Anda di halaman 1dari 14

Jajak Pendapat tentang Pemekaran Kabupaten Bandung

Penulis : Ayi Maulana1*, Suharmudyono2*


1
Pengajar pada Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Bina Muda, Bandung
2
Ketua BPD Desa Waluya Kecamatan Cicalengka, Kab. Bandung, Jawa Barat

ABSTRAK

Pemekaran daerah memiliki tujuan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terdapat indikator-
indikator untuk mengukur keberhasilan tujuan tersebut. Beberapa diantaranya meningkatkan
pelayanan publik, kegiatan ekonomi, infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan. Masyarakat selayaknya
mengukur sendiri capaian pemerintah daerahnya. Begitu pula masyarakat memiliki ruang aspirasi
terhadap keputusan arah pembangunan kesejahteraannya. Untuk itu negara hadir memberi fasilitasi
kehendak masyarakat. Pemerintah menghadirkan serangkaian regulasi guna memfasilitasi kehendak
warganya.
Regulasi dalam bentuk Undang-undang diawali dengan UU no 22 tahun 1999. Selanjutnya terjadi
perubahan melalui UU no 32 tahun 2004 dan kini UU no 23 tahun 2014. Perubahan aturan dasar
tersebut selayaknya diiringi peraturan teknis terkait melalui Peraturan Pemerintah hingga Peraturan
Menteri. Secara khusus mengenai Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah.
Namun demikian, PP nomor 78 tahun tahun 2007 dapat menjadi rujukan dalam mengatur pemekaran
atau pembentukkan Daerah Otonom Baru (DOB). Sebelumnya Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun
2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan
Daerah.
Keinginan pembentukkan DOB saat ini terus bergulir seiring dinamika kebutuhan masyarakat.
Demikian pula halnya dengan masyarakat Kabupaten Bandung Timur yang telah lama memiliki
wacana pemekaran dari Kabupaten Bandung. Tidak sedikit pula DOB yang telah disyahkan memiliki
dampak kurang menguntungkan bagi masyarakat itu sendiri. Kebijakan pemekaran wilayah sekarang
lebih didominasi oleh proses politik daripada proses teknokratis. Masyarakat seharusnya memiliki
porsi paling besar dalam tahapan keputusan tersebut. Oleh karena itu BPD Waluya Kecamatan
Cicalengka menginisiasi penelitian terkait persepsi masyarakat dalam menghadapi rencana DOB di
Kabupaten Bandung.
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh angka-angka yang menjadi dasar penetapan keputusan
Musyawarah Desa. Sebanyak 12,8 % memberi pendapat Sangat Setuju, 84,6 % menyatakan Setuju,
1,8 % menyatakan Netral dan 0,7 % menyatakan Tidak Setuju. Teknis penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif, dimana sampling yang diambil melalui mekanisme Simple Multistage
Random. Atas dasar data-data inilah Musyawarah Desa memberikan rekomendasi persetujuannya.

Kata-kata Kunci: Bandung Timur, Desa, Kabupaten, Rekomendasi, Waluya.

ABSTRACT
Regional expansion has the aim of improving community welfare. There are indicators to measure the
success of these goals. Some of them are increasing public services, economic activities,
infrastructure, education and health. The community should measure the achievements of their local
governments themselves. Likewise, the community has space for aspirations for decisions on the
direction of welfare development. For this reason, the state is present to facilitate the will of the
people. Therefore, the government has introduced a series of regulations to facilitate the will of its
citizens.
Regulations in the form of laws begin with Law No. 22 of 1999. Subsequently there have been changes
through Law No. 32 of 2004 and now Law No. 23 of 2014. Changes to these basic rules should be

1
accompanied by related technical regulations through Government Regulations to Ministerial
Regulations. In particular regarding the procedures for the formation, abolition and merger of
regions. However, Government Regulation number 78 of 2007 can be used as a reference in
regulating the expansion or formation of a New Autonomous Region (DOB).
The desire to form a new autonomous region is currently rolling in line with the dynamics of
community needs. Likewise, the people of East Bandung Regency have long had a discourse on the
expansion of Bandung Regency. Not a few of the new autonomous regions that have been legalized
have had an adverse impact on the community itself. The policy of regional expansion is now
dominated by a political process rather than a technocratic process. The community should have the
largest portion in this decision stage. Therefore, BPD Waluya, Cicalengka District, initiated research
related to community perceptions in facing the new autonomous region plan in Bandung Regency.
From the results of this study, it is obtained the figures that form the basis for determining the Village
Conference decision. As many as 12.8% expressed their opinion Strongly Agree, 84.6% stated Agree,
1.8% stated Neutrality and 0.7% stated Disagree. The research technique uses a quantitative
approach, where the sampling is taken through a simple multistage random mechanism. It is on the
basis of these data that the Village Consultative Meeting recommends its approval.

Keywords: Bandung Timur, Village, Regency, Recommendation, Waluya,

1. Pendahuluan Khairullah dan Cahyadin (2006):


Bahwa pemekaran daerah baru pada
dasarnya adalah upaya peningkatan kualitas
Rencana pembentukan DOB Kabupaten dan intensitas pelayanan pada masyarakat.
Bandung Timur (KBT) sebenarnya sudah Dari segi pengembangan wilayah, calon
ada sejak belasan tahun silam. Kajian untuk daerah baru yang akan dibentuk perlu
pemekaran wilayah sempat dilakukan, memiliki basis sumberdaya harus seimbang
namun KBT gagal memisahkan diri dari antara satu dengan yang lain, hal ini perlu
Kabupaten Bandung. Ada 15 unsur yang diupayakan agar tidak terjadi disparitas
harus dipenuhi ketika akan membentuk yang mencolok pada masa akan datang.
DOB. Baik itu berkaitan dengan potensi
PAD, luas wilayah, sosial ekonomi sampai Lebih lanjut dikatakan dalam suatu
dampak yang akan ditimbulkan, seperti usaha pemekaran daerah akan diciptakan
ketimpangan yang akan terjadi, bahkan ruang publik yang merupakan kebutuhan
dampak terhadap Kabupaten Induk juga kolektif semua warga wilayah baru. Ruang
menjadi pertimbangan. publik baru akan mempengaruhi aktifitas
orang atau masyarakat ada yang merasa
Pemekaran wilayah merupakan diuntungkan dan sebaliknya akan
pembentukan daerah otonom baru, baik memperoleh pelayanan dari pusat
berbentuk provinsi, kabupaten maupun pemerintahan baru disebabkan jarak
kota. Pembentukan daerah otonom baru ini pergerakan berubah.
diatur dalam Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemeritah Daerah. Pemekaran daerah tidak lain
Pembentukan daerah otonom baru pada bertujuan untuk memperpendek rentang
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kendali pemerintahan, membuka
kesejahteraan masyarakat, melalui ketimpangan-ketimpangan pembangunan
pelayanan yang lebih baik, kehidupan wilayah dan menciptakan perekonomian
demokratis yang semakin berkembang, wilayah yang kuat. Pemekaran wilayah
pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, diharapkan dapat mendekatkan pelayanan
keamanan dan tatanan yang semakin bagus kepada masyarakat. Membuka peluang baru
serta hubungan yang selaras. bagi terciptanya pemberdayaan masyarakat
dan meningkatkan intensitas pembangunan

2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX

guna mensejahterakan masyarakat. Otonomi Daerah (DPOD). Semua proposal


akan dipertimbangkan oleh DPOD yang
UU No. 23 Tahun 2014 dan PP No. berkantor di Kemendagri.
78 tahun 2007 (tentang Persyaratan
Pembentukan dan Kriteria pemekaran Keempat, pembiayaan bagi kelancaran
Penghapusan dan Penggabungan Daerah), penyelenggaraan pemerintahan daerah
terdapat beberapa prinsip kebijakan otonom baru untuk tahun pertama
pemekaran dalam kedua aturan tersebut ditanggung oleh daerah induk berdasarkan
yang perlu diketahui, yaitu : hasil pendapatan yang diperoleh dari
gabungan Kecamatan/Kabupaten/Kota.
Pertama, tujuan pembentukan, pemekaran, Dapat pula dibantu melalui APBD/APBN
penghapusan dan penggabungan daerah atau hasil pendapatan yang diperoleh dari
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan daerah yang baru dibentuk. Sedangkan
rakyat. Melalui peningkatan pelayanan, segala biaya yang berhubungan dengan
percepatan demokrasi, percepatan penghapusan dan penggabungan daerah
perekonomian daerah, percepatan dibebankan pada APBD/APBN.
pengelolahan potensi daerah, peningkatan
keamanan dan ketertiban, serta peningkatan Kelima, evaluasi kemampuan daerah dalam
hubungan serasi antara pusat dan daerah. penyelenggaraan otonomi sampai kepada
Dengan demikian kebijakan pemekaran dan penghapusannya didahului dengan
pembentukan daerah otonom baru harus penilaian kinerja. Apabila setelah lima
menjamin tercapainya akselerasi tahun setelah pemberian kesempatan
pembangunan daerah dan kesejahteraan memperbaiki kinerja dan mengembangkan
rakyat. potensinya tidak mencapai hasil maksimal,
maka daerah yang bersangkutan dihapus
Kedua, prasyarat pembentukan daerah dan dan digabungkan dengan daerah lain. Untuk
kriteria pemekaran adalah pertimbangan kepentingan evaluasi ini, setiap tahun
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial daerah wajib menyampaikan data-data
budaya, sosial politik, jumlah penduduk, terkait kepada Pemerintah melalui Menteri
luas daerah. Serta pertimbangan lain yang Dalam Negeri.
mendukung terselenggaranya otonomi
seperti keamanan dan ketertiban, Partisipasi publik menjadi bagian
ketersediaan sarana pemerintahan, rentang penting dalam pembangunan. Terutama
kendali. dengan semakin meningkatnya dorongan
demokratisasi di berbagai belahan dunia.
Ketiga, prosedur pembentukan dan Gelombang demokrasi dalam pemerintahan
pemekaran daerah diawali oleh adanya diwujudkan dalam konsep desentralisasi.
kemauan politik Pemda dan aspirasi Partisipasi publik nerupakan kata kunci
masyarakat setempat. Usulan disampaikan penyelenggaraan pemerintahan yang
kepada Menteri Dalam Negeri yang disertai berbasis desentralisasi. Partisipasi publik
lampiran hasil penelitian, persetujuan pada prinsipnya bisa menjadi ukuran sejauh
DPRD Provinsi dan Kabupaten Kota. mana proses demokrasi dalam suatu
Selanjutnya Menteri Dalam Negeri pemerintahan lokal terwujud.
memproses lebih lanjut dan menugasi tim
observasi ke daerah yang hasilnya menjadi Partisipasi masyarakat dalam
rekomendasi bagi Dewan pertimbangan pembangunan adalah kesadaran yang tidak

3
bisa muncul dengan sendirinya. Kesadaran Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
tersebut perlu dimediasi dalam ruang publik
yang bebas serta mendapat bimbingan dan Tujuan Penelitian
arahan sampai partisipasi itu benar-benar
menghasilkan proses pembangunan yang Berdasarkan dengan masalah yang telah
dikehendaki oleh semua kalangan. Dengan dirumuskan diatas maka tujuan penelitian
adanya keterlibatan tersebut pembangunan ini adalah:
akan dirasakan secara merata tidak hanya
dirasakan oleh pihak pihak tertentu saja. a. Untuk melihat seberapa besar
masyarakat (khususnya Desa Waluya)
Pada penelitian ini penulis yang mendukung dan yang tidak
menggunakan teori partisipasi publik. mendukung wacana rencana pemekaran
Dimana publik diberikan ruang untuk Kabupaten Bandung.
menyampaikan kehendaknya secara bebas.
Dalam beberapa tulisan terkait partisipasi, b. Untuk mengetahui pandangan/persepsi
Sasrtodipoetra (1988) menyatakan masyarakat Kabupaten Bandung tentang
partisipasi sebagai keterlibatan yang sumber informasi yang diperoleh
bersifat spontan yang disertai kesadaran dan masyarakat, serta pengetahuan
tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat terhadap pencetus
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. perjuangan rencana pemekaran dan
Menurut Astuti, Widi. (2008). bentuk bentuk dukungan yang akan diberikan
partisipasi terdiri dari beberapa hal berikut : masyarakat dalam rencana pemekaran
Kabupaten Bandung.
1. Turut memberikan sumbangan finansial
2. Turut serta memberikan sumbangan fisik c. Untuk mengetahui pengetahuan
3. Turut serta memberikan sumbangan masyarakat tentang pemekaran daerah
moril (dukungan, saran, anjuran, baik itu tujuan, harapan maupun syarat
nasehat, amanat, dan lain sebagainya). dari pembentukan daerah baru.

Asosiasi Badan Permusyawaratan Kegunaan Penelitian


Desa Nasional (ABPEDNAS) Kecamatan
a. Diharapkan hasil penelitian ini bisa
Cicalengka telah menyepakati rencana
menjadi bahan masukan bagi Pemerintah
fasilitasi terhadap dokumen aspirasi yang
dan Masyarakat Kecamatan Cicalengka
legal melalui MUSDES. Secara khusus,
khususnya dan kecamatan lain yang ada
BPD Waluya mengawali melalui penelitian
di wilayah Timur untuk
terkait cara pandang masyarakat.
mempertimbangkan pemekaran
Dilaksanakan melalui program kemitraan
Kabupaten Bandung.
dengan Perguruan Tinggi terdekat, yaitu
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Bina b. Bahan masukan bagi desa-desa lain yang
Muda. akan menyampaikan dokumen aspirasi
pemekaran menjadi daerah otonom baru.
Rumusan Masalah
c. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap
Berdasarkan latar belakang masalah yang
ilmu pemerintahan.
telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah dijabarkan sebagaimana berikut : 2. Tinjauan Pustaka
Bagaimana Dukungan dan Persepsi
Pemekaran wilayah merupakan pemisahan
Masyarakat Terhadap Wacana Pemekaran
suatu wilayah dari induknya sehingga
Kabupaten Bandung ?
terbentuk wilayah baru dengan

2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX

mempertimbangkan berbagai aspek yang persetujuan bersama DPRD Provinsi


ada di dalam masyarakat yang bertujuan dengan Gubernur daerah provinsi yang
untuk meningkatkan kesejahteraan mencakup daerah persiapan kabupaten/kota
masyarakat yang salah satunya melalui yang akan dibentuk. Selanjutnya adanya
peningkatan pelayanan kepada masyarakat perubahan undang-undang yang baru
yang dilaksanakan berdasarkan peraturan tentunya terdapat perubahan tentang
perundang-undangan yang berlaku. pemekaran.
Dalam perjalanan perkembangan Berlakunya UU No. 23 Tahun 2014
regulasi di negara kita. Pemekaran daerah sebagai pengganti UU No. 32 Tahun 2004,
dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 22 syarat dan mekanisme untuk pembentukan
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, daerah otonom yang baru menjadi lebih
pada Pasal 5 ayat 2 dinyatakan daerah dapat terperinci dan lebih ketat. Dalam UU No 23
dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, Tahun 2014 syarat pembentukan daerah
namun setelah UU No. 22 Tahun 1999 berubah menjadi persyaratan daerah
diganti dengan UU No 32 Tahun 2004 persiapan, yang diatur dalam Pasal 33 ayat
tentang Pemerintahan Daerah, maka materi (3) yang kini membagi persyaratan
pemekaran wilayah tercantum pada Pasal 4 pembentukan daerah persiapan menjadi
ayat (3) dan ayat (4), namun istilah yang persyaratan dasar dan persyaratan
dipakai adalah pemekaran daerah berarti administrasi. Dengan berlakunya UU No.
pengembangan dari satu daerah otonom 23 Tahun 2014 ini pemekaran daerah kini
menjadi dua atau lebih daerah otonom. UU sudah tidak bisa dilakukan secara otomatis.
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Hal ini dikarenakan akan ada jeda waktu
Daerah mengatur persyaratan dalam persiapan untuk daerah yang akan
pembentukan daerah otonom. Pada melakukan pemekaran sebelum daerah
dasarnya juga melandasi persyaratan tersebut menjadi Daereh Otonomi Baru
pemekaran daerah. (DOB).
Persyaratan dalam pembentukan Hingga saat ini UU No. 23 Tahun
daerah otonom menurut Pasal 5 ayat (1) UU 2014 telah mengalami 2 kali perubahan.
Pemda meliputi syarat administrasi, syarat Namun bagian terkait pembentukan daerah
teknis, dan fisik kewilayahan. Persyaratan otonom baru tidak terjadi perubahan.
dasar yang dimaksud meliputi persyaratan Begitupun aturan secara teknis terkait
dasar kewilayahan dan persyaratan dasar persyaratan dasar, yaitu pembentukan
kapasitas daerah. Sedangkan persyaratan daerah persiapan belum diatur secara rinci.
administrasi untuk daerah provinsi dan Karenanya Peraturan Pemerintah yang kita
untuk daerah kabupaten memiliki susunan gunakan masih mengacu pada PP Nomor 78
yang berbeda. Tahun 2007.
Untuk daerah provinsi meliputi Dalam PP Nomor 78 Tahun 2007
persetujuan DPRD kabupaten/kota dengan Pasal 2 Bab II tentang Pembentukan Daerah
bupati/walikota yang akan menjadi cakupan yakni:
wilayah daerah yang provinsi induk, (1) Pembentukan daerah dapat berupa
sedangkan untuk daerah kabupaten/kota penggabungan beberapa daerah atau
meliputi keputusan musyawarah desa yang bagian daerah yang bersandingan atau
akan menjadi cakupan wilayah daerah pemekaran dari satu daerah menjadi
kabupaten/kota, persetujuan bersama DPRD dua daerah atau lebih;
kabupaten/kota induk dengan (2) Pembentukan daerah sebagaimana
bupati/walikota daerah induk, dan yang dimaksud dalam ayat (1), dapat

5
berupa pembentukan daerah provinsi administrasi baru harus sesuai dengan
atau daerah kabupaten/kota; ketentuan peraturan perundang-undangan
(3) pembentukan daerah provinsi yang berlaku di Indonesia.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Secara eksplisit, Undang undang
terdapat berupa: Nomor 23 tahun 2014 telah mengatur
a. Pemekaran daerah 1 (satu) provinsi prasyarat pembentukan daerah otonom
menjadi 2 (dua) dapat berupa: baru. Didalam Undang undang Nomor 23
b. Penggabungan beberapa tahun 2014 pasal 37 tentang persyaratan
kabupaten/kota yang bersandingan administratif point (a) nomor 1, berbunyi :
pada wilayah provinsi yang berbeda; “keputusan musyawarah Desa yang akan
c. Penggabungan beberapa provinsi menjadi Cakupan Wilayah Daerah
menjadi 1 (satu). kabupaten/kota”. Dengan demikian salah
(4) Pembentukan daerah Kabupaten/Kota satu dokumen legal dalam proses
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pembentukan daerah otonom baru adalah
(dua) dapat berupa: Berita Acara Hasil Musdes.
a. Pemekaran dari 1 (satu) Atas dasar prasyarat eksplisit tersebut,
Kabupaten/Kota menjadi 2 (dua) keterlibatan pemerintah Desa mutlak
Provinsi atau lebih; adanya. Musyawarah Desa, selanjutnya
b. Penggabungan beberapa kecamatan disebut Musdes, merupakan forum
yang bersandingan pada wilayah permusyawaratan tertinggi di tingkat desa.
kabupaten/kota yang berbeda: dan Musdes sebagai forum yang
penggabungan beberapa mempertemukan seluruh elemen
kabupaten/kota menjadi 1 (satu) masyarakat untuk membahas dan
kabupaten/kota. mengambil keputusan terhadap isu strategis
Adanya desentralisasi, daerah otonomi yang terjadi di desa.
baru berusaha memberdayakan segala Pasal 54 ayat (1) UU Nomor 6 tahun
potensi wilayahnya dengan kekuatan 2014 tentang Desa menyatakan
sendiri. Adanya desentralisasi berdampak Musyawarah Desa merupakan forum
terhadap pemekaran daerah. Tidak dapat permusyawaratan yang diikuti oleh Badan
dipungkiri bahwa proses dan implementasi Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dari pemekaran daerah juga menyisakan dan unsur masyarakat Desa untuk
masalah serius. memusyawarahkan hal yang bersifat
Dalam perjalanannya, persoalan batas strategis dalam penyelenggaraan
wilayah di daerah pemekaran tidak bisa Pemerintahan Desa. Hal bersifat strategis
terhindarkan, bahwa maraknya kasus yang harus diputuskan melalui Musyawarah
sengketa batas wilayah. Salah satu Desa yaitu penataan Desa, perencanaan
pemicunya adalah ketidakjelasan batas- Desa, kerjasama Desa, rencana investasi
batas wilayah administratif antar daerah yang masuk ke Desa, pembentukan badan
otonomi baru dengan wilayah lama. Hal ini usaha milik Desa, penambahan dan
terjadi karena keterlibatan pemerintah desa pelepasan aset Desa, serta kejadian luar
seringkali tidak banyak terlibat. biasa, maka Desa akan rutin dan sering
Persoalan ini kemudian merambah ke melaksanakan persidangan Musyawarah
berbagai konflik dimensional seperti Desa.
konflik sosial dan konflik sumber daya Musyawarah Desa harus
alam. Kemudian aspek ekonomi, karena mengedepankan penghormatan
perebutan sumber daya alam, aspek lultur, kemanusiaan, adab dan martabat kehidupan
aspek politik, aspek sosial. Konsep masyarakat Desa yang luhur atau tinggi
pemekaran daerah menggambarkan yang bertumpu pada nilai dan keyakinan
bagaimana pembentukan wilayah sebagai norma hidup bersama masyarakat

2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX

Desa atau kearifan lokal. Penelitian ini diawali dengan studi


Secara teknis penyelenggaraan musdes pendahuluan, yaitu terlebih dahulu
diatur melalui Permendes 16 Tahun 2019 melakukan wawancara dengan Kepala Desa
tentang Musyawarah Desa. Pasal 3 dan beberapa Ketua RW, untuk mengetahui
menyebutkan tujuan peraturan : tentang perkembangan animo masyarakat
terhadap wacana yang tengah hangat.
a. menguatkan fungsi Musyawarah Desa Penelitian ini difokuskan kepada
sebagai ruang partisipasi masyarakat permasalahan yang menjadi masalah umum
dalam implementasi Undang-Undang dari kesiapan dan kesetujuan masyarakat
Desa; terhadap wacana pemekaran Kabupaten
b. menjadikan Musyawarah Desa sebagai Bandung. Selanjutnya kajian penelitian
forum pengambilan keputusan tertinggi lebih berkonsentrasi pada tanggapan
dalam penyelenggaraan Pemerintahan masyarakat sebagai aspirasi permulaan.
Desa; dan
c. mendorong sinergitas peran pemangku Terdapat berbagai teknik sampling
kepentingan Desa untuk meningkatkan yang digunakan, namun dalam penelitian
kualitas penyelenggaraan Musyawarah ini, penelitian yang dilakukan
Desa yang demokratis, partisipatif, menggunakan teknik Probability Sampling
inklusif, responsif gender, transparan, dengan cara acak sederhana (Simple
akuntabel, dan berpihak pada Random Sampling). Populasi yang menjadi
kepentingan masyarakat. obyek penelitian adalah seluruh warga Desa
Waluya yang telah berusia 15 tahun ke atas.
Dengan demikian, peranan yang tidak
dapat diabaikan adalah pelaksanaan Penelitian ini menggunakan
musdes. Untuk membahas agenda tersebut pendekatan Kualitatif dan Kuantitaif (Mix
dapat pula dilakukan melalui musdes yang Methods), yang mana Pendekatan Kualitatif
bersifat incidental. Sebagaimana diatur untuk menjelaskan suatu masalah dengan
didalam Pasal 9 ayat 2 dan 3 Permendesa batasan terperinci, pengambilan data yang
tersebut. Sebagai penyelenggara musdes benar dan akurat dengan menyertakan
telah diatur dalam pasal 14 yaitu Badan berbagai sumber informasi yang terpercaya.
Permusyawaratan Desa. Tugas dalam tahap Penulis menguraikan penulisan ini dengan
persiapan dijelaskan dalam pasal 20. Pada cara deskriptif yaitu sebagai prosedur
ayat 1 menyebutkan : “Dalam persiapan menggambarkan keadaan atau subjek atau
Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud objek penelitian (seseorang, lembaga,
dalam Pasal 18 huruf a, BPD masyarakat dan lainnya) pada saat sekarang
melaksanakan rapat untuk menyusun berdasarkan fakta-fakta yang benar
pandangan resmi terhadap hal strategis terpercaya.
yang akan dimusyawarahkan berdasarkan
aspirasi masyarakat yang sudah digali, Penulis menggabungkan penelitian
ditampung, dan diolah.” Karenanya kualitatif dengan Kuantitatif dimana pada
diperlukan pendekatan yang lebih baik guna pendekatan Kuantitatif menggunakan
menampung aspirasi tersebut. Prosedur pengukuran frekuensi pada SPSS
yang memiliki kegunaan pokok untuk
melakukan pengecekan terhadap input data.
3. Metodologi Apakah data sudah diinputkan dengan
benar. Hal ini mengingat bahwa dengan

7
statistik frekuensi kita bisa mengetahui RW yang ada di Desa Waluya.
resume data secara umum. Seperti berapa
jumlah dukungan, dan jumlah yang tidak Tabel 3.2. Data penduduk berdasarkan mata
memberi dukungan, dan sebagainya. Selain pencaharian di Desa Waluya
itu, prosedur frekuensi juga memiliki
kegunaan untuk menyediakan informasi Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
deskripsi data yang menggambarkan
demographic characteristics dari sampel PEKERJAAN JUMLAH PROSEN
yang diambil. Misalnya berapa persen BELUM BEKERJA 4.271 29,20
responden yang setuju terhadap tindakan
IRT 3.031 20,72
yang dilakukan, berapa persen responden
yang menolak, dan sebagainya. PELAJAR 3.062 20,93
PENSIUNAN 125 0,85
Jumlah sampel yang digunakan PNS 125 0,85
sesuai dengan rumus Slovin, dimana TNI/POLRI 29 0,20
populasi masyarakat Desa Waluya yang PETANI 22 0,15
berjumlah 14.627. Sementara populasi BURUH 1.822 12,46
masyarakat 15 tahun keatas berjumlah
KARYAWAN
10.874. Pada penelitian digunakan Margin
SWASTA 1.077 7,36
error sebesar 4% atau 0,04.
WIRASWASTA 1.063 7,27
Tabel 3.1. Data Penduduk Desa Waluya TOTAL 14.627  
Sumber : Profil Desa Waluya 2019
Jumlah Penduduk Menurut Umur

