Anda di halaman 1dari 10

Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (83-92)

https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103

SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE DALAM


PARADIGMA HUKUM INDONESIA

Jordy Herry Christian


Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
email: jordy31798@students.unnes.ac.id

Naskah diterima: 21 Juni 2020, direvisi: 27 Juni 2020, disetujui: 4 Agustus 2020

ABSTRAK
Sekstorsi adalah kekerasan berbasis gender online yang dilakukan pelaku dengan
memeras korban terlebih dahulu secara materil maupun seksual disertai dengan ancaman
dari pelaku yang akan menyebarluaskan konten pornografi milik korban. Secara umum,
konten pornografi korban didapatkan oleh pelaku dengan memperdaya atau mengancam
korban dan juga dengan metode hacking. Sekstorsi merupakan bentuk kejahatan yang
melanggar hak asasi manusia dan melecehkan derajat perempuan. Oleh karenanya
melalui tulisan ‘Sekstorsi: Kekerasan Berbasis Gender Online dalam Paradigma Hukum
Indonesia’ yang diteliti penulis melalui metode yuridis normatif, penulis akan mencari
ketentuan hukum positif Indonesia yang meregulasi mengenai kejahatan sekstorsi serta
bentuk perlindungan yang dapat diberikan kepada korban. Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui bahwa ketentuan hukum positif Indonesia yang meregulasi sekstorsi dapat
ditemui dalam rumusan KUHP, UU Pornografi dan UU ITE yang masing-masing
memberikan ancaman pidana bagi pelaku sekstorsi. Selain itu berdasarkan UU
Perlindungan Saksi dan Korban, bentuk perlindungan yang diberikan kepada korban
dapat berupa hak-hak untuk mendapatkan bantuan dan restitusi guna memulihkan
keadaan korban sekstorsi seperti semula.
Kata Kunci: sekstorsi, perlindungan, korban.

ABSTRACT
Sextortion is online gender-based violence committed by perpetrators by extorting victims
materially and sexually accompanied by threats from perpetrators who will disseminate
victims' pornographic content. In general, victim pornographic content is obtained by
perpetrators by tricking or threatening victims and also by hacking methods. Sexual
violence is a form of crime that violates human rights and harasses women. Therefore,
through the writing 'Sextortion: Online Gender-Based Violence in the Indonesian Legal
Paradigm', the research method used by the author is through normative juridical
methods, the writer will look for positive Indonesian legal provisions that regulate
sextortion crime and forms of protection that can be provided to victims. Based on the
results of the study, it is known that the provisions of positive Indonesian law that regulate
the sector can be found in the formulation of the Criminal Code, Pornography Act and
Information and Electronic Transactions Act, each of which provides a criminal threat to
the perpetrators of the sextortion. Also, under the Witness and Victim Protection Act, the
form of protection provided to victims can be in the form of the rights to receive assistance
and restitution to restore the situation of victims of sextortion as before.
Keywords: sextortion, protection, victim.

