Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEJAHATAN INTERNET
Mata Kuliah:
Etika Profesi Dan Kecakapan Antar Personal

DOSEN PENGAMPU
Ibnu Choldun R, ST.,MT

DISUSUN OLEH

Nenden Purbasari 2183012

PROGRAM STUDI D III MANAJEMEN INFORMATIKA


POLITEKNIK POS INDONESIA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S. W. T, karena atas segala rahmat dan hidayah-
Nya maka makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran perbaikan, agar pada makalah selanjutnya
dapat menjadi lebih baik.

Walhamdulillahirabbil’aalamin.

Bandung, April 2020

Sang penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................................4

I.1 Latar Belakang................................................................................................................4

I.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................5

I.3 Ruang Lingkup...............................................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................................6

II.1 Kejahatan Internet.........................................................................................................6

II.1.1 Pengertian Kejahatan Internet.....................................................................................6

II.1.2 Karakteristik Kejahatan Internet.................................................................................7

II.1.3 Jenis-jenis Kejahatan Internet.....................................................................................8

II.4 Kasus Kejahatan Internet.............................................................................................11

II.2 Pengaturan Kejahatan Internet dalam Perundang-undangan Indonesia........................13

II.3 Permasalahan dalam Penyidikan terhadap Kejahatan Internet.....................................17

BAB III..................................................................................................................................19

KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................19

III.1 Kesimpulan................................................................................................................19

III.2 Saran..........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seiring semakin berkembangnya kemajuan teknologi telekomunikasi, media,
dan informatika, telah melahirkan internet sebagai salah satu fenomena penting
dalam kehidupan manusia. Keberadaan aplikasi internet telah membawa berbagai
dampak positif bagi kehidupan kita. Internet telah menyediakan akses yang
murah, cepat, dan dapat dilakukan setiap saat untuk mempermudah kita
mendapatkan berbagai informasi yang kita inginkan dari seluruh dunia. Namun
selain telah memberikan dampak positif, internet juga dapat memberikan dampak
negatif. (Hamzah, 1990)

Internet yang memberi harapan akan kemudahan dalam mendapatkan


informasi ternyata tidak selamanya demikian karena dalam internet juga terdapat
sisi gelap yang disebut kejahatan internet. Perkembangan yang pesat dalam
pemanfaatan jasa internet mengundang terjadi nya kejahatan. Maraknya kejahatan
internet di Indonesia dan di negara-negara lain membuat banyak pihak terus
berusaha memberantasnya dengan berbagai macam cara. Salah satu dasarnya
yaitu dengan cara memahami tentang kejahatan internet dari berbagai sisi.
(Widodo, 2013)

Munculnya beberapa kasus kejahatan internet, seperti pencurian kartu kredit,


hacking beberapa situs, menyadap transmisi data orang lain, misalnya email dan
memanipulasi data dengan cara menyiapkan perintah yang tidak dikehendaki ke
dalam program Komputer. Sehingga adanya kejahatan internet, telah menjadi
ancaman stabilitas, sehingga pemerintah sulit mengimbangi teknik kejahatan yang
dilakukan dengan teknologi komputer, khususnya jaringan internet. Makalah ini
merupakan kajian terhadap bentuk –bentuk kejahatan internet sebagai sebuah

4
kejahatan, pengaturannya dalam sistem perundang-undangan Indonesia dan
hambatan-hambatan yang ditemukan dalam penyelidikan.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan maka dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk kejahatan internet?
2. Apa saja karakteristik dan jenis kejahatan internet?
3. Apakah undang-undang yang berlaku di Indonesia dapat diterapkan
terhadap semua bentuk kejahatan internet tersebut?
4. Masalah apa saja yang ditemukan dalam proses penyidikan terhadap
kejahatan internet?

I.3 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dari penulisan ini adalah mengenai kajian terhadap
bentuk –bentuk kejahatan internet sebagai sebuah kejahatan, pengaturannya
dalam sistem perundang-undangan Indonesia dan hambatan-hambatan yang
ditemukan dalam penyidikan.

5
BAB II

PEMBAHASAN
II.1 Kejahatan Internet

II.1.1 Pengertian Kejahatan Internet


Kejahahatan internet atau cyber crime kejahatan yang dilakukan oleh
seseorang maupun kelompok dengan menggunakan sarana komputer dan alat
telekomunikasi lainnya. Seseorang yang menguasai dan mampu
mengoperasikan komputer seperti operator, programmer, analyze, manager,
kasir juga dapat melakukan cyber crime. Cara yang bisa dilakukan dengancara
merusak data, mencuri data, dan menggunakannya secara ilegal. Faktor yang
dominan mendorong berkembangnya cyber crime itu sendiri adalah pesatnya
perkembangan teknologi komunikasi seperti komputer, telepon pintar dan
alat telekomunikasi lainnya yang dipadukan dengan perkembangan teknologi
komputer (Sutarman, 2007)

Sebagian besar dari perbuatan cyber crime dilakukan oleh seseorang


yang sering disebut cracker. Kegiatan hacking atau cracking yang merupakan
salah satu bentuk cyber crime tersebut telah membentuk opini umum para
pemakai jasa internet bahwa cyber crime merupakan suatu perbuatan yang
merugikan bahkan amoral. Perbuatan cracker juga telah melanggar hak-hak
pengguna jasa internet sebagaimana dijelaskan dalam The Declaration of The
Rgihts of Netizens yang disusun oleh Ronda Hauben.

6
II.1.2 Karakteristik Kejahatan Internet
Selama ini dalam kejahatan konvensional, dikenal adanya dua jenis
kejahatan sebagai berikut:

1. Kejahatan Kerah Biru (Blue Collar Crime) Kejahatan ini merupakan jenis
kejahatan atau tindak criminal yang dilakukan secara konvensional seperti
misalnya perampokan, pencurian, pembunuhan,dll.

2. Kejahatan Kerah Putih (White Collar Crime)

Kejahatan jenis ini terbagi dalam empat kelompok kejahatan,yakni


kejahatan korporasi, kejahatan birokrat, malpraktek, dan kejahatan
individu. Cybercrime sendiri sebagai kejahatan yang muncul sebagai
akibat adanya komunitas dunia maya di internet, memiliki karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan kedua model diatas. Karakteristik unik
dari kejahatan didunia maya tersebut antara lain menyangkut lima hal
berikut :

1. Ruang lingkup kejahatan

2. Sifat kejahatan

3. Pelaku kejahatan

4. Modus kejahatan

5. Jenis-jenis kerugian yang ditimbulkan (Ketaren, 2016)

7
II.1.3 Jenis-jenis Kejahatan Internet
Berdasarkan jenis aktifitas yang dilakukannya, cybercrime dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
1. Unauthorized Access
Merupakan kejahatan yang terjadi ketika seseorang memasuki atau
menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah,
tanpa izin, atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan
komputer yang dimasukinya. Probing dan port merupakan contoh
kejahatan ini.
2. Illegal Contents
Merupakan kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data atau
informasi ke internet tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis,
dan dapat dianggap melanggar hukum atau menggangu ketertiban
umum, contohnya adalah penyebaran pornografi.
3. Penyebaran virus secara sengaja
Penyebaran virus pada umumnya dilakukan dengan menggunakan
email. Sering kali orang yang sistem emailnya terkena virus tidak
menyadari hal ini. Virus ini kemudian dikirimkan ke tempat lain melalui
emailnya.
4. Data Forgery
Kejahatan jenis ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada
dokumen-dokumen penting yang ada di internet. Dokumen-dokumen
ini biasanya dimiliki oleh institusi atau lembaga yang memiliki situs
berbasis web database.
5. Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion
Cyber Espionage merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan
internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain,

8
dengan memasuki sistem jaringan komputer pihak sasaran. Sabotage
and Extortion merupakan jenis kejahatan yang dilakukan dengan
membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data,
program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan
internet.
6. Cyberstalking
Kejahatan jenis ini dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan
seseorang dengan memanfaatkan komputer, misalnya menggunakan
email dan dilakukan berulang-ulang. Kejahatan tersebut menyerupai
teror yang ditujukan kepada seseorang dengan memanfaatkan media
internet. Hal itu bisa terjadi karena kemudahan dalam membuat email
dengan alamat tertentu tanpa harus menyertakan identitas diri yang
sebenarnya.
7. Carding
Carding merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu
kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di
internet.
8. Hacking dan Cracker
Hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar
untuk mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana
meningkatkan kapabilitasnya. Adapun mereka yang sering melakukan
aksi-aksi perusakan di internet lazimnya disebut cracker. Boleh
dibilang cracker ini sebenarnya adalah hacker yang yang
memanfaatkan kemampuannya untuk hal-hal yang negatif.. Aktivitas
cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari
pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web, probing,
menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan yang
terakhir disebut sebagai DoS (Denial Of Service). Dos attack

9
merupakan serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang,
crash) sehingga tidak dapat memberikan layanan.
9. Cybersquatting and Typosquatting
Cybersquatting merupakan kejahatan yang dilakukan dengan
mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian
berusaha menjualnya kepada perusahaan tersebut dengan harga yang
lebih mahal. Adapun typosquatting adalah kejahatan dengan membuat
domain plesetan yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain.
Nama tersebut merupakan nama domain saingan perusahaan.
10. Hijacking
Hijacking merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya
orang lain. Yang paling sering terjadi adalah Software Piracy
(pembajakan perangkat lunak).
11. Cyber Terorism
Suatu tindakan cybercrime termasuk cyber terorism jika mengancam
pemerintah atau warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah
atau militer. Beberapa contoh kasus Cyber Terorism sebagai berikut :
 Ramzi Yousef, dalang penyerangan pertama ke gedung WTC,
diketahui menyimpan detail serangan dalam file yang di enkripsi di
laptopnya.
 Osama Bin Laden diketahui menggunakan steganography untuk
komunikasi jaringannya.
 Suatu website yang dinamai Club Hacker Muslim diketahui
menuliskan daftar tip untuk melakukan hacking ke Pentagon. (Zaenal
& Abidin, 2017)

10
II.4 Kasus Kejahatan Internet
Beberapa kasus kejahatan internet antara lain:
1. Pencurian dan penggunaan account internet milik orang lain yaitu:
Pencurian account ini berbeda dengan pencurian secara fisik karena
pencurian dilakukan cukup dengan menangkap “user_id” dan “password”
saja. Tujuan dari pencurian itu hanya untuk mencuri informasi saja. Pihak
yang kecurian tidak akan merasakan kehilangan. Namun, efeknya akan
terasa jika informasi tersebut digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab. Hal tersebut akan membuat semua beban biaya penggunaan account
oleh si pencuri dibebankan kepada si pemilik account yang sebenarnya.
Modus kejahatan ini adalah penyalahgunaan user_ID dan password oleh
seorang yang tidak punya hak.

2. Kejahatan kartu kredit yang dilakukan lewat transaksi online di Yogyakarta


: Polda DI Yogyakarta menangkap lima carder dan mengamankan barang
bukti bernilai puluhan juta, yang didapat dari merchant luar negeri. Begitu
juga dengan yang dilakukan mahasiswa sebuah perguruan tinggi di
Bandung, Buy alias Sam. Akibat perbuatannya selama setahun, beberapa
pihak di Jerman dirugikan sebesar 15.000 DM (sekitar Rp 70 juta). Para
carder beberapa waktu lalu juga menyadap data kartu kredit dari dua outlet
pusat perbelanjaan yang cukup terkenal. Caranya, saat kasir menggesek
kartu pada waktu pembayaran, pada saat data berjalan ke bank-bank
tertentu itulah data dicuri. Akibatnya, banyak laporan pemegang kartu
kredit yang mendapatkan tagihan terhadap transaksi yang tidak pernah
dilakukannya. Modus kejahatan ini adalah penyalahgunaan kartu kredit
oleh orang yang tidak berhak.

