PROGRAM STUDI: KELAS: ILMU ADMINISTRASI PUBLIK B MATA KULIAH: ANGKATAN: ADM. PEMERINTAH DAERAH 2018
DOSEN PENGAMPU: SEMESTER:
UNIVERSITAS NEGERI HARDIAN WAHYU W. S.SOS., MPA 3 / GANJIL HARI / TANGGAL: FAKULTAS: YOGYAKARTA SENIN / 21-10-2019 ILMU SOSIAL
UJIAN TENGAH SEMESTER
Buatlah Essay Terkait dengan Desentralisasi:
- Setujukah Anda bahwa desentralisasi akan meningkatkan pelayanan publik di berbagai daerah Indonesia?
Desentralisasi: Solusi Terbaik Dalam
Penyediaan Layanan Publik Sejauh ini
Penyelelnggaraan Pemerintah Daerah di indonesia telah mengalami lompatan tajam
dari sentralisasi menjadi Desentralisasi sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Soetijo (1990) menjelaskan bahwa desentralisasi merupakan suatu sistem yang berkebalikan sentralisasi dalam bidang pemerintahan yang dimana desentralisasi merupakan suatu kewenangan pemerintah pusat yang dilimpahkan kepada pihak lain (pemerintah daerah) dalam mengatur daerahnya sendiri. Pelimpahan wewenang ini semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien dan menghasilkan suatu otonomi. Adapun otonomi ini diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014. Dengan adanya transformasi sistem pemerintahan dari yang sebelumnya cenderung otoriter (sentralistik) menuju desentralisasi ini, diharapkan mampu mendukung program pembangunan dan penyediaan layanan publik di indonesia. Sejak diterapkan sistem desentralisasi ini, upaya perubahan terus dilakukan hingga terbitilah UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dam UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sejak tahun 2001, telah terjadi penataan ulang hubungan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Disamping itu, penataan juga dilakukan secara horizontal. Di tingkat Pusat, terjadi penataan antara lembaga eksekutif, yudikatif, dam leglislatif. Sedangkan ditingkat daerah penataan dilakukan dengan DPRD (Baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota). Desentralisasi merupakan salah satu sistem yang dinilai mampu dalam menghadapi keankaragaman dan multikultural di negara berkembang semacam indonesia ini. Selain itu, sistem desentralisasi mampu meningkatkan kualitas dan kesejahteraan di bidang sosial, ekonomi, serta politik di tiap-tiap daerahnya. Untuk itu, setiap provinsi di indonesia memberikan kewenangan terhadap kabupaten/kota dalam upaya mengendalikan permasalahan yang ada di daerah tersebut. Sejak pemberlakuan sistem desentralisasi, daerah-daerah tanpak menggeliat dalam upaya rekonstruksi dan melakukan gebrakan ke arah yang lebih baik. Upaya rekonstruksi dapat terlihat jelas sejak diberlakukan pilkada langsung 2005. Tokoh-tokoh politik mulai bermunculan dengan menawarkan gagasan kreatif dan inovatif dalam membangun daerahnya. Kondisi ini mulai menumbuhkan optimisme rakyat terhadap calon-calon pemimpin di daerahnya. Disamping itu, mulai terjadinya peningkatan partisipasi politik. Sejumlah LSM juga turut bernunculan dalam mengawal pemerintahan. Di samping itu, desentralisasi juga telah berhasil dalam mendorong stabilitas politik. Salah satu tujuan Desentralisasi adalah memperbaiki relevansi kualitas pelayanam publik. Dalam memperbaiki ini mengacu pada pencapaian tujuan pembangunan ekonomi dan sosial di daerahnya. Dengan menganut sistem desentralisasi ini, diharapkan pemerintah setempat mampu mengelola dan membina daerahnya sehingga dapat terciptanya suatu tatanan yang lebih baik. Hubungan erat dan dekat antara masyarakat dengan pemerintah lokal juga memungkinakan pemerintah dalam memperoleh informasi, permasalahan, dan preferensi yang ada. Kondisi ini sesuai dengan pelaksanaan desentralisasi menurut Oates (1972) yang dimamna ia berpendapa bahwa dengan desentralisasi dapat terciptanya efisiensi sehingga dapat mendorong pertumbuhan sosial dan ekonomi. Pemerintah setempat (daerfah/kota) juga lebih tau dalam menetapkan prioritas-prioritas kebijakan yang benar dan fleksibel dibandingkan dengan pemerintah pusat atau regional (1999; Khaleghian 2003). Sejalan dengan penerapan desentralisasi, pelayanan publik menjadi tanggungawab pemerintah Lokal dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Di Samping itu, ada pula Pembagian urusan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten dan Kota dalam UU No. 37 Tahun 2007. Beberapa pakar mengemukakan, sistem desentralisasi ini menjadi pilihan yang lebih baik (untuk saat ini) dibandingkan sentralisasi karena sistem pemerintah sentralisasi proses pembuatan kebijakan sepenuhnya dikendalikan oleh pusat. Dengan sistem yang dikendalikan pusat ini, tentu pemerintah pusat kurang mengetahui permasalahan