83
SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE… (Jordy Herry Christian)

PENDAHULUAN Sekstorsi merupakan bentuk


kekerasan berbasis gender online yang
Latar Belakang
dilakukan dengan memeras korban dengan
Cybercrime atau kekerasan berbasis memanfaatkan foto atau video pornografi
siber merupakan istilah yang digunakan milik korban yang didapatkan baik secara
untuk mendefinisikan perbuatan yang hacking, maupun diberikan secara
melanggar hukum, yang mana perbuatan langsung oleh korban atas dasar
tersebut berada dalam ranah dunia maya kepercayaan dalam suatu hubungan. Foto
atau berbasis siber. Dalam pengertian yang atau video tersebut lantas disalahgunakan
luas, cybercrime adalah semua tindakan oleh pelaku sekstorsi dengan memberikan
illegal yang dilakukan melalui instrumen ancaman guna memeras materi maupun
jaringan komputer dan internet untuk secara seksual kepada korban.
mendapatkan keuntungan maupun untuk
Perbuatan seperti inilah yang disebut
menimbulkan kerugian dari orang lain.
sebagai sekstorsi. Sekstorsi dan Non-
Kekerasan berbasis siber pada awalnya
Consensual Pornography (revenge porn)
muncul sejak tahun 1988 di mana pelaku
memang memiliki persamaan, yang
menciptakan virus untuk menyebabkan
menjadi pembeda mutlak dari keduanya
komputer mati. Seiring perkembangannya,
adalah dalam kejahatan sekstorsi terdapat
kekerasan berbasis siber tidak hanya
unsur pemerasan oleh pelaku. Kasus
sebatas kejahatan hacking, carding,
sekstorsi terbaru terjadi pada tahun 2019
cracking, tetapi berkembang mejadi
dengan korban Brigpol DS yang foto
kejahatan kekerasan berbasis gender yang
pornografinya disebar oleh selingkuhannya
dilakukan melalui dunia maya.
dengan seorang narapidana yang
Berdasarkan UNCHR, kekerasan melakukan catfish. Adapun melalui tulisan
berbasis gender merupakan kekerasan ini, penulis akan mengkaji mengenai
langsung pada seseorang yang didasarkan ketentuan hukum pidana bagi pelaku
pada gendernya. Sama halnya dengan sekstorsi dan perlindungan terhadap
kekerasan berbasis gender online, di mana korban kejahatan sekstorsi berdasarkan
yang menjadi pembeda hanyalah Undang-Undang Perlindungan Saksi dan
kekerasan berbasis gender online Korban.
difasilitasi oleh teknologi (komputer).1
Rumusan Masalah
Berdasarkan data Komnas Perempuan,
1. Bagaimana ketentuan hukum positif
pada tahun 2018 terdapat 97 laporan
Indonesia dalam meregulasi sekstorsi?
kekerasan yang diklasifikasikan sebagai
kekerasan berbasis gender online, yang 2. Bagaimana bentuk perlindungan
mengalami peningkatan dari tahun 2017 hukum yang berhak didapatkan
yang berjumlah 65 laporan.2 Adapun korban kejahatan sekstorsi
contoh kekerasan berbasis gender online berdasarkan Undang-Undang 31
adalah seperti cyber harassment, non- Tahun 2014?
consensual pornography atau yang secara
umum disebut sebagai revenge porn dan
juga sekstorsi.

1 Nenden S. Arum, “Mengenal Kekerasan Berbasis Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2018”
Gender Online (KBGO),” (Jakarta, 2019),
https://medium.com/@nendensan/mengenal- https://www.komnasperempuan.go.id/file/Catatan
kekerasan-berbasis-gender-online-kbgo- Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan
a4ec1bd95632, diakses 21 Juni 2020. 2019.pdf, diakses 21 Juni 2020.
2 Komnas Perempuan, “Korban Bersuara, Data
Bicara Sahkan RUU Penghapusan Kekerasan
Seksual Sebagai Wujud Komitmen Negara: Catatan

84
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (83-92)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103

Metode Penelitian kecabulan atau eksploitasi seksual yang


melanggar norma kesusilaan dalam
Metode penelitian yang digunakan
masyarakat. Setelah korban terperdaya dan
oleh penulis dalam menulis “Sekstorsi:
mengirimkan foto atau video tersebut,
Kekerasan berbasis Gender Online dalam
pelaku kemudian akan menggunakan dan
Paradigma Hukum Indonesia”, penulis
memanfaatkan objek tersebut untuk
menggunakan metode yuridis normatif.
memeras korban.
Penulis menggunakan dua jenis data, yaitu
data primer yang difokuskan penulis Definisi sekstorsi berdasarkan Thorn
kepada KUHP, UU ITE, UU Pornografi, adalah “threats to expose a sexual image in
UU Perlindungan Saksi dan Korban, serta order to make a person do something”.3
peraturan perundang-undangan yang Sekstorsi merupakan sebuah bentuk
terkait. Sedangkan data sekunder yang perkembangan kejahatan dari revenge
penulis gunakan adalah berupa jurnal serta porn. Perbedaannya terdapat pada tahapan
berita yang berkaitan dengan sekstorsi. yang dilakukan oleh pelaku kepada korban
Melalui data primer dan sekunder yang sebelum menyebarkan foto atau video
penulis gunakan, penulis akan meneliti mengandung pornografi milik korban,
mengenai ketentuan hukum positif yaitu pelaku akan melakukan pemerasan
Indonesia dalam meregulasi sekstorsi dan guna mengambil keuntungan dari korban.
juga bentuk perlindungan hukum terhadap Pelaku kejahatan sekstorsi merupakan
korban kejahatan sekstorsi berdasarkan sosok orang yang dekat dengan korban
UU Perlindungan Saksi dan Korban. yang kemudian memperdaya korbannya.
Berdasarkan data Thorn and the Crimes
Against Children Research Center, dari
PEMBAHASAN
1631 korban sekstorsi, sekitar 40% korban
Ketentuan Hukum Positif Indonesia bertemu dengan pelaku di dunia maya dan
dalam Meregulasi Sekstorsi 54% kasus sekstorsi terjadi di media sosial.
Sekstorsi atau sextortion adalah Korban dari kejahatan siber berupa
sebuah bentuk kejahatan siber yang sekstorsi juga didominasi oleh anak, yaitu
dilakukan dengan cara memeras atau yang berdasarkan Undang-Undang
mengeksploitasi korban, baik itu secara Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (1)
materi maupun secara seksual. Pelaku mendefinisikan anak sebagai seseorang
sekstorsi biasanya memanfaatkan korban yang berumur kurang dari 18 tahun.
dan memperdaya korban guna Adapun persentase korban anak dari 1631
mengirimkan hal-hal berbau pornografi korban sekstorsi yaitu sebesar 71%,
seperti foto atau video tanpa busana kepada penyebabnya adalah lebih mudahnya untuk
pelaku. Adapun dalam Undang-Undang memperdaya dan mengeksploitasi anak.4
Nomor 44 Tahun 2008 dalam Pasal 1 ayat
Korban sekstorsi biasanya akan
(1) memberikan definisi pornografi
menuruti kemauan pelaku dengan harapan
sebagai gambar, sketsa, ilustrasi, foto,
bahwa foto atau video bersifat pornografi
tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,
milik korban tidak akan disebar, walaupun
animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh,
dalam kenyataannya sebagian besar pelaku
atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai
akan tetap menyebarkannya setelah
bentuk media komunikasi dan/atau
berhasil membuat korban memberikan
pertunjukan di muka umum, yang memuat
yang dihendaki pelaku. Kasus kejahatan
3 Thorn, “Sextortion Infographic 2018,” 4 D. Wolak, J., dan Finkelhor, “Sextortion: Findings
https://www.thorn.org/wp- from a Survey of 1,631 Victims,”
content/uploads/2019/12/Sextortion-Infographic- https://calio.dspacedirect.org/handle/11212/3037,
2018-Findings-UpdatedV3.pdf, diakses 21 Juni diakses 21 Juni 2020.
2020.

85
SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE… (Jordy Herry Christian)

sekstorsi berbasis siber di Indonesia salah milik korban.7 Hukum positif di Indonesia
satunya terjadi pada tahun 2019, di mana sejatinya sudah mengatur ancaman pidana
terdapat seorang Brigpol DS yang foto bagi pelaku sekstorsi, ketentuan tersebut
pornografi milik korban yang disebar dapat ditemui dalam:
setelah korban menolak mengirimkan 1. KUHP
sejumlah uang kepada pelaku sebagai
bentuk ancaman pelaku untuk Pengaturan ketentuan pidana bagi
menyebarkan foto pornografi tersebut. pelaku sekstorsi secara lex generalis
terdapat dalam Pasal 368 KUHP ayat (1),
Perbuatan sekstorsi merupakan bentuk yang berbunyi:
pelanggaran terhadap hak asasi korban
seperti yang tercantum dalam Pasal 28G “Barang siapa dengan maksud untuk
ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan menguntungkan diri sendiri atau orang
setiap orang berhak atas perlindungan diri lain secara melawan hukum, memaksa
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, seorang dengan kekerasan atau
dan harta benda yang di bawah ancaman kekerasan untuk
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman memberikan barang sesuatu, yang
dan perlindungan dari ancaman ketakutan seluruhnya atau sebagian adalah
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu kepunyaan orang itu atau orang lain,
yang merupakan hak asasi. atau supaya membuat hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam
Sekstorsi yang meliputi pemerasan karena pemerasan dengan pidana
dibalut ancaman sejatinya melanggar pasal penjara paling lama sembilan bulan.”
28G ayat (1) yang membuat korban
sekstorsi tidak mendapatkan perlindungan Terhadap bunyi delik Pasal 368 dan
diri pribadi untuk mendapatkan rasa aman pengaitannya kepada kejahatan sekstorsi,
dan perlindungan dari ancaman ketakutan terdapat beberapa unsur yang dapat
dikarenakan rasa takut akan tersebarnya dibedah, yaitu:
foto atau video pornografi milik korban i. Menguntungkan diri sendiri atau
yang dimiliki oleh pelaku sekstorsi. Selain orang lain secara melawan hukum.
itu pengaturan mengenai hak asasi manusia
lainnya yang tidak terpenuhi juga diatur Sifat melawan hukum dapat dibagi
dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang menjadi dua, yaitu melawan hukum
Hak Asasi Manusia.5 formil (formeel
wederrechtelijkheid) dan melawan
Kejahatan sekstorsi juga melanggar hukum materil (materiel
instrumen hukum internasional yaitu wederrechtelijkheid). Perbuatan
ICCPR Pasal 27 yang telah disahkan pelaku sekstorsi yang dalam hal ini
melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun melakukan pemerasan, secara
2005.6 Pasal tersebut menyebutkan bahwa ajaran formil dan materil dapat
tiada seorang pun yang dapat dikenakan dikategorikan sebagai perbuatan
perlakuan yang merendahkan martabat. yang bersifat melawan hukum
Penyebaran foto atau video pornografi oleh dikarenakan pemerasan merupakan
pelaku sejatinya merupakan bentuk pelanggaran delik dan tidak sesuai
pelecehan yang bertujuan untuk dengan asas-asas kepatutan dalam
merendahkan martabat korban dengan masyarakat.
menyebarkan foto atau video pornografi

5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Political Rights (LN No. 119 Tahun 2005, TLN No.
Hak Asasi Manusia (LN No. 165 Tahun 1999, TLN 4558) Pasal 27.
No. 3886) Pasal 9 ayat (2). 7 Christianto Hwian, “Revege Porn Sebagai
6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Kejahatan Kesusilaan Khusus: Perspektif Sobural,”
Pengesahan International Covenant on Civil and Veritas et Justitia Vol. 3 No. 2 (2017) hlm. 304.

86
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (83-92)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103

ii. Memaksa seseorang dengan mentransmisikan dan/atau membuat


kekerasan atau ancaman kekerasan dapat diaksesnya Informasi Elektronik
untuk memberikan barang sesuatu. dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar
Sebanyak 45% dari 1631 pelaku
kesusilaan sebagaimana dimaksud
sekstorsi, melakukan kejahatan sekstorsi
dalam Pasal 27 ayat (1) dipidana
dengan mengancam korban untuk
dengan pidana penjara paling lama 6
memberikan sesuatu. Unsur memberikan
(enam) tahun dan/atau denda paling
barang sesuatu dapat dikategorikan sebagai
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
pemerasan materil berupa uang, maupun
miliar rupiah).
pemerasan secara seksual.
(4) Setiap Orang yang dengan sengaja
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun
dan tanpa hak mendistribusikan
2008
dan/atau mentransmisikan dan/atau
Apabila dalam melakukan sekstorsi membuat dapat diaksesnya informasi
pelaku menyebarluaskan foto atau video elektronik dan/atau dokumen
pornografi milik korban seperti yang elektronik yang memiliki muatan
terjadi dalam kasus Brigpol DS, maka pemerasan dan/atau pengancaman
pelaku juga dapat dijerat dengan Undang- sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Undang Pornografi dalam Pasal 4 ayat (1) 27 ayat (4) dipidana dengan pidana
dengan ketentuan ancaman pidananya penjara paling lama 6 (enam) tahun
yang diatur dalam Pasal 29, yaitu pidana dan/atau denda paling banyak
penjara paling lama 12 tahun dan pidana Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
minimum khususnya selama 6 bulan. rupiah).”9
Selain pidana penjara, ketentuan Pasal 29
Ketentuan Pasal 45 ayat (1) Undang-
juga memungkinkan adanya pidana denda
Undang ITE dapat dibedah menjadi 3
paling banyak Rp6.000.000.000,00 dan
unsur, yaitu:
paling sedikit sejumlah
Rp250.000.000,00.8 i. Sengaja dan tanpa hak.
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun Perbuatan sekstorsi pasti
2016 didasarkan pada bentuk
kesengajaan oleh pelaku untuk
Sekstorsi sebagai kejahatan seksual
mendapatkan keuntungan dari
dengan berbasis siber juga tidak terlepas
korban melalui pemerasan sesuatu
dari ketentuan dalam Undang-Undang ITE
barang berbasis siber. Sedangkan
pada Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 27 ayat
unsur tanpa hak mendapat diartikan
(4). Ketentuan Pasal 27 ayat (1) dapat
sebagai perbuatan yang tidak
dikenakan bagi mereka yang
berdasarkan pada pembenaran.
menyebarluaskan foto atau video
pornografi milik korban dalam melakukan ii. Membuat dapat diaksesnya
kejahatan sekstorsinya. Adapun ancaman informasi elektronik bermuatan
pidananya diatur dalam Pasal 45 ayat (1) melanggar kesusilaan.
dan (4) yang berbunyi: Dalam kenyataannya sebagian
“(1) Setiap Orang yang dengan besar pelaku akan tetap
sengaja dan tanpa hak menyebarkan foto atau video
mendistribusikan dan/atau bersifat pornografi milik korban

