Anda di halaman 1dari 4

Diskusi 1 Kriminologi

Soal :

Dalam perkembangannya ilmu tentang kriminologi tidak dapat berdiri


sendiri dan memerlukan ilmu lain salah satunya adalah sosiologi

Diskusikan:

Menurut saudara jelaskan hubungan/keterkaitan antara kriminologi


dengan sosiologi.

Jawaban :

Mazhab positif, yang diwakili oleh pemikiran Lombroso, mencoba mencari sebab-musabab
kejahatan dengan pendekatan individual. Tidak berhenti pada upaya menjelaskan sebab-
musabab kejahatan dengan pendekatan individual, Mazhab Positif juga berusaha
menjelaskan sebab-musabab kejahatan berdasarkan pendekatan lingkungan, serta
menghubungkan gejala kejahatan dengan kondisi-kondisi ekonomi, hasil belajar sosial, dan
dengan konflik budaya.

Pendekatan individual dalam mengungkap sebab musabab kejahatan menempatkan fokus


pada faktor-faktor yang terkait dengan individu yang melakukan tindakan kejahatan.
Pendekatan ini melibatkan penelitian dan analisis tentang karakteristik personal, motivasi,
dan pengalaman individu yang terlibat dalam perilaku kriminal. Beberapa faktor yang sering
dianalisis dalam pendekatan ini meliputi seperti faktor psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi kemungkinan mereka untuk terlibat dalam kejahatan. Dalam konteks
kejahatan akibat penggunaan teknologi, pendekatan ini dapat melibatkan penelitian tentang
faktor-faktor individu seperti motivasi, dorongan emosional, dan kebutuhan psikologis yang
mendorong individu untuk melakukan kejahatan tersebut, misalnya kecenderungan
antisosial, kurangnya empati, atau kecanduan terhadap teknologi. Pendekatan individual
juga berfungsi untuk mengidentifikasi faktor-faktor memahami mengapa dan bagaimana
seseorang terlibat dalam kejahatan cyber atau menyebarkan informasi hoax. Pendekatan
individual ini memandang individu sebagai aktor utama dalam kejahatan, dan upaya
penanggulangan kejahatan sering kali berfokus pada intervensi dan rehabilitasi individu
tersebut.

Mazhab positif juga mengakui pentingnya faktor lingkungan dalam mendorong terjadinya
kejahatan. Dalam konteks kejahatan akibat penggunaan teknologi, faktor-faktor lingkungan
seperti :

a) Akses mudah terhadap teknologi : Tingkat aksesibilitas yang tinggi terhadap teknologi
informasi dapat menjadi faktor yang mempermudah penyalahgunaan. Jika teknologi
informasi mudah diakses oleh individu yang memiliki niat jahat, risiko kejahatan cyber
meningkat.

b) Rendahnya pengawasan : Kurangnya pengawasan dan penegakan hukum yang efektif


dalam teknologi informasi juga menjadi faktor lingkungan yang berperan dalam
penyalahgunaan.

c) Kurangnya kesadaran tentang etika digital : Tingkat kesadaran dan pemahaman


masyarakat tentang etika digital juga dapat mempengaruhi terjadinya kejahatan cyber. Jika
seseorang kurang memahami pentingnya etika dalam penggunaan teknologi informasi,
mereka mungkin cenderung melakukan tindakan yang melanggar aturan dan merugikan
orang lain. Pendidikan dan kampanye yang meningkatkan kesadaran akan pentingnya etika
digital dapat membantu mengurangi penyalahgunaan teknologi dan kejahatan yang terkait.

d) Kebijakan hukum yang lemah dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan
criminal : Kurangnya kebijakan hukum yang memadai dan tindakan penegakan hukum yang
lemah terkait dengan penyalahgunaan teknologi informasi dapat menciptakan lingkungan
yang mendukung kejahatan. Perlindungan hukum yang kuat, peraturan yang jelas, dan
penegakan yang tegas dapat menjadi deterrent bagi pelaku kejahatan dan mendorong
pengguna teknologi untuk bertindak secara bertanggung jawab.

Mazhab positif berpendapat bahwa kejahatan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor individual
dan lingkungan, tetapi juga oleh kondisi sosial dan ekonomi. Ketidaksetaraan ekonomi,
ketidakadilan sosial, tingkat pengangguran yang tinggi, dan kurangnya peluang ekonomi
dapat menciptakan ketegangan dan frustrasi di masyarakat, yang pada gilirannya dapat
mendorong individu untuk terlibat dalam kejahatan, termasuk dalam lingkup teknologi
informasi. Selain itu, mazhab positif juga menghubungkan gejala kejahatan dengan hasil
belajar sosial. Mereka berpendapat bahwa perilaku kriminal dapat dipelajari dan ditiru dari
lingkungan sekitar. Jika seseorang tumbuh dalam lingkungan di mana kejahatan umum atau
norma-norma sosial yang mewajarkan hal tersebut, maka individu tersebut cenderung
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terlibat dalam kejahatan. Mazhab positif juga
menganggap konflik budaya sebagai faktor yang mempengaruhi kejahatan. Perbedaan nilai-
nilai budaya dan ketegangan antara kelompok-kelompok sosial dapat menciptakan situasi
yang memicu konflik dan kejahatan. Ketidakadilan sosial dan ketimpangan kekuasaan juga
dianggap sebagai faktor yang dapat menyebabkan individu melakukan kejahatan sebagai
respons terhadap ketidakpuasan dan ketidakadilan yang mereka rasakan. Hal tersebut
dapat berkontribusi pada terjadinya kejahatan dalam penggunaan teknologi informasi.

