Anda di halaman 1dari 19

1

MAKALAH
OTONOMI DAERAH
PERBATASAN MALINDO (malesiya indonesia)
Kalimantan barat

O

L

E

H

KARMILA
JURUSAN : R P L
SMK Negri 1 Sajingan besar
2013
2

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan
dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelengarakan otonomi daerah. Otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 18 UUD 1945 dan perubahannya
menyatakan pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan daerah kecil, dengan
bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang.
Secara anatomis, urusan pemerintah dibagi dua yakni absolut yang merupakan
urusan mutlak pemerintah pusat (hankam, moneter, yustisi, politik luar negeri, dan
agama), serta Concurrent (urusan bersama pusat, provinsi dan kabupaten/kota). Urusan
pemerintah yang bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan yang penanganannya
dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dengan
demikian setiap urusan yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada bagian urusan yang diserahkan kepada
provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada kabupaten/kota. Pemerintah
pusat berwenang membuat norma-norma, standar, prosedur, monitoring dan evaluasi,
supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas nasional.
Pemerintah provinsi berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan
dengan eksternal regional, dan kabupaten/kota berwenang mengatur dan mengurus
urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas lokal. Urusan yang menjadi
kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan
wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti
pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana
lingkungan dasar; sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat
dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah disesuaikan dengan amanat Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu pemerintahan daerah,
yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat,
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Republik Indonesia.
Namun, ditengah pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah dilaksanakan tersebut
terdapat pertanyaan apakah pelaksanaanya akan lancar hingga akan membawa dampak
positif bagi daerah tersebut atau malah pelaksanaan Ontonomi Daerah tersebut akan
berjalan dengan kacau sehingga malah akan membuat daerah tersebut semakin terpuruk.
Oleh karena itu, perlu ditelaah dengan lebih lanjut bagaimana pelaksanaan Otonomi
Daerah di Indonesia, karena pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan sesuatu yang vital
bagi jalannya roda pemerintahan.

3

Kabupaten Sambas adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat.
Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah 6.395,70 km atau 639.570 ha (4,36% dari
luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah Kabupaten yang terletak
pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah propinsi Kalimantan Barat. Panjang
pantai 128,5 km dan panjang perbatasan negara 97 km,
Batas wilayah Kabupaten Sambas terletak di antara 123 LU dan
10839 BT dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:
Utara : Sarawak, Malaysia Timur
Selatan : Kota Singkawang
Barat : Selat Karimata, Laut Cina Selatan
Timur : Kabupaten Bengkayang


Sambas di masa Hindia Belanda Kabupaten Sambas yang terbentuk sekarang ini
adalah hasil pemekaran kabupaten pada tahun 2000. Sebelumnya wilayah Kabupaten
Sambas sejak tahun 1960 adalah meliputi juga Kota Singkawang dan Kabupaten
Bengkayang sekarang dimana pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1960 itu
adalah berdasarkan bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas.
Daftar Kecamatan Wilayah administratif Kabupaten Sambas meliputi 19
(sembilan belas) kecamatan, yaitu:Sambas, Selakau, Pemangkat, Tebas, Jawai, Teluk
Keramat, Sejangkung,Paloh, Subah, Sajingan Besar,Galing,Tekarang, Semparuk,Jawai
Selatan,Sebawi, Sajad,Tangaran, Selakau Timur, Salatiga. Keseluruhan wilayah
kecamatan tersebut dibagi lagi menjadi 183 desa.
Sensus penduduk Penduduk Kabupaten Sambas berdasarkan hasil Sensus
Penduduk Indonesia 2010 berjumlah 496.116 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki
244.569 jiwa dan penduduk perempuan 251.547 jiwa dengan kepadatan rata-rata 77,32
jiwa/km. Terdiri dari Suku Dayak, Melayu Sambas, China Hakka dan lain-lain. Jumlah
penduduk miskin di Kabupaten Sambas berdasarkan data Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Keluarga Berencana Kabupaten Sambas Tahun 2004 adalah 18.005
Kepala Keluarga miskin dengan jumlah 74.968 jiwa, Sejarah sambas Sejarah Kerajaan
Sambas berkaitan dengan Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Banjar. Kerajaan Sambas
kemudian dilanjutkan oleh Kesultanan Sambas yang asal-usulnya tidak bisa terlepas
dari kerajaan di Brunei Darussalam. Antara kedua kerajaan ini mempunyai kaitan
persaudaraan yang sangat erat.
Pada zaman dahulu, di Negeri Brunei Darussalam bertahta seorang raja yang
bergelar Sri Paduka Sultan Muhammad. Setelah beliau wafat, tahta kerajaan diserahkan
kepada anak cucunya secara turun temurun. Sampailah pada keturunan yang
kesembilan, yaitu Sultan Abdul Djalil Akbar.
Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indi tahun 1849, wilayah ini termasuk
dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bsluit van den Minister van Staat,
Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8
Perekonomian Tingkat pendapatan suatu daerah dapat diukur antara lain dari
pendapatan per kapita, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pendapatan Asli
Daerah (PAD) serta gambaraan kualitatif tentang keadaan sandang, pangan dan
4

perumahan masyarakat. Berdasarkan data tahun 2003 dapat dilihat Keadaan
perekonomian Kabupaten Sambas, yaitu:
PAD sebesar Rp. 16.350.041.018,-
Pendapatan per kapita sebesar Rp. 3.419.922,-
Pajak bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp. 8.560.013.046,-
Upah minimum regional (UMR) sebesar Rp .400.000,-
Sedangkan tingkat pendapatan mata pencaharian menurut sektor, yaitu:
Pertanian berjumlah 207.350 orang
Industri Pengolahan berjumlah 152.028 orang
Listrik, gas, dan air berjumlah 9.053 orang
Bangunan berjumlah 28.308 orang
Perdagangan berjumlah 34.695 orang
Perhubungan berjumlah 2.874 orang
Keuangan berjumlah 9.723 orang
Jasa kemasyarakatan lainnya berjumlah 34.678 orang
Iklim Kabupaten Sambas termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan
bulanan rata-rata 187.348 mm

dan jumlah hari hujan rata-rata 11 hari/bulan. Curah
hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Septembersampai dengan Januari dan curah
hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus.
Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,9C. Sampai 31,05 C. Suhu udara
terendah 21,2 C terjadi pada bulan Agustus dan yang tertinggi 33,0 C pada bulan Juli.
Kelembaban udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001-1,01/Hm Bar, kecepatan angin
155 173 km/hari, elipasi sinar matahari 50.73%, penguapan (evaporasi ) harian antara
4,2-5,9 Hm dan evapotranspirasi bulanan 134,7 171,4 mm.
Jenis Tanah Jenis tanah di daerah datar meliputi jenis Organosol, Aluvial dan
Podsolik Merah Kuning (PMK) sedangkan di daerah berbukit dan bergunung meliputi
jenis tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning (PMK). Secara terperinci luas masing-
masing jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut:
Organosol: 136.230 ha
Podsolik Merah Kuning (PMK): 157.320 ha
Aluvial: 230.630 ha
Podsol: 44.600 ha
Latosol: 70.790 ha
Tekstur Tanah
Halus: 300.798 ha
Sedang: 157.320 ha
Kasar: 76.112 ha
Gambut: 69.510 ha
Lainnya: 72.990 ha
Ketinggian Kondisi wilayah Kabupaten Sambas bedasarkan ketinggian di atas
permukaan laut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
5

Ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut terdapat di kecamatan:
o Sejangkung
o Sambas
o Tebas
o Selakau
o Jawai
o Paloh
o Teluk Keramat
Ketinggian 8-25 m di atas permukaan laut terdapat di kecamatan:
o Sejangkung
o Sambas
o Tebas
o Selakau
o Pemangkat
o Teluk Keramat
Ketinggian 26-100 m di atas permukaan laut terdapat di kecamatan:
o Sejangkung
o Sambas
o Tebas
o Selakau
o Pemangkat
o Teluk Keramat
o Paloh
Daerah Aliran Sungai Secara umum Kabupaten Sambas memiliki 3
(tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan total hamparan 516.200 ha, meliputi:
DAS Paloh: 64.375 ha.
DAS Sambas: 258.700 ha
DAS Sebangkau: 193.125 ha
.
A. Pemekaran Daerah Sambas
Umum 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang yang
besar bagi daerah yang memiliki potensi sumber daya alam dan manusia serta luas
wilayah untuk dimekarkan menjadi beberapa daerah otonom. Hal ini dimaksudkan agar
mobilisasi dan percepatan proses pertumbuhan dan pembangunan dapat menyentuh
serta menjangkau segenap aspek kehidupan masyarakat hingga ke daerah-daerah
terpencil. 2. Kabupaten Sambas yang terdiri dari 17 kecamatan disadari mutlak saat ini
untuk dimekarkan mengingat besarnya daerah-daerah jangkauan serta kendala geografis
wilayah yang banyak dilalui aliran sungai. Masih banyak daerah-daerah terpencil yang
belum terjangkau pembangunan secara maksimal. 3. Secara geografis, wilayah yang
akan dimekarkan dibelah oleh sungai Sambas besar hingga keujung Kecamatan
Sajingan berbatasan dengan Malaysia. Sehingga jarak antara Kabupaten induk dengan
6

wilayah pemekaran memakan waktu berjam-jam. Dampaknya proses pelayanan
terhadap masyarakat terganggu. 4. Selaras dengan era keterbukaan serta dilandasi
semangat otonomi daerah, dan dimulai dengan pernyataan kebulatan tekad seluruh
tokoh masyarakat perwakilan dari gabungan 8 Kecamatan (Jawai, Jawai Selatan,
Tekarang, Teluk Keramat, Paloh, Tangaran dan desa Segarau), menyatakan serta
mendeklarasikan agar delapan kecamatan tersebut dapat menjadi sebuah Kabupaten
Baru.
Dasar Pertimbangan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 129 Tahun 2000 memberikan beberapa dasar pertimbangan
dalam rangka pemekaran wilayah dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kemampuan
ekonomi; 2. Potensi Daerah; 3. Sosial budaya; 4. Sosial Politik; 5. Jumlah Penduduk;
dan 6. Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Kabupaten Sambas Kabupaten Sambas adalah daerah otonom baru
dikabupaten sambas provinsi kalimantan barat.Walaupun sampai dengan saat ini
kabupaten sambas masih merupakan suatu wacana dari masyarakat didaerah kecamatan
jawai,kecamatan jawai selatan,kecamatan teluk keramat,kecamatan tangaran dan
kecamatan paloh.kelima kecamatan ini merupakan kecamatan yang berada dalam satu
pulau yang terpisah dari kabupaten sambas induk, dimana akses untuk menuju ke
kecamatan-kecamatan tersebut hanya bisa dilakukan dengan menggunakan jasa
penyebrangan sungai. Sungguh ironi memang,dimana kelima kecamatan tersebut
merupakan penyumbang hasil bumi dan PAD terbesar bagi kabupaten induk (kabupaten
sambas) akan tetapi terkucilkan karena tidak adanya kepedulian dari pemerintah
kabupaten sambas untuk membangun akses jembatan....untuk itu sudah suatu kebulatan
tekad bagi masyarakat dilima kecamatan tersebut untuk menuntut dibentuknya suatu
daerah otonom baru.
Maksud Dan Tujuan Pembentukan Kabupaten Sambas Pembentukan,
pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dengan melalui:
1. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat;
2. Percepatan pertumbuhan kehidupan ekonomi;
3. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah;
4. Percepatan pengelolaan potensi daerah;
5. Peningkatan keamanan dan ketertiban; dan
6. Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah.
Adapun maksud pemekaran kabupaten sambas sebagai berikut:
7

1. Meningkatkan kualitas pembangunan dan mempercepat sasaran pembangunan
daerah Calon Kabupaten Sambas sekaligus pengendalian usaha agar dapat
berkembang lebih pesat.
2. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumber-sumber daya
pembangunan sehingga dapat terkelola secara optimal, sesuai kemampuan dan
kebutuhan.
3. Mengefektifkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan.
4. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia seirama dengan laju
pertumbuhan pembangunan yang semakin meningkat.
5. Mengantisipasi perkembangan pembangunan pada masa-masa mendatang, isu
globalisasi dan perdagangan bebas, adalah bagian dari kawasan Indonesia yang
mesti mendapat prioritas perhatian pemerintah.
Analisis Pembentukan Kabupaten Sambas Perubahan status wilayah
membawa implikasi, desentralisasi, sehingga tertantang untuk melakukan inovasi dan
kompetisi secara sehat, menyesuaikan dengan struktur pemerintahan yang ada dan
sekaligus dapat menunjang percepatan pembangunan di kawasan sambas. Rencana
pemekaran Kabupaten Sambas kini memperoleh momentum yang menguntungkan
seiring dengan perkembangan pemikiran di masyarakat yang memandang bahwa
pemerintah merupakan institusi penting dalam modernisasi kehidupan masyarakat.
Dalam rangka mempercepat proses peningkatan kesejahteraan rakyat serta
mengantisipasi perkembangan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
konsekuensi logis dari status wilayah sebuah daerah menjadi salah satu tolok ukur
dalam membangun daerah secara utuh, integral dan komprehensif. Keberadaan
kabupaten baru dianggap sangat strategis mengingat derasnya arus transformasi
masyarakat dan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Akan
tetapi lebih dari itu pemekaran suatu wilayah harus mampu mensejahterakan rakyatnya.
Pemikiran tersebut muncul sebagai konsekuensi dari sebuah perubahan status wilayah.
1. Daya Dukung Geografis dan Wilayah Dari sisi geografis, wilayah Kabupaten
Sambas berbatasan dengan Sarawak Malaysia Timur, bagian timur dan selatan
berbatasan dengan wilayah kabupaten Sambas, dan bagian barat berbatasan
dengan Laut Natuna. Hal tersebut menempatkan kedudukan Kabupaten Sambas
cukup strategis untuk memacu akselerasi pembangunan sumber daya manusia di
bagian kawasan utara Indonesia.
2. Sambas, sungai yang terbesar di Indonesia. Dengan demikian Kabupaten
Sambas Utara dapat dikatakan sebagai kota air. Sungai Sambas yang bermuara
di kota Pemangkat seolah membelah kepulauan Sambas. Sungai Sambas
merupakan sungai kebanggaan masyarakat Kabupaten Sambas Utara dan
Kalimantan Barat karena ia berfungsi sebagai sarana transportasi yang
menghubungkan satu daerah ke daerah lain. Dahulu sebelum transportasi darat
belum semodern sekarang, sungai Sambas adalah satu-satunya jalur yang
menghubungkan kota Pemangkat dengan daerah lain yang paling ujung dari
sungai Sambas. Ciri-ciri spesifik lainnya adalah bahwa Kabupaten Sambas
merupakan pintu gerbang Indonesia yang berbatasan langsung dengan Sarawak-
Malaysia, dan Berunai Darussalam.
8

