Anda di halaman 1dari 5

Dari diskusi 9 dapat disimpulkan bahwa Upaya Pemekaran Daerah Bandung Timur yaitu dengan

data wilayahnya di sebelah barat Kabupaten Bandung, meliputi 16 kecamatan dan 165 desa/kelurahan.
Proses pembentukan daerah ototom Kabupaten Bandung Barat berlangsung selama delapan tahun
(wacananya muncul tahun 1999) Untuk wilayah Kabupaten Bandung Timur akan meliputi bagian timur
wilayah Kabupaten Bandung sekarang, terdiri dari 15 kecamatan dan 147 desa/kelurahan (tepatnya 144
desa dan tiga kelurahan). Wacana pembentukan Kabupaten Bandung Timur sudah muncul sejak tahun
2005, jadi sampai 16 tahun kemudian belum juga terwujud. Rencananya Kabupaten Bandung Timur
akan memiliki pusat pemerintahan yang berlokasi di Kecamatan Rancaekek.

Salah satu alasan adanya pemekaran KBT yaitu dengan jauhnya jangkauan Bandung Timur dengan
Pemkab dan pusat kota. Sehingga akan sulit dalam pemerataan dan penanganan administrasi warganya.
Adapun terkait dengan pamekaran Bandung Timur, Komisi A DPRD Kabupaten Bandung mengacu pada
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah. Dalam Undang-
Undang tersebut, terdapat dua syarat untuk melakukan pamekaran suatu wilayah yaitu persyaratan
wilayah dan persyaratan adminiatrasi. “Secara UU nomor 23/2014 ada dua oersyaratan yabg harus
ditempuh. Yaitu persyaratan administratif dan wilayah. Akan tetapi untuk administratifnya sama sekali
belum bisa dilaksanakan. Ada hal yang membuat penataan daerah melalui pembentukan DOB menjadi
rumit dilakukan dalam waktu dekat ini. Salah satu yang menjadi hambatan pembentukan DOB adalah
moratorium dari pemerintah pusat. untuk mencabut moratorium pembentukan DOB, pemerintah
terlebih dahulu harus membuat dua Peraturan Pemerintah (PP). Dua PP tersebut berinduk pada
Undang-undang nomor 23 tahun 2014 Pemeintah Daerah.

- PP pertama yang harus dibuat adalah tentang Pembentukan, Penggabungan dan Pembubaran Daerah
Otonom yang mengatur tata laksana, prosedur dan sebagainya/

- PP kedua yang harus ada adalah desain besar penataan daerah untuk menentukan strategi dan kuota
pemekaran masing-masing provinsi. "Jika dua PP itu sudah ada, baru moratorium dicabut dan semua
daerah bisa menindaklanjuti rencana pembentukan DOB.

Dari diskusi 10 dapat disimpulkan bahwa Upaya Pemekaran Daerah Garut Selatan adanya
pembentukan Daerah Otonomi Baru Garut Selatan tentunya perlu didukung oleh sumber daya yang ada,
artinya perlu meningkatkan kualitas masyarakat setempat melalui peningkatan pendidikan agar siap
mengelola dan mengembangkan daerah yang nanti sudah disahkan menjadi kabupaten baru. Dengan
data yang di peroleh dari BPS daerah Kabupaten Garut Selatan pada tahun 2019, kabupaten ini memiliki
wilayah dengan luas 306.519 km 2 yang mana jumlah penduduknya ialah selitar 2,6 jiwa yang mereka
tersebar di dalam 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 421 desa, karena jumlah wilayah yang luas dan
jumlah penduduk yang sangat banyak maka hal tersebut mengakibatkan ketidak seimbangan atas
kemampuan pemerintahan daerah Kabupaten Garut Selatan ini dan wilayah yang cukup luas ini
mengakibatkan mempengaruhi jarak tempuh yang mana jauh dari pusat kota dan adanya keterbatasan
sarana prasarana yang ada di daerah tersebut.