8 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Tahun 2016, TLN No. 5952) Pasal 45 ayat (1) dan
Pornografi (LN No. 181 Tahun 2008, TLN No. (4).
4928) Pasal 29.
9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik (LN No. 251

87
SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE… (Jordy Herry Christian)

setelah berhasil membuat korban Definisi korban yang hampir serupa juga
memberikan yang dihendaki dapat ditemui dalam Undang-Undang
pelaku. Penyebaran yang dilakukan Nomor 31 Tahun 2014 tentang
oleh pelaku sekstorsi di dunia maya Perlindungan Saksi dan Korban dalam
dapat dikategorikan sebagai Pasal 1 ayat (3). Dampak terbesar dari
membuat dapat diaksesnya sekstorsi terhadap korban adalah kerugian
informasi atau dokumen elektronik yang diderita korban secara mental. Selain
yang melanggar kesusilaan itu, perbuatan sekstorsi juga menimbulkan
dikarenakan bersifat pornografi. kerusakan substansial dari hak asasi
manusia yang merupakan hak mendasar
Salah satu hal yang membedakan
pada diri manusia seperti yang diatur dalam
sekstorsi dengan revenge porn adalah
Pasal 28G ayat (1) UUD 1945.13 Oleh
melekatnya unsur pemerasan sebagai
karenanya korban dari kejahatan sekstorsi
perbuatan yang dikenakan pidana.
juga berhak untuk mendapatkan
Sehingga ketentuan Pasal 45 ayat (4) juga
perlindungan sesuai dengan ketentuan
dikenakan kepada pelaku sekstorsi
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
dikarenakan unsur pemerasan merupakan
yang dirubah dalam Undang-Undang
suatu unsur yang secara mutlak melekat
Nomor 31 Tahun 2014 dikarenakan
pada pelaku sekstorsi.
definisi Pasal 1 ayat (3) yang sesuai dengan
Bentuk Perlindungan Hukum yang korban sekstorsi.
Berhak Didapatkan Korban Kejahatan
Korban dalam kejahatan sekstorsi
Sekstorsi Berdasarkan Undang-Undang
biasanya merasa malu untuk melaporkan
31 Tahun 2014
pelaku sekstorsi sebagai kekerasan
Declaration of Basic Principles of berbasis gender online. Berdasarkan data
Justice for Victims of Crime and Abuse of Thorn and the Crimes Against Children
Power, mendefinisikan korban sebagai Research Center, dari 1631 survei yang
orang yang menderita kerugian secara fisik dilakukan, hanya 17% korban yang
maupun mental, penderitaan emosional, melaporkannya kepada penegak hukum,
kerugian ekonomi atau kerusakan sedangkan 26% korban melaporkannya ke
substansial dari hak asasi mereka yang situs web dan 54% korban
diakibatkan adanya pelanggaran hukum menceritakannya kepada keluarga atau
yang berlaku di suatu negara.10 Melalui temannya. Adapun rendahnya angka
deklarasi tersebut, PBB menghimbau agar pelaporan kepada penegak hukum
negara memberikan korban pelayanan dikarenakan rasa takut dan malu yang
yang adil, memperjuangkan restitusi dan dirasakan oleh korban untuk menyuarakan
kompensasi, memberikan bantuan baik kejahatan sekstorsi yang terjadi kepadanya.
materiil, medis psikologi maupun sosial.11
Sejatinya korban sekstorsi tidak
Dengan adanya pemberian bantuan seharusnya untuk malu dan segera
demikian, diharapkan hak asasi perempuan melaporkan pelaku sekstorsi kepada
selaku korban sekstorsi tidak terabaikan.12 penegak hukum agar korban mendapatkan

