Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS HUKUM PIDANA CYBERCRIME TENTANG PENYEBARAN KONTEN

DAN JUAL BELI PORNOGRAFI DIMEDIA SOSIAL

Abdur Rizki Pernanda Lubis*,Laila Khairunnisa Lubis

Prodi Hukum Pidana,Fakultas Syariah Dan Hukum,Universitas Islam Sumatera Utara


Abdurrizki2008@gmail.com Lailadasopang21@gmail.com

Abstrak :

Perkembangan dunia teknologi yang sudah semakin inovatif di era global telah
memberikan dampak langsung kepada masyarakat terutama bagi generasi muda. Cybercrime
atau kejahatan berbasis komputer, adalah kejahatan yang melibatkan komputer dan jaringan
(network). Meluasnya kejahatan di dunia maya tidak luput dari tindak pidana
pornografi,sejumlah oknum jahil memanfaatkan media sosial ini untuk menyebarkan konten-
konten pornografi berbayar.artikel ini bertujuan untuk memahami dan juga mengkaji hukum
pidana cybercrime tentang penyebaran konten dan jual beli pornografi dimedia
sosial.Penulisan artikel ilmiah ini menggunakan metodologi penelitian pendekatan yuridis
normatif dengan Spesifikasi penelitian yang dipergunakan adalah deskriptif analisis. Dan
Teknik pengumpulan data dalam artikel ilmiah ini dilakukan melalui cara penelitian
kepustakaan (Library Research) dengan Data yang diperoleh secara analisis kualitatif.Hasil dan
pembahasan hukum pidana cybercrime tentang penyebaran konten dan jual beli pornografi
dimedia social yaitu Pasal 282 KUHP, UU Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi Pasal
29 mengatur “Tindak pidana pornografi dengan cara membuat, memproduksi serta lain
sebagainya “,Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas undangundang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan TransaksiS Elektronik atau biasa disebut UU ITE
merupakan rumusan peraturan perundang-undangan yang lain terkait tindak pidana pornografi
dan UU ITE dapat dilihat dalam Pasal 45 ayat (1).

Kata Kunci: Cybercrime , Pornografi, Hukum Pidana


A. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia teknologi yang kejahatan berupa penyebaran konten yang