Maka dari itu pemekaran di Kabupaten Garut Selatan pun mendapatakan respon oleh
pemerintahan Kabupaten Garut Selatan untuk dapat mendukung pemekaran daerah tersebut dan pada
tahun 2013 ada rencana akan di adakan pembentukan kabupaten garut selatan, tapi sampai saat ini pun
belum ada perkembangan dikarenakan adanya kebijakan moratorium yang di lakukan oleh
pemerintahan pusat. Padahal pada saat ini masyarakat Garut Selatan telah antusias yang mana mereka
ingin memisahkan diri dari kabupaten Garut, hal ini di sebabkan karena Kabupaten Garut Selatan ini
memiliki potensi yang mana sumber daya alam yang di milikinya sangat kaya dan beragam, sayangnya
sumber daya alam ini belum terkelola dan tertata dengan baik padahal harapan ini menjadi aset dalam
pendapatan yang mana di pergunakan untuk kesejahteraan masyarkat sekitar. Adapun Data pemekaran
Garut selatan terdapat dalam 15 kecamatan, kemudian dari segi ekonomi tentunya Garut Selatan kaya
akan sumber daya baik dari pertanian, perkebunan, perikanan yang perlu di olah dan dibantu oleh
pemerintahan daerah, Selanjutnya dari segi Pendidikan tentu banyak yang menjadi tugas besar yang
harus di bangun baik dari pembangunan Pendidikan sampai Pendidikan terhadap masyarakat, karena di
Garut Selatan masih banyak masyarakat yang putus sekolah.

Dari diskusi 11 yaitu mengenai Upaya Pemekaran Daerah Sukabumi Utara ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Pemekaran daerah pada dasarnya adalah upaya peningkatan kualitas dan intensitas
pelayanan pada masyarakat. Dari segi pengembangan wilayah, calon daerah baru yang akan dibentuk
perlu memiliki basis sumberdaya harus seimbang antara satu dengan yang lain, hal ini perlu diupayakan
agar tidak terjadi disparitas yang mencolok pada masa akan datang. dalam suatu usaha pemekaran
daerah akan diciptakan ruang publik yang merupakan kebutuhan kolektif semua warga wilayah baru.
Daerah Sukabumi Utara memiliki potensi sumberdaya yang besar, potensi dari ketersediaan lahan untuk
pertanian, wilayah Sukabumi Selatan memiliki potensi sebagai wilayah pusat pengembangan sektor
pertanian (komoditas pertanian). Kategori perekonomian yang mendominasi di Kabupaten Sukabumi
adalah pertanian, perikanan, dan kehutanan dimana kontribusi perekonomiannya. Namun disamping itu
ada masih ada beberapa factor yang belum terpenuhi dalam pemekaran daerah. Seperti ; 1) minimnya
kualitas dan daya saing sumber daya manusia, 2) Belum terealisasinya kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat secara merata, konsisten, dan berkelanjutan, 3) Kurangnya pemberdayaan potensi ekonomi
masyarakat Kabupaten Sukabumi, serta 4) belum optimalnya pengembangan kualitas infrastruktur
penunjang kehidupan masyarakat.