10 12
Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana: Ita Iya Pulina Perangin-angin, Rahayu Rahayu, dan
Perspektif Teoretis Dan Praktik (Bandung: Alumni, Nuswantoro Dwiwarno, “Kewajiban dan Tanggung
2012) hlm. 246. Jawab Negara Memberikan Perlindungan Hukum
11 Ni Nyoman Praviyanti Triasti Ananda dan I Ketut Terhadap Perempuan Korban Revenge Porn di
Mertha, “Perlindungan Hukum Terhadap Indonesia,” Diponegoro Law Journal Vol 8, No 1
Perempuan Sebagai Korban Pada Tindak Pidana (2019)
Balas Dendam Pornografi (Revenge Porn),” Kertha https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/article/v
Wicara: Journal Ilmu Hukum Vol 9 No 4 (2020), iew/25345, hlm. 462.
13
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/articl Rahayu, Hukum Hak Asasi Manusia (Semarang:
e/view/58326, hlm. 59. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2015)
hlm. 1.

88
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (83-92)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103

perlindungan dan bantuan sesuai dalam bentuk bantuan yang diminta sesuai
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014. ketentuan Pasal 38 PP Nomor 7 Tahun
2018. Yang kemudian permohonan
Berdasarkan pada Pasal 5 Undang-
pemberian bantuan akan ditetapkan dengan
Undang Perlindungan Saksi dan Korban,
keputusan LPSK yang di dalamnya
korban memiliki beberapa hak, seperti
memuat identitas korban, jenis bantuan
memperoleh perlindungan atas keamanan
yang diberikan, jangka waktu pemberian
pribadi dan bebas dari ancaman, mendapat
bantuan dan rumah sakit atau pusat
identitas baru, mendapat tempat kediaman
rehabilitasi tempat korban sekstorsi
sementara, mendapat tempat kediaman
memperoleh perawatan dan pengobatan.
baru, mendapat pendampingan, dan
Bantuan medis yang diamanatkan dalam
lainnya.14 Adapun dalam Pasal 6, terdapat
Pasal 6 merupakan bentuk bantuan untuk
beberapa hak lainnya yang dapat diberikan
memulihkan kesehatan fisik dari korban.
kepada korban tindak pidana kekerasan
Sedangkan bantuan rehabilitasi psikososial
seksual, hak tambahan yang dapat
dan psikologis merupakan bentuk
diberikan kepada korban adalah bantuan
pelayanan dan bantuan psikologis dan
medis dan bantuan rehabilitasi psikososial
sosial yang memiliki tujuan meringankan,
dan psikologis.
melindungi dan memulihkan kondisi fisik,
Mengutip dari Komnas Perempuan psikologis, sosial dan spiritual korban.
dalam “15 Bentuk Kekerasan Seksual”,
Selain pemberian bantuan medis dan
salah satu bentuk kekerasan seksual adalah
rehabilitasi, dalam Pasal 7A Undang-
eksploitasi seksual yang didefinisikan
Undang Nomor 31 Tahun 2014 yang diatur
sebagai penyalahgunaan kepercayaan,
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
untuk tujuan kepuasan seksual, maupun
Nomor 7 Tahun 2018, korban sekstorsi
untuk memperoleh keuntungan dalam
selaku korban tindak pidana juga berhak
bentuk uang, sosial, politik dan lainnya.15
untuk mendapatkan restitusi. Restitusi
Berdasarkan definisi tersebut, sekstorsi
adalah upaya pemulihan atau
dapat dikategorikan sebagai salah satu
pengembalian kondisi korban seperti
bentuk kekerasan seksual, dan oleh
semula (restutio in integrum). Bentuk
karenanya ketentuan bantuan medis dan
restitusi yang diamanatkan dalam Pasal 7A
bantuan rehabilitasi dalam Pasal 6 Undang-
adalah ganti rugi terhadap kehilangan
Undang Nomor 31 Tahun 2014 juga berhak
kekayaan, ganti rugi atas tindakan yang
untuk didapatkan oleh korban sekstorsi
berkaitan langsung sebagai akibat dari
yang dimohonkan oleh korban terlebih
tindak pidana dan penggantian terhadap
dahulu sesuai dengan ketentuan Peraturan
biaya perawatan medis dan/atau
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2018 dalam
psikologis. Restitusi harus dimohonkan
Pasal 37 hingga Pasal 44.
oleh korban, keluarga atau kuasanya
Berdasarkan ketentuan PP tersebut, melalui LPSK sebelum ataupun sesudah
korban, keluarga atau kuasanya dapat putusan pengadilan yang inkracht. Apabila
mengajukan permohonan bantuan medis restitusi diajukan oleh korban, keluarga
dan rehabilitasi secara tertulis, berbahasa atau kuasanya sebelum putusan pengadilan
Indonesia dan bermaterai cukup kepada sudah berkekuatan hukum tetap atau
LPSK yang di dalamnya memuat identitas inkracht, maka LPSK dapat mengajukan
pemohon, uraian tentang peristiwa dan
14
Tiara Robiatul Adawiyah, “Perlindungan Hukum https://www.komnasperempuan.go.id/file/pdf_file/
Bagi Korban Pornografi Balas Dendam (Revenge Modul dan Pedoman/Kekerasan Seksual/15 BTK
Porn)” (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia) KEKERASAN SEKSUAL.pdf, diakses 21 Juni
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/10108, 2020.
hlm. 26.
15 Komnas Perempuan, 15 Bentuk Kekerasan
Seksual: Sebuah Pengenal,

