Anda di halaman 1dari 15

PROBLEMATIKA TERHADAP RENCANA PEMEKARAN DAERAH PROVINSI

ACEH BARAT SELATAN (ABAS)

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Pemerintahan Daerah
Yang Dibina Oleh Dosen Ibu Sofi Rahma Dewi, S.H., M.H.,

Disusun oleh :
Najwa Putri Islamay 205010101111094

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2021
A. Pendahuluan
Memasuki Tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi sistem pemerintahan atau dapat
juga dikatakan mengalami perubahan sosial politik yang diantaranya ditandai dengan
perubahan salah satu moda utama pembangunan Indonesia yang pada awalnya sentralisasi
menjadi desentralisasi. 1Alasan mengapa mengubah perubahan sistem penyelenggaraan
pemerintah menjadi desentralisasi adalah keyakinan bahwa desentralisasi yang dapat
mewujudkan keadilan di bidang politik (political equality) diharapkan dapat memberikan
kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
politik di tingkat lokal. Selain itu desentralisasi juga diyakini dapat mewujudkan tanggung
jawab pemerintah daerah (local accountability) dan demokratisasi yang didasari
pertimbangan bahwa pemerintah daerah lebih tahu persoalan masyarakatnya. Dan
desentralisasi ini diarahkan juga supaya memperjelas pembagian kewenangan antar tingkat
pemerintahan, mendorong kerjasama antar pemerintah daerah, menata kelembagaan
pemerintah daerah agar lebih efektif dan efisien, meningkatkan kualitas aparatur pemerintah
daerah, meningkatkan kapasitas keuangan pemerintah daerah, serta menata daerah otonom
baru (DOB).2
Reformasi sistem pemerintahan ini ditandai dengan pemberlakuan UU 22 Tahun 1999
Tentang Otonomi Daerah yang kemudian dirubah menjadi UU 32 Tahun 2004. Perubahan UU
ini dapat memberi peluang otonomi daerah yang luas. Pengertian otonomi daerah menurut
UU No. 32 Tahun 2004 sebagai amandemen UU No. 22 Tahun 1999 adalah hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sejak adanya reformasi ini, revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah menjadi
salah satu prioritas dalam pembangunan nasional menurut Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. Namun dengan kondisi sistem pemerintahan baru
yang demikian, menyebabkan implikasi yang salah satunya adalah timbulnya fenomena
pemekaran daerah.

1
Afrijal. 2018. Pandangan Masyarakat Aceh Jaya Terhadap Rencana Pembentukan Provinsi Aceh Barat Selatan
(Abas). URL: http://jurnal.utu.ac.id/jppolicy/article/view/239/pdf. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

2Hendri. Analisa Proses Administrasi Pemekaran Daerah Pada Departemen Dalam Negeri Dan Dewan Pertimbangan
Otonomi Daerah (Dpod). URL:
https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/bpkdpd_Analisis_tentang_Pemekaran_Daerah20130306170435.pdf.
Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

1
Menurut Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2007, pemekaran daerah/wilayah adalah
pemecahan suatu pemerintah baik Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa / Kelurahan
menjadi dua daerah atau lebih. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun
2000, Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan
Pengabungan Daerah, pada Pasal 2 menyebutkan pemekaran daerah/wilayah bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui :
1. Percepatan pelayanan kepada masyarakat
2. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi
3. Percepatan pertumbuhan pembangunan ekonomi daerah
4. Percepatan pengelolaan potensi daerah
5. Peningkatan keamanan dan ketertiban
6. Peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah3
Dan dalam PP 129 Tahun 2000 Tentang Persyaratan Pembentukan, dan Kriteria
Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah diatas juga menjelaskan bahwa isi dari
PP tersebut mengenai syarat-syarat daerah yang dapat mengajukan usulan pemekaran
terhadapnya. Syarat-syaratnya antara lain daerah tersebut telah memenuhi syarat teknis,
administratif, dan fisik dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang ada di
wilayahnya.
Dibandingkan dengan penghapusan ataupun penggabungan daerah, justru dalam
prakteknya pemekaran daerah ini jauh lebih mendapat sorotan dari publik. Bahkan sejak
disahkannya PP tersebut, desas-desus daerah yang ingin memekarkan dirinya pun semakin
banyak bermunculan.
Beberapa alasan yang menyebabkan pemekaran wilayah menjadi salah satu pendekatan
yang mendapat sorotan publik, yaitu:
1. Keinginan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dalam wilayah
kewenangan yang terbatas/terukur. Ada anggapan bahwa pelayanan melalui
pemerintahan induk lebih terbatas, disebabkan oleh cakupan wilayahnya yang lebih
luas, maka dari itu ketersediaan pelayanan yang lebih baik dapat ditemukan pada
pelayanan publik melalui pemerintahan daerah yang baru.

3 Repository.unpas.ac.id. Tinjauan Umum Mengenai Pemekaran Daerah Dan Pelayanan Publik. URL:
http://repository.unpas.ac.id/13448/4/bab_2.PDF. Diakses pada tanggal 10 Desember 2021.

2
2. Mempercepat pertumbuhan ekonomi penduduk setempat melalui perbaikan kerangka
pengembangan ekonomi daerah berbasiskan potensi lokal. Peluang untuk menggali
berbagai potensi ekonomi yang selama ini terpendam dapat diberikan disini.
3. Penyerapan tenaga kerja secara lebih luas di sektor pemerintah dan bagibagi
kekuasaan di bidang politik dan pemerintahan. Kenyataan politik seperti ini juga
mendapat dukungan yang besar dari masyarakat sipil dan dunia usaha, karena
berbagai peluang ekonomi baru baik secara formal maupun informal menjadi lebih
tersedia sebagai dampak ikutan pemekaran wilayah.4
Ledakan akan kecenderungan baru dalam struktur pemerintahan Indonesia yang baru
yaitu pemekaran daerah tidak lagi dapat dielakkan. Faktanya, dari tahun 1999 sampai dengan
tahun 2008, jumlah kabupaten/kota di Indonesia sudah bertambah 183 daerah mekaran yang
terdiri dari 151 Kabupaten dan 32 Kota. Ini artinya pertumbuhan jumlah daerah
Kabupaten/Kota terjadi rata-rata 20 daerah Kabupaten/Kota per tahun. Dan bisa dikatakan
jumlah pertumbuhannya kurang lebih 40% hanya dalam waktu 9 tahun (Makaganza, 2008 :
35). Pada tahun 1999 Pemerintah Indonesia memiliki 303 daerah Kabupaten/Kota. Pada
tahun 2008 jumlah Kabupaten/Kota sudah mencapai 484 daerah Kabupaten/Kota yang terdiri
dari 388 Kabupaten dan 96 Kota. Pratikno (2008, 1) mencatat mulai Oktober 1999 sampai
Januari 2008 telah terbentuk 164 daerah baru yang terdiri dari 7 Provinsi baru, 134 Kabupaten
baru dan 23 Kota baru. 5
Khususnya di Provinsi Aceh sendiri, tercatat sebanyak 13 kabupaten/kota melakukan
pemekaran dari awal 10 daerah induk yang antara lain Simeulue, Aceh Singkil, Bireun, Aceh
Barat Daya, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Nagan Raya, Aceh Jaya, Bener Meriah, Pidie Jaya,
Lhokseumawe, Langsa dan Subulussalam.6
Dan dalam beberapa tahun terakhir, di Aceh muncul rencana pembentukan provinsi baru
yaitu Provinsi Aceh Tenggara dan Gayo Lues (ALA) dan Provinsi Aceh Barat Selatan (ABAS)
sebagai provinsi yang terpisah dari Provinsi Aceh. Kabupaten-kabupaten yang tergabung

4
Repository.unpas.ac.id. Tinjauan Umum Mengenai Pemekaran Daerah Dan Pelayanan Publik. URL:
http://repository.unpas.ac.id/13448/4/bab_2.PDF. Diakses pada tanggal 10 Desember 2021.

5Retno Nunik. Pemekaran Daerah Di Indonesia. URl: file:///C:/Users/USER/Downloads/4923-10748-1-PB.pdf. Diakses


pada tanggal 9 Desember 2021.

6
Afrijal. 2018. Pandangan Masyarakat Aceh Jaya Terhadap Rencana Pembentukan Provinsi Aceh Barat Selatan (Abas).
URL: http://jurnal.utu.ac.id/jppolicy/article/view/239/pdf. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

3
kedalam bakal Provinsi ABAS meliputi Kabupaten Aceh Selatan, Simeulu, Aceh Barat Daya,
Nagan Raya, Aceh Barat, dan Aceh Jaya. Rencana pembentukan Provinsi ABAS sudah dimulai
sejak April 2003. Hal ini pun sontak menjadi berita hangat pada media massa lokal. Banyaknya
pro kontra dan berbagai komentar yang disampaikan oleh tokoh-tokoh yang menjadi
penggagas ide tersebut supaya provinsi baru tersebut segera terealisasikan. Tidak sedikit juga
kontra yang dilontarkan bahwa tudingan isu pemekaran hanyalah bersifat politis untuk
kepentingan segelintir elit daerah yang menginginkan jabatan di daerah pemekaran
baru.
Pada mulanya, ide pembentukan Provinsi ABAS pertama kali dikemukakan oleh para
mantan pejabat yang semasa konflik di Aceh menduduki posisi penting dalam tatanan
eksekutif dan legislatif diwilayah yang rencananya akan mereka bentuk menjadi provinsi
seperti Tjut Agam mantan Pimpinan DPRK Aceh Barat, Teuku Sukandi mantan anggota DPRK
Aceh Selatan periode 1999-2004 merangkap ketua harian front milisi PETA Aceh Selatan, H.
Adnan NS mantan anggota DPD RI periode 1999-2004 dan beberapa tokoh lainnya yang tidak
lagi mendapat posisi strategis seperti sebelumnya dalam dunia perpolitikan di Aceh. Tjut
Agam dalam deklarasi Provinsi ABAS kepada media menyatakan bahwa ia kecewa dengan
kondisi yang terjadi di Aceh saat ini sehingga ingin sesegera mungkin berpisah dengan
Provinsi Aceh.7
Pemikiran terkait pembentukan Provinsi ABAS ini di landasi oleh pemikiran bahwa daerah
dan warga masyarakat dari beberapa kabupaten yang tergabung dalam bakal Provinsi ABAS
memiliki tingkat kemajuan yang rendah dan ketimpangan pembangunan infrasturktur serta
tingkat kesejahteraan yang jauh tertinggal di bandingkan dengan daerah-daerah lain di
Provinsi Aceh, terutama daerah yang terletak sepanjang Pantai Selat Malaka. Oleh karena itu
alasan yang paling utama yang di usung oleh para penggagas ini ingin membentuk Provinsi
ABAS yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat serta untuk
meningkatkan pembangunan infrastruktur yang memadai. Rencana pembentukan Provinsi
ABAS ini menemui hambantan karena sampai saat ini tidak terpenuhinya syarat administratif
berupa persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan Gubernur Provinsi Aceh.
Rencana pembentukan Provinsi ABAS ini memang dari awal ternyata sudah menuai pro
dan kontra di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat di Kabupaten Aceh Jaya, ada

7
Afrijal. 2018. Pandangan Masyarakat Aceh Jaya Terhadap Rencana Pembentukan Provinsi Aceh Barat Selatan (Abas).
URL: http://jurnal.utu.ac.id/jppolicy/article/view/239/pdf. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

4
masyarakat yang mendukung dan ada juga masyarakat menolak terhadap rencana
pembentukan Provinsi ABAS tersebut.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut terkait tema yang
saya pilih yaitu mengenai problematika pemekaran daerah pasca reformasi yang dalam hal
ini merupakan problematika pembentukan Provinsi ABAS yang akan dituangkan dalam bentuk
karya tulis dan dalam rangka memenuhi tugas ujian akhir semester Mata Kuliah Pemerintahan
Daerah. Adapun judul yang di ambil penulis yaitu: “PROBLEMATIKA TERHADAP
RENCANA PEMEKARAN DAERAH PROVINSI ACEH BARAT SELATAN (ABAS)”.
Dan berdasarkan uraian di atas, karya tulis ini akan membahas secara lebih mendalam
mengenai konflik terhadap pembentukan Provinsi ABAS serta pandangan masyarakat
Kabupaten Aceh Jaya terhadap rencana pembentukan Provinsi ABAS.
B. Pembahasan
Gagasan ide dari rencana pembentukan Provinsi ABAS ini timbul bahkan sebelum
terjadinya peristiwa tsunami Aceh yang menewaskan banyak korban jiwa dan juga sebelum
terjadinya perjanjian damai antara pemerintah pusat Republik Indonesia dengan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM). Tepatnya pada tahun 2003 program pemekaran provinsi Aceh Barat
Selatan (ABAS) mulai digagaskan. Daerah yang disinyalir akan bergabung dalam
pembentukan provinsi baru ini adalah Aceh Selatan, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Nagan
Raya dan Simeulue.
Pengusulan pemekaran provinsi baru tidak langsung dilakukan begitu saja. Syarat-syarat
mengenai prosedur yang harus dilakukan untuk mengusulkan pemekaran provinsi baru
tercantum dalam UU 22 Tahun 1999 dan PP 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan,
Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Prosedur
yang tercantum dalam pasal tersebut yaitu:
1. Ada kemauan politik dari pemerintah daerah dan masyarakat yang bersangkutan.
2. Pengusulan pemekaran provinsi harus didukung oleh penelitian awal yang dilakukan
secara objektif.
3. Usulan pemekaran disampaikan kepada pemerintah pusat dengan lampiran hasil
penelitian, persetujuan DPRD Provinsi yang dalam hal ini DPRA (Dewan Perwakilan
Rakyat Aceh) dan DPRK (Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota) bersangkutan
serta dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan.

5
4. Berdasarkan usulan Gubernur, Menteri Dalam Negeri akan memproses lebih lanjut
dengan menugaskan tim.
5. Setelah Menteri Dalam Negeri mengeluarkan rekomendasi maka proses selanjutnya
akan dilakukan oleh Presiden dan DPR-RI, hingga kemudian keluar undang-
undangnya.8
Timbulnya gagasan ide mengenai pemekaran Provinsi ABAS ini didorong oleh faktor
keinginan untuk mempercepat pembangunan di berbagai sektor daerah Aceh Barat dan Aceh
Selatan. Karena disinyalir daerah tersebut mengalami dampak dari model pemerintahan yang
bersifat sentralistik sehingga menyebabkan keterlambatan pembangunan baik infrastruktur
maupun non-infrastruktur di daerah Aceh Barat dan Aceh Selatan. Tidak dapat disangkal lagi,
memang keterlambatan dan ketertinggalan pembangunan pada daerah tersebut sudah
terbukti adanya. Bukan merupakan kebohongan belaka, faktanya memang bahwa yang
terjadi selama ini adalah beberapa daerah yang letaknya berjauhan dari pusat kendali
pemerintahan provinsi jauh tertinggal di berbagai aspek dibandingkan dengan daerah yang
lebih dekat. Kondisi ini menggambarkan adanya kesenjangan atau ketimpangan dan
ketidakadilan pembangunan selama ini.
Salah satu bukti nyatanya adalah yang dicontohkan oleh Baidarus. Bahwa kabupaten Aceh
Selatan merupakan salah satu kabupaten yang tertinggal sektor pembangunannya. Hal
tersebut tampak jelas pada prasarana sektor perhubungan daratnya. Ketidakseriusan
pembenahan ruas jalan satu-satunya yang menghubungkan daerah pesisir barat Aceh dengan
Sumatera Utara oleh pemerintah provinsi selama puluhan tahun kondisi buruk jalan tersebut
tidak digubris secara betul-betul oleh pemerintah. Beliau menambahkan pula bahwa
perbaikan ruas jalan yang membentang di tiga gunung dekat Tapak Tuan dari masa ke masa
hanya dalam bentuk “memoles” permukaan jalan tanpa menyentuh konstruksi dasar jalan itu
sendiri sehingga kerusakan akan terus menerus terjadi sepanjang tahun. Keadaan ini telah
menyebabkan hubungan antara daerah yang satu ke daerah yang lain sering terganggu. Di
samping itu tingginya ketergantungan masyarakat Aceh dengan Sumatera Utara, baik sebagai
pasar penjualan hasil kekayaan alam Aceh maupun sebagai daerah pemasok berbagai
kebutuhan pokok untuk kabupaten-kabupaten di sepanjang pesisir barat Aceh. Alasan-alasan

8
Repository.unpas.ac.id. Tinjauan Umum Mengenai Pemekaran Daerah Dan Pelayanan Publik. URL:
http://repository.unpas.ac.id/13448/4/bab_2.PDF. Diakses pada tanggal 10 Desember 2021.

6
diatas dapat memperkuat mengapa pemekaran provinsi itu dibutuhkan daerah-daerah yang
mengalami ketertinggalan di Provinsi NAD yang disinyalir dapat mempercepat dan
mengimbangi kemajuannya dengan daerah lain di Indonesia.9
Selain itu, terdapat beberapa implikasi terkait adanya pemekaran daerah di Indonesia,
yang antara lain:
1. Implikasi di bidang Politik Pemerintahan
Dari sisi politis, kenaikan tingkat keaktifan dalam kehidupan politik Di Provinsi NAD
dapat disebabkan oleh memperkuatnya civil society yang diakibatkan oleh tumbuhnya
perasaan homogen akibat daerah pemekaran yang baru tersebut.
2. Implikasi di bidang Sosio Kultural
Akibat pemekaran tersebut dapat menyebabkan implikasi positif dalam bidang ini.
Misalnya, melalui kebijakan pemekaran baru dan perolehan pengakuan terhadap
pemekaran Provinsi NAD ini dapat menimbulkan implikasi positif contohny yaitu
pengakuan social, politik, serta kultural terhadap masyarakat Provinsi NAD.
3. Implikasi pada Pelayanan Publik
Perpendekan jarak geografis antara pemukiman penduduk dengan sentra pelayanan,
terutama ibukota pemerintahan daerah dan persempitan rentang kendali antara
pemerintah daerah dengan unit pemerintahan di bawahnya dapat disebabkan jika
Provinsi NAD melakukan pemekaran.
4. Implikasi bagi Pembangunan Ekonomi
Kenaikan terhadap pembangunan ekonomi saat sudah dilakukan pemekaran memang
sudah menjadi faktor utama gagasan pemekaran Provinsi NAD ini. Karena adanya
pemekaran dinilai akan memberi kesempatan kepada daerah miskin untuk
memperoleh lebih banyak subsidi dari pemerintah pusat (khususnya melalui skema
DAU dan beberapa DAK), hal ini akan mendorong peningkatan pendapatan per kapita

9
Hanafi Sahlan. 2013. Konflik Pemekaran Wilayah Di Nanggroe Aceh Darussalam (Nad) Pasca Perjanjian Helsinki. URL:
https://www.researchgate.net/publication/305288015_KONFLIK_PEMEKARAN_WILAYAH_DI_NANGGROE_ACEH_DAR
USSALAM_NAD_PASCA_PERJANJIAN_HELSINKI/fulltext/5787c32508aecf56ebcb51f5/KONFLIK-PEMEKARAN-
WILAYAH-DI-NANGGROE-ACEH-DARUSSALAM-NAD-PASCA-PERJANJIAN-HELSINKI.pdf. Diakses pada tanggal 9
Deseember 2021.

7
di daerah tersebut. Hal ini juga sempat dinyatakan sendiri oleh Wakil Bupati terpilih
Aceh Barat Daya, Muslizar.10
5. Implikasi pada Pertahanan, Keamanan, dan Integrasi Nasional
Pembentukan daerah otonom baru, bagi beberapa masyarakat pedalaman dan
masyarakat di wilayah perbatasan dengan negara lain, merupakan isu politik nasional
yang penting.11
Komite pemekaran ABAS yang diketuai olej Tjut Agam melakukan upaya untuk
mewujudkan gagasan ide pemekaran wilayah Provinsi NAD tersebut dengan melakukan
penggalangan dukungan dari berbagai pihak. Penggalangan dana tersebut dilakukan dengan
cara mengumpulkan tanda tangan masyarakat di atas kain putih. Penggalangan dukungan
tersebut sukses menarik perhatian serta berhasil membuat mereka yaitu masyarakat daerah
Aceh Barat dan Selatan untuk tanda tangan di atas kain putih tersebut. Tak hanya
mengumpulkan dukungan dari masyarakat setempat, komite pemekaran ABAS ini juga
berhasil mendapatkan dukungan dari ulama-ulama setempat, Forum Komunikasi Kampung
(FKK) yang terdapat di kabupaten-kabupaten yang ingin bergabung dalam provinsi ABAS,
serta mereka juga mendapat dukungan dari Partai Nasional yaitu PDI-P. Penggalangan
dukungan yang merupakan salah satu tahapan prosedur pengusulan pemekaran provinsi baru
telah mereka lakukan.
Banyak angin yang menerpa gagasan ide dan usulan pembentukan provinsi ABAS sebagai
pemekaran daerah-daerah di provinsi NAD. Penolakan pengusulan pembentukan provinsi
ABAS ini dikemukakan oleh Gubernur NAD Irwandy Yusuf melalui surat No. 125/1996 tanggal
23 Januari 2008 yang ditujukan kepada ketua DPR-RI, beliau menjelaskan bahwa pemekaran
provinsi ABAS ini bertentangan dengan MoU Helsinki, sehingga beliau menolaknya. Dalam
MoU Helsinki telah disebutkan dengan jelas tentang batasan kepada batas wilayah Aceh
adalah merujuk kepada batas wilayah Aceh tahun 1956 yang daerahnya itu membentang dari
Sabang sampai dengan wilayah tenggara dan timur Aceh yang berbatasan dengan wilayah
Sumatera Utara. Wilayah Aceh tersebut dikenal dengan istilah “Aceh Lhee Sagoe”. Selanjutnya

10 Aceh journal. 2020. Wabup Abdya Ajak Semua Kepala Daerah di Barat Selatan Dukung Provinsi ABAS . URL:
https://www.ajnn.net/news/wabup-abdya-ajak-semua-kepala-daerah-di-barat-selatan-dukung-provinsi-
abas/index.html. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

11 Jdih.bpk.go.id. 2011. Pemekaran Wilayah. URl: https://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/Pemekaran-