Yang dapat disimpulkan pada diskusi 12 tentang Otonomi Khusus DI Yogyakarta ada beberapa hal.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan bagian dari perjuangan kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sehingga berdasarkan latar belakang dan sejarahnya tersebut pemerintah Republik
Indonesia memberikan otonomi khusus kepada pemerintah daerah D. I. Yogyakarta dengan tujuan
untuk mempertahankan eksistensi pemerintahan yang berdaulat ini yang memang sudah berdiri dan
berjalan sebelum kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Perkembangan otonomi khusus
Daerah Istimewa Yogyakarta selalu terjadi sejak ditetapkannya daerah ini menjadi daerah otonomi
khusus. Perkembangan yang nampak terjadi adalah terkait regulasi yang mengatur berlajannya
pelaksanaan otonomi khusus ini mulai dari UU Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Yogyakarta, diubah menjadi UU Nomor 19 Tahun 1950 yang menambahkan kewenangan bagi
D. I. Yogyakarta, PP Nomor 31 Tahun 1950 sebagai pelaksana kedua undang-undang tersebut, hingga
terakhir ditetapkannya UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Analisa dari otonomi khusus DI Yogyakarta yaitu Mulai dari pasal 7 ayat 2 yang menjelaskan
tentang apa saja yang menjadi keistimewaan pemerintah daerah ini, hingga batasan-batasan yang
dimiliki dalam menjalankan otonomi khusus. Berdasarkan teori demokrasi, pada teori demokrasi yang
dititik beratkan adalah pemerintahan dengan rakyat yang memiliki kedaulatan tertinggi sama halnya
dengan amanat konstitusi, namun pada pelaksanaan otonomi khusus dikecualikan dalam beberapa hal
seperti pemilihan kepala daerah dalam hal ini gubernur dan wakil gubernur yang ditetapkan oleh UU
Nomor 13 Tahun 2012 merupakan seorang sultan Kesultanan Ngayogyokarto Hadiningrat dan
ditentukan berdasarkan garis keturunan. Pada hal tersebut berlaku asas leg specialis derogat legi
generalis dimana UU ini menjadi aturan khusus atas UUD 1945. Namun bagi rakyat D. I. Yogyakarta tetap
berlaku persamaan hak dalam hukum dan pemerintahan mulai dari desa hingga tingkat provinsi seperti
penyaluran hak memilih dan dipilih, hingga pengalokasian anggaran dari pusat ke daerah dengan tetap
berlaku perimbangan antara pusat dan daerah.

Pada diskusi 13 tentang Otonomi Khusus Nanggoroe Aceh Darussalam dapat disimpulkan
bahwasannya Aceh adalah wilayah yang sangat konservatif (menjunjung tinggi nilai agama).

Persentase penduduk Muslimnya adalah yang tertinggi di Indonesia dan mereka hidup sesuai syariah
Islam. Berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, Aceh memiliki otonomi yang diatur
tersendiri karena alasan sejarah Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak
bumi dan gas alam. Sejumlah analis memperkirakan cadangan gas alam Aceh adalah yang terbesar di
dunia. Aceh juga terkenal dengan hutannya yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan dari
Kutacane di Aceh Tenggara sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah taman nasional bernama Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL) didirikan di Aceh Tenggara. Dana otsus Provinsi Aceh masih tergantung
dengan keberadaan dana otonomi khusus dimana dana otonomi khusus berkontribusi lebih dari 50
persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan dalam pelaksanaannya, masih
terdapat permasalahan terkait alokasi dana antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
kelembagaan Aceh terdiri atas Wali Nanggroe Waliyul’ahdi Majelis Tinggi. Adapun kedudukan UU No. 5
Tahun 1960 sehubungan dengan kewenangan otonomi khusus di bidang pertanahan yang diberikan
kepada Pemerintah Aceh, yaitu segala ketentuan mengenai pertanahan yang memberikan kewenangan
kepada Pemerintah Aceh melalui UU PA tetap mengacu pada UU No. 5 Tahun 1960 dan peraturan
perundangundangan lainnya mengenai pertanahan. Hal ini karena pertanahan tidak diatur secara teknis
dalam UU PA sehingga implementasi atau pelaksanaannya tetap harus mengacu kepada UU No. 5 Tahun
1960 dan regulasi lainnya.

Yang dapat disimpulkan materi ke 14 tentang Otonomi khusus Papua. Berdasarkan tujuan pemberian
kewenangan khusus kepada Daerah Papua ini sangatlah baik dan dapat berdampak positif jika
kinerjanya maksimal bagi kelangsungan hidup masyarakat ras malanesia ini namun realitanya
pelaksanaan kebijakan ini belum sepenuhnya berdampak bagi masyarakat di Distrik Mimika Timur. Hal
ini di sebabkan oleh tingkat kesejahteraan yang masih di bawah rata –rata, walaupun dari hasil distribusi
responden yang tinggi ialah kategori baik/cukup namun realita yang di amati peneliti dapat di katakan
masyarakat yang tinggal di wilayah ini masih belum sejahtera.