89
SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE… (Jordy Herry Christian)

restitusi kepada penuntut umum dalam dijumpai pada Pasal 368 KUHP, dan
persidangannya yang kemudian akan Pasal 45 ayat (4). Sedangkan apabila
dimuat dalam tuntutannya. Sedangkan perbuatan pelaku sekstorsi sudah
apabila permohonan restitusi diajukan kedalam tahap menyebarkan objek
setelah putusan pengadilan sudah inkracht, tersebut, maka ketentuan Pasal 29 UU
LPSK dapat mengajukan restitusi kepada Pornografi dan Pasal 45 ayat (1) UU
pengadilan guna mendapatkan penetapan ITE juga dapat dikenakan kepada
dari pengadilan.16 pelaku sebagai bentuk penyebarluasan
konten pornografi.
Adapun untuk memohonkan restitusi,
korban sekstorsi harus memenuhi 2. Terhadap korban sekstorsi juga telah
ketentuan Pasal 21 yang mana diakomodasi beberapa hak yang dapat
menyebutkan bahwa permohonan restitusi diperolehnya berdasarkan UU
diajukan secara tertulis dalam bahasa Perlindungan Saksi dan Korban.
Indonesia di atas kertas yang bermaterai, Adapun bentuk perlindungan korban
yang dalam permohonannya wajib sekstorsi adalah berhak untuk
mencantumkan identitas pemohon, uraian mendapatkan rasa aman, mendapatkan
tentang tindak pidana, identitas pelaku identitas baru, mendapatkan tempat
tindak pidana, uraian kerugian yang tinggal sementara maupun baru dan
diderita secara nyata dan bentuk restitusi mendapatkan pendampingan. Selain
yang dimintakan oleh pemohon selaku hak-hak tersebut, korban sekstorsi
korban sekstorsi. Surat tersebut kemudian selaku korban kejahatan seksual juga
diperiksa oleh LPSK untuk mengetahui dapat memohonkan bantuan berupa
kelengkapan permohonan dalam jangka bantuan medis dan rehabilitasi serta
waktu paling lama 7 hari sejak permohonan korban sekstorsi dapat memohonkan
restitusi diterima oleh LPSK. Kemudian permintaan restitusi yang berupa ganti
hasil pemeriksaan permohonan restitusi rugi melalui LPSK.
ditetapkan dengan keputusan LPSK
disertai dengan pertimbangannya serta
rekomendasi untuk mengabulkan atau DAFTAR PUSTAKA
menolak permohonan restitusi yang Buku
dimohonkan korban.
Mulyadi, Lilik. Bunga Rampai Hukum
Pidana: Perspektif Teoretis Dan
PENUTUP Praktik. Bandung: Alumni, 2012.
1. Sekstorsi sebagai kekerasan berbasis Rahayu. Hukum Hak Asasi Manusia.
gender online yang dilakukan pelaku Semarang: Badan Penerbit
dengan memanfaatkan foto atau video Universitas Diponegoro, 2015.
pornografi milik korban untuk Jurnal
melakukan pemerasan materil maupun
seksual merupakan bentuk Hwian, Christianto. “Revege Porn Sebagai
pelanggaran hak asasi. Hukum positif Kejahatan Kesusilaan Khusus:
Indonesia juga telah meregulasi Perspektif Sobural.” Veritas et
kejahatan sekstorsi, sehingga pelaku Justitia Vol. 3 No. 2 (2017): 299–326.
sekstorsi dapat dikenakan pidana. Perangin-angin, Ita Iya Pulina, Rahayu
Ketentuan pemidanaan bagi pelaku Rahayu, dan Nuswantoro Dwiwarno.
sekstorsi yang tidak menyebarkan foto “Kewajiban dan Tanggung Jawab
atau video pornografi korban dapat Negara Memberikan Perlindungan

