https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103
Naskah diterima: 21 Juni 2020, direvisi: 27 Juni 2020, disetujui: 4 Agustus 2020
ABSTRAK
Sekstorsi adalah kekerasan berbasis gender online yang dilakukan pelaku dengan
memeras korban terlebih dahulu secara materil maupun seksual disertai dengan ancaman
dari pelaku yang akan menyebarluaskan konten pornografi milik korban. Secara umum,
konten pornografi korban didapatkan oleh pelaku dengan memperdaya atau mengancam
korban dan juga dengan metode hacking. Sekstorsi merupakan bentuk kejahatan yang
melanggar hak asasi manusia dan melecehkan derajat perempuan. Oleh karenanya
melalui tulisan ‘Sekstorsi: Kekerasan Berbasis Gender Online dalam Paradigma Hukum
Indonesia’ yang diteliti penulis melalui metode yuridis normatif, penulis akan mencari
ketentuan hukum positif Indonesia yang meregulasi mengenai kejahatan sekstorsi serta
bentuk perlindungan yang dapat diberikan kepada korban. Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui bahwa ketentuan hukum positif Indonesia yang meregulasi sekstorsi dapat
ditemui dalam rumusan KUHP, UU Pornografi dan UU ITE yang masing-masing
memberikan ancaman pidana bagi pelaku sekstorsi. Selain itu berdasarkan UU
Perlindungan Saksi dan Korban, bentuk perlindungan yang diberikan kepada korban
dapat berupa hak-hak untuk mendapatkan bantuan dan restitusi guna memulihkan
keadaan korban sekstorsi seperti semula.
Kata Kunci: sekstorsi, perlindungan, korban.
ABSTRACT
Sextortion is online gender-based violence committed by perpetrators by extorting victims
materially and sexually accompanied by threats from perpetrators who will disseminate
victims' pornographic content. In general, victim pornographic content is obtained by
perpetrators by tricking or threatening victims and also by hacking methods. Sexual
violence is a form of crime that violates human rights and harasses women. Therefore,
through the writing 'Sextortion: Online Gender-Based Violence in the Indonesian Legal
Paradigm', the research method used by the author is through normative juridical
methods, the writer will look for positive Indonesian legal provisions that regulate
sextortion crime and forms of protection that can be provided to victims. Based on the
results of the study, it is known that the provisions of positive Indonesian law that regulate
the sector can be found in the formulation of the Criminal Code, Pornography Act and
Information and Electronic Transactions Act, each of which provides a criminal threat to
the perpetrators of the sextortion. Also, under the Witness and Victim Protection Act, the
form of protection provided to victims can be in the form of the rights to receive assistance
and restitution to restore the situation of victims of sextortion as before.
Keywords: sextortion, protection, victim.
83
SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE… (Jordy Herry Christian)
1 Nenden S. Arum, “Mengenal Kekerasan Berbasis Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2018”
Gender Online (KBGO),” (Jakarta, 2019),
https://medium.com/@nendensan/mengenal- https://www.komnasperempuan.go.id/file/Catatan
kekerasan-berbasis-gender-online-kbgo- Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan
a4ec1bd95632, diakses 21 Juni 2020. 2019.pdf, diakses 21 Juni 2020.
2 Komnas Perempuan, “Korban Bersuara, Data
Bicara Sahkan RUU Penghapusan Kekerasan
Seksual Sebagai Wujud Komitmen Negara: Catatan
84
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (83-92)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103
85
SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE… (Jordy Herry Christian)
sekstorsi berbasis siber di Indonesia salah milik korban.7 Hukum positif di Indonesia
satunya terjadi pada tahun 2019, di mana sejatinya sudah mengatur ancaman pidana
terdapat seorang Brigpol DS yang foto bagi pelaku sekstorsi, ketentuan tersebut
pornografi milik korban yang disebar dapat ditemui dalam:
setelah korban menolak mengirimkan 1. KUHP
sejumlah uang kepada pelaku sebagai
bentuk ancaman pelaku untuk Pengaturan ketentuan pidana bagi
menyebarkan foto pornografi tersebut. pelaku sekstorsi secara lex generalis
terdapat dalam Pasal 368 KUHP ayat (1),
Perbuatan sekstorsi merupakan bentuk yang berbunyi:
pelanggaran terhadap hak asasi korban
seperti yang tercantum dalam Pasal 28G “Barang siapa dengan maksud untuk
ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan menguntungkan diri sendiri atau orang
setiap orang berhak atas perlindungan diri lain secara melawan hukum, memaksa
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, seorang dengan kekerasan atau
dan harta benda yang di bawah ancaman kekerasan untuk
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman memberikan barang sesuatu, yang
dan perlindungan dari ancaman ketakutan seluruhnya atau sebagian adalah
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu kepunyaan orang itu atau orang lain,
yang merupakan hak asasi. atau supaya membuat hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam
Sekstorsi yang meliputi pemerasan karena pemerasan dengan pidana
dibalut ancaman sejatinya melanggar pasal penjara paling lama sembilan bulan.”