sudah semakin inovatif di era global telah tidak sesuai dengan norma.Kejahatan
memberikan dampak langsung kepada berkonten seks atau pornografi merupakan
masyarakat terutama bagi generasi muda. salah satu bentuk kejahatan berbasis
Media sosial dapat diakses dengan mudah digital (cybercrime) yang menjadi salah
melalui smartphone (telepon pintar) kapan satu permasalahan serius di Indonesia.
saja dan dimana saja oleh pemiliknya. Pada
Sulitnya mengatasi tindak pidana ini
umumnya remaja tergabung dengan
dikarenakan cybercrime merupakan sebuah
berbagai grup di media sosial. Media sosial
kejahatan yang terjadi tanpa adanya adanya
seperti instagram, facebook, whatsapp, line,
interaksi langsung mengenai pelaku dengan
twitter dan yang lainnya dapat menimbulkan
korban dan juga tindakan yang dapat
banyak dampak positif dan negatif. Dampak
dilakukan tanpa mengenal wilayah hukum
positifnya seperti dapat berkomunikasi
(cyberspace). Kejahatan pornografi dengan
dengan banyak orang dengan lebih praktis,
memanfaatkan dunia maya sebagai media
media sosial juga dapat menjadi sumber
penyebarannya disebut sebagai cyberporn.
penyebaran informasi yang up to date dan
Cyberporn dideskripsikan menurut Carners
juga dapat memperluas jaringan pertemanan
(dalam Carners dan Griffin, 2001), ini
dan sebagai media promosi untuk berbisnis.
termasuk mengakses konten pornografi
Sedangkan dampak negatif yang bisa timbul
online, terlibat dalam percakapan real-time
seperti mengurangi interaksi dunia luar
tentang seks dengan orang lain secara online,
secara langsung, berkurangnnya privasi,
dan menggunakan perangkat lunak
cyberbullying,penyebaran konten yang
multimedia. Definisi dari Perbuatan Pidana
tidak sesuai dengan norma dan banyaknya
Pornografi sebagaimana yang telah tertulis
kejahatan melalui media sosial hingga
dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang
kecanduan pornografi.
Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi,
Penggunaan media sosial di Indonesia yaitu: “Pornografi adalah gambar, sketsa,
mengalami perkembangan pesat. Melansir ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
Data Reportal, di tahun 2023, terdapat bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak
total 167 juta pengguna media sosial. 153 tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui
juta adalah pengguna di atas usia 18 tahun, berbagai bentuk media komunikasi dan/atau
yang merupakan 79,5% dari total populasi pertunjukan di muka umum, yang memuat
yang mengakibatkan meningkatnya kecabulan atau eksploitasi seksual yang
melanggar norma kesusilaan dalam berhubungan dengan artikel ilmiah
masyarakat”. Dari definisi tersebut Burhan ini.Spesifikasi penelitian yang dipergunakan
Bungin mengklasifikasikan tindakan yang adalah deskriptif analisis yaitu melakukan
termasuk dalam pornografi adalah pornoteks, deskripsi terhadap hasil penelitian dengan data
pornomedia, pornoaksi, pornosuara. Sebagai yang sedetail mungkin serta menggunakan
suatu bentuk kejahatan, memang dampak atau gambaran contoh putusan yang terkait
pengaruh yang diakibatkan bentuk kejahatan dengan penyebaran konten yang tidak sesuai
ini tidak dirasakan secara langsung seperti dengan norma ( Pornografi ).
kejahatan korupsi. Walaupun dikategorikan Teknik pengumpulan data dalam
sebagai suatu kejahatan seringkali pornografi penelitian ini dilakukan melalui cara penelitian
luput dari perhatian masyarakat dan penegak kepustakaan (Library Research). Bahan
hukum. Keleluasaan dan kemudahan pustaka yang digunakan meliputi bahan
berselancar secara daring juga mempermudah hukum primer (primer sources of authorities)
pemuatan daring unsur-unsur pornografi yang berupa ketentuan perundang-undangan dan
menyebar dengan cepat ke seluruh kalangan bahan hukum sekunder (secondary sources of
masyarakat tanpa terkecuali. authorities) berupa buku-buku teks, literatur
dan tulisan-tulisan para ahli pada
Berdasarkan uraian di atas menjadi
umumnya.Data yang diperoleh secara analisis
ketertarikan bagi penulis untuk mengkaji
kualitatif yang artinya hasil penelitian ini
lebih dalam permasalahan ini melalui
dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan
suatu bentuk artikel ilmiah dengan judul
uraian kalimat-kalimat yang mudah dibaca dan
“Analisis Hukum Pidana Cybercrime
dimengerti untuk diinterpretasikan dan ditarik
Tentang Penyebaran Konten Dan Jual Beli
kesimpulan.
Pornografi Dimedia Sosial “.

. C. HASIL DAN PEMBAHASAN


B. METODOLOGI PENELITIAN

Metode pendekatan yang dilakukan Saat ini teknologi informasi sudah

dalam penelitian ini adalah metode sangat melekat di kehidupan keseharian

pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan manusia, dalam hal komunikasi, pendidikan,

yang dilakukan berdasarkan bahan hukum dan juga tuntutan pekerjaan. Untuk memenuhi

utama dengan cara menelaah teori -teori, kebutuhan tersebut berbagai macam program

konsep-konsep, asas-asas hukum serta aplikasi berlomba-lomba untuk menyediakan

peraturan perundang-undangan yang fasilitas sebagai penunjang efektifitas


kehidupan sehari-hari. Kejahatan dikategorikan
sebagai suatu gejala sosial, eksistensi kejahatan kebencian, dan ponografi). Thus Wall kembali
memang sudah ada sedari awal kehidupan membagi cybercrime menjadi 4 sub-divisi
manusia di dunia. Karena perkembangan dalam kategori hukum:
dan/atau kemajuan teknologi membuat
a) Cyber-trespass, melewati batas properti
kejahatan yang awalnya dengan keterbatasan
orang lain dan mengakibatkan kerusakan
ruang, jarak, dan interaksi menjadi tanpa batas
dalam hal ini kerusakan pada system
dan lebih modern. Dapat kita lihat dalam
digital dunia maya. Contohnya peretasan,
beberapa tahun kebelakang masyarakat dengan
pengrusakan situs web, dan virus.
mudah tertipu dan ditakut-takuti dengan
b) Cyber-deceptions and thefts, mencuri
dimensi kriminal berbasis virtual.
baik uang maupun harta. Contohnya
Kewaspadaan masyarakat akan dimensi
penipuan kartu kredit, pelanggaran
kriminal virtual telah banyak dipengaruhi oleh
terhadap Kekayaan Intelektual
representasi dari media masa, yang mengambil
seseorang.
andil besar dalam menggerakkan kekhawatiran
c) Cyber-pornography, pelanggaran
publik. Suatu tindakan kriminal yang dilakukan
hukum dalam hal tindakan pencabulan,
secara virtual ini lebih dikenal dengan sebutan
kesusilaan, dan kesopanan.
cybercrime.
d) Cyber-violance, melukai/menyakiti
Cybercrime sendiri dapat seseorang secara psikologis. Seperti
didefinisikan sebagai aktivitas yang ilegal melakukan pelanggaran hukum terkait
melalui media komputer ataupun media dengan perlindungan pribadi seseorang,
sejenisnya, dan dapat diklasifikasikan lagi contohnya ujaran kebencian, dan
menjadi beberapa unsur kejahatan. Satu menguntit seseorang atas maksud dan
pendekatan umum adalah dengan membedakan tujuan kearah negatif.
antara “Computer-focused crimes” (yaitu Cybercrime dalam arti yang lebih
kejahatan yang baru muncul sebagai akibat dari luas, memiliki definisi yang berbeda dengan
hadirnya internet dan tidak dapat pula kejahatan internet dan computer crime.
dipisahkan. Contohnya, meretas, serangan Perbuatan yang dilakukan secara ilegal
virus, perusakan situs web, dan lain-lain. dengan menyasar sistem komputer sebagai
Dengan “Computerassisted crimes” (kejahatan target kejahatan seperti data komputer
yang lebih dahulu ada daripada internet, namun maupun sistem pengamannya yang disebut
mulai berkembang seiring munculnya jagat dengan Computer Crime. Internet Crime
dunia maya, seperti penipuan, pencurian, adalah suatu tindak kejahatan yang terjadi
korupsi, kekerasan seksual, ungkapan pada ranah internet, dimana dengan kondisi
computer atau gawai lainnya harus dengan mengakses jaringan komputer
terkoneksi dengan internet. Berbeda dari pribadi target dengan memanfaatkan
Computer Crime dan Internet Crime, jaringan internet.
cybercrime didefinisikan sebagai kejahatan d) Cyber Sabotage and Extortion Keterlibatan
dunia maya, baik pemanfaatan sistem dalam aktivitas yang melanggar hukum di
komputer sebagai sasarannya maupun mana korban terkena ancaman, pelecehan,
komputer dijadikan sebagai alat untuk atau pembalasan terkait data pada sistem
menjerat target kejahatan. Sehingga dapat komputernya atau perangkat lunak yang
didefinisikan bahwa computer crime dan tersambung ke koneksi internet. Seperti
internet crime termausk kedalam jenis situs web, server email, atau sistem
cybercrime atau kejahatan di dunia komputer yang telah mengalami tindakan
informasi.Pengelompokan terhadap tindak penolakan layanan yang disengaja (Denial
kejahatan yang memiliki hubungan of Service / DOS) yang diarahkan ke
menggunakan perangkat teknologi dengan layanan lain atau jenis serangan oleh
