Anda di halaman 1dari 11

“MAKALAH ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI CYBERCRIME ILLEGAL CONTENT”

DI SUSUN OLEH :
SELLA ADELIA
NPM 2059201069

Dosen Pengampu : Ari Santoso, S.kom.M.T.I

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI


PRODI SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas terselesaikannya
Makalah Etika Profesi dan Profesi (Illegal Content). Tujuan pembuatan makalah ini
untuk memenuhi salah satu mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi dan
Komunikasi pada Program S1.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini memiliki banyak


kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap
pembaca dapat memaklumi atas segala kekurangan makalah ini, karena penulis
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari khilaf serta keterbatasan kemampuan
penulis sehingga yakin bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran spenelitian yang bersifat membangun
demi kesempurnaan dimasa yang akan datang sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagi kami, umumnya bagi rekan-rekan maupun pembaca
meskipin dalam laporan ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Terima Kasih

Kotabumi, november 2023

Sella adelia
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yan gtimbul karena
pemanfaatan teknologi internet. Kebutuhan akan teknologi jaringan komputer
semakin meningkat. Selain sebagai media penyedia informasi, melalui
Internet pula kegiatan komunikasi komersial menjadi begian terbesar, dan
terpesat pertumbuhannya serta, menembus berbagai batas negara. Bahkan
melalui jaringan ini kegiatan pasar di dunia bisa diketahui selama 24 jam.
Melalui dunia internet atau disebut juga cyberspace, apapun dapat dilakukan.
Segi positif dari dunia maya ini tentu saja menambah trend perkembangan
teknologi dunia dengan segala bentuk kreatif manusia. Namun dampak
negatifnya pun tidak bisa dihindari.

Munculnya beberapa kasus cybercrime di indonesia, seperti pencuri


kartu kredit, hacking beberapa situs, transmisi data orang lain, misalnya email
dan memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak
dikendaki ke dalam programmer komputer. Sehingga dalam kejahatan
komputer dimungkuinkan adanya delik formil dan delik materiall. Delik
formil adalah perbuatan pernuatan seseorang yang memasuki komputer orang
lain tanpa ijin, sedangkan delik material adalah perbuatan yang menimbulkan
akibat kerugian bagi orang lain.

Adanya cybercrime telah menjadi ancaman stabilitas, sehingga


pemerintah sulit mengimbangkan teknik kejahatan yang dilakukan dengan
teknologi komputer, khusunya jaringan internet dan internet.

b. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya, mengenai pentingnya etika profesi teknologi
dan informasi.
2. Menambah pengetahuan mengenai jenis-jenis cybercrime.
3. Mengetahui pengkajian terhadap perundangan yang dimiliki kaitan
langsung maupun tidak langsung dengan munculnya tindakan
cybercrime khususnya Ilegal Content.
4. Memberikan pemahaman kepada rekan-rekan mahasiswa mengenai
kompleknya kejahatan yang dapat terjadi di dunia internet. Sedangkan
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi matakuliah
Etika Profesi Teknologi & Komunikasi.

c. Ruanglingkup
Untuk mencapai tujuan supaya penulissan yang dilakukan lebih terarah dan
tidak keluar dari topik pembahasan, maka penulis hanya membahas jenis
cybercriem dalam lingkup Ilegal Content di Indonesia, dan
penanggulangannya serta penegakan hukum Etika Profesi Teknologi &
Informasi di Indonesia.

d. SistematikaPenulisan
Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik dalam penulisan makalah ini dan
untuk memperjelas isi.
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Cybercrime

Cybercrime adalah tindak kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi


komputer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan yang
memanfaatkan perkembangan teknologi komputer khususnya internet.

Terdapat beragam pemahaman mengenai cybercrime. Cybercrime terdiri dari dua


kata yaitu “Cyber” dan “Crime”. “Cyber” merupakan singkatan dari “Cyberspace”,
yang berasal dari kata “Cybernetics” dan “Space”. Istilah “Cyberspace” muncul
pertama kali pada tahun 19984 dalam novel William Gibson yang berjudul
Neuromancer. Sedangkan “Crime” berarti “kejahatan”. Seperti halnya internet dan
cyberspace, terdapat berbagai pendapat mengenai kejahatan. Menurut B.Simanjuntak
kejahatan merupakan “suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak
dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.

Cybercrime, didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan


teknologi komputer yang berbasis pada kecanggihan perkembangan teknologi
internet. Segi positif dari dunia maya ini tentu saja menambah trend perkembangan
teknologi dunia dengan segala bentuk manusia. Namun dampak negatif pun tidak bisa
dihindari. Tatkala tindakan kriminal telah marak di media internet, masyarakat pun
tak bisa berbuat banyak.

2. Karakteristik cybercrime

Cybercrime memiliki karakteristik yaitu :


a. Ruang lingkup kejahatan
Ruang lingkup kejahatan cyber crime bersifat global. Cyber crime sering kali
dilakukan secara trans nasional. Melintas batas negara sehingga sulit
dipastikan yuridikasi hukum negara yang berlaku terhadap pelaku.
Karakteristik internet dimana orang dapat berlalu-lalang tanpa identitas
(anonymous) memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas kejahatan yang tak
terbentuk hukum.
b. Sifat kejahatan cybercrime tidak menimbulkan kekacauan yang mudah terlihat
(non-violence)
c. Pelaku kejahatan
Pelaku cyber crime lebih bersifat universal, maksudnya adalah umumnya
pelaku kejahatan adalah orang-orang yang menguasai pengetahuan tentang
computer, teknik pemograman dan seluk-beluk dunia cyber.
BAB III

PENUTUP

1. Illegal content

Menurut kejahatan dengan masukkan data atau informasi ke internet tentang


sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum
atau menggunakan ketertiban umum. Sebagai contohnya, pemuatan suatu
berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat atau harga diri
pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan pornografi atau pemuatan suatu
informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk
melawan pemerintahan yang sah dan sebagainya.

Illegal Content menurut pengertian diatas dapat disederhanakan pengertiannya


menjadi : kegiatan menyebarkan (mengunggah, menulis) hal yang salah atau
diarang/dapat merugikan orang lain. Yang menarik drai hukuman atau sangsi
untuk beberapa kasus seseorang yang terlibat dalan “illegal content” ini ialah
hanya penyebar atau yang melakukan proses unggah saja yang mendapat
sangsi sedangkan yang mengunduh tidak dapat mendapat hukuman apa apa
selain hukuman moral dan perasaan bersalah setelah mengunduh file yang
tidak baik.

Contoh kasus belakangan ini marak sekali terjadi pemalsuan gambar yang
dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan cara
mengubah gambar seseorang (biasanya artis atau public figure lainnya)
dengan gambar yang tidak senonoh menggunakan aplikasi komputer seperti
Photoshop. Kemudian gambar ini dipublikasikan lewat internet dan
tambahkan sedikit berita palsu berkenaan dengan gambar tersebut. Hal ini
sangat merugikan pihak yang menjadi korban karena dapat merusak image
sesorang. Dan dari banyak kasus yang terjadi, para pelaku kejahatan ini susah
dilacak sehingga proses hukum tidak dapat berjalan dengan baik.

Akhir-akhir ini juga sering terjadi penyebaran hal-hal yang tidak terpuji
kebenran akan faktanya yang terbesar bebas di internet, baik itu dalam bentuk
foto, video, maupun berita-berita. Dalam hal ini tentu saja mendatang
kerugian bagi pihak yang menjadi korban dalam pemberitahuan yang tidak
benar tersebut, seperti kita ketahui pasti pemberitaan yang beredar berita yang
sifatnya negatif.

Biasanya peristiwa seperti ini banyak terjadi pada kalangan selebriti, baik itu dalam
bentuk foto maupun video. Seperti yang di alami baru-baru ini tersebar foto-foto-
mesra di kalangan selebriti, banyak dari mereka yang menjadi korban dan
menanggapinya dengan santai karena mereka tidak pernah merasa berfoto seperti itu.
Ada juga dari mereka yang mengaku itu memang koleksi pribadinya namun mereka
bukanlah orang yang mengunggah foto-foto atau vieo tersebut ke internet, mereka
mengatakan ada tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab melakukan perbuatan
tersebut. Ada juga yang mengaku bahwa memang ponsel atau laptop pribadi mereka
yang didalamnya ada foto-foto atau video milik pribadi hilang, lalu tak lama
kemudian foto-foto atau video tersebut muncul di internet.

2. Contoh Kasus Illegal Content

Wakil Bupati Bogor Tersangka Kasus Vidio Mesum

TEMPO.CO, Bogor – Kepolisian Daerah Jawa Barat menetapkan Wakil Bupati


Bogor Karyawan Faturahman sebagai tersangka dalam kasus dugaan penyebaran
video mesum yang melibatkan mantan Ketua DPR PDIP Jawa Barat Rudy Harsa
Tanaya.Kasus video mencuat sekitar tahun 2010.

“Surat panggilan KF sebagai tersangka sudah dilayangkan untuk hadir (diperiksa


dipolda) hari kamis besok (23 mei 2013),” Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat
Komisaris Besar Martinus Sitompul melalui pesan singkat yang di terima tempo,
Rabu malam , 22 Mei 2013.

Karyawan Faturahman yang tercatat sebagai ketua DPC PDI perjuangan kabupaten
bogor tersandung kasus penyebaran vidio porno Rudy Harsa Tanaya. Martinus
Mengatakan, Wabup Bofor ini dijerat pasal 29 Undang-Undang Pornografi dan Pasar
55 KUHP tentang turut serta atau menyuruh menyeruh seseorang melakukan
kejahatan.

Pelaku dan Peristiwa dalam Kasus Illegal Content


Pelaku : pelaku yang menyebarkan informasi electronic dan/atau dokumen electronic
yang bermuatan illegal content dapat perseorangan atau badan hukum, sesuai isi pasal
1 angka 21 UU ITE bahwa “Orang adalah orang perorangan, baik negara indonesia,
warga negara asing, maupun badan hukum”. Keberadaan badan hukum diperjelas
kembali dalam pasal 52 ayat (4) UU ITE bahwa korporasi yang melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 sampai pasal 37 UU ITE, termasuk
menyebarkan informasi elektronic dan/atau dokumen electronic yang bermuatan
illegal content dikenakan pemberatan pidana pokok ditambah dua pertiga.

Peristiwa : perbuatan penyebaran informasi electronic dan/atau dokumen electronic


seperti dalam pasal 27 sampai pasal 29 harus memenuhi unsur :

1. Illegal Content seperti penghinaan, pencemaran nama baik, pelanggaran


kesusilaan, berita berbohong, perjudian, pemasaran, pengancaman,
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu, ancaman kekrasan
atau mankut-nakuti secara pribadi.
2. Dengan sengaja dan tanpa hak, yakni dimaksudkan bahwa pelaku mengetahui
dan menghendaki secara sadar tindakannya itu dilakukan tanpa hak. Pelaku
secara sadar mengetahui dan menghendaki bahwa perbuatan
“mendistribusikan” dan/atau “mentransmisikan” dan/atau “membuat dapat
diaksesnya informasi electronic dan/atau dokumen electronic adalah memiliki
muatan melanggar kesusilaan. Dan tindakan tersebut dilakukannya tidak
/egitimate interest.

Perbuatan pelaku berkaitan illegal content dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Penyebaran informasi electronic yang bermuatan illegal content


2. Membuat dapat diakses informasi electronic yang bermuatan illegal content.
3. Memfasilitasi perbuatan penyebaran informasi electronic, membuat dapat
diakses informasi electronic yang bermuatan illegal content (berkaitan dengan
pasal 34 UU ITE)

Solusi pencegahan cybercrime illegal content :

1. Tidak emasang gambar yang tidak dapat memancing orang lain untuk
merekayasa gambar tersebut sesuka hatinya.
2. Memproteksi gambar atau foto pribadi dengan sistem yang tidak dapat
memungkinkan orang lain mengakses secara leluasa.
3. Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta hukum acaranya, yang
diselaraskan dengan konvensi internasional yang terkait dengan kejahatan
tersebut.
4. Mengkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar
internasional
5. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak hukum mengenai
upaya pencegahan, investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang
berhubungan dengan cybercrime.
6. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai maslah cybercrime serta
pentingnya dengan cybercrime.
7. Meningkatkan kerjasama antar negara, baik bilatera, regional maupun
multirateral, dalam upaya penanganan cybercrime, antara lai melalui
perjanjian ekstradisi dan mutual assitance treaties yang menepatkan tindak
pidana di bidang telekomikasi, khusunya internet, sebagai prioritas utama.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah cybercrime ilegal conten adalah
sebagai berikut:

1. Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena


pemamfaatan teknologi.
2. Jenis cybercrime ada 11 macam yaitu Unauthorized Access to Computer
System and Service, Data Forgery, Cyber Espionage, Cyber Sabotage and
Extortion, Offense against Intellectual Property, Infringements of Privacy dan
Ilegal Contents.
3. Langkah penting yang harus dilakukan setiap Negara dalam penanggulangan
cybercrime adalah melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta
hukum acaranya, meningkatkan system keamanan jaringan computer secara
nasional secara internasional, meningkatkan pemahaman serta keahlian
aparatur penegak hokum mengenai upaya pencegahan investasi dan
penuntutan perkara-perkara yang berhubungan dengan cybercrime,
meningkatkan kesadaran warga Negara mengenai masalah cybercrime serta
petingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi, meningkatkan kerja sama
dalam upaya penanganan cybercrime.

Anda mungkin juga menyukai