Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AGUNG DWI PRAMONO

NIM : C100170084

KELAS :A

Rangkuman otoda

Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di indonesia mengalami pasang surut


sesuai dengan dinamika politik, ekonomi dan sosial. Tuntuntan pelaksanan desentralisasi dan
otonomi daerah menguat sejak terjadinya reformasi 1998. Pemerintah kemudian menerbitkan
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yg disempurnakan melalui UU No. 32
Thn 2004. Dalam pelaksanaannya, sejumlah keberhasilan telah dicapai, terutama terciptanya
kehidupan bernegara yang yg lebih demokratis dan adil. Selain itu, pembangunan sarana dan
prasarana mulai menggeliat sesuai potensi daerah dan keinginan masyarakat.

Desentralisasi dan otonomi daerah telah mendorong adanya proses pengamblian


keputusan publik yg lebih partisipatif serta demokratis lewat pemilihan kepala daerah. Buah
positif lainnya dari desentralisasi dan otonomi daerah adalah munculnya pemerintahan yg
responsif akan kebutuhan masyarakat setempat. Peran aktif masyarakat dalam memberikan
kontrol sosial juga turut terdorong, sehingga tercipta pemerintahan yg lebih transparan dan
akuntabel. Banyak bukti menunjukkan desentralisasi dan otonomi daerah mempercepat upaya
pemerintah menciptakan layanan publik yg lebih baik. Di bidang kesehatan misalnya,
layanan kesehatan yg tadinya seragam serta tersentralisasi kini bisa lebih menjangkau
kawasan terpencil dan dirancang sesuai dengan masalah kesehatan yg dihadapi daerah
setempat. Di bidang pendidikan, pemeretaan akses pendidikan mulai terasa karena dilakukan
pemerataan prioritas akan kebutuhan masyarakat lokal. Sementara itu di bidang infrastruktur,
pemerintah daerah menjadi lebih leluasa untuk mempercepat pembangunan sesuai dengan
kebutuhan dan faktor geografis.

Namun demikian, desentralisasi dan otonomi daerah yg sudah berjalan dalam jalur yg
benar ini mendapat tantangan yg tdk kecil. Sejumlah resiko menghadang didepan mata,
diantaranya terkait kompetensi sumber daya manusia, sinergi perencanaan pembangunan
antar pemerintah pusat provinsi dan kabupaten/kota, pengelolaan keuangan daerah,
peningkatan tata kelola pemerintahan, serta edukasi masyarakat atas pemerintahan
desentralisastik. Selain itu sejumlah aspek yuridis, misalnya tentang banyaknya peraturan
daerah juga berpotensi memunculkan masalah baru yg dpt menghambat pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Berita : Unjuk Rasa penuntutan pemekaran Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara

Desentralisasi dan otonomi daerah pun sering disalah artikan dlm bentuk pemekaran wilayah
baru. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pemahaman atas filosofi desentralisasi dan
otonomi daerah. Terlepas dari sejumlah kelemahan dan kekurangan desentralisasi dan
otonomi daerah, terbukti merupakan pilihan terbaik bagi Indonesia.

Prof. Dr. H. Djohermansyah Djohan, MA. selaku Dirjen Otonomi Daerah, mengemukakan
pendapatnya yaitu “yg pertama adalah karena Indonesia ini wilayahnya sangat luas, tdk
mungkin kita mengurus wilayah luas itu hanya dengan satu kebijakan sentralistik. Yg kedua
alasannya adalah karena jumlah penduduknya yg banyak, Indonesia penduduknya sekarang
mencapai sekitar 250 juta, jadi tdk mungkin mengurus penduduk sebesar itu hanya dari
Jakarta. Ketiga, alasan kita adalah keragaman budaya, Indonesia ini bersifat multikultural
untuk bisa mengurus daerah yg beragam budayanya, agamanya, diperlukan desentralisasi dan
otonomi daerah”.

Kedepan, tantangan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah akan semakin meningkat.
Hal ini seiring dengan kompleksitas dan dinamika perubahan yg terjadi di lingkup global
serta regional. Komitmen Kementerian Dalam Negeri sebagai pihak yg bertanggung jawab
pada pelaksanaanya adalah terus berupaya meningkatkan kinerja dan profesionalitas
aparaturnya dalam mengawal proses desentralisasi dan otonomi daerah.

Dr. (HC) Gamawan Fauzi SH., MM. selaku Menteri Dalam Negeri berpendapat bahwa
“Otonomi Daerah adalah sebuah harga mati yg tdk boleh dirubah-rubah, dan ini menjadi
suatu komitmen bersama karena hanya dengan sistem inilah kita dapat meyakini bahwa
pemerintah itu lebih efektif. Sistem sentralistik didalam negara yg sebesar ini, pasti tdk akan
efektif. Tapi apapun namanya, desentralisasi ataupun sentralisasi tujuan akhirnya adalah
bagaimana bisa mempercepat mewujudkan kesejahteraan rakyat, menjamin keadilan, dan
juga pemerataan serta demokratisasi yg terus kita tumbuh dan kembangkan di daerah”.

Anda mungkin juga menyukai