Soal :
Diskusikan:
Jawaban :
Mazhab positif, yang diwakili oleh pemikiran Lombroso, mencoba mencari sebab-musabab
kejahatan dengan pendekatan individual. Tidak berhenti pada upaya menjelaskan sebab-
musabab kejahatan dengan pendekatan individual, Mazhab Positif juga berusaha
menjelaskan sebab-musabab kejahatan berdasarkan pendekatan lingkungan, serta
menghubungkan gejala kejahatan dengan kondisi-kondisi ekonomi, hasil belajar sosial, dan
dengan konflik budaya.
Mazhab positif juga mengakui pentingnya faktor lingkungan dalam mendorong terjadinya
kejahatan. Dalam konteks kejahatan akibat penggunaan teknologi, faktor-faktor lingkungan
seperti :
a) Akses mudah terhadap teknologi : Tingkat aksesibilitas yang tinggi terhadap teknologi
informasi dapat menjadi faktor yang mempermudah penyalahgunaan. Jika teknologi
informasi mudah diakses oleh individu yang memiliki niat jahat, risiko kejahatan cyber
meningkat.
d) Kebijakan hukum yang lemah dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan
criminal : Kurangnya kebijakan hukum yang memadai dan tindakan penegakan hukum yang
lemah terkait dengan penyalahgunaan teknologi informasi dapat menciptakan lingkungan
yang mendukung kejahatan. Perlindungan hukum yang kuat, peraturan yang jelas, dan
penegakan yang tegas dapat menjadi deterrent bagi pelaku kejahatan dan mendorong
pengguna teknologi untuk bertindak secara bertanggung jawab.
Mazhab positif berpendapat bahwa kejahatan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor individual
dan lingkungan, tetapi juga oleh kondisi sosial dan ekonomi. Ketidaksetaraan ekonomi,
ketidakadilan sosial, tingkat pengangguran yang tinggi, dan kurangnya peluang ekonomi
dapat menciptakan ketegangan dan frustrasi di masyarakat, yang pada gilirannya dapat
mendorong individu untuk terlibat dalam kejahatan, termasuk dalam lingkup teknologi
informasi. Selain itu, mazhab positif juga menghubungkan gejala kejahatan dengan hasil
belajar sosial. Mereka berpendapat bahwa perilaku kriminal dapat dipelajari dan ditiru dari
lingkungan sekitar. Jika seseorang tumbuh dalam lingkungan di mana kejahatan umum atau
norma-norma sosial yang mewajarkan hal tersebut, maka individu tersebut cenderung
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terlibat dalam kejahatan. Mazhab positif juga
menganggap konflik budaya sebagai faktor yang mempengaruhi kejahatan. Perbedaan nilai-
nilai budaya dan ketegangan antara kelompok-kelompok sosial dapat menciptakan situasi
yang memicu konflik dan kejahatan. Ketidakadilan sosial dan ketimpangan kekuasaan juga
dianggap sebagai faktor yang dapat menyebabkan individu melakukan kejahatan sebagai
respons terhadap ketidakpuasan dan ketidakadilan yang mereka rasakan. Hal tersebut
dapat berkontribusi pada terjadinya kejahatan dalam penggunaan teknologi informasi.
Dalam pandangan mazhab positif, upaya pencarian sebab musabab kejahatan akibat
penggunaan teknologi dapat dilakukan melalui pendekatan ilmiah dan objektif. Dalam hal ini,
penyalahgunaan teknologi dianggap sebagai suatu fenomena yang harus dipahami melalui
analisis data dan fakta yang tersedia. Upaya pencarian sebab musabab kejahatan akibat
penggunaan teknologi dapat dilakukan melalui studi kasus dan analisis statistik untuk
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan kriminal tersebut. Selain itu, mazhab
positif juga menekankan pentingnya pengumpulan data dan informasi yang akurat serta
penggunaan metode-metode ilmiah yang tepat untuk menganalisis data tersebut.
Dalam hal ini, mazhab positif juga menekankan pentingnya keterbukaan dan transparansi
dalam mengumpulkan dan mempublikasikan data serta temuan-temuan dari analisis
tersebut. Hal ini dapat membantu masyarakat dan pihak yang berwenang dalam mengambil
tindakan preventif dan penegakan hukum yang tepat terhadap penyalahgunaan teknologi.
Dengan demikian, upaya pencarian sebab musabab kejahatan akibat penggunaan teknologi
menurut pandangan mazhab positif dapat dilakukan melalui pendekatan ilmiah,
pengumpulan data dan informasi yang akurat, serta keterbukaan dan transparansi dalam
publikasi temuan-temuan analisis tersebut. Hal ini diharapkan dapat membantu masyarakat
dan pihak yang berwenang dalam mengambil tindakan preventif dan penegakan hukum
yang tepat terhadap penyalahgunaan teknologi
Cyber crime yaitu merupakan berbagai macam tindakan akses ilegal terhadap suatu bentuk
transmisi data. Dengan kata yang lain, kejahatan siber juga merupakan bentuk aktivitas
yang tidak sah pada sebuah sistem komputer atau masuk ke dalam suatu kategori tindak
kejahatan di dunia maya. Sasaran dari kejahatan siber ini yaitu komputer yang terhubung ke
jaringan internet. Cara untuk mencari penyebab kejahatan cyber crime ini adalah:
Secara umum istilah cybercrime biasanya diartikan sebagai kejahatan di dunia maya yang
menargetkan teknologi komputer dan jaringan internet.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, aktivitas cyber crime ini muncul dengan semakin
canggihnya teknologi digital, komunikasi, dan informasi.
Asas dari aliran/mahab positif dalam kriminologi adalah konsep “multiple factor causation”,
dimana faktor-faktor tersebut sangat penting (asasi) sifatnya bagi manusia beserta dunia
sekelilingnya. Lombroso, Ferri, dan Garofalo adalah seorang positif yang menolak doktrin
kehendak bebas dan mendukung pendapat, bahwa kejahatan hanya dapat dimengerti
dengan jalan mempelajarinya melalui metode-metode ilmiah. Enrico Ferri dalam bukunya
yang berjudul The Homicide, ia mengemukakan klasifikasinya mengenai tipe pembunuh ke
dalam 4 golongan, yaitu: crazy, born, everyday dan by passion. Dalam buku kedua ia
mengembangkan pemikiran kejahatan. Tesis aslinya adalah, bahwa kejahatan disebabkan
oleh sejumlah besar faktor, yaitu (Vold, 1979):
A. Faktor fisik: suku bangsa, iklim, letak geografis, pengaruh-pengaruh musim, suhu, dan
sebagainya.
B. Faktor antropologis: umur, jenis kelamin, kondisi-kondisi organis, kondisi-kondisi
psikologis, dan sebagainya.
C. Faktor sosial: rapatnya penduduk, kebiasaan, susunan pemerintahan, kondisi-kondisi
ekonomis, kondisi-kondisi industrial, dan sebagainya
Kembali pada kejahatan akibat penggunaan teknologi, menurut mazhab positif pencarian
sebab musabab kejahatan tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor baik dari sisi individu
maupun lingkungan sosialnya. Dari sisi pelaku, dilihat dari faktor umur, jenis kelamin,
kondisi-kondisi organis, kondisi-kondisi psikologis yang dapat menyebabkan pelaku
melakukan suatu kejahatan. Dari sisi lingkungan sosial, dilihat dari jumlah penduduk serta
kebiasaan penduduk yang sudah melekat. Hal ini dapat dibuktikan, UNESCO menyebutkan
Indonesia urutan kedua dari soal bawah literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah.