Anda di halaman 1dari 6

PANDANGAN

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR RI


TERHADAP
PENYUSUNAN
RUU PROVINSI SUMATERA UTARA, PROVINSI SUMATERA SELATAN,
PROVINSI JAWA BARAT, PROVINSI JAWA TENGAH, PROVINSI JAWA
TIMUR, PROVINSI MALUKU, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAN BALI.

Disampaikan Pada Rapat Paripurna Kamis, 17 November 2022


Oleh Juru Bicara Fraksi PPP DPR RI: H. Iip Miftahul Khoiry, S.PdI
Anggota DPR RI Nomor : A-473

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Yang Terhormat, Saudara Ketua dan Wakil Ketua DPR RI,


Yang Terhormat, Para Anggota Dewan DPR RI,
Dan hadirin sekalian yang berbahagia.

Segala Puji dan Syukur Alhamdulillah kami sampaikan kepada Allah SWT
semoga senantiasa berada dalam lindungan-Nya sehingga kita dapat menghadiri
rapat Paripurna DPR RI untuk mengambil keputusan mengenai Pendapat Fraksi-
fraksi terhadap RUU Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi
Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Maluku, Provinsi
Kalimantan Tengah dan Provinsi Bali.
Sholawat serta salam semoga senantiasa kita ucapkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga, kerabat dan para
sahabatnya, Pengikut-Nya yang istiqomah untuk mengamalkan Sunnahnya
dengan tulus dan ikhlas, sehingga kelak di akhir zaman kita memperoleh
syafa’atnya. Amiin…

Pimpinan Sidang, Saudara Menteri, Saudara Anggota Dewan DPR RI


dan Hadirin yang Terhormat

Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik,


sebagaimana yang di atur dalam Pasal 1 ayat 1. Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan dibagi atas kabupaten dan kota,
yang terdiri dari beberapa pulau-pulau, dan disebut dengan nusantara, yang dihuni
oleh beraneka ragam suku, adat istiadat/budaya serta agama.
Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, daerah kota sebagaimana
yang diamanatkan Pasal 18 UUD 1945 mengurus sendiri urusan
pemerintahannya, dan seterusnya Negara mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa. Negara
juga mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana yang diamanatkan Pasal 18B yang dalam hal ini
mengangkat Kearifan lokal sebagai salah satu cara yang paling tepat.

Pimpinan Sidang, Saudara Menteri, Saudara Anggota Dewan DPR RI dan


Hadirin yang Terhormat
Upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas penyelenggaraan
pemerintahan khususnya di tingkat pemerintahan provinsi, kita telah bersama-
sama Menyusun RUU tentang Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera
Selatan, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur,
Provinsi Maluku, Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Bali. Penyusunan ini
diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan daerah
otonom, baik dalam aspek perubahan aturan hukum yang mendasarinya maupun
materi muatan yang sejalan dengan konstruksi desentralisasi yang diatur dalam
Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini patut
disadari, karena dasar hukum penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi
berlandasakan pada UUDS 1950, sementara pengaturan otonomi daerah dalam
rangka desentralisasi sangat dinamis, tidak hanya pada undang-undang, tetapi
juga perubahan landasan konstitusionalnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 18,
Pasal 18A dan Pasal 18B UUD NRI Tahun 1945.
Bahwa terhadap penyusunan RUU Provinsi Sumatera Utara, Provinsi
Sumatera Selatan, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa
Timur, Provinsi Maluku, Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Bali. Fraksi PPP
dapat memberikan pandangan sebagai berikut:
1. RUU Sumatera Utara

Bila dilihat dari sisi potensi daerah, Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi
sumber daya alam (SDA) yang besar dan beragam, mulai dari pertanian,
kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan, perkebunan, pertambangan
maupun industri dan jasa. Sumatera Utara tersohor karena luas
perkebunannya, hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona
perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta
maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit,
kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut
tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan
Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan
memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain
komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil
komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk
Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan
oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura
tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura. Berbagai potensi yang
dapat menjadi sumber pendapatan daerah ini, tentu dapat dikelola melalui
pengaturannya dalam materi muatan RUU tentang Provinsi Sumatera Utara,
sehingga mampu mendorong peningkatan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat

Dengan akan dibentuknya RUU Provinsi Bali dimaksudkan untuk menjadi


dasar hukum penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan di Provinsi
Bali yang lebih responsif terhadap perkembangan kemajuan masyarakat dan
pembangunan serta menjawab tantangan kemajuan global.

2. RUU Provinsi Sumatera Selatan

Sumatera Selatan memiliki potensi Sumber Daya Alam yang sangat potensial,
baik yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Apabila disoroti
pada sumber daya geologinya, Sumatera Selatan memiliki potensi baik dari
minyak dan gas alam, panas bumi (geothermal), dan batubara.
Disempurnakannya regulasi ini diharapkan dapat dilakukan penataan
penyelenggaraan pemerintahan daerah disesuaikan dengan perubahan sistem
ketatanegaraan dan perkembangan zaman agar potensi Sumber Daya Alam
yang ada pada Provinsi Sumatera Selatan dapat terjaga dan dimaksimalkan
sepenuh-penuhnya untuk masyarakat setempat.

3. RUU Provinsi Jawa Barat

Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang menjadi pusat perkembangan
sektor pembangunan, pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan kesenian.
Selain itu, Jawa Barat memiliki keanekaragaman budaya yang melahirkan
beberapa jenis kesenian sebagai ciri budaya masyarakat, salah satunya
adalah kesenian yang lahir di kalangan rakyat itu sendiri, seperti Nama
Durcing bermakna “Dzuhur Cicing”. Dari segi penamaan, kata seni ini
mengambil dari waktu sholat yang dilaksanakan pada siang hari “Dzuhur” dan
Cicing dalam bahasa sunda yang berarti “Diam” artinya ketika waktu adzan
Dzuhur atau siang hari pekerjaan dihentikan terlebih dahulu, dengan
dibentuknya Undang-Undang Provinsi Jawa Barat Barat diharapkan dapat
mengakomodir kekhususan, kondisi dan karakteristik Jawa Barat dalam
mengimplementasikan Kearifan lokal dalam arti yang lebih luas.

4. RUU Provinsi Jawa Tengah

Jangkauan RUU tentang Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai dasar hukum
bagi pembangunan berbasis perencanaan yang bersifat sinergis dalam
konteks kepentingan pembangunan Provinsi Jawa Tengah guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah secara adil dan merata,
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat
Jawa Tengah serta meningkatkan perekonomian masyarakat. Undang-Undang
ini diharapkan menjangkau perbaikan pengaturan penyelenggaraan
pemerintahan Provinsi Jawa Tengah secara optimal, berbudaya, profesional,
berkelanjutan, dan memperbaiki pengelolaan keuangan daerah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Arah pengaturan yang diatur dalam
undang-undang mesti melakukan penyesuaian dengan pengaturan yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan terkait untuk dijadikan dasar
hukum bagi pembangunan Provinsi Jawa Tengah dengan memperhatikan
karakteristik, potensi daerah, budaya, dan nilai adat masyarakat Provinsi Jawa
Tengah.

5. RUU Provinsi Jawa Timur

Dibentuknya Undang-Undang Provinsi Jawa Timur diharapkan dapat


mengakomodir kekhususan, kondisi dan karakteristik Jawa Timur dalam
mengimplementasikan otonomi daerah dalam arti yang lebih luas. Dengan UU
ini juga diharapkan dapat mengoptimalisasi alokasi dana desa karena
sebagian besar wilayah Jawa Timur adalah pedesaan. Selain itu diupayakan
agar dana tanggung jawab sosial perusahaan di Provinsi Jawa Timur lebih
tepat sasaran untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

6. RUU Provinsi Provinsi Maluku

Munculnya RUU Provinsi Maluku diharapkan menjadi dasar hukum dalam


mengembangkan Maluku tanpa harus menghalangi budaya lokal yang ada,
RUU Provinsi Maluku harus menjadi jembatan antara pemerintah dan budaya
Lokal yang ada, selain pengembangan dan pemerintahan yang seuai dengan
norma-norma hukum yang ada, RUU ini harus menjadi solusi bagi
pemerintahan Provinsi Maluku dan Masyarakat untuk mengembangkan
Provinsi Maluku dalam menghadapi kemajuan Global yang ada saat ini dan
perkembangan global yang akan datang.

7. RUU Provinsi Kalimantan Tengah


Disempurnakannya regulasi ini diharapkan dapat dilakukan penataan
penyelenggaraan pemerintahan daerah disesuaikan dengan perubahan sistem
ketatanegaraan dan perkembangan zaman, sekaligus mendorong peningkatan
daya saing daerah Provinsi Kalimantan Tengah dengan mengoptimalisasi
potensi di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan, pariwisata,
pertambangan, kekayaan budaya, kearifan lokal, kondisi geografis dan
demografis serta menjawab tantangan global.
8. RUU Provinsi Bali
Bali adalah provinsi yang memilki ciri khas tersendiri terutama di bidang
pariwisata, Penting untuk menata pembangunan di Bali yang berkaitan dengan
alamnya, manusianya dan juga kebudayaannya. Selain hal tersebut, Bali
memiliki kekuatan di bidang budaya, tidak memiliki kekuatan dari sumber daya
alam seperti dengan daerah-daerah lainnya. Bali memiliki adat istiadat, tradisi,
seni dan budaya serta kearifan lokal yang menjadi modal dasar dari kehidupan
masyarakat Bali yang harus dipelihara dengan baik. Pembangunan harus
meperhatikan potensi yang dimiliki agar bisa dijalankan secara optimal sesuai
dengan potensi dan kondisi yang ada di provinsi Bali. Kelebihan alam Bali
adalah dengan memperhatikan kekuatan alam Sekala-Niskala yang harus
dipelihara, sehingga Bali yang memiliki taksu dan kesucian alam beserta isinya
ini dapat dipelihara dengan baik. Kemudian juga pengembangan tata
kehidupan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kearifan local, juga harus
mengutamakan kebudayaan Bali, karena ini satu-satunya kekayaan yang harus
hidup dan survive dengan kebudayaan yang ada di Bali. Mengembangkan
suatu tatanan baru dalam pembangunan Bali yaitu secara tematik yang meliputi
pembangunan yang berbasis pada spiritual, wilayah konservasi dan juga
wilayah pertanian. Inilah basis pembangunan Bali yang dikembangkan secara
tematik di kabupaten/kota di Bali, Karena Bali menjadi destinasi wisata dunia.

Pimpinan Sidang, Saudara Menteri, Saudara Anggota Dewan DPR RI dan


Hadirin yang Terhormat

Berdasarkan catatan diatas, maka kami dari Fraksi Partai Persatuan


Pembangunan (F-PPP) dengan Mengucapakan Bismillahirrahmanirrohim dan
seraya memohon Ridho Allah SWT, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-
PPP) DPR RI Menyetujui Penyusunan RUU Provinsi Sumatera Utara, Provinsi
Sumatera Selatan, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa
Timur, Provinsi Maluku, Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Bali ini untuk di
bahas pada tahap selanjutnya.

Demikianlah Pandangan Akhir Fraksi Partai Persatuan Pembangunan


(F-PPP) ini disampaikan, atas perhatian Pimpinan Sidang, Saudara Pimpinan
Komisi II DPR RI, serta para Anggota Baleg DPR RI dari masing-masing Fraksi,
dan Hadirin sekalian kami ucapakan terima kasih.

Billahittaufiq Wal Hidayah,


Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 17 November 2022

FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (F-PPP)


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dr. H. Achmad Baidowi, S.Sos., M.Si


Sekretaris Fraksi PPP DPR RI

Anda mungkin juga menyukai