ABSTRAK
Pemekaran daerah memiliki tujuan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terdapat indikator-
indikator untuk mengukur keberhasilan tujuan tersebut. Beberapa diantaranya meningkatkan
pelayanan publik, kegiatan ekonomi, infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan. Masyarakat selayaknya
mengukur sendiri capaian pemerintah daerahnya. Begitu pula masyarakat memiliki ruang aspirasi
terhadap keputusan arah pembangunan kesejahteraannya. Untuk itu negara hadir memberi fasilitasi
kehendak masyarakat. Pemerintah menghadirkan serangkaian regulasi guna memfasilitasi kehendak
warganya.
Regulasi dalam bentuk Undang-undang diawali dengan UU no 22 tahun 1999. Selanjutnya terjadi
perubahan melalui UU no 32 tahun 2004 dan kini UU no 23 tahun 2014. Perubahan aturan dasar
tersebut selayaknya diiringi peraturan teknis terkait melalui Peraturan Pemerintah hingga Peraturan
Menteri. Secara khusus mengenai Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah.
Namun demikian, PP nomor 78 tahun tahun 2007 dapat menjadi rujukan dalam mengatur pemekaran
atau pembentukkan Daerah Otonom Baru (DOB). Sebelumnya Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun
2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan
Daerah.
Keinginan pembentukkan DOB saat ini terus bergulir seiring dinamika kebutuhan masyarakat.
Demikian pula halnya dengan masyarakat Kabupaten Bandung Timur yang telah lama memiliki
wacana pemekaran dari Kabupaten Bandung. Tidak sedikit pula DOB yang telah disyahkan memiliki
dampak kurang menguntungkan bagi masyarakat itu sendiri. Kebijakan pemekaran wilayah sekarang
lebih didominasi oleh proses politik daripada proses teknokratis. Masyarakat seharusnya memiliki
porsi paling besar dalam tahapan keputusan tersebut. Oleh karena itu BPD Waluya Kecamatan
Cicalengka menginisiasi penelitian terkait persepsi masyarakat dalam menghadapi rencana DOB di
Kabupaten Bandung.
Dari hasil penelitian tersebut diperoleh angka-angka yang menjadi dasar penetapan keputusan
Musyawarah Desa. Sebanyak 12,8 % memberi pendapat Sangat Setuju, 84,6 % menyatakan Setuju,
1,8 % menyatakan Netral dan 0,7 % menyatakan Tidak Setuju. Teknis penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif, dimana sampling yang diambil melalui mekanisme Simple Multistage
Random. Atas dasar data-data inilah Musyawarah Desa memberikan rekomendasi persetujuannya.
ABSTRACT
Regional expansion has the aim of improving community welfare. There are indicators to measure the
success of these goals. Some of them are increasing public services, economic activities,
infrastructure, education and health. The community should measure the achievements of their local
governments themselves. Likewise, the community has space for aspirations for decisions on the
direction of welfare development. For this reason, the state is present to facilitate the will of the
people. Therefore, the government has introduced a series of regulations to facilitate the will of its
citizens.
Regulations in the form of laws begin with Law No. 22 of 1999. Subsequently there have been changes
through Law No. 32 of 2004 and now Law No. 23 of 2014. Changes to these basic rules should be
1
accompanied by related technical regulations through Government Regulations to Ministerial
Regulations. In particular regarding the procedures for the formation, abolition and merger of
regions. However, Government Regulation number 78 of 2007 can be used as a reference in
regulating the expansion or formation of a New Autonomous Region (DOB).
The desire to form a new autonomous region is currently rolling in line with the dynamics of
community needs. Likewise, the people of East Bandung Regency have long had a discourse on the
expansion of Bandung Regency. Not a few of the new autonomous regions that have been legalized
have had an adverse impact on the community itself. The policy of regional expansion is now
dominated by a political process rather than a technocratic process. The community should have the
largest portion in this decision stage. Therefore, BPD Waluya, Cicalengka District, initiated research
related to community perceptions in facing the new autonomous region plan in Bandung Regency.
From the results of this study, it is obtained the figures that form the basis for determining the Village
Conference decision. As many as 12.8% expressed their opinion Strongly Agree, 84.6% stated Agree,
1.8% stated Neutrality and 0.7% stated Disagree. The research technique uses a quantitative
approach, where the sampling is taken through a simple multistage random mechanism. It is on the
basis of these data that the Village Consultative Meeting recommends its approval.
2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX
3
bisa muncul dengan sendirinya. Kesadaran Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
tersebut perlu dimediasi dalam ruang publik
yang bebas serta mendapat bimbingan dan Tujuan Penelitian
arahan sampai partisipasi itu benar-benar
menghasilkan proses pembangunan yang Berdasarkan dengan masalah yang telah
dikehendaki oleh semua kalangan. Dengan dirumuskan diatas maka tujuan penelitian
adanya keterlibatan tersebut pembangunan ini adalah:
akan dirasakan secara merata tidak hanya
dirasakan oleh pihak pihak tertentu saja. a. Untuk melihat seberapa besar
masyarakat (khususnya Desa Waluya)
Pada penelitian ini penulis yang mendukung dan yang tidak
menggunakan teori partisipasi publik. mendukung wacana rencana pemekaran
Dimana publik diberikan ruang untuk Kabupaten Bandung.
menyampaikan kehendaknya secara bebas.
Dalam beberapa tulisan terkait partisipasi, b. Untuk mengetahui pandangan/persepsi
Sasrtodipoetra (1988) menyatakan masyarakat Kabupaten Bandung tentang
partisipasi sebagai keterlibatan yang sumber informasi yang diperoleh
bersifat spontan yang disertai kesadaran dan masyarakat, serta pengetahuan
tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat terhadap pencetus
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. perjuangan rencana pemekaran dan
Menurut Astuti, Widi. (2008). bentuk bentuk dukungan yang akan diberikan
partisipasi terdiri dari beberapa hal berikut : masyarakat dalam rencana pemekaran
Kabupaten Bandung.
1. Turut memberikan sumbangan finansial
2. Turut serta memberikan sumbangan fisik c. Untuk mengetahui pengetahuan
3. Turut serta memberikan sumbangan masyarakat tentang pemekaran daerah
moril (dukungan, saran, anjuran, baik itu tujuan, harapan maupun syarat
nasehat, amanat, dan lain sebagainya). dari pembentukan daerah baru.
2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX
5
berupa pembentukan daerah provinsi administrasi baru harus sesuai dengan
atau daerah kabupaten/kota; ketentuan peraturan perundang-undangan
(3) pembentukan daerah provinsi yang berlaku di Indonesia.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Secara eksplisit, Undang undang
terdapat berupa: Nomor 23 tahun 2014 telah mengatur
a. Pemekaran daerah 1 (satu) provinsi prasyarat pembentukan daerah otonom
menjadi 2 (dua) dapat berupa: baru. Didalam Undang undang Nomor 23
b. Penggabungan beberapa tahun 2014 pasal 37 tentang persyaratan
kabupaten/kota yang bersandingan administratif point (a) nomor 1, berbunyi :
pada wilayah provinsi yang berbeda; “keputusan musyawarah Desa yang akan
c. Penggabungan beberapa provinsi menjadi Cakupan Wilayah Daerah
menjadi 1 (satu). kabupaten/kota”. Dengan demikian salah
(4) Pembentukan daerah Kabupaten/Kota satu dokumen legal dalam proses
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pembentukan daerah otonom baru adalah
(dua) dapat berupa: Berita Acara Hasil Musdes.
a. Pemekaran dari 1 (satu) Atas dasar prasyarat eksplisit tersebut,
Kabupaten/Kota menjadi 2 (dua) keterlibatan pemerintah Desa mutlak
Provinsi atau lebih; adanya. Musyawarah Desa, selanjutnya
b. Penggabungan beberapa kecamatan disebut Musdes, merupakan forum
yang bersandingan pada wilayah permusyawaratan tertinggi di tingkat desa.
kabupaten/kota yang berbeda: dan Musdes sebagai forum yang
penggabungan beberapa mempertemukan seluruh elemen
kabupaten/kota menjadi 1 (satu) masyarakat untuk membahas dan
kabupaten/kota. mengambil keputusan terhadap isu strategis
Adanya desentralisasi, daerah otonomi yang terjadi di desa.
baru berusaha memberdayakan segala Pasal 54 ayat (1) UU Nomor 6 tahun
potensi wilayahnya dengan kekuatan 2014 tentang Desa menyatakan
sendiri. Adanya desentralisasi berdampak Musyawarah Desa merupakan forum
terhadap pemekaran daerah. Tidak dapat permusyawaratan yang diikuti oleh Badan
dipungkiri bahwa proses dan implementasi Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dari pemekaran daerah juga menyisakan dan unsur masyarakat Desa untuk
masalah serius. memusyawarahkan hal yang bersifat
Dalam perjalanannya, persoalan batas strategis dalam penyelenggaraan
wilayah di daerah pemekaran tidak bisa Pemerintahan Desa. Hal bersifat strategis
terhindarkan, bahwa maraknya kasus yang harus diputuskan melalui Musyawarah
sengketa batas wilayah. Salah satu Desa yaitu penataan Desa, perencanaan
pemicunya adalah ketidakjelasan batas- Desa, kerjasama Desa, rencana investasi
batas wilayah administratif antar daerah yang masuk ke Desa, pembentukan badan
otonomi baru dengan wilayah lama. Hal ini usaha milik Desa, penambahan dan
terjadi karena keterlibatan pemerintah desa pelepasan aset Desa, serta kejadian luar
seringkali tidak banyak terlibat. biasa, maka Desa akan rutin dan sering
Persoalan ini kemudian merambah ke melaksanakan persidangan Musyawarah
berbagai konflik dimensional seperti Desa.
konflik sosial dan konflik sumber daya Musyawarah Desa harus
alam. Kemudian aspek ekonomi, karena mengedepankan penghormatan
perebutan sumber daya alam, aspek lultur, kemanusiaan, adab dan martabat kehidupan
aspek politik, aspek sosial. Konsep masyarakat Desa yang luhur atau tinggi
pemekaran daerah menggambarkan yang bertumpu pada nilai dan keyakinan
bagaimana pembentukan wilayah sebagai norma hidup bersama masyarakat
2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX
7
statistik frekuensi kita bisa mengetahui RW yang ada di Desa Waluya.
resume data secara umum. Seperti berapa
jumlah dukungan, dan jumlah yang tidak Tabel 3.2. Data penduduk berdasarkan mata
memberi dukungan, dan sebagainya. Selain pencaharian di Desa Waluya
itu, prosedur frekuensi juga memiliki
kegunaan untuk menyediakan informasi Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
deskripsi data yang menggambarkan
demographic characteristics dari sampel PEKERJAAN JUMLAH PROSEN
yang diambil. Misalnya berapa persen BELUM BEKERJA 4.271 29,20
responden yang setuju terhadap tindakan
IRT 3.031 20,72
yang dilakukan, berapa persen responden
yang menolak, dan sebagainya. PELAJAR 3.062 20,93
PENSIUNAN 125 0,85
Jumlah sampel yang digunakan PNS 125 0,85
sesuai dengan rumus Slovin, dimana TNI/POLRI 29 0,20
populasi masyarakat Desa Waluya yang PETANI 22 0,15
berjumlah 14.627. Sementara populasi BURUH 1.822 12,46
masyarakat 15 tahun keatas berjumlah
KARYAWAN
10.874. Pada penelitian digunakan Margin
SWASTA 1.077 7,36
error sebesar 4% atau 0,04.
WIRASWASTA 1.063 7,27
Tabel 3.1. Data Penduduk Desa Waluya TOTAL 14.627
Sumber : Profil Desa Waluya 2019
Jumlah Penduduk Menurut Umur
2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX
9
angka prosentase tidak setuju dan sangat
tidak setuju masih berada dibawah 5%.
Sangat Setuju 166 30,4
Tabel 4.5. Jawaban Responden mengenai
Total 546 100,0 Lokasi Pemerintahan Daerah yang cukup jauh
(SOREANG) membuat masyarakat kesulitan
Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020 dalam menempuh perjalanan sehingga
membutuhkan biaya yang tidak sedikit
Dari data tabel 4.3. diatas, jawaban
responden menunjukkan bahwa masyarakat Jawaban Total
belum mendapatkan manfaat yang
digulirkan melalui pemanfaatan teknologi Frekuensi %
informasi. Sehingga jarak dan waktu
tempuh ke Ibukota Kabupaten masih dirasa Sangat Tidak Setuju 1 ,2
menjadi hambatan menerima layanan.
Tidak Setuju 6 1,1
Responden yang memberi pernyataan
sangat tidak setuju tetap dan pemberi Netral 22 4,0
pernyataan tidak setuju mengecil. Tetapi
angka prosentase tidak setuju dan sangat Setuju 185 33,9
tidak setuju masih berada dibawah 5%.
Sangat Setuju 332 60,8
Tabel 4.4. Jawaban Responden mengenai
Keterbatasan dana yang diberikan khususnya Total 546 100,0
untuk UMKM, tidak sebanding dengan
banyaknya jumlah UMKM yang ada di Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020
Kabupaten Bandung.
Dari data tabel 4.5. diatas, jawaban
Jawaban Total responden menunjukkan bahwa masyarakat
Kembali menegaskan mengalami kesulitan
Frekuensi % mendapatkan pelayanan akibat jarak dan
waktu tempuh ke Ibukota Kabupaten.
Sangat Tidak Setuju 1 ,2
Dimana pernyataan sangat setuju menjadi
Tidak Setuju 18 3,3 angka prosentase tertinggi. Demikian pula
angka prosentase tidak setuju dan sangat
Netral 51 9,3 tidak setuju semakin kecil dibawah 3%.
2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX
11
Negeri).
Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020 Tabel 4.11. Jawaban Responden mengenai
SETUJU DAN TIDAK
Dari data tabel 4.9. diatas, jawaban
responden menunjukkan bahwa masyarakat Jawaban Total
belum mendapatkan manfaat program-
program fasilitas pendidikan. Sehingga Frekuensi %
angka prosentase Responden yang memberi
Sangat Tidak Setuju 0 0
pernyataan sangat tidak setuju dan pemberi
pernyataan tidak setuju kembali membesar. Tidak Setuju 4 ,7
Tetapi angka prosentase tidak setuju dan
sangat tidak setuju masih berada dibawah Netral 10 1,8
3%.
Setuju 462 84,6
Tabel 4.10. Jawaban Responden mengenai
Kesempatan mendapatkan hak-hak layanan Sangat Setuju 70 12,8
pendidikan masih sangat terbatas, sehingga
jumlah bantuan yang diberikan pemerintah Total 546 100,0
daerah berupa beasiswa (KIP, KIS, PKH),
dirasakan belum mencukupi karena jumlah Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020
bantuan yang diberikan pemerintah tidak
seimbang den Dari data tabel 4.11. diatas, jawaban
responden menunjukkan bahwa masyarakat
Jawaban Total memiliki kecenderungan terbesar terhadap
pernyataan setuju, Sebagian sudah cukup
Frekuensi % kuat untuk memberi pernyataan sangat
setuju. Ada pula Sebagian kecil yang masih
Sangat Tidak Setuju 2 ,4
ragu, sehingga memberi pernyataan netral.
Tidak Setuju 12 2,2 Pada bagian pernyataan tidak setuju
nampak sangat kecil dibawah 1% dan
Netral 46 8,4 sangat tidak setuju tidak ada.
2
The Asian Journal of Technology Management Vol. X No. X (20XX): XX-XX
Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2020 Berdasarkan penjelasan yang telah
diuraikan dalam beberapa bab sebelumnya
Dari data tabel 4.12. diatas, jawaban tentang dukungan dan peresepsi masyarakat
terhadap rencana pemekaran Kabupaten
responden menunjukkan bahwa masyarakat
Bandung bahwa rencana pemekaran Kabupaten
memiliki kecenderungan terbesar terhadap Bandung mendapat dukungan masyarakat yang
pernyataan segera melaksanakan begitu tinggi. Masyarakat Desa Waluya yang
pemekaran, Sebagian sudah cukup kuat mendukung rencana pemekaran Kabupaten
untuk memberi pernyataan sangat segera. Bandung tersebut. seperti yang kita ketahui
Ada pula Sebagian kecil yang masih ragu, mencapai 97,4%. Sedangkan sisanya terdiri dari
sehingga memberi pernyataan netral. Pada 1,8% bersikap netral dan hanya 0,7% tidak
bagian pernyataan tidak segera nampak setuju. Tujuan pemekaran daerah adalah untuk
sangat kecil dibawah 1% dan sangat tidak mensejahterakan masyarakat dan
segera tidak ada. memperpendek rentang kendali pelayanan,
sejatinya masyarakat harus mengetahui apa
Tabel 4.13. Jawaban Responden mengenai sebenarnya tujuan pemekaran, tetapi terdapat
Nama Populer untuk Daerah Otonomi Baru 2,5% masyarakat tidak meyakini bahwa
pemekaran nantinya akan mensejahterakan
Jawaban Total masyarakat yang ada di Kabupaten Bandung.
13
oleh kepentingan yang tidak sesuai dengan
tujuan awal.
Daftar Pustaka
Jurnal online
Khairullah, Malik Cahyadin (2006).
Evaluasi Pemekaran Wilayah di Indonesia :
Studi Kasus Kabupaten Lahat.