28G ayat (1) yang membuat korban
sekstorsi tidak mendapatkan perlindungan Terhadap bunyi delik Pasal 368 dan
diri pribadi untuk mendapatkan rasa aman pengaitannya kepada kejahatan sekstorsi,
dan perlindungan dari ancaman ketakutan terdapat beberapa unsur yang dapat
dikarenakan rasa takut akan tersebarnya dibedah, yaitu:
foto atau video pornografi milik korban i. Menguntungkan diri sendiri atau
yang dimiliki oleh pelaku sekstorsi. Selain orang lain secara melawan hukum.
itu pengaturan mengenai hak asasi manusia
lainnya yang tidak terpenuhi juga diatur Sifat melawan hukum dapat dibagi
dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang menjadi dua, yaitu melawan hukum
Hak Asasi Manusia.5 formil (formeel
wederrechtelijkheid) dan melawan
Kejahatan sekstorsi juga melanggar hukum materil (materiel
instrumen hukum internasional yaitu wederrechtelijkheid). Perbuatan
ICCPR Pasal 27 yang telah disahkan pelaku sekstorsi yang dalam hal ini
melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun melakukan pemerasan, secara
2005.6 Pasal tersebut menyebutkan bahwa ajaran formil dan materil dapat
tiada seorang pun yang dapat dikenakan dikategorikan sebagai perbuatan
perlakuan yang merendahkan martabat. yang bersifat melawan hukum
Penyebaran foto atau video pornografi oleh dikarenakan pemerasan merupakan
pelaku sejatinya merupakan bentuk pelanggaran delik dan tidak sesuai
pelecehan yang bertujuan untuk dengan asas-asas kepatutan dalam
merendahkan martabat korban dengan masyarakat.
menyebarkan foto atau video pornografi
5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Political Rights (LN No. 119 Tahun 2005, TLN No.
Hak Asasi Manusia (LN No. 165 Tahun 1999, TLN 4558) Pasal 27.
No. 3886) Pasal 9 ayat (2). 7 Christianto Hwian, “Revege Porn Sebagai
6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Kejahatan Kesusilaan Khusus: Perspektif Sobural,”
Pengesahan International Covenant on Civil and Veritas et Justitia Vol. 3 No. 2 (2017) hlm. 304.
86
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (83-92)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103
8 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Tahun 2016, TLN No. 5952) Pasal 45 ayat (1) dan
Pornografi (LN No. 181 Tahun 2008, TLN No. (4).
4928) Pasal 29.
9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik (LN No. 251
87
SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE… (Jordy Herry Christian)
setelah berhasil membuat korban Definisi korban yang hampir serupa juga
memberikan yang dihendaki dapat ditemui dalam Undang-Undang
pelaku. Penyebaran yang dilakukan Nomor 31 Tahun 2014 tentang
oleh pelaku sekstorsi di dunia maya Perlindungan Saksi dan Korban dalam
dapat dikategorikan sebagai Pasal 1 ayat (3). Dampak terbesar dari
membuat dapat diaksesnya sekstorsi terhadap korban adalah kerugian
informasi atau dokumen elektronik yang diderita korban secara mental. Selain
yang melanggar kesusilaan itu, perbuatan sekstorsi juga menimbulkan
dikarenakan bersifat pornografi. kerusakan substansial dari hak asasi
manusia yang merupakan hak mendasar
Salah satu hal yang membedakan
pada diri manusia seperti yang diatur dalam
sekstorsi dengan revenge porn adalah
Pasal 28G ayat (1) UUD 1945.13 Oleh
melekatnya unsur pemerasan sebagai
karenanya korban dari kejahatan sekstorsi
perbuatan yang dikenakan pidana.
