DISUSUN OLEH :
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan telah direvisi menjadi UU No. 23 Tahun
kepada otonomi yang luas, nyata, bertanggung jawab serta berorientasi pada
peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat dengan tetap menjaga keserasian
balance)
dalam UUD 1945, ditujukan untuk menata sistem pemerintahan daerah dalam
Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan
memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab epada pemerintah
1
Busrizalti, Hukum Pemda (Otonomi Daerah Dan Implikasinya), Total Media, Yogyakarta, 2013,
hlm. 2
1
pengaturan pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta
Salah satu aspek atau hal yang terpenting dalam pemekaran daerah ini adalah
lokal dalam rangka pertumbuhan demokratis, dengan interaksi yang lebih intensif,
antara masyarakat dengan pemerintah daerah baru, sehingga masyarakat sipil akan
mudah untuk mendapatkan hak-hak dan dan melaksanakan kewajibannya secara lebih
No. 23 Tahun 2014 menentukan bahwa pemekaran daerah adalah pemecahan daerah
provinsi atau daerah kabupaten/kota menjadi dua atau lebih daerah baru atau
penggabungan bagian daerah dari daerah yang bersanding dalam satu daerah provinsi
pemekaran daerah disebabkan kurang puas dan kurang perhatiannya pemerintah pusat
2
Ibid., hlm. 4.
3
Bintiro Tjokroamidjojo, Pengantar Admisnistrasi Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hlm.
23.
2
sehingga penyerapan aspirasi lambat bahkan sama sekali tidak tersampaikan, namun
ada juga alasan dari beberapa faktor-faktor lingkungan kehidupan social kultur yang
serta martabat orang asli Papua. Melalui pembangunan Papua Barat Daya,
masyarakat di daerah begitu besar dalam hal pemekaran daerah. Namun apapun
alasan pemerintah yang hingga kini masih tetap melakukan moratorium terhadap
diberlakukan di Papua. Papua telah memekarkan 4 provinsi baru, yakni Papua Barat
Daya, Papua Selatan, Papua Tengah dan Papua Pegunungan. Dengan demikian,
4
https://nasional.kompas.com/read/2022/08/30/09071571/komisi-ii-paparkan-tujuan-pembentukan-
provinsi-papua-barat
5
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 15
3
terdapat 6 provinsi di tanah Papua karena sebelumnya sudah terbentuk 2 provinsi,
pemerintah menilai bahwa pembentukan daerah baru (DOB) menambah beban bagi
Negara khususnya dalam segi finansial, karena hampir seluruh daerah baru yang
masih tergantung pada dana transfer dari anggaran pendapatan dan belanja Negara
pemekaran, hal tersebut bertujuan untuk menahan laju usulan pemekaran daerah
karena dianggap kurang siap baik dalam segi sumber daya alamnya atau sumber daya
manusianya, karena anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah sangat banyak dalam
daerahnya akan sulit untuk memekarkan daerahnya tersebut, sehingga nantinya akan
daerah otonomi baru (DOB) yang belum mampu mandiri. dalam pemekaran daerah,
4
pemerintah bukan hanya mempertimbangkan keinginan tetapi juga keberlangsungan
khusus. Baik karena untuk pelayanan luasnya wilayah dan kemudian juga untuk
B. Rumusan Masalah
C. Pembahasan
di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum
Pemerintahan Daerah. UUD 1945 tidak mengatur perihal pembentukan daerah atau
5
pemekaran suatu wilayah secara khusus, namun disebutkan dalam Pasal 18B ayat (1):
Selanjutnya, pada ayat (2) pasal yang sama tercantum kalimat sebagai berikut.
Desa / Kelurahan menjadi dua daerah atau lebih.Menurut Peraturan Pemerintah No.
Tahun 2021 tentang Otonomi Khusus Papua di mana dalam undang-undang tersebut
Pemekaran itu bertujuan agar pelayanan publik itu semakin baik, dekat dan mudah.
Begitu juga bidang kesehatan dan diharapkan bisa memacu perkembangan ekonomi,
6
di mana selama ini mereka (Papua) merasa jauh tertinggal dengan daerah lain.
Dengan adanya 4 provinsi baru ini, tentu ada harapan dan akan terjadi percepatan
pembangunan dan kesetaraan dengan daerah lain baik dalam hal pendidikannya,
a. geografi;
b. demografi;
c. keamanan;
e. potensi ekonomi ;
didasarkan pada kondisi masyarakat Papua (Orang Asli Papua) yang masih jauh dari
(IPM) dan Jarak Tempuh wilayah yang menjadi daerah cakupan DOB Provinsi Papua
Barat Daya sangat jauh dari Ibukota Provinsi Papua di Kota Jayapura, sehingga Dana
Otonomi Khusus yang diberikan oleh Pemerintah Pusat menjadi tidak efisien dan
6
https://investor.id/national/314580/kecuali-papua-kebijakan-moratorium-pemekaran-daerah-masih-
berlaku
7
terpangkas karena tingginya biaya transaksi pada setiap tahapan proses pencairan
kesatuan hidup yang memerintahkan diri sendiri, dalam hal mana sebagian besar
anggotanya turut mengambil bagian baik langsung maupun tidak langsung dan
dimana terjamin kemerdekaan rohani dan persamaan bagi hokum. 7 Menurut C.F.
Strong, demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dalam hal mana mayoritas
anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta melalui cara perwakilan yang
tindakannya kepada mayoritas itu. Dengan kata lain, negara demokrasi didasari oleh
nilai-nilai masyarakat serta hubungan antar masyarakat sebagai warga negara adalah
tentang kinerja pemerintah pada ekonomi dan kontrol korupsi politik secara positif
7
Eddy Purnama, Negara Kedaulatan Rakyat, Nusamedia, Jakarata, 2007, hlm. 4
8
Ibid.
8
Suatu negara kesatuan baru merupakan wujud pemerintahan demokrasi tatkala
Syaukani meliputi bidang politik dan ekonomi. Ruang lingkup otonomi daerah di
bidang politik berarti bahwa otonomi merupakan buah kebijakan desentralisasi dan
dekonsentrasi, maka harus dipahami sebagai proses untuk membuka ruang bagi
masyarakat luas, dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang taat
otonom sudah dikenal sejak awal berdirinya Rebublik ini. Selama pemerintahan orde
baru, pemekaran daerah juga terjadi dalam jumlah yang sangat terbatas. Kebanyakan
pembentukan daerah otonom ketika itu adalah pembentukan kota madya sebagai
administratif, yang kemudian baru bisa dibentuk menjadi kota madya sebagai daerah
9
Ni‟matul Huda, Perkembangan Hukum Tata Negara (Perdebatan dan Gagasan Penyempurnaan),
FH. UII Press, Yogyakarta, 2014, hlm. 411
9
penggabungan daerah memerlukan penelitian yang mendalam. Salah satu aspek yang
dan penggabungan suatu daerah otonom harus mempunyai payung hukum untuk
memperkuat legitimasinya.
adanya suatu daerah otonom memungkinkan kemajuan suatu daerah. Mengingat salah
satu tujuan hukum merupakan sarana pembaharuan masyarakat yang di dasarkan atas
pembaharuan itu, maka hukum suatu yang diinginkan atau bahkan dipandang
(mutlak) perlu. 10
Selain dari aspek yang dimaksud diatas pemerintah juga telah mengeluarkan
suatu Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan,
syarat serta ketentuan lain yang harus dipenuhi agar pembentukan serta pemekaran
pembentukan daerah dimaksud agar daerah yang baru dapat tumbuh, berkembang dan
republik Indonesia.
10
L. Sumartini, Peranan dan Fungsi Rencana dan Legislasi Nasional dalam Proses Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan. BPHN Kehakiman RI, Jakarta 1999, hlm 3
10
Berbicara mengenai syarat-syarat pembentukan daerah otonom baru tentu tidak
terlepas dari aturan dan perundang-undangan yang memang sebenarnya telah diatur
oleh pemerintah. Syarat-syarat pembentukan daerah telah di atur dalam PP. No. 78
Tahun 2007 yang dimana dalam peraturan pemerintah tersebut telah mengatur
tentang syarat administratif, teknik dan fisik kewilayahan apabila suatu daerah ingin
negara berada di tangan rakyat. Teori ini berusaha mengimbangi kekuasaan tunggal
raja atau pemimpin agama. Dengan demikian, teori kedaulatan rakyat menyatakan
bahwa Teori ini menjadi dasar dari negara-negara demokrasi. Pada dasarnya, teori ini
menjelaskan bahwa kedaulatan negara dipegang oleh rakyat. Sehingga rakyat menjadi
tertinggi, yang mengatur kehidupan mereka, menjadi reason atau idol (ilah), yang
mengatur kehidupan mereka pada tingkat keberadaan mereka. Demikian pula, suatu
tertinggi yang dapat menaklukkan segala sesuatu. Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam
masyarakat atau negara, hanya ada tiga hal (instansi) yang dianggap berdaulat:
11
penyelesaian masalah berdasarkan sistem tertentu untuk mencapai tujuan bersama.
Isu-isu ini harus ditangani tidak hanya dalam hal administrasi pemerintah dan otoritas
negara; souvereinitiet merupakan suatu atribut dari negara, akan tetapi tidak
merupakan atribut dari bagian-bagian negara itu, yang hanya dapat memperoleh hak-
haknya dari negara yang justru sebagai bagian dari negara diberi hak untu berdiri
sendiri (Zelfstanding) akan tetapi tidak merdeka (Onafhankelyk) dan tidak lepas dari
negara itu langsung dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah-
11
Rojali Abdullah, “Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif”, Raja
Grafindo, Jakarta, 2002, hlm. 81.
12
Dalam konteks menejemen pembangunan sistem otonomi daerah mengandung
dua makna:
terbentuknya institusi pelayanan publik yang lebih otonom dan lebih adaptif
agar kualitas dan kecepatan pelayanan tidak lagi mendapat kendala dari
13
Diyakini bahwa melalui otonomi pada daerah otonom kabupaten/kota maka
akan lebih dapat ditingkatkan. Dikemukakan oleh Mc. Rae bahwa ukuran kegiatan
pemerintahan dari waktu kewaktu diperkirakan akan semakin berkurang. Karena itu
pemerintah pusat menyerahkan urusan atau sub urusan tertentu langsung untuk
(desentralisasi-privitasliasi).
dan hukum dijadikan sebagai sarana yang dapat di gunakan untuk mengadakan
yang selesai, tatapi sesuatu yang diwujudkan terus menerus. Negara hukum dan
institusi hukum adalah proyek yang ada dalam proses penyelesaian. Satjipto Rahardjo
(rule bound) tidak mampu menangkap kebenaran, karena memang tidak mau melihat
14
atau mengakui hal itu. Dalam ilmu hukum yang legalistik-posivistis, hukum sebagai
institusi pengaturan yang komplek telah direduksi menjadi sesuatu yang sederhana,
Dalam Pasal 18 Ayat (1) UUD 1945 mengenai negara Indonesia ditegaskan
bahwa “negara kesatuan republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintah daerah, yang di atur dengan undang-
undang. Pada Ayat (2) ditegaskan bahwa pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan
kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.
Demikian pula dalam upaya mewujudkan negara hukum didukung dengan sistem
Demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah, sedangkan
Asshiddiqie, bahwa teori tentang negara hukum, pada pokoknya tidak dapat
dipisahkan dari teori tentang demokrasi, keduanya harus dilihat sebagai dua sisi dari
12
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Penerbit BIP,
Jakarta, 2007, hlm. 300.
15
Menurut Tri Ratnawi bahwa pemekaran daerah di Indonesia terjadi secara
teoritis seperti yang tersurat dalam peraturan pemekaran wilayah atau dalam teori-
pragmatis seperti untuk merespons separatisme agama dan etnis, membangun citra
rezim sebagai rezim yang demokratis, memperkuat legitimasi rezim yang berkuasa,
dan karena self-interest dari para aktor daerah dan pusat, merupakan faktor-faktor
yang lebih dominan, politisasi dan pragmatisme dalam pemekaran wilayah seperti
daerahdaerah pemekaran, daerah induk dan juga di pusat. Saat ini negara Indonesia
berpenduduk lebih dari 220 juta jiwa dan bersifat majemuk dalam hal etnis, bahasa
seyogyanya tuntutan untuk menjadi daerah otonom diawali terlebih dahulu dengan
16
tersebut agar suatu saat dapat menjadi Daerah Otonom. Pertimbangan ini penting
tangganya sendiri (berotonomi). Hal lain mengingat bahwa pemekaran tidak saja
dapat dilihat dari sisi kemampuan keuangan daerah, tetapi juga faktor-faktor lain
D. Kesimpulan
Otonomi Khusus Papua. Pemekaran itu bertujuan agar pelayanan publik itu semakin
baik, dekat dan mudah. Begitu juga bidang kesehatan dan diharapkan bisa memacu
perkembangan ekonomi, di mana selama ini mereka (Papua) merasa jauh tertinggal
E. Saran
pertumbuhan alami, dan migrasi penduduk. Jumlah penduduk yang memadai, baik
17
dalam segi kuantitas maupun segi kualitasnya menjadi syarat utama untuk menunjang
18
DAFTAR PUSTAKA
https://investor.id/national/314580/kecuali-papua-kebijakan-moratorium-pemekaran-
daerah-masih-berlaku
https://nasional.kompas.com/read/2022/08/30/09071571/komisi-ii-paparkan-tujuan-
pembentukan-provinsi-papua-barat
L. Sumartini, Peranan dan Fungsi Rencana dan Legislasi Nasional dalam Proses
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. BPHN Kehakiman RI,
Jakarta 1999
Rojali Abdullah, “Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu
Alternatif”, Raja Grafindo, Jakarta, 2002
19