Metode pencarian sebab-musabab kejahatan dalam pandangan mazhab positif:

Dalam pandangan mazhab positif, upaya pencarian sebab musabab kejahatan akibat
penggunaan teknologi dapat dilakukan melalui pendekatan ilmiah dan objektif. Dalam hal ini,
penyalahgunaan teknologi dianggap sebagai suatu fenomena yang harus dipahami melalui
analisis data dan fakta yang tersedia. Upaya pencarian sebab musabab kejahatan akibat
penggunaan teknologi dapat dilakukan melalui studi kasus dan analisis statistik untuk
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan kriminal tersebut. Selain itu, mazhab
positif juga menekankan pentingnya pengumpulan data dan informasi yang akurat serta
penggunaan metode-metode ilmiah yang tepat untuk menganalisis data tersebut.

Dalam hal ini, mazhab positif juga menekankan pentingnya keterbukaan dan transparansi
dalam mengumpulkan dan mempublikasikan data serta temuan-temuan dari analisis
tersebut. Hal ini dapat membantu masyarakat dan pihak yang berwenang dalam mengambil
tindakan preventif dan penegakan hukum yang tepat terhadap penyalahgunaan teknologi.
Dengan demikian, upaya pencarian sebab musabab kejahatan akibat penggunaan teknologi
menurut pandangan mazhab positif dapat dilakukan melalui pendekatan ilmiah,
pengumpulan data dan informasi yang akurat, serta keterbukaan dan transparansi dalam
publikasi temuan-temuan analisis tersebut. Hal ini diharapkan dapat membantu masyarakat
dan pihak yang berwenang dalam mengambil tindakan preventif dan penegakan hukum
yang tepat terhadap penyalahgunaan teknologi

Cyber crime yaitu merupakan berbagai macam tindakan akses ilegal terhadap suatu bentuk
transmisi data. Dengan kata yang lain, kejahatan siber juga merupakan bentuk aktivitas
yang tidak sah pada sebuah sistem komputer atau masuk ke dalam suatu kategori tindak
kejahatan di dunia maya. Sasaran dari kejahatan siber ini yaitu komputer yang terhubung ke
jaringan internet. Cara untuk mencari penyebab kejahatan cyber crime ini adalah:

Akses internet yang menjadi tidak terbatas.


Kelalaian dari pengguna internet itu sendiri.
Kejahatan Cyber crime mudah untuk dilakukan namun sulit untuk melacaknya.
Para pelaku yaitu pada umumnya orang yang mempunyai kecerdasan tinggi dan rasa ingin
tahunya yang besar.
Cybercrime atau kejahatan dunia maya itu sendiri merupakan salah satu dampak negatif
dari internet sebagai platform yang banyak digunakan saat ini.

Secara umum istilah cybercrime biasanya diartikan sebagai kejahatan di dunia maya yang
menargetkan teknologi komputer dan jaringan internet.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, aktivitas cyber crime ini muncul dengan semakin
canggihnya teknologi digital, komunikasi, dan informasi.

Cara penanggulangan cyber crime:

Membentuk UU hukum tentang cyber crime yang tegas.


Membentuk lembaga khusus tentang kejahatan cyber crime.
Memperkuat sistem keamanan dunia internet.
Tidak lalai dalam menggunakan internet di public terutama.

Asas dari aliran/mahab positif dalam kriminologi adalah konsep “multiple factor causation”,
dimana faktor-faktor tersebut sangat penting (asasi) sifatnya bagi manusia beserta dunia
sekelilingnya. Lombroso, Ferri, dan Garofalo adalah seorang positif yang menolak doktrin
kehendak bebas dan mendukung pendapat, bahwa kejahatan hanya dapat dimengerti
dengan jalan mempelajarinya melalui metode-metode ilmiah. Enrico Ferri dalam bukunya
yang berjudul The Homicide, ia mengemukakan klasifikasinya mengenai tipe pembunuh ke
dalam 4 golongan, yaitu: crazy, born, everyday dan by passion. Dalam buku kedua ia
mengembangkan pemikiran kejahatan. Tesis aslinya adalah, bahwa kejahatan disebabkan
oleh sejumlah besar faktor, yaitu (Vold, 1979):
A. Faktor fisik: suku bangsa, iklim, letak geografis, pengaruh-pengaruh musim, suhu, dan
sebagainya.
B. Faktor antropologis: umur, jenis kelamin, kondisi-kondisi organis, kondisi-kondisi
psikologis, dan sebagainya.
C. Faktor sosial: rapatnya penduduk, kebiasaan, susunan pemerintahan, kondisi-kondisi
ekonomis, kondisi-kondisi industrial, dan sebagainya

Kembali pada kejahatan akibat penggunaan teknologi, menurut mazhab positif pencarian
sebab musabab kejahatan tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor baik dari sisi individu
maupun lingkungan sosialnya. Dari sisi pelaku, dilihat dari faktor umur, jenis kelamin,
kondisi-kondisi organis, kondisi-kondisi psikologis yang dapat menyebabkan pelaku
melakukan suatu kejahatan. Dari sisi lingkungan sosial, dilihat dari jumlah penduduk serta
kebiasaan penduduk yang sudah melekat. Hal ini dapat dibuktikan, UNESCO menyebutkan
Indonesia urutan kedua dari soal bawah literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah.

Anda mungkin juga menyukai