Wilayah.pdf. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

8
lrwandy menambahkan, jika DPR RI tetap mengagendakan RUU Pemekaran ALA dan ABAS
maka akan dapat mengganggu keamanan dan kedamaian yang sudah terwujud di Aceh sejak
ditandatanganinya MoU Helsinki.
Para elit politik pemerintah pusat Aceh juga mengkhawatirkan perdamaian yang terancam
dan terganggu di daerah NAD jika pemekaran wilayah provinsi ABAS tersebut dilakukan. Serta
tidak menutup kemungkinan jika terjadi perang saudara antara sesama masyarakat Aceh,
secara otomatis masyarakat Aceh akan terkotak-kotak dan masyarakat tidak sepaham lagi.
Nanti masing-masing daerah akan memperjuangkan daerahnya masing-masing. Selain para
elite politik dan gubernur NAD yang melakukan penolakan terhadap pengajuan pemekaran
provinsi ABAS tersebut, Ketua DPRA Said Fuad Zakaria, Wakil Gubernur NAD Muhammad
Nazar, sert Sofyan Daud mantan komandan GAM pun menolak pengajuan pemekaran daerah
tersebut. Mengenai rencana pembahasan usul inisiatif DPR RI tentang RUU Pemekaran
provinsi baru ABAS juga mendapat penolakan mutlak dari Tim Pemantau MoU Helsinki (MoU
Helsinki Wach). Adapun pendapat lain yang mengatakan jika timbulnya konflik dan terjadinya
gesekan di antara masyarakat Aceh yang pro dan kontra terhadap pemekaran dapat terjadi
karena usulan pemekaran provinsi ABAS ini.
Namun ada satu hal yang perlu diketahui sebelum membahas konflik yang terjadi di antara
masyarakat yang pro kontra terkait usulan pemekaran. Yaitu pernyataan Mukhlis Mukhtar
Ketua Komisi A DPRA dalam harian Jawa Pos yang menyatakan bahwa keterlambatan
pembangunan ekonomi yang menjadi alasan kuat pemekaran di wilayah ini sebenarnya tidak
hanya terjadi di daerah pantai barat selatan saja, akan tetapi sesungguhnya juga terjadi juga
di belahan bumi Aceh yang lain seperti pesisir timur Aceh maupun wilayah Aceh bahagian
tengah dan tenggara. Hal ini terjadi bukan hanya terjadi pada periode pemerintahan yang
baru tetapi sudah terjadi pada periode-periode sebelumnya.12
Usaha penuntutan pemekaran ini terus digalakkan oleh beberapa elemen masyarakat.
Demontrasi ke Jakarta pun juga sempat dilakukan oleh ratusan elemen masyarakat dari
kabupaten/kota ALA dan ABAS, termasuk pimpinan dan anggota. Demontrasi tersebut
bertujuan untuk mengelak isu panas yang tersebar mengenai keinginan pemekaran provinsi
ALA dan ABAS yang hanya merupakan kepentingan pribadi segelintir orang saja. Mereka terus
menyuarakan jika pemekaran tersebut memang keinginan dari masyarakatnya sendiri yang

12Afrijal. 2018. Pandangan Masyarakat Aceh Jaya Terhadap Rencana Pembentukan Provinsi Aceh Barat Selatan (Abas).
URL: http://jurnal.utu.ac.id/jppolicy/article/view/239/pdf. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

9
memang terpendam dan tidak digubris oleh elite politik di provinsi NAD. Di samping itu Forum
Bersama Pimpinan/Anggota DPR Kabupaten/ kota se ALA dan ABAS mengeluarkan
pernyataan sikap untuk tidak ikut serta dalam Pemilu 2009 jikalau aspirasi pemekaran itu
tidak ditanggapi.
Penjelasan diatas telah menjelaskan jika usulan mengenai pembentukan provinsi ABAS
yang merupakan pemekaran dari provinsi NAD menimbulkan banyak konflik yang terjadi
dilapisan masyarakat serta para elite politik disana. Usulan pembentukan provinsi ABAS
menyebabkan adanya pro dan kontra diantara mereka.
Kontra yang timbul pada masyarakat provinsi Aceh antara lain, dengan pembentukan
provinsi baru yaitu provinsi ABAS dari pemekaran provinsi NAD mereka menganggap bahwa
hal tersebut tidak bisa mensejahterakan masyarakat didaerah Aceh lainnya dan ditakutkan
akan menimbulkan kesengseraan yang lebih parah dari sekarang ini (Zikra Rahmati,
Masyarakat Panga, wawancara 19 Oktober 2013 dan Muhammad Hamzah, Masyarakat
Kecamatan Jaya, wawancara, 04 November 2013).
Selanjutnya, pembentukan provinsi ABAS melanggar Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006 Pemerintahan Aceh (UUPA), karena di dalam UUPA yang merupakan turunan dari MoU
Helsinki di atur jelas tentang masalah perbatasan Aceh. Apabila Provinsi ABAS di setujui oleh
Pemerintah Pusat maka otomatis UUPA harus di revisi karena perbatasan Aceh sudah berubah
hal inilah yang tidak diinginkan, UUPA itu harga mati tidak bolah di cabik-cabik oleh siapapun
(Faisal MA, Masyarakat Kecamatan Panga, wawancara 19 Oktober 2013).
Jika membandingkan dengan ibukota Aceh sekarang, masyarakat menilai bahwa letak
calon ibukota Nagan Raya terlalu jauh bagi Kabupaten Aceh Jaya. Namun, dengan segi
infrastruktur yang lebih mendukung seperti adanya transportasi udara yaitu Bandara Tjut
Nyak Dhin yang bertaraf nasional serta adanya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dapat
lebih menunjang Nagan Raya sebagau calon ibukota provinsi ABAS.13
Sedangkan ada juga beberapa masyarakat yang menilai bahwa pembentukan provinsi
ABAS ini dapat membawa dampak positif misalnya banyaknya lapangan pekerjaan yang
bermuculan untuk para masyarakat yang sedang mencari kerja. Sebelumnya perlu diketahui
bahwa tingkat pengangguran di Aceh lumayan tinggi, hal tersebut menyebabkan tingginya
angka kemiskinan di daerah tersebut. Sehingga dengan munculnya lapangan kerja seiring