3. Pornografi yaitu: salah satu kejahatan Internet yang melibatkan Indonesia


adalah pornografi anak. Kegiatan yang termasuk pronografi adalah

11
kegiatan yang dilakukan dengan membuat, memasang, mendistribusikan,
dan menyebarkan material yang berbau pornografi, cabul, serta
mengekspos hal-hal yang tidak pantas. Motif kejahatan ini termasuk ke
dalam cybercrime sebagai tindakan murni kejahatan. Hal ini dikarenakan
para penyerang dengan sengaja membuat situs-situs pornografi yang sangat
berdampak buruk terhadap masyarakat. Kejahatan kasus cybercrime ini
dapat termasuk jenis illegal contents. Sasaran dari kasus kejahatan ini
adalah cybercrime menyerang individu (against person).

4. Penipuan Melalui Situs Internet : Para pengguna Internet juga harus


waspada dengan adanya modus penipuan lewat situs-situs yang
menawarkan program-program bantuan maupun multilevel marketing
(MLM). Seperti dalam program bernama Given in Freedom Trust (GIFT)
dari sebuah situs yang tadinya beralamat di
http://www.entersatu.com/danahibah. Dalam program ini, penyelenggara
mengimingimingi untuk memberikan dana hibah yang didapat dari
sekelompok dermawan kaya dari beberapa negara bagi perorangan atau
perusahaan, dengan syarat mengirimkan sejumlah dana tertentu ke
rekening tertentu tanpa nama. Program ini menggiurkan karena untuk
perorangan tiap pemohon bisa mendapat 760 dollar AS/bulan dan 3.000
dollar AS/ bulan untuk perusahaan. Kejahatan ini memiliki motif
cybercrime sebagai tindakan murni kejahatan.

5. Penipuan Lewat Email : Penipuan lewat media ini bahkan diindikasikan


sebagai bagian dari mafia internasional. Modus operandinya, seseorang
yang berasal dari luar negeri, kebanyakan dari Afrika, meminta bantuan
untuk “menerima” transferan sejumlah dana dari proyek yang telah
dikerjakan atau alasan lain ke rekening calon korbannya. Iming-imingnya,
uang yang bernilai milyaran rupiah itu, 30 persen akan menjadi milik
korban. Hanya saja, kemudian diketahui, dari beberapa laporan, mereka

12
terlebih dahulu harus mengirimkan sekitar 0,1 persen dari dana yang akan
menjadi milik korban kepada penipu tersebut. Ujungnya, setelah dikirim,
uang yang dijanjikan tidak juga diterima. Kejahatan ini memiliki motif
cybercrime sebagai tindakan murni kejahatan. Hal ini dikarenakan si
pengirim dengan sengaja mengirimkan e-mail dengan maksud meminta
transferan dana dengan alasan yang tidak benar.

6. Kejahatan yang berhubungan dengan nama domain yaitu: Nama domain


(domain name) digunakan untuk mengidentifikasi perusahaan dan merek
dagang. Namun banyak orang yang mencoba menarik keuntungan dengan
mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha
menjualnya dengan harga yang lebih mahal. Pekerjaan ini mirip dengan
calo karcis. Istilah yang sering digunakan adalah cybersquatting. Masalah
lain adalah menggunakan nama domain saingan perusahaan untuk
merugikan perusahaan lain. Modus dari kegiatan kejahatan ini adalah
penipuan. Motif dari kejahatan ini termasuk ke dalam cybercrime sebagai
tindakan murni kejahatan. (Handayani, 2016).

II.2 Pengaturan Kejahatan Internet dalam Perundang-undangan Indonesia


Sistem perundang-undangan di Indonesia belum mengatur secara khusus
mengenai kejahatan komputer termasuk kejahatan internet. Mengingat terus
meningkatnya kasus cybercrime di inddonesia yang harus segera dicari
pemecahan masalahnya maka beberapa peraturan baik yang terdapat di dalam
KUHP maupun diluar KUHP untuk sementara dapat di terapkan terhadap
beberapa kejahatan berikut ini:

1. Illegal Acces (akses secara tidak sah terhadap sistem komputer)

Perbuatan melakukan akses secara tidak sah terhadap sistem komputer belum
ada di atur secara jelas didalam sistem perundang-undangan di indonesia.
Untuk sementara waktu, Pasal 22 Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor

13
36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dapat diterapkan. Pasal 22 Undang-
Undang Telekomunikasi menyatakan: “Setiap orang dilarang melakukan
perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau memanipulasi:

 Akses jaringan telekomunikasi,

 Akses ke jasa telekomunikasi,

 Akses ke jaringan telekomunikasi khusus.

Pasal 50 Undang-Undang Telekomunikasi memberikan ancaman pidana


terhadap barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 22 Undang-Undang
Telekomunikasi dengan pidana penjara paling lama6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak RP. 600.000000,00 (enam ratus juta rupiah).

2. Data interference (mengganggu data komputer) dan system interference


(mengganggu sistem komputer)

Pasal 38 Undang-Undang Telekomunikasi belum dapat menjangkau perbuatan


data interference maupun system interference yang di kenal dalan
Cybercrime. Jika perbuatan data inference dan system interference tersebut
mengakibatkan kerusakan pada komputer, maka pasal 406 ayat (1) KUHP
dapat diterapkan terhadap perbuatan tersebut.

3. Illegal interception in the computers, system and computer networks


operation (intersepsi secara tidak sah terhadap operasional kompute, sistem,
dan jaringan komputer)

Pasal 40 Undang-Undang Telekomunikasi dapat di terapkan terhadap jenis


perbuatan intersepsi ini. Pasal 56 Undang-Undang Telekomunikasi
memberikan ancaman pidana terhadap siapa yang melanggar ketentuan Pasal
40 tersebut dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.

4. Data Theft (mencuri data)

14
Perbuatan pencurian data sampai saat ini tidak ada di atur secara khusus,
bahkan di Amerika Serikat sekalipun. Pada kenyataan nya, perbuatan illegal
acces yang mendahului pembuatan data theft yang dilarang, atau jika data
theft di ikuti dengan kejahatan lainnya, barulah dia menjadi kejahatan bentuk
lainnya, misalnya data leakage and espionage dan identity theft and fraud.
Pencurian data terutama jika si pemilik data tidak menghendaki ada orang lain
yang mengambil atau bahkan sekedar membaca data nya tersebut. Jika para
ahli hukum sepakat menganggap bahwa tindakan ini dapat dimasukkan
sebagai perbuatan pidana, maka untuk sementara waktu Pasal 362 KUHP
dapat diterapkan,

5. Data leakage and espionage (membocorkan data dan memata-matai),

yaitu kegiatan memata-matai dan atau membocorkan data rahasia negara,


rahasia perusahaan, dan atau data lain nya yang tidak di peruntukan untuk
umum, kepada orang lain, suatu badan atau perusahaan lain, atau negara
asing.

6. Misuse of Devices (menyalahgunakan peralatan computer)


Perbuatan Misuse of devices pada dasarnya bukanlah merupakan suatu
perbuatan yang berdiri sendiri sebab biasanya perbuatan ini akan diikuti
dengan perbuatan melawan hukum lainnya. Sistem perundang-undangan di
Indonesia belumada secara khusus mengatur dan mengancam perbuatan ini
dengan pidana. Hal ini tidak menjadi persoalan, sebab yang perlu diselidiki
adalah perbuatan melawanhukum apa yang mengikuti perbuatan in.
Ketentuan yang dikenakan bisa berupapenyertaan (Pasal 55 KUHP),
pembantuan (Pasal 56 KUHP) ataupun langsungdiancam dengan ketentuan
yang mengatur tentang perbuatan melawan hukum yang
menyertainya.

15
7. Credit card fraud (penipuan kartu kredit)
Penipuan kartu kredit merupakan perbuatan penipuan biasa yang
menggunakankomputer dan kartu kredit yang tidak sah sebagai alat dalam
melakukankejahatannya sehingga perbuatan tersebut dapat diancam dengan
Pasal 378 KUHP.

8. Bank fraud (penipuan bank)


Penipuan bank dengan menggunakan komputer sebagal alat melakukan
kejahatan dapat diancam dengan Pasal 362 KUHP atau Pasal 378 KUHP,
tergantung dari modus operandi perbuatan yang dilakukannya.
Service Offered fraud (penipuan melalui penawaran suatu jasa)
Penipuan melalui penawaran Jasa merupakan perbuatan penipuan biasa yang
menggunakan komputer sebagai salah satu alat dalam melakukan
kejahatannya sehingga dapat diancamangan Pasal 378 KUHP.

9. Service offered fraud (penipuan melalui penawaran suatu jasa)

Penipuan melalui penawaran jasa merupakan perbuatan penipuan biasa yang


menggunakan komputer sebagai salah satu alat dalam melakukan kejahatan
nya sehingga dapat diancam dengan Pasal 378 KUHP.

10. Identity Theft and fraud (pencurian identitas dan penipuan)

Pencurian identitas yang diikuti dengan melakukan kejahatan penipu dapat


diancam dengan Pasal 362 KUHP atau Pasal 378 KUHP, tergantung dari
modus operandi perbuatan yang dilakukannya.

11. Computer-related betting (perjudian melalui komputer) Perjudian melalui


komputer merupakan perbuatan melakukan perjudian biasa yang
menggunakan komputer sebagai alat dalam operasinalisasinya sehingga
perbualan tersebut dapat diancam dengan Pasal 303 KUHP (S., 2020)

16
II.3 Permasalahan dalam Penyidikan terhadap Kejahatan Internet
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hambatan-hambatan yang
ditemukan di dalam proses penyidikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan penyidik

Secara umum penyidik Polri masih sangat minim dalam penguasaan


operasional komputer dan pemahaman terhadap hacking komputer serta
kemampuan melakukan penyidikan terhadap kasus-kasus itu. Beberapa
faktor yang sangat berpengaruh (determinan) adalah: Kurangnya
pengetahuan tentang komputerdan pengetahuan teknis dan pengalaman para
penyidik dalam menangani kasus-kasus cybercrime masih terbatas. Tidak
ada satu orang pun yang pernah mendapat pendidikan khusus untuk
melakukan penyidikan terhadap kasus cybercrime.
Dalam hal menangani kasus cybercrime diperlukan penyidik yang cukup
berpengalaman (bukan penyidik pemula), pendidikannya diarahkan untuk
menguasai teknis penyidikan dan menguasai administrasi penyidikan serta
dasar-dasar pengetahuan di bidang komputer dan profil hacker.

2. Alat Bukti

Persoalan alat bukti yang dihadapi di dalam penyidikan terhadap


Cybercrime antara lain berkaitan dengan karakteristik kejahatan internet itu
sendiri, yaitu:

Sasaran atau media kejahatan internet adalah data dan atau sistem komputer
atau sistem internet yang sifatnya mudah diubah, dihapus, atau
disembunyikan oleh pelakunya. Oleh karena itu, data atau sistem komputer
atau internet yang berhubungan dengan kejahatan tersebut harus direkam
sebagai bukti dari kejahatan yang telah dilakukan. Permasalahan timbul

17
berkaitan dengan kedudukan media alat rekaman (recorder) yang belum
diakui KUHP sebagai alat bukti yang sah. Kedudukan saksi korban dalam
cybercrime sangat penting disebabkancybercrime seringkali dilakukan
hampir-hampir tanpa saksi. Di sisi lain, saksi korban seringkali berada jauh
di luar negeri sehingga menyulitkan penyidik melakukan pemeriksaan saksi
dan pemberkasan hasil penyidikan. Penuntut umum juga tidak mau
menerimaberkas perkara yang tidak dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan
Saksi khususnya saksi korban dan harus dilengkapi dengan Berita Acara
Penyumpahan Saksi disebabkan kemungkinan besar saksi tidak dapat hadir
di persidangan mengingat jauhnya tempat kediamansaksi. Hal ini
mengakibatkan kurangnya alat bukti yang sah jika berkas perkara tersebut
dilimpahkan ke pengadilan untuk disidangkan sehingga beresiko terdakwa
akan dinyatakan bebas. Mengingat karakteristik cybercrime, diperlukan
aturan khusus terhadap beberapa ketentuan hukum acara
untuk cybercrime. Pada saat ini, yang dianggap paling mendesak oleh
Peneliti adalah pengaturan tentang kedudukan alat bukti yang sah bagi
beberapa alat bukti yang sering ditemukan di dalam Cybercrime seperti data
atau sistem program yang disimpan di dalam disket, hard disk, chip, atau
media recorder lainnya.

3. Fasilitas komputer forensic

Untuk membuktikan jejak-jejak para hacker, cracker dan phreacker dalam


melakukan aksi nya terutama yang berhubungan dengan program-program
dan data-data komputer, sarana Polri belum memadai karena belum ada
komputer forensik. Fasilitas ini diperlukan untuk mengungkap data-data
digital serta merekam dan menyimpan bukti-bukti berupa soft copy (image,
program, dsb). Dalam hal ini Polri masih belum mempunyai fasilitas
komputer forensik yang memadai.

18
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


III.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan di atas terdapat tiga masalah
pokok yang dibahas di dalam makalah ini antara lain :
1. Opini umum yang terbentuk bagi para pemakai jasa internet adalah bahwa

Kejahatan internet merupakan perbuatan yang merugikan. Para korban


menganggap atau memberi stigma bahwa pelaku kejahatan internet adalah
penjahat.

2. Modus operasi kejahatan internet sangat beragam dan terus berkembang


sejalan dengan perkembangan teknologi, tetapi jika diperhatikan lebih
seksama akanterlihat bahwa banyak di antara kegiatan-kegiatantersebut
memiliki sifat yang sama dengan kejahatan-kejahatan konvensional.
Perbedaan utamanya adalah bahwa kejahatan internet melibatkan komputer
dalam pelaksanaannya. Kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan
kerahasiaan,integritas dan keberadaan data dan sistem komputer perlu
mendapat perhatian khusus, sebab kejahatan-kejahatan ini memiliki karakter
yang berbeda dari

kejahatan-kejahatan konvensional.

3. Sistem perundang-undangan di Indonesia belum mengatur secara khusus

mengenai kejahatan internet melalui media internet. Beberapa peraturan


yang ada baik yang terdapat di dalam KUHP maupun di luar KUHP untuk
sementara dapat diterapkan terhadap beberapa kejahatan, tetapi ada juga
kejahatan yang tidak dapat diantisipasi oleh undang-undang yang saat ini
berlaku.

19
4. Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam upaya melakukan penyidikan

terhadap kejahatan internet antara lain berkaitan dengan masalah perangkat


hukum,

kemampuan penyidik, alat bukti, dan fasilitas komputer forensik. Upaya-


upaya yang

dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ditemukan di dalam


melakukan penyidikan terhadap kejahatan internet antara lain berupa
penyempurnaan perangkat hukum, mendidik para penyidik, membangun
fasilitas forensic computing,meningkatkan upaya penyidikan dan kerja sama
internasional, serta melakukan upaya penanggulangan pencegahan.

III.2 Saran
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran sehubungan dengan hasil
penelitian terhadap kejahatan internet adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang tentang kejahatan internet perlu dibuat secara khusus untuk


memudahkan penegakan hukum terhadap kejahatan tersebut.

2. Kualifikasi perbuatan yang berkaitan dengan kejahatan internet harus dibuat


secara jelas agar tercipta kepastian hukum bagi masyarakat khususnya
pengguna jasa internet.

3. Spesialisasi terhadap aparat penyidik maupun penuntut umum dapat

dipertimbangkan sebagai salah satu cara untuk melaksanakan penegakan


hokum terhadap kejahatan internet.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, A. (1990). Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer. Sinar Grafika: Jakarta.

Handayani, P. (2016). Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Teknologi Informasi


(Cyber Crime). Journal Dimensi, 3-4.

Ketaren, E. (2016). Cyber Crime, Cyber Space, Cyber Law. Jurnal Times.

S., M. F. (2020, 4 12 ). Makalah E.P.T.I.K. Retrieved from www.slideshare.net:


https://www.slideshare.net/kierahadian/makalahtentangcybercrimedankejahat
aninternet

Sutarman. (2007). Cyber Crime Modus Operandi dan Penanggulangannya.


Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Widodo. (2013). Memerangi Cybercrime Karakteristik Motivasi dan Srategi


Penangananya dalam Perspektif Kriminologi. Jakarta: Aswaja Pressindo.

Zaenal, D., & Abidin. (2017). Kejahatan dalam Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Jurnal Ilmiah Media Processor, 510-511.

21

Anda mungkin juga menyukai