Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemekaran wilayah pada hakekatnya adalah upaya menciptakan

pemerintahan yang lebih efektif dan efisien serta berdaya guna demi mewujudkan

percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian,

pembangunan dan pengembangan otonomi dalam masa transisi ini adalah

mengembangkan prakarsa dari dalam, menumbuhkan kekuatan-kekuatan baru dari

masyarakat sehingga intervensi dari luar termasuk dari pemerintah terhadap

masyarakat harus merupakan proses pemberdayaan dalam rangka mengelola

pembangunan untuk mengantisipasi perubahan dan peluang yang lebih luas.

Secara esensial sebenarnya dalam penyelenggaraan desentralisasi terdapat dua

elemen penting yang saling berkaitan, yaitu pembentukan daerah otonom dan

penyerahan kekuasaan secara hukum dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah

untuk mengatur dan menangani urusan pemerintahan tertentu yang diserahkan.

  Konsep otonomi daerah pada hakekatnya mengandung arti adanya

kebebasan daerah untuk mengambil keputusan baik politik maupun administratif,

menurut prakarsa sendiri. Oleh karena itu kemandirian daerah merupakan suatu

hal yang penting, tidak boleh ada intervensi dari pemerintah pusat.

Ketidakmandirian daerah berarti ketergantungan daerah pada pusat. Dengan

demikian hal yang menyertai pelaksanaan otonomi daerah adalah pemekaran

wilayah, perubahan yang menyertai otonomi daerah sangat berpengaruh terhadap

kehidupan ditingkat daerah, diantaranya adalah banyaknya dijumpai semangat-

1
semangat daerah yang ingin memekarkan wilayahnya, walau pada akhirnya

permasalahan - permasalahan akan segera timbul, diantaranya adalah infrastrktur

yang belum memadai, permasalahan batas wilayah, daerah induk yang tidak

memberikan dukungan dana, permasalahan penyerahan asset oleh kabupaten

induk, dan sebagai daerah baru belum mampu menggali sumber pendapatan asli

daerah (PAD), jadi cenderung memungut pajak dan retribusi dan sebagainya.

Menurut Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2007, pemekaran

daerah/wilayah adalah pemecahan suatu pemerintah baik propinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa / Kelurahan menjadi dua daerah atau lebih.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2000, tentang persyaratan

pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah,

pada pasal 2 menyebutkan pemekaran daerah/wilayah bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui,percepatan pelayanan kepada

masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan

pertumbuhan pembangunan ekonomi daerah, percepatan pengelolaan potensi

daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, Peningkatan hubungan yang serasi

antara pusat dan daerah.

Pemekaran wilayah kabupaten Kolaka menjadi beberapa wilayah otonomi

baru pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat. Dari segi pengembangan wilayah, calon kabupaten

baru yang dibentuk diperlukan keseimbangan antara basis sumberdaya antara satu

dengan yang lainnya. Hal ini perlu diupayakan agar tidak terjadi disparitas yang

mencolok di masa yang akan datang. Selanjutnya, dalam usaha pembentukan

2
wilayah pemekaran perlu dibentuk ruang publik baru yang merupakan kebutuhan

kolektif masyarakat di suatu wilayah pemekaran. Untuk mencapai tujuan itu

semua perlu adanya peningkatkan kualitas sumber daya aparatur disegala bidang

karena peran sumber daya manusia diharapkan dapat meningkatkan kinerja

organisasi dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat serta

mendukung dalam pengembangan wilayah di daerah.

Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu dari 17  kabupaten di

Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbentuk melalui UU Nomor 8 tahun 2013

tentang Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kabupaten Kolaka Timur yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Kolaka tersebut terdiri dari 118 desa dan 14 kelurahan yang tersebar di 12

kecamatan.

Sejak awal terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur (2013) telah

menunjukan adanya perkembangan diberbagai aspek kehidupan masyarakat.

Pembentukan dan perkembangan kabupaten kolaka timur tidak terlepas dengan

perjuangan tokoh masyarakat serta dukungan aparat pemerintah setempat dalam

membangun wilayah kabupaten Kolaka Timur, di mana penduduk yang berada di

Kolaka Timur adalah mayoritas asli dalam hal ini suku bangsa.

Berdasarkan penelusuran beberapa sumber sejarah Kolaka Timur dari

berbagai sumber, Kolaka Timur mulai di diami orang secara berkelompok pada

sekitar abad ke XV dan abad ke XVI. Wilayah Kolaka Timur yang dikenal

Tirawuta berada dibawah kekuasaan Raja Mekongga.

3
Selanjutnya pada zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1911-1933

pemerintah Hindia Belanda membagi wilayah onder distrik Mambulo, meliputi

kampung Rate-rate dan sekitarnya, kampung Aere/Poli-Polia, kampung

wanuambuteo, kampung Tokai dan kampung Andowengga. Pembagian kampung

inilah yang menjadi cikal bakal wilayah Kolaka Timur.

Ide untuk menggagas pembentukan kabupaten Kolaka Timur dimulai akhir

Januari 2004 yang digagas oleh sesepuh dan tokoh masyarakat Kolaka Timur.

Kemudian diadakan pertemuan tanggal 4 febuari 2004 di aula kantor BPD

Propinsi Sulawesi Tenggara sehingga terbentuk panitia kerja, yang sebelumnya

dilakukan sosialisasi di wilayah timur Kolaka dengan menemui para Camat.

Setelah itu dilaksanakan rapat akbar yang menjadi motivasi dan penyemangat

perjuangan pembentukan kabupaten Kolaka Timur selanjutnya.

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari wawancara dari salah satu

tokoh pejuang Kabupaten Kolaka Timur, diketahui bahwa pada tahun 2013

pemekaran wilayah Kabupaten Kolaka Timur resmi dimekarkan. Dengan bantuan

para pemerintah dan tokoh-tokoh pejuang sehingga Kolaka Timur terpisah dengan

Kabupaten Kolaka.

Akhirnya atas kerja keras forum Kolaka Timur dan Tim 9 pemekaran

Kolaka Timur yang didukung oleh tokoh masyarakat Kolaka Timur, maka pada

tanggal 13 Desember 2012 Komisi II DPR RI melakukan pleno komisi dan

menyatakan Kolaka Timur mekar menjadi kabupaten beserta 6 daerah lainnya di

Indonesia.

4
Dari beberapa penjelasan singkat di atas, yang menjelaskan tentang

pembangunan daerah dan pemekaran wilayah di Indonesia khususnya di Propinsi

Sulawesi Tenggara, maka penulis ingin mengkaji dan mengetahui lebih mendalam

tentang “ Sejarah Terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2013-2017 ”.

B. Permasalahan

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana latar belakang terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur?

b. Mengapa Kolaka Timur pada 2013 mekar dari Kabupaten Kolaka?

c. Bagaimana perkembangan Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2013-2017?

2. Batasan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam penelitian, yakni agar pembahasan tidak

keluar dari tujuan penelitian ini, maka penulis membatasi pada batasan temporal,

spasial dan tematis adalah sebagai berikut:

a. Batasan temporal (waktu), permasalahan dalam penelitian ini berawal pada

tahun 2013 sampai 2017. Penetapan tahun 2013 sebagai awal kajian

didasarkan karena pada tahun ini pemekaran Kabupaten Kolaka Timur,

sedangkan penetapan tahun 2017 sebagai akhir kajian atau penelitian.

b. Batasan spasial (tempat), yang menjadi tempat atau lokasi penelitian ini

adalah difokuskan pada wilayah Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka

Timur.

5
c. Batasan tematis, yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini

adalah proses penunjang masyarakat Kolaka Timur dalam pembentukan

Kabupaten baru dari induknya yakni Kabupaten Kolaka.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk menjelaskan latar belakang terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur.

2. Untuk menjelaskan mengapa Kolaka Timur pada 2013 mekar dari

Kabupaten Kolaka.

3. Untuk menjelaskan perkembangan Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2013-

2017

4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan untuk pemerintah daerah dalam mencapai tujuan

dan sarana pembangunan yang lebih maju melalui informasi hasil

penelitian ini.

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat Kabupaten Kolaka Timur agar

pengembangan potensi lebih di optimalkan.

3. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan judul

penelitian ini.

b. Manfaat Teoritis

6
1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat Kabupaten Kolaka Timur

untuk lebih mengembangkan pengetahuan tentang Sejarah Terbentuknya

Kabupaten Kolaka Timur.

2. Dapat dijadikan sebagai literatur atau dokumen sejarah bagi para penulis

dan peneliti berikutnya yang relevan dengan penelitian ini.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Sejarah

Konsep sejarah meliputi tiga segi, yaitu sejarah sebagai peristiwa

berkembang dengan konsep sejarah yakni, (1) ruang, (2) waktu dan (3) manusia.

Konsep manusia akan menyangkut aspek kehidupan sosial, budaya, ekonomi,

teknologi dan politik, terjalin dalam peristiwa sejarah. Kompleksnya kehidupan

manusia, maka dalam cerita sejarah perlu adanya pembagian secara tematis untuk

menunjukan dan membuktikan kapan peristiwa sejarah manusia tersebut

berlangsung perlu adanya periodesasi sesuai dengan konsep waktu. Sedangkan

mengenai di mana suatu kejadian sejarah manusia tersebut terjadi, maka

diperlukan adanya konsep ruang atau tempat.

Sartono Kartodirjo (2002: 89) membagi sejarah menjadi dua yaitu sejarah

dalam arti objektif yang perupakan kejadian dan peristiwa sejarah yang tidak

dapat terulang lagi dan sejarah dalam arti subjektif atau suatu kontruksi

(bangunan) yang disusun oleh penulis sebagai suatu uraian cerita (kisah). Kisah

tersebut merupakan suatu kesatuan rangkaian dari fakta-fakta yang saling

berkaitan.

Sejarah sebagai ilmu yang berhubungan dengan prosedur pengumpulan

sumber dan penarikan fakta dari sumber sejarah yang dilakukan oleh sejarawan

atau dengan kata lain bahwa sejarah sebagai ilmu menyangkut teknik-teknik

dalam menyusun dan merekontruksi sejarawan terhadap sejarah sebagai peristiwa

berdasarkan fakta-fakta sejarah yang dimilikinya. Selanjutnya sebagai suatu

8
disiplin umum, ilmu sejarah setara dengan ilmu-ilmu lain karena dalam

penyusunannya telah menggunakan metode analisis yang kritis, walaupun ada

proses-proses tertentu yang berbeda dengan proses ilmiah menurut kriteria ilmu

pengetahuan lainnya. Kerena itu sebagaimana ilmu-ilmu lain, sejarah sebagai

suatu ilmu pengetahuan juga mempunyai pengertian dan kajian tersendiri.

Pada dasarnya suatu ilmu tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling

barkaitan antara satu sama lain. Ilmu sejarah misalnya untuk mengetahui

perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain sangat membutuhkan ilmu

sejarah, karena fungsi ilmu sejarah adalah upaya penelusuran jejak-jejak masa

lampau sehingga yang ada sekarang menjadi jelas. Menurut Rustam E.

Tamburaka (1993: 5), bahwa sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat

manusia atau peradaban dunia tentang perubahan yang terjadi pada waktu

manusia itu seperti: keliaran, keramahtamhan dan solidaritas golongan ini kian

mencapai kehidupannya maupun dalam bermacam-macam ilmu pengetahuan dan

pada umumnya tentang segala perubahan yang terjadi di dalam masyarakat karena

waktu itu sendiri.

Sejalan dengan itu menurut Kuntowijiyo (2008: 210), bahwa sejarah

adalah ilmu yang mandiri. Mandiri artinya mempunyai filfasat ilmu sendiri,

permasalahan sendiri, dan penjelasan sendiri yang di mana sejarah menafsirkan,

memahami, dan mengerti dimulai dengan menunjukan kekhasan sejarah sebagai

ilmu. Setelah mengetahui jenis sejarah sebagai ilmu, maka perihal penjelasan

sejarah, sehubungan dengan jenis ilmu. Ada tiga hal yang harus kita pahami yaitu:

(1) penjelasan sejarah adalah hermeneutics dan verstehen, menafsirkan penjelasan

9
sejarah adalah hermeneutics dan verstehen, menafsirkan dan mengartikan; (2)

penjelasan sejarah adalah penjelasan tentang waktu yang memanjang; (3)

penjelasan sejarah adalah penjelasan tentang peristiwa tunggal.

Dalam mempelajari dan memahami suatu yang berhubungan dengan

semua aktifitas manusia pada masa lampau, kita tidak dapat melepaskan diri dari

sejarah. Sejarah mengajarkan kita tentang masa lampau dan dari itu kita bercermin

dan menilai perebutan mana yang merupakan kegiatan manusia. Sejarah

mempuyai pengertian luas dan beragam. Disuatu pihak sejarah dapat dilihat

sebagai rangka peristiwa, kejadian pada kelompok manusia pada masa lampau.

Dalam hal ini sejarah menyimpan seluruh pengalaman suatu kelompok umat

manusia yang besar bahkan seperti bangsa. Sejarah mengandung berbagai

khasanah yang penuh dengan peringatan, pelajaran dan petunjuk bagi

perkembangan hidup. Disini sejarah merupakan kisah, cerita kejadian yang ditulis

oleh para sejarawan dan pencatat sejarah untuk berbagai tujuan.

B. Konsep Pemekaran Wilayah

Dalam rangka pemeratan pembanguan daerah dan pengebangan wilayah

diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengadaan sarana

kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya, pemekaran wilayah diharapkan dapat lebih

memaksimalkan pemerataan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah.

Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan

keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Otonomi

daerah itu sendiri didalam penyelenggaraanya dipandang perlu lebih menekankan

pada prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta

10
memperhatikan potensi dan keragaman daerah. Banyak faktor yang

mempengaruhi perkembangan suatu wilayah, diantaranya faktor-faktor geografis

yang mencakup potensi daerah (sumber daya alam) , luas daerah, jumlah

penduduk, dan kondisi fasilitas-fasilitas masyarakat umum, serta hal-hal lain

pemekaran wilayah.

Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah

mengatur beberapa persyaratan bagi adanya pemekaran wilayah. Syarat tersebut

antara lain syarat teknis, fisik kewilayahan, dan administratif. Demikian juga

dalam pasal 5 UU No 32 Tahun 2004 sebagai revisi atas UU No 22 tahun 1999

menjelaskan mengenai prayarat administratif, teknis, dan kewilayahan, dalam

pengadaan pemekaran suatu wilayah. Demikian juga halnya pada Pasal 4

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 (Subroto, 2009-

12-18)

Tujuan pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129

Tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran,

penghapusan, dan penggabungan Daerah, tertulis bahwa adapun tujuan dari

pemekaran wilayah adalah dalam rangka peningkatan palayanan kepada

masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan

pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi

daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, serta peningkatan hubungan yang

serasi antara Pusat dan Daerah.

11
Selanjutnya PPRI No 129 Tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan

dan kriteria pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah tertera syarat-

syarat pembentukan suatu daerah baru, diantaranya:

1. Kemampuan Ekonomi : merupakan cerminan hasil kegiatan usaha

perekonomian yang berlangsung di suatu daerah Provinsi, kabupaten/Kota,

kecamatan yang dapat diukur dari PDRB dan penerimaan daerah itu

sendri.

2. Potensi Daerah : merupakan cerminan tersedianya sumber daya yang dpata

dimanfaatkan dan memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah

dan kesejahteraan masyarakat yang diukur dari : sarana ekonomi, sarana

pendidikan, Sarana kesehatan, Sarana transportasi, Sarana pariwisata.

3. Sosial Budaya : cerminan yang berkaitan dengan struktur sosial dan pola

budaya masyarakat, kondisi sosial budaya masyarakat yang dapat diukur

dari tempat peribadatan, dan sarana olahraga.

4. Jumlah penduduk : jumlah tertentu penduduk dalam suatu daerah.

5. Luas daerah : nilai luas keseluruhan suatu daerah tertentu. (Subroto, 2009-

12-18)

Disisi lain berkembangnya wacana pemekaran daerah, tidak terlepas dari

pemberlakuan prinsip-prinsip otonomi daerah. Secara eksplisit di dalam UU

Otonomi Daerah Tahun 1999, memang telah dengan jelas diamanatkan bahwa

pada prinsipnya otonomi daerah media atau jalan untuk menjawab tiga persoalan

mendasar dalam tata pemerintahan dan pelayanan terhadap publik.Pertama,

otonomi daerah haruslah merupakan jalan atau upaya untuk mendekatkan

12
pemerintah kepada rakyat. Kedua, melalui otonomi daerah juga harus tercipta

akuntabilitas yang terjaga dengan baik. Ketiga, bagaimana otonomi daerah

diformulasikan menjadi langkah untuk mengupayakan responsiveness, di mana

publik berpartisipasi aktif dalam pengambilan kebijakan ditingkat lokal.

Menurut Maskun (2001: 13), tuntutan pemekaran wilayah sebenarnya bisa

dilakukan baik dalam status daerah Otonom ataupun status Wilayah Administratif.

Menurutnya, seyogyanya tuntutan untuk menjadi daerah otonom diawali terlebih

dahulu dengan terbentuknya beberapa Provinsi Administratif maupun Kabupaten

dan Kecamatan. Diharapkan penetapan wilayah administratif tersebut merupakan

suatu proses penting untuk mendewasakan dan memperkuat kemampuan

Provinsi/kabupaten/Kecamatan tersebut agar suatu saat dapat menjadi Daerah

Otonom. Pertimbangan ini penting mengingat banyak Daerah Otonom, baik

tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kecamatan yang belum memiliki

kemampuan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (berotonomi).

Hal ini mengingat bahwa pemekaran tidak saja dapat dilihat dari sisi

kemampuan keuangan daerah, tetapi juga faktor-faktor lain yang juga turut

menentukan. Pembentukan daerah Otonom memang ditunjukan untuk

mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintah dengan suatu lingkungan kerja

yang ideal dalam berbagai dimensinya. Daerah Otonom yang memiliki otonomi

luas dan utuh diperuntukkan guna menciptakan pemerintahan daerah yang lebih

mampu mengoptimalkan pelayanan publik dan mengingatkan pemberdayaan

masyarakat lokal dalam skala yang lebih luas. Oleh karena itu, pemekaran daerah

harus seharusnya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan objektif yang

13
bertujuan untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi,

menurut Rasyid, (2003: 4), tujuan pembentukan daerah otonom tidak dapat dilihat

semata-mata dari dimensi administrasi dalam arti untuk meningkatkan

penyelenggaraan pemerintah yang efisien dan efektif, tetapi juga dari aspek

ekonomi, politik dan sosial budaya.

Sehubungan dengan hal itu maka Smith, (1985: 56). Mangatakan bahwa

apabila ditelusuri lebih jauh, urgensi pembentukan daerah otonom tidak hanya

ditentukan oleh persyaratan-persyaratan teknis seperti kemampuan ekonomi,

karakteristik dan potensi daerah, jumlah penduduk, dan luas daerah, disamping

dimensi administrasi terdapat pula dimensi politik. Pembatasan wilayah untuk

tujuan desentralisasi pemerintahan dan administrasi jauh dari hanya sekedar teknis

pelaksanaan belaka.

C. Konsep Perkembangan

Secara etimologi perkembangan berasal dari kata “kembang” berarti

berkembang, terbuka, menjadi besar dan luas atau bertambah sempurna, banyak

dan maju (Poerwadarminta, 1991: 473).

Pengertian perkembangan sangat erat kaitanya dengan pengembangan.

Dari aspek tujuan, keduanya bertujuan untuk kemajuan dan perluasan dalam

berbagai bidang usaha. Hanya saja yang membedakan adalah masalah waktu,

sedangkan pengembangan tidak mengacu pada periode waktu,namun keduanya

mempunyai tujuan untuk memperluas atau produksi usahanya terhadap

konsumen. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa perkembangan

ekonomi adalah suatu upaya untuk memajukan dan memperluas objek usaha baik

14
dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya untuk mencapai tingkat

kemakmuran dalam bidang ekonomi setiap masyarakat.

Perkembangan adalah penerapan akal dan karunia manusia melalui

pengendalian proses produksi biologis tumbuh-tumbuhan dan hewan, sehingga

lebih bermanfaat bagi manusia, perkembangan pertanian berhubungan erat dengan

perkembangan dari setiap kondisi masyarakat, dimana masyarakat primitif masih

menggunakan sistem berburu dengan mengumpulkan hasil hutan, masyarakat

yang sudah maju misalnya didapatkannya api berpengaruh terhadap

perkembangan pertanian setelah mengenai manejemen sederhana juga

berpengaruh dalam usaha peningkatan kualitas tanaman dan hewan dimulai dari

penjinakan seleksi dan sampai ke adaptasi.

Menurut Umaedi (1999: 44), bahwa perkembangan adalah keunggulan

suatu produk, baik berupa barang maupun jasa. Dalam proses perkembangan,

kualiatas merupakan aspek yang dapat diukur terhadap peningkatan suatu

perkembangan tertentu. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu pendidikan

mengacu pada dua hal, yaitu proses pendidikan dan hasil pendidikan.

Selanjutnya Kuntowijoyo (1995: 13) menyatakan “bahwa perkembangan

terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari suatu bentuk ke bentuk yang

lain. Bisanya masyarakat akan berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk

yang lebih kompleks. Selanjutnya di kemukakan oleh Monks (1992: 2) bahwa

perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan

tidak begitu saja dapat di ulang kembali. Dengan demikian perkembangan dapat

15
diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi

pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pemasakan dan belajar,

Manusia sepanjang hidupnya selalu memiliki masa lampau sebagai rute

perjalan hidup yang dilaluinya. Segala yang di perbuatnya akan menjadi suatu

kenangan baginya dalam hal yang menjadikan sebagai suatu pengalaman.

Peristiwa dan aktivitas manusia masa lampau hanya dapat diketahui melalui

sejarah. Dari uraian ini menunjukkan bahwa perkembangan di pengaruhi oleh

waktu, daya cipta masyarakat (ilmu dan teknologi) yang berjalan secara dinamis

menuju kearah yang lebih terkait dalam lingkungan sejarah.

Tamburaka (1999: 11) mengemukakan “bahwa dengan ilmu sejarah dapat

diketahui pada hari depan tiap bangsa tidak berkembang dalam suatu kevakuman

melainkan berkembang dari realitas keadaan sekarang. Dengan kata lain

kehidupan berkaitan dengan hari sekarang dan hari kemudian”. Dari beberapa

konsep tersebut menunjukan bahwa perkembangan dipengaruhi oleh gerak sejarah

karena keterlibatan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya, sehingga tercipta

keserasian menuju suatu kemajuan karena adanya pengaruh dari luar yang masuk

dan berkembang.

D. Tinjauan Historiografi

Sebelumnya telah ada penelitian yang mengambil tema yang relevan

dengan penelitian ini, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Basrin

Melamba, dkk (2017) menulis tentang “Sejarah Konawe Kepulauan” Konawe

Kepulauan sebelum berintegrasi ke Konawe merupaka suatu unit pemerintahan

yang berdiri sendiri dan berdaulat penuh. Hal ini ditandai dengan beberapa pusat

16
pemukiman kuno yang sampai saat ini masih dapat disaksikan, misalnya Ladianta,

Bobolio, Waworope, dan sebagainya. Tradisi lisan menuturkan bahwa cikal bakal

awal pemerintahan bermula di Ladianta. Wilayah Wawonii Konawe Kepulauan

merupakan daerah yang merupakan daerah rebutan antara ketiga kerajaan besar

yaitu Ternate, Buton, dan Konawe.

Selanjutnya hasil penelitian Mansyur (2013), yang berjudul Sejarah

pembentukan Kabupaten Bombana (1948-2003). Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa sejarah pembentukan Kabupaten Bombana sebagai daerah

otonomi melalui proses yang panjang dan melelahkan. Dimana Kabupaten

Bombana yang ada sekarang ini awalnya sebagai wilayah Kabupaten Buton,

dahulu adalah sebagai wilayah kerajaan moronene yang ada sejak abad ke 17 dan

beberapa tahun kemudian oleh pemerintah kontroliur belanda merubah kerajaan

moronene menjadi distrik-distrik dibawah pemerintahan kesultanan buton,

akhirnya terbentuk pada tanggal 12 Maret 2000.

Ali Hadara, dkk (2017) Sejarah Wakatobi: Dari Praintegrasi hingga

Kabupaten. Kabupaten Wakatobi sudah mulai muncul sejak tahun 1952. Pada

tahun 1959 ide pemekaran muncul kembali di kalangan pelajar dan mahasiswa

asal Wakatobi di Bau-Bau dan Makassar. Gagasan itu kemudian terhenti dan baru

kembali mencuat pada wal tahun 1965. Gagasan tersebut kemudian tenggelam

selama masa orde Baru. Pada tahun 1997, mulai hangat kembali diskusi mengenai

bagaimana menggagas suatu pembentukan Kabupaten Wakatobi. Pada tahun

1998, wacana pembentukan Kabupaten Wakatobi kembali mencuat ketika

memasuki Zaman Reformasi dan Otonomi Daerah dan Pembentukan Kabupaten

17
Wakatobi oleh Bupati Buton. Pada tanggal 31 Mei 2002, terjadi suatu peristiwa

bersejarah. Pada saat itu diadakan pertemuan oleh sekelompok pemuka

masyarakat Wakatobi di Bau-Bau. Kelompok ini kemudian menamakan diri

sebagai Tim Tujuh. Dalam msa-masa sulit perjuangan pemekaran tampil Tim Lima

dan Tim klarifikasi. Setelah melalui proses sejarah yang cukup panjang dan penuh

liku-liku dengan berbagai kendala, maka cita-cita perjuangan membentuk satu

Kabupaten pun tercapai dengan disahkannya Undang Undang Nomor 29 Tahun

2003 Tentang pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan

Kabupaten Kolaka Utara di Propinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 18

Desember 2003. Pada tanggal 7 Januari 2004, diadakan upacara peresmian

pembentukan Kabupaten Wakatobi, bersama 23 kabupaten lainnya di 13 propinsi

di Indonesia oleh Menteri Dalam Negeri. Pada tanggal 17 januari 2004, diadakan

pelantikan Pejabat Bupati Wakatobi, Syarifuddin Safaa, SH, bertempat di halaman

Kantor Bupati Buton menandai awal pemerintahan kabupaten Wakatobi.

Dari beberapa penelitian di atas, belum menjelaskan secara signifikan

tentang Sejarah Kabupaten Kolaka Timur. Kabupaten Kolaka Timur merupakan

suatu daerah yang menunjukan adanya perkembangan diberbagai aspek kehidupan

masyarakat. Pembentukan dan perkembangan Kabupaten Kolaka Timur tidak

terlepas kaitannya dengan pembentukan Kabupaten bombana, Kabupaten

Wakatobi dan Perkembangan Kota Bau-Bau.

18
BAB III

METODOLOGI SEJARAH

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini maka yang akan menjadi tempat dan

lokasi penelitian adalah di Kecamatan Tirawuta sebagai Ibu Kota Kabupaten

Kolaka Timur yang pada tahun 2013 ditandai dengan lahirnya SK pembentukan

Kabupaten Kolaka Timur. Selanjutnya tahun 2017 untuk menjelaskan

perkembangan Kabupaten Kolaka Timur dalam bentuk fisik dan non fisik. Waktu

penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2018 sampai selesai.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian sejarah dengan tema sejarah

politik pemerintahan. Dalam penelitian ini, peneliti akan berusaha

mendeskripsikan data-data dan fakta-fakta yang diperoleh berdasarkan bahan

informasi dan temuan dari objek yang diteliti dilapangan atau lokasi penelitian.

Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan strukturis yaitu mempelajari

peristiwa dan struktur sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi. Artinya

peristiwa mengadung kekuatan mengubah struktur sosial, sedangkan struktur

mengandung hambatan atau dorongan bagi tindakan perubahan dalam masyarakat.

C. Sumber Penelitian

19
Sumber data penelitian yang digunakan oleh peneliti terbagi dalam tiga

kategori sumber sejarah, yaitu:

1. Sumber Dokumen, yaitu data yang akan diperoleh dalam bentuk buku,

skripsi,hasil-hasil peneliti,arsip serta sumber-sumber tertulis lainnya yang

relevan dan mendukung perolehan data dalam penyusunan hasil penelitian

ini yang diperoleh dari jurnal, perpustakaan pusat Universitas Halu Oleo,

perpustakaan FKIP UHO, Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kolaka

timur.

2. Sumber lisan, yaitu data yang akan diperoleh melalui studi lisan (hasil

wawancara) dengan sejumlah informan yang merupakan pemerintah

setempat,tokoh pejuang pemekaran, dan tokoh masyarakat yang ikut serta

memperjuangkan yang berkompoten untuk dimintai keterangan, karena

mereka dianggap banyak mengetahui tentang masalah yang diteliti.

3. Sumber visual, yaitu sumber data yang akan diperoleh dengan cara

melakukan pengamatan langsung terhadap perkembangan berbagai sarana

pendukung yang berkaitan dengan perkembangan Kabupaten Kolaka

Timur.

D. Prosedur Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah

yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo (2013: 69) yang terdiri dari lima tahapan

yaitu: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) Verifikasi sumber (4)

interprestasi sumber, (5) Historiografi.

20
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo, maka

penelitian ini melalui prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemilihan Topik

Dalam pemelihan topik, peneliti memilih topik yang ada kaitanya dengan

sejarah, sebab dalam penelitian ini adalah penelitian sejarah. Adapun topik yang

dipilih didasarkan atas kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Dua syarat

tersebut sangat penting, karena peneliti bekerja dengan baik jika merasa senang

atau mau karena memiliki kedekatan emosional dan merasa mampu karena

memiliki kedekatan intelektual. Setelah itu peneliti akan membuat rencana

penelitian.

a. Kedekatan Emosional

Penelitian ini memiliki kedekatan emosional dengan melihat topik yang

diangkat belum pernah dikaji secara ilmiah, sehingga peneliti dapat menelusuri

sejarah terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur, yang dimana proses terbentuknya

wilayah ini mempunyai banyak dampak terhadap perkembangan kehidupan

masyarakat.

b. Kedekatan Intelektual

Kedekatan intelektual yakni dalam penyusunan tulisan ini, peneliti

berpedoman pada metodologi dan kaidah-kaidah ilmiah penulisan sejarah

sehingga sesuai dengan tuntutan prosedur keilmuan dalam penulisan sejarah,

sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

21
2. Heuristik Sumber

Heuristik merupakan suatu proses pengumpulan sumber sebanyak-

banyaknya yang memberikan penjelasan tentang pemekaran Kabupaten Kolaka

Timur, menggunakan langkah-langkah:

a. Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan berbagai

sumber tertulis melalui penelaahan berbagai literatur seperti buku-buku

sejarah, laporan hasil penelitian dan skripsi-skripsi mahasiswa yang sudah

diseminarkan dan sumber tertulis lainnya yang dapat mendukung

penelitian ini.

b. Pengamatan, yaitu metode yang akan digunakan penulis dengan

mengadakan suatu pengamatan terhadap kondisi fisik dan perkembangan

kehidupan masyarakat Kolaka Timur.

c. Studi dokumen yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengkaji

dokumen atau arsip-arsip tertulis yang ada hubungannya dengan

pemekaran Kabupaten Kolaka Timur.

d. Studi lisan yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

wawancara terhadap pelaku dalam pemekaran ini. Selain itu, wawancara

juga dilakukan kepada pemerintah setempat masyarakat yang berkompoten

untuk dimintai keterangan, karena mereka dianggap banyak mengetahui

tentang masalah yang diteliti.

22
3. Verifikasi Sumber

Pada tahap ini, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan

sumber, khususnya sumber yang masih diragukan autentisitas dan

kreadibilitasnya. Kritik sumber bertujuan untuk menyeleksi dan menyaring

(menguji) data-data sejarah menjadi fakta-fakta sejarah. Untuk mengetahui

autensitas dan kreadibilitas data yang terkumpul maka peneliti melakukan analisis

kritik sejarah, baik kritik eksternal maupun internal.

a. Kritik Eksternal

Kritik eksternal adalah kritik yang dilakukan untuk mengetahui autensitas

sumber yang didapatkan dengan cara melakukan verifikasi atau pengujian aspek-

aspek dari sumber sejarah. Peneliti melakukan analisis terhadap sumber tertulis

yang ada kaitannya dengan Sejarah Kabupaten Kolaka Timur dengan cara

meneliti sifat-sifat luarnya sehingga diperoleh data yang lebih akurat. Adapun

sifat-sifat luar yang dimaksud pada sebuah dokumen atau surat, hal yang harus

diteliti, yaitu kertas, tinta, gaya tulisan, bahasa, kalimat, ungkapan, kata-kata,

huruf dan semua penampilan luar sehingga dapat diketahui autentisitasnya. Selain

pada dokumen tertulis, kritik ekstrernal juga berlaku pada sumber benda, sumber

lisan.

b. Kritik Internal

Kritik internal merupakan kritik yang dilakukan untuk mengetahui

kreadibilita isi sumber sejarah yang diperoleh, peneliti melakukan pengujian

terhadap informasi yang diberikan dalam hal ini mengenai sejarah kabupaten

kolaka timur.

23
4. Interpretasi Sumber

Setelah melakukan penilaian data melalui uji autentitas dan uji

kreadibilitas, maka data tersebut diinterpretasi atau ditafsirkan dengan mengacu

pada konsep yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pada bagian ini,

autentitas dan kreadibilitas sumber data yang didapatkan melalui kritik

selanjutnya dihubungkan dengan data yang satu dengan yang lain sehingga

didapatkan fakta sejarah yang dapat dipercaya kebenaranya secara ilmiah yang

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Analisis yaitu proses menguraikan sumber-sumber data berdasarkan fakta

yang berhasil dihimpun yang telah lolos dari tahap kritik dan telah di

interpretasi sehingga dapat diperoleh kebenaran sesuai kenyataan yang

terjadi.

b. Sistesis yaitu menyatukan beberapa data yang terkumpul yang dianggap

saling berhubungan dan relevan dengan penelitian yang dikaji.

5. Historiografi

Historiografi atau penyusunan fakta yang relevan dengan topik penelitian

yang merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian penelitian sejarah. Pada

bagian ini penulis menyusun kisah dengan memperhatikan penulisan ini

mempunyai tiga bagian yaitu pengantar, hasil penelitian dan simpulan hasil

penelitian

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, Ruslan, 1967. Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Prapantja.

Hadara, Ali, dkk. 2017. Sejarah Wakatobi: Dari Praintegrasi Hingga Kabupaten,
Kendari: Sekarlangit.

Arif, Muhamad. 2011. Pengantar Kajian Sejarah Bandung: Yrama widya.

Melamba,Basrin dkk 2017. Sejarah Konawe Kepulauan.Yogyakarta: Istana


Agency

Hadisuarso, 1981. Konsepsi Dasar Pengetahuan Wilayah di Indonesia. Jakarta:


Departemen Pekerjaan Umum.

Hasni, 2002. Kota BauBau dari Ibu Kota Afdeling Buton En Laiwui Hingga Ibu
Kota Kabupaten Sulawesi Tenggara Tahun 1940-1960.
Skripsi Kendari : Perpustakaan Unhalu.

Kuntowijoyo, 2003. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

___________, 2008, Penjelasan Sejarah (Historical Explanation), Yogyakarta:


Tiara Wacana.

___________, 2013. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana.

25
Mansyur, 2013. Sejarah Pembentukan Kabupaten Bombana Tahun 1948-2003.
Skripsi Kendari : Perpustakaan UHO.

Maskun, 2001. Masalah Otonomi Di Daerah-Daerah. Jakarta: Balai Pustaka

Pamudji, 2000. Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka


Indonesia.

Poerwadarminta, W.J.S, 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Tamburaka, Rustam E, 1999. Sejarah Sultra 40 Tahun Sultra Membangun.


Kendari: Unhalu.

-----------------------------, 1993. Fragmen-Fragmen, Teori-Teori, Filsafat Sejarah,


Logika dan Metodologi Penelitian, Kendari: Unhalu

Rasyid. 2003. Perubahan Sosial Masyarakat Pedesaan.Gramedia: Jakarta

Sartono, kartodirjo. 2002. Teori Sejarah dan Masalah Historigrafi. Jakarta:


Ghalia Indonesia

Subroto, 2009. Dampak Perkembangan Iptek, Jakarta : Gramedia

Smith, 1985. Pokok-Pokok Pembangunan Daerah, Jakarta: Gramedia

Umaedi, 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Ditjen


Dikdasmen Depdikbud.

26
27
SEJARAH TERBENTUKNYA
KABUPATEN KOLAKA TIMUR : 2013-2017

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Seminar


Proposal Penelitian Pada Jurusan Ilmu Sejarah

OLEH:

MARDIANA
N1A3 14 042

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

29
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk

dipresentasikan dihadapan Panitia Ujian Seminar Proposal Penelitian Pada

Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.

Judul Proposal : Sejarah Terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur: 2013-2017

Nama Mahasiswa : Mardiana

Stambuk : N1A3 14 042

Kendari, Januari 2018

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ali Hadara, M.,Hum Dra. Aswati,M, M.,Hum

NIP. 19611108 198803 1 002 NIP. 19621022 199003 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

Dra. Aswati,M, M.,Hum

NIP. 19621022 199003 2 002

ii30
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Permasalahan............................................................................... 5
1. Rumusan Masalah................................................................. 5
2. Batasan Masalah.................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................. 8

A. Konsep Sejarah............................................................................ 8
B. Konsep Pemekaran Wilayah....................................................... 10
C. Konsep Perkembangan................................................................ 14
D. Tinjauan Historiografi................................................................. 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................ 19

A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 19


B. Jenis dan Pendekatan Penelitian.................................................. 19
C. Sumber Penelitian....................................................................... 20
D. Prosedur Penelitian...................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 26

iii
31
SEJARAH TERBENTUKNYA KABUPATEN KOLAKA TIMUR TAHUN:

2004-2017

RENCANA DRAFT SKRIPSI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Permasalahan

1. Rumusan Masalah

2. Batasan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan Teori Sejarah

B. Konsep Pemekaran Wilayah

C. Konsep dan Teori Perkembangan

D. Penelitian Relevan

32
BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

C. Sumber Data Penelitian

D. Prosedur Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Geografi

B. Keadaan Demografi

C. Keadaan Sosial

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur

B. Proses Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur

C. Perkembangan Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2013-2016

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

33

Anda mungkin juga menyukai