Anda di halaman 1dari 7

JURNAL LOCUS: Penelitian & Pengabdian

Volume x No. x Bulan 2022


E-ISSN 2829-7334| P-ISSN 2829-5439
Hompage: https://locus.rivierapublishing.id/index.php/jl

HAKIKAT PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Juwita Raihanah AP HSB dan Yusna Sari

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
juwitaraihanah@gmail.com yusnasari638@gmail.com

Diterima: xx-xx-xxxx Review: xx-xx-xxxx Publish: xx-xx-xxxx


Abstrak:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan atau untuk mengetahui makna yang
sebenarnya daripada hakikat peserta didik dalam perspektif falsafah Pendidikan Islam.Yang mana
didalamnya mengandung hubungan erat dengan istilah mutarabbi,muta’allim dan muta’addib serta
kajian kajian tentang potensi psikis peserta didik dan kompetensi peserta didik.Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kajian Pustaka dengan mengumpulkan hasil analisa dari
berbagai informasi konseptual serta data-data kualitatif dan data-data kuantitatif dari berbagai
artikel ilmiah yang sudah terpublikasikan sebelumnya.Artikel ini membahas tentang hakikat peserta
didik dalam pandangan Pendidikan islam.Ada beberapa pandangan yang berkembang berkaitan
dengan peserta didik. Ada yang mendefinisikan peserta didik sebagai manusia belum dewasa, oleh
karena itu membutuhkan pengajaran, dan bimbingan dari orang dewasa atau pendidik, ada pula
yang berpendapat bahwa peserta didik adalah manusia yang memiliki fitrah atau potensi untuk
mengembangkan diri. Sedangkan dalam arti teknis, ada yang menyatakan bahwa peserta didik
adalah setiap anak yang belajar disekolah atau lembaga-lembaga pendidikan formal. Artikel ini juga
membahas tentang potensi psikis dari seorang peserta didik yang meliputi potensi Fikriyah, potensi
Ruhiyah dan potensi Nafsiyah serta kompetensi-kompetensi yang mesti dicapai seorang peserta
didik.

Kata kunci: Hakikat, Peserta didik, Pendidikan Islam

Abstract:
This is a literature review by collecting analysis results from various conceptual information as well
as qualitative data and quantitative data from various scientific articles that have been published
previously. This article discusses the nature of students in the view of Islamic education. There are
several views that have developed in relation to this. learners. There are those who define students
as immature humans, therefore needing teaching and guidance from adults or educators, there are
also those who argue that students are humans who have the nature or potential to develop
themselves. Meanwhile, in a technical sense, some state that students are every child who studies at
school or formal educational institutions. This article also discusses the psychological potential of a
student which includes Fikriyah potential, Ruhiyah potential and Nafsiyah potential as well as the
competencies that a student must achieve.

Keywords: Essence, Students, Islamic Education

Doi: 1
Nama Author
Judul Naskah

Corresponding: Nama author


E-mail: Email author

PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, ada beberapa pandangan yang berkembang berkaitan dengan
peserta didik. Ada yang mendefinisikan peserta didik sebagai manusia belum dewasan, dan
karenanya, ia membutuhkan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dari orang dewasa atau pendidik
untuk mengantarkannya menuju kepada pada kedewasaan. Ada pula yang berpendapat bahwa
peserta didik adalah manusia memiliki fitrah atau potensi untuk mengembangkan diri. Fitrah atau
potensi tersebut mencakup akal, hati, dan jiwa yang manakala diberdayakan secara baik akan
menghantarkan seseorang bertauhid kepada Allah Swt. Kemudian, ada pula yang berpendapat
bahwa peserta didik adalah setiap manusia yang menerima pengaruh positif dari orang dewasa atau
pendidik. Dalam arti teknis, bahkan ada yang menyatakan bahwa, peserta didik adalah setiap anak
yang belajar disekolah atau lembaga-lembaga pendidikan formal.

Peserta didik, ia tidak hanya sekedar objek pendidikan, tetapi pada saat-saat tertentu ia akan
menjadi subjek pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa posisi peserta didik pun tidak hanya sekedar
pasif laksana cangkir kosong yang siap menerima air kapan dan dimanapun. Akan tetapi peserta
didik harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya, sekaligus dalam upaya
pengembangan keilmuannya.

Eksistensi peserta didik sebagai salah satu sub sistem pendidikan Islam sangatlah
menentukan. Karena tidak mungkin pelaksanaan pendidikan Islam tidak bersentuhan dengan
individu-individu yang berkedudukan sebagai peserta didik. Pendidik tidak mempunyai arti apa-apa
tanpa kehadiran peserta didik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah kunci
yang menentukan terjadinya interaksi edukatif, yang pada gilirannya sangat menentukan kualitas
pendidikan Islam.

METODE PENELITIAN
Metode dari penelitian ini adalah kajian pustaka dengan mengumpulkan dan
menganalisis informasi dari berbagai artikel ilmiah seperti jurnal, buku dan lainnya yang
kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk laporan penelitian. Metode yang digunakan
antara lain iyalah pencarian kata kunci, subjek, mencari buku dan artikel jurnal ilmiah, dan
juga mengutip dari sumber-sumber ilmiah. Secara umum, kajian pustaka merupakan
seperangkat teori-teori referensi yang menjadi dasar menjawab permasalahan atau ide pokok
rumusan masalah dalam sebuah penelitian. Kajian pustaka secara umum berisikan dua
komponen utama, yaitu penelusuran kajian-kajian terdahulu dan landasan teori yang
berkaitan dengan objek penelitian. Tujuan utama dari penyusunan kajian pustaka adalah
untuk membentuk landasan pengetahuan yang sedang dilakukan sehingga mampu
mencerminkan pemahaman peneliti terhadap suatu teori.

Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian – Vol x No x Bulan, Tahun 2


Nama Author
Judul Naskah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Peserta Didik


Tentu akan timbul pertanyaan tentang peserta didik itu. Dalam hal ini dapat dengan mudah
dikatakan bahwa sebagai peserta didik untuk pertama kali adalah umat Islam laki- laki dan
perempuan. Perkataan ini berawal dari cara pandang Islam kepada umatnya meliputi asal
penciptaan, manusia adalah makhluk yang mulia, dapat membedakan, manusia memiliki kelebihan,
manusia akan mendapat balasan, dan makhluk mulia dengan beribadah. Yang paling penting lagi
adalah umat Islam harus selalu memperbaharui imannya. (Suyadi,2008:243)
Peserta didik adalah subjek pendidikan, karena merekalah yang belajar, memiliki tujuan dan
pewarisan masa depan. Secara konsepsional dan operasional perhatian pendidikan di berbagai
Negara didunia ini lebih di pusatkan kepada pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara
holistik. Konsep ini menjelaskan bahwa manusia bukan saja bertindak sebagai pemimpin (khalifah)
dalam seluruh proses, tetapi juga sebagai pelaksana dan pada akhirnya sebagai penerima hasil.
Peran utama ini dimainkan melalui kegiatan yang disebut memilih, atau membuat pilihan dan
berbagai alternatif yang berbeda dalam usaha mencapai sasaran yang telah ia tetapkan. Perannya
untuk membuat pilihan ini tampaknya tidak dielakkan oleh manusia dalam pelaksanaan berbagai
fungsi utamanya. (M. Irsyad Djuwaeli,1998:22)Istilah untuk peserta didik mempunyai sinonim yang
banyak seperti dalam bukunya Abuddin Nata yang berjudul “Persfektif Islam tentang pola hubungan
guru murid” bahwa istilah peserta didik adalah Murid, (Abuddin Nata,2001:49) sedangkan didalam
bukunya Syafaruddin dkk yang berjudul “Ilmu Pendidikan Islam” di istilahkan dengan anak didik,
(Syafaruddin,2006:61) dan istilah-istilah lainnya.
Berbicara tentang peserta didik, dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”
maka istilah yang tepat untuk menyebut indivudu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan
bukan anak didik.Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi
juga pada orang-orang dewasa.Sementara istilah anak didik hanya khusus bagi individu yang berusia
kanak-kanak.Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak
hanya di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti majelis
taklim, paguyuban, dan sebagainya. (Abdul Mujib,2008:103)
Hakikat Peserta Didik
Dalam perspektif falsafah pendidikan Islami, semua makhluk pada dasarnya adalah peserta
didik. Sebab, dalam Islam, sebagai murabbi, mu’allim, atau muaddib, Allah Swt pada hakikatnya
adalah pendidik bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dialah yang mencipta dan memelihara seluruh
makhluk. Pemeliharaan Allah Swt mencakup sekaligus kependidikan-Nya, baik dalam arti tarbiyah,
ta’alim, maupun ta’adib.Karenanya, dalam perspektif falsafah pendidikan Islam, peserta didik itu
mencakup seluruh makhluk Allah Swt, seperti malaikat, jin, manusia, tumbuhan, hewan, dan
sebagainya. Namun, dalam arti khusus dalam perspektif falsafah pendidikan Islami peserta didik
adalah seluruh al-insan, al-basyar, atau bany adam yang sedang berada dalam proses perkembangan
menuju kepada kesempurnaan atau suatu kondisi yang dipandang sempurna (al-Insan al-Kamil).
Terma al-Insan, al-basyar, atau bany adam dalam defenisi ini memberi makna bahwa
kedirian peserta didik itu tersusun dari unsur-unsur jasmani, ruhani, dan memiliki kesamaan
universal, yakni sebagai makhluk yang diturunkan atau dikembangbiakan dari Adam a.s. kemudian,
terma perkembangan dalam pengertian ini berkaitan dengan proses mengarahkan kedirian peserta
didik, baik dari fisik (jismiyah) maupun diri psikhis (ruhiyah) – aql, nafs, qalb – agar mampu
menjalankan fungsi-fungsinya secara sempurna. Misalnya, ketika dilahirkan, fisik manusia dalam
keadaan lemah dan belum mampu mengambil atau memegang benda dan kaki belum mampu
melangkah atau berjalan. (Al-rasyidin,2008:148)

Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian – Vol x No x Bulan, Tahun 3


Nama Author
Judul Naskah

Dalam bukunya Samsul Nizar yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, yang dikutip dari bukunya Ahmad D. Marimba dengan judul buku Pengantar
filsafat Pendidikan Islam bahwa “dalam Paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang
yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun
rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada
bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan
pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan”.Melalui Paradigma tersebut bahwa peserta didik
merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk
membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya
menuju kedewasaan. Potensi suatu kemampuan dasar yang dimilikinya tidak akan tumbuh dan
berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik.
Potensi-Potensi Psikis Peserta Didik
Pada hakikatnya, tujuan pembelajaran adalah untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan potensinya secara optimal.Potensi peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan
dan karakteristik atau sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang
memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang
terdapat dalam diri peserta didik.Pendidik harus memiliki motivasi dan kemauan bekerja keras untuk
mengenali dan memahami potensi peserta didik dengan cermat dan objektif.Pemahaman akan
potensi peserta didik yang baik dapat memberikan gambaran yang tepat tentang
keunikan,kelebihan,kekurangan,dan karakter peserta didik serta dapat mengetahui potensi peserta
didik.Hal ini sangat berguna supaya pendidik dapat merencanakan pembelajaran yang efektif dan
efisien.Jika pembelajaran sudah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik, maka peserta
didik akan dengan mudah meraih prestasi terbaiknya. Ada 3 potensi yang perlu dikembangkan oleh
peserta didik yaitu potensi Fikriyah, potensi Ruhiyah dan potensi Nafsiyah.
a. Potensi Fikriyah
Potensi fikriyah atau potensi intelektual adalah potensi kecerdasan yang terdapat di otak
manusia (terutama otak bagian kiri). Fungsi dari potensi ini yaitu untuk merencanakan sesuatu,
menghitung dan menganalisis. Potensi inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan.
Manusia memiliki kemampuan untuk berfikir. Tidak seperti hewan yang hanya mengandalkan
instingnya. Mengenai potensi ini, kita sebagai generasi pendidik harus mengerti apa yang harus
diberikanuntuk mengasah dan mengembangkan potensi ini. Tentu saja, ilmu yang bermanfaatlah
yang harus kita pelajari. Janganlah mempersempit memori otak kitauntuk sesuatu yang tak
berguna.
b. Potensi Ruhiyah

Kata ruhiyah dalam bahasa Indonesia memiliki arti rohani atau spiritual yang merupakan
lawan dari kata maadi atau materiil. Aspek rohaniah (spiritual)- psikologis adalah aspek yang
didewasakan dan di-insan kamil-kan melalui pendidikan sebagai elemen yang berpretensi positif
dalam pembangunan kehidupanyang berkeadaban. Yang dimaksud aspek rūhiyyah adalah aspek
psikis manusiayang bersifat spiritual dan transandental. Menurut Ibnu Sina, ruh
adalahkesempurnaan awal jism alami manusia yang tinggi yang memiliki kehidupandengan daya.
Dengan demikian, dalam potensi ruhiyah terdapat pertanggungjawaban atas diberinya manusia
kekuatan pemikir yang mampu untuk memilih dan mengarahkan potensi-potensi fitrah yang
dapat berkembang di ladang kebaikan dan ladangkeburukan ini. Karena itu, jiwa manusia bebas
tetapi bertanggung jawab. Ia adalah kekuatan yang dibebani tugas, dan ia adalah karunia yang
dibebani kewajiban.

Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian – Vol x No x Bulan, Tahun 4


Nama Author
Judul Naskah

c. Potensi Nafsiyah

Aspek nafsiyah adalah keseluruhan kualitas khas kemanusiaan berupa pikiran, perasaan,
kemauan dan kebebasan. Aspek ini merupakan persentuhanantara aspek jismiyyah dengan
aspek rūhiyyah. Aspek ini mewadahi kedua aspekyang saling berbeda dan mungkin berlawanan.
Aspek nafsiyyah ini memiliki tigadimensi utama lagi yaitu Al-Nafs, Al-Aql dan Al-Qalb yang
menjadikan aspeknafsiyyah ini mewujudkan peran dan fungsinya.
Dimensi al-nafs adalah dimensi yang memiliki sifat-sifat kebinatangan dalam sistem psikis
manusia. Sedangkan dalam Al-Qur’an katanafs menunjukkansesuatu di dalam diri manusia yang
menghasilkan tingkah laku seperti yang terteradalam Q.S. Al-Ra’d:11: Artinya: “Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalumengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaumsehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabilaAllah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapatmenolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.” Pada surat han), Al-Nahy (melarang), dan Al-Man’ (mencegah).
Berdasarkan makna bahasa ini maka yang disebut orang berakal (Al-Aqil) adalah orang yang
mampumenahan dan mengikat hawa nafsunya sehingga mampu bereksistensi. Aspek nafsiyyah yang
ketiga adalah Al-Qalb atau kalbu, merupakan materiorganik yang memiliki sistem kognisi yang
berdaya emosi. Al-Ghazali secara tegas melihat kalbu dari dua aspek yaitu kalbu jasmani dan kalbu
rohani. Kalbu jasmani adalah daging sanubari yang berbentuk jantung pisang yang terletak di dalam
dadasebelah kiri. Kalbu ini lazimnya disebut jantung (heart). Sedangkan kalbu rohaniadalah sesuatu
yang bersifat halus (lathīf), rabbanī dan rohani yang berhubungandengan kalbu jasmani. Bagian ini
merupakan esensi manusia. Kata qalb terambildari akar kata yang bermakna membalik karena
seringkali berbolak-balik; sekalisenang, sekali susah, sekali setuju, dan sekali menolak. Qalb amat
berpotensi untuktidak konsisten. Ketiga potensi ini harus diperhatikan oleh setiap peserta didik
secaraseimbang satu sama lain. Karena potensi dalam diri peserta didik sangat penting bagi pendidik
maupun peserta didik.
Bagi pendidik potensi diperlukan untuk menentukan strategi belajar, pemberian stimulus,
dan juga tindakan-tindakan yangtepat supaya potensi dalam diri peserta didik dapat tergali dengan
baik dan dapatmembantu kesuksesan peserta didik dalam belajar di jenjang-jenjang selanjutnya.
(Rahman,2022:2)
Kompetensi Kompetensi Peserta Didik
Kompetensi peserta didik adalah kemampuan yang harus dimiliki/dicapai peserta didik
setelah mengikuti mengikuti pembelajaran. Kemampuan tersebut adalah perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya
mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam
pola perilaku sehari-hari. Kompetensi peserta didik Kompetensi peserta didik adalah kemampuan
yang harus dimiliki/dicapai peserta didik setelah dikenal dengan istilah 4C, yaitu Critical Thinking,
Comunication, Creativity dan Collaboration.
1.Critical Thinking (Berpikir Kritis)
Berpikir kritis adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik untukmemahami
sebuah masalah yang rumit, menghubungkan informasi satu dengan informasi lainnya
sehingga akan muncul berbagai perspektif dan akan ditemukansolusi dari suatu masalah.
Selain itu, critical thinking juga bisa dimaknai sebagai kemampuan nalar, memahami dan
juga membuat pilihan yang rumit, memahami hubungan antara sistem, menyusun,

Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian – Vol x No x Bulan, Tahun 5


Nama Author
Judul Naskah

mengungkapkan, menganalisis sertamenyelesaikan masalah. Kemampuan satu ini harus


dimiliki oleh peserta didik supaya dimanapun berada bisa berpikir kritis dan bisa
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Tidak hanya itu saja, peserta didik yang
memilikikemampuan ini tidak mudah untuk dibohongi karena bisa membedakan mana
kebenaran dan kebohongan, fakta maupun opini, serta fiksi dan non-fiksi. Berpikir kritis akan
menjadi modal bagi peserta didik untuk lebih bijak dalam mengambilsuatu keputusan.
2.Communication (Komunikasi)
Peserta didik diharuskan untuk memiliki kemampuan komunikasi dengan baik. Hal
ini dikarenakan kemampuan komunikasi yang dimiliki bisa membuat peserta didik
mengekspresikan apa yang ada di dalam pikirannya lalu diungkapkan atau disampaikan
secara lisan maupun tulisan. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka pesan yang
disampaikan bisa diterima dengan baik oleh penerima pesan.
3.Creativity (Kreativitas)
Kreativitas sangat diperlukan oleh peserta didik supaya lebih berani untuk mencari
serta mengungkapkan ide-ide yang ada di dalam kepalanya. Kreativitas initidak hanya
terbatas pada penciptaan produk atau barang baru. Akan tetapi, kemampuan ini bisa
diaplikasikan untuk mengembangkan suatu hal yang sudah ada menjadi lebih baik lagi. Salah
satu cara yang bisa dilakukan untuk mengasah kreativitas peserta didik adalah dengan
mengajaknya untuk bebas mengeksplorasi pikiran dan imajinasinya. Orang tua atau guru
bisa membantu peserta didikmengembangkan kreativitas dengan cara memberikan
dukungan maupun wadah yang tepat agar peserta didik tidak takut untuk selalu berkreasi.
4.Collaboration (Berkolaborasi)
Manusia harus hidup dengan bersosialisasi dan tidak boleh hidup individual ataupun
menang sendiri. Kesuksesan juga peru untuk diraih bersama-sama denganmelakukan
kolaborasi atau kerjasama dengan orang lain. Dengan melakukan kolaborasi maka masing-
masing pihak bisa mengisi kelebihan maupun kekurangansatu sama lain. Kondisi tersebut
tentu akan membuat hasil akhir yang diraih menjadilebih maksimal. Tidak hanya itu saja,
melalui kolaborasi, peserta didik akan belajar bertanggung jawab dengan peran yang
dimiliki, saling berempati serta bisa menghormati pendapat orang lain yang berbeda.
Penerapan kompetensi pembelajaran 4C perlu diperhatikan karena berguna untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan menyiapkan peserta didik dalammenghadapi
tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan 4C ini harus dimiliki peserta didik dari
seluruh jenjang pendidikan, termasuk anak-anak usia taman kanak-kanak, yang baru
memasuki dunia belajar, hingga bangku dunia sekolah menengah atas atau SMA bahkan bagi
Mahasiswa.
Insan Kamil
Yakni Puncak Perkembangan Peserta Didik.Insan kamil berasal dari dua kata yaitu insan dan
kamil. Insan yang artinya manusia dan kamil asal katanya adalah kamala, yukmilu, kamilan yang
artinya sempurna. Insan kamil adalah manusia paripurna, dan bagi sufi insan kamil adalah lokus
(tempat atau kedudukan) penampakan diri Tuhan yang paling sempurna meliputi nama-nama dan
sifat-sifatNya (Kamus Idris,87).Insan kamil atau manusia yang sempurna menjadi salah satu tingkat
julukan paling tinggi dan sempurna akhlak serta imannya dalam Islam.Ibnu Arabi mengatakan
“segala sesuatu adalah didalam dirimu dan dari dirimu, sehingga tidak ada sesuatu yang datang
kepadamu (tara’a alayka), suatu perkara yang asing yang ia tidak ada pada dirimu. Karena itu,

Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian – Vol x No x Bulan, Tahun 6


Nama Author
Judul Naskah

tidaklah disingkapkan untukmu kecuali dirimu sendiri”. (Fahrudi-Miyah,2017:23).Sedangkan


perkembangan peserta didik terbagi sesuai periodenya yaitu sebagai berikut;
1. Periode Sekolah Dasar (SD)
2. Periode Sekolah Menengah Pertama (SMP)
3. Periode Sekolah Menengah Atas (SMA)

Kesemua perubahan-perubahan tersebut akhirnya berdampak pada perkembangan aspek


kognitif (kecerdasan), afektif (perasaan) maupun psikomotorik(gerak).

KESIMPULAN
Dalam istilah Islam, seorang peserta didik dikenal dengan istilah thalib, berasal dari akar kata
thalaba-yathlubu yang berarti mencari atau menuntut. Pengertian Peserta didik dalam pendidikan
Islam adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, untuk mencapai tujuan pendidikannya
melalui lembaga pendidikan, peserta didik merupakan orang-orang yang sedang memerlukan
pengetahuan atau ilmu. Pada hakikatnya, tujuan pembelajaran adalah untuk membantu peserta
didik dalam mengembangkan potensinya secara optimal. Ada 3 potensi yang perlu dikembangkan
oleh peserta didik, yaitu potensi fikriyah (potensi kecerdasan yang terdapat di otak manusia yang
berfungsi untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis), potensi ruhiyah (aspek
rohaniah yaitu aspek yang didewasakan dan di-insan kamil-kan melalui pendidikan sebagai elemen
yang berpretensi positif), dan potensi nafsiyah (aspek yang keseluruhan kualitas khas kemanusiaan
berupa pikiran, perasaan, kemauan dan kebebasan).

DAFTAR PUSTAKA

Al-Rasyidin, (2008), Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi, Epistomologi dan
Aksiologi Praktik Pendidikan Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis, Cet. I, hlm. 148.
Djuwaeli, M.Irsyad.(1998), Pembaruan Kembali Pendidikan Islam Ciputat: Karsa Utama Mandiri dan
PB Mathla’ul Anwar, hlm. 22.
Miyah, Af-Fahrudi. (2017), Jurnal Studi Islam, -ejournal.inkafa.ac.id (25-10- 18: 11.20) hal 23
Mujib, Abdul. (2008), Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Fajar Interpratama Offset, hlm. 103.
Nata, Abuddin. (2001), Persfektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, hlm. 49.
S. Rahman, (2022), Konsep Tentang Potensi-potensi Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Implemetasinya dalam Pendidikan. Jurnal Adzkiya, 6(2), Article 2
Suyadi, (2008), “Peserta Didik Zaman keemasan Islam” dalam buku Suwito: Sejarah Sosial Pendidikan
Islam Jakarta: kencana, hlm. 243.
Syafaruddin dkk, (2006), Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Hijri Pustaka Utama, hlm. 61.

Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian – Vol x No x Bulan, Tahun 7

Anda mungkin juga menyukai