Anda di halaman 1dari 4

Diskusi 1 Kriminologi

Soal :

Dalam perkembangannya ilmu tentang kriminologi tidak dapat berdiri


sendiri dan memerlukan ilmu lain salah satunya adalah sosiologi

Diskusikan:

Menurut saudara jelaskan hubungan/keterkaitan antara kriminologi


dengan sosiologi.

Jawaban :

Program guna melindungi korban kejahatan antara lain, restitusi, kompensasi, dan
advokasi.

 Restitusi

Pasal 1 PP No. 44 Tahun 2008 memberikan definisi Restitusi adalah ganti kerugian
yang diberikan kepada korban atau keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga,
dapat berupa pengembalian harta miik, pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan
atau penderitaan, atau penggantian biaya untuk tindakan tertentu.

Restitusi dapat dilakukan dalam 3 bentuk :

1. Pelaku memberikan ganti kerugian kepada korban sebagai hukuman tambahan yang
diputuskan pengadilan.
2. Beberapa negara bagian mengharuskan pelaku memberikan ganti rugi kepada
korban yang besarnya dua atau tiga kali nilai kerugian yang diderita korban.
3. Restitusi dijadikan sebagai bagian dari bentuk hukuman yang diterima pelaku.

 Kompensasi

Pasal 1 PP No. 44 Tahun 2008 memberikan definisi Kompensasi adalah ganti


kerugian yang diberikan oleh negara karena pelaku tidak mampu memberikan ganti
kerugian sepenuhnya yang menjadi tanggung jawabnya.

Selain memberikan santunan terhadap korban, program ini juga bertujuan untuk :

1. Menunjukan perhatian negara terhadap korban kejahatan;


2. Mendorong masyarakat untuk melaporkan kejahatan;
3. Meningkatkan Kerjasama dengan korban;
4. Mengefektifkan bantuan yang diberikan terhadap korban;
5. Meningkatkan pelayanan terhadap korban.
 Advokasi

Program ini merupakan salah satu cara untuk melindungi korban kejahatan di
pengadilan. Program ini juga ada pelayanan masyarakat. Organisasi Advokasi
melakukan Kegiatan guna melindungi korban dan membantunya pulih dari
viktimisasi, antara lain :

1. Memberikan pelatihan kepada tenaga pekerja sosial dan tenaga pada sistem
peradilan pidana lainnya sehingga dapat bertindak sebagai penasehat bagi korban;
2. Mengorganisasikan masyarakat pengawas persidangan, untuk memonitor
persidangan terutama untuk mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan hak
korban;
3. Menyediakan daftar nama lembaga pelayanan masyakarat yang dapat didatangi
korban;
4. Menjalin hubungan kerja dengan pengadilan sehingga dapat memfasilitasi tugas
penasehat;
5. Melakukan kontak dengan korban guna memastikan korban dapat menghadiri
pertemuan yang dijadwalkan;
6. Mendengarkan keluhan dan saran dari korban guna meningkatkan pelayanan
organisasi masyarakat yang berkaitan dengan korban kejahatan.

Ada 3 program untuk melindungi korban kejahatan yaitu :


Restitusi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), restitusi adalah ganti kerugian atau
pembayaran kembali. Selain itu, dalam istilah hukum, restitusi berarti pemulihan
kondisi korban atau penggantian kerugian yang dialami korban, baik secara fisik
maupun mental.
Merujuk Pasal 4 Perma Nomor 1 Tahun 2022, korban tindak pidana berhak
mendapatkan restitusi berupa:
a. Ganti kerugian atas kehilangan kekayaan dan/atau penghasilan
b. Ganti kerugian, baik materil maupun imateril yang ditimbulkan akibat penderitaan
yang berkaitan langsung sebagai akibat tindak pidana
c. Penggantian biaya perawatan medis dan/atau psikologis
d. Kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat tindak pidana, termasuk biaya
transportasi dasar, biaya pengacara, atau biaya lain yang berhubungan dengan
proses hukum.

Contoh :
Pemberian Restitusi Kepada Anak Korban Tindak Pidana

Kompensasi
Kompensasi adalah ganti kerugian yang diberikan oleh negara karena pelaku tindak
pidana tidak mampu memberikan ganti kerugian sepenuhnya yang menjadi
tanggung jawabnya.

Contoh :
Pemerintah memberi kompensasi kepada korban tindak pidana terorisme

Advokasi
Bentuk advokasi secara proaktif dilakukan untuk mendesak suatu kebijakan dengan
cara mencari informasi tehadap isu kebijakan baru yang akan dikeluarkan oleh para
penentu kebijakan.

Contoh :
ADVOKASI PEMENUHAN LAYANAN BAGI KORBAN KKEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN

Pada Perma No. 1 Tahun 2022, Mahkamah Agung menerbitkan tentang Tata Cara
Penyelesaian Permohonan dan Pemberian Restitusi dan Kompensasi Kepada
Korban Tindak Pidana.

1. Restitusi
Restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan kepada korban atau keluarganya oleh
pelaku tindak pidana atau pihak ketiga. (Ganti rugi yang diberikan oleh pelaku).
Restitusi ini pengajuannya melalui penyidik atau LPSK. Korban dapat memperoleh
restitusi dengan dua cara, yakni pengajuan dan pemeriksaan permohonan restitusi
sebelum putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap serta pengajuan dan
pemeriksaan permohonan restitusi setelah putusan pengadilan berkekuatan hukum
tetap.

Contoh: ketika terjadi perampokan, korban berhak menerima restitusi ganti rugi atas
kehilangan kekayaan (materiil maupun immateriil) yang ditimbulkan akibat kejadian
tersebut, penggantian biaya perawatan medis/psikologis, termasuk biaya
transportasi dasar, biaya pengacara atau biaya lain yang berhubungan dengan
proses hukum.

2. Kompensasi adalah ganti kerugian yang diberikan oleh negara karena pelaku
tindak pidana tidak mampu memberikan ganti kerugian sepenuhnya yang menjadi
tanggung jawabnya. (Ganti rugi diberikan oleh negara). Kompensasi wajib melalui
LPSK. Permohonan kompensasi dengan cara pengajuan dan pemeriksaan
permohonan kompensasi dalam perkara tindak pidana terorisme yang korbannya
tidak mengajukan kompensasi yang pelakunya tidak diketahui atau meninggal dunia.

Contoh: korban tidak pidana pelanggaran HAM dan terorisme berhak memperoleh
kompensasi ganti rugi atas kehilangan kekayaan/penghasilan (materiil maupun
immateriil) yang ditimbulkan akibat tindak pidana termasuk luka atau kematian,
penggantian biaya perawatan medis/psikologis, termasuk biaya transportasi dasar,
biaya pengacara atau biaya lain yang diderita korban sebagau akibat tindak pidana.

3. Advokasi
Advokasi merupakan bentuk pembelaan, dukungan, maupun rekomendasi
(dukungan aktif) oleh advokat. Ada dua tipe advokasi, yakni advokasi litigasi (seluruh
bentuk advokasi yang ada di dalam persidangan di pengadilan) dan advokasi non-
litigasi (seluruh bentuk advokasi di luar pengadilan).

Contoh: advokasi pada anak korban perdagangan anak, yakni pemberian bantuan
hukum, layanan konsultasi hukum, identifikasi dan analisis kasus, pendampingan
hukum, dan perlindungan hukum

Anda mungkin juga menyukai