Sebagai rangkuman dari prasyarat


UMUR JIWA
aspirasi pembentukan DOB tersebut, kami
0-4 884 coba implementasikan dalam kuisioner
5-6 483 yang menyangkut 5 issu utama masyarakat.
7 - 12 1.547 Mulai dari kepuasan pelayanan, kepuasan
13 - 15 839 kinerja, harapan kesejahteraan ekonomi,
16 - 18 909 Pendidikan dan Kesehatan.
19 - 25 1.826
26 - 64 7.262
65 KEATAS 877 4. Hasil dan Pembahasan
  14.627
Sumber : Profil Desa Waluya 2019
Dengan menggunakan rumus Slovin Fenomena keinginan masyarakat pada
berbagai wilayah untuk membentuk daerah
otonom baru (baik daerah Provinsi, daerah
Kabupaten, maupun daerah Kota) yang
Sampel yang digunakan terpisah dari induknya akhir-akhir ini
sebanyak : 545,578 kemudian dibulatkan : banyak muncul seiring dengan dinamika
masyarakat pada era reformasi khususnya
Sebaran sampel yang digunakan diatur di wilayah Kabupaten Bandung. Semangat
berdasarkan proporsi latar belakang mata otonomi daerah dan Fenomena keinginan
pencaharian atau pekerjaan. Berikut ini masyarakat pada berbagai wilayah untuk
proporsi sebaran sampel, selain proporsi membentuk daerah otonom baru yang
jumlah penduduk dalam lingkup wilayah terjadi di seluruh nusantara juga terasa pada

2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX

masyarakat Desa Waluya. Sebagian Tabel 4.2. Jawaban Responden mengenai


masyarakat Desa Waluya menghendaki Selama ini informasi terkait prosedur pelayanan
Kabupaten Bandung saat ini dimekarkan sulit didapatkan secara merata, khususnya
lagi menjadi satu daerah otonom baru. untuk masyarakat wilayah timur
Tuntutan masyarakat yang sangat kuat di
Jawaban Total
tingkat bawah (grassroot) tersebut didorong
oleh keinginan memperoleh pelayanan dan Frekuensi %
pembangunan yang lebih baik dari
pemerintah daerah. Setelah melakukan Sangat Tidak Setuju 2 ,4
penelitian dengan menyebarkan kuisioner
tentang pengetahuan masyarakat terhadap Tidak Setuju 21 3,8
wacana pemekaran diperoleh hasil-hasil
sebagaimana dipaparkan selanjutnya. Netral 60 11,0

Tabel 4.1. Jawaban Responden mengenai Setuju 273 50,0


pernyataan : Masyarakat mengalami kesulitan
untuk mendapatkan pelayanan administrasi Sangat Setuju 190 34,8
kependudukan (KTP Elektronik, KK, Akta
Kelahiran, dsb) di Ibukota Kabupaten Total 546 100,0

Jawaban Total Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020

Frekuensi % Dari data tabel 4.2. diatas, jawaban


responden menunjukkan bahwa masyarakat
Sangat Tidak Setuju 4 ,7 masih cukup mendapatkan layanan
informasi. Dimana pernyataan sangat setuju
Tidak Setuju 23 4,2 menjadi telah bergeser tidak lagi menjadi
angka prosentase tertinggi. Tetapi angka
Netral 46 8,4 prosentase tidak setuju dan sangat tidak
setuju malah menurun, sehingga angkanya
Setuju 211 38,6
dibawah 5%.
Sangat Setuju 262 48,0
Tabel 4.3. Jawaban Responden mengenai Akses
Total 546 100,0 terhadap perkembangan serta kemudahan yang
diberikan oleh teknologi saat ini , belum bisa
Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020 dirasakan secara baik dan mudah oleh
masyarakat
Dari data tabel 4.1. diatas, jawaban
Jawaban Total
responden menunjukkan bahwa masyarakat
benar-benar mengalami kesulitan Frekuensi %
mendapatkan pelayanan akibat jarak dan
waktu tempuh ke Ibukota Kabupaten. Sangat Tidak Setuju 2 ,4
Dimana pernyataan sangat setuju menjadi
angka prosentase tertinggi. Tetapi angka Tidak Setuju 19 3,5
prosentase tidak setuju dan sangat tidak
setuju cukup signifikan pula diatas 5%. Netral 71 13,0

Setuju 288 52,7

9
angka prosentase tidak setuju dan sangat
tidak setuju masih berada dibawah 5%.
Sangat Setuju 166 30,4
Tabel 4.5. Jawaban Responden mengenai
Total 546 100,0 Lokasi Pemerintahan Daerah yang cukup jauh
(SOREANG) membuat masyarakat kesulitan
Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020 dalam menempuh perjalanan sehingga
membutuhkan biaya yang tidak sedikit
Dari data tabel 4.3. diatas, jawaban
responden menunjukkan bahwa masyarakat Jawaban Total
belum mendapatkan manfaat yang
digulirkan melalui pemanfaatan teknologi Frekuensi %
informasi. Sehingga jarak dan waktu
tempuh ke Ibukota Kabupaten masih dirasa Sangat Tidak Setuju 1 ,2
menjadi hambatan menerima layanan.
Tidak Setuju 6 1,1
Responden yang memberi pernyataan
sangat tidak setuju tetap dan pemberi Netral 22 4,0
pernyataan tidak setuju mengecil. Tetapi
angka prosentase tidak setuju dan sangat Setuju 185 33,9
tidak setuju masih berada dibawah 5%.
Sangat Setuju 332 60,8
Tabel 4.4. Jawaban Responden mengenai
Keterbatasan dana yang diberikan khususnya Total 546 100,0
untuk UMKM, tidak sebanding dengan
banyaknya jumlah UMKM yang ada di Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020
Kabupaten Bandung.
Dari data tabel 4.5. diatas, jawaban
Jawaban Total responden menunjukkan bahwa masyarakat
Kembali menegaskan mengalami kesulitan
Frekuensi % mendapatkan pelayanan akibat jarak dan
waktu tempuh ke Ibukota Kabupaten.
Sangat Tidak Setuju 1 ,2
Dimana pernyataan sangat setuju menjadi
Tidak Setuju 18 3,3 angka prosentase tertinggi. Demikian pula
angka prosentase tidak setuju dan sangat
Netral 51 9,3 tidak setuju semakin kecil dibawah 3%.

Setuju 256 46,9 Tabel 4.6. Jawaban Responden mengenai


Bantuan berupa fasilitas umum yang diberikan
Sangat Setuju 220 40,3 Pemerintah Daerah dirasa belum mencukupi
karena jumlah kecamatan terlalu banyak
Total 546 100,0
Jawaban Total
Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020
Frekuensi %
Dari data tabel 4.4. diatas, jawaban
responden menunjukkan bahwa masyarakat Sangat Tidak Setuju 2 ,4
belum mendapatkan manfaat program-
Tidak Setuju 17 3,1
program bantuan untuk UMKM. Sehingga
angka prosentase Responden yang memberi Netral 61 11,2
pernyataan sangat tidak setuju dan pemberi
pernyataan tidak setuju mengecil. Tetapi Setuju 307 56,2

2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX

angka prosentase Responden yang memberi


pernyataan sangat tidak setuju dan pemberi
Sangat Setuju 159 29,1 pernyataan tidak setuju kembali membesar.
Tetapi angka prosentase tidak setuju dan
Total 546 100,0 sangat tidak setuju masih berada dibawah
3%.
Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020
Tabel 4.8. Jawaban Responden mengenai
Dari data tabel 4.6. diatas, jawaban Kegiatan-kegiatan Pengembangan
responden menunjukkan bahwa masyarakat Kesejahteraan Keluarga (PKK) belum mampu
belum mendapatkan manfaat maksimal mengubah pola hidup sehat masyarakat.
untuk mendapatkan fasilitas umum yang Dikarenakan kegiatan penyuluhan yang
memadai. Namun angka prosentase dilakukan pemerintah daerah belum bisa
Responden yang memberi pernyataan terjangkau oleh desa-desa yang terpencil
sangat tidak setuju dan pemberi pernyataan
tidak setuju membesar dari pernyataan Jawaban Total
sebelumnya. Tetapi angka prosentase tidak
setuju dan sangat tidak setuju masih berada Frekuensi %
dibawah 5%.
Sangat Tidak Setuju 1 ,2
Tabel 4.7. Jawaban Responden mengenai
Tidak Setuju 10 1,8
Layanan kesehatan yang tersedia di Kabupaten
Bandung, belum mampu menampung
Netral 89 16,3
kebutuhan masyarakat dengan jumlah fasilitas
RSUD yang tidak sesuai dengan jumlah
Setuju 311 57,0
penduduk
Sangat Setuju 135 24,7
Jawaban Total
Total 546 100,0
Frekuensi %
Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020
Sangat Tidak Setuju 3 ,5

Tidak Setuju 11 2,0


Dari data tabel 4.8. diatas, jawaban
responden menunjukkan bahwa masyarakat
Netral 48 8,8 belum mendapatkan manfaat program-
program layanan PKK. Sehingga angka
Setuju 305 55,9 prosentase Responden yang memberi
pernyataan sangat tidak setuju dan pemberi
Sangat Setuju 179 32,8 pernyataan tidak setuju kembali megecil
dibanding pernyataan sebelumnya. Tetapi
Total 546 100,0 angka prosentase tidak setuju dan sangat
tidak setuju masih berada dibawah 2%.
Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020
Tabel 4.9. Jawaban Responden mengenai
Dari data tabel 4.7. diatas, jawaban Penyediaan layanan pendidikan dari pemerintah
responden menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Bandung, belum mampu
belum mendapatkan manfaat program- menyeimbangkan jumlah siswa lanjutan dengan
program layanan kesehatan. Sehingga jumlah sekolah lanjutan (SMP, SMA/SMK

11
Negeri).

Jawaban Total Total 546 100,0

Frekuensi % Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020

Sangat Tidak Setuju 2 ,4 Dari data tabel 4.10. diatas, jawaban


responden menunjukkan bahwa masyarakat
Tidak Setuju 13 2,4 belum mendapatkan manfaat program-
program fasilitas beasiswa. Sehingga angka
Netral 83 15,2
prosentase Responden yang memberi
Setuju 275 50,4 pernyataan sangat tidak setuju dan pemberi
pernyataan tidak setuju kembali membesar.
Sangat Setuju 173 31,7 Tetapi angka prosentase tidak setuju dan
sangat tidak setuju masih berada dibawah
Total 546 100,0 3%.

Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020 Tabel 4.11. Jawaban Responden mengenai
SETUJU DAN TIDAK
Dari data tabel 4.9. diatas, jawaban
responden menunjukkan bahwa masyarakat Jawaban Total
belum mendapatkan manfaat program-
program fasilitas pendidikan. Sehingga Frekuensi %
angka prosentase Responden yang memberi
Sangat Tidak Setuju 0 0
pernyataan sangat tidak setuju dan pemberi
pernyataan tidak setuju kembali membesar. Tidak Setuju 4 ,7
Tetapi angka prosentase tidak setuju dan
sangat tidak setuju masih berada dibawah Netral 10 1,8
3%.
Setuju 462 84,6
Tabel 4.10. Jawaban Responden mengenai
Kesempatan mendapatkan hak-hak layanan Sangat Setuju 70 12,8
pendidikan masih sangat terbatas, sehingga
jumlah bantuan yang diberikan pemerintah Total 546 100,0
daerah berupa beasiswa (KIP, KIS, PKH),
dirasakan belum mencukupi karena jumlah Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020
bantuan yang diberikan pemerintah tidak
seimbang den Dari data tabel 4.11. diatas, jawaban
responden menunjukkan bahwa masyarakat
Jawaban Total memiliki kecenderungan terbesar terhadap
pernyataan setuju, Sebagian sudah cukup
Frekuensi % kuat untuk memberi pernyataan sangat
setuju. Ada pula Sebagian kecil yang masih
Sangat Tidak Setuju 2 ,4
ragu, sehingga memberi pernyataan netral.
Tidak Setuju 12 2,2 Pada bagian pernyataan tidak setuju
nampak sangat kecil dibawah 1% dan
Netral 46 8,4 sangat tidak setuju tidak ada.

Setuju 266 48,7 Tabel 4.12. Jawaban Responden mengenai


SKALA PRIORITAS
Sangat Setuju 220 40,3

2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX

Jawaban Total Total 546 100

Frekuensi % Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020

Sangat Tidak Segera 0 0 Dari data tabel 4.13. diatas, jawaban


responden menunjukkan bahwa masyarakat
Tidak Segera 5 ,9 memiliki kecenderungan terbesar terhadap
nama yang sudah cukup popular, yaitu
Netral 11 2,0 KBT. Sebagian ingin memberikan saran
nama lain, namun tidak mengerucut pada
Segera 460 84,2
satu nama.
Sangat Segera 70 12,8
Kesimpulan
Total 546 100,0

Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020 Berdasarkan penjelasan yang telah
diuraikan dalam beberapa bab sebelumnya
Dari data tabel 4.12. diatas, jawaban tentang dukungan dan peresepsi masyarakat
terhadap rencana pemekaran Kabupaten
responden menunjukkan bahwa masyarakat
Bandung bahwa rencana pemekaran Kabupaten
memiliki kecenderungan terbesar terhadap Bandung mendapat dukungan masyarakat yang
pernyataan segera melaksanakan begitu tinggi. Masyarakat Desa Waluya yang
pemekaran, Sebagian sudah cukup kuat mendukung rencana pemekaran Kabupaten
untuk memberi pernyataan sangat segera. Bandung tersebut. seperti yang kita ketahui
Ada pula Sebagian kecil yang masih ragu, mencapai 97,4%. Sedangkan sisanya terdiri dari
sehingga memberi pernyataan netral. Pada 1,8% bersikap netral dan hanya 0,7% tidak
bagian pernyataan tidak segera nampak setuju. Tujuan pemekaran daerah adalah untuk
sangat kecil dibawah 1% dan sangat tidak mensejahterakan masyarakat dan
segera tidak ada. memperpendek rentang kendali pelayanan,
sejatinya masyarakat harus mengetahui apa
Tabel 4.13. Jawaban Responden mengenai sebenarnya tujuan pemekaran, tetapi terdapat
Nama Populer untuk Daerah Otonomi Baru 2,5% masyarakat tidak meyakini bahwa
pemekaran nantinya akan mensejahterakan
Jawaban Total masyarakat yang ada di Kabupaten Bandung.

Frekuensi % Peranan media massa sangat besar


dalam menyebarkan isu/wacana pemekaran
Bandung Timur 432 79,1 Kabupaten Bandung, banyak masyarakat yang
mengetahui isu/wacana pemekaran Kabupaten
Parahyangan 37 6,8 Bandung. Beberapa alasan munculnya wacana
pemekaran Kabupaten Bandung ini berkaitan
Padjajaran 28 5,1 dengan persoalan jarak, pemerataan
pembangunan berupa akses informasi serta
Cicalengka 14 2,6 kesempatan. Begitupun terhadap layanan dasar
lainnya seperti pendidikan dan Kesehatan.
Bandung Wetan 10 1,8 Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa masih
terdapat bagian masyarakat yang merasa skeptis
Lain-lain 25 4,6 akan wacana tersebut. Hal ini mungkin
diakibatkan oleh kenyataan bahwa proses
pemekaran mungkin saja dapat didompleng

13
oleh kepentingan yang tidak sesuai dengan
tujuan awal.

Daftar Pustaka

Astuti, Widi. 2008. Bentuk-bentuk Partisipasi,


Rieneke Cipta : Jakarta.
J. Maelong, Lexi. 1991 dan 2000. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007,
tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria
pemekaran Penghapusan dan Penggabungan
Daerah
Peraturan Menteri Desa dan Daerah Tertinggal
Nomor 16 Tahun 2019 tentang Musyawarah
Desa
Partisipatif. Kanisius: Yogyakarta.
Soekanto, Surjono. 2006. Metode Penelitian
Sosial, Bumi Aksara : Jakarta.
Undang Undang Nomor 6 tahun 2013 tentang
Desa
Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah
Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah

Jurnal online
Khairullah, Malik Cahyadin (2006).
Evaluasi Pemekaran Wilayah di Indonesia :
Studi Kasus Kabupaten Lahat.

Anda mungkin juga menyukai