Walaupun melihat kinerja otonomi khusus ±13 tahun sudah cukup di rasakan masyarakat namu
realitanya sebagian masyarakat masih merasa kekurangan, walaupun ada bantuan pemerintah yaitu
penyediaan tempat tinggal namun taraf kehidupan belum baik seperti pangan, sandang, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan. dsb. Berdasarkan analisis regresi linier dan korelasi product moment
menunjukan bahwa kebijakan otonomi khusus cukup berdampak positif dalam artian bahwa ±8%
masyarakat dapat di katakan sejahtera, 82% cukup sejahtera, di ukur berdasarkan indikator
kesejahteraan yaitu memiliki rumah, sandang dan papan tercukupi, bahkan secara fisik (kesehatan,
lingkungan), mental (pendidikan, budaya) serta spiritual (moral, etika). Dengan demikian Jika
pelaksanaannya kebijakan otonomi khusus lebih baik atau kinerjanya maksimal (efektif dan efisien,
responsif) maka akan lebih meningkatkan lagi kesejahteraan masyarakat asli papua, terjadi peningkatan
taraf hidup kea rah yang lebih baik.

Yang dapat disimpulkan pada pertemuan ke 15 tentang Otonomi Khusus DKI Jakarta yaitu (Provinsi DKI
Jakarta) sebagai satuan pemerintahan yang bersifat khusus dalam kedudukannya sebagai Ibukota
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sebagai daerah otonom memiliki fungsi dan peran 16 yang
penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, perlu
diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Untuk itulah Pemerintah Pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia (LN 2007 No. 93; TLN 4744). UU ini mengatur kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu kota
Negara.

Aturan sebagai daerah otonom tingkat provinsi dan lain sebagainya tetap terikat pada peraturan
perundangundangan tentang pemerintahan daerah.. Dalam pengembangan wilayah, rencana struktur
ruang DKI Jakarta merupakan perwujudan dan penjabaran dari struktur ruang kawasan perkotaan
Jabodetabekpunjur. Sejalan dengan hal tersebut, maka perencanaan struktur ruang telah
memperhatikan berbagai aspek lingkungan strategis yang diduga akan mempengaruhi perkembangan
kota Jakarta secara keseluruhan. Rencana struktur ruang yang dikembangkan di DKI Jakarta meliputi
empat struktur ruang, yaitu sistem pusat kegiatan, sistem dan jaringan transportasi, sistem prasarana
sumber daya air, dan sistem dan jaringan utilitas perkotaan. Sistem pusat kegiatan terdiri dari sistem
pusat kegiatan primer dan sekunder. Sistem dan jaringan trasnportasi terdiri dari sistem dan jaringan
transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Selanjutnya sistem prasarana sumber daya
air terdiri dari sistem konservasi sumber daya air, sistem pendayagunaan sumber daya air, dan sistem
pengendalian daya rusak air. Sedangkan sistem dan jaringan utilitas perkotaan terdiri atas sistem dan
jaringan air bersih, sistem prasarana dan sarana pengelolaan air limbah, sistem prasarana dan sarana
pengelolaan sampah, sistem dan jaringan energi, serta sistem dan jaringan telekomunikasi. 3. Pengaruh
Pemberian Otonomi Khusus bagi Provinsi DKI Jakarta dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki peranan yang penting dalam mendukung
penyelenggaraan pemerintahan NegaraRepublik Indonesia,membangun masyarakat Jakarta yang
sejahtera dan mewujudkan citra bangsa Indonesia. Maka DKI Jakarta diberikan kekhususan tugas, hak,
kewajiban, dan tanggungjawab dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemberian otonomi
khusus bagi Provinsi DKI Jakarta tentu memiliki dampak atau pengaruh terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah DKI Jakarta, di bawah ini akan dipaparkan pengaruh pemberian otonomi khusus
yang mencangkup kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggungjawab Provinsi DKI Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai