di
daerah Rumbai. Kemudian Caltex pada saat itu membangun jembatan Phontoon yaitu sejenis
jembatan mengambang yang disandarkan ke ponton atau sejenis kapal berlambung datar ataupun
sejenis kotak besar yang mengapung untuk menyangga landasan jembatan dan beban dinamis di
atasnya. Jembatan ini merupakan sarana penyeberangan di era 1950 hingga 1970-an, dan
jembatan ini meghubungkan wilayah Senapelan dan Rumbai melalui Sungai Siak. Jembatan ini
dilengkapi dengan fasilitas sebuah terminal oplet (mobil angkutan darat) dan halte terminal
dimana halte ini digunakan sebagai tempat persinggahan bagi para penyeberang yang
kebanyakan adalah pegawai Caltex. Di kawasan terminal ini juga dipasang plang nama
bertuliskan "Selamat Datang di Pekanbaru" dengan ejaan bahasa Indonesia yang baru, sebagai
penanda telah sampai di Pekanbaru.
Pada tahun 1970 jembatan ini mulai mengalami kemacetan karena padatnya arus lalu
lintas dan menumpuknya arus kendaraan karena jembatan Phontoon tersebut harus diputus untuk
melewatkan transportasi air lainnya yang melewati Sungai Siak pada waktu-waktu tertentu.
Kemudian pada tahun 1973 PT Caltex membangun jembatan baru yang terletak di sisi Barat tak
jauh dari Terminal Boom Baru.
Kemudian pemakaian Jembatan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1977, dan
jembatan itu disebut jembatan Siak 1 Pekanbaru dan pada saat itu pula terminal transit bagi para
pengguna angkutan kota Pekanbaru sudah tidak berfungsi lagi. Kawasan Tapak Terminal Lama
Boom Baru tersebut saat ini menjadi area taman di dekat bawah Jembatan Siak 3 Pekanbaru. Dan
juga halte terminal masih ada dan terus dirawat. Halte Terminal Lama Pekanbaru ini merupakan
salah satu Cagar Budaya Tidak Bergerak yang ada di Kota Pekanbaru.

FOTO BUKTI PENINGGALAN TAPAK HALTE DAN TERMINAL LAMA


PEKANBARU
BAB III

PENUTUP

Peninggalan bersejarah memiliki banyak jenis dan manfaatnya. Sebagai generasi penerus
susdah seharusnya dapat menghargai dan melestarikan peninggalan sejarah yang terdapat di
daerah. Ada baiknya untuk memelihara peninggalan bersejarah agar dapat mengingat tentang
bagaimana daerah tersebut dapat berdiri dan berkembang. Dan termasuk melestarikan benda
bersejarah agar tidak rusak dan terjaga keutuhannya. Karena peninggalan tersebut adalah bukti
dari jati diri daerah tersebut. Perlindungan terhadap peninggalan bersejarah seperti situs-situs
atau benda-benda sejarah perlu dilakukan. Pelestarian dilakukan karena keberadaannya penting
bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
FOTO BUKTI WAWANCARA DENGAN NARASUMBER

Anda mungkin juga menyukai