juga berhak untuk mendapatkan
Sehingga ketentuan Pasal 45 ayat (4) juga
perlindungan sesuai dengan ketentuan
dikenakan kepada pelaku sekstorsi
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
dikarenakan unsur pemerasan merupakan
yang dirubah dalam Undang-Undang
suatu unsur yang secara mutlak melekat
Nomor 31 Tahun 2014 dikarenakan
pada pelaku sekstorsi.
definisi Pasal 1 ayat (3) yang sesuai dengan
Bentuk Perlindungan Hukum yang korban sekstorsi.
Berhak Didapatkan Korban Kejahatan
Korban dalam kejahatan sekstorsi
Sekstorsi Berdasarkan Undang-Undang
biasanya merasa malu untuk melaporkan
31 Tahun 2014
pelaku sekstorsi sebagai kekerasan
Declaration of Basic Principles of berbasis gender online. Berdasarkan data
Justice for Victims of Crime and Abuse of Thorn and the Crimes Against Children
Power, mendefinisikan korban sebagai Research Center, dari 1631 survei yang
orang yang menderita kerugian secara fisik dilakukan, hanya 17% korban yang
maupun mental, penderitaan emosional, melaporkannya kepada penegak hukum,
kerugian ekonomi atau kerusakan sedangkan 26% korban melaporkannya ke
substansial dari hak asasi mereka yang situs web dan 54% korban
diakibatkan adanya pelanggaran hukum menceritakannya kepada keluarga atau
yang berlaku di suatu negara.10 Melalui temannya. Adapun rendahnya angka
deklarasi tersebut, PBB menghimbau agar pelaporan kepada penegak hukum
negara memberikan korban pelayanan dikarenakan rasa takut dan malu yang
yang adil, memperjuangkan restitusi dan dirasakan oleh korban untuk menyuarakan
kompensasi, memberikan bantuan baik kejahatan sekstorsi yang terjadi kepadanya.
materiil, medis psikologi maupun sosial.11
Sejatinya korban sekstorsi tidak
Dengan adanya pemberian bantuan seharusnya untuk malu dan segera
demikian, diharapkan hak asasi perempuan melaporkan pelaku sekstorsi kepada
selaku korban sekstorsi tidak terabaikan.12 penegak hukum agar korban mendapatkan
10 12
Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana: Ita Iya Pulina Perangin-angin, Rahayu Rahayu, dan
Perspektif Teoretis Dan Praktik (Bandung: Alumni, Nuswantoro Dwiwarno, “Kewajiban dan Tanggung
2012) hlm. 246. Jawab Negara Memberikan Perlindungan Hukum
11 Ni Nyoman Praviyanti Triasti Ananda dan I Ketut Terhadap Perempuan Korban Revenge Porn di
Mertha, “Perlindungan Hukum Terhadap Indonesia,” Diponegoro Law Journal Vol 8, No 1
Perempuan Sebagai Korban Pada Tindak Pidana (2019)
Balas Dendam Pornografi (Revenge Porn),” Kertha https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/article/v
Wicara: Journal Ilmu Hukum Vol 9 No 4 (2020), iew/25345, hlm. 462.
13
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/articl Rahayu, Hukum Hak Asasi Manusia (Semarang:
e/view/58326, hlm. 59. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2015)
hlm. 1.
88
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (83-92)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103
perlindungan dan bantuan sesuai dalam bentuk bantuan yang diminta sesuai
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014. ketentuan Pasal 38 PP Nomor 7 Tahun
2018. Yang kemudian permohonan
Berdasarkan pada Pasal 5 Undang-
pemberian bantuan akan ditetapkan dengan
Undang Perlindungan Saksi dan Korban,
keputusan LPSK yang di dalamnya
korban memiliki beberapa hak, seperti
memuat identitas korban, jenis bantuan
memperoleh perlindungan atas keamanan
yang diberikan, jangka waktu pemberian
pribadi dan bebas dari ancaman, mendapat
bantuan dan rumah sakit atau pusat
identitas baru, mendapat tempat kediaman
rehabilitasi tempat korban sekstorsi
sementara, mendapat tempat kediaman
memperoleh perawatan dan pengobatan.
baru, mendapat pendampingan, dan
Bantuan medis yang diamanatkan dalam
lainnya.14 Adapun dalam Pasal 6, terdapat
Pasal 6 merupakan bentuk bantuan untuk
beberapa hak lainnya yang dapat diberikan
memulihkan kesehatan fisik dari korban.
kepada korban tindak pidana kekerasan
Sedangkan bantuan rehabilitasi psikososial
seksual, hak tambahan yang dapat
dan psikologis merupakan bentuk
diberikan kepada korban adalah bantuan
pelayanan dan bantuan psikologis dan
medis dan bantuan rehabilitasi psikososial
sosial yang memiliki tujuan meringankan,
dan psikologis.
melindungi dan memulihkan kondisi fisik,
Mengutip dari Komnas Perempuan psikologis, sosial dan spiritual korban.
dalam “15 Bentuk Kekerasan Seksual”,
Selain pemberian bantuan medis dan
salah satu bentuk kekerasan seksual adalah
rehabilitasi, dalam Pasal 7A Undang-
eksploitasi seksual yang didefinisikan
Undang Nomor 31 Tahun 2014 yang diatur
sebagai penyalahgunaan kepercayaan,
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
untuk tujuan kepuasan seksual, maupun
Nomor 7 Tahun 2018, korban sekstorsi
untuk memperoleh keuntungan dalam
selaku korban tindak pidana juga berhak
bentuk uang, sosial, politik dan lainnya.15
untuk mendapatkan restitusi. Restitusi
Berdasarkan definisi tersebut, sekstorsi
adalah upaya pemulihan atau
dapat dikategorikan sebagai salah satu
pengembalian kondisi korban seperti
bentuk kekerasan seksual, dan oleh
semula (restutio in integrum). Bentuk
karenanya ketentuan bantuan medis dan
restitusi yang diamanatkan dalam Pasal 7A
bantuan rehabilitasi dalam Pasal 6 Undang-
adalah ganti rugi terhadap kehilangan
Undang Nomor 31 Tahun 2014 juga berhak
kekayaan, ganti rugi atas tindakan yang
untuk didapatkan oleh korban sekstorsi
berkaitan langsung sebagai akibat dari
yang dimohonkan oleh korban terlebih
tindak pidana dan penggantian terhadap
dahulu sesuai dengan ketentuan Peraturan
biaya perawatan medis dan/atau
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2018 dalam
psikologis. Restitusi harus dimohonkan
Pasal 37 hingga Pasal 44.
oleh korban, keluarga atau kuasanya
Berdasarkan ketentuan PP tersebut, melalui LPSK sebelum ataupun sesudah
korban, keluarga atau kuasanya dapat putusan pengadilan yang inkracht. Apabila
mengajukan permohonan bantuan medis restitusi diajukan oleh korban, keluarga
dan rehabilitasi secara tertulis, berbahasa atau kuasanya sebelum putusan pengadilan
Indonesia dan bermaterai cukup kepada sudah berkekuatan hukum tetap atau
LPSK yang di dalamnya memuat identitas inkracht, maka LPSK dapat mengajukan
pemohon, uraian tentang peristiwa dan
14
Tiara Robiatul Adawiyah, “Perlindungan Hukum https://www.komnasperempuan.go.id/file/pdf_file/
Bagi Korban Pornografi Balas Dendam (Revenge Modul dan Pedoman/Kekerasan Seksual/15 BTK
Porn)” (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia) KEKERASAN SEKSUAL.pdf, diakses 21 Juni
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/10108, 2020.
hlm. 26.
15 Komnas Perempuan, 15 Bentuk Kekerasan
Seksual: Sebuah Pengenal,
89
SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE… (Jordy Herry Christian)
restitusi kepada penuntut umum dalam dijumpai pada Pasal 368 KUHP, dan
persidangannya yang kemudian akan Pasal 45 ayat (4). Sedangkan apabila
dimuat dalam tuntutannya. Sedangkan perbuatan pelaku sekstorsi sudah
apabila permohonan restitusi diajukan kedalam tahap menyebarkan objek
setelah putusan pengadilan sudah inkracht, tersebut, maka ketentuan Pasal 29 UU
LPSK dapat mengajukan restitusi kepada Pornografi dan Pasal 45 ayat (1) UU
pengadilan guna mendapatkan penetapan ITE juga dapat dikenakan kepada
dari pengadilan.16 pelaku sebagai bentuk penyebarluasan
konten pornografi.
Adapun untuk memohonkan restitusi,
korban sekstorsi harus memenuhi 2. Terhadap korban sekstorsi juga telah
ketentuan Pasal 21 yang mana diakomodasi beberapa hak yang dapat
menyebutkan bahwa permohonan restitusi diperolehnya berdasarkan UU
diajukan secara tertulis dalam bahasa Perlindungan Saksi dan Korban.
Indonesia di atas kertas yang bermaterai, Adapun bentuk perlindungan korban
yang dalam permohonannya wajib sekstorsi adalah berhak untuk
mencantumkan identitas pemohon, uraian mendapatkan rasa aman, mendapatkan
tentang tindak pidana, identitas pelaku identitas baru, mendapatkan tempat
tindak pidana, uraian kerugian yang tinggal sementara maupun baru dan
diderita secara nyata dan bentuk restitusi mendapatkan pendampingan. Selain
yang dimintakan oleh pemohon selaku hak-hak tersebut, korban sekstorsi
korban sekstorsi. Surat tersebut kemudian selaku korban kejahatan seksual juga
diperiksa oleh LPSK untuk mengetahui dapat memohonkan bantuan berupa
kelengkapan permohonan dalam jangka bantuan medis dan rehabilitasi serta
waktu paling lama 7 hari sejak permohonan korban sekstorsi dapat memohonkan
restitusi diterima oleh LPSK. Kemudian permintaan restitusi yang berupa ganti
hasil pemeriksaan permohonan restitusi rugi melalui LPSK.
ditetapkan dengan keputusan LPSK
disertai dengan pertimbangannya serta
rekomendasi untuk mengabulkan atau DAFTAR PUSTAKA
menolak permohonan restitusi yang Buku
dimohonkan korban.
Mulyadi, Lilik. Bunga Rampai Hukum
Pidana: Perspektif Teoretis Dan
PENUTUP Praktik. Bandung: Alumni, 2012.
1. Sekstorsi sebagai kekerasan berbasis Rahayu. Hukum Hak Asasi Manusia.
gender online yang dilakukan pelaku Semarang: Badan Penerbit
dengan memanfaatkan foto atau video Universitas Diponegoro, 2015.
pornografi milik korban untuk Jurnal
melakukan pemerasan materil maupun
seksual merupakan bentuk Hwian, Christianto. “Revege Porn Sebagai
pelanggaran hak asasi. Hukum positif Kejahatan Kesusilaan Khusus:
Indonesia juga telah meregulasi Perspektif Sobural.” Veritas et
kejahatan sekstorsi, sehingga pelaku Justitia Vol. 3 No. 2 (2017): 299–326.
sekstorsi dapat dikenakan pidana. Perangin-angin, Ita Iya Pulina, Rahayu
Ketentuan pemidanaan bagi pelaku Rahayu, dan Nuswantoro Dwiwarno.
sekstorsi yang tidak menyebarkan foto “Kewajiban dan Tanggung Jawab
atau video pornografi korban dapat Negara Memberikan Perlindungan
16 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2018 Bantuan Kepada Saksi Dan Korban (LN No. 24
Tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi Dan Tahun 2018, TLN No.6184) Pasal 31 ayat (1).
90
Binamulia Hukum Vol 9 No 1 Juli 2020 (83-92)
https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103
91
SEKSTORSI: KEKERASAN BERBASIS GENDER ONLINE… (Jordy Herry Christian)
92