Desentalisasi muncul di Indonesia pada akhir orde baru. Dianggap sebagai sebuah inovasi
dalam pemerintahan Indonesia yang telah lama menggunakan kebijakan sentralistik.
Desentralisasi dapat dikatakan seperti dua sisi mata uang, maksudnya kelebihan sekligus
kekurangan berada didalamnya. Tetapi masyarakat saat itu seakan tidak terlalu memerhatikan
dampak dari desentralisasi yang dibangun persis setelah orde baru runtuh dengan diikuti oleh
banyaknya krisis ekonomi, politik, hingga kepercayaan masyarakat. Desentralisasi dapat menjadi
obat saat diresepkan untuk penyakit yang yang relevan, saat yang tepat, dan dalam dosis yang
sesuai maka fungsi “obat” dalam hal ini akan memberikan manfaat yang bagus tetapi jika
pertimbangan diatas tidak diperhatikan maka akan terjadi kondisi yang sebaliknya (Prudhomme,
1995).
Dilihat dari table diatas terdapat variasi tentang urusan yang diselenggarakan oleh daerah
terkait tentang pelayanan dasar, non pelayanan dasar, dan kewenangan pilihan oleh pemerintahan
daerah. Variansi tersebut didasarkan pada pertimbangan factor efisiensi dan kemampuan daerah.
Selain itu juga terdapat factor lain yang bersifat inward looking pada birokrasi, yaitu
pertimbangan yang oleh pejabat pemerintahan daerah sebagai pertimbangan kemanusiaan,
karena maksudnya untuk menampung pejabat birokrasi limpahan dari pemerintah pusat ke
daerah. Akibatnya urusan diselenggarakan pemerintah daerah dikaitkan dengan komposisi
perangkat daerah yang dibentuk. Variansi penyelenggaraan kewenangan pemerintah juga
dilaksanakan berdasarkan kemampuan daerahnya sehingga akan memunculkan perbedaan antara
daerah yang satu dengan yang lain. Sehingga, berdasarkan teori diatas desentralisasi dapat
menjadi alat untuk meningkatkan pelayanan public di tiap daerah. Kemampuan tiap daerah
meliputi kemampuan lembaga daerah memang berbeda – beda tetapi jika regulasi dari pusat
hingga ke daerah dilaksanakan dengan konsisten dan tanggung jawab maka perbedaan variansi
penyelenggaraan kewenangan pemerintah di daerah akan menghasilkan suatu hal yang optimal.
Pelaksanaan desentralisasi dilihat dari dua aspek yaitu output dan outcomes kebijakan.
Output kebijakan dilihat melalui aspek pertumbuhan ekonomi masyarakat, peningkatan kualitas
pelayanan public, dan fleksibilitas program pembangunan. Aspek pertumbuhan ekonomi
masyarakat dimaksudkan untuk mengetahui hasil dari program pemerintah daerah yang bekaitan
dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Asumsinya adalah intervensi pemerintah daerah
masih memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat di
daerah. Tanpa program pembangunan ekonomi yang konkret dari pemerintah daerah maka akan
sulit bagi bagi daerah untuk mengalami kemajuan di bidang ekonomi begitupun juga dengan
pelayanan public yang berkaitan dengan bidang ekonomi. Sehingga dasar keberhasilan
pelaksanaan program pemerintah daerah khususnya yang dilakukan oleh dinas di daerah yang
memiliki akses langsung dengan kegiatan masyarakat adalah relevan dijadikan indicator
pertumuhan ekonomi masyarakat dan dapat menjadi dasar dari pertimbangan keberhasilan
pelayanan public di bidang ekonomi. Berikutnya aspek pelayanan public untuk melihat sejauh
mana dampak pelaksanaan desentralisasi di daerah yang kemudian dilihat dari kualitas pelayanan
public. Beberapa pelayanan yang sering diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat adalah
pelayanan di bidang pertanian, pertambangan, dan pariwisata, serta seni-budaya, dll. Kemudian
aspek fleksibilitas program pembangunan berkenaan dengan kemampuan aparat pelaksana
memahami tuntutan masyarakat, tidak laku dalam memahami prosedur dan aturan – aturan
formal mengedepankan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, peka terhadap
ketidakadilan dan ketidakpuasaan yang berkembang di masyarakat dan dalam setiap langkah
serta tindakan berusaha melakukan penyesuaian terhadap perkembangan kebutuhan masyarakat.
Keleluasaan gerak pemerintah daerah yang diberikan oleh desentralisasi dapat menjadi alat untuk
meningkatkan kualitas pelayanan public berdasarkan kebutuhan yang diperlukan masyarakat
melalui sarana dan prasarana yang semakin membaik. Outcomes kebijakan terdiri dari dua aspek
yaitu peningkatan partisipasi masyarakat dan efektivitas pelaksanaan koordinasi. Aspek
peningkatan partisipasi masyarkat berkaitan dengan diserahkannya sebagian besar urusan
pemerintahan di daerah dan diharapkan masyarakat bisa ambil bagian. Aspek efektivitas
pelaksanaan koordinasi proses pengintergrasian tujuan dan kegiatan dari unit disuatu lembaga
daerah secara efisien serta tanpa koordinasi dengan individu dan bagian akan kehilangan
pandangan tentang peran mereka di sebuah organisasi (lembaga daerah). Tetapi kebutuhan akan
koordinasi disesuaikan dengan sifat dan perlunya komunikasi dalam melaksanakan tugas.
Deputi Bidang Polhankam Bappenas. 2005. Pelayanan Publik di Era Desentralisasi Studi
tentang Variasi Cakupan dan Peranan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Publik.
https://bappenas.go.id [ONLINE]
Nurrochmat, D R. 2005. The impact of regional autonomy on political dynami, socio, economics
and forest degradation. Case of Jambi Indonesia. Disertasi. Gottingen : Universitas
Gottingen
Ribot, J., & Larson, A. 2005. Democratic decentralization through a natural resource lens.
London and New York : Routledge Tylor dan Francis Group
Rosalinda, E., Darusman, D., Suharjito, D., & Nurrochmat, D.R. 2012. Stakeholders analysis on
the management of Danau sentarum National Park Kapuas Hulu Regency, West
Kalimantan. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 18(2), 78-85.