16 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2018 Bantuan Kepada Saksi Dan Korban (LN No. 24
Tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi Dan Tahun 2018, TLN No.6184) Pasal 31 ayat (1).

90
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (83-92)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103

Hukum Terhadap Perempuan Korban Internet


Revenge Porn di Indonesia.” Arum, Nenden S. “Mengenal Kekerasan
Diponegoro Law Journal Vol 8, No 1 Berbasis Gender Online (KBGO),”
(2019). https://medium.com/@nendensan/me
https://ejournal3.undip.ac.id/index.ph ngenal-kekerasan-berbasis-gender-
p/dlr/article/view/25345. online-kbgo-a4ec1bd95632.
Triasti Ananda, Ni Nyoman Praviyanti, Perempuan, Komnas. 15 Bentuk
dan I Ketut Mertha. “Perlindungan Kekerasan Seksual: Sebuah
Hukum Terhadap Perempuan Sebagai Pengenal,
Korban Pada Tindak Pidana Balas https://www.komnasperempuan.go.id
Dendam Pornografi (Revenge Porn).”
/file/pdf_file/Modul dan
Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum Pedoman/Kekerasan Seksual/15 BTK
Vol 9 No 4 (2020). KEKERASAN SEKSUAL.pdf.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerth
awicara/article/view/58326. ———. “Korban Bersuara, Data Bicara
Sahkan RUU Penghapusan Kekerasan
Artikel Karya Ilmiah Seksual Sebagai Wujud Komitmen
Adawiyah, Tiara Robiatul. “Perlindungan Negara: Catatan Kekerasan Terhadap
Hukum Bagi Korban Pornografi Perempuan Tahun 2018.”
Balas Dendam (Revenge Porn).” https://www.komnasperempuan.go.id
Yogyakarta: Universitas Islam /file/Catatan Tahunan Kekerasan
Indonesia Terhadap Perempuan 2019.pdf.
https://dspace.uii.ac.id/handle/12345 Thorn. “Sextortion Infographic 2018,”
6789/10108. https://www.thorn.org/wp-
Peraturan Perundang-Undangan content/uploads/2019/12/Sextortion-
Infographic-2018-Findings-
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005
UpdatedV3.pdf.
tentang Pengesahan International
Covenant on Civil and Political Wolak, J., dan Finkelhor, D. “Sextortion:
Rights (LN No. 119 Tahun 2005, TLN Findings from a Survey of 1,631
No. 4558). Victims,”
https://calio.dspacedirect.org/handle/
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
11212/3037.
tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (LN No. 251 Tahun 2016,
TLN No. 5952).
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (LN No.
165 Tahun 1999, TLN No. 3886).
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008
tentang Pornografi (LN No. 181
Tahun 2008, TLN No. 4928).
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
2018 tentang Pemberian Kompensasi,
Restitusi dan Bantuan Kepada Saksi
dan Korban (LN No. 24 Tahun 2018,
TLN No.6184).

91
SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE… (Jordy Herry Christian)

92

Anda mungkin juga menyukai