3. Administrasi Pemerintahan Secara administratif, Kabupaten Sambas terdiri dari
6 (enam) wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Jawai, Jawai Selatan, Teluk
Keramat, Paloh, Tangaran, Tekarang dan desa Segarau. Kecamatan Jawai terdiri
dari 11 Desa, Kecamatan Jawai Selatan 9 desa, Kecamatan Teluk Keramat
terdiri dari 25 desa, Kecamatan Paloh meliputi 8 desa, Kecamatan Tekarang ada
7 desa, Kecamatan Tangaran 6 desa dan Segarau satu desa. Atas dasar
perbandingan wilayah dengan jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk
rata-rata 76 jiwa per Km2 atau 2.650 jiwa/desa.
4. Luas Wilayah dan Penduduk Luas wilayah Kabupaten Sambas adalah 2.278,34
Km2 yang terdiri dari 6 Kecamatan, 67 desa. Wilayah Kabupaten Sambas
bagian utara berbatasan dengan Sarawak Malaysia Timur, bagian timur dan
selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sambas, dan bagian barat
berbatasan dengan laut Natuna. Kabupaten Sambas merupakan daerah dataran
rendah dengan ketinggian tanah optimal adalah 100 meter. Curah hujan
tergolong tinggi yaitu 230 hari pertahun atau rata-rata 19 hari perbulan.
Masyarakat yang tinggal di Kabupaten Sambas adalah terdiri dari suku Melayu,
suku Dayak dan suku Cina. Di samping suku asli tersebut, suku yang mendiami
wilayah Kabupaten Sambas juga ada suku pendatang, baik yang berasal dari
sekitar Kabupaten Sambas maupun yang datang dari seluruh penjuru Kalimantan
Barat.
5. Daya Dukung Masyarakat Dari segi Demografi, Kabupaten Sambas yang
merupakan gabungan enam Kecamatan dihuni oleh kurang lebih 185.075 jiwa.
Rincian sebagai berikut: a. Kecamatan Jawai = 41.507 jiwa b. Kecamatan Jawai
Selatan = 20.271 jiwa c. Kecamatan Teluk Keramat = 60.315 jiwa d. Kecamatan
Tekarang = 13.017 jiwa e. Kecamatan Paloh = 23.165 jiwa f. Kecamatan
Tangaran = 21.836 jiwa g. Segarau = 4.964 jiwa.
6. Sumber Daya Alam Dari sisi Sumber Daya Alam, Kabupaten Sambas memiliki
tanah yang luas dan subur, untuk pertanian dan perkebunan. Demikian pula hasil
perikanan dan hasil hutan, batubara, pasir, laut, pantai, tambang gas, uranium
dan kayu serta kawasan wisata yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat. Tiap wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Sambas
memiliki potensi alam yang beraneka ragam.
Kecamatan Teluk Keramat terkenal dengan hasil salak Sekura dan penghasil
gula tebu. Kecamatan Paloh dikenal sebagai penghasil kayu Belian, pasir yang
mengandung uranium, laut, Pantai Selimpai nan indah, ikan dan lada. Di samping itu,
Paloh memiliki lapangan pesawat udara. Jika ini difungsikan kembali menjadi lapangan
internasional, maka jarak antara Paloh dengan Singapura lebih dekat daripada ke
Jakarta. Kecamatan Jawai dan Jawai Selatan dikenal akan hasil kopra, kacang kedelai
dan pengahasil laut, terutama ikan bawal dan penghasil udang yang telah menembus ke
luar negeri. Kecamatan Jawai dan Jawai Selatan juga memiliki sumber gas dan pasir
uranium, pantai yang sangat panjang dan pasirnya yang putih dan ditambah penghasil
ikan sehingga dapat dijadikan kawasan wisata laut. Kecamatan Tekarang dan desa
Segarau dikenal sebagai lumbung padi dan daerah perkebunan jeruk dan pertanian.
Kecamatan Tangaran dikenal sebagai penghasil padi, kedelai dan kebun karet serta
memiliki pantai dan laut yang sangat luas.
9

Potensi Yang Dimiliki Beberapa potensi yang mendukung pembentukan Kab. Sambas
adalah :
1. Potensi Sumber Daya Alam
2. Sumber Daya Manusia
3. Letak Geografis
4. Tanar, air, laut dan hutan
5. Sarana dan Prasarana
6. Iklim, Cuaca
7. Pendanaan
8. Dukungan/Rekomendasi
Alasan dan Pertimbangan Pembentukan Kabupaten Sambas
1. Dari sisi geografis, Kabupaten Sambas dibelah oleh sungai Sambas besar dan
berada pada posisi segi tiga emas. Sebelah Utara berbatasan dengan Sarawak
Malaysia. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna dan Singapura. Dari
sisi pelayanan terhadap masyarakat, mengalami kendala karena rentang kendali
pemerintahan dari Sambas memakan waktu yang cukup jauh. Sementara dari sisi
peluang ekonomi, kedekatan hubungan dengan negara tetangga dapat memacu
pertumbuhan ekonomi dan perdagangan yang hasilnya dapat dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kemajuan daerah.
2. Dari sisi historis, sejak dahulu Kabupaten Sambas terkenal sebagai salah satu
daerah yang mempunyai masyarakat yang kental dengan nilai-nilai kekeluargaan
dan semangat gotong royong. Untuk mempertahankan citra tersebut, maka
Kabupaten Sambas sangat strategis untuk dijadikan sebagai daerah spesifik yang
bisa memberikan nuansa satu dalam kebersamaan.
3. Dari segi Demografi, Kabupaten Sambas yang merupakan gabungan enam
Kecamatan dan desa Segarau dihuni oleh kurang lebih 184.532 jiwa.
4. Dari segi Politik dan Hankam, daerah Kabupaten Sambas karena berbatasan
langsung dengan laut natuna dan Malaysia, maka sangat rawan terhadap illegal
loging, illegal fishing dan trifiking serta gangguan atau ancaman keamanan
lainnya.
5. Kabupaten Sambas baru saja dilanda konflik sosial yang bernuansa etnik,
sehingga meninggalkan beragam problema sosial. Kondisi psikologi masyarakat
Kabupaten Sambas masih diliputi traumatis dan rasa luka yang mendalam.
Mental dan psikologi penduduk masih labil dan cepat emosional. Untuk
mencegah terjadinya konflik, dan menjawab semua masalah pasca kerusuhan
tersebut, perlu suatu pemerintahan yang kondusif dan konsisten.
6. Kabupaten Sambas sebagai daerah tropis memiliki ragam budaya dan sumber
daya alam cukup potensial untuk dikembangkan dan dikaji lebih jauh. Dengan
10

