NIM : C100170084
KELAS :A
Rangkuman otoda
Namun demikian, desentralisasi dan otonomi daerah yg sudah berjalan dalam jalur yg
benar ini mendapat tantangan yg tdk kecil. Sejumlah resiko menghadang didepan mata,
diantaranya terkait kompetensi sumber daya manusia, sinergi perencanaan pembangunan
antar pemerintah pusat provinsi dan kabupaten/kota, pengelolaan keuangan daerah,
peningkatan tata kelola pemerintahan, serta edukasi masyarakat atas pemerintahan
desentralisastik. Selain itu sejumlah aspek yuridis, misalnya tentang banyaknya peraturan
daerah juga berpotensi memunculkan masalah baru yg dpt menghambat pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Berita : Unjuk Rasa penuntutan pemekaran Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara
Desentralisasi dan otonomi daerah pun sering disalah artikan dlm bentuk pemekaran wilayah
baru. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pemahaman atas filosofi desentralisasi dan
otonomi daerah. Terlepas dari sejumlah kelemahan dan kekurangan desentralisasi dan
otonomi daerah, terbukti merupakan pilihan terbaik bagi Indonesia.
Prof. Dr. H. Djohermansyah Djohan, MA. selaku Dirjen Otonomi Daerah, mengemukakan
pendapatnya yaitu “yg pertama adalah karena Indonesia ini wilayahnya sangat luas, tdk
mungkin kita mengurus wilayah luas itu hanya dengan satu kebijakan sentralistik. Yg kedua
alasannya adalah karena jumlah penduduknya yg banyak, Indonesia penduduknya sekarang
mencapai sekitar 250 juta, jadi tdk mungkin mengurus penduduk sebesar itu hanya dari
Jakarta. Ketiga, alasan kita adalah keragaman budaya, Indonesia ini bersifat multikultural
untuk bisa mengurus daerah yg beragam budayanya, agamanya, diperlukan desentralisasi dan
otonomi daerah”.
Kedepan, tantangan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah akan semakin meningkat.
Hal ini seiring dengan kompleksitas dan dinamika perubahan yg terjadi di lingkup global
serta regional. Komitmen Kementerian Dalam Negeri sebagai pihak yg bertanggung jawab
pada pelaksanaanya adalah terus berupaya meningkatkan kinerja dan profesionalitas
aparaturnya dalam mengawal proses desentralisasi dan otonomi daerah.
Dr. (HC) Gamawan Fauzi SH., MM. selaku Menteri Dalam Negeri berpendapat bahwa
“Otonomi Daerah adalah sebuah harga mati yg tdk boleh dirubah-rubah, dan ini menjadi
suatu komitmen bersama karena hanya dengan sistem inilah kita dapat meyakini bahwa
pemerintah itu lebih efektif. Sistem sentralistik didalam negara yg sebesar ini, pasti tdk akan
efektif. Tapi apapun namanya, desentralisasi ataupun sentralisasi tujuan akhirnya adalah
bagaimana bisa mempercepat mewujudkan kesejahteraan rakyat, menjamin keadilan, dan
juga pemerataan serta demokratisasi yg terus kita tumbuh dan kembangkan di daerah”.