yang ada di daerah-daerahnya. Alasan lain adalah, kebijakan yang di buat oleh pemerintah pusat terkadang kurang sesuai dengan kondisi masyarakat dan kurang sensitif terhadap kebutuhan dan masyarakat. Hal ini, tak terlepas karena jarak antara pemerintah pusat dan masyarakat cukup jauh. Di samping itu, pemerintah pusat juga hanya menyediakan pelayanan yang secara umum unutuk seluruh wilayah nasional. Tentu, hampir mustahil dengan sistem sentralistik juga mampu memberikan pelayanan di tiap-tiap unit daerahnya. Dengan keberagaman daerah di indonesia ini, tentunya kebutuhan antar daerah juga berbeda- beda. Meskipun sistem desentralisasi telah dinilai lebih baik, bukan berarti pelaksanaan sistem ini berjalan mulus dengan semestinya. Sistem yang mengatur daerah otonom dalam mengatur kewenangannya guna menyediakan pelayanan publik ini justru membuka celah korupsi. Maraknya korupsi yang melibatkan kepala daerah, baik kabupaten, kota, dan provinsi membuat efisiensi penyediaan layanan publik menjadi efisiensi menjadi sesuatu yang sulit dicapai. Dana yang seharusnya digunakan untuk pemerataan dan pembangunan daerah ini dikorupsi oleh segelintir elite poliitik. Di samping itu, rendahnya kemampuan ekonomi di sebagian daerah membuat daerah tersebut tidak memiliki sumber pemasukan yang mencukupi. Pemerintah lokal justru mengeksploitasi masyarakat setempat untuk meningkatkan PAD-nya dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan Perda terkait dengan punggutan pajak dan retribusi. Selain itu, muncul pula perkara lain seperti masalah institusi daerah. Institusi daerah masih cukup lemah, terlebih terhadap fenomena “elite capture” dalam pelaksanaan desentralisasi ini. Hal ini turut mempengaruhi keputusan dalam alokasi sumber daya ekonomi. Hingga pada akhirnya kekuasaan memiliki kendali besar terkait dengan keputusan ekonomi berdasarkan kepentingan kelompok tertentu (elite politik) dibandingkan dengan memikirkan nasib bangsa. Terlepas dari berbagai polemik yang menghambat penyediaan layanan publik ini, sistem desentralisasi sampai saat ini masih menjadi solusi terbaik di negara demokrasi. Bahkan, dengan menggunakan pendekatan desentralisasi ini, pada praktiknya telah berjalan lebih baik dari sistem pendahulunya (sentralisasi). Di samping itu pemindahan sistem politik dan ekonomi dari pusat ke daerah, desentralisasi diharapkan juga mampu mengubah iklim dan kultur menuju ke arah demokrasi dan beradab.Terlepas dari masalah dan gejolak yang mewarnai pelaksanaan sistem ini, diperlukan adanya pembenahan dan revitalisasi agar sistem ini dapat berjalan dengan efisien dan efektif dengan semestinya. Melalui desentralisasi ini, diharapkan adanya transparan dana yang di setorkan daerah kepada pemerintah pusat dan dana yang telah diterima pemerintah pusat agar masyarakat dapat mengetahui secara langsung dan dapat meminimalisir terjadinya korupsi yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu. Referensi
Anggara, Sahya. (2012). Ilmu Administrasi Negara. Bandung: CV Pustaka Setia
Anggara, Sahya. (2002). Sistem Politik Indonesia. Surabaya: PT. Bumi Refika Arenawati, (2014). Administrasi Pemerintah Daerah (Sejarah, Konsep, dan Penatalaksanaanya di Indonesia). Yogyakarta: Graha Ilmu. Bagir, Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994 Bardhan, Pranab. “Decentralization of Governance and Development.” Journal of Economic Perspective 16. 4 (2002): 185‐205. Dahlan, Thaib. (2001). Sistem Pemerintahan Presidensial. Yogykarta: Jakal Press Hermina, Yuniarto. (1984). Penyelenggaraan Pemerintahan Otonomi Daerah. Pamator Press: Jakarta. Huda, Nimatul. (2014). Desentralisasi Asimetris Dalam NKRI (Kajian Terhadap Daerah Istimewa, Daerah Khusus dan Otonomi Khusus). Bandung: Nusamedia. Kuncoro, Mudjarat. (2013). Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. Lukman, Alimin Mafudi. (2005). Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Intermasa: Jakarta. Kusuma, RMAB., dalam Negara Kesejahteraan Dan Jaminan Sosial, Jurnal Konstitusi, Mahkamah Konstitusi, Vol. 3, Februari 2006. Mulyadi, Dedi. (2015). Studi Kebijakan dan Pelayanan Publik (Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan dan Pelayanan Publik). Bandung: Alfabeta. Sudarmayati, Kepemimpinan yang Baik dalam Rangka Otonomi Daerah, Jakarta: Mandek Maju, 2003. Seymour, Richard and Sarah Turner. “Otonomi Daerah: Indonesia’s Decentralization Experiment” New Zealand Journal of Asian Studies 4.2 (2002): 33-51. Syafie, Inu Kencana. (2011). Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Yulianto Anwar. (2004). Sistem Pemerintahan dan Tata Negara. Yogyakarta: Jakal Press.