13Afrijal. 2018. Pandangan Masyarakat Aceh Jaya Terhadap Rencana Pembentukan Provinsi Aceh Barat Selatan (Abas).
URL: http://jurnal.utu.ac.id/jppolicy/article/view/239/pdf. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

10
dengan pembentukan provinsi ABAS ini diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran
yang membawa pengaruh juga pada penurunan tingkat kemiskinan di daerah tersebut.

C. Kesimpulan
Gagasan ide pembentukan provinsi ABAS sebagai pemekaran dari provinsi NAD, pertama
kali dikemukakan oleh Komite pemekaran ABAS yang diketuai olej Tjut Agam. Adanya
gagasan ide pembentukan provinsi ABAS yang dikemukakan ini sejatinya dikarenakan faktor
keinginan untuk mempercepat pembangunan di berbagai sektor daerah Aceh Barat dan Aceh
Selatan. Karena disinyalir daerah tersebut mengalami dampak dari model pemerintahan yang
bersifat sentralistik sehingga menyebabkan keterlambatan pembangunan baik infrastruktur
maupun non-infrastruktur di daerah Aceh Barat dan Aceh Selatan.
Ada desas-desus yang mengabarkan bahwa faktor pengusulan untuk pembentukan
provinsi baru tersebut didorong oleh kepentingan dan keinginan pribadi dari segelintir elite
politik disana. Namun mereka menyangkal hal tersebut dengan melakukan demontrasi ke
Jakarta. Bahkan, di samping itu Forum Bersama Pimpinan/Anggota DPR Kabupaten/ kota se
ALA dan ABAS mengeluarkan pernyataan sikap untuk tidak ikut serta dalam Pemilu 2009
jikalau aspirasi pemekaran itu tidak ditanggapi.
Pembentukan provinsi ABAS ini mendapatkan berbagai komentar serta tanggapan yang
berbeda-beda. Ada yang pro dan kontra mengenai usulan pengajuan pembentukan provinsi
ABAS ini. Salah satunya kontra yang timbul pada masyarakat provinsi Aceh adalah, dengan
pembentukan provinsi baru yaitu provinsi ABAS dari pemekaran provinsi NAD mereka
menganggap bahwa hal tersebut tidak bisa mensejahterakan masyarakat didaerah Aceh
lainnya dan ditakutkan akan menimbulkan kesengseraan yang lebih parah dari sekarang ini
(Zikra Rahmati, Masyarakat Panga, wawancara 19 Oktober 2013 dan Muhammad Hamzah,
Masyarakat Kecamatan Jaya, wawancara, 04 November 2013). Serta tidak menutup
kemungkinan jika terjadi perang saudara antara sesama masyarakat Aceh terjadi akibat
pembentukan provinsi ABAS ini. Karena secara otomatis masyarakat Aceh akan terkotak-kotak
dan masyarakat tidak sepaham lagi dan nanti masing-masing daerah akan memperjuangkan
daerahnya masing-masing.
Sedangkan tanggapan dan dukungan pro terkait pembentukan provinsi ABAS ini berhasil
mendapatkan dukungan dari ulama-ulama setempat, Forum Komunikasi Kampung (FKK) yang
terdapat di kabupaten-kabupaten yang ingin bergabung dalam provinsi ABAS, serta mereka