basis komputer dan juga jaringan individu jahat.
telekomunikasi dapat dibagi ke dalam e) Offense Against Intellectual Property
beberapa bentuk, yaitu: Target utama untuk serangan siber ini
a) Access to Computer System Without adalah pembagian hak kekayaan
AuthorizationSetiap tindakan yang intelektual melalui jaringan peer-to-peer
dilakukan dengan melanggar hukum, secara ilegal di internet oleh berbagai
tanpa persetujuan pemilik sistem, atau pihak. Infrigements of Privacy Tindak
tanpa sepengetahuan pemilik kejahatan berhubungan dengan informasi
komputer pribadi yang digunakan. pribadi seseorang yang tersimpan dalam
b) Illegal Uploads and Information Praktik sistem kompter, yang mana jika informasi
tertentu yang melibatkan pengunggahan tersebut tersebar dan diketahui oleh orang
informasi atau berita ke internet tentang lain dapat sangat merugikan korban secara
topik yang tidak menyenangkan atau psikologis yang menimbulkan trauma pada
negatif dapat digambarkan sebagai korban.
ancaman moral masyarakat dan bahkan Pornografi adalah praktik yang
membuat anak-anak terpapar masih belum hilang dari kehidupan
pornografi. masyarakat Indonesia. Menurut etimologi,
c) Cyber Espionage Memata-matai yang "pornografi" timbul dari kata "pornos" dan
melanggar hukum atau aktivitas lain "grafi", di mana "pornos" dapat merujuk
terhadap organisasi lain dapat dilakukan pada objek tertentu sebagai suatu perbuatan
atau tindakan asusila yang berhubungan human trafficking anak dibawah umur,
dengan perilaku seksual atau perbuatan yang aborsi, memaksa orang meminum minuman
memiliki sifat cabul atau tidak senonoh. yang memabukkan, menyerahkan anak
Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk diperkerjakan, kekerasan terhadap
maka pornografi dalam dunia maya dapat hewan, dan perjudian. Selanjutnya pada
diklasifikasikan menjadi salah satu Buku II Kitab Undang-Undang Hukum
kejahatan yaitu cyber-pornography dan Pidana Bab VI, membagi Pelanggaran
cyber-violance. Cyber-violance juga kesusilaan menjadi beberapa kategori,
termasuk didalamnya karena tidak sedikit diantaranya;mengungkapkan atau
korban-korban kejahatan pornografi ini, mempertunjukan hal yang bersifat
baik korban murni maupun pelaku sebagai pornografi, tindakan yang berhubungan
korban mengalami tekanan atau telah dengan minuman keras dan mabuk, tindakan
disakiti secara psikologis oleh pelaku murni Susila terhadapn hewan, memperjualbelikan
kejahatan pornografi ini. benda berkekuatan gaib atau pelajaran ilmu
Jika ditelaah dalam hukum positif kesaktian, menggunakan jimat saat bersaksi
yang berlaku di Indonesia, pornografi atau di persidangan.
kejahatan pornografi sampai saat ini kerap Dalam hal seseorang yang telah
kali menimbulkan kekhawatiran di tengah melakukan suatu tindakan pidana
masyarakat Indonesia telah diatur dalam dibutuhkan suatu unsur, yaitu unsur
beberapa peraturan, salah satunya kesalahan agar suatu perbuatan tindak
berdasarkan dalam Buku II KUHP Bab XIV pidana dapat dimintai pertanggungjawaban
dan juga Buku III KUHP Bab VI. Dalam karena seorang yang telah melakukan suatu
KUHP pornografi sebagai suatu tindak perbuatan melawan hukum sekalipun tidak
pidana yang bertentangan dengan norma akan diminta untuk
kesusilaan terbagi kedalam dua kategori mempertanggungjawabkan perbuatannya
yaitu Kejahatan Kesusilaan dan Pelanggaran ataupun dijatuhi hukuman pidana bila
Kesusilaan. perbuatannya tidak bisa dibuktikan secara
Kejahatan Kesusilaan legal dan meyakinkan berbuat suatu
dikategorikan menjadi 9 di dalam Buku II kesalahan. Untuk itu terdapat syarat-syarat
Kitab Undang Undang Hukum Pidana Bab suatu pertanggungjawaban pidana agar bisa
XVI, yaitu;kesusilaan di muka umum, stau tidaknya seseorang memnuhi adanya
mempertunjukkan atau membuat hal-hal unsur kesalahan. Kesalahan dibedakan
yang bersifat porno, pemerkosaan atau menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:
memudahkan perbuatan cabul lainnya,
a) Memiliki kemampuan bertanggung positif lainnya yang pemerintah tetapkan
jawab untuk mengatur perihal pornografi di
b) Terdapat unsur-unsur kesalahan kehidupan masyarakat Indonesia adalah
Kemudian unsur-unsur kesalahan dengan ditetapkannya Undang-Undang
terbagi menjadi dua, yaitu : Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
1) Unsur kesengajaan (dolus) Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 44
2) Kelalaian (culpa) Tahun 2008 memberi pengertian bahwa,
c) Tidak adanya alasan pemaaf. pornografi adalah dapat berbentuk sebuah
Ketentuan Pidana pornografi yang gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan
dapat dikenakan kepada pelaku yang suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,
memperdengarkan, mempertontonkan, dan kartun, percakapan, gerak tubuh, atau
menyewakan produk pornografi dalam bentuk pesan lainnya melalui beragam
pasal-pasal dalam KUHP dan UU bentuk media komunikasi maupun
diantaranya: pertunjukan di khalayak umum, yang
1. Pasal 282 KUHP menetapkan “Dihukum memuat eksploitasi seksual ataupun
penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun 8 kecabulan sehingga melanggar norma
(delapan) bulan atau denda sebanyak- kesusilaan di masyarakat.
banyaknya Rp 5.000,00.” Kemudian jika 2. UU Nomor 44 Tahun 2008 Tentang
pelanggaran yang dilakukan melanggar Pornografi Pasal 29 mengatur “Tindak
Pasal 283 KUHP maka pelaku dapat pidana pornografi dengan cara membuat,
diancam dengan pidana penjara paling memproduksi serta lain sebagainya dapat
lama 9 (Sembilan) bulan atau denda paling dijatuhkan pidana dengan pidana penjara
banyak Rp 600,00. Untuk pelanggaran paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
kesusilaan pada pasal 533 pelaku dapat lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda
diancam dengan kurungan paling lama 2 paling sedikit Rp 250.000.000,00 dan
(dua) bulan atau paling banyak Rp. 200,00. paling banyak Rp 6.000.000.000”. Dalam
Mengingat bahwa KUHP sudah ada dan konteks pornografi yang melibatkan anak-
digunakan sebagai dasar hukum pidana anak dibawah umur ditambah hukuman 1/3
sejak Indonesia merdeka, dapat dikatakan dari maksimum ancaman pidananya seperti
juga sebenarnya terdapat yang tertera pada pasal 37 Undang-Undang
kelemahankelemahan di dalam KUHP Pornografi “Tindak pidana dimana
yang kurang relevan untuk diaplikasikan di melibatkan anak-anak dalam kegiatan
zaman yang semakin canggih dan dan/atau sebagai objek dalam tindakan
berkembang. Sehingga, produk hukum pidana pornografi dapat dipidana dengan
pidana yang sama dengan pasal-pasal yang memiliki muatan yang melanggar
sebelumnya, dengan ditambah 1/3 dari kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam
maksimum ancaman pidananya. Pasal 27 ayat (1) dapat dipidana dengan
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
tentang Perubahan Atas UndangUndang dan/atau denda paling banyak
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
dan Transaksi Elektronik atau biasa disebut
UU ITE merupakan rumusan peraturan D. KESIMPULAN
perundang-undangan yang lain terkait
Penyelesaian dari tindak pidana
tindak pidana pornografi. Didalam
cybercrime bukan merupakan hal yang
Undang-Undang tersebut pada Pasal 27
mudah jika hanya terpaku kepada hukum
ayat (1) diatur “Setiap Orang dengan
positif konvensional, mengingat sifat dari
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
kejahatan dunia maya ini dapat juga bersifat
dan/atau mentransmisikan dan/atau
transnasional. Dengan adanya Undang-
membuat dapat diaksesnya Informasi
Undang tentang Pornografi serta Undang-
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
Undang tentang Transaksi Elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar
sangatlah membantu peengambilan tindakan
kesusilaan.” Dalam penerapan di dunia
dalam penyelesaian tindak pidana
peradilan seringkali dijumpai
kesusilaan secara online atau cyberporn.
permasalahan, seperti terjadi kaburnya
Namun, seringkali dalam penerapan
norma, terjadi kosongnya norma hukum,
aktualnya kerap kali dijumpai
maupun terjadinya konflik antar norma
permasalahan-permasalahan, seperti
hukum. Guna mengatasi persoalan tersebut
kekosongan hukum, konflik norma, dan
maka digunakan asas preferensi hukum
kekaburan norma. Untuk mengatasi
yang bertujuan dapat menunjuk peraturan
permasalahan tersebut maka berlaku asas
perundang-undangan mana yang lebih
preferensi hukum lex specialis derogat legi
tepat digunakan apabila terlanggar dalam
lex generalis. Pertanggungjawaban pidana
lebih dari 1 (satu) peraturan.
yang dapat dikenakan kepada pelaku
4. UU ITE dapat dilihat dalam Pasal 45 ayat (1)
kejahatan pornografi antara lain adalah
yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap Orang
sebagi berikut Pasal 282 KUHP, UU Nomor
yang dengan sengaja dan tanpa hak
44 Tahun 2008 Tentang Pornografi Pasal 29
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
mengatur “Tindak pidana pornografi dengan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
cara membuat, memproduksi serta lain
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
sebagainya “,Undang-Undang Nomor 19 DUNIA MAYA (CYBERPORN)(STUDI DI
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas KEPOLISIAN DAERAH JAWA
undangundang Nomor 11 Tahun 2008 TIMUR) (Doctoral dissertation, UPN"
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik VETERAN" JAWA TIMUR).
atau biasa disebut UU ITE merupakan Maulana, Jimmy. "Analisa Tindak Pidana
rumusan peraturan perundang-undangan Pornografi Melalui Media Sosial
yang lain terkait tindak pidana pornografi Berdasarkan Pasal 27 Ayat (1) Undang-
dan UU ITE dapat dilihat dalam Pasal 45 Undang Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan
ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: Atas Undang Nomor 11 Tahun 2008
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan Tentang Informasi Dan Transaksi
tanpa hak mendistribusikan dan/atau Elektronik." PhD diss., Universitas Islam
mentransmisikan dan/atau membuat dapat Kalimantan, (2021).
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Putra, Gede Bagus Doddy Surya Bramantha;
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan Darmadi, A.A Ngurah Oka Yudistira.
yang melanggar kesusilaan Pertanggungjawaban Pidana
Penyalahgunaan Media Sosial Twitter
Sebagai Wadah Penyebaran Konten
DAFTAR PUSTAKA Pornografi. Kertha Semaya: Journal Ilmu
Hukum 9, No. 10, (2021): 1724-1736
Adami. (2016). Tindak Pidana Pornografi. Rusyadi, Muhammad Muhda.
Jakarta: Sinar Grafika. "Pertanggungjawaban Pidana Terhadap
Adriansyah, A., & Layang, I. W. B. S. (2023). Pelaku Tindak Pidana Cyberporn di
Pertanggungjawaban Pidana Pada Pelaku Indonesia." PhD diss., University of
Penyebaran Dan Jual Beli Konten Muhammadiyah Malang, (2013).
Pornografi Pada Media Sosial Sari, Y. P., & Sutabri, T. (2023). ANALISIS
Telegram. JURNAL HUKUM, POLITIK PENYALAGUNAAN MEDIA SOSIAL
DAN ILMU SOSIAL, 2(3), 276-289. DALAM PENYEBARAN KONTEN DI
Gani, Alcianno. "Cybercrime (Kejahatan APLIKASI FACEBOOK MENGUNAKAN
Berbasis Komputer)." JSI (Jurnal sistem METODE SEMI DESKRIPTIF
Informasi) Universitas Suryadarma 5, no. 1 KUANTITATIF. JURSIMA (Jurnal Sistem
(2020): 16-29. Informasi dan Manajemen), 11(1), 212-216.
Hermawan, Y. A. N. (2023). PENEGAKAN
HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK
PIDANA KEJAHATAN PORNOGRAFI

Anda mungkin juga menyukai