adanya Kabupaten Sambas ini, maka nilai-nilai budaya dan religius ini dapat
dijadikan suatu benteng pertahanan moral dengan keunikan yang berbasis
kepada sumber daya alam dapat dilakukan dan dikembangkan.
7. Panitia Persiapan Pembentukan Sambas telah mendapat dukungan politik dari
Pemerintah Pusat melalui Dirjen Otonomi Daerah Dep. Dalama Negeri dan
Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota dan pernyataan tertulis dari berbagai
elemen masyarakat.
8. Panitia Pembentukan Kabupaten Sambas telah melaksanakan penelitian/studi
kelayakan dan sosialisasi keseluruh kecamatan di Kabupaten Sambas tentang
pembentukan Kabupaten Sambas. Hasil penelitian merekomendasikan perlunya
Kabupaten Sambas dimekarkan.
9. Panitia Pembentukan Kabupaten Sambas telah melaksanakan beberapa
pertemuan dan rapat-rapat pembentukan Kabupaten Sambas yang puncaknya
akan dilaksanakan deklarasi.
10. Tersedianya dana awal dari donator dan Pemda Kabupaten Sambas melalui
APBD.
11. Telah dijalani kerjasama dengan berbagai instansi baik pemerintah maupun
swasta bahkan di luar Negeri.
Tahap-Tahap yang Dilakukan Adapun tahap-tahap pembentukan Kabupaten
Sambas yang akan dilakukan, sebagai berikut:
1. Konsolidasi Internal dan Eksternal Pada tahap ini perhatian diarahkan pada upaya
pembangunan persepsi, cita-cita, dan tekad bersama oleh semua pihak untuk
menjadikan rencana ini secara bertahap mengalami kemajuan dengan langkah-langkah
berikut:
a. Merumuskan Visi, Misi dan Program Kerja.
b. Merumuskan rencana strategi pengembangan 25 tahun kedepan.
c. Mengembangkan dan memfungsikan seluruh potensi yang dimiliki, baik yang berupa
kelembagaan, Sumber Daya Manusia dan stakeholder lainnya.
d. Pengembangan jalinan kerjasama dengan berbagai instansi, baik pemerintah maupun
swasta, dalam dan luar Negeri.
e. Mensosialisasikan bentuk dan nama Kabupaten Baru baru di tengah-tengah
masyarakat.
2. Membangun Kekuatan dan Penggerak Inovasi.
3. Pembuatan Profil dan Proposal Pembentukan KSU.
4. Rapat Panitia dan Sosialisasi kepada Masyarakat tentang Rencana Pembentukan
KSU.
11

5. Penggalangan Tanda Tangan Masyarakat dan Pembentukan Forum Desa sebagai
Wujud Dukungan terhadap Rencana Pembentukan KSU.
6. Deklarasi Pembentukan KSU.
7. Seminar, dan Studi Banding.
8. Penelitian dan Studi Kelayakan;
9. Audiensi dengan Bupati, Gubernur, dan DPRD Kabupaten Sambas/Provinsi
Kalimantan Barat.
10. Lobi dan Presentasi Pembentukan KSU ke Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah
Departemen Dalam Negeri dan DPR RI.
11. Kunjungan Tim Depdagri dan DPR RI ke Lokasi KSU.
12. Pembahasan dan Persetujuan RUU KSU.
13. Pelantikan Pj Bupati dan Wkl Bupati KSU.
D. Informasi tentang sajingan besar

Kecamatan Sajingan Besar merupakan kecamatan yang berada di wilayah
Kabupaten Sambas dan terletak di wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia Timur
(Serawak) dengan luas wilayah 1.391,20 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Paloh & Serawak
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sejangkung & Kab.
Bengkayang
Sebelah Timur berbatasan dengan Serawak
Sebelah Barat berbatasan dengan Paloh dan Galing

Kecamatan Sajingan Besar terbentuk secara resmi pada tanggal 17 Juni 1996
yang dilaksanakan secara terpusat di Sanggau Kabupaten Sanggau berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1996 tentang Pembentukan
16 (Enam Belas) Kecamatan di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pontianak,
Sanggau, Sambas, Sintang, Ketapang dan Kapuas Hulu Dalam Wilayah Propinsi Daerah
Tingkat I Kalimantan Barat.
Kecamatan Sajingan Besar pada awalnya merupakan Perwakilan Kecamatan
Sejangkung yang terletak di Desa Kaliau.
Desa-desa yang tergabung dalam wilayah Kecamatan Sajingan Besar adalah
merupakan desa-desa yang berasal dari Kecamatan Sejangkung (Desa Kaliau dan
12

Sebunga), Kecamatan Teluk Keramat (Desa Santaban dan Senatab) dan Kecamatan
Paloh (Desa Sungai Bening).
Jadi Kecamatan Sajingan Besar membawahi 5 Desa yang terdiri dari :
1. Desa Kaliau
2. Desa Sebunga
3. Desa Santaban
4. Desa Senatab
5. Desa Sungai Bening

Jumlah Penduduk Kecamatan Sajingan Besar pada Tahun 1996 berjumlah 7.427
jiwa terdiri dari Laki-laki : 3.824 Jiwa dan Perempuan : 3.603 Jiwa. Sedangkan Jumlah
Penduduk Kecamatan Sajingan Besar sampai dengan bulan Juni 2008 berjumlah 8.685
jiwa terdiri dari Laki-laki ; 4.458 Jiwa dan Perempuan ; 4.227 Jiwa. Sejak dibentuk
pada tahun 1996 s/d sekarang pejabat-pejabat yang pernah duduk sebagai Camat yakni
sebagai berikut:
1. Chifni Burhanuddin, S.Sos
2. Kasim, S.Sos
3. Usman, S.Sos, MM
4. Drs. Uray Willy Mulyadi
5. Suhut Firmansyah, S.Sos.

B. Pokok Permasalahan
Adapun ruang lingkup pokok permasalahan yang akan dibahas, terdiri atas:
1. Bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan Indonesiamalesiya?
2. Apa yang menyebabkan pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan
menjaditidakoptimal?
3. Apa yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengoptimalkan pelaksanaan
Otonomi Daerah di perbatasan Kalimantan barat?







13


























BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan Indonesia - malesiya

Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
banyak aspek positif yang diharapkan dalam pemberlakuan Undang-Undang tersebut.
Otonomi Daerah memang dapat membawa perubahan positif di daerah dalam hal
kewenangan daerah untuk mengatur diri sendiri. Kewenangan ini menjadi sebuah
impian karena sistem pemerintahan yang sentralistik cenderung menempatkan daerah
sebagai pelaku pembangunan yang tidak begitu penting atau sebagai pelaku pinggiran.
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah sangat baik, yaitu untuk memberdayakan
daerah, termasuk masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat
dalam proses pemerintahan dan pembangunan.
Pada masa lalu, pengerukan potensi di daerah ke pusat terus dilakukan dengan dalih
pemerataan pembangunan. Ahli-ahli setempat mendapatkan manfaat dari pembangunan,
daerah justru mengalami proses pemiskinan yang luar biasa. Dengan kewenangan yang
14

didapat daerah dari pelaksanaan Otonomi Daerah, banyak Daerah yang optimis bakal
bisa mengubah keadaan yang tidak menguntungkan tersebut.
Beberapa contoh keberhasilan dalam pelaksanaan otonomi daerah di perbatasan yaitu:
Aliran listrik PLN yang dari malesiya
Jalan raya antar Negara
Sumber air bersih
Dan bangunan-bangunan seperti: gedung posiyandu, SD, SMP, SMK, dan
BORDER ARUK, TRANMIGRASI, PUKESMAS SAJINGAN,dan JALAN
REBAT BETON.

Dari contoh di atas menggambarkan bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah di
perbatasan dapat membawa dampak positif bagi kemajuan suatu daerah. Dari contoh
diatas dapat terjadi berkat adanya Otonomi Daerah di daerah terebut. Selain membawa
dampak positif bagi suatu daerah otonom, ternyata pelaksanaan Otonomi Daerah juga
dapat membawa dampak negatif. Pada tahap awal pelaksanaan Otonomi Daerah, telah
banyak mengundang suara pro dan kontra. Suara pro umumnya datang dari daerah yang
kaya akan sumber daya, daerah-daerah tersebut tidak sabar ingin agar Otonomi Daerah
tersebut segera diberlakukan. Sebaliknya, bagi daerah-daerah yang tidak kaya akan
sumber daya, mereka pesimis menghadapi era otonomi daerah tersebut. Masalahnya,
otonomi daerah menuntut kesiapan daerah di segala bidang termasuk peraturan
perundang-undangan dan sumber keuangan daerah. Oleh karena itu, bagi daerah-daerah
yang tidak kaya akan sumber daya pada umumnya belum siap ketika Otonomi Daerah
pertama kali diberlakukan.
Selain karena kurangnya kesiapan daerah-daerah yang tidak kaya akan sumber
daya dengan berlakunya otonomi daerah, dampak negatif dari otonomi daerah juga
dapat timbul karena adanya berbagai penyelewengan dalam pelaksanaan Otonomi
Daerah tersebut.
Berbagai penyelewengan dalam pelaksanan otonomi daerah:
1. Adanya kecenderungan pemerintah daerah untuk mengeksploitasi rakyat melalui
pengumpulan pendapatan daerah.
Keterbatasan sumberdaya dihadapkan dengan tuntutan kebutuhan dana
(pembangunan dan rutin operasional pemerintahan) yang besar. Hal tersebut
memaksa Pemerintah Daerah menempuh pilihan yang membebani rakyat,
misalnya memperluas dan atau meningkatkan objek pajak dan retribusi. Padahal
banyaknya pungutan hanya akan menambah biaya ekonomi yang akan
merugikan perkembangan ekonomi daerah. Pemerintah daerah yang terlalu
intensif memungut pajak dan retribusi dari rakyatnya hanya akam menambah
beratnya beban yang harus ditanggung warga masyarakat.
2. Penggunaan dana anggaran yang tidak terkontrol
Hal ini dapat dilihat dari pemberian fasilitas yang berlebihan kepada pejabat
daerah. Pemberian fasilitas yang berlebihan ini merupakan bukti ketidakarifan
pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah.
3. Rusaknya sumber daya alam ini disebabkan karena adanya keinginan dari
Pemerintah Daerah untuk menghimpun pendapatan asli daerah (PAD), di mana
Pemerintah Daerah menguras sumber daya alam potensial yang ada, tanpa
mempertimbangkan dampak negatif/kerusakan lingkungan dan prinsip
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Selain itu, adanya
kegiatan dari beberapa orang Bupati yang menetapkan peningkatan ekstraksi
15

besar-besaran sumber daya alam di daerah mereka, di mana ekstraksi ini
merupakan suatu proses yang semakin mempercepat perusakan dan punahnya
hutan serta sengketa terhadap tanah. Akibatnya terjadi percepatan kerusakan
hutan dan lingkungan yang berdampak pada percepatan sumber daya air hampir
di seluruh wilayah tanah air. Eksploitasi hutan dan lahan yang tak terkendali
juga telah menyebabkan hancurnya habitat dan ekosistem satwa liar yang
berdampak terhadap punahnya sebagian varietas vegetasi dan satwa langka serta
mikro organisme yang sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian alam.
4. Bergesernya praktik korupsi dari pusat ke daerah Praktik korupsi di daerah
tersebut terjadi pada proses pengadaan barang-barang dan jasa daerah
(procurement). Seringkali terjadi harga sebuah barang dianggarkan jauh lebih
besar dari harga barang tersebut sebenarnya di pasar.
5. Pemerintahan kabupaten juga tergoda untuk menjadikan sumbangan yang
diperoleh dari hutan milik negara dan perusahaan perkebunaan bagi budget
mereka.

B. Hal-Hal Yang Menyebabkan Pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan Menjadi Tidak
Optimal
Penyebab tidak optimalnya pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan:
1. Lemahnya pengawasan maupun check and balances.
Kondisi inilah kemudian menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dan
ketidakseimbangan kekuasaan dalam pelaksanaan otonomi Daerah.
2. Pemahaman terhadap Otonomi Daerah yang keliru, baik oleh aparat maupun
oleh warga masyarakat menyebabkan pelaksanaan Otonomi Daerah
menyimpang dari tujuan mewujudkan masyarakat yang aman, damai dan
sejahtera.
3. Keterbatasan sumberdaya dihadapkan dengan tuntutan kebutuhan dana
(pembangunan dan rutin operasional pemerintahan) yang besar, memaksa
Pemda menempuh pilihan yang membebani rakyat, misalnya memperluas dan
atau meningkatkan objek pajak dan retribusi, dan juga menguras sumberdaya
alam yang tersedia.
4. Kesempatan seluas-luasnya yang diberikan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dan mengambil peran, juga sering disalah artikan, seolah-olah
merasa diberi kesempatan untuk mengekspolitasi sumber daya alam dengan cara
masing-masing semaunya sendiri.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), yang seharusnya berperan
mengontrol dan meluruskan segala kekeliruan implementasi Otonomi Daerah
tidak menggunakan peran dan fungsi yang semestinya, bahkan seringkali mereka
ikut terhanyut dan berlomba mengambil untung dari perilaku aparat dan
masyarakat yang salah . Semua itu terjadi karena Otonomi Daerah lebih banyak
menampilkan nuansa kepentingan pembangunan fisik dan ekonomi.
6. Kurangnya pembangunan sumber daya manusia / Sumber Daya Manusia (moral,
spiritual intelektual dan keterampilan) yang seharusnya diprioritaskan. Sumber
Daya Manusia berkualitas ini merupakan kunci penentu dalam keberhasilan
pelaksanaan Otonomi Daerah. Sumber Daya Manusia yang tidak/belum
berkualitas inilah yang menyebabkan penyelenggaraan Otonomi Daerah tidak
berjalan sebagaimana mestinya, penuh dengan intrik, konflik dan
16

penyelewengan serta diwarnai oleh menonjolnya kepentingan pribadi dan
kelompok.

C. Cara Mengoptimalkan Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pelaksanaan Otonomi Daerah yang seharusnya membawa perubahan positif bagi
daerah otonom ternyata juga dapat membuat daerah otonom tersebut menjadi lebih
terpuruk akibat adanya berbagai penyelewengan yang dilakukan oleh aparat pelaksana
Otonomi Daerah tersebut.
Penerapan Otonomi Daerah yang efektif memiliki beberapa syarat yang
sekaligus merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan Otonomi
Daerah, yaitu:
1. Manusia selaku pelaksana dari Otonomi Daerah harus merupakan manusia yang
berkualitas.
2. Keuangan sebagai sumber biaya dalam pelaksanaan Otonomi Daerah harus
tersedia dengan cukup.
3. Prasarana, sarana dan peralatan harus tersedia dengan cukup dan memadai.
4. Organisasi dan manajemen harus baik.
5. Dari semua faktor tersebut di atas, faktor manusia yang baik adalah faktor
yang paling penting karena berfungsi sebagai subjek dimana faktor yang lain
bergantung pada faktor manusia ini. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia karena inilah kunci penentu dari
berhasil tidaknya pelaksanaan Otonomi Daerah.
Selain itu, untuk mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Daerah harus ditempuh
berbagai cara, seperti:
Memperketat mekanisme pengawasan kepada Kepala Daerah.
Hal ini dilakukan agar Kepala Daerah yang mengepalai suatu daerah otonom akan
terkontrol tindakannya sehingga Kepala Daerah tersebut tidak akan bertindak
sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya tersebut. Berbagai penyelewengan
yang dapat dilakukan oleh Kepala Daerah tersebut juga dapat dihindari dengan
diperketatnya mekanisme pengawasan ini.
2. Memperketat pengawasan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Pengawasan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat dilakukan oleh Badan
Kehormatan yang siap mengamati dan mengevaluasi sepak terjang anggota Dewan.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib menyusun kode etik untuk menjaga
martabat dan kehormatan dalam menjalankan tugasnya
Dengan berbekal ketentuan yang baru tersebut, anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang telah jelas-jelas terbukti melanggar larangan atau kode etik dapat diganti.







17





















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pelaksanaan
Otonomi Daerah diperbatasan masih belum optimal. Walaupun di daerah-daerah
terdapat contoh nyata keberhasilan pelaksanaan Otonomi Daerah, tetapi kedua daerah
tersebut hanya merupakan contoh keberhasilan kecil dari pelaksanaan Otonomi Daerah
di Indonesia. Secara keseluruhan, pelaksanaan Otonomi Daerah di tempat-tempat lain di
seluruh pelosok Indonesia masih belum dapat berjalan dengan optimal.
Belum optimalnya pelaksanaan Otonomi Daerah antara lain disebabkan karena
adanya berbagai macam penyelewengan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah di daera-daerah otonom.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Daerah,
tetapi hal yang paling penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan
Otonomi Daerah itu adalah dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
sebagai pelaksana dari Otonomi Daerah tersebut. Sumber Daya Manusia yang
berkualitas merupakan subjek dimana faktor-faktor lain yang ikut menentukan
keberhasilan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah ini bergantung. Oleh karena itu,
sangat penting sekali untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia karena inilah
kunci penentu dari berhasil tidaknya pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia.
18



B. Saran

Dari kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberikan saran antara lain:
1. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan
hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintah daerah,
potensi dan keanekaragaman daerah.
2. Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab tetap dijadikan
acuan dengan meletakkan pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang
paling dekat dengan masyarakat.
3. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah
juga perlu diupayakan. Kesempatan yang seluas-luasnya perlu diberikan
kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan mengambil peran.
Masyarakat dapat memberikan kritik dan koreksi membangun atas
kebijakan dan tindakan aparat pemerintah yang merugikan masyarakat
dalam pelaksanaan Otonomi Daerah. Karena pada dasarnya Otonomi
Daerah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, masyarakat juga perlu bertindak aktif dan berperan serta
dalam rangka menyukseskan pelaksanaan Otonomi Daerah.
4. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah
sebaiknya membuang jauh-jauh egonya untuk kepentingan pribadi
ataupun kepentingan kelompoknya dan lebih mengedepankan
kepentingan masyarakat. Pihak-pihak tersebut seharusnya tidak bertindak
egois dan melaksanakan fungsi serta kewajibannya dengan baik.

C. HARAPAN
Agar otonomi daerah di perbatasan Indonesia malesiya ke depannya menjadi
lebih baik lagi dan berkualitas, sehingga diharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat
agar mendapat otonomi daerah yang lebih sesuai dan di harapkan oleh masarakat
setempat.
Dan juga semoga otonomi daerah di perbatasan MALINDO (malesiya
Indonesia) semakin di pandang oleh pemerintah setempat untuk mengembangkan dan
menjaga otonomi daerah di perbatasan dan juga semoga kekurangan-kekurangan di
daerah tersebut dapt di lengkapi semaksimal mungkin.




19








DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013,
http://id.wikipedia.org/wiki/Sajingan_Besar,_Sambas, Sajingan Besar Sambas, tanggal
akses 20 Februari 2013

Anda mungkin juga menyukai