11
juga mendapat dukungan dari Partai Nasional yaitu PDI-P. Dan akibat positif yang disinyalir
timbul akibat pembentukan provinsi baru ini adalah terbukanya lapangan kerja yang banyak
sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di provinsi NAD.
Setelah melihat dari pro kontra diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sejatinya
pembentukan provinsi ABAS ini lebih banyak kontra dari pada pro nya. Meskipun ada
dukungan yang diberikan oleh beragam lapisan masyarakat, namun tidak sedikit pula
masyarakat yang tidak mendukung terhadap rencana pembentukan Provinsi ABAS bahkan
masyarakat menilai Provinsi ABAS tidak layak di dirikan karena belum saatnya Provinsi ABAS
di bentuk.
Padahal secara peraturan perundang-undang pembentukan Provinsi ABAS sudah layak di
dirikan menjadi sebuah daerah otonom. Bakal Provinsi ABAS sudah memenuhi pesyaratan
salah satunya syarat fisik yakni cakupan wilayah. Cakupan wilayah minimal 5 (lima) kabupaten
untuk mendirikan provinsi baru yakni Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh
Barat, Simelue dan Aceh Jaya. Pertimbangan syarat fisik saja tentu belum cukup untuk
mendirikan Provinsi ABAS. Masih banyak persyaratan lain yang harus di penuhi oleh bakal
Provinsi ABAS yang akan menjadi satu daerah otonom seperti potensi daerah, kemampuan
ekonomi, tingkat kesejahteraan masyarakat dan lain sebagainya. Apabila nanti Provinsi ABAS
tidak bisa mensejahterakan masyarakat dan memberdayakan daerah yang ada di lintas Barat
Selatan maka Provinsi ABAS di anggap tidak mampu menyelenggarakan hak otonominya. Jika
Provinsi ABAS tidak mampu menyelenggarakan hak otonominya maka akan di hapus atau di
gabung kembali dengan Provinsi Aceh.14

14
Afrijal. 2018. Pandangan Masyarakat Aceh Jaya Terhadap Rencana Pembentukan Provinsi Aceh Barat Selatan
(Abas). URL: http://jurnal.utu.ac.id/jppolicy/article/view/239/pdf. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

12
DAFTAR PUSAKA

Aceh journal. 2020. Wabup Abdya Ajak Semua Kepala Daerah di Barat Selatan Dukung Provinsi
ABAS. URL: https://www.ajnn.net/news/wabup-abdya-ajak-semua-kepala-daerah-di-
barat-selatan-dukung-provinsi-abas/index.html. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

Afrijal. 2018. Pandangan Masyarakat Aceh Jaya Terhadap Rencana Pembentukan Provinsi Aceh
Barat Selatan (Abas). URL: http://jurnal.utu.ac.id/jppolicy/article/view/239/pdf. Diakses
pada tanggal 9 Desember 2021.

Hanafi Sahlan. 2013. Konflik Pemekaran Wilayah Di Nanggroe Aceh Darussalam (Nad) Pasca
Perjanjian Helsinki. URL:
https://www.researchgate.net/publication/305288015_KONFLIK_PEMEKARAN_WILAYAH
_DI_NANGGROE_ACEH_DARUSSALAM_NAD_PASCA_PERJANJIAN_HELSINKI/fulltext/578
7c32508aecf56ebcb51f5/KONFLIK-PEMEKARAN-WILAYAH-DI-NANGGROE-ACEH-
DARUSSALAM-NAD-PASCA-PERJANJIAN-HELSINKI.pdf. Diakses pada tanggal 9
Deseember 2021.

Hendri. Analisa Proses Administrasi Pemekaran Daerah Pada Departemen Dalam Negeri Dan
Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (Dpod). URL:
https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/bpkdpd_Analisis_tentang_Pemekaran_Daera
h20130306170435.pdf. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

Jdih.bpk.go.id. 2011. Pemekaran Wilayah. URl: https://jdih.bpk.go.id/wp-


content/uploads/2011/03/Pemekaran-Wilayah.pdf. Diakses pada tanggal 9 Desember
2021.

Kompasiana. 2013. Akankah Terbentuk Provinsi Ala ABAS di Aceh? URL:


https://www.kompasiana.com/raflihasan/5528cdc96ea834d5578b45a8/akankah-
terbentuk-provinsi-ala-abas-di-aceh. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

Repository.unpas.ac.id. Tinjauan Umum Mengenai Pemekaran Daerah Dan Pelayanan Publik.


URL: http://repository.unpas.ac.id/13448/4/bab_2.PDF. Diakses pada tanggal 10
Desember 2021.

13
Retno Nunik. Pemekaran Daerah Di Indonesia. URl: file:///C:/Users/USER/Downloads/4923-
10748-1-PB.pdf. Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

Wikipedia. Pemekaran dan penggabungan daerah di Indonesia. URL:


https://id.wikipedia.org/wiki/Pemekaran_dan_penggabungan_daerah_di_Indonesia.
Diakses pada